rafit
DESCRIPTION
hhhTRANSCRIPT
Isomerisasi Sintesa Asam Fumarat Dari Asam
Maleat
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat mengetahui proses isomerisasi dalam sintesa asam fumarat dari asam
maleat
II. DASAR TEORI
2.1. Isomer geometri dalam Alkena
Isomer geometri adalah isomer yang diakibatkan oleh ketegaran dalam molekul dan hanya dijumpai
dalam dua kelas senyawa, yaitu alkena dan senyaw siklik. Atom dan gugus yang terikat hanya oleh
ikatan dapat berputar sedemikian sehingga bentuk keseluruhan sebuah molekul selalu berubah
berkesinambungan, tetapi gugus yang terikat oleh oleh ikatan rangkap tak dapat berputar dengan
ikatan rangkap itu sebagai sumbu, tanpa mematahkan ikatn phi itu. Dua gugus yang terletak pada satu
titik ikatan phi disebut Cis, sedangkan gugus yang terletak pada sisi yang berlawanan disebut trans
(Fessenden, 1992)
2.2. Perbedaan sifat fisis senyawa cis dan trans
Sifat-sifat fisik, seperti titik didih senyawa berisomer cis dan trans berbeda. Cis dan trans bukan
isomer structural, karena urutan ikatan atom-atom dan lokasi ikatan rangkapnya sama. Pasangan
isomer ini masuk dalam kategoristereoisomer. Isomer cis dan trans pada suatu senyawa dapat
mempengaruhi titik didihnya, sehingga senyawa berisomer cis dan transdapat dipisahkan dengan
destilasi. (Fessenden, 1992)
2.3.Reaksi Adisi
Reaksi adisi hanya dapat terjadi pada senyawa yang mempunyai ikatan rangkap dua atau rangkap tiga.
Suatu pereaksi di adisikan kepada alkena tanpa terlepasnya atom-atom lain. Karakteristik utama
senyaw tak jenuh adalah adisi pereaksi kepada ikatan phi.
Senyawa yang mengandung ikatan phi biasanya berenergi lebih tinggi daripada senyawa yang
mengandung hanya ikatan sigma, sehingga suatu reaksi adisi biasanya eksoterm. (Fessenden, 1992)
2.4. Jenis-jenis reaksi adisi
a. Adisi markovnikov
Jika suatu alkena tak simetris (gugus yang terikat pada kedua karbon SP2 tidak sama), akan
terdapat kemungkinn diperoleh dua produk yang berlainan.
b. Adisi antimarkovnikov
Adisi HBr terhadap alkena kadang-kadang berjalan mematuhi aturan markovnikov, tetapi
kadang-kadang tidak.
2.5.Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi adalah reaksi dimana terjadi pelepasan gugus-gugus tertentu dari sutu
senyawa. Raksi ini terjadi pada senyawa-senyawa yang jenuh. Produk organic suatu reaksi eliminasi
suatu alkil halide adalah suatu lkena.
Jenis-jenis reaksi eliminasi :
a. Reaksi eliminasi I (E1)
Suatu karbokation adalah suatu zat antara yang tidak stabil dan berenergi tinggi. Salah satu
cara karbokation mencapai produk yng stabil adalah dengan bereaksi dengan sebuah nukleofil, namun
terdpat sutu alternative, yaitu karbokation itu dapat memberikan sebuah proton kepada suatu basa
dalam suatu reaksi eliminasi, dalam hal ini reaksi E1 menjadi sebuah alkena, contoh :
b. Reaksi Eliminasi II (E2)
Reaksi E2 berjalan tidak lewat suatu karbokation sebagai zat antara melainkan berupa reaksi
serempak, yakni terjadi pada suatu tahap, mekanismenya :
1. Basa membentuk ikatan dengan hydrogen
2. Electron C-H membentuk ikatan phi
3. Br bersama sepasang elektronnya meninggalkan ikatan sigma C-Br
Dalam reaksi E2 alkil halide tersier bereaksi palinh cepat dan alkil halide primer paling lambat.
2.6. Alkena
Golongan senyawa ini mempunyai sifat-sifat fisika yang hampir sama dengan alkana, tetapi
sifat-sifat kimianya sangat berbeda . alkena mempunyai 2 atom H lebih sedikit daripada alkana dan
dan merupakan senyawa tidak jenuh. Rumus untrue alkana CnH2n. isomer pada alkena di tentukan oleh
susunan rantai karbonnya juga ditentukan oleh kedudukan dari ikatan rangkapnya :
2.7.Asam dikarboksilat
Untuk asam-asam alifatik yang penting ialah asam-asam yang mempunyai gugus –COOH
yang terletak diujung rantai. Rumus untuk HOOC-(CH2)n-COOH. Asam diksrboksilat pada keadaan
normal berupa zat padat, makin jauh letak gugus –COOH (makin besar n) sifat asamnya makin lemah
(Respati, 1986)
2.8. Kristalisasi
Merupakan metode pemisahan dengan cara pembentukan Kristal sehingga campuran dapat
dipisahkan.
Prinsip dasar kristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan
kelarutan zat-zat yang tidak diinginkan (zat pengotor). Cammpuran senyawa yang akan dimurnikan
dilarutkan dalam pelarut yang cocok untrue krustalisasi :
a. Memiliki tittik didih rendah agar mempermudah proses penyaringan
b. Titik didih pelarut lebih rendah dari titik didih zat padatnya agar tidak terurai saat penguapan
c. Hanya melarutkan zat-zat yang ingin dimurnikan
d. Pelarut harus inert, artinya tidak bereaksi dengan zat yang akan dimur (Cahyono, 1991)
2.9. Proses-proses dalam kristalisasi
1. Kristalisasi dengan penguapan
Kelarutan sutu bahan yang berkurang sedikit demi sedikit dengan menurunnya suhu. Kondisi
lewat jenuhnya dapat dipakai dengan penguapan sebagian pelarut (yang artinya pemikatan larutan).
2. Kristalisasi dengan pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang drastis dengan menurunnya temperature,
kondisi lewat jenuh dicapai dengan pendinginan larutan panas yang jenuh. Untuk mengkristalisasi
dari lelehan, dapat juga dilkukan.
3. Kristalisasi dengan salting out
Pemisahan bahan organic dari larutan akuatik dapat dilakukan dengan penambahan suatu
garam yang harganya murah. Garam ini larut lebih baik dari pada bahan yang diinginkan. Sehingga
terjadi penambahan bahan padat terkristalisasi. Hal ini merupakan proses fisika.
4. Kristalisasi secara adiabatik
Metode ini sering disebut metode vakum, merupakan gabungn antara kristalisasi dengan
pendinginan dan penguapan. Pendinginan bertujuan untuk memperkecil daya larut, sedangkan
maksud dari penguapan adalah untuk membuat tekanan total dengan permukaan lebih kecil dari
tekanan uap pada suhu tersebut. Sehingga perubahan ini secara adiabatic karena pendinginan yang
terjadi pada system penguapan itu sendir (Cahyono, 1991)
2.10. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah melakukan tahapan kristalisasi sekali lagi pada Kristal yang telah
dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang sukar larut dalam pelarut dan
terdapat dalam jumlah banyak. Penambahan pelarut panas pada kristalisasi pertama hanya melarutkan
sedikit kotoran tersebut dan setelah dingin kotoran akan mengkristal dan mengkontaminasi produk,
oleh karena itu perlu dilakukan rekristalisasi. (Cahyono, 1991)
2.11. Pengukuran titik leleh
Alat pengukur titik leleh yang sederhana yaitu dngan pemanas listrik yang dilengkapi dengan
magnifier optic untuk memudahkan pengamatan sampel. Suhu maksimal alat ini umumnya 2200 –
250 0C. molekul Kristal tersusun dalam pola teratur. Ketika Kristal dipanaskan, gerak getaran molekul
meningkat sehinnga pola keteraturannya terganggu.
Titik leleh dicapai saat pola molekul pecah dan padatan meleleh berubah menjadi cair, senyawa
Kristal murni umumnya memiliki titik didih tajam, yaitu meleleh pada selang suhu yang sangat kecil
(0,50 – 10C). Adanya sedikit kotoran yang terlarut dalam Kristal dapat menurunkan titik leleh
(Wilcox, 1995)
2.12. Titik lelah
Suatu titik dimana suatu zat padat berubah menjadi cair. Suatu senyawa murni memiliki titik
leleh yang tajm karena adanya sedikit zat pengotor didalamnya. Jika cairan didinginkan maka akan
terjadi padatan. Pada senyawa murni, titik leleh = titik beku.
2 .13. Refluks
Proses pendidihan atau pendestilasian dengan kolom fraksionasi sehingga uap yang terbentuk
berkondensasi dan mengalir lagi kebawah akibatnya terjadi proses alir balik dan proses ini berlaku
kontinyu. Proses ini berdasarkan kesetimbangan uap air dengan mempertahankan titik leleh karena
adanya pengontrolan suhu yang cukup efektif. (Fessenden, 1999)
2.14. Hubungan Asam maleat dan Asam fumarat
Keduanya mempunyai rumus struktur HO2CCH = CHCO2H (asam butendionat). Asam maleat
dapat dengah mudah membentuk membentuk konorer anhidrat dari pemanasan atau treatment dengan
menggunakan dehydrating agents, contohnya air. Asam fumarat tidak dengan mudah membentuk
suatu anhidrit tetapi pada pemanasan yang terus-menerus. Asam fumarat dapat diubah menjadi
anhidrida maleat. Asam maleat adalah isomer cis dan asam fumarat isomer trans. Asam maleat dapat
diperoleh dari oksidassi benzena (Wilcox, 1995)
2.15. Analisa bahan
2.15.1. Aquadest
Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tak berasa, memilki titik didih 1000C, dan titik beku 00C,
mempunyai ikatan hydrogen dan mempunyai tetapan dielektrik tinggi. (Basri, 1996)
2.15.2. HCl
Berwarna kekuningan, mengandung feriklorida, mengeluarkan asap putih, sangat higroskopis,
BM = 36,42 g/mol, densitas 1,268 g/ml, titik leleh -114,220C, titik didih 860C, tidak berwarna, bersifat
korosi (Basri, 1996)
2.15.3. Anhidrid Maleat
BM = 98,06, Densitas = 1,5, titik leleh 57-600C, Titik didih 20210C, Molekul berbentuk
Kristal putih
Struktur molek (Daintith, 1994)
2.15.4. Benzena
Berbentuk cair tak berwarna, mudah terbakar, berbau khas, tergolong senyawa dihidrokarbon
lingkar titik jenuh (aromatic) paling sederhana dengan rumus kimia C6H6, Titik leleh = 5,50C, Titik
didih 80,10C, Densitas 0,88Struktur molekul : (Daintith, 1994)
III. METODE PERCOBAAN
3.1. Alat dan bahan
3.1.1. Alat
1. Erlenmeyer 250 ml 6. Pipet tetes dan pipet ukur
2. Alat refluks 7. Gelas Kimia 250 ml dan 400 ml
3. Penyaring 8. Gelas ukur
4. Penangas air 9. Corong bucher
5. Labu alas bulat 10.thermometer
3.1.2. Bahan
1. Asam Maleat
2. Asam Klorida
3. Aquades
4. Es
IV.LANGKAH KERJA
1) Mendidihkan 4 ml aqades di dalam labu erlenmeyer 50 ml (saat pendidihan, erlenmeyer ditutup
dengan aluminium foil untuk mencegah uap keluar). Kemudian menambahkan 3 g Asam maleat
padat
2) Memidahkan larutan yang tadi mengandung banyak asam maleat ke dalam labu erlenmeyer 250
ml, kemudian Menambahkan 3 ml HCl pekat, dan kemudian memanaskan atau merefluks
perlahan selama 20 menit.
6) Setelah asam fumarat mengendap dalam larutan panas, mendinginkan kristal asam fumarat yang
terbentuk & mengeringkan pada suhu kamar kemudian menimbangnya.
7) Setelah kristal kering, menentukan titik leleh serta bentuk kristal dari asam fumarat.
V. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil
14 ml aquades dalam
erlenmeyerLarutan tidak berwarna
2 Aquades dipanaskan Larutan mendidih, tidak berwarna
3 + 3 g Asam Maleat Larut, larutan tidak berwarna
4.
Larutan asam maleat + 3ml
HCl pekat, ditutup aluminium
foil & dipanaskan (kristal
asam fumarat)
Larutan larut & tidak berwarna. Pada menit
ke-10 larutan mulai mengkristal sedikit, menit
ke-15 mengkristal sebagian, menit ke-20
larutan mengkristal semua
5.Erlenmeyer dimasukkan ke
dalam air (didinginkan)
Larutan sebagian menjadi kristal. Kristal
berwarna putih, larutan tidak berwarna
6.Erlenmeyer dimasukkan ke
dalam air (didinginkan)
Kristal yang terbentuk tersaring, kristal
berwarna putih, filtrat tidak berwarna dan
didapat berat 0.8 gram.
7Kristal asam fumarat
ditentukan titik lelehnya
Pada suhu 100˚C tidak terjadi perubahan. Pada
suhu 170˚C mulai mencair. Pada suhu 180˚C
mencair
VI. PERHITUNGAN
Diketahui :
Densitas p air = 1 gr/ml Bm Asam Maleat = 116.07 gr/mol
Volume air = 4 ml Bm air = 18 gr/m
Massa asam maleat yang diambil = 3 gram
Massa asam fumarat yang terbentuk = 0.8 gram
Maka :
Massa air = p x v mol air = = = 0.222 mol
= 1 gr/ml x 4 ml = 4 gram
Mol asam maleat = = = 0.025 mol
Reaksinya yaitu :
C4H4O4 + H2O C4H4O4 + H2O
M : 0.025 0.222 - -
T : 0.025 0.025 0.025 0.025
S : - 0.197 0.025 0.025
Neraca Massa
KomponenInput Output
Mol BM(gr/mol) Massa(grm) Mol BM(gr/mol) Massa(grm)
C4H4O4 0.025 116.07 3
H2O 0.222 18 4 0.197 18 3.546
C4H4O4 0.025 116.07 2.90175
H2O 0.025 18 0.45
Total 0.247 7 7
% yield = x 100 %
= x 100 % = 41,45 %
% konversi = x 100 %
= x 100 % = 10,12 %
% Kesalahan = x 100 %
= x 100 %
=72.43 %
VI. PEMBAHASAN
Percobaan pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat ini bertujuan untuk memahami prinsip
dasar isomer ruang khususnya isomer geometri serta memahami perbedaan sifat fisik antara senyawa
yang berisomer cis dan trans. Dalam hal ini senyawa yang berisomer cis dan trans adalah asam maleat
dan asam fumarat. Prinsip dari percobaan ini adalah reaksi adisi-eliminsi, yaitu memutuskan ikatan
phi dengan reaksi adisi dan kemudian membentuk kembali dengan menggunakan reaksi eliminasi.
Metode yang digunakan yaitu metode refluks ( yaitu Proses pendidihan atau pendestilasian dengan
kolom fraksionasi sehingga uap yang terbentuk berkondensasi dan mengalir lagi kebawah akibatnya
terjadi proses alir balik dan proses ini berlaku kontinyu), selain itu juga menggunakan metode
kristalisasi (pemisahan endapan dari larutan berdasarkan perbedaan kelarutan), dan metode
rekristalisasi (pemurnian Kristal dari larutan pengotor).
Asam maleat dan asam fumarat memiliki rumus molekul yang sama, yaitu HOOCCHHCHCOOH
tetapi memiliki susunan yang berbeda dalam ruang. Isomer geometri adalah isomer yang diakibatkan
oleh ketegaran dalam molekul dan hanya dijumpai dalam dua kelas senyawa, yaitu alkena dan
senyawa siklik. Asam-asam maleat mempunyai struktur cis sedangkan asam fumarat mempunyai
struktur trans.
Proses yang pertama adalah perubahan maleat anhidrid menjadi asam maleat. Digunakan maleat
anhidrid karena lebih stabil dari pada asamnya, yang disebabkan oleh kebebasan maleat anhidrid
untuk bergerak dari pada asm maleat yang kaku (ada ikatan phi-nya). Maleat anhidrid terdiri dari 2
molekul asam maleat yang tidak mengandung air. Sehingga untuk merubahnya menjadi asam maleat
diperlukan hidrolisis pada suhu tinggi.
Untuk memecah anhirid maleat diperlukan energy yang besar untuk memutus ikatan C-O
sehingga reaksi dilakukan pada suhu yang tinggi. Oleh karena itu aquadest (yang bertujuan untuk
menghidrolisis/memcah anhidrid maleat menjadi asam maleat) yang akan ditambahkan dalam
keadaan panas. Suhu tinggi (pemanasan aquadet) ini dimaksudkan untuk memutuskan ikatan C-O,
selain itu aquadest dipanaskan supaya anhidrid maleat mudah larut. Setelah anhidrid maleat larut
dalam air, larutan ini didinginkan dalam air es sampai asam maleat yang terbentuk mengendap
sempuna. Proses pendinginan tersebut bertujuan untuk proses kristalisasi dengan menurunkan
kelarutan produk asam maleat. Perubahan suhu yang terjadi dapat mempengaruhi struktur morfologi
Kristal, baik pada bentuk maupun ukurannya. Jika perubahan suhunya sangat besar, Kristal yang
terbentuk berukuran besar. Namun jika perubahan suhunya tidak begitu besar dibutuhkan waktu yang
lama untuk membentuk Kristal dan Kristal yang terbentuk lebih kecil dan halus. Karena perubahan
suhu yang besar ini akan menyebabkan daya larut dari suatu larutan akan semakin kecil, dengan
semakin kecilnya daya larut suatu laruatan maka larutan tersebut akan semakin cepat untuk
membentuk Kristal.
Setelah lautan tersebut membentuk endapan, kemudian disaring dengan tujuan untuk memisahkan
endapan asam maleat dari hasil larutan hidrolisisis anhidrid maleat. Dan kemudian menimbang asam
maleat yang terbentuk.
VII. KESIMPULAN
1. Asam maleat dan asam fumarat merupakan isomer geometric is-trans. Asam maleat berisomer
cis, sedangkan asam fumarat berisomer trans.
2. Prinsip dasar pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat adalah berdasarkan reaksi adisi-
eliminasi
3. Asam maleat dan asam fumarat dapat dibedakan sifat fisiknya berdasarkan perbedaan titik
lelehnya.
4. % yield yang di peroleh sebesar 41,45 %
5. % konversi yang di peroleh sebesar 10,12 %
6. % kesalahan sebesar 72.43 %
7. titik leleh asam fumarat sebesar 180 C
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Basri, 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta
Cahyono, Bambang, 1991, Segi praktisi dan Metode pemisahan senyawa organic, Kimia MIPA
UNDIP, Semarang
Daintith, 1994, Chemistry dictionary complete, Oxford : New york
Fessenden, 1999, Kimia Organic chemistry, Willard Grant Press, Boston
Jobsheet, 2014. “Penuntun Praktikum Satuan Proses”. Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang.
Respati, 1986, Pengantar Kimia Organik, Aksara baru, Jakarta
Wilcox, 1995, Experimental Organic Chemistry, Prentice Hall, New jersey
Gambar Alat
Pipet Tetes Labu Ukur Bola
Karet
Spatula Erlenmeyer KacaArlojI
Pipet Ukur Gelas Kima Thermometer
Penangas air Pengaduk Gelas Ukur
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM SATUAN PROSES 1
‘Isomerisasi Sintesa Asam Fumarat Dari Asam Maleat’
Disusun Oleh :
KELOMPOK II
Nama : 1. Eka Apriyanti 0613 3040 1036
2. Gita Putri K 0613 3040 1037
3. Indah Okta A. 0613 3040 1039
4. Meyriski Lialita 0613 3040 1041
5. M. Rinaldi 0613 3040 1042
6. Natasha Cindy P. 0613 3040 1043
7. Rafit Arjeni 0613 3040 1045
Kelas : 3 KE
Instruktur : Taufik Jauhari, S.T., M.T.
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2014
Isomerisasi Sintesa Asam Fumarat Dari Asam
Maleat
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat mengetahui proses isomerisasi dalam sintesa asam fumarat dari asam
maleat
II. DASAR TEORI
2.1. Isomer geometri dalam Alkena
Isomer geometri adalah isomer yang diakibatkan oleh ketegaran dalam molekul dan hanya dijumpai
dalam dua kelas senyawa, yaitu alkena dan senyaw siklik. Atom dan gugus yang terikat hanya oleh
ikatan dapat berputar sedemikian sehingga bentuk keseluruhan sebuah molekul selalu berubah
berkesinambungan, tetapi gugus yang terikat oleh oleh ikatan rangkap tak dapat berputar dengan
ikatan rangkap itu sebagai sumbu, tanpa mematahkan ikatn phi itu. Dua gugus yang terletak pada satu
titik ikatan phi disebut Cis, sedangkan gugus yang terletak pada sisi yang berlawanan disebut trans
(Fessenden, 1992)
2.2. Perbedaan sifat fisis senyawa cis dan trans
Sifat-sifat fisik, seperti titik didih senyawa berisomer cis dan trans berbeda. Cis dan trans bukan
isomer structural, karena urutan ikatan atom-atom dan lokasi ikatan rangkapnya sama. Pasangan
isomer ini masuk dalam kategoristereoisomer. Isomer cis dan trans pada suatu senyawa dapat
mempengaruhi titik didihnya, sehingga senyawa berisomer cis dan transdapat dipisahkan dengan
destilasi. (Fessenden, 1992)
2.3.Reaksi Adisi
Reaksi adisi hanya dapat terjadi pada senyawa yang mempunyai ikatan rangkap dua atau rangkap tiga.
Suatu pereaksi di adisikan kepada alkena tanpa terlepasnya atom-atom lain. Karakteristik utama
senyaw tak jenuh adalah adisi pereaksi kepada ikatan phi.
Senyawa yang mengandung ikatan phi biasanya berenergi lebih tinggi daripada senyawa yang
mengandung hanya ikatan sigma, sehingga suatu reaksi adisi biasanya eksoterm. (Fessenden, 1992)
2.4. Jenis-jenis reaksi adisi
a. Adisi markovnikov
Jika suatu alkena tak simetris (gugus yang terikat pada kedua karbon SP2 tidak sama), akan
terdapat kemungkinn diperoleh dua produk yang berlainan.
b. Adisi antimarkovnikov
Adisi HBr terhadap alkena kadang-kadang berjalan mematuhi aturan markovnikov, tetapi
kadang-kadang tidak.
2.5.Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi adalah reaksi dimana terjadi pelepasan gugus-gugus tertentu dari sutu
senyawa. Raksi ini terjadi pada senyawa-senyawa yang jenuh. Produk organic suatu reaksi eliminasi
suatu alkil halide adalah suatu lkena.
Jenis-jenis reaksi eliminasi :
a. Reaksi eliminasi I (E1)
Suatu karbokation adalah suatu zat antara yang tidak stabil dan berenergi tinggi. Salah satu
cara karbokation mencapai produk yng stabil adalah dengan bereaksi dengan sebuah nukleofil, namun
terdpat sutu alternative, yaitu karbokation itu dapat memberikan sebuah proton kepada suatu basa
dalam suatu reaksi eliminasi, dalam hal ini reaksi E1 menjadi sebuah alkena, contoh :
b. Reaksi Eliminasi II (E2)
Reaksi E2 berjalan tidak lewat suatu karbokation sebagai zat antara melainkan berupa reaksi
serempak, yakni terjadi pada suatu tahap, mekanismenya :
1. Basa membentuk ikatan dengan hydrogen
2. Electron C-H membentuk ikatan phi
3. Br bersama sepasang elektronnya meninggalkan ikatan sigma C-Br
Dalam reaksi E2 alkil halide tersier bereaksi palinh cepat dan alkil halide primer paling lambat.
2.6. Alkena
Golongan senyawa ini mempunyai sifat-sifat fisika yang hampir sama dengan alkana, tetapi
sifat-sifat kimianya sangat berbeda . alkena mempunyai 2 atom H lebih sedikit daripada alkana dan
dan merupakan senyawa tidak jenuh. Rumus untrue alkana CnH2n. isomer pada alkena di tentukan oleh
susunan rantai karbonnya juga ditentukan oleh kedudukan dari ikatan rangkapnya :
2.7.Asam dikarboksilat
Untuk asam-asam alifatik yang penting ialah asam-asam yang mempunyai gugus –COOH
yang terletak diujung rantai. Rumus untuk HOOC-(CH2)n-COOH. Asam diksrboksilat pada keadaan
normal berupa zat padat, makin jauh letak gugus –COOH (makin besar n) sifat asamnya makin lemah
(Respati, 1986)
2.8. Kristalisasi
Merupakan metode pemisahan dengan cara pembentukan Kristal sehingga campuran dapat
dipisahkan.
Prinsip dasar kristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan
kelarutan zat-zat yang tidak diinginkan (zat pengotor). Cammpuran senyawa yang akan dimurnikan
dilarutkan dalam pelarut yang cocok untrue krustalisasi :
a. Memiliki tittik didih rendah agar mempermudah proses penyaringan
b. Titik didih pelarut lebih rendah dari titik didih zat padatnya agar tidak terurai saat penguapan
c. Hanya melarutkan zat-zat yang ingin dimurnikan
d. Pelarut harus inert, artinya tidak bereaksi dengan zat yang akan dimur (Cahyono, 1991)
2.9. Proses-proses dalam kristalisasi
1. Kristalisasi dengan penguapan
Kelarutan sutu bahan yang berkurang sedikit demi sedikit dengan menurunnya suhu. Kondisi
lewat jenuhnya dapat dipakai dengan penguapan sebagian pelarut (yang artinya pemikatan larutan).
2. Kristalisasi dengan pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang drastis dengan menurunnya temperature,
kondisi lewat jenuh dicapai dengan pendinginan larutan panas yang jenuh. Untuk mengkristalisasi
dari lelehan, dapat juga dilkukan.
3. Kristalisasi dengan salting out
Pemisahan bahan organic dari larutan akuatik dapat dilakukan dengan penambahan suatu
garam yang harganya murah. Garam ini larut lebih baik dari pada bahan yang diinginkan. Sehingga
terjadi penambahan bahan padat terkristalisasi. Hal ini merupakan proses fisika.
4. Kristalisasi secara adiabatik
Metode ini sering disebut metode vakum, merupakan gabungn antara kristalisasi dengan
pendinginan dan penguapan. Pendinginan bertujuan untuk memperkecil daya larut, sedangkan
maksud dari penguapan adalah untuk membuat tekanan total dengan permukaan lebih kecil dari
tekanan uap pada suhu tersebut. Sehingga perubahan ini secara adiabatic karena pendinginan yang
terjadi pada system penguapan itu sendir (Cahyono, 1991)
2.10. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah melakukan tahapan kristalisasi sekali lagi pada Kristal yang telah
dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang sukar larut dalam pelarut dan
terdapat dalam jumlah banyak. Penambahan pelarut panas pada kristalisasi pertama hanya melarutkan
sedikit kotoran tersebut dan setelah dingin kotoran akan mengkristal dan mengkontaminasi produk,
oleh karena itu perlu dilakukan rekristalisasi. (Cahyono, 1991)
2.11. Pengukuran titik leleh
Alat pengukur titik leleh yang sederhana yaitu dngan pemanas listrik yang dilengkapi dengan
magnifier optic untuk memudahkan pengamatan sampel. Suhu maksimal alat ini umumnya 2200 –
250 0C. molekul Kristal tersusun dalam pola teratur. Ketika Kristal dipanaskan, gerak getaran molekul
meningkat sehinnga pola keteraturannya terganggu.
Titik leleh dicapai saat pola molekul pecah dan padatan meleleh berubah menjadi cair, senyawa
Kristal murni umumnya memiliki titik didih tajam, yaitu meleleh pada selang suhu yang sangat kecil
(0,50 – 10C). Adanya sedikit kotoran yang terlarut dalam Kristal dapat menurunkan titik leleh
(Wilcox, 1995)
2.12. Titik lelah
Suatu titik dimana suatu zat padat berubah menjadi cair. Suatu senyawa murni memiliki titik
leleh yang tajm karena adanya sedikit zat pengotor didalamnya. Jika cairan didinginkan maka akan
terjadi padatan. Pada senyawa murni, titik leleh = titik beku.
2 .13. Refluks
Proses pendidihan atau pendestilasian dengan kolom fraksionasi sehingga uap yang terbentuk
berkondensasi dan mengalir lagi kebawah akibatnya terjadi proses alir balik dan proses ini berlaku
kontinyu. Proses ini berdasarkan kesetimbangan uap air dengan mempertahankan titik leleh karena
adanya pengontrolan suhu yang cukup efektif. (Fessenden, 1999)
2.14. Hubungan Asam maleat dan Asam fumarat
Keduanya mempunyai rumus struktur HO2CCH = CHCO2H (asam butendionat). Asam maleat
dapat dengah mudah membentuk membentuk konorer anhidrat dari pemanasan atau treatment dengan
menggunakan dehydrating agents, contohnya air. Asam fumarat tidak dengan mudah membentuk
suatu anhidrit tetapi pada pemanasan yang terus-menerus. Asam fumarat dapat diubah menjadi
anhidrida maleat. Asam maleat adalah isomer cis dan asam fumarat isomer trans. Asam maleat dapat
diperoleh dari oksidassi benzena (Wilcox, 1995)
2.15. Analisa bahan
2.15.1. Aquadest
Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tak berasa, memilki titik didih 1000C, dan titik beku 00C,
mempunyai ikatan hydrogen dan mempunyai tetapan dielektrik tinggi. (Basri, 1996)
2.15.2. HCl
Berwarna kekuningan, mengandung feriklorida, mengeluarkan asap putih, sangat higroskopis,
BM = 36,42 g/mol, densitas 1,268 g/ml, titik leleh -114,220C, titik didih 860C, tidak berwarna, bersifat
korosi (Basri, 1996)
2.15.3. Anhidrid Maleat
BM = 98,06, Densitas = 1,5, titik leleh 57-600C, Titik didih 20210C, Molekul berbentuk
Kristal putih
Struktur molek (Daintith, 1994)
2.15.4. Benzena
Berbentuk cair tak berwarna, mudah terbakar, berbau khas, tergolong senyawa dihidrokarbon
lingkar titik jenuh (aromatic) paling sederhana dengan rumus kimia C6H6, Titik leleh = 5,50C, Titik
didih 80,10C, Densitas 0,88Struktur molekul : (Daintith, 1994)
III. METODE PERCOBAAN
3.1. Alat dan bahan
3.1.1. Alat
1. Erlenmeyer 250 ml 6. Pipet tetes dan pipet ukur
2. Alat refluks 7. Gelas Kimia 250 ml dan 400 ml
3. Penyaring 8. Gelas ukur
4. Penangas air 9. Corong bucher
5. Labu alas bulat 10.thermometer
3.1.2. Bahan
1. Asam Maleat
2. Asam Klorida
3. Aquades
4. Es
IV.LANGKAH KERJA
1) Mendidihkan 4 ml aqades di dalam labu erlenmeyer 50 ml (saat pendidihan, erlenmeyer ditutup
dengan aluminium foil untuk mencegah uap keluar). Kemudian menambahkan 3 g Asam maleat
padat
2) Memidahkan larutan yang tadi mengandung banyak asam maleat ke dalam labu erlenmeyer 250
ml, kemudian Menambahkan 3 ml HCl pekat, dan kemudian memanaskan atau merefluks
perlahan selama 20 menit.
6) Setelah asam fumarat mengendap dalam larutan panas, mendinginkan kristal asam fumarat yang
terbentuk & mengeringkan pada suhu kamar kemudian menimbangnya.
7) Setelah kristal kering, menentukan titik leleh serta bentuk kristal dari asam fumarat.
V. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil
1 25 ml air ke dalam erlenmeyer Larutan tidak berwarna
2Menambahkan 25ml asam
maleatLarut, Larutan tidak berwarna
3.
Larutan asam maleat + 3ml
HCl pekat, ditutup aluminium
foil & dipanaskan (kristal
asam fumarat)
Larutan larut dan tidak berwarna, terjadi
peningkatan suhu dan mulai terbentuk
endapan
4.Menambahkan 5ml air,
mengocoknyaLarutan sebagian menjadi kristal
5.Erlenmeyer dimasukkan ke
dalam air (didinginkan)
Kristal yang terbentuk tersaring, kristal
berwarna putih
6.Penyaringan, pengerinagn dan
penimbangan Berat Kristal (endapan) = 1,6 gram
VI. PERHITUNGAN
Diketahui :
Densitas p air = 1 gr/ml Bm Asam Maleat = 116.07 gr/mol
Volume air = 25 ml Bm air = 18 gr/m
Massa asam maleat yang diambil = 2,5 gram
Massa asam fumarat yang terbentuk = 1,6 gram
Maka :
Massa air = p x v mol air = = = 1,388 mol
= 1 gr/ml x 25 ml = 25 gram
Mol asam maleat = = = 0.0215 mol
Reaksinya yaitu :
C4H4O4 + H2O C4H4O4 + H2O
M : 0.0215 1,388 - -
T : 0.0215 0.0215 0.0215 0.0215
S : - 1,3665 0.0215 0.0215
Neraca Massa
KomponenInput Output
Mol BM(gr/mol) Massa(grm) Mol BM(gr/mol) Massa(grm)
C4H4O4 0.0215 116.07 2,5
H2O 1,388 18 25 1,3665 18 24,597
C4H4O4 0,0215 116.07 2.4959
H2O 0.0215 18 0.387
Total 1,4095 27,5 1,4095 27,4795
% yield = x 100 %
= x 100 % = 9,0727 %
% konversi = x 100 %
= x 100 % = 1,525 %
% Kesalahan = x 100 %
= x 100 %
= 35,88 %
VI. PEMBAHASAN
Percobaan pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat ini bertujuan untuk memahami prinsip
dasar isomer ruang khususnya isomer geometri serta memahami perbedaan sifat fisik antara senyawa
yang berisomer cis dan trans. Dalam hal ini senyawa yang berisomer cis dan trans adalah asam maleat
dan asam fumarat. Prinsip dari percobaan ini adalah reaksi adisi-eliminsi, yaitu memutuskan ikatan
phi dengan reaksi adisi dan kemudian membentuk kembali dengan menggunakan reaksi eliminasi.
Metode yang digunakan yaitu metode refluks ( yaitu Proses pendidihan atau pendestilasian dengan
kolom fraksionasi sehingga uap yang terbentuk berkondensasi dan mengalir lagi kebawah akibatnya
terjadi proses alir balik dan proses ini berlaku kontinyu), selain itu juga menggunakan metode
kristalisasi (pemisahan endapan dari larutan berdasarkan perbedaan kelarutan), dan metode
rekristalisasi (pemurnian Kristal dari larutan pengotor).
Asam maleat dan asam fumarat memiliki rumus molekul yang sama, yaitu HOOCCHHCHCOOH
tetapi memiliki susunan yang berbeda dalam ruang. Isomer geometri adalah isomer yang diakibatkan
oleh ketegaran dalam molekul dan hanya dijumpai dalam dua kelas senyawa, yaitu alkena dan
senyawa siklik. Asam-asam maleat mempunyai struktur cis sedangkan asam fumarat mempunyai
struktur trans.
Proses yang pertama adalah perubahan maleat anhidrid menjadi asam maleat. Digunakan maleat
anhidrid karena lebih stabil dari pada asamnya, yang disebabkan oleh kebebasan maleat anhidrid
untuk bergerak dari pada asm maleat yang kaku (ada ikatan phi-nya). Maleat anhidrid terdiri dari 2
molekul asam maleat yang tidak mengandung air. Sehingga untuk merubahnya menjadi asam maleat
diperlukan hidrolisis pada suhu tinggi.
Untuk memecah anhirid maleat diperlukan energy yang besar untuk memutus ikatan C-O
sehingga reaksi dilakukan pada suhu yang tinggi. Oleh karena itu aquadest (yang bertujuan untuk
menghidrolisis/memcah anhidrid maleat menjadi asam maleat) yang akan ditambahkan dalam
keadaan panas. Suhu tinggi (pemanasan aquadet) ini dimaksudkan untuk memutuskan ikatan C-O,
selain itu aquadest dipanaskan supaya anhidrid maleat mudah larut. Setelah anhidrid maleat larut
dalam air, larutan ini didinginkan dalam air es sampai asam maleat yang terbentuk mengendap
sempuna. Proses pendinginan tersebut bertujuan untuk proses kristalisasi dengan menurunkan
kelarutan produk asam maleat. Perubahan suhu yang terjadi dapat mempengaruhi struktur morfologi
Kristal, baik pada bentuk maupun ukurannya. Jika perubahan suhunya sangat besar, Kristal yang
terbentuk berukuran besar. Namun jika perubahan suhunya tidak begitu besar dibutuhkan waktu yang
lama untuk membentuk Kristal dan Kristal yang terbentuk lebih kecil dan halus. Karena perubahan
suhu yang besar ini akan menyebabkan daya larut dari suatu larutan akan semakin kecil, dengan
semakin kecilnya daya larut suatu laruatan maka larutan tersebut akan semakin cepat untuk
membentuk Kristal.
Setelah lautan tersebut membentuk endapan, kemudian disaring dengan tujuan untuk memisahkan
endapan asam maleat dari hasil larutan hidrolisisis anhidrid maleat. Dan kemudian menimbang asam
maleat yang terbentuk.
VII. KESIMPULAN
1. Asam maleat dan asam fumarat merupakan isomer geometric is-trans. Asam maleat berisomer
cis, sedangkan asam fumarat berisomer trans.
2. Prinsip dasar pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat adalah berdasarkan reaksi adisi-
eliminasi
3. Asam maleat dan asam fumarat dapat dibedakan sifat fisiknya berdasarkan perbedaan titik
lelehnya.
4. % yield yang di peroleh sebesar 9,0727 %
5. % konversi yang di peroleh sebesar 1,525 %
6. % kesalahan sebesar 35,88 %
7. titik leleh asam fumarat sebesar 180 C
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Basri, 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta
Cahyono, Bambang, 1991, Segi praktisi dan Metode pemisahan senyawa organic, Kimia MIPA
UNDIP, Semarang
Daintith, 1994, Chemistry dictionary complete, Oxford : New york
Fessenden, 1999, Kimia Organic chemistry, Willard Grant Press, Boston
Jobsheet, 2014. “Penuntun Praktikum Satuan Proses”. Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang.
Respati, 1986, Pengantar Kimia Organik, Aksara baru, Jakarta
Gambar Alat
Pipet Tetes Labu Ukur Bola
Karet
Spatula Erlenmeyer KacaArlojI
Pipet Ukur Gelas Kima Thermometer
Penangas air Pengaduk Gelas Ukur
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM SATUAN PROSES 1
‘Isomerisasi Sintesa Asam Fumarat Dari Asam Maleat’
Disusun Oleh :
KELOMPOK I
Nama : 1. Ade Irma 0613 3040 1029
2. Ahda Azalia 0613 3040 1030
3. Angga Harsyah 0613 3040 1031
4. Anggre Novi Lestari 0613 3040 1032
5. Dhea fiften Mandeyka 0613 3040 1033
6. Dwi Apryanti 0613 3040 1034
7. Dyvia Rosa 0613 3040 1035
Kelas : 3 KE
Instruktur : Taufik Jauhari, S.T., M.T.
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2014