tingkat keter laksanaan pembelajaran pendidikan … · v halaman motto ilmu tanpa akal bagai sep...

109
i TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (PENJAS ADAPTIF) DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KECAMATAN SENTOLO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Dimas Satrio Ragil 12604221049 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN JASMANI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

Upload: nguyenhuong

Post on 13-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

JASMANI BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (PENJAS

ADAPTIF) DI SEKOLAH DASAR INKLUSI

SE-KECAMATAN SENTOLO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Dimas Satrio Ragil

12604221049

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN JASMANI

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2016

ii

iii

iv

v

HALAMAN MOTTO

Ilmu tanpa akal bagai sepatu tanpa kaki dan akal tanpa ilmu seperti

memiliki kaki tanpa sepatu (Ali bin Abi Tholib)

Mulailah pelajari dari hal-hal yang kecil, maka tanpa disadari akan

memperoleh hal yang besar (Penulis)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ketika aku hadapi perjalanan hidup ini, aku tahu bahwa aku takkan

mampu dan aku tahu takkan sanggup, namun aku tahu bahwa aku tak sendirian,

selalu ada Allah SWT dan oleh karena itu karya yang sangat sederhana ini secara

khusus penulis persembahkan untuk orang-orang yang punya makna istimewa

bagi kehidupan penulis, diantaranya:

1. Kedua orang tua tercinta (Bapak Herutoyo, SP dan Ibu Herlin Astuti, S.Pd)

yang telah merawat, membimbing dengan penuh kesabaran dan memenuhi

segala keperluanku dari kecil sampai besar seperti saat ini, itu tidak lain

hanya untuk melihat anaknya menjadi anak yang berbakti kepada orang tua

dan menjadi anak yang sukses. Terima kasih atas segala cinta dan kasih

sayang yang telah engkau berikan, serta doa-doa yang selalu mengiringi

langkahku.

2. Kedua kakakku tersayang, Via Intansafiary dan Martina Linggar Pramesti

yang selalu membantu dan menanyakan sampai mana skripsinya sehingga

menjadikan motivasi serta semangat yang tiada hentinya.

3. Satu-satunya adikku, Yolindrawan Yudhistira yang selalu memberi semangat

dan dorongan agar segera menyelesaiakan gelar sarjana sehingga menjadi

motivasi.

vii

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

JASMANI BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (PENJAS

ADAPTIF) DI SEKOLAH DASAR INKLUSI

SE-KECAMATAN SENTOLO

Oleh :

Dimas Satrio Ragil

12604221049

ABSTRAK

Penelitian ini di latarbelakangi dengan belum adanya penelitian tentang

tingkat keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Dasar

Inklusi se-Kecamatan Sentolo. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk

meneliti seberapa tinggi tingkat keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani

adaptif di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode survei

dengan instrumen berupa angket yang terdiri dari faktor perencanaan

pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

Subjek penelitian yang digunakan adalah guru pendidikan jasmani sebanyak 6

guru. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan prosentase.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bahwa tingkat keterlaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan

Sentolo menunjuk pada kategori baik 50%, cukup baik 16,67%, dan kurang baik

33,33%. Kemudian faktor perencanaan pembelajaran menunjuk pada kategori

baik 50%, cukup baik 16,67%, dan kurang baik 33,33%. Sedangkan faktor proses

pelaksanaan pembelajaran menunjuk pada kategori baik 50%, cukup baik 16,67%,

dan kurang baik 33,33%. Sedangkan faktor evaluasi pembelajaran menunjuk pada

kategori baik 50%, cukup baik 16,67%, dan kurang baik 33,33%. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa

berkebutuhan khusus (penjas adaptif) di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan

Sentolo terlaksana dengan baik.

Kata kunci : Keterlaksanaan, Pembelajaran, Penjas Adaptif dan SD Inklusi

viii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Bagi

Siswa Berkebutuhan Khusus (Penjas Adaptif) di Sekolah Dasar Inklusi Se-

Kecamatan Sentolo” dengan lancar.

Dalam penyusunan skripsi ini pastilah penulis mengalami kesulitan dan

kendala. Dengan segala upaya, skripsi ini dapat terwujud dengan baik berkat

uluran tangan dari berbagai pihak, teristimewa dosen pembimbing. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, MA selaku Rekor Universitas

Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk

menyelesaikan studi di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Wawan S. Suherman, M.Ed selaku Dekan Fakultas Ilmu

Keolahragaan yang telah memberikan ijin penelitian serta segala kemudahan

yang diberikan.

3. Bapak Dr. Guntur, M.Pd selaku Kepala Program Studi PGSD Penjas yang

telah memberikan kelancaran serta kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan studi.

4. Bapak Heri Purwanto, M.Pd selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi.

ix

5. Bapak Sismadiyanto, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan dan motivasi selama proses

penulisan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis

kuliah di Fakultas Ilmu Keloahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

7. Bapak atau Ibu Kepala Sekolah serta guru pendidikan jasmani di Sekolah

Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusi se-Kecamatan Sentolo yang telah

memberikan kesempatan, waktu, dan tempat untuk melaksanakan penelitian

8. Teman-teman seperjuangan PGSD Penjas 2012 kelas A yang telah memberi

memori dan kenangan yang tidak akan terlupakan.

9. Seluruh pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang selalu

memberi motivasi dan membantu sehingga skripsi ini bisa selesai.

Dengan segenap kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih.

Teriring doa semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala yang setara

kepada mereka semua. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, Juli 2016

Penulis

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 6

C. Batasan Masalah ............................................................................ 6

D. Rumusan Masalah ......................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian........................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian......................................................................... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 9

A. Deskripsi Teori .............................................................................. 9

1. Hakekat Pendidikan Jasmani .................................................... 9

2. Hakekat Pendidikan Jasmani Adaptif ....................................... 10

3. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ............................. 12

4. Siswa Berkebutuhan Khusus .................................................... 16

5. Sekolah Dasar Inklusi ............................................................... 22

B. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 23

C. Kerangka Berfikir ......................................................................... 24

BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 25

A. Desain Penelitian ........................................................................... 25

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 25

xi

C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 25

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ................................... 26

1. Instrumen ................................................................................... 26

2. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 33

E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 33

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 36

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian..................................................... 36

B. Pembahasan ................................................................................... 46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 53

A. Kesimpulan.................................................................................... 53

B. Implikasi Penelitian ....................................................................... 53

C. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 54

D. Saran ............................................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 55

LAMPIRAN ..................................................................................................... 57

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Contoh Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran

Pendidikan Jasmani Adaptif .............................................................. 5

Tabel 2. Sampel Penelitian .............................................................................. 26

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian .......................................................... 29

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian .......................................... 31

Tabel 5. Penskoran Alternatif Jawaban Instrumen Penelitian ........................ 34

Tabel 6. Pengkategorian Penilaian Skor .......................................................... 35

Tabel 7. Hasil Analisis Data Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran

Pendidikan Jasmani Adaptif ............................................................. 36

Tabel 8. Hasil Klasifikasi Pengkategorian Tingkat Keterlaksanaan

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ....................................... 37

Tabel 9. Hasil Analisis Data Faktor Perencanaan Pembelajaran Pendidikan

Jasmani Adaptif ................................................................................. 39

Tabel 10. Hasil Klasifikasi Pengkategorian Faktor Perencanaan

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ..................................... 39

Tabel 11. Hasil Analisis Data Faktor Proses Pelaksanaan Pembelajaran

Pendidikan Jasmani Adaptif ........................................................... 41

Tabel 12. Hasil Klasifikasi Pengkategorian Faktor Proses Pelaksanaan

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ..................................... 42

Tabel 13. Hasil Analisis Data Faktor Evaluasi Pembelajaran Pendidikan

Jasmani Adaptif ............................................................................... 44

Tabel 14. Hasil Klasifikasi Pengkategorian Faktor Evaluasi Pembelajaran

Pendidikan Jasmani Adaptif ............................................................ 44

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagram Klasifikasi Pengkategorian Tingkat Keterlaksanaan

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ................................... 38

Gambar 2. Diagram Klasifikasi Pengkategorian Faktor Perencanaan

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ................................... 40

Gambar 3. Diagram Klasifikasi Pengkategorian Faktor Proses Pelaksanaan

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ................................... 43

Gambar 4. Diagram Klasifikasi Pengkategorian Faktor Evaluasi

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ................................... 45

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Permohonan Validasi Ahli ................................................. 58

Lampiran 2. Surat Keterangan Validasi Ahli ................................................... 59

Lampiran 3. Angket Penelitian Valid .............................................................. 60

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian Fakultas ................................. 64

Lampiran 5. Surat Keterangan Ijin Penelitian Gubernur DIY. ........................ 65

Lampiran 6. Surat Keterangan Ijin Penelitian Bupati Kulon Progo................. 66

Lampiran 7. Surat Keterangan dari SD N Jlaban ............................................ 67

Lampiran 8. Surat Keterangan dari SD N Kaliagung ...................................... 68

Lampiran 9. Surat Keterangan dari SD N Kalimenur ...................................... 69

Lampiran 10. Surat Keterangan dari SD N Pergiwatu ..................................... 70

Lampiran 11. Surat Keterangan dari SD N Kalikutuk ..................................... 71

Lampiran 12. Hasil Uji Validitas Instrumen ................................................... 72

Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................................... 73

Lampiran 14. Analisis Data Keseluruhan ....................................................... 74

Lampiran 15. Analisis Data Faktor Perencanaan Pembelajaran ...................... 76

Lampiran 16. Analisis Data Faktor Proses Pelaksanaan Pembelajaran ........... 78

Lampiran 17. Analisis Data Faktor Evaluasi Pembelajaran............................. 80

Lampiran 18. Data Siswa Berkebutuhan Khusus SD N Jlaban ...................... 82

Lampiran 19. Data Siswa Berkebutuhan Khusus SD N Kaliagung ................. 83

Lampiran 20. Data Siswa Berkebutuhan Khusus SD N Kalimenur................. 84

Lampiran 21. Data Siswa Berkebutuhan Khusus SD N Pergiwatu ................. 85

Lampiran 22. Data Siswa Berkebutuhan Khusus SD N Kalikutuk .................. 86

Lampiran 23. Kartu Bimbingan TAS .............................................................. 87

xv

Lampiran 24. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 90

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani menjadi salah satu wadah yang disediakan oleh

pemerintah dalam rangka mengembangkan potensi warga negara di bidang

jasmani. Selain aspek jasmani, aspek kognisi dan afeksi juga dikembangkan

melalui pendidikan jasmani. Melalui pendidikan jasmani, diharapkan

keterampilan jasmani dan kepribadian warga negara berkembang sesuai

dengan tahapan perkembangan.

Pendidikan jasmani sebagai bagian dari pendidikan secara umum

dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang sudah

tercantum di dalam undang-undang. Pendidikan jasmani akan diperoleh

seluruh warga negara yang mengikuti proses pendidikan secara formal mulai

jenjang sekolah dasar. Secara otomatis, seluruh warga negara berhak

memperoleh pendidikan jasmani selama menjadi seorang peserta didik.

Peserta didik yang normal atau yang memiliki kebutuhan khusus sama-sama

akan memperoleh pendidikan jasmani.

Bagi peserta didik yang normal, mengikuti pembelajaran pendidikan

jasmani menjadi perihal yang mudah dilakukan. Akan tetapi, bagi peserta

didik yang memiliki kebutuhan khusus tentu bukan menjadi hal yang mudah

dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Khusus untuk siswa yang

memiliki kebutuhan tersebut dalam mengikuti pendidikan jasmani, pemerintah

mencoba memfasilitasi mereka melalui pendidikan jasmani adaptif.

2

Menurut Mulyono Abdurrahman (2009: 145) pendidikan jasmani

adaptif adalah pendidikan jasmani yang telah dimodifikasi untuk

mempertemukan kebutuhan-kebutuhan anak yang menyandang ketunaan.

Pendidikan jasmani adaptif dirancang untuk membantu anak berkebutuhan

khusus dalam memahami kelainannya, mengembangkan keterampilan, dan

membantu anak dalam bersosialisasi di lingkungannya. Pendidikan jasmani

adaptif memiliki peran yang penting melatih otot-otot yang dimiliki oleh siswa

berkebutuhan khusus melalui pola atau aktivitas gerak tertentu. Selain otot-

otot menjadi terlatih, sosial dan emosional juga mengalami perkembangan

yang signifikan. Oleh karena itu, keterlaksanaan pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif tersebut perlu mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang

terlibat di dalamnya.

Pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang baik mampu

menciptakan interaksi edukatif antara siswa berkebutuhan khusus dengan

lingkungannya, seperti interaksi dengan guru, materi metode, sarana dan

prasarana, media pembelajaran, lingkungan sosial dan sebagainya. Interaksi

tersebut akan memacu siswa berkebutuhan khusus untuk berusaha

mempelajarinya agar mendapatkan peningkatan perubahan kearah yang lebih

baik secara menyeluruh. Selain terciptanya interaksi, pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif yang baik bukan hanya mengembangkan keterampilan

olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya seperti disiplin,

sportif, jujur, dan sebagainya. Lebih utama lagi, dalam pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif seorang guru pendidikan jasmani perlu

3

menentukan tujuan, materi, metode dan strategi, dan evaluasi sehingga

keterlaksanaan pembelajaran akan semakin baik.

Akan tetapi, masalah-masalah tetap timbul dalam pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif khususnya di Sekolah Dasar Inklusi se-

Kecamatan Sentolo seperti ketersediaan sarana prasarana, pendampingan

orang tua, dan tingkat keaktifan siswa. Ketersediaan sarana prasarana pada

pembelajaran pendidikan jasmani merupakan permasalahan klasik sampai saat

ini. Sebenarnya, masalah ini bisa diminimalisasi dengan kreativitas guru

pendidikan jasmani dalam memodifikasi sarana prasarana atau peralatan

ketika pembelajaran pendidikan jasmani. Tetapi pada prakteknya tidak semua

guru melakukan hal tersebut sehingga pembelajaran kurang maksimal. Oleh

karena itu, perlunya peningkatan ketersediaan sarana dan prasaran

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Dasar Inklusi se-

Kecamatan Sentolo.

Kemudian, kurangnya pendampingan orang tua siswa berkebutuhan

khusus juga berpengaruh terhadap pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.

Orang tua yang selalu mendampingi akan senantiasa memberikan perhatian

dan motivasi yang tinggi ketika siswa berkebutuhan khusus sehingga siswa

berkebutuhan khusus menjadi lebih bersemangat dan situasi pembelajaran

akan semakin hidup. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru

pendamping khusus SDN Pergiwatu, pihak orang tua siswa dan sekolah harus

klop jika ingin berhasil dalam membina siswa yang berkebutuhan khusus

tersebut. Pihak sekolah mati-matian membina siswa tersebut, tetapi orang tua

4

siswa berkebutuhan khusus tidak mendukung sama saja dengan nol. Dengan

demikian, perlu peningkatan pendampingan orang tua ketika pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo.

Selain itu, tingkat keaktifan siswa berkebutuhan khusus ketika

pembelajaran menjadi masalah berikutnya. Tingkat keaktifan siswa tergantung

dengan kedifabelan siswa yang diketahui setelah melalui assesmen.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru pendamping khusus dua

Sekolah Dasar Inklusi di Kecamatan Sentolo diketahui bahwa setelah melalui

proses assesmen rata-rata siswa berkebutuhan khusus memiliki kelemahan

dalam hal belajar atau biasa disebut dengan istilah slow learner. Untuk siswa

slow learner ini secara akademik memiliki kekurangan atau dibawah rata-rata.

Akan tetapi, kemampuan non-akademik yang dimiliki siswa slow learner

tersebut tidak berbeda jauh dengan siswa normal. Oleh karena itu, peran guru

disini sangat besar sehingga mampu meningkatkan keaktifan siswa

berkebutuhan khusus dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.

Terkait dengan kurikulum, untuk mata pelajaran pendidikan jasmani

di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo, standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD) bagi siswa berkebutuhan khusus sama dengan SK dan

KD siswa yang normal. Berikut contoh standar kompetensi dan kompetensi

dasar pembelajaran pendidikan jasmani adaptif:

5

Tabel 1. Contoh Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran

Pendidikan Jasmani Adaptif

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Mendemonstrasikan sikap tubuh

dalam berbagai posisi

2.1 Mendemonstrasikan sikap

tubuh dalam posisi berdiri

2.2 Mendemonstrasikan sikap

tubuh dalam posisi berjalan

7. Membiasakan penampilan sikap

tubuh dalam berbagai posisi

7.1 Membiasakan penampilan

sikap tubuh dalam posisi diam

7.2 Membiasakan penampilan

sikap tubuh dalam posisi bergerak

*Sumber: SK dan KD PJOK SD/MI KTSP Kelas I

SK dan KD tersebut berhubungan dengan tingkat keterlaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di kelas I sehingga dalam

pembelajaran harus dilakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap siswa

berkebutuhan khusus di kelas I tersebut.

Berdasarkan uraian masalah diatas, bisa dikatakan bahwa tingkat

keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Dasar

Inklusi se-Kecamatan Sentolo dipengaruhi oleh beberapa pihak, salah satunya

guru pendidikan jasmani. Guru pendidikan jasmani menjadi salah satu pihak

yang bertanggung jawab terhadap tingkat keterlaksanaan pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo

sehingga guru pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan

Sentolo bisa dijadikan subjek jika ingin meneliti tingkat keterlaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif. Terlebih lagi, belum adanya

penelitian yang mengkaji mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, peneliti

6

ingin meneliti tingkat keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif

di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diindentifikasi masalah

sebagai berikut :

1. Perlunya peningkatan keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani

adaptif di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo.

2. Perlunya peningkatan ketersediaan sarana prasarana pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan

Sentolo.

3. Perlunya peningkatan pendampingan orang tua ketika pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan

Sentolo.

4. Perlunya peningkatan keaktifan siswa berkebutuhan khusus ketika

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Dasar Inklusi se-

Kecamatan Sentolo.

5. Belum adanya penelitian tentang tingkat keterlaksanaan pembelajaran

pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus (penjas adaptif) di

Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, peneliti melakukan batasan

dalam masalah agar lebih fokus, maka penelitian ini hanya dibatasi pada

belum adanya penelitian tentang tingkat keterlaksanaan pembelajaran

7

pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus (penjas adaptif) di

Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka diperoleh rumusan

masalah yaitu “Seberapa tinggi tingkat keterlaksanaan pembelajaran

pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus (penjas adaptif) di

Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini dilakukan dengan

tujuan untuk meneliti seberapa tinggi tingkat keterlaksanaan pembelajaran

pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus (penjas adaptif) di

Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo.

F. Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini yaitu :

1. Secara Teoritis

a. Memberikan informasi kepada guru pendidikan jasmani dan guru

tentang tingkat keterlaksanaan pendidikan jasmani bagi siswa

berkebutuhan khusus (penjas adaptif) di Sekolah Dasar Inklusi.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan dalam pendidikan jasmani adaptif kedepannya.

8

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi oleh guru pendidikan

jasmani sebagai bahan informasi dan evaluasi dalam mengajar

pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Inklusi.

b. Bagi pembaca, dapat memberikan informasi tentang tingkat

keterlaksanan pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa

berkebutuhan khusus (penjas adaptif) dan dapat dipergunakan sebagai

acuan apabila akan dilakukan penelitian yang sejenis.

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Hakekat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan untuk perseorangan

maupun kelompok. Menurut Nixon dan Jewett dalam Arma Abdoellah

(1996: 2) pendidikan jasmani adalah salah satu aspek dari proses

pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan

penggunaan kemampuan gerak individu yang sukarela dan berguna serta

berhubungan langsung dengan respons, mental, emosional dan sosial. Jadi,

selain jasmani yang berkembang, melalui pendidikan jasmani aspek

mental, emosional dan sosial seseorang juga akan mengalami

perkembangan.

Di sisi lain, pendidikan jasmani dilaksanakan hanya untuk

kepentingan jasmani. Hal tersebut dijelaskan Agus Susworo D.M (2010:

42) bahwa pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas

jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan

kemampuan jasmani.

Pendidikan jasmani diselenggarakan oleh lembaga yang formal.

Sesuai dengan pernyataan dari Yuyun Ari W (2010: 18) bahwa pendidikan

jasmani merupakan sebuah wahana yang tepat untuk mengembangkan

aspek jasmani yang dikelola secara formal.

10

Pendidikan jasmani memiliki peranan dalam mengembangkan

berbagai aspek individu. Menurut Agus Susworo DM (2010: 43) secara

umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan dalam empat

kategori, yaitu perkembangan fisik (physical fitness), perkembangan gerak

(skillfull), perkembangan mental, dan perkembangan sosial.

Hasil temuan dari Agnes yang dikutip oleh Bucher (Arma, 1996: 2)

adalah bahwa tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan dalam lima

golongan, yaitu:

a. Perkembangan kesehatan, jasmani, dan organ-organ tubuh

b. Perkembangan mental-emosional

c. Perkembangan otot-syaraf (neuro-muscular) atau keterampilan

jasmani

d. Perkembangan sosial

e. Perkembangan kecerdasan atau intelektual

Khusus untuk pendidikan jasmani di sekolah dasar, menurut

Bucher dalam Samsudin (2008: 7), tujuan pendidikan jasmani untuk anak

usia sekolah dasar adalah sebagai berikut.

a. Anak harus dipandang sebagai individu dengan kebutuhan

fisik, mental, emosional, dan sosial yang berbeda.

b. Keterampilan gerak dan kategori harus mendapat penekanan.

c. Anak harus meningkatkan kekuatan otot, daya tahan,

kelenturan, kemampuan dan koordinasi serta harus belajar

bagaimana faktor-faktor tersebut memainkan peran dalam

meningkatkan kebugaran jasmani.

d. Pertumbuhan sosial dalam olahraga harus menjadi bagian

penting dari semua program.

2. Hakekat Pendidikan Jasmani Adaptif

Secara umum, pendidikan jasmani adaptif dapat dikatakan sebagai

salah satu bagian dari pendidikan jasmani yang dikembangkan untuk

menyediakan program bagi individu dengan kebutuhan khusus. Menurut

11

French dan Jansma yang dikutip Arma Abdoellah (1996:3) pendidikan

jasmani adaptif adalah pendidikan melalui program aktivitas jasmani

tradisional yang dimodifikasi untuk memungkinkan individu dengan

kelainan memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dengan aman,

sukses dan memperoleh kepuasan.

Menurut Mulyono Abdurrahman (2009: 145-146) tujuan

pendidikan jasmani adaptif secara umum adalah untuk membantu anak

tersebut mengambil manfaat kenikmatan aktivitas rekreasi seperti yang

diperoleh anak-anak lain, yang sangat bermanfaat bagi perkembangan

jasmani, emosi, dan sosial yang sehat. Sedangkan menurut Arma

Abdoellah (1996: 4) tujuan umum pendidikan jasmani adaptif adalah

untuk membantu mereka mencapai pertumbuhan dan perkembangan

jasmani, mental, emosional dan sosial yang sepadan dengan potensi

mereka melalui program aktivitas pendidikan jasmani biasa dan khusus

yang dirancang dengan hati-hati.

Selain tujuan secara umum, pendidikan jasmani adaptif juga

memiliki tujuan khusus. Menurut Crowe dalam Arma Abdoellah (1996: 4)

adapun tujuan khusus dari pendidikan jasmnai adaptif tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Untuk menolong siswa mengoreksi kondisi yang dapat

diperbaiki.

b. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dan kondisi

apapun yang akan memperburuk keadaannya melalui aktivitas

jasmani tertentu.

c. Untuk memberikan kepada siswa kesempatan untuk

mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam

12

olahraga dan aktivitas jasmani waktu luang yang bersifat

rekreatif.

d. Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan

jasmani dan mentalnya.

e. Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan

mengembangkan perasaan memiliki harga diri.

f. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan

dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.

g. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai berbagai

macam olahraga yang dapat dinikmatinya sebagai penonton.

3. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

Pembelajaran adalah proses interaksi edukatif antara siswa dengan

lingkungannya, seperti interaksi dengan guru, materi metode, sarana dan

prasarana, media pembelajaran, lingkungan sosial dan sebagainya (AM

Bandi Utama, 2010: 22). Jadi, dalam pembelajaran tersebut terjadi

interaksi dari para pelaku baik subjek atau objek yang terdapat dalam

pembelajaran tersebut.

Sedangkan menurut Sugeng SR dan Heri Purwanto (2010: 58)

pembelajaran merupakan interaksi timbal balik yang edukatif dilakukan

pendidik sebagai pemberi dan peserta didik sebagai penerima, yang

dilakukan secara sadar untuk berusaha mempelajarinya agar mendapatkan

peningkatan perubahan kearah yang lebih baik secara menyeluruh, terus

menerus minimal dengan adanya komponen tujuan, materi, metode, alat,

serta penilaian pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan hal itu, tujuan

pembelajaran yaitu mendapatkan perubahan kearah yang lebih baik.

Pendidikan jasmani yang merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari pendidikan yang tentu di dalamnya ada proses pembelajaran. Sasaran

tujuan pembelajaran penjas bukan hanya mengembangkan keterampilan

13

olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya (Samsudin,

2008: 1).

Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani ada beberapa

faktor yang mempengaruhi. Menurut Rusli Lutan dalam Aris Fajar P

(2010: 39) ada empat faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran

penjas, yaitu:

a. Tujuan

b. Materi

c. Metode dan strategi

d. Evaluasi

Pembelajaran pendidikan jasmani tersebut sangat memberi peluang

siswa untuk berkembang dan mendapatkan kesempatan. Menurut

Samsudin (2008: 6) pembelajaran pendidikan jasmani memberikan

kesempatan bagi siswa untuk :

a. Berpartisipasi secara teratur dalam kegiatan olahraga.

b. Pemahaman dan penerapan konsep yang benar tentang

aktivitas-aktivitas tersebut agar dapat melakukannya secara

aman.

c. Pemahaman dan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam

aktivitas-aktvitas tersebut agar terbentuk sikap dan perilaku

sportif dan positif, emosi stabil dan gaya hidup sehat.

Dilihat dari sudut pandang yang lain, menurut Sukintaka (2001:

42) seorang guru pendidikan jasmani dianggap mampu melaksanakan

tugas dengan baik salah satunya adalah mampu merencakan,

melaksanakan, mengendalikan, dan menilai, serta mengoreksi dalam

pembelajaran untuk pencapaian tujuan pendidikan jasmani. Berdasarkan

14

hal tersebut, dapat dikatakan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani bisa

terlaksana dengan baik jika guru penjas senantiasa membuat perencanaan

pembelajaran. Perencanaan pembelajaran berkaitan dengan tujuan

pembelajaran. Perencanaan pembelajaran menggambarkan perpaduan

unsur-unsur penting dalam pembelajaran yang memerlukan pemikiran dan

pembuatan keputusan. Menurut Rusli Lutan (2001: 24) dalam perencanaan

pembelajaran guru pendidikan jasmani harus dapat memutuskan

penerapan metode atau gaya mengajar, pengalokasian waktu, penggunaan

alat dan penataan formasi para siswa.

Langkah selanjutnya, guru penjas melaksanakan pembelajaran

pendidikan jasmani yang sudah direncanakan tersebut dan

mengendalikannya. Menurut Rusli Lutan (2001: 33-38) proses

pelaksanaan pembelajaran diawali dengan penataan awal pembelajaran

atau pendahuluan seperti membuka pelajaran, menarik perhatian siswa dan

melakukan pemanasan. Setelah itu, dilanjutkan dengan pemberian materi

pembelajaran atau inti pembelajaran. Menurut Rusli Lutan (2001: 47-76)

inti pembelajaran pendidikan jasmani berkenaan dengan penerapan gaya

atau metode mengajar, penggunaan alat, penggunaan waktu, penggunaan

ruangan, pengaturan formasi. Selanjutnya, pembelajaran diakhiri dengan

kegiatan penutup. Kegiatan penutup ini berkenaan dengan melakukan

pendinginan/penenangan, mengecek pemahaman siswa, pemberian

motivasi, daan sebagainya.

15

Langkah terakhir, melakukan penilaian atau evaluasi serta koreksi

dari pembelajaran pendidikan jasmani. Penilaian atau evaluasi

pembelajaran dilakukan setelah siswa menempuh pembelajaran atau

memperoleh materi. Evaluasi atau penilaian tersebut bertujuan mengetahui

kemampuan siswa baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Tetapi selain itu, agar pembelajaran pendidikan jasmani semakin

baik, menurut Sukintaka (2001: 42) maka guru pendidikan jasmani harus:

a. Memahami karakteristik anak didiknya.

b. Membangkitkan dan memberi kesempatan anak didik untuk aktif dan

kreatif.

c. Memberikan bimbingan dan mengembangkan potensi anak didiknya.

Sama halnya dengan pembelajaran pendidikan jasmani, dalam

pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adpatif seorang guru penjas

juga memiliki tugas yang sama. Dalam setiap pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif, pemilihan jenis dan materi pembelajaran tentu menjadi

pertimbangan seorang guru penjas. Menurut Beltasar Tarigan (2000: 38)

ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika menentukan jenis dan

materi pembelajaran penjas bagi siswa berkebutuhan khusus:

a. Pelajari rekomendasi dan diagnosis dokter yang menanganinya.

b. Temukan faktor dan kelemahan-kelemahan siswa berdasarkan hasil tes

pendidikan jasmani.

c. Olahraga kesenangan apa yang paling diminati siswa.

16

Tetapi, secara umum materi pembelajaran pendidikan jasmani bagi

siswa berkebutuhan khusus yang terdapat dalam kurikulum sama dengan

materi pembelajaran siswa normal (Beltasar, 2000: 40). Hanya strategi dan

model pembelajarannya yang berbeda karena disesuaikan dengan jenis dan

tingkat kecacatannya. Strategi dan model pembelajaran yang tepat akan

membantu dalam proses pencapaian tujuan pendidikan jasmani adaptif

tersebut.

Selain itu, kreativitas dan kejelian seorang guru penjas sangat

diperlukan dalam memilih metode yang paling cocok sehingga sesuai

dengan jenis dan tingkat kecacatan siswa. Siswa berkebutuhan khusus

mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani dengan berbagai modifikasi

dan disesuaikan dengan tingkat kedifabelan dan kondisi fisiknya.

Menurut Beltasar Tarigan (2000: 49) dalam upaya memenuhi

kebutuhan-kebutuhan setiap siswa, seorang guru penjas adaptif perlu

melakukan modifikasi baik metode pendekatan, lingkungan belajar

maupun fasilitas belajar. Oleh karena itu, modifikasi dari guru pendidikan

jasmani sangat berperan besar terhadap keberhasilan dari pembelajaran

pendidikan jasmani bagi siswa yang berkebutuhan khusus tersebut.

4. Siswa Berkebutuhan Khusus

Siswa berkebutuhan khusus atau anak berkebutuhan khusus secara

umum dikenal oleh masyarakat sebagai anak luar biasa. Menurut Abdul

Hadis (2006: 4) kata luar biasa merupakan julukan atau sebutan bagi

17

mereka yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan

penyimpangan yang tidak dialami oleh orang normal pada umumnya.

Menurut Hallahan dan Kauffman dalam Abdul Hadis (2006: 5)

anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai anak yang memerlukan

pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi

kemanusiaan mereka secara sempurna.

Secara umum, kekhususan siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok, antara lain:

a. Kekhususan yang berhubungan dengan kemampuan mental

1) Tunagrahita

Tunagrahita memiliki istilah-istilah lain. Retardasi mental

salah satu istilah yang sama dengan tunagrahita. Menurut

Grossman dalam Abdul Hadis (2006: 6) retardasi mental

didefinisikan sebagai kelompok anak yang memiliki fungsi

intelektual umum di bawah rata – rata secara signifikan yang

berkaitan dengan gangguan dalam penyesuaian perilaku yang

terwujud atau terjadi selama periode perkembangan.

Selain itu, tunagrahita sering dikaitkan dengan mental yang

terbatas. Berdasarkan pendapat Ignatius Ade dan Iwang (2010: 5)

anak tunagrahita adalah anak dengan keterbatasan

mental/intelektual. Intelektual yang dibawah normal bisa

digunakan sebagai acuan penentu ketunagrahitaan seseorang.

18

Menurut French dan Jansma dalam Arma Abdoellah (1996:

11) tunagrahita atau keterbelakangan mental berarti fungsi

intelektual umum berada dibawah rata-rata dibarengi dengan

perilaku penyesuaian diri yang kurang dan hal ini mempengaruhi

unjuk kerja pendidikan anak.

2) Slow learner atau lamban belajar atau kesulitan belajar

spesifik

Ignatius Ade dan Iwang (2010: 5) menyatakan bahwa slow

learner atau lamban belajar sering dikaitkan dengan prestasi

belajar yang rendah pada satu atau beberapa mata pelajaran.

Menurut Register Federal dalam Abdul Hadis (2006: 12)

ketidakmampuan secara spesifik berarti suatu gangguan pada satu

atau lebih dari keterlibatan proses psikologi dasar dalam

memahami dan dalam menggunakan bahasa, bercakap, dan

menulis yang diwujudkan dalam ketidakmampuan dalam

mendengar, berpikir, bercakap, membaca, menulis, mengeja, dan

untuk melakukan kalkulasi.

Dengan demikian, slow learner ini merupakan gangguan

pada satu atau lebih proses psikologi dan intelegensi yang

menyebabkan rendahnya prestasi belajar dalam satu bidang atau

lebih.

19

3) Anak berbakat

Menurut Abdul Hadis (2006: 27) anak berbakat ialah anak

yang memiliki bakat yang istimewa di bidang intelektual, seni,

olahraga, dan keterampilan tertentu. Keistimewaan itu yang

mengakibatkan keterampilan lain yang bukan bakatnya mengalami

hambatan, misalnya keterampilan dalam komunikasi dan interaksi

menjadi rendah.

b. Kekhususan yang berhubungan dengan kemampuan motorik dan

mobilitas

1) Tunadaksa

Menurut Ignatius Ade dan Iwang (2010: 8) anak tunadaksa

adalah anak yang mengalami hambatan gerak karena terdapat

masalah pada otot, tulang, maupun sendi.

Tunadaksa dapat diartikan sebagai ketidakfungsian fungsi

fisik seorang anak yang disebabkan oleh karena penyakit,

kecelakaan, radiasi, dan karena sebagian lain sehingga

membutuhkan perhatian dan bantuan khusus dalam hidupnya

(Abdul Hadis, 2006: 23).

Menurut French dan Jansma dalam Arma Abdoellah (1993:

13) tunadaksa berarti suatu kelemahan secara orthopedik yang

sangat berpengaruh tidak baik terhadap unjuk kerja pendidikan.

20

2) Tunanetra

Secara umum, anak tunanetra dikenali karena memiliki

hambatan dalam indera penglihatan (Ignatius Ade dan Iwang,

2010: 9). Menurut Abdul Hadis (2006: 21-22) dalam dunia

pendidikan, anak dengan gangguan atau kerusakan penglihatan

adalah individu yang mengalami kerusakan penglihatan sehingga

dalam proses pendidikannya harus diajar dapat membaca dengan

menggunakan alat bantu Braille atau dengan metode aural

(menggunakan media tape yang dapat merekam dan didengar) oleh

anak yang mengalami kerusakan penglihatan.

Menurut Arma Abdoellah (1996: 11) tunanetra atau

kerusakan penglihatan berarti kerusakan visual yang akibatnya

akan mempengaruhi unjuk kerja pendidikan anak.

c. Kekhususan yang berhubungan dengan kemampuan emosi dan

perilaku

1) Atention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD)

ADHD adalah gangguan pemusatan perhatian dan

hiperaktivitas pada anak (Ignatius Ade dan Iwang, 2010: 12). Ciri

khas anak yang menderita ADHD ini adalah perilakunya yang

sangat aktif dan kesulitan untuk memusatkan perhatian.

2) Tunalaras

Menurut Ignatius Ade dan Iwang (2010: 14) anak tunalaras

sering disebut juga anak dengan gangguan perilaku disruptif

21

(mengacau) atau merusak. Oleh sebab itu, terkadang penderita

tunalaras ini sering diacuhkan karena sifat mereka yang cenderung

merusak.

d. Kekhususan yang berhubungan dengan kemampuan bahasa dan

komunikasi

1) Autis

Autisme atau autis merupakan salah satu hambatan

perkembangan yang menyebabkan seorang anak mengalami

hambatan bahasa dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya

(Ignatius Ade dan Iwang, 2010: 17). Menurut Hanafi dalam Abdul

Hadis (2006: 43) autisme juga merupakan gangguan

perkembangan organik yang mempengaruhi kemampuan anak-

anak dalam berinteraksi dan menjalani kehidupannya.

2) Tunarungu dan Tunawicara

Secara umum, anak tunarungu dikenali karena memiliki

hambatan dalam indera pendengarannya (Ignatius Ade dan Iwang,

2010: 15). Menurut Abdul Hadis (2006: 19) kerusakan

pendengaran secara fisiologi diartikan sebagai gangguan

pendengaran yang timbul karena kerusakan fungsi-fungsi alat

dengar. Menurut French dan Jansma yang dikutip Arma (1996: 11)

pendengaran kurang berarti satu kerusakan pendengaran yang tidak

berat, baik bersifat permanen atau tidak yang akibatnya akan

mempengaruhi unjuk kerja pendidikan.

22

Sedangkan tunawicara menurut Abdul Hadis (2006: 17)

tunawicara merupakan masalah dalam produksi bahasa dan vokal

yang dapat diketahui dengan jelas. Menurut French dan Jansma

dalam Arma Abdoellah (1996: 13) tunawicara berarti gangguan

dalam berkomunikasi, seperti gagap, kelemahan artikulasi,

kelemahan dalam bahasa atau suara, yang berakibat tidak baik

terhadap unjuk kerja pendidikan anak.

5. Sekolah Dasar Inklusi

Istilah yang sekarang digunakan untuk sekolah yang

menyelenggarakan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus adalah

inklusi. Menurut David J. Smith (2006: 45) bahwa bagi sebagian besar

pendidik, istilah ini dilihat sebagai deskripsi yang lebih positif dalam

usaha-usaha untuk menyatukan anak-anak yang memiliki hambatan

dengan cara-cara yang realistis dan komprehensif dalam kehidupan

pendidikan yang menyeluruh. Inklusi dapat berarti penerimaan anak-anak

yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi sosial

dan konsep diri atau visi-misi sekolah. jadi, sekolah inklusi adalah istilah

bagi sekolah dengan langkah yang nyata dan menyeluruh bagi anak yang

memiliki hambatan karena kelainan yang dimiliki.

Berdasarkan Peraturan Bupati Kulon Progo nomor 57 tahun 2012

pasal 1 menerangkan bahwa pendidikan Inklusi yaitu suatu sistem

pendidikan yang memberikan peran kepada semua peserta didik dalam

suatu iklim dan proses pembelajaran bersama tanpa membedakan latar

23

belakang sosial, politik, ekonomi, etnik, agama/kepercayaan, golongan,

jenis kelamin, kondisi fisik maupun mental, sehingga sekolah merupakan

miniatur masyarakat. Maka dari itu, sekolah yang menyelenggarakan

pendidikan inklusi harapannya tidak membedakan latar belakang siswa

yang mengikuti proses pembelajaran di sekolah tersebut. Di Indonesia,

pendidikan inklusi ini bisa diselenggarakan di lembaga-lembaga

pendidikan salah satunya sekolah dasar. Sekolah dasar yang

menyelenggarakan pendidikan bagi siswa disebut sebagai Sekolah Dasar

Inklusi.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Dini Febriani dengan judul “Tanggapan Guru Pendidikan

Jasmani dan Guru Pembimbing Khusus Pembelajaran Terhadap Penerapan

Pendidikan Jasmani Adaptif Di Sekolah Dasar Inklusi Se-Kabupaten Kulon

Progo”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan

menggunakan metode survei dan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu

berupa angket. Populasi dalam penelitian ini Guru Pendidikan Jasmani dan

Pembimbing Khusus di Sekolah Dasar Inklusi se Kabupaten Kulon Progo

sebanyak 38 orang, sampel yang digunakan adalah seluruh populasi sehingga

penelitian ini merupakan penelitian populasi. Hasil penelitian menunjukkan

tanggapan guru pendidikan jasmani dan pembimbing khusus terhadap penerapan

pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Dasar Inklusi se Kulon Progo pada

kategori sangat positif 5,26%, positif 15,78%, cukup 60,52%, negatif 13,15%,

sangat negatif 5,26%.

24

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan bagi siswa yang memiliki kebutuhan khusus dikenal

dengan pendidikan inklusi. Melalui pendidikan inklusi tersebut diharapkan

siswa berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan yang layak sama seperti

siswa normal. Pendidikan jasmani adaptif merupakan bagian dari pendidikan

inklusi. Pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Dasar Inklusi

sudah seharusnya menjadi perhatian pihak-pihak yang terkait salah satunya

guru pendidikan jasmani. Pembelajaran pendidikan jasmani adaptif tersebut

diharapkan dapat terlaksana sesuai dengan karakteristik siswa berkebutuhan

khusus yang ada di Sekolah Dasar Inklusi. Tujuan pendidikan inklusi secara

umum akan terhambat bila mana pembelajaran pendidikan jasmani adaptif

belum terlaksana sehingga siswa berkebutuhan khusus akan mengalami

kesulitan mengembangkan keterampilan yang dimiliki. Oleh karena itu,

tingkat keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah

Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo perlu diketahui.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa keberhasilan

pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif bisa digunakan sebagai

salah satu tolak ukur keberhasilan pendidikan inklusi. Pihak-pihak yang terkait

dengan pendidikan jasmani adaptif, dalam hal ini khususnya para guru

pendidikan jasmani diharapkan berusaha melaksanakan pembelajaran dengan

semaksimal mungkin sehingga dapat mewujudkan pendidikan inklusi yang

berkemajuan.

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif noneksperimental

dengan metode survei yang artinya penelitian yang bertujuan memberi

gambaran umum tentang kondisi yang sebenarnya dalam suatu populasi.

Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan suatu keadaan atau kondisi

tentang tingkat keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa

berkebutuhan khusus (penjas adaptif) di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan

Sentolo. Teknik pengumpulan data menggunakan angket tertutup berbentuk

skala.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Suharsimi, 2006: 118). Variabel dalam penelitian ini adalah

tingkat keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa

berkebutuhan khusus (penjas adaptif) di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan

Sentolo, yang terdiri atas faktor-faktor perencanaan, proses pelaksanaan

pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa

berkebutuhan khusus (penjas adaptif).

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup

dari suatu penelitian (Nana, 2013: 250). Populasi dalam penelitian ini adalah

26

guru pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo yang

berjumlah 6 orang.

Penentuan sampel menggunakan teknik total sampling, yang berarti

sampel diambil dari seluruh populasi. Hal tersebut dilakukan karena menurut

Suharsimi Arikunto (2010: 129), bahwa untuk menentukan jumlah sampel jika

subjek kurang dari 100 lebih baik dipakai semua. Jadi, sampel dalam

penelitian ini yaitu 6 guru pendidikan jasmani, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2. Sampel Penelitian

No Nama Instansi Alamat Jumlah

Guru Penjas

1 SD N Jlaban Jlaban, Sentolo, Sentolo 1

2 SD N Kaliagung Banyunganti Lor, Kaliagung, Sentolo 1

3 SD N Kalimenur Kalimenur, Sukoreno, Sentolo 1

4 SD N Pergiwatu Panjul, Srikayangan, Sentolo 1

5 SD N Kalikutuk Taruban Wetan, Tuksono, Sentolo 2

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen

Instrumen penelitian adalah fasilitas yang digunakan oleh peneliti

untuk memperoleh data yang diharapkan agar pekerjaannya lebih mudah

dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi, 2006: 160). Instrumen yang

digunakan adalah berupa angket. Menurut Nana Syaodih (2013: 219)

angket merupakan teknik atau cara pengumpulan data secara tidak

langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden).

27

Angket yang digunakan berupa angket tertutup. Menurut Nana

Syaodih (2013: 219) dalam angket tertutup pertanyaan atau pernyataan

telah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh

responden. Sehingga responden tidak bisa memberikan jawaban atau

respon lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban.

Bentuk kuesioner atau angket berupa skala yang dimodifikasi dari

Skala Likert dengan rentang skala 4 yaitu Selalu, Sering, Kadang-Kadang,

dan Tidak Pernah.

a. Langkah-Langkah Menyusun Instrumen

Menurut Sutrisno Hadi dalam Dini Febriani (2014: 43)

menyebutkan ada tiga langkah yang harus ditempuh dalam menyusun

instrumen, yaitu:

1) Mendefinisikan konstrak

Mendefinisikan konstrak yaitu tahapan yang bertujuan

untuk memberikan batasan arti dari konstrak yang akan diteliti,

sehingga tidak ada penyimpangan terhadap tujuan yang ingin

dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

keterlaksanaan pembelajaran pendidikan pendidikan jasmani bagi

siswa berkebutuhan khusus (penjas adaptif) di Sekolah Dasar

Inklusi se-Kecamatan Sentolo.

28

2) Menyidik faktor

Menyidik faktor yaitu tahap yang bertujuan untuk

menandai faktor-faktor yang ditemukan dalam konstrak yang akan

diteliti. Adapun faktornya meliputi: rencana pembelajaran

pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus (penjas

adaptif), proses atau pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani

bagi siswa berkebutuhan khusus (penjas adaptif), dan evaluasi

pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus

(penjas adaptif).

3) Menyusun butir-butir pertanyaan atau pernyataan

Butir-butir pertanyaan atau pernyataan disusun berdasarkan

faktor yang menyusun konstrak. Butir-butir pertanyaan atau

pernyataan menjabarkan isi dari faktor. Berdasarkan faktor-faktor

kemudian disusun butir-butir soal yang dapat memberikan

gambaran mengenai kuesioner yang akan dipakai dalam penelitian

ini. Kisi-kisi instrumen kuesioner yang akan dipakai dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

29

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Variabel Faktor Indikator Nomor Soal

Positif Negatif

Pelaksanaan

pembelajaran

pendidikan

jasmani bagi

siswa

berkebutuhan

khusus

(penjas

adaptif) di

sekolah dasar

inklusi se-

Kecamatan

Sentolo

Perencanaan

Pembelajaran

Tujuan

pembelajaran

1 2

Silabus dan

RPP

3,4,5,6

Pelaksanaan

Pembelajaran

Pendahuluan

pembelajaran

7,9 8,10

Inti

pembelajaran

11,13,

14,15,

17,18,

19,20

12,16

Akhir

pembelajaran

22,24 21,23

Evaluasi

Pembelajaran

Aspek

penilaian

25,26

Prosedur dan

standar

penilaian

28,30 27,29

Jumlah 30

b. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1) Uji validitas

Instrumen dikatakan baik jika instrumen tersebut valid.

Menurut Anas Sudijono (2006: 93) kata valid sering diartikan

dengan tepat, benar, shahih, absah. Menurut Safari (2003: 7)

shahih atau valid maksudnya bahwa setiap instrumen hanya

mengukur satu dimensi/aspek saja.

Validitas isi instrumen dalam penelitian ini diujikan kepada

dosen yang memiliki spesifikasi keahlian bidang pendidikan

jasmani adaptif. Pengujian ahli (expert judgement) dilakukan

sebelum membagikan angket. Setelah data hasil penelitian

30

diperoleh, dilakukan analisis data sekaligus uji validitas butir soal

angket penelitian menggunakan program Ms.Excel.

Analisis validitas butir soal dalam instrumen tersebut jika

dihitung manual dengan menggunakan rumus product moment

(Suharsimi, 2009: 72) sebagai berikut:

𝑟𝑥𝑦 = 𝑁. ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)

√[𝑁. ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥)2] [𝑁 ∑ 𝑦2 − (∑ 𝑦)2]

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi skor item dengan skor total

N = Banyaknya responden

Σx = Jumlah skor item

Σy = Jumlah skor total

Σxy = Jumlah perkalian skor item dengan skor total

Σx2 = Jumlah kuadrat skor item

Σy2 = Jumlah kuadrat skor total

Setelah rxy diketahui, kemudian menentukan thitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑟𝑥𝑦√(𝑛 − 2)

√1 − 𝑟𝑥𝑦2

rxy = Koefisien korelasi skor item dengan skor total

n = jumlah responden

Selanjutnya harga thitung yang diperoleh dibandingkan

dengan nilai ttabel (alpha 5%, degree of freedom 4) dan diperoleh

ttabel 2,13. Apabila harga thitung yang diperoleh lebih tinggi dari ttabel

31

tersebut maka butir soal dinyatakan valid. Sebaliknya, jika thitung

lebih kecil dari ttabel, maka butir soal dinyatakan tidak valid atau

gugur. Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan diperoleh

hasil validitas yang disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Nomor Pernyataan r xy t hitung t tabel Status

1 0,97 8,51 2,13 Valid

2 0,82 2,87 2,13 Valid

3 0,73 2,15 2,13 Valid

4 0,87 3,45 2,13 Valid

5 0,90 4,18 2,13 Valid

6 0,76 2,35 2,13 Valid

7 0,83 2,99 2,13 Valid

8 0,62 1,56 2,13 Tidak Valid

9 0,97 8,51 2,13 Valid

10 0,97 8,51 2,13 Valid

11 0,83 2,99 2,13 Valid

12 0,58 1,42 2,13 Tidak Valid

13 0,91 4,26 2,13 Valid

14 0,87 3,45 2,13 Valid

15 0,88 3,62 2,13 Valid

16 0,71 2,00 2,13 Tidak Valid

17 0,88 3,62 2,13 Valid

18 0,97 8,51 2,13 Valid

19 0,83 2,99 2,13 Valid

20 0,83 2,98 2,13 Valid

21 0,42 0,91 2,13 Tidak Valid

22 0,82 2,88 2,13 Valid

23 0,83 2,99 2,13 Valid

24 0,83 2,99 2,13 Valid

25 0,83 2,99 2,13 Valid

26 0,71 2,00 2,13 Tidak Valid

27 0,82 2,88 2,13 Valid

28 0,83 2,99 2,13 Valid

29 0,69 1,93 2,13 Tidak Valid

30 0,73 2,15 2,13 Valid

32

Berdasarkan tabel di atas, dari 30 butir pernyataan yang

tersedia terdapat 6 pernyataan yang dinyatakan tidak valid yaitu

nomor 8, 12, 16, 21, 26, dan 29. Kemudian pernyataan yang tidak

valid atau gugur tersebut tidak dipergunakan atau dibuang ketika

analisis data karena sudah terwakili oleh pernyataan yang lain pada

masing-masing indikator dalam faktor. Dengan demikian, dari 30

pernyataan terdapat 24 pernyataan yang valid. Data selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 72.

2) Uji reliabilitas

Suatu hasil tes dikatakan mempunyai reliabilitas atau taraf

kepercayaan yang tinggi apabila memberikan hasil yang relatif

tetap bila digunakan pada kesempatan lain (Suharsimi, 2009: 86).

Uji reliabilitas dilakukan setelah data terkumpul atau menggunakan

teknik one shoot. Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian ini

menggunakan bantuan program Ms.Excel.

Jika, pengujian reliabilitas kuesioner dilakukan secara

manual maka dihitung menggunakan rumus Alpha Cronbach

(Suharsimi, 2009: 109) yaitu:

𝑟11 = (𝑛

𝑛 − 1) (1 −

∑ 𝜎𝑖2

𝜎𝑡2

)

Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

n = banyaknya butir soal

33

i2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

t2 = varians total

Jika r11 ≤ 0,20 maka reliabilitas tergolong sangat rendah.

Jika 0,20 < r11 ≤ 0,40 maka reliabilitas tergolong rendah. Jika 0,40 <

r11 ≤ 0,60 maka reliabilitas tergolong sedang. Jika 0,60 < r11 ≤ 0,80

maka reliabilitas tergolong tinggi. Jika 0,80 < r11 ≤ 1,00 maka

reliabilitas tergolong sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji

reliabilitas kuesioner diperoleh nilai 0,955 sehingga instrumen

dinyatakan reliabel. Data selengkapnya dapat lihat pada Lampiran

13 halaman 73.

2. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mendatangi tiap Sekolah Dasar Inklusi yang ada di

Kecamatan Sentolo kemudian membagikan angket kepada guru

pendidikan jasmani. Kemudian guru pendidikan jasmani mengisi angket

yang telah dibagikan oleh peneliti. Setelah angket terisi, selanjutnya

peneliti mengumpulkan angket tersebut untuk selanjutnya dianalisis.

Peneliti menggunakan one shoot atau sekali tembak yaitu dimana

angket langsung disebar kepada guru pendidikan jasmani tanpa uji coba

penelitian. Tetapi, angket tersebut sudah melalui validasi ahli (expert

judgement) oleh dosen ahli pendidikan jasmani adaptif. Validitas butir soal

dan reliabilitasnya dicari setelah data terkumpul.

34

E. Teknik Analisis Data

Analisis yang dilakukan merupakan analisis data penelitian deskriptif

kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan pembelajaran

pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus (penjas adaptif) di

Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo melalui angket tertutup yang

telah diisi oleh guru penjas sebagai responden. Data yang diperoleh

selanjutnya dianalisis dengan bantuan program Ms.Excel.

Data diolah dengan analisa deskriptif, untuk memudahkan tabulasi

maka jawaban tersebut diubah secara kuantitatif dengan memberi angka atau

skor pada setiap butir pertanyaan atau pernyataan. Penskoran alternatif

jawaban pada kuesioner yaitu sebagai berikut:

Tabel 5. Penskoran Alternatif Jawaban Instrumen Penelitian

Pernyataan

Alternatif jawaban

Selalu Sering Kadang-

Kadang

Tidak

Pernah

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

Selanjutnya untuk menghitung prosentase dalam setiap kategori di

setiap aspek digunakan rumus dari Anas Sudijono (2005: 28) sebagai berikut :

35

𝑃 =𝐹

𝑁𝑋100%

Keterangan:

P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah sampel

Untuk membuat kategori pengelompokkan terlebih dahulu menentukan

skor minimum dan skor maksimum dari perolehan skor penelitian. Kemudian

menentukan mean (rerata) dan standar deviasi dari skor yang diperoleh, hasil

mean dan standar deviasi kemudian dimasukkan ke dalam penilaian skor dari

Anas Sudijono (2005: 329) yang disesuaikan dengan kajian mengenai tingkat

keterlaksanaan pembelajaran, adapun pengelompokkannya sebagai berikut:

Tabel 6. Pengkategorian Penilaian Skor

Formula Kategori

X > M + 1,5 SD Sangat Baik

M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD Baik

M - 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD Cukup Baik

M - 1,5 SD < X ≤ M - 0,5 SD Kurang Baik

X ≤ M - 1,5 SD Tidak Baik

Keterangan :

M = Mean (rerata)

SD = Standar Deviasi

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Data Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Adaptif

Tingkat keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di

SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo dapat dinilai dengan cara menghitung

skor dan menganalisis jawaban pada lembar instrumen dalam bentuk

angket tertutup yang diisi oleh guru pendidikan jasmani sebagai

responden dalam penelitian ini. Tingkat keterlaksanaan pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu

perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran, dan

evaluasi pembelajaran.

Hasil instrumen angket tertutup yang diisi oleh guru pendidikan

jasmani tentang tingkat keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani

adaptif telah dianalisis dan dideskripsikan seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Hasil Analisis Data Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran

Pendidikan Jasmani Adaptif

No Keterangan Nilai

1 Skor Maksimum 92

2 Skor Minimum 60

3 Rerata (Mean) 79,5

4 Median 86,5

5 Standar Deviasi 15,06

*Sumber : Lampiran 14 halaman 74.

37

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil penelitian secara

keseluruhan memiliki skor maksimum 92, skor minimum 60, rerata

(mean) 79,5, median 86,5, dan standar deviasi 15,06.

Hasil analisis instrumen jika diklasifikasikan berdasarkan skor

yang diperoleh dalam lima kategori, hasilnya dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 8. Hasil Klasifikasi Pengkategorian Tingkat Keterlaksanaan

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

Interval Kategori Responden Prosentase

x > 102 Sangat Baik 0 0 %

87 < x 102 Baik 3 50 %

72 < x 87 Cukup Baik 1 16,67 %

57 < x 72 Kurang Baik 2 33,33 %

x 57 Tidak Baik 0 0 %

Jumlah 6 100 %

*Sumber : Lampiran 14 halaman 74-75.

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat keterlaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang termasuk dalam kategori

sangat baik dengan interval x > 102 berjumlah 0 responden dengan

prosentase 0%, kategori baik dengan interval 87 < x 102 berjumlah 3

responden dengan prosentase 50%, kategori cukup baik dengan interval

72 < x 87 berjumlah 1 responden dengan prosentase 16,67%, kategori

kurang baik dengan interval 57 < x 72 berjumlah 2 responden dengan

prosentase 33,33%, dan kategori tidak baik dengan interval x 57

berjumlah 0 responden dengan prosentase 0%.

Apabila disajikan dalam bentuk diagram terlihat pada gambar di

bawah ini:

38

Gambar 1. Diagram Klasifikasi Pengkategorian Tingkat Keterlaksanaan

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa tingkat

keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan

khusus (penjas adaptif) di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo

dari 6 responden yang berada pada kategori tidak baik 0%, kurang baik

33,33%, cukup baik 16,67%, baik 50%, dan sangat baik 0%. Oleh karena

itu, dapat diartikan bahwa secara umum tingkat keterlaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus (penjas

adaptif) di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo terlaksana

dengan baik.

2. Data Faktor Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SD

Inklusi se-Kecamatan Sentolo diperoleh dari hasil analisis angket tertutup

yang telah diisi oleh guru pendidikan jasmani. Pernyataan tentang

0

1

2

3

4

5

6

Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

0%

33,33%

16,67%

50%

0%

Frek

uen

si

Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Penjas Adaptif

Kategori

39

perencanaan pembelajaran berjumlah 6 butir yang terdapat dalam

instrumen angket tertutup yang digunakan pada penelitian ini.

Hasil penelitian berdasarkan faktor perencanaan pembelajaran

dengan jumlah 6 butir pernyataan dapat dideskripsikan pada tabel

dibawah ini :

Tabel 9. Hasil Analisis Data Faktor Perencanaan Pembelajaran

Pendidikan Jasmani Adaptif

No Keterangan Nilai

1 Skor Maksimum 24

2 Skor Minimum 13

3 Rerata (Mean) 19,5

4 Median 21,5

5 Standar Deviasi 4,76

*Sumber : Lampiran 15 halaman 76.

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil analisis data berdasarkan

faktor perencanaan pembelajaran memiliki skor maksimum 24, skor

minimum 13, rerata (mean) 19,5, median 21,5, dan standar deviasi 4,76.

Hasil analisis faktor perencanaan pembelajaran jika

diklasifikasikan ke dalam lima kategori, hasilnya dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

Tabel 10. Hasil Klasifikasi Pengkategorian Faktor Perencanaan

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

Interval Kategori Responden Prosentase

x > 26 Sangat Baik 0 0 %

21 < x 26 Baik 3 50 %

17 < x 21 Cukup Baik 1 16,67 %

12 < x 17 Kurang Baik 2 33,33 %

x 12 Tidak Baik 0 0 %

Jumlah 6 100 %

*Sumber : Lampiran 15 halaman 76-77.

40

Tabel di atas menunjukkan bahwa analisis data faktor perencanaan

pembelajaran yang termasuk dalam kategori sangat baik dengan interval

x > 26 berjumlah 0 responden dengan prosentase 0%, kategori baik

dengan interval 21 < x 26 berjumlah 3 responden dengan prosentase

50%, kategori cukup baik dengan interval 17 < x 21 berjumlah 1

responden dengan prosentase 16,67%, kategori kurang baik dengan

interval 12 < x 17 berjumlah 2 responden dengan prosentase 33,33%,

dan kategori tidak baik dengan interval x 12 berjumlah 0 responden

dengan prosentase 0%.

Apabila disajikan dalam bentuk diagram terlihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 2. Diagram Klasifikasi Pengkategorian Faktor Perencanaan

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa perencanaan

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SD Inklusi se-Kecamatan

0

1

2

3

4

5

6

Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

0%

33,33%

16,67%

50%

0%

Frek

uen

si

Perencanaan Pembelajaran Penjas Adaptif

Kategori

41

Sentolo yang berada kategori tidak baik 0%, kurang baik 33,33%, cukup

baik 16,67%, baik 50%, dan sangat baik 0%. Oleh karena itu, dapat

diartikan bahwa secara umum perencanaan pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo terlaksana dengan baik.

3. Data Faktor Proses Pelaksanaan Pembelajaran

Proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SD

Inklusi se-Kecamatan Sentolo diperoleh dari data angket yang telah

dianalisis. Angket tersebut berisi 24 pernyataan dimana terdapat 15 butir

pernyataan tentang proses tingkat keterlaksanaan pembelajaran.

Hasil analisis instrumen faktor proses pelaksanaan pembelajaran

dengan jumlah 15 butir pernyataan dapat dideskripsikan pada tabel

dibawah ini :

Tabel 11. Hasil Analisis Data Faktor Proses Pelaksanaan Pembelajaran

Pendidikan Jasmani Adaptif

No Keterangan Nilai

1 Skor Maksimum 55

2 Skor Minimum 36

3 Rerata (Mean) 46,83

4 Median 50

5 Standar Deviasi 8,45

*Sumber : Lampiran 16 halaman 78.

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil analisis faktor proses

pelaksanaan pembelajaran memiliki skor maksimum 55, skor minimum

36, rerata (mean) 46,83, median 50, dan standar deviasi 8,45.

Hasil analisis faktor proses pelaksanaan pembelajaran jika

diklasifikasikan ke dalam lima kategori, hasilnya dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

42

Tabel 12. Hasil Klasifikasi Pengkategorian Faktor Proses Pelaksanaan

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

Interval Kategori Responden Prosentase

x > 59 Sangat Baik 0 0 %

51 < x 59 Baik 3 50 %

42 < x 51 Cukup Baik 1 16,67 %

34 < x 42 Kurang Baik 2 33,33 %

x 34 Tidak Baik 0 0 %

Jumlah 6 100%

*Sumber : Lampiran 16 halaman 78-79.

Tabel di atas menunjukkan bahwa faktor proses pelaksanaan

pembelajaran yang berada dalam kategori sangat baik dengan interval

x > 59 berjumlah 0 responden dengan prosentase 0%, kategori baik

dengan interval 51 < x 59 berjumlah 3 responden dengan prosentase

50%, kategori cukup baik dengan interval 42 < x 51 berjumlah 1

responden dengan prosentase 16,67%, kategori kurang baik dengan

interval 34 < x 42 berjumlah 2 responden dengan prosentase 33,33%,

dan kategori tidak baik dengan interval x 34 berjumlah 0 responden

dengan prosentase 0%.

Apabila disajikan dalam bentuk diagram terlihat pada gambar di

bawah ini:

43

Gambar 3. Diagram Klasifikasi Pengkategorian Faktor Proses

Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa proses pelaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SD Inklusi se-Kecamatan

Sentolo yang berada pada kategori tidak baik 0%, kurang baik 33,33%,

cukup baik 16,67%, baik 50%, dan sangat baik 0%. Oleh karena itu, dapat

diartikan bahwa secara umum proses tingkat keterlaksanaan pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo

terlaksana dengan baik.

4. Evaluasi Pembelajaran

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa angket tertutup yang

berisi 24 pernyataan, dimana terdapat 4 pernyataan tentang evaluasi

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif. Evaluasi pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo diperoleh

dari hasil analisis angket tersebut.

0

1

2

3

4

5

6

Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

0%

33,33%

16,67%

50%

0%

Fre

kue

nsi

Proses Pelaksanaan Pembelajaran Penjas Adaptif

Kategori

44

Hasil analisis faktor perencanaan pembelajaran dengan jumlah 4

butir pernyataan dapat dideskripsikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 13. Hasil Analisis Data Faktor Evaluasi Pembelajaran Pendidikan

Jasmani Adaptif

No Keterangan Nilai

1 Skor Maksimum 16

2 Skor Minimum 10

3 Rerata (Mean) 13,2

4 Median 13,5

5 Standar Deviasi 2,32

*Sumber : Lampiran 17 halaman 80.

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil analisis faktor evaluasi

pembelajaran memiliki skor maksimum 16, skor minimum 10, rerata

(mean) 13,2, median 13,5, dan standar deviasi 2,32.

Hasil analisis faktor evaluasi pembelajaran jika diklasifikasikan ke

dalam lima kategori, hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 14. Hasil Klasifikasi Pengkategorian Faktor Evaluasi Pembelajaran

Pendidikan Jasmani Adaptif

Interval Kategori Responden Prosentase

x > 16 Sangat Baik 0 0 %

14 < x 16 Baik 3 50 %

12 < x 14 Cukup Baik 1 16,67 %

9 < x 12 Kurang Baik 2 33,33 %

x 9 Tidak Baik 0 0%

Jumlah 6 100%

*Sumber : Lampiran 17 halaman 80-81.

Tabel di atas menunjukkan bahwa analisis data faktor evaluasi

pembelajaran yang berada dalam kategori sangat baik dengan interval

x > 16 berjumlah 0 responden dengan prosentase 0%, kategori baik

dengan interval 14 < x 16 berjumlah 3 responden dengan prosentase

50%, kategori cukup baik dengan interval 12 < x 14 berjumlah 1

45

responden dengan prosentase 50%, kategori kurang baik dengan interval 9

< x 12 berjumlah 2 responden dengan prosentase 16,67%, dan kategori

tidak baik dengan interval x 9 berjumlah 0 responden dengan

prosentase 16,67%.

Apabila disajikan dalam bentuk diagram terlihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 4. Diagram Klasifikasi Pengkategorian Faktor Evaluasi

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa evaluasi

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SD Inklusi se-Kecamatan

Sentolo yang berada pada kategori tidak baik 0%, kurang baik 33,33%,

cukup baik 16,67%, baik 50%, dan sangat baik 0%. Oleh karena itu, dapat

diartikan bahwa secara umum evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani

adaptif di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo terlaksana dengan baik.

0

1

2

3

4

5

6

Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

0%

33,33%

16,67%

50%

0%

Frek

uen

si

Evaluasi Pembelajaran Penjas Adaptif

Kategori

46

B. Pembahasan

SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo berjumlah lima sekolah. Tetapi guru

pendidikan jasmani yang mengajar di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo

berjumlah 6 guru karena ada salah satu sekolah yang memiliki dua guru

pendidikan jasmani, sehingga 6 guru pendidikan jasmani tersebut menjadi

responden dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

dapat diketahui bahwa tingkat keterlaksanaan pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif oleh guru di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo menunjukkan

50% baik, 16,67% cukup baik, dan 33,33% kurang baik. Sesuai dengan hasil

tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum tingkat keterlaksanaan

pembelajaran pendidikan jamani adaptif di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo

terlaksana dengan baik.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo secara umum dikatakan

berhasil. Keberhasilan tersebut dikarenakan guru pendidikan jasmani telah

mempersiapkan perencanaan pembelajaran, melaksanaan proses

pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran dengan baik. Ketiga faktor

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam sebuah

pembelajaran.

1. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

Faktor perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini terbagi

dalam beberapa indikator, yaitu perumusan tujuan pembelajaran,

pembuatan silabus dan RPP. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa

47

perencaaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SD Inklusi se-

Kecamatan Sentolo termasuk dalam kategori baik. Guru telah mampu

merencanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.

Guru pendidikan jasmani di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo

telah merumuskan tujuan pembelajaran sebelum melaksanakan proses

pembelajaran meskipun masih ada tujuan pembelajaran yang hanya

terpusat pada aspek psikomotrik siswa berkebutuhan khusus saja. Guru

juga menyusun sudah silabus dan rencana tingkat keterlaksanaan

pembelajaran (RPP) yang berpedoman dengan kurikulum. Selain itu,

sebelum menyusun RPP tersebut guru pendidikan jasmani sudah

berkoordinasi dengan guru pembimbing khusus (GPK) di setiap sekolah.

Materi pembelajaran yang direncanakan juga disesuaikan dengan

karakteristik siswa kebutuhan khusus yang ada di setiap sekolah.

2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

Proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SD

Inklusi se-Kecamatan Sentolo 50% termasuk dalam kategori baik, 16,67%

dalam kategori cukup baik dan 33,33% dalam kategori kurang baik. Dari

hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa tingkat keterlaksanaan proses

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SD Inklusi se-Kecamatan

Sentolo secara umum terlaksana dengan baik. Faktor proses pelaksanaan

pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari beberapa indikator, yaitu

pendahuluan pembelajaran, inti pembelajaran, penutup pembelajaran.

48

Pendahuluan pembelajaran merupakan langkah awal yang

menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Pendahuluan

pembelajaran yang baik maka akan diikuti keberhasil dari sebuah proses

pembelajaran. Berdo’a bersama merupakan kegiatan pendahuluan

pembelajaran yang memupuk rohani guru maupun siswa sehingga

meningkatkan ketaqwaan dan menghindarkan dari segala bentuk

hambatan dalam pembelajaran. Guru pendidikan jasmani di SD Inklusi

se-Kecamatan Sentolo tidak lupa selalu berdo’a bersama siswa untuk

mengawali pembelajaran pendidikan jasmani adaptif. Selain berdo’a, guru

pendidikan jasmani di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo juga melakukan

kegiatan presensi siswa untuk mengetahui sejauh mana kesiapan siswa

dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani adaptif meskipun

masih ada yang kadang-kadang tidak melakukan presensi terlebih dahulu.

Selanjutnya guru pendidikan jasmani di wilayah Kecamatan Sentolo

bersama-sama siswa melakukan pemanasan yang menunjang materi

pembelajaran dan memberi perhatian yang lebih pada siswa berkebutuhan

khusus yang melakukan pemanasan.

Inti pembelajaran pendidikan jasmani adaptif berkaitan dengan

materi, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Guru pendidikan jasmani harus memberikan materi pembelajaran sesuai

dengan tujuan yang telah dirumuskan. Metode pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif juga harus disesuaikan dengan karakteristik siswa

berkebutuhan khusus. Media pembelajaran yang digunakan dalam

49

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif diharapkan dapat meningkatkan

keaktifan siswa berkebutuhan khusus. Guru pendidikan jasmani harus

melakukan pengelolaan kelas atau siswa seperti mengatur formasi,

memperhatikan alokasi waktu, dan sebagaianya dengan baik. Guru

pendidikan jasmani di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo selain

memberikan materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, tetapi secara

umum porsi materinya juga disesuaikan dengan tingkat kedifabelan siswa.

Metode yang diterapkan oleh guru pendidikan jasmani di SD Inklusi se-

Kecamatan Sentolo sudah disesuaikan dengan karakteristik siswa

berkebutuhan khusus, bahkan metode tersebut dapat meningkatkan

partisipasi siswa berkebutuhan khusus. Media pembelajaran yang

digunakan oleh guru pendidikan jasmani di SD Inklusi se-Kecamatan

Sentolo selain dapat meningkatkan keaktifan siswa juga aman digunakan

oleh siswa berkebutuhan khusus. Selanjutnya, guru pendidikan jasmani di

SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo secara umum juga sudah

memperhatikan alokasi waktu dan mengelola siswa dengan baik,

meskipun masih ada guru pendidikan jasmani yang sering kesulitan

mengelola siswa.

Akhir atau penutup pembelajaran berkaitan dengan aktivitas

pendinginan, rangkuman, arahan, dan sebagainya. Guru pendidikan

jasmani dan siswa harus melakukan pendidikan ketika materi inti sudah

selesai. Guru pendidikan jasmani di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo

secara umum melakukan pendinginan setelah materi inti pembelajaran

50

selesai meskipun kadang-kadang ada yang langsung membubarkan. Guru

pendidikan jasmani yang memberikan motivasi kepada siswa

berkebutuhan di akhir pembelajaran akan menambah keberhasilan

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif. Guru pendidikan jasmani di SD

Inklusi se-Kecamatan Sentolo selain memberikan motivasi, juga memberi

penghargaan jika ada siswa berkebutuhan khusus yang mampu

menunjukkan kemampuannya ketika pembelajaran. Terakhir, guru

bersama-sama siswa harus berdo’a untuk mengakhiri pembelajaran. Guru

pendidikan jasmani di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo bersama-sama

siswa selalu berdo’a untuk mengakhiri pembelajaran pendidikan jasmani

adaptif.

3. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo 50%

termasuk dalam kategori baik, 16,67% dalam kategori cukup baik dan

33,33% dalam kategori kurang baik. Berdasarkan hasil tersebut, dapat

dikatakan bahwa evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SD

Inklusi se-Kecamatan Sentolo telah berjalan dengan baik.

Faktor evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif ini

terbagi menjadi dua indikator yaitu aspek penilaian dan prosedur

penilaian. Guru pendidikan jasmani di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo

secara umum telah melakukan penilaian terhadap siswa berkebutuhan

khusus yang meliputi beberapa aspek penilaian dan disesuaikan dengan

51

tujuan pembelajaran. Aspek penilaian siswa tersebut meliputi aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun, masih ada guru pendidikan

jasmani yang hanya terpusat pada aspek psikomotorik saja ketika

melakukan penilaian terhadap siswa berkebutuhan khusus. Penilaian tidak

hanya dilakukan saat pembelajaran, tetapi juga di luar pembelajaran. Guru

pendidikan jasmani di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo memiliki standar

penilaian penilaian yang berbeda untuk siswa berkebutuhan khusus dan

melakukan perbaikan/remidi jika ada siswa berkebutuhan khusus yang

belum memenuhi standar penilaian.

Secara keseluruhan, berdasarkan penelitian tingkat keterlaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SD Inklusi se-Kecamatan Sentolo

oleh guru pendidikan jasmani telah terlaksana dengan baik, dilihat dari tiga

faktor yang telah dijelaskan, namun lebih baik lagi jika semua SD Inklusi se-

Kecamatan Sentolo dapat melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani

adaptif dengan baik sehingga pencapaian tujuan pendidikan jasmani adaptif

dapat lebih optimal. Dengan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang

lebih baik diharapkan mampu meningkatkan keterampilan dan kebugaran

jasmani siswa berkebutuhan khusus. Untuk meningkatkan keterlaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SD Inklusi tersebut, diperlukan

banyak upaya dari berbagai pihak yang terkait dengan pendidikan jasmani

adaptif. Selain pihak sekolah dan guru, pihak orang tua dari siswa

berkebutuhan khusus juga berkaitan dengan keterlaksanaan pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif karena apabila orang tua yang senantiasa

52

mendukung dan memberi dorongan kepada anaknya, maka keterlaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif akan berjalan lebih optimal. Oleh

karena itu, salah satu kunci keberhasilan dalam keterlaksanaan pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif adalah adanya komunikasi dan koordinasi pihak-

pihak yang terkait dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat

keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Dasar

Inklusi se-Kecamatan Sentolo secara umum terlaksana dengan baik. Hal

tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat

keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Dasar

Inklusi se-Kecamatan Sentolo yang berada pada kategori sangat baik 0%,

baik 50%, cukup baik 16,67%, kurang baik 33,33%, dan tidak baik 0%.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan kesimpulan di atas, hasil penelitian ini mempunyai

implikasi yaitu sebagai berikut:

1. Menjadi masukan dan referensi yang bermanfaat bagi guru pendidikan

jasmani di Sekolah Dasar Inklusi se-Kecamatan Sentolo untuk mengetahui

bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang

selama ini berlangsung.

2. Menjadi masukan agar guru pendidikan jasmani meningkatkan

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif kearah yang lebih baik lagi.

54

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan sebaik-baiknya, tetapi masih memiliki

keterbatasan dan kekurangan diantaranya sebagai berikut:

1. Keterbatasan peneliti dalam menilai kesungguhan responden mengisi

angket.

2. Skala “Kadang-Kadang” pada angket penelitian lebih baik dihilangkan

dan diganti dengan skala “Pernah”.

3. Penelitian ini pengambilan datanya lebih baik menggunakan kuesioner

dan bersifat kualitatif.

4. Penelitian ini hanya menggunakan beberapa faktor pelaksanaan

pembelajaran sebagai acuan dalam penyusunan kusesioner atau

penyusunan instrumen.

D. Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti berikan terkait dengan hasil

penelitian antara lain sebagai berikut.

1. Hasil penelitian agar digunakan sebagai bahan informasi bagi guru

pendidikan jasmani dalam pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif.

2. Hasil penelitian diharapkan bisa digunakan sebagai referensi untuk

pengembangan pendidikan jasmani adaptif kedepannya.

3. Hasil penelitian diharapkan menjadi acuan apabila akan dilakukan

penelitian yang sejenis.

55

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadis. (2006). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik. Bandung:

Alfabeta.

Agus Susworo DM. (2010). Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berbasis

Kompetisi. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. 7(2): 41-49.

AM. Bandi Utama. (2010). Peningkatan Pembelajaran Dasar Gerak Renang

Melalui Pendekatan Bermain untuk Mahasiswa Prodi PJKR FIK UNY.

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. 7(2): 21-29.

Anas Sudijono. (2005). Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres.

Anas Sudijono. (2006). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Aris Fajar Pambudi. (2010). Target Games: Sebuah Pengembangan Konsep Diri

Melalui Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani

Indonesia. 7(2): 34-40.

Arma Abdoellah. (1996). Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta: Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Beltasar Tarigan. (2000). Penjaskes Adaptif. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran guru SLTP

Setara D-III.

David, J. Smith.(2006). Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. (Editor ahli :

Mohamad Sugiarmin, MIF Baihaqi). Bandung : Penerbit Nuansa.

Dini Febriani. (2014). Tanggapan Guru Pendidikan Jasmani dan Pembimbing Khusus terhadap Penerapan Pendidikan Jasmani Adaptif di Sekolah Dasar Inklusi se Kulon Progo. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Ignatius Ade dan Iwang. (2010). Aha, Sekarang Aku Bisa: Panduan

Pembelajaran Materi Pengurangan Risiko Bencana untuk Anak

Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Dinas DIKPORA DIY.

Mulyono Abdurrahman. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

56

Rusli Lutan. (2001) Mengajar Pendidikan Jasmani: Pendekatan Pendidikan

Gerak Di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Safari. (2003). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah.

Samsudin. (2008). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

SD/MI. Jakarta: Litera.

Sugeng SR dan Heri Purwanto. (2010). Pembelajaran Mini Bridge bagi Siswa

Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. 7(2): 57-63.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).

Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukintaka. (2001). Teori Pendidikan Jasmani. Solo: ESA Grafika.

Yuyun Ari Wibowo. (2010). Bermain dan Kreativitas dalam Pembelajaran

Pendidikan Jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. 7(2): 15-20.

57

LAMPIRAN

58

Lampiran 1. Surat Permohonan Validasi Ahli

59

Lampiran 2. Surat Keterangan Validasi Ahli

60

Lampiran 3. Angket Penelitian Valid

INSTRUMEN PENELITIAN

SURVEI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (PENJAS ADAPTIF)

DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KECAMATAN SENTOLO

Nama :

NIP :

Instansi :

A. Petunjuk Pengisian

1. Bacalah semua pernyataan di bawah ini dengan teliti.

2. Berikan tanda checklist () pada salah satu jawaban yang sesuai di dalam

kolom pilihan untuk setiap nomor pernyataan.

3. Alternatif jawaban yang dapat dipilih adalah sebagai berikut :

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

Contoh :

No Pernyataan Selalu Sering Kadang-

Kadang

Tidak

Pernah

1 Bapak/Ibu memberi pertanyaan

kepada siswa tentang materi yang

akan diajarkan sebelum

pembelajaran

61

B. Kuisoner Penelitian

No Pernyataan Selalu Sering Kadang-

Kadang

Tidak

Pernah

A. Perencanaan Pembelajaran

1 Bapak/Ibu merumuskan tujuan

dalam setiap pembelajaran penjas

adaptif

2 Tujuan pembelajaran yang

dirumuskan terpusat pada aspek

psikomotorik siswa berkebutuhan

khusus saja

3 Bapak/Ibu membuat silabus untuk

pembelajaran penjas adaptif yang

berpedoman kurikulum

4 Bapak/Ibu menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP)

penjas adaptif

5 Bapak/Ibu melakukan koordinasi

dengan guru pembimbing khusus

sebelum menyusun RPP penjas

adaptif

6 Materi pembelajaran yang

direncanakan menyesuaikan

karakteristik siswa berkebutuhan

khusus yang ada

B. Proses Pelaksanaan Pembelajaran

7 Bapak/Ibu bersama-sama siswa

berdo’a mengawali pembelajaran

penjas adaptif

8 Bapak/Ibu bersama-sama siswa

melakukan pemanasan yang

62

menunjang materi pembelajaran

penjas adaptif

9 Bapak/Ibu membiarkan siswa

berkebutuhan khusus yang tidak

serius melakukan pemanasan

10 Materi pembelajaran penjas

adaptif yang diberikan sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang

telah dirumuskan

11 Porsi materi pembelajaran penjas

adaptif disesuaikan dengan

tingkat kedifabelan

12 Metode pembelajaran penjas

adaptif yang diterapkan sudah

disesuaikan dengan karakteristik

siswa berkebutuhan khusus yang

ada

13 Metode pembelajaran penjas

adaptif yang diterapkan mampu

meningkatkan partisipasi siswa

berkebutuhan khusus

14 Media pembelajaran yang

digunakan mampu meningkatkan

keaktifan siswa berkebutuhan

khusus

15 Bapak/Ibu menggunakan media

pembelajaran penjas adaptif yang

aman bagi siswa berkebutuhan

khusus

16 Bapak/Ibu mengatur formasi siswa

dalam proses pembelajaran penjas

adaptif

63

17 Bapak/Ibu memperhatikan alokasi

waktu yang sudah ditentukan

dalam pembelajaran penjas adaptif

18 Bapak/Ibu memberikan motivasi

pada siswa sebelum pembelajaran

penjas adaptif berakhir

19 Setelah materi inti pembelajaran

penjas adaptif selesai Bapak/Ibu

langsung membubarkan siswa

20 Bapak/Ibu bersama-sama siswa

berdo’a mengakhiri pembelajaran

C. Evaluasi Pembelajaran

21 Penilaian pembelajaran sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang

ditentukan

22 Bapak/Ibu melakukan penilaian

terhadap siswa berkebutuhan

khusus hanya saat pembelajaran

penjas adaptif berlangsung

23 Standar penilaian untuk siswa

berkebutuhan khusus berbeda

dengan standar penilaian siswa

normal

24 Bapak/Ibu melakukan

perbaikan/remidi jika ada siswa

berkebutuhan khusus yang belum

memenuhi standar penilaian

64

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian Fakultas

65

Lampiran 5. Surat Keterangan Ijin Penelitian Gubernur DIY

66

Lampiran 6. Surat Keterangan Ijin Penelitian Bupati Kulon Progo

67

Lampiran 7. Surat Keterangan dari SD N Jlaban

68

Lampiran 8. Surat Keterangan dari SD N Kaliagung

69

Lampiran 9.Surat Keterangan dari SD N Kalimenur

70

Lampiran 10. Surat Keterangan dari SD N Pergiwatu

71

Lampiran 11. Surat Keterangan dari SD N Kalikutuk

72

Lampiran 12. Hasil Uji Validitas Instrumen

73

Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

74

Lampiran 14. Analisis Data Keseluruhan

Perhitungan Data Keseluruhan

Rata-Rata = 79,5

SD = 15,06

No Formula Kategori

1 X > M + 1,5 SD Sangat Baik

2 M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD Baik

3 M - 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD Cukup Baik

4 M - 1,5 SD < X ≤ M - 0,5 SD Kurang Baik

5 X ≤ M - 1,5 SD Tidak Baik

Keterangan :

1. Sangat Baik = x > M + 1,5 SD

= x > 79,5 + 1,5(15,06)

= x > 79,5 + 22,59

= x > 102

2. Baik = M + 0,5 SD < x M + 1,5 SD

= 79,5 + 0,5(15,06) < x 79,5 + 1,5(15,06)

= 79,5 + 7,53 < x 79,5 + 22,59

= 87< x 102

3. Cukup Baik = M – 0,5 SD < x M + 0,5 SD

= 79,5 – 0,5(15,06) < x 79,5 + 0,5(15,06)

= 79,5 – 7,53 < x 79,5 + 7,53

= 72< x 87

4. Kurang Baik = M – 1,5 SD < x M – 0,5 SD

= 79,5 – 1,5(15,06) < x 79,5 – 0,5(15,06)

= 79,5 – 22,59 < x 79,5 – 7,53

= 57< x 72

5. Tidak Baik = x M – 1,5 SD

= x 79,5 – 1,5(15,06)

= x 79,5 – 22,59

= x 57

75

Lanjutan

Jumlah per kategori :

1. Kategori sangat baik (x > 102) = 0

2. Kategori baik (87< x 102) = 3

3. Kategori cukup baik (72< x 87) = 1

4. Kategori kurang baik (57 < x 72) = 2

5. Kategori tidak baik (x 57) = 0

Prosentasi tiap kategori :

𝑃 =𝐹

𝑁𝑋100%

1. Kategori sangat baik = 0/6 x 100% = 0%

2. Kategori baik = 3/6 x 100% = 50%

3. Kategori cukup baik = 1/6 x 100% = 16,67%

4. Kategori kurang baik = 2/6 x 100% = 33,33%

5. Kategori tidak baik = 0/6 x 100% = 0%

76

Lampiran 15. Analisis Data Faktor Perencanaan Pembelajaran

Perhitungan Faktor Perencanaan Pembelajaran

Rata-rata = 19,5

SD = 4,76

No Formula Kategori

1 X > M + 1,5 SD Sangat Baik

2 M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD Baik

3 M - 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD Cukup Baik

4 M - 1,5 SD < X ≤ M - 0,5 SD Kurang Baik

5 X ≤ M - 1,5 SD Tidak Baik

Keterangan :

1. Sangat Baik = x > M + 1,5 SD

= x > 19,5 + 1,5(4,76)

= x > 19,5 + 7,14

= x >26

2. Baik = M + 0,5 SD < x M + 1,5 SD

= 19,5 + 0,5(4,76) < x 19,5 + 1,5(4,76)

= 19,5 + 2,38< x 19,5 + 7,14

= 21< x 26

3. Cukup Baik = M – 0,5 SD < x M + 0,5 SD

= 19,5 – 0,5(4,76) < x 19,5 + 0,5(4,76)

= 19,5 – 2,38< x 19,5 + 2,38

= 17 < x 21

4. Kurang Baik = M – 1,5 SD < x M – 0,5 SD

= 19,5 – 1,5(4,76) < x 19,5 – 0,5(4,76)

= 19,5 – 7,14< x 19,5 – 2,38

= 12 < x 17

5. Tidak Baik = x M – 1,5 SD

= x 19,5 – 1,5(4,76)

= x 19,5 – 7,14

= x 12

77

Lanjutan

Jumlah per kategori :

1. Kategori sangat baik (x > 26) = 0

2. Kategori baik (21< x 26) = 3

3. Kategori cukup baik (17< x 21) = 1

4. Kategori kurang baik (12 < x 17) = 2

5. Kategori tidak baik (x 12) = 0

Prosentase tiap kategori :

𝑃 =𝐹

𝑁𝑋100%

1. Kategori sangat baik = 0/6 x 100% = 0%

2. Kategori baik = 3/6 x 100% = 50%

3. Kategori cukup baik = 1/6 x 100% = 16,67%

4. Kategori kurang baik = 2/6 x 100% = 33,33%

5. Kategori tidak baik = 0/6 x 100% = 0%

78

Lampiran 16. Analisis Data Faktor Proses Pelaksanaan Pembelajaran

Perhitungan Faktor Proses Pelaksanaan Pembelajaran

Rata-rata = 46,83

SD = 8,45

No Formula Kategori

1 X > M + 1,5 SD Sangat Baik

2 M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD Baik

3 M - 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD Cukup Baik

4 M - 1,5 SD < X ≤ M - 0,5 SD Kurang Baik

5 X ≤ M - 1,5 SD Tidak Baik

Keterangan :

1. Sangat Baik = x > M + 1,5 SD

= x > 46,83 + 1,5(8,45)

= x > 46,83 + 12,675

= x >59

2. Baik = M + 0,5 SD < x M + 1,5 SD

= 46,83 + 0,5(8,45) < x 46,83 + 1,5(8,45)

= 46,83 + 4,225< x 46,83 + 12,675

= 51< x 59

3. Cukup Baik = M – 0,5 SD < x M + 0,5 SD

= 46,83 – 0,5(8,45)< x 46,83 + 0,5(8,45)

= 46,83 – 4,225< x 46,83 + 4,225

= 42 < x 51

4. Kurang Baik = M – 1,5 SD < x M – 0,5 SD

= 46,83 – 1,5(8,45)< x 46,83 – 0,5(8,45)

= 46,83 – 12,675 < x 46,83 – 4,225

= 34< x 42

5. Tidak Baik = x M – 1,5 SD

= x 46,83 – 1,5(8,45)

= x 46,83 – 12,675

= x 34

79

Lanjutan

Jumlah per kategori :

1. Kategori sangat baik (x > 59) = 0

2. Kategori baik (51 < x 59) = 3

3. Kategori cukup baik (42 < x 51) = 1

4. Kategori kurang baik (34 < x 42) = 2

5. Kategori tidak baik (x 34) = 0

Prosentase tiap kategori :

𝑃 =𝐹

𝑁𝑋100%

1. Kategori sangat baik = 0/6 x 100% = 0%

2. Kategori baik = 3/6 x 100% = 50%

3. Kategori cukup baik = 1/6 x 100% = 16,67%

4. Kategori kurang baik = 2/6 x 100% = 33,33%

5. Kategori tidak baik = 0/6 x 100% = 0%

80

Lampiran 17. Analisis Data Faktor Evaluasi Pembelajaran

Perhitungan Faktor Evaluasi Pembelajaran

Rata-rata = 13,2

SD = 2,32

No Formula Kategori

1 X > M + 1,5 SD Sangat Baik

2 M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD Baik

3 M - 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD Cukup Baik

4 M - 1,5 SD < X ≤ M - 0,5 SD Kurang Baik

5 X ≤ M - 1,5 SD Tidak Baik

Keterangan :

1. Sangat Baik = x > M + 1,5 SD

= x > 13,2 + 1,5(2,32)

= x > 13,2 + 3,48

= x >16

2. Baik = M + 0,5 SD < x M + 1,5 SD

= 13,2 + 0,5(2,32) < x 13,2 + 1,5(2,32)

= 13,2 + 1,16< x 13,2 + 3,48

= 14< x 16

3. Cukup Baik = M – 0,5 SD < x M + 0,5 SD

= 13,2 – 0,5(2,32)< x 13,2 + 0,5(2,32)

= 13,2 – 1,16 < x 13,2 + 1,16

= 12 < x 14

4. Kurang Baik = M – 1,5 SD < x M – 0,5 SD

= 13,2 – 1,5(2,32)< x 13,2 – 0,5(2,32)

= 13,2 – 3,48 < x 13,2 – 1,16

= 9< x 12

5. Tidak Baik = x M – 1,5 SD

= x 13,2 – 1,5(2,32)

= x 13,2 – 3,48

= x 9

81

Lanjutan

Jumlah per kategori :

1. Kategori sangat baik (x > 16) = 0

2. Kategori baik (14 < x 16) = 3

3. Kategori cukup baik (12< x 14) = 1

4. Kategori kurang baik (9 < x 12) = 2

5. Kategori tidak baik (x 9) = 0

Prosentasi tiap kategori :

𝑃 =𝐹

𝑁𝑋100%

1. Kategori sangat baik = 0/6 x 100% = 0%

2. Kategori baik = 3/6 x 100% = 50%

3. Kategori cukup baik = 1/6 x 100% = 16,67%

4. Kategori kurang baik = 2/6 x 100% = 33,33%

5. Kategori tidak baik = 0/6 x 100% = 0%

82

Lampiran 18. Data Siswa Berkebutuhan Khusus SD N Jlaban

83

Lampiran 19. Data Siswa Berkebutuhan Khusus SD N Kaliagung

84

Lampiran 20. Data Siswa Berkebutuhan Khusus SD N Kalimenur

85

Lampiran 21. Data Siswa Berkebutuhan Khusus SD N Pergiwatu

86

Lampiran 22. Data Siswa Berkebutuhan Khusus SD N Kalikutuk

87

Lampiran 23. Kartu Bimbingan TAS

88

Lanjutan

89

Lanjutan

90

Lampiran 24. Dokumentasi Penelitian

Proses Pengisian Kuesioner/Angket Penelitian oleh Responden

91

Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

di SD Inklusi Se-Kecamatan Sentolo

SBK

SBK

SBK

SBK

SBK

92

SBK

SBK

SBK

SBK

93

Sarana Prasarana yang Menunjang Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

di SD Inklusi Se-Kecamatan Sentolo

94