rabu --------6 18 19 20 21 22 23 24 25 6 p~b m~~-- ms'.j~-;;-- 9 10...

2
Pikiran Rakyat o Sabtu 0 Minggu 12 @ 14 15 16 27 28 29 30 31 o Sep 0 Okt 0 Nov 0 Des Senin 0 Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat ---=--------~--~~----~---------- 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 18 19 20 21 22 23 24 25 26 --------6 P~b 0 M~~--O AW--O Ms'. J~-;;-- O-~i---O Ag-;- Gagal Meraih Adipura Oleh SUWANDI SUMARTIAS T AHUN lalu, 13dari 26 kabupaten/kota di Jawa Barat meraih Pia- la Adipura karena dinilai mam- pu menjaga kebersihan, keter- tiban, dan keindahan (1<3} Na- mun, tahun ini antiklimaks, tidak satu pun kabupatenjkota yang meraih Adipura (Pikiran Rakyat, 9 Juni 2011)_ Kegagalan tersebut perlu di- kaji ulang karena tidak hanya berkaitan dengan pencitraan dan reputasi kotajkabupaten yang tidak peduli 1<3, juga menyangkut pertaruhan atas kredibilitas pemimpin dalam mengelola organisasinya. Le- mahnya kepedulian, komit- men, dan tanggungjawab elite birokrasi dalam semua elemen sistem sehingga pemahaman dan partisipasi warga pun men- jadi lemah dalam 1<3- Benar bahwa perolehan Adipura bukan tujuan, tetapi yang lebih penting betapa tidak mudah bagi aktor birokrasi mengge- rakkan semua lembaga terkait untuk memiliki komitmen dalam hal 1<3- Yanglebih ironis, Kota Bandung sebagai pusat pemerintahan J awa Barat, tem- pat ahli dan komunitas profe- sional berjubel. Di sisi lain, Kota Bandung memiliki Perda No. 11/2005 tentang Penyelenggaraan Ke- tertiban, Kebersihan, dan Kein- dahan (1<3), terIepas dari keti- dakefektifan perda-perda seje- nis sebelumnya, antara lain Perda No. 6/1995 dan Perda No. 32/PD/1977- Pendekatan normatif Jika kegagalan meraih Adi- pura menjadi indikator penting dalam mengukur keberhasilan daerah/kota dalam hal komit- men dan kepedulian terhadap 1<3, perIu pendekatan normatif melalui peninjauan kembali bagimana efektivitas Perda No. 11/2005 di tatarqn pelaksanaan di lapangan. Dengan mengeva- luasi kinerja dinas atau instansi yang bertanggung jawab di lingkungan pemkot, akan lebih mudah menelusuri kemacetan koordinasi dan tanggung jawabnya, termasuk mengeva- luasi sistem operasional prose- dur pada setiap dinas/instansi terkait. Dengan mengevaluasi selu- ruh subsistem tentunya sangat mudah ditengarai berbagai kendala dan kelemahannya. Persoalan yang muncul dalam birokrasi bisa dipastikan adalah "penyakit lama". Antara lain adanya wacana birokrasi hadir bukan untuk memudahkan, tetapi menyulitkan; birokrasi erat dengan pelayanan dan adanya sejumlah fulus; sistem anggaran yang berbelit-belit, terbatas, lama dan periodik. Sebagai ilustrasi, sampah, pedagang kaki lima, perparkir- an, kemacetan lalu lintas, jalan- jalan yang rusak, banjir, dan drainase yang mampet adalah persoalan nyata yang sampai saat ini masih menjadi peman- dangan sehari-hari di kota/> kabupaten Bandung. Kondisi ini tentu membawa konsekuen- si, bukan hanya menggambar- kan lemahnya struktur birok- rasi Pemerintah Kota Bandung, juga merujuk pada ketidak- seriusan melaksanakan pro- gram-program pembangunan Kota Bandung, terutama yang berkaitan de-ngan Rencana Tata Ruang dan Wilayah yang ada. Pendekatan budaya Di tengah-tengah misteri kemelut birokrasi dengan berbagai "penyakitnya", tentu harapan masyarakat masih bisa dibangkitkan melalui kepe- mimpinan informal di setiap wilayah, khususnya lingkup RW dan RT, kendati pun sa- ngat sulit bagi sebuah kota, karena individualisme dan ra- sionalitas SDM-nya yang lebih menonjol. Dengan mata pen- caharian warga kota yang non- agraris dan terikat waktu, beta- pa sulit mengharapkan partisi- pasi aktif dalam bentuk tenaga, kecuali dengan "membayar" tenaga kasar. Dengan mena- namkan dan membangkitkan kembali pentingnya kebersi- han, ketertiban, dan keindahan pada setiap wilayah, tentunya bisa dirembug di antara warga dengan pemimpin informalnya dalam mencari solusi bersama dengan penuh kesadaran, tan- pa pamrih materi. Di Jawa Barat, dikenal tra- disi sabilulungan sebagai dasar gotong royong yang semakin langka seiring pengaruh bu- daya kota yang sangat pragma- tis dan individualis. Tentunya, di setiap wilayah atau daerah, kita yakin masih ada anggota masyarakat yang menganggap masih pentingnya gotong-ro- yong. Bahkan ada beberapa .kelurahan atau desa yang men- jalankan Jumat Bersih dimo- tori ibu-ibu PKKdan Posyandu, dengan "tip" ala kadarnya, ke- bersihan dan keindahan ling- kungan masing-masing bisa terjaga dan terawat dengan baik. Apalagijika apa-rat daer- ah bisa menyisihkan dana dari berbagai iuran wajib bulanan yang ditarik dari warga (urunan desa, listrik, telefon; dan lain- Kliping Humas Unpad 2011 lain), termasuk p j~ bumi dan bangunan, toko endaraan, sedapat mungki [sa dinego- siasikan langsu engan pe- megang otoritas I baga. Satu hal yang p rIu dicer- mati, warga m a sudah membayar iuran ampah ke di- nas terkait, ternya tidak iden- tik daerahnya be ih dari sam- pah. Demikianju dengan ke- taatan membayar pajak, tidak identik dengan s akin baik- nya infrastruktu iliususnya kondisi jalan raya d fasilitas umum yang baik pula, di mana-mana ko disi jalan banyak yang dibi: kan rusak bertahun-tahun la anya. Lalu kemana dan iapa yang menikmati pajak? Dengan kondi dekatan personal' berbasis budaya terhadap koh-tokoh masyarakat ten mya perIu dipikirkan bers a oleh para elite birokrasi seb g . penang- gungjawab urusan pengelolaan 1<3, kendati pun ti -mungkin dipisahkan dengan pendekatan normatif, karena tu tutan alam modern yang s at rasional dan pragmatis, Untuk bisa me akkan 1<3 yang sudah dituan melalui Perda No. 11/2005. Pertama, mulailah janji t - dap diri sendiri (intern i) dan orang lain (sosiali i) secara konsisten dan bef Ianjutan. Kemudian melak reeva- luasi kinerja di lin ngan in- ternal para elite bi asi dan elite pemimpin mas t, be- narkah sudah me iki komit- men kuat untuk negakkan kepastian hukum peratu- ran dengan ko Isten dan tahan "godaan" ma Kedua, hentika represif, reaktif, pi . ih oleh para elite birokras , termasuk aparat lapangan d men- jalankan fungsi dan rannya, Ketiga, mengubah a pan- dang parsial yang ru, yang menganggap kesemr wutan 1<3

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Pikiran Rakyato Sabtu 0 Minggu12 @ 14 15 16

    27 28 29 30 31o Sep 0Okt 0Nov 0Des

    • Senin 0 Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat---=--------~--~~----~----------2 3 4 5 6 7 8 9 10 1118 19 20 21 22 23 24 25 26

    --------6 P~b0M~~--OAW--O Ms'.J~-;;--O-~i---OAg-;-

    Gagal Meraih AdipuraOleh SUWANDI SUMARTIAS

    T AHUN lalu, 13dari 26kabupaten/kota diJawa Barat meraih Pia-la Adipura karena dinilai mam-pu menjaga kebersihan, keter-tiban, dan keindahan (1

  • diakibatkan tidak tertibnyaPKL, tukang beca, angkot, par-kir. Di sisi lain, ~rambahanhutan clan pembangunan pusatperbelanjaan, pengadaan ken-daraan berjalan tanpa kontroldan memperhitungkan dam-pak negatifnya, sementarapembangunan supra dan infra-stuktur kota dibiarkan berjalantidak seimbang. Alih-alih tanpaberwawasan lingkungan hidupyang berkelanjutan, nyaman,bersih dan sehat.Mengembalikan Kota Ban-

    dung menjadi tertib, bersih,dan indah, akan terwujud jikasemua elemen masyarakatmerasa memiliki dan mencintaikota seperti mencintai dirinya.Namun semua itu tergantungpada tipe dan gaya kepemim-pinan. Adakah pemimpin yangmemenuhi kriteria cageur,bageur, bener, pinter tursinger melalui keteladananmoral maupun sosial sehinggabukan hanya Adipura yang di-raih, juga rasa memiliki semuaelemen masyarakat, sehinggadapat merasakan manfaatnya?Semoga!***

    Penulis, pengajar Komu-nikasi Politik dan Ketua Juru-san Humas diFikom Unp'ad.