07. bab 1 - 4 penelitian masjid tiban malang

35
| 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Masjid sebagai suatu bangunan tentunya merupakan arsip visual dari gambaran kehidupan manusia yang melahirkannya sesuai dengan zamannya. Sebagai aspek kultural yang melengkapi perwujudan dari segala kegiatan manusia masjid telah mengisi sejarah perkembangan manusia tersebut dengan penuh gaya dan kebesaran. Zaman keemasan dari para sultan Islam yang kaya raya dan penuh kharisma dalam kekuasaannya juga berhasil diabadikan pada bangunan-bangunan masjid dan arsitektur lainnya. Bangunan masjid muncul sebagai bangunan religi yang merupakan perpaduan dari fungsi bangunan sebagai unsur arsitektur islam yang berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang diperintahkan oleh Allah S.W.T sebagai tempat pelaksanaan ajaran islam, dengan bangunan sebagai ungkapan tertinggi dari nilai-nilai luhur kehidupan manusia yang juga melaksanakan ajaran syariat islam. Maka munculah arsitektur masjid dengan segala kelengkapannya, dengan bentuk dan tata ruang masjid mengikuti kurun waktu, daerah, lingkungan sekitar serta latar belakang manusia yang menciptakannya Arsitektur masjid di Indonesia banyak dipengaruhi oleh tradisi dan budaya, selain banyak yang dihasilkan secara otodidak, tidak terencana dan tidak terstruktur. Olahan arsitektur masjid lebih banyak dipengaruhi oleh imajinasi yang terbentuk dalam memori masyarakat secara umum, misalnya bentuk atap bawang atau kubah. Dalam perkembangannya, khazanah arsitektur masjid di Indonesia semakin berkembang. Masjid tidak lagi merupakan produk arsitektur yang dibuat secara otodidak oleh masyarakat, tetapi sudah tersentuh oleh para arsitek dan kaum akademisi. Hal ini berpengaruh terhadap karakteristik perwujudan arsitektur masjid di Indonesia. Pada sebagian besar masyarakat Indonesia, atap kubah merupakan simbol yang cukup populer dan paling mudah dikenali untuk sebuah masjid. Masjid-masjid dengan atap kubah banyak ditemukan di berbagai pelosok daerah sampai masjid-masjid besar di tengah kota. Gejala ini dapat dilihat dari banyaknya atap kubah siap pakai yang banyak dijual di pinggir jalan. Kiranya, pilihan terhadap atap kubah ini disukai masyarakat, selain karena praktis dan cepat pemasangannya, secara imajinatif atap kubah ini sudah menjadi sebuah simbol bagi sebuah masjid. Lembaga Pondok Pesantren Biharu Bahri Asaili Fadlaailir Rahmah berada di Sananrejo, Turen, Malang, Jawa Timur, memiliki arsitektur pondok yang indah. Fakta keindahan ini mempunyai daya tarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri. Belakangan, mereka mengenali lingkungan pondok ini dengan sebutan Masjid Turen.

Upload: achmad-junal-fajri

Post on 26-Dec-2015

514 views

Category:

Documents


49 download

DESCRIPTION

Makalah Penelitian Masjid Tiban Malang

TRANSCRIPT

Page 1: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengantar

Masjid sebagai suatu bangunan tentunya merupakan arsip visual dari gambaran

kehidupan manusia yang melahirkannya sesuai dengan zamannya. Sebagai aspek kultural yang

melengkapi perwujudan dari segala kegiatan manusia masjid telah mengisi sejarah perkembangan

manusia tersebut dengan penuh gaya dan kebesaran. Zaman keemasan dari para sultan Islam

yang kaya raya dan penuh kharisma dalam kekuasaannya juga berhasil diabadikan pada

bangunan-bangunan masjid dan arsitektur lainnya.

Bangunan masjid muncul sebagai bangunan religi yang merupakan perpaduan dari fungsi

bangunan sebagai unsur arsitektur islam yang berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang

diperintahkan oleh Allah S.W.T sebagai tempat pelaksanaan ajaran islam, dengan bangunan sebagai

ungkapan tertinggi dari nilai-nilai luhur kehidupan manusia yang juga melaksanakan ajaran syariat

islam. Maka munculah arsitektur masjid dengan segala kelengkapannya, dengan bentuk dan tata

ruang masjid mengikuti kurun waktu, daerah, lingkungan sekitar serta latar belakang manusia yang

menciptakannya

Arsitektur masjid di Indonesia banyak dipengaruhi oleh tradisi dan budaya, selain banyak

yang dihasilkan secara otodidak, tidak terencana dan tidak terstruktur. Olahan arsitektur masjid lebih

banyak dipengaruhi oleh imajinasi yang terbentuk dalam memori masyarakat secara umum, misalnya

bentuk atap bawang atau kubah. Dalam perkembangannya, khazanah arsitektur masjid di Indonesia

semakin berkembang. Masjid tidak lagi merupakan produk arsitektur yang dibuat secara otodidak

oleh masyarakat, tetapi sudah tersentuh oleh para arsitek dan kaum akademisi. Hal ini berpengaruh

terhadap karakteristik perwujudan arsitektur masjid di Indonesia.

Pada sebagian besar masyarakat Indonesia, atap kubah merupakan simbol yang cukup

populer dan paling mudah dikenali untuk sebuah masjid. Masjid-masjid dengan atap kubah banyak

ditemukan di berbagai pelosok daerah sampai masjid-masjid besar di tengah kota. Gejala ini dapat

dilihat dari banyaknya atap kubah siap pakai yang banyak dijual di pinggir jalan. Kiranya, pilihan

terhadap atap kubah ini disukai masyarakat, selain karena praktis dan cepat pemasangannya, secara

imajinatif atap kubah ini sudah menjadi sebuah simbol bagi sebuah masjid.

Lembaga Pondok Pesantren Biharu Bahri ‘Asaili Fadlaailir Rahmah berada di

Sananrejo, Turen, Malang, Jawa Timur, memiliki arsitektur pondok yang indah. Fakta keindahan

ini mempunyai daya tarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri. Belakangan, mereka mengenali

lingkungan pondok ini dengan sebutan “Masjid Turen.”

Page 2: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 2

Keindahan arsitektur pondok ini karena dihiasi dengan ornamen-ornamen Islam berupa

motif non figuratif seperti kaligrafi dan motif figuratif berupa benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan

dan motif arsitektural. Kemampuan arsitektur seniman muslim beralih pada motif-motif dekoratif

(hiasan) yang bercorak flora dan geometris. Keindahan yang ditampilkan dalam karya arsitektur

menjadikan daya tarik terhadap mereka, sehingga sebagian daripada mereka menyatakan dengan

perkataan yang spekulatif dan apriori, karena merasa kagum atas keindahannya.

Salah satu bentuk arsitektur yang umum dikenal bagi masyarakat Islam adalah bangunan

masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari segala kegiatan

sosial budayanya. Fungsi masjid tidak lagi hanya sekedar tempat untuk melakukan hubungan ritual

antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga berfungsi sebagai tempat melakukan hubungan

antar manusia, bahkan dapat saja digunakan untuk mencari ilmu.

Maka dari itu bentuk Masjid Tiban Turen, yang berada di kabupaten Malang, saat ini sangat

menarik untuk diteliti karena selain memiliki nilai historis, juga memiliki bentuk baru dengan

beberapa gaya arsitektur timur tengah dan gaya arsitektur klasik serta gaya arsitektur khas jawa.

Masalah yang hendak diangkat dalam penelitian ini menurut latar belakang Masjid Tiban adalah

menganalisa bentuk fasad dari Masjid Tiban Turen, Malang.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengamati bentuk fasade Masjid Tiban, Turen, Malang

2. Mengetahui Gaya Arsitektur Masjid Tiban, Turen, Malang

3. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk fasade Masjid Tiban

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengetahui bentuk fasad Masjid Tiban?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi fasad Masjid Tiban?

Penelitian penulisan ilmiah ini bertujuan untuk menganalisa bentuk fasad Masjid Tiban dan

manfaatnya untuk menambah wawasan pada sejarah masjid dan arsitektur masjid.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitiam ini yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui sejarah tentang Masjid Tiban

2. Mengetahui Gaya Arsitektur yang diterapkan pada Masjid Tiban

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk fasade dan ornamen pada Masjid

Tiban

1.5 Batasan Masalah

1. Cakupan identifikasi Bentuk fasade dan ornamen Masjid Tiban.

2. Pembahasan dibatasi pada bentuk dan ornamen pada tampilan fasade bangunan.

Page 3: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 3

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1. Metode Berpikir Ilmiah

Metode berpikir ilmiah yang digunakan adalah Pola Rasional Deduktif, yaitu memberi

keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan karena hasil penelitian berdasarkan penarikan

kesimpulan seluruh data yang diperoleh melalui kerangka pemikiran (teori dan hipotesa) yang logis.

Sedangkan berdasarkan observasi data di lapangan yang kemudian dianalisa untuk menghasilkan

suatu kesimpulan, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.

1.6.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data dapat

memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi

untuk menyusun instrumen penelitian yang diperlukan. Hubungan antara teknik pengumpulan data

dengan masalah penelitian dapat dipecahkan dengan langkah-langkah pengumpulan data sebagai

berikut :

Studi Literatur

Studi literatur yang dilakukan peneliti dengan cara membaca dan mencatat informasi

yang memuat teori-teori yang berhubungan dengan penelitian sehingga memperoleh data-data

yang mendukung pemecahan masalah dalam penelitian tersebut. Sebab menelaah dan

menelusuri literatur merupakan kerja kepustakaan yang sangat diperlukan dalam pengerjaan

dan penelitian. Hal tersebut dilakukan melalui internet, mengenai : sejarah, pengertian gaya

arsitektur, dan karakteristiknya.

Teori-teori kepustakaan dibutuhkan sebagai pegangan pokok secara umum dan

sejumlah data dapat juga digunakan sebagai pertimbangan suatu kesimpulan. Pengumpulan

data literatur juga bermanfaat bagi penelitian sebagai tolak ukur dan bahan perbandingan

terhadap fakta yang terdapat pada obyek penelitian.

Observasi langsung ke obyek penelitian

Identifikasi ini memakai observasi secara langsung pada obyek penelitian. Pengamatan

dilakukan di Kota Malang. Dilakukan penentuan sampel ruang sebanyak dua puluh sampel bangunan.

Selain itu, untuk lebih akurat dalam penelitian, maka digunakan kamera untuk

mendokumentasikannya.

Page 4: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 4

ALUR PEMIKIRAN PENELITIAN

PENENTUAN JUDUL

Studi Tipologi Bangunan Pada MasjidTiban Di Turen Malang

PENGUMPULAN DATA

BATASAN

PENGOLAHAN DATA

Identifikasi bentuk fasade dan ornamen yang ada padaMasjid Tiban

ANALISA

KESIMPULAN

Menemukan Tipologi Gaya Arsitektur yang diterapkan pada Masjid Tiban diTuren Malang

Literatur Observasi (studi Lapangan) Dokumentasi

Identifikasi Tipologi bangunan pada Masjid Tiban

Analisa elemen-elemen bentuk fasade dan ornamen pada Masjid Tibandengan mengkaitkan pada bentuk masjid timur tengah dan cina.

Gambar 1.1 : Diagram Alur Pikir

Sumber: Analisa Pribadi

Page 5: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Arsitektur Masjid

Pada awal perkembangan peradaban Islam lebih berkonsentrasi pada pengaturan perilaku

ketimbang membuat bentuk lambang-lambang. Muhammad ketika diangkat sebagarasul tidak dibekali

dengan sebuah cetak biru bangunan masjid atau gambar benda-bendaperlambang dan sejenisnya.

Namun ketika kebudayaan Islam mulai menyusun bentuknyaseirama dengan itu sejumlah lambang

mulai diposisikan, baik yang berasal dari bentuk pinjaman maupun orisinal. Bentuk-bentuk lengkung,

kubah menjadi bagian dari corak Islam, ketika Islam menjadi pewaris sah dari budaya agung :

Byzantium, Mesir, Persia, dan India.

2.1.2 Pengertian Masjid

Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat sujud,

dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Ibadah adalah sebuah kata yang

diambil dari bahasa Arab, yang artinya perbuatan atau pernyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan

yang didasari oleh peraturan agama, segala usaha lahir batin yang sesuai perintah agama yang harus

dituruti pemeluknya, dan upacara yang berhubungan dengan agama. Ibadah dapat berarti juga

perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan, mengerjakan perintah-Nya

dan menjauhi larangan-Nya. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas

muslim. Kegiatan – kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al

Qur'an sering dilaksanakan di Masjid.

Arsitektur masjid mencitrakan ketundukan dan keteraturan yang menyelaraskan kehidupan

sesama manusia maupun dengan Sang Khaliq. Shalat merupakan kegiatan pertama yang diwadahinya.

Baik itu bersendiri atau berjamaah, ketika melaksanakan shalat seseorang sedang berdialog pasrah

kepada Sang Pencipta maupun terhubung sesamanya.

2.1.3 Unsur-unsur Fisik Masjid

Arsitektur Masjid yang terdiri dari elemen-elemen arsitekturalnya: denah, pilar, mihrab,

kubah, minaret, muqarnas, sampai ke hiasan kaligrafinya, secara keseluruhan menyatu membentuk

“kalimat” yang berperan mengantar masuk menuju realitas tertinggi bagi kehidupan spiritual. Namun

arah kiblat dan posisi imam serta makmum adalah pokok utama yang harus terpenuhi. Unsur lain

seperti tempat wudhu, minaret, mimbar, adalah kelengkapan sekunder saja bukan yang wajib harus

diadakan. Karena dalam sunnah Rasul memang tercatat betapa di masjidnya terdapat sebuah sumur

ditengah-tengah halaman yang menjadi tempat para jamaah datang melaksanakan wudhu. Juga Rasul

Page 6: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 6

pernah memerintahkan agar sahabat Bilal mengambil posisi yang tinggi di salah satu bagian dinding

pembatas masjid untuk menyerukan panggilan azan.

2.1.4 Fungsi Masjid

Ada dua hal penting yang sebenarnya menjadi pertimbangan dalam membangun sebuah

mesjid. Yang pertama fungsi utama dari sebuah mesjid sebagai tempat beribadah yaitu menyembah

Allah SWT, dan yang kedua adalah aspek spasial dan arsitektur sebuah mesjid yang dapat menjadi

tempat bersosialisasi dan bersilaturahmi serta dapat meningkatkan kekhusukan dan kesyahduan

jamaah tidak hanya pada saat beribadah tetapi saat berada di lingkungan mesjid.

Yang pertama adalah fungsi mesjid yang paling utama untuk pelaksanaan berbagai ibadah,

khususnya solat berjamaah yang dapat menampung minimal 40 orang, terdapat mihrab untuk imam

dan makmum yang mengahadap kiblat dan selebihnya adalah opsional. Tetapi dalam

perkembangannya, mesjid juga menjadi pusat berbagai kegiatan social-keagamaan, pendidikan,

politik, kesehatan, dan yang lainnya.

Perkembangan ini dimulai ketika Nabi Muhammad hijrah dan mendirikan Negara Madinah

dan kemmudian mendirikan sebuah Mesjid Madinah yang kemudian terkenal dengan nama Mesjid

Nabawi sebagai pusat dari kegiatan negara tersebut. Seetelah Nabi Muhammad wafat, mesjid ini tetap

menjadi pusat kegiatan para khalifah. Dalam perkembangan selanjutnya, selain menjadi pusat

pertemuan para sahabat dan pemimpin muslim lainnya, Mesjid Nabawi juga digunakan sebagai

tempat berdakwah pelajaran tentang Islam bagi orang-orang yang baru memeluk Islam. Dari sinilah

awal perkembangan mesjid sebagai salah satu pusat pendidikan Islam.

Yang kedua adalah aspek spasial dan arsitektur dari sebuah mesjid. Menurut Ira Lapidus,

seorang guru besar dari UCLA, misalanya, dalam beberapa karyanya tentang Islamic cities

menyimpulkan, bahwa pada dasaranya pengaturan spasial kaum Muslimin berpusat pada mesjid. Bisa

dikatakan bahwa mesjid merupakan titik pusat dan awal pengaturan tata ruang lingkungan kehidupan

kaum Muslimin. Jadi dari mesjid kemudian diatur berkembang unit-unit spasial lainnya.

2.2 Sejarah Masjid

2.2.1 Mesjid Pertama di Dunia

Di Propinsi Hijaz, sebelah barat Arab Saudi yang tidak jauh dari Laut Merah, terdapat kota

yang bernama Mekah. Di tengah-tengah pusat dari kota ini terdapat bangunan kotak kecil yang

berukuran 12x10x15m yang terbuat dari batu. Kotak kecil yang terbuat dari batu jika kita lihat tidak

sesuai dengan langit yang tinggi atau dataran yang luas di muka bumi ini. Kotak kecil itu disebut

sebagai Kaa’ba yang dapat diartikan ‘kotak’ atau juga bisa disebut Baitullah atau rumah Allah.

Pembangunan Kaa’ba sendiri menurut sejarah Islam dilakukan oleh Nabi Ibrahim A.S. dan

puteranya Ismail A.S. Nama lain dari Kaa’ba adalah Baitul Atteq yang bermakna paling awal dan

lama atau juga bisa berarti merdeka dan bebas. Jadi disinilah mesjid pertama yang ada di muka bumi

Page 7: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 7

ini dibangun yang kemudian menjadi kiblat umat Muslim sedunia untuk melakukan ibadah solat lima

waktu.

Menurut tradisi Islam, Kaa’ba yang ada di surga telah digariskan oleh Allah SWT menuju

Surga yang terletak diatas Kaa’ba yang ada di dunia. Jadi sebenarnya ada juga Kaa’ba yang ada di

surga yang dijadikan kiblat oleh para malaiklat yang disebut Baitul Maa’moor.

Ibrahim membuat tempat suci yang disebut Kaa’ba ini pada saat ia menuju ke daerah selatan

padang pasir bersama istrinya Siti Hajar dan anaknya yang masih sangat kecil Ismail. Pada Bible

perjanjian lama disebutkan bahwa ada dua rumah Tuhan yang dibangun. Satu yang ada di surga yaitu

Baitul Maa’moor, dan satu lagi yang ada di dunia adalah Kaa’ba atau Baitullah yang berada di

Mekah.

Pada saat Nabi Ibrahim A.S. membangun Kaa’ba di Mekah dengan dibantu oleh anaknya

Ismaail A.S., dia berdoa kepada Allah agar Kaa’ba dijadikan kiblat bagi semua orang baik dan

beriman. Tetapi dengan perkembangan zaman yang ada di daerah Mekah, banyak orang-orang yang

tidak mengikuti Nabi Ibrahim untuk menyembah Allah SWT, tetapi menyembah berhala atau patung

yang dibuatnya sendiri sebagai bentuk tuhan yang ada bagi mereka. Mereka menaruh berhala-berhala

tersebut di dalam Kaa’ba tersebut.

Selama Nabi Ibrahim masih hidup, ia selalu berusaha membersihkan ruangan dalam Kaa’ba

yang berisi berhala-berhala tersebut dan mencoba memberi tahu kepada masyarakat bahwa Kaa’ba

adalah symbol dari Rumah Tuhan, tetapi Tuhan tidak berada di dalamnya, melainkan diseluruh jagat

raya ini. Tetapi setelah Nabi Ibrahim A.S. wafat, kemudian orang-orang mulai menaruh kembali

berhala-berhala tersebut di dalam Kaa’ba sampai kurang lebih 400.000 tahun.

Setelah Muhammad Ibnu Abdullah memasuki kota Mekah, ia bersama menantunya yang

bernama Ali Ibnu Abi Thallib menghancurkan semua berhala yang ada di dalam Kaa’ba dengan

tangan mereka sendiri.

Dalam sejarahnya Nabi Ibrahim A.S. dan anaknya Ismail A.S. membangun Kaa’ba dengan

melanjutkan pondasi yang sama yang telah dibuat Nabi Adam A.S. sebelumnya. Pada mulanya

Kaa’ba hanya terdiri dari empat buah dinding tanpa atap. Beberapa abad kemudian, Khusayi,

pemimpin dari suku Quraish melengkapi bangunan tersebut dengan atap untuk memberikan bentuk

seperti perlindungan dan pintu. Jadi orang dapat masuk ke dalam Kaa’ba melalui pintu tersebut untuk

berdoa.

Di pojok timur dari Kaa’ba terdapat batu hitam atau yang biasa disebut Hajar Aswad, yang

sejarahnya adalah batu putih dari surga, tetapi setelah jatuh ke bumi dan berada di tangan orang-orang

kafir, batu tersebut menjadi hitam, yang berdiameter kurang lebih 12 inchi. Kemudian di arah

berseberangan di daerah barat daya terdapat dinding setengah lingkaran dengan tinggi kurang lebih 5

kaki dan tebal juga 5 kaki yang merupakan makam Ismail A.S. dan ibunya Siti Hajar. Terdapat pula

makam Nabi Ibrahim A.S. yang terletak diantara dinding setengah lingkaran tersebut dengan Kaa’ba,

Page 8: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 8

yang berbentuk kubah kecil. Didalamnya terdapat batu kecil yang terdapat bekas kaki Nabi Ibrahim

A.S.

Menurut para akademik dan sejarahwan berkata bahwa Kaa’ba sampai saat ini sudah dilakukan

perbaikan dan pembesaran sampai 12 kali. Pembesaran ini membuktikan bahwa jumlah umat Islam

kian bertambah dan juga keinginan melakukan Rukun Islam yang kelima.

Imam Abul Hassan Mawardi dan lain-lain meriwayatkan bahwa semasa Rasulullah hingga

ketika Saidina Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, Masjidil-Haram tidak mempunyai dinding dan

datarannya tidak seluas seperti saat ini.

Perluasan Masjidil-Haram bermula pada tahun 638 Masehi oleh Saidina Umar ibnu Khattab.

Beliau telah membeli rumah-rumah di sekeliling Ka’abah dan diruntuhkan kesemuanya bagi tujuan

perluasan. Perluasan Masjid diteruskan lagi oleh Saidina Usman pada kira-kira tahun 647 Masehi.

Pada tahun 696 Masehi, Abdullah ibn Zubair yaitu cucu Saidina Abu Bakar juga telah

memperluas kawasan masjid ini dengan membeli gedung-gedung yang terdapat di sebelah timur dan

selatan Masjid. Sementara di bagian utara dan barat telah diperluas oleh Zaid bin Abdullah al-Harisi

dibawah perintah Abu Ja’afar al-Mansur, Khalifah Bani Abas kedua. Masjidil-Haram telah dibangun

dengan jiwa seninya yg tinggi.

Abdul Malik ibn Marwan, Umar, Al-Walid, Ziad bin Abdullah, Musaal-Mahdi, adalah orang-

orang yang awalnya menghiasi masjid ini. Dalam bangunan terdapat Kalimat-kalimat al-Qur’an

dengan corak Islami, batu-batu marmernya telah diukir dengan indah dan tiang-tiangnya dibalutkan

emas.

Kini Masjidil-Haram telah mempunyai sebanyak sembilan menara, berdiri tegak dengan

indahnya, dengan alunan kemerduan suara azan yang setiap waktu memanggil umatnya untuk

menunaikan perintah Allah dengan penuh kesabaran dan keinsyafan.

Ada beberapa fungsi mesjid menurut DMI (Dewan Mesjid Indonesia) berdasarkan mesjid yang

dibangun pertam kali dan juga masjid yang dibangun oleh Nabi Muhammad, Pertama, masjid dapat

difungsikan sebagai pusat ibadah, baik ibadah mahdhah, maupun ibadah sosial. Ibadah mahdhah

adalah ibadah yang langsung kepada Allah SWT, seperti salat, mengaji, tahlil, dan tadarus. Tentu,

secara tidak langsung, ibadah-ibadah tersebut juga ada hubungannya dengan masyarakat. Sedangkan

sebagai pusat ibadah sosial, masjid dapat difungsikan untuk mengelola zakat, wakaf, membangun

ukhuwah Islamiyah, menjaga kebersihan dan kesehatan bersama, melaksanakan kurban, dan

membantu peningkatan ekonomi ummat. Kedua, memanfaatkan masjid sebagai pusat pengembangan

masyarakat, melalui berbagai sarana dan prasarana yang dimiliki masjid, seperti khutbah, pengajian,

kursus ketrampilan yang dibutuhkan anggota jamaah, dan menyelenggarakan pendidikan formal

sesuai kebutuhan masyarakat. Dan, ketiga, memfungsikan masjid sebagai pusat pembinaan persatuan

ummat.

Page 9: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 9

2.2.2 Sejarah Mesjid di Indonesia

Betapapun sederhana bentuk bangunan dan arsitekturnya, mesjid telah hadir bersamaan dengan

penyebaran Islam di usantara. Tetapi kita tidak tahu pasti mesjid mana yang merupakan mesjid

pertama dan tertua di Indonesia.Tetapi jika kita lihat dari kerajaan Islam pertama yang ada di

Indonesia, mesjid tertua di Indonesia adalah mesjid yang berada di kerajaan Samudra Pasai sebagai

kerajaan Islam pertam di Indonesia. Menurut Undang-undang no.5 tahun 1992, tentang “Benda Cagar

Budaya”, ukuran untuk menetapkan ‘usia’ bangunan yang sudah tua adalah 50 tahun. Jadi jika ukuran

tersebut yang digunakan, maka diperkirakan terdapat lebih dari 10000 mesjid ‘tua’ dan ‘kuno’ yang

ada di Indonesia. Ada beberapa mesjid ‘tua’ dan ‘kuno’ yang jauh melampui batas waktu yang

digariskan oleh undang-undang no.5 thaun 1992, diantaranya adalah Mesjid Baiturrahman Banda

Aceh yang berada di Aceh (1292); Mesjid Leran Pesucinan yang berada di Gresik (1385); Mesjid

Sawo Gresik yang berada di Gresik (1398); Mesjid Mapauwe yang berada di Leihitu, Maluku Tengah

(1414); Mesjid Pajunan yang berada di Cirebon (1453); Mesjid Agung Demak yang berada di Demak

(1477); dan lain-lain.

Ketika Islam mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa, arsitektur Islam

diperkenalkan oleh para ‘’wali'’, sebagai orang yang dianggap dekat dengan Tuhan dan diyakini

memiliki berbagai kelebihan. Para wali bertugas mengajarkan agama Islam dan sangat menghormati

kebudayaan yang berkembang sebelum masuknya Agama Islam di Indonesia. Karena itulah para wali

sangat dihormati dan disegani, sehingga karya-karya arsitektur Islam saat itu masih memperlihatkan

perpaduan budaya lama dan budaya baru dalam arsitektur Islam.

Memasuki dekade 1960-an, mulai muncul gaya-gaya baru dalam arsitektur masjid di Indonesia.

Gaya-gaya arsitektur yang baru tersebut banyak muncul dari kalangan intelektual Islam diantarnya

adalah Achmad Noe’man, salah satu arsitek yang ikut merubah wajah mesjid yang ada di Indonesia.

Salah satu karyanya adalah Mesjid Salman di ITB yang dibangun pada tahun 1964. Di sini, ia

berusaha untuk merombak pola-pola lama dalam perwujudan bentuk dan ekspresi masjid-masjid di

Indonesia yang telah ada sebelumnya. Gagasan-gagasan totalitas dalam pembebasan tradisi tersebut,

termasuk dalam pengambilan pilihan material, teknik dan teknologi membangun masjid pada saat itu,

tampaknya menjadi `sangat konstekstual` jika dilihat dari keberadaannya sebagai masjid kampus yang

sudah sewajarnya penuh dinamika dan pembaharuan oleh perubahan-perubahan bentuk arsitekturnya.

Arsitektur masjid dengan gaya baru di Indonesia, mulai muncul saat pembangunan Masjid

Istiqlal di Jakarta. Meskipun masjid merupakan karya arsitektur Islam, tetapi ternyata Masjid Istiqlal

di Jakarta adalah karya arsitek ternama Indonesia non Muslim. Arsitek Masjid Istiqlal adalah

Frederick Silaban, seorang umat Nasrani yang menempuh pendidikan arsitekturnya di ITB Bandung.

Meskipun arsitek ini bukan seorang Muslim, namun ia dapat menghayati fungsi masjid sebagai

perwujudan penting umat Islam.

Page 10: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 10

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Observasi :

3.1.1 Observasi

Istilah observasi diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”.

Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang

muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi selalu

menjadi bagian dalam penelitian psikologis dan juga arsitektur dalam konteks alamiah (Banister dkk,

1994 dalam Poerwandari 1998). Observasi dalam rangka penelitian kualitatif harus dalam konteks

alamiah (naturalistik).

Patton dalam Poerwandari (1998) menegaskan observasi merupakan metode

pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar

memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh

peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan yang

teliti dan lengkap.

Moleong tidak memberikan batasan tentang observasi, tetapi menguraikan beberapa pokok

persoalan dalam membahas observasi, diantaranya: a) alasan pemanfaatan pengamatan, b) macam-

macam pengamatan dan derajat peranan pengamat (Moleong, 2001).

a) Manfaat Pengamatan

Menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (2001) alasan-alasan pengamatan (observasi)

dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam penelitian kualitatif, intinya karena:

1) Pengamatan merupakan pengalaman langsung, dan pengalaman langsung dinilai

merupakan alat yang ampuh untuk memperoleh kebenaran. Apabila informasi visual

yang diperoleh kurang meyakinkan, maka peneliti dapat melakukan pengamatan

sendiri secara langsung untuk mengecek kebenaran informasi visual tersebut.

2) Dengan pengamatan dimungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian

mencatat keadaan dan kejadian sebagaimana yang sebenarnya.

3) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat keadaan yang berkaitan dengan

pengetahuan yang relevan.

4) Sering terjadi keragu-raguan pada peneliti terhadap informasi yang diperoleh yang

dikarenakan kekhawatiran adanya penyimpangan. Jalan yang terbaik untuk

Page 11: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 11

menghilangkan keragu-raguan tersebut, biasanya peneliti memanfaatkan pengamatan

langsung secara visual.

5) Pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit,

karena pengamatan dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit

dan untuk perilaku yang kompleks.

6) Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan,

pengamatan menjadi alat yang sangat bermanfaat.

b) Macam Pengamat dan Derajat Pengamat

Menurut Moleong (2001) pengamatan dapat diklasifikasikan menjadi: a) pengamatan dengan

latar alamiah atau pengamatan tidak terstruktur dan b) pengamatan buatan atau pengamatan

terstruktur. Pengamatan terstruktur ini disebut eksperimen biasa digunakan dalam penelitian

kuantitatif. Sedang pengamatan alamiah atau pengamatan tidak terstruktur inilah yang biasa

digunakan dalam penelitian kualitatif atau penelitian arsitektur.

3.1.2 Teknik Observasi (pengamatan visual)

Pengamatan visual merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk

merekam wujud bentuk fisik Kota Kediri yang mencakup wajah kota dan aktivitas

penggunaannya. Menurut Worskett (1969) karakter fisik kota dapat dianalisis dengan menilai

pandangan secara subjektif dan memeriksa bukti-bukti arkeologi yang mempengaruhinya.

Berdasarkan pernyataan Worskett (1969) metode pengamatan secara visual ini merupakan salah

satu metode yang sangat penting dalam penenelitian lingkungan kota.

Menurut Spreiregen (1965) kekuatan utama metode pengamatan visual ini ialah peneliti

dapat mengkaji bentuk, komposisi dan wajah kota. Spreiregen juga mengatakan bahwa tinjauan

pengamatan visual terhadap desain sebuah kota adalah suatu pemeriksaan terhadap bentuk,

penampilan dan kandungan elemen kota. Menurut Rapoport (1976) metode pengamatan visual

dapat digunakan untuk mempelajari pola tata ruang yang berdasarkan pada sosial budaya baik

pada permukiman tradisional maupun kota-kota tradisional.

3.2 Metode Analisis Data

Kesemua data yang terkumpul melalui beberapa metode di atas akan dilakukan uraian secara

deskriptif, kemudian dari uraian ini dilakukan ringkasan (dinarasikan menjadi hal yang sangat

objektif), kemudian di analisis triangulasi artinya uraian yang sangat objektif tadi di hubungkan

dengan narasi yang lainnya sehingga ditemukan sebuah kesimpulan yang dapat menjawab

permasalahan dan sesuai tujuan dari penelitian ini.

Page 12: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 12

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian

Sumber: Di disain oleh peneliti 2015

Analisis

Observasi (kajian visual)

Ya

Rumusan Masalah

MULAI

Tinjauan Teoritis

Metodologi Penelitian

Metode Pencarian Data

Observasi (kajian visual)

Melakukan AnalisisData Lapangan Perbaiki

Temuan

Analisis metode

yang digunakan

KESIMPULAN

Page 13: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 13

3.3 Deskripsi Objek Penelitian

Masjid Ajaib atau juga Masjid Tiban terletak

di Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Arsitek

dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang

yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi,

melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH

Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya,

bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan

timur tengah dan china.

Lokasi Masjid berada di didaerah Turen

Kabupaten Malang, tepatnya berada diarea pondok

pesantren Biharu Bahri’Asali Fadlaailir Rahmah

Jl.Anggur Rt 27 Rw 06 Sananrejo Kecamatan

Turen Kabupaten Malang.

Peta Geografis Provinsi Jawa Timur

(Sumber : Bakosurtanal)

Lokasi

Tapak

Page 14: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 14

Warna pada masjid ini adalah

Perpaduan antara warna putih, biru, krem,

kuning, dan lainnya terlihat sangat kompak

dan padu.

Terdapat garis vertical, horizontal

dan diagonal, namun garis vertical lebih

mendominasi karena tinggi bangunan

sekitar 40-50 meter dari muka tanah.

Melambangkan bahwa Tuhan itu tinggi dan

berada ditempat yang tertinggi, dan manusia itu kecil, dan tidak pantas untuk menyombongkan

dirinya kepada sesamanya ataupun Tuhan.

Gabungan antara kotak, segitiga dan

lingkaran, karena bangunan merupakan sebuah

masjid berukuran besar dengan jumlah lantai

sampai 10 lantai. Banyaknya bidang yang masuk

dan digunakan Melambangkan bahwa masjid

adalah tempat yang mampu menampung setiap

karakter manusia dan terbuka untuk siapa saja.

Mengusung gaya modern dengan

hiasan berbagai aksesoris maupun ornamen

yang ada di dinding-dinding bangunan ini. Ada

kolam berukuran cukup besar, yang lengkap

berisi ikan aneka ukuran di lantai bagian atas.

Jenis yang terlihat saat itu adalah ikan koi, ikan

emas, dan lain sebagainya. Adanya kubah-

kubah yang berhiaskan semacam motif

berwarna-warni yang semarak. Dimana di

depannya diletakkan sejenis pohon kurma

buatan. Yang unik, pohon kurma buatan ini terdapat lampu-lampu kecilnya, jika dinyalakan, akan

tampak kelap-kelip. Yang lebih mengagumkan, di lantai atas lagi terdapat kebun jagung yang tumbuh

subur. Juga terdapat semacam pekarangan yang disulap mirip kandang sebagai pemeliharaan beberapa

ekor monyet yang sedang berlompatan ke sana-kemari.

Page 15: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 15

BAB IV

SEJARAH MASJID TIBAN DAN GAYA ARSITEKTURNYA

4.1 Sejarah Masjid Tiban Turen Malang

Masid Turen merupakan sebuah pondok pesantren. Nama Pondok Pesantren (Ponpes)

Salafiyah adalah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah), yang terletak di Jalan

KH. Wahid Hasyim Gang Anggur No.10, RT 07 / RW 06 Desa Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang.

Menurut salah seorang panitia, ponpes tersebut artinya segarane, segara, madune, Fadhole Rohmat.

Rintisan Ponpes Bi Ba’a Fadlrah ini dimulai pada 1963 oleh Romo Kyai Haji Ahmad Bahru

Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kyai Ahmad.

Ponpes ini dibangun sejak tahun 1978 di areal seluas 4 hektare, dan kira-kira baru 1,5 hektare

dari luas tanah itu yang digunakan untuk bangunan utamanya. Arsitektur bangunannya sangat

menawan. Sangat serius. Ini terlihat di setiap detail ornamennya. Benar-benar tak disangka, jika di

sebuah desa kecil Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang berdiri sebuah bangunan yang arsitekturnya

yang bisa membuat hati berdecak kagum. Begitu datang ke sini, pengunjung akan disambut oleh

sebuah wahana demi wahana, dari melangkahkan kaki untuk pertama kalinya di dalam bangunan

pondok pesantren ini, sampai keluar. Dari tingkat pertama sampai dengan tingkatnya yang ke sepuluh.

Lebih dari itu, arsitektur yang dipakai bukan hasil ilmu dan imajinasi seorang arsitek yang

handal. Tapi dari hasil istikharah si pemilik pondok, KH Ahmad Bahru Mafdlaludin Soleh. Bangunan

ini tidak dapat diperkirakan jadinya, sekarang sudah 10 lantai dibangun, bisa jadi nanti ditambah atau

bisa-bisa dikurangi. Karena semua tergantung istikharah Romo Kyai (Kyai Ahmad.). Romo Kyai juga

yang ngepaskan amalan-amalan. Mungkin karena itu, banyak berita bahwa bangunan ini adalah

masjid tiban (tiba-tiba ada). Padahal ini bukan masjid tapi ponpes, Gus Alief (santri) berkata “tiap hari

selalu datang pengunjung dari berbagai kota ke ponpes ini. Di buku tamu pun berbagai komentar

tentang keindahan ponpes ini tertulis. Bahkan, tak jarang ada yang mengaku tersentuh hatinya ketika

memasuki sebuah ruang. Tiap orang berbeda.”

Sejak tahun 1978, Kyai Ahmad murid Kiai Sahlan di Sidoarjo ini memilih Turen untuk

mendirikan ponpesnya. Sejak itulah, dengan dibantu oleh para santrinya, Kiai Ahmad memulai

pembangunan ponpes dengan alat pertukangan sederhana dan proses belajar sendiri. Jadi jangan heran

kalau akhirnya santri-santrinya punya spesialis ketrampilan. Santri Kiai Ahmad sekarang ada 32 yang

sudah berkeluarga dan tinggal di sini. Jadi bisa dihitung tambahan santrinya. Sedang yang belum

berkeluarga ada 37 orang. Semua santri itulah yang menjadi tukang sekaligus mandor bangunan ini.

Mereka bekerja tidak menggunakan alat-alat berat modern. Semua dikerjakan sendiri.

Page 16: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 16

Dengan belajar langsung dalam pembangunan ponpes inilah para santri diajar mengaji

kehidupan sehari-hari. Mereka yang sudah berkeluarga pun yang belum akan memiliki peran sendiri-

sendiri Di ponpes ini, orang bertabiat A sampai Z ada. Di sinilah mereka tersentuh hatinya. Dengan

ikut berpartisipasi ini mereka mengamalkan ajaran cinta bukan pahala.

Harus diakui, lamanya proses pembagunan ponpes ini mengisyaratkan perlunya kesabaran

dan keikhlasan. Tiap detil ornamen harus digarap dengan sabar dan teliti. Selain pekerjaan yang tak

mudah itu, sebagai tukang, para santri juga bukan orang yang dibayar. Keikhlasanlah yang akhirnya

menjadi oase di dalam hatinya. “Semua itu tentu saja sumbernya dari cinta. Dalam agama kita

diajarkan itu semua. Dengan menjalani itu semua para santri membersihkan hatinya dari penyakit-

penyakit hati. Kalau raganya yang sakit, datang ke sini maka yang disembuhkan adalah hatinya dulu.

4.2 Gaya Arsitektur yang diterapkan pada masjid Tiban

Setiap daerah memang selalu memiliki ciri khas tertantu dalam bangunan yang berdiri pada

daerah tersebut, dan dalam hal ini tidak terkecuali bangunan tempat peribadatan yang berupa masjid,

dan kali ini peneliti akan menjelaskan tentang ciri-ciri dari bangunan masjid yang berketerkaitan

dengan bentuk masjid Tiban yang diteliti kali ini.

Pada keterangan diatas bisa diambil hipotesa bahwa masjid tidak dibangun atau dirancang

oleh seorang arsitek ternama, melainkan hasil dari ‘Istikharah’ dari pendiri masjid itu yaitu Kyai

Ahmad, namun sisi lain model bentuk fasade serta ornamenasi pada masjid ini mengikuti bentuk

gabungan dari arsitektur masjid antara timur tengah, china dan modern.

4.2.1 Gaya Arsitektur Masjid Timur Tengah

Pada gaya Arsitektur bangunan timur tengah, terutama arsitektur masjid memiliki ciri khas

yang mendasar berupa bentuk dari fasad masjid yang akan dijelaskan yaitu sebagai berikut :

1. Tiga kubah utama yang diapit dua kubah menara air berukuran lebih kecil.

2. Bentuk kepala semua kubah sama, yakni bulat berujung lancip, khas paduan arsitektur

Timur Tengah dan Asia

3. kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan

dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para

arsitekturnya.

4. Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan geometris serta obelisk

sebagai ornamen.

Berdasarkan wacana diatas ciri-ciri dari masjid timur tengah banyak terletak dari bentuknya,

terutama bentuk kubahnya, yang memiliki kubah utama sebagai kepala dan diapit dari kubah

Page 17: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 17

menara yang berukuran lebih kecil, selain itu pada arsitektur masjid timur tengah juga memiliki ciri

khusus lain yaitu berupa ornament dan hiasan geometris yang berada pada gerbang masuk.

4.2.2 Gaya Arsitektur Masjid China

Budaya Cina mempunyai simbolisme yang telah hadir sejak ribuan tahun yang lampau. Setiap

simbol mempunyai makna yang tersendiri. Motif hiasan yang terkenal dan pelbagai dalam tradisi Cina

dijelmakan hasil daripada ilham berdasarkan falsafah, lagenda, sejarah, Tao, Confucious dan tradisi

agama Buddha (Muzium Kesenian Islam Malaysia, 2001). Simbol-simbol ini wujud dalam bentuk

visual dan ada yang bukan dalam bentuk visual. Simbol visual pada kebiasaanya hadir dalam bentuk

hiasan ragam hias dan warna-warna yang sesuai dengan maksud simbol tersebut. Simbol yang tidak

dapat dilihat secara visual pada kebiasaanya ada dalam aktiviti ritual keagamaan masyarakat Cina.

Terdapat lapan lambang Buddha yang seringkali diguna pakai sebagai motif dan hiasan kerana setiap

lambang ini mempunyai maksud dan kegunaanya yang tersendiri.Antaranya ialah roda,

cengkerang koc, ikan yang berpasangan, ikatan abadi, bunga teratai, pasu, langit-langit dan payung

(Muzium Kesenian Islam Malaysia, 2001).

Hiasan dalam seni bina Cina boleh dikelompokkan kepada lima jenis iaitu haiwan (fauna),

tumbuhan (flora), fenomena, lagenda dan geometrik (Moedjiono, 2011). Ornamentasi adalah sesuatu

yang sangat penting dalam seni bina Cina. Kebanyakan daripada hiasan-hiasan yang ada dalam seni

bina Cina ini bukan sahaja untuk perhiasan semata-mata tetapi perhiasantersebut dikira sebahagian

daripada pembinaan sebuah bangunan dan ormamentasi tersebut pasti bersesuaian dengan alam

sekitar (Cai & Lu, 2006).

Motif dan simbol Cina adalah berbeza dengan simbol daripada budaya lain kerana setiap

simbol mempunyai maknanya yang khusus. Simbol-simbol ini telah tertanam dalam pemikiran

masyarakat Cina sebagai petanda baik dan tuah positif yang akan membawa kesejahteraan kepada

masyarakat Cina (Muzium Kesenian Islam Malaysia, 2001). Motif dan ornamentasi dalam senibina

Cina secara umumnya dapat dibahagikan kepada tujuh kelompok yang terdiri daripada flora, fauna,

geometri, kosmos, kaligrafi, peralatan dan watak manusia (Lim Lee Hock & Ismail Said, 2001).

Haiwan (Fauna)

Bentuk-bentuk dan unsur Cina mengandungi pola dan simbol daripada makhluk yang bernyawa yang

mempunyai maksudnya yang tersendiri, iaitu sebagai penjaga keselamatan dan pembawa nasib baik.

Haiwan yang seringkali digunakan sebagai motif hiasan adalah seperti naga, harimau, singa, burung

Hong, phoenix (burung merak), kura-kura, gajah, kelawar, qilin (haiwan mistik Cina), menjangan dan

burung bangau.

Page 18: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 18

Naga

Motif ukiran naga mempunyai manifestasinaya sendiri bermula dengan lilitan tubuh naga, sisik, mata

dan taring setiap darinya mempunyai keunikkanya yang tersendiri (Karsam, 1999). Ukiran naga dan

burung Hong adalah salah satu kebudayaan dalam kehidupan masyarakat Cina. Haiwan kayangan ini

adalah prinsip serta garis panduan dalam mereka bentuk bangunan-bangunan.Haiwan ini adalah

lambang kepada kebesaran (Rini & Imam, 2008) dan masyarakat Timur tidak pernah menganggap

naga sebagai haiwan yang ngeri dan menakutkan seperti anggapan orang Barat yang membayangkan

naga sebagai haiwan yang berkuasa jahat (Williams, 1974). Secara umumnya, naga digambarkan

sebagai haiwan yang besar, mempunyai kuku yang tajam serta dapat menghembuskan api daripada

mulutnya.

Naga digambarkan sebagai haiwan yang datang daripada keluarga reptilia dan bertelur untuk proses

pembiakkan. Terdapat dua bentuk naga yang sering digunakan dalam hiasan, yaitu naga yang

bersayap dan naga yang mempunyai badan yang bersisik serta panjang seperti ular dan mempunyai

sepasang tangan dan kaki (Ros Mahwati, 2012).

Bagi masyarakat Cina naga merupakan haiwan yang paling popular dan banyak digunakan sebagai

hiasan dan ragam hias. Haiwan ini dipercayai mempunyai tenaga yang berubah-ubah dan sangat

berkuasa. Naga bukanlah makhluk yang menakutkan tetapi berperanan sebagai makhluk yangmenjaga

keselamatan harta benda.Selain itu, naga turut diketahui sebagai simbol kekuatan, keadilan dan

kekuasaan. Naga boleh didapati dalam tiga bentuk iaitu long, li dan jiau. Long adalah naga yang

sering digunakan.Long mempunyai kepala yang berbentuk unta, bermata arnab, berleher ulat,

bertanduk kijang, mempnyai perut seperti katak dan mempnyai cakar harimau. Naga jenis ini

mempunyai kelebihan untuk merubah rupa bentuk.Haiwan yang pada kebiasaanya boleh dilihat

berdamping dengan naga ini ialah harimau. Kedua-dua haiwan ini melambangkan kekuatan dan

menetang pengaruh jahat yang cuba menganggu. Selain dikenali sebagai haiwan yang kuat harimau

juga membawa arti kebaktian (Moedjiono, 2011). Di dalam masjid tidak terlihat ukiran naga yang

jelas, tetapi hanya bahagian anggota badan haiwan ini sahaja yang digunakan sebagai ukiran iaitu

sisik dan kepala naga. Hal ini sesuai dengan perintah Islam yang melarang penggunaan ukiran

haiwan sebagai hiasan.

Rama-Rama

Haiwan ini seringkali dikaitkan dengan roh nenek moyang yang datang untuk membawa peringatan

kepada cucu-cicit. Rama-rama juga dianggap sebagai simbol kepada usia yang panjang (Muzium

Kesenian Islam, 2001). Haiwan ini juga membawa maksud kegembiraan serta lambang kepada musim

panas. Rama-rama seringkali dijadikan corak serta dekorasi pada tembikar dan sulaman pada pakaian.

Kecantikan rama-rama yang memiliki corak yang menarik dan warna yang pelbagai kerap dijadikan

Page 19: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 19

sebagai inspirasi oleh penyair dan pelukis bagi menghasilkan syair dan lukisan yang berkualiti

(Muzium Kesenian Islam, 2001).

Tumbuhan (Flora)

Setiap bunga di China mempunyai makna dan maksudnya yang tersendiri. Flora sering dijadikan

sebagai motif utama dalam dekorasi seperti tekstil, porselin, permaidani. Selain itu, dekorasi

tumbuhan juga boleh dilihat pada seni bina dan reka bentuk bangunan termasuklah lukisan.

Tumbuhan yang sering digunakan sebagai motif dalam hiasan dan ragam hias Cina adalah seperti

bunga peoni, bunga teratai, pohon buluh, pohon beringin dan cemara. Bunga peoni melambangkan

keteguhan hati manakala bunga teratai melambangkan kesucian.

Bunga sakura, buluh, pohon beringin dan cemara membawa erti empat sifat kebajikan. Tanaman-

tanaman ini memiliki daya ketahanan yang tinggi. Hal ini kerana tanaman ini dapat bertahan dalam

apa jua bentuk cuaca sekalipun. Keistemewaan bunga-bunga ini juga digelar sebagai Ban Jien Jieng

atau dalam bahasa melayunya “muda sepanjang tahun.”Selain itu tanaman ini juga turut dikenali

dengan sifat panjang umur, kesabaran dan kebijaksanaan. Peoni adalah permaisuri kepada semua jenis

bunga yang melambangkan kekayaan dan kehormatan (Lou Qingxi, 2002). Selain mempunyai warna

yang menarik dan pelbagai, bunga ini juga turut menggambarkan keindahan sifat wanita. Bunga

Kekwa memberi maksud kedamaian dan hidup yang panjang kerana mempunyai ketahanan yang

tinggi bagi menahan kesejukkan pada musim salji (Muzium Kesenian Islam, 2001). Pokok buluh, pine

dan prunus adalah pokok tiga serangkai kerana tumbuhan ini sentiasa segar walaupun dalam cuaca

sejuk. Empat tumbuhan ini mewakili empat musim, iaitu peoni mewakili musim bunga, teratai

mewakili musim panas, kekwa mewakili musim luruh dan prunus mewakili musim sejuk.

Bagi masyarakat Cina, pasu adalah lambang kepada kepentingan pengetahuan dan pencapaian

(Muzium Kesenian Islam, 2001). Pasu-pasu bunga diperbuat daripada porselin yang diperbuat khas

untuk bunga-bunga tertentu. Pasu dibentuk mengikut tubuh wanita dan bunga yang dikatakan sesuai

untuk dibawa oleh porselin ialah seperti peoni dan orkid sesuai dengan bentuk pasu tersebut

(Williams, 1974). Buah anggur telah diperkenalkan di Negara China pada 126 B.C yang dibawa

masuk oleh menteri Chang Ch’ien sewaktu kepulanganya dari Indo-Scythians. Buah anggur juga

digunakan bagi tujuan kesenian dan motif sebagai satu corak dipinggiran (Williams, 1974).

Geometri

Bentuk geometri yang digambarkan biasanya tidak hanya tertumpu kepada satu-satu bentuk

sahaja.Terdapat ragam-ragam hias yang khusus dan digunakan di dalam seni bina Cina. Antara ragam

hias yang dimaksudkan ialah simbol keseimbangan yin dan yang. Kedua-dua elemen ini mewakili

unsur positif dan negatif. Ia merupakan asas utama kepada feng shui.Walaupun setiap suatu benda itu

hidup dalam keadaan yang bertentangan namun keduadua unsur ini seringkali berdampingan antara

Page 20: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 20

satu sama lain secara abadi dalam kekuatan yin dan yang.Garis patah menggambarkan yin manakala

garis terus menggambarkan yang.

Simbol-simbol ini dipercayai dapat menolak pengaruh jahat dan membawa kepada kemakmuran serta

keselamatan (Moedjiono, 2011). Oleh itu, hiasan geometri terhasil berdasarkan yin dan yang ini.

Lambang swastika adalah lambang yang banyak digunakan di seluruh dunia dan lambang ini boleh

dikesan dalam budaya dan tradisi masyarakat. Lambang ini seringkali dikaitkan dengan nasib yang

baik. Selain daripada swastika, ia turut dikenali dengan nama suastika, svatica atau svatika. Selain itu,

ia juga turut disebut sebagai shubhtika yang membawa maksud petanda baik serta tuah badan yang

baik bagi sesiapa yang mneggunakannya.

Lambang ini seringkali menjadi lambang kepada Buddhisme, Jainisme dan Hinduisme. Gaya swastika

yang menghadap ke kiri dianggap mempunyai kaitan dengan kejahatan dan keburukkan (Mohd

Sabrizaa, 2008 ). Selain itu, terdapat hiasan yang terdiri daripada corak flet yang terhasil daripada

jalinan geometri dengan corak-corak bersegi. Hiasan ini dikatakan sebagai satu simbol panahan petir

yang dikaitkan dengan kegembiraan dan sebagai satu lambang kepada swastika Buddha yang

mewakili matahari (Muzium Kesenian Islam, 2001).

Awan larat dan skrol adalah olahan daripada Ju’i terapung, iaitu cokmar oleh dewa manakalan skrol

dikaitkan dengan ilmu apabila dikelilingi oleh sekumpulan awan larat ia melambangkan pendidikan,

pembelajaran dan kesedaran rohaniah (Muzium Kesenian Islam, 2001). Masyarakat Cina mempunyai

kemahiran yang tinggi dalam seni pembuatan skrol, corak ini sentiasa menghiasi setiap rumah

penduduk Cina. Bagi fahaman Buddha, skrol melambangkan kesucian dan kebenaran (Williams,

1976).

Page 21: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 21

Berikut adalah tabel hasil penerapan dari penjelasan diatas pada masjid-masjid yang sudah berdiri :

Bil. Masjid Motif Jenis Lokasi

1 Masjid Kg.Keling

Pheoni

Merupakan hisanyang terdapat padabumbung masjid.

Skrol Terdapat padabumbung masjid.

Geometri Didapati padabumbung masjid

Teratai

Mustoka ataumahkota hiasan yang

diletakkan di atasbunga teratai. Bentuk

buah Buton

seringkali dikaitkan

dengan bentuk stupadan alas tapak sepertiini biasanya ditemuipada hiasan-hiasan

Buddha (MohdSabrizaa, 2008).

Page 22: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 22

Bil. Masjid Motif Jenis Lokasi

2

Teratai

Motif ini bolehditemui pada mihrab

masjid ini.

3

Masjid Kg.Keling Teratai

Buga teratai yangberada dalam

kedudukkan terbalikboleh dilihat pada

pintu gerbang masjid.

4 Masjid Kg.

Alai

Teratai Motif ini terdapatpada mimbar masjid

5 Masjid

Tengkera

Teratai

Sama pada rosewoodyang wujud sejak

zaman dinasti Ming.

6 Masjid Bkt

Piatu

Teratai

Boleh didapati padapuncak mimbar

masjid

Page 23: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 23

7 Masjid

Tengkera

Swastika Terdapat pada pintubelakang masjid ini.

8 MasjdTanjungKeling

Swastika Terdapat pada tanggamasuk masjid.

9Masjid

TengkeraPasu

Pasu bunga ini bolehdidapati di mimbarmasjid Tengkera.

10

Masjid

TengkeraPasu air Terdapat pada

mimbar masjid.

Page 24: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 24

11Masjid Bkt.

Piatu

Hiasan pasu yangmengandungi bunga

peoni ini boleh dilihatpada sisi mimbar

masjid ini.

12 Masjid

Tengkera

Buah-buahan

Terdapat padamimbar masjid

Tengkera.

13 Masjid Kg.Keling

Buahanggur

Boleh dijumpai padamimbar masjid. Motif

anggur juga bolehdilihat di tokong

tertua di Melaka,iaitu tokong ChengHoon Teng (1625).

14 Masjid Kg.

Hulu

Sisik

Naga

Boleh dilihat padapuncak mimbar

masjid ini.

15 Masjid Bkt.

Piatu

Kepala

Naga

Terdapat pada hujungatap mimbar masjid.

Page 25: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 25

16Masjid Kg.

Keling

Peoni Motif bunga peonipada hiasan seramikyang boleh dilihatpada puncak pintugerbang masjid ini.

17Masjid

Peringgit

18Masjid

Peringgit

pohonbuluh

Terdapat pada sisimimbar

19Masjid Kg.

KelingBunga

Plum

Bumbung masjid

Kesenian Cina mempunyai nilai estetikanya yang tersendiri, motif dan ornamentasi

digunakan bagi menghias sebuah bangunan menambahkan lagi keunikan bangunan

tersebut.Walaupun asas kepada pembentukan kesenian Cina ini adalah berasaskan kepada fahaman

aminisme dan agama Buddha, namun ornamentasi tersebut berjaya diIslamkan memandangkan

ia tidak melanggar syariat. Hasil ukiran yang baik ini bukan sahaja menyerikan ruang bangunan

malah dapat menonjolkan ciri-ciri pertukangan yang amat mengagumkan. Ia jelas menunjukkan

kemahiran tukang ukir terhadap simbol alam yang dimanifestasikan kepada bentuk nyata. Tukang-

tukang yang berperanan mendirikan masjid- masjid ini menggabungkan unsur kesenian luar dan

tempatan bagi menampilkan sebuah monumen ibadat yang penuh dengan ketwadukkan dan

Page 26: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 26

kesucian. Hasilnya wujudlah sebuah masjid yang mempunyai warna-warni keindahan dari aspek

kesenian dan estetika yang tinggi.

Masyarakat muslim di China juga menerima segala bentuk hiasan ini walaupun mereka

beragama Islam. Hal ini kerana, hiasan dan motif-motif ini telah sebati dalam kehidupan masyarakat

muslim Cina yang masih kuat mengamalkan budaya Cina. Agama Islam bukan agama yang

berbentuk akomodatif atau paksaan dan Islam tidak melarang secara melulu penggunaan motif-motif

ini dan tiada halangan sama sekali dalam menggunakan motif-motif pra-Islam ini selagi ia idak

melaggar batas syariat Islam. Maka dengan sebab itu Islam mudah diterima oleh masyarakat di

Alam Melayu.

4.3 Kesimpulan

Dari hasil keterangan diatas, masjid cina dan timur tengah memiliki perbedaan mencolok

yaitu dari segi elemen bentuk dan corak atau ornamen dinding, pada masjid Timur tengah ciri utama

yang membedakan addalah elemen bentuk yang sangat khas sedangkan pada masjid cina lebih

mengunggulkan ornamen-ornamen unik dan warna yang kontras pada diding-dinding dan kolomnya.

Page 27: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 27

BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian5.1.1 Elemen Masjid Timur Tengah yang diterapkan pada Masjid Tiban

No Kode Keterangan Elemen Arsitektur Timur Tengah

1. A1Bentuk pada masjid sendiri menerapkan

bentuk Arsitektur Timur tengah, yaitu ke-Geometrisan bangunan.

Bentuk masjid

2. A2

Masjid Timur yang selalu menggunakanbentuk geometris dan penempatan Kubahpada tengah bangunan menjadi ciri khususyang juga diterapkan pada masjid Tiban ini.

Bentuk masjid

3. A3 kubah pada Bangunan Masjid TibanTuren ini memperlihatkan Ciri khas yangmenjadikan Bangunan ini masuk KategoriArsitektur Bergaya timur tengah.

Kubah masjid

4. A4 Penggabungan antara kubah danLimasan pada Bangunan Masjid iniberujuan supaya bangunan mampu untukberadaptasi pada gaya arsitektural masjidpada umumnya, dan dari hal inimemperlihatkan Ciri khas yang menjadikanBangunan ini masuk Kategori ArsitekturBergaya timur tengah.

Perpaduan Kubah

Page 28: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 28

5. A5 Penerapan Kubah pada BangunanMasjid Turen ini memperlihatkan Ciri khasyang menjadikan Bangunan ini masukKategori Arsitektur Bergaya TimurTengah.

Penerapan Kubah

6. A6 Selain bentuk bangunan dan kubahsendiri, ada unsur lain disini yang masihmenggunakan desain dari Arsitektur masjidtimur tengah, yaitu gerbang masuk darimasjid sendiri.

Bentuk gerbang yang berupa portal danpemberian hiasan ornamen pada gerbangjuga merupakan elemen-elemen dariArsitektur Masjid Timur Tengah.

Bentuk Gerbang Masjid

7. A7 Dan yang terakhir masih dalam kategoribentuk adalah dengan pemberian hiasandekoratif yang geometeris dan masihberhubungan dengan Arsitektur MasjidTimur Tengah yang juga menggunakanelemen yang sama

Hiasan dekoratif pada Taman Masjid

Page 29: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 29

5.1.2 Elemen Masjid China yang diterapkan pada Masjid Tiban

No Kode Keterangan Elemen Arsitektur Cina

1. B1 Elemen masjid cina yang diterapkanpada masjid Tiban ini adalah kebanyakanberupa Warna yang mencolok dan corakukiran yang hampir menyelimuti seluruhdinding dan kolom pada bangunan masjid

Kaligrafi dinding

2. B2 Penggabungan antara Kaligrafi danTakel pada Bangunan Masjid turen inimemperlihatkan Ciri khas yang menjadikanBangunan ini masuk Kategori ArsitekturTimur tengah.

Kaligrafi dinding

3. B3 Penerapan permainan komposisi bentukKubah dan penggunaan perpaduan warnapada atap Masjid Turen ini menjadikanMasjid ini masuk dalam gaya atapArsitektur Timur tengah.

Kubah

4. B4 Tiang Vertikal pada Bangunan MasjidTiban Malang ini memperlihatkan Ciri khasyang menjadikan Bangunan ini semakincantik dalam interior karena terdapat ukirankaligrafi.

Kolom masjid dengan ornamennya

Page 30: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 30

5. B5 Penggabungan warna dan ornamen padamasjid tiban ini sungguh menjadikanmasjid tiban ini semakin indah dalam segiarsitektural.

Ornamen Kaligrafi

6. B6 Warna pada Masjid cina kebanyakandiduminasi oleh 1 warna (baisanya merahnamun untuk masjid Tiban Warna yangdigunakan pada masjid tiban ini didominasioleh warna biru, dengan dasar putih dancorak emas yang menjadikan masjidterlihat sederhana karena warna biru danputih namun memiliki karakter kuat karenaadanya pencampuran warna kuning emaspada beberapa sudut Masjid Warna pada Fasad depan

7. B7 Penyampuran warna emas yang pas,tidak sedikit namun tidak pulamendominasi dan mengalahkan warnautama yaitu Biru, menjadikan karakter daribangunan terlihat, selain pada ukiranornamen yang terletak pada kolom dandinding, warna emas juga menghiasibeberapa ruan

Warna Kuning emas pada salah satuornamen kolom

8. B8 Selain digunakan pada dinding, warnaKuning juga digunakan pada lantai (meskitidak sepenuhnya berwarna kuning emas),namun dengan adanya efek lampu, warnalantai yang hanya Kuning biasa, menjaditerlihat seperti Emas ketika lampu-lampudinyalakan.

Warna Kuning emas pada LantaiMasjid

Page 31: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 31

5.2 Pembahasan

A. Elemen Arsitektur Masjid Timur Tengah

Penerapan Arsitektur Timur Tengah pada Masjid Tiban lebih banyak pada bentuk Masjid

yang geomteris dan menggunakan kubah, serta dengan adanya hiasan pada Taman masjid yang juga

berberntuk geometris dan adanya Pintu Gerbang berupa Portal yang juga merupakan cirikhas dari

Aarsitektur Masjid Timut Tengah, menjadikan Penulis berpendapat bahwa Masjid Tiban ini

mengadopsi bentuk dari Arsitektur Masji Timur tengah.

A1

A4

A5 A7

A3 A6

A2

Page 32: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 32

B. Elemen Arsitektur Masjid Cina

Ornamen Ukiran pada dinding dan kolom

Page 33: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 33

Penggunaan elemen Arsitektur masjid Cina adalah

Ornamen dan Warna, kali ini Peneliti akan membahas ornamen

terlebih dahulu, pada Arsitektur Masjid cina sering ditemukan

ornamen-ornamen berupa ukiran dan pahatan yang seperti

hewan, bunga dan lain-lain yang memiliki arti terntentu, hal itu

juga diterapkan pada masjid tiban ini, namun ukiran pada

dinding dan kolom bangunan berupa kaligrafi huruf arab dan

kaligrafi bunga, hanya saja bedanya disini arti dari kaligrafi

masih belum diketahui karena pada dasarnya kaligrafi huruf

hijaiya hanya bisa diartikan oleh mereka yang pernah

mengalami pendidikan tentang tata cara membuat kaligrafi

huruf Hijaiah, namun meski jarang orang sekarang yang tahu arti dan makna dari kaligrafi-kaligrafi

yang terletak hampir diseluruh dinding dan kolom bangunan, keindahan ornamen kaligrafi dari masjid

ini tetap masih bisa dinikmati oleh banyak orang yang mengunjungi masjid Tiban ini.

Penggunaan Warna

Page 34: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 34

Penggunaan warna pada masjid-masjid berarsitektur cina memiliki ciri khas warna yang

mendominasi yaitu merah dalam hal ini hampir sama dengan Masjid Tiban ini, hanya saja disini

perbedaan terletak pada warna yang dipakai yaitu Biru dan diimbangi dengan corak warna keemasan

pada sudut dan ornament-ornamen tertentu untuk menonjolkan karakter dari bangunan ini.

Page 35: 07. BAB 1 - 4 Penelitian Masjid Tiban Malang

| 35

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari analisa diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa bangunan masjid Tiban ini adalah

bangunan bertipologi hybrid (campuran), karena berdasarkan analisa kami, bangunan menggunakan

campuran dari bentuk Arsitektur Masjid timur Tengah tapi dengan perbedaan ukuran dan presisi, dan

disisi lain menggunakan ornament yang mengadopsi dari Arsitektur Cina, hanya saja dalam

penerapannya dibedakan dalam penggunaan makna ukiran ornament dan warna yang dipakai.

Namun secara hakekatnya sama, meski sudah diketahui pada Bab 2, bahwa masjid ini bukan

hasil rancangan seorang Arsitek ternama melainkan hasil dari istikharah pendiri pondok pesantren

yang berada dimasjid ini.