rabu, 18 januari 2017 utama megawati, prabowo, dan sby ... filejawaban tegas ketika ditanya soal...

1
3 Suara Pembaruan Rabu, 18 Januari 2017 Utama [JAKARTA] Pilgub DKI Jakarta 2017 dianggap sebagai cerminan kontestasi tiga tokoh politik paling berpengaruh saat ini, yang kebetulan menjadi ketua umum parpol. Ketiga tokoh dimaksud adalah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Oleh karenanya, sangat logis jika ketiga tokoh yang pernah bertarung dalam pemi- lihan presiden tersebut, terlibat aktif mendukung pasangan cagub-cawagub yang diusung. Keterlibatan mereka tidak sebatas di balik layar, seperti mengawal kerja mesin partai dan relawan, tetapi juga terjun langsung turut berkampanye secara terbuka. Upaya itu dilakukan mengingat Pilgub DKI Jakarta kini menjadi barometer utama politik nasi- onal. Meski demikian, peran tiga tokoh politik tersebut bukanlah faktor utama penentu keme- nangan. Warga Jakarta tetap melihat kualitas dan kapabili- tas tiga cagub yang bertarung, yakni Agus Harimurti Yudhoyono, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Anies Baswedan. Pakar komunikasi politik Tjipta Lesmana menilai, keha- diran Mega, Prabowo, dan SBY tidak akan mempengaruhi secara signifikan terhadap elektabilitas para kandidat yang bertarung. Menurut dia, rakyat DKI Jakarta tetap akan mem- pertimbangkan kualitas dari masing-masing kandidat. “Tidak terlalu signifikan penga- ruhnya. Jika tiga tokoh itu turun gunung, mungkin ada, tetapi sangat kecil,” ujarnya, Rabu (18/1). Dia menilai, mayoritas rakyat DKI Jakarta lebih mem- pertimbangkan kualitas, kapa- bilitas, dan rekam jejak para kandidat. Menurutnya, rakyat DKI lebih melihat isi daripada bungkusannya. “Debat kandi- dat pada Jumat lalu kan bisa menggambarkan kualitas calon. Ahok-Djarot lebih banyak menyampaikan apa yang sudah mereka lakukan dan kerjakan, Agus-Sylvi lebih banyak jan- jinya dan Anies-Sandiaga lebih banyak teorinya,” terang dia. Lebih lanjut, Tjipta meng- akui bahwa Pilgub DKI Jakarta memiliki nilai strategis yang lebih tinggi dibandingkan pilkada di daerah lain. Sehingga tidak heran jika tiga tokoh politik nasional yang juga menjadi ketua umum partai itu “turun gunung” untuk meme- nangkan kandidat yang diu- sungnya. “Pilkada DKI Jakarta ini kan rasa pilpres. Siapa yang menang di Pilkada DKI Jakarta, besar kemungkinan maju di Pilpres 2019. Pilkada DKI Jakarta adalah tahap menuju Pemilu 2019," tutur dia. Sementara itu, pakar poli- tik dari UI, Cecep Hidayat mengingatkan, Pilgub DKI Jakarta menjadi barometer parpol untuk melihat sejauh mana tingkat dukungan masya- rakat terhadap partai. Tidak heran, eskalasi suhu politik nasional juga ikut meningkat sejalan dengan semakin dekat- nya pemungutan suara. Menjelang hari pemungutan suara 15 Februari mendatang, Megawati, Prabowo, dan SBY, turut terjun langsung. Senada dengan Tjipta, Cecep juga menilai, sebagian besar masyarakat DKI saat ini sudah memiliki keputusan untuk memilih siapa yang benar-benar layak memimpin Jakarta. Masyarakat DKI hanya akan melihat tokoh yang maju di Pilkada DKI, bukan melihat orang-orang atau tokoh yang berada di belakangnya. “Karena itu, saya kira tidak akan cukup besar mempenga- ruhi keputusan warga DKI untuk memilih calon pemim- pinnya. Warga DKI yang sudah memiliki hak pilih hanya melihat siapa calon gubernur- nya, bukan siapa yang meng- usungnya,” ujarnya. Peluang Jadi Capres Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing juga menilai, Pilgub DKI Jakarta merupakan tangga menuju pilpres. “Siapapun yang terpi- lih menjadi gubernur nanti, berpeluang besar diusung dalam pilpres,” ujarnya. Atas dasar itu, lanjut Emrus, tidak mengherankan jika keti- ga pasangan tidak memberi jawaban tegas ketika ditanya soal sikap mereka jika dica- lonkan menjadi capres saat debat cagub pekan lalu. “Para kandidat pasti merasa masing -masing mempunyai potensi untuk bisa maju di pilpres, jika berhasil memenangi pilgub,” tandas dia. Dalam konteks tersebut, lanjut Emrus, tokoh-tokoh kunci di parpol akhirnya harus “turun gunung” untuk memenangkan jagoannya. Meski demikian, kehadiran Megawati, Prabowo dan SBY tidak akan berpenga- ruh signifikan terhadap pening- katan elektabilitas para kandi- dat. “Kehadiran tiga tokoh besar ini tidak berpengaruh signifikan terhadap perolehan suara masing-masing kandidat. Mungkin hanya mempengaruhi popularitas kandidat dan meng- gaet media massa. Namun, tidak sampai pada perubahan perilaku pemilih,” tandasnya. Sementara itu, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro, menilai, turunnya tiga tokoh nasional tersebut dalam Pilgub DKI akan ber- pengaruh kepada dukungan tiga calon peserta. Menurutnya, sekecil apapun peran SBY, Megawati maupun Prabowo, tentunya juga akan punya pengaruh dalam meningkatkan dukungan. “Meskipun demikian, yang paling berpengaruh ya pasang- an calon itu sendiri. Karena pada dasarnya pasangan calon- lah yang akan memastikan banyak sedikitnya dukungan yang diperoleh,” ujarnya. Nantinya, diyakini, peran serta tiga tokoh nasional terse- but juga akan menyempurnakan kemenangan salah satu calon yang ikut dalam Pilkada DKI. Dengan demikian, kontribusi ketiganya pun tidak perlu dira- gukan dalam meramaikan pesta demokrasi melalui Pilkada DKI. Secara terpisah, Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh mengaku tidak berniat terjun langsung membantu kampanye Ahok yang diusung partainya. Dia menegaskan, dukungan Nasdem kepada calon petahana sudah all out. Sementara itu, Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta, Mohamad Taufik menuturkan, keterlibatan Prabowo dalam kampanye diyakini mening- katkan basis suara masyarakat yang akan mendukung Anies- Sandi. “Pak Prabowo juga akan turun dalam kegiatan pada 5 Februari 2017 nanti. Kita solidkan dukungan dan pena- jaman visi misi untuk Anies- Sandi agar bisa memimpin ibukota Jakarta dengan tegas, jujur, dan menghargai kebera- gaman,” tuturnya. [YUS/Y-7/C-7] [JAKARTA] Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta belum menetapkan tanggal pelaksanaan rapat umum atau yang biasa disebut kampanye akbar. KPU DKI Jakarta masih melakukan pembicaraan dan koordinasi dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Polri. Komisioner KPU DKI Jakarta Betty Epsilon Idroos mengatakan, rapat umum dapat dipastikan akan digelar dalam rentang waktu sebe- lum 11 Februari nanti, yakni waktu di mana kampanye berakhir. Rapat umum akan dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB hingga 18.00 WIB. “Kalau dengan pasangan calon, kami sudah clear, tetapi dengan pihak kepolisian kami terus berko- ordinasi. Masih terus dilakukan pembicaraan,” ujar Betty kepada SP di Jakarta, Rabu (18/1). Dikatakan, tanggal pelaksanaan rapat umum antara pasangan calon yang satu dengan yang lain bisa saja berbarengan, namun hal tersebut tidak menjadi masalah selama lokasi atau tempat pelaksanaan rapat umum berbeda. Namun, katanya, diperlukan peran penting dari aparat kepolisian agar rapat umum ini tetap berjalan lancar dan tidak menyebabkan kemacetan serta mengganggu kenyamanan masyarakat. Lokasi yang biasanya dijadikan tempat untuk rapat umum adalah Stadion Gelora Bung Karno dan lapangan di Kemayoran. “Kalau nanti tang- galnya sudah ditetapkan, kami akan mengeluarkan SK. Untuk sekarang ini belum kami keluarkan, karena masih digodok,” ujar Betty. Tentang sosialisasi yang dila- kukan oleh KPU dirasakan sudah maksimal. KPU DKI Jakarta, lanjut Betty, sudah melakukan sosialisasi secara massif dan dilakukan dengan melibatkan ormas, bahkan artis. Sosialisasi dilakukan bersama siswa sekolah, simulasi pilkada, election camp, dan juga sosialisasi di media massa. KPU DKI Jakarta juga membi- dik angka target partisipasi Pilkada serentak ini sebesar 77,5%. “Target ini sesuai dengan amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), di mana target partisipasi dalam pilkada serentak pada 15 Februari mendatang adalah sebesar 77,5%,” katanya. Lapor ke KPU Komisioner KPU Ferry Kurnia Rizkiyansyah mengatakan bahwa rapat umum atau kampanye yang dilaksanakan di luar ruangan dengan jumlah massa yang besar harus diinformasikan kepada KPU setem- pat. Pasangan calon atau tim kam- panye masing-masing kandidat, kata dia, harus berkoordinasi dengan KPU setempat terkait rapat umum tersebut sehingga jadwal dan tem- patnya bisa disediakan KPU. “KPU setempat biasanya sudah menyediakan lokasi kampanye, tinggal paslon atau tim kampanye menginformasikan waktunya, seh- ingga bisa diatur tidak bertabrakan jadwalnya. Nanti, dilaporkan ke KPU setempat minimal sehari sebelum pelaksanaan rapat umum, dengan tembusan ke Bawaslu dan kepolisian setempat,” ujar Ferry. Dikatakan, KPU bersama pemer- intah daerah setempat akan menen- tukan tempat pelaksanaan rapat umum masing-masing kandidat. Jumlah peserta kampanye, kata dia, tidak boleh melebihi kapasitas tempat yang disediakan. Ferry mencontohkan, rapat umum di pilgub DKI Jakarta bisa menggu- nakan Stadion Gelora Bung Karno sejauh tidak ada hambatan atau halangan. “Jumlah pesertanya tinggal disesuaikan dengan kapasitas stadion. Untuk pemilihan gubernur, seperti DKI Jakarta, dapat jatah dua kali rapat umum untuk masing-masing kandidat, sementara pemilihan bupati dan wali kota, mendapat jatah sekali saja. Juru kampanye masing-masing pasangan harus dilaporkan juga, termasuk pejabat publik yang akan ikut kampanye,” ujarnya. [RIA/YUS/O-1] KPU DKI Jakarta Masih Godok Jadwal Rapat Umum Megawati, Prabowo, dan SBY “Turun Gunung” Warga Jakarta Lebih Melihat Kualitas Cagub

Upload: nguyendiep

Post on 27-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

3Sua ra Pem ba ru an Rabu, 18 Januari 2017 Utama

[JAKARTA] Pilgub DKI Jakarta 2017 dianggap sebagai cerminan kontestasi tiga tokoh politik paling berpengaruh saat ini, yang kebetulan menjadi ketua umum parpol. Ketiga tokoh dimaksud adalah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Oleh karenanya, sangat logis jika ketiga tokoh yang pernah bertarung dalam pemi-lihan presiden tersebut, terlibat aktif mendukung pasangan cagub-cawagub yang diusung. Keterlibatan mereka tidak sebatas di balik layar, seperti mengawal kerja mesin partai dan relawan, tetapi juga terjun langsung turut berkampanye secara terbuka. Upaya itu dilakukan mengingat Pilgub DKI Jakarta kini menjadi barometer utama politik nasi-onal.

Meski demikian, peran tiga tokoh politik tersebut bukanlah faktor utama penentu keme-nangan. Warga Jakarta tetap melihat kualitas dan kapabili-tas tiga cagub yang bertarung, yakni Agus Harimurti Yudhoyono, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Anies Baswedan.

Pakar komunikasi politik Tjipta Lesmana menilai, keha-diran Mega, Prabowo, dan SBY tidak akan mempengaruhi secara signifikan terhadap elektabilitas para kandidat yang bertarung. Menurut dia, rakyat DKI Jakarta tetap akan mem-pertimbangkan kualitas dari masing-masing kandidat. “Tidak terlalu signifikan penga-ruhnya. Jika tiga tokoh itu turun gunung, mungkin ada, tetapi sangat kecil,” ujarnya, Rabu (18/1).

Dia menilai, mayoritas rakyat DKI Jakarta lebih mem-pertimbangkan kualitas, kapa-bilitas, dan rekam jejak para kandidat. Menurutnya, rakyat DKI lebih melihat isi daripada bungkusannya. “Debat kandi-dat pada Jumat lalu kan bisa menggambarkan kualitas calon. Ahok-Djarot lebih banyak menyampaikan apa yang sudah mereka lakukan dan kerjakan, Agus-Sylvi lebih banyak jan-jinya dan Anies-Sandiaga lebih banyak teorinya,” terang dia.

Lebih lanjut, Tjipta meng-akui bahwa Pilgub DKI Jakarta memiliki nilai strategis yang lebih tinggi dibandingkan pilkada di daerah lain. Sehingga tidak heran jika tiga tokoh politik nasional yang juga menjadi ketua umum partai itu “turun gunung” untuk meme-nangkan kandidat yang diu-sungnya.

“Pilkada DKI Jakarta ini kan rasa pilpres. Siapa yang menang di Pilkada DKI Jakarta, besar kemungkinan maju di Pilpres 2019. Pilkada DKI Jakarta adalah tahap menuju Pemilu 2019," tutur dia.

Sementara itu, pakar poli-tik dari UI, Cecep Hidayat mengingatkan, Pilgub DKI Jakarta menjadi barometer parpol untuk melihat sejauh mana tingkat dukungan masya-rakat terhadap partai. Tidak heran, eskalasi suhu politik nasional juga ikut meningkat sejalan dengan semakin dekat-nya pemungutan suara. Menjelang hari pemungutan suara 15 Februari mendatang, Megawati, Prabowo, dan SBY, turut terjun langsung.

Senada dengan Tjipta, Cecep juga menilai, sebagian besar masyarakat DKI saat ini sudah memiliki keputusan untuk memilih siapa yang benar-benar layak memimpin Jakarta. Masyarakat DKI hanya

akan melihat tokoh yang maju di Pilkada DKI, bukan melihat orang-orang atau tokoh yang berada di belakangnya.

“Karena itu, saya kira tidak akan cukup besar mempenga-ruhi keputusan warga DKI untuk memilih calon pemim-pinnya. Warga DKI yang sudah memiliki hak pilih hanya melihat siapa calon gubernur-nya, bukan siapa yang meng-usungnya,” ujarnya.

Peluang Jadi CapresPengamat komunikasi

politik Emrus Sihombing juga menilai, Pilgub DKI Jakarta merupakan tangga menuju pilpres. “Siapapun yang terpi-lih menjadi gubernur nanti, berpeluang besar diusung dalam pilpres,” ujarnya.

Atas dasar itu, lanjut Emrus, tidak mengherankan jika keti-ga pasangan tidak memberi jawaban tegas ketika ditanya soal sikap mereka jika dica-lonkan menjadi capres saat debat cagub pekan lalu. “Para kandidat pasti merasa masing-masing mempunyai potensi untuk bisa maju di pilpres, jika berhasil memenangi pilgub,” tandas dia.

Dalam konteks tersebut, lanjut Emrus, tokoh-tokoh kunci di parpol akhirnya harus “turun gunung” untuk memenangkan jagoannya. Meski demikian, kehadiran Megawati, Prabowo dan SBY tidak akan berpenga-ruh signifikan terhadap pening-katan elektabilitas para kandi-dat.

“Kehadiran tiga tokoh besar ini tidak berpengaruh signifikan terhadap perolehan suara masing-masing kandidat. Mungkin hanya mempengaruhi popularitas kandidat dan meng-gaet media massa. Namun, tidak sampai pada perubahan perilaku pemilih,” tandasnya.

Sementara itu, pengamat

politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro, menilai, turunnya tiga tokoh nasional tersebut dalam Pilgub DKI akan ber-pengaruh kepada dukungan tiga calon peserta. Menurutnya, sekecil apapun peran SBY, Megawati maupun Prabowo, tentunya juga akan punya pengaruh dalam meningkatkan dukungan.

“Meskipun demikian, yang paling berpengaruh ya pasang-an calon itu sendiri. Karena pada dasarnya pasangan calon-lah yang akan memastikan banyak sedikitnya dukungan

yang diperoleh,” ujarnya.Nantinya, diyakini, peran

serta tiga tokoh nasional terse-but juga akan menyempurnakan kemenangan salah satu calon yang ikut dalam Pilkada DKI. Dengan demikian, kontribusi ketiganya pun tidak perlu dira-gukan dalam meramaikan pesta demokrasi melalui Pilkada DKI.

Secara terpisah, Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh mengaku tidak berniat terjun langsung membantu kampanye Ahok yang diusung partainya. Dia menegaskan, dukungan Nasdem kepada calon petahana sudah all out.

Sementara itu, Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta, Mohamad Taufik menuturkan, keterlibatan Prabowo dalam kampanye diyakini mening-katkan basis suara masyarakat yang akan mendukung Anies-Sandi.

“Pak Prabowo juga akan turun dalam kegiatan pada 5 Februari 2017 nanti. Kita solidkan dukungan dan pena-jaman visi misi untuk Anies-Sandi agar bisa memimpin ibukota Jakarta dengan tegas, jujur, dan menghargai kebera-gaman,” tuturnya. [YUS/Y-7/C-7]

[JAKARTA] Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta belum menetapkan tanggal pelaksanaan rapat umum atau yang biasa disebut kampanye akbar. KPU DKI Jakarta masih melakukan pembicaraan dan koordinasi dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Polri.

Komisioner KPU DKI Jakarta Betty Epsilon Idroos mengatakan, rapat umum dapat dipastikan akan digelar dalam rentang waktu sebe-lum 11 Februari nanti, yakni waktu di mana kampanye berakhir. Rapat umum akan dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB hingga 18.00 WIB.

“Kalau dengan pasangan calon, kami sudah clear, tetapi dengan pihak kepolisian kami terus berko-ordinasi. Masih terus dilakukan pembicaraan,” ujar Betty kepada SP di Jakarta, Rabu (18/1).

Dikatakan, tanggal pelaksanaan rapat umum antara pasangan calon yang satu dengan yang lain bisa saja berbarengan, namun hal tersebut tidak menjadi masalah selama lokasi atau tempat pelaksanaan rapat umum berbeda.

Namun, katanya, diperlukan peran penting dari aparat kepolisian agar rapat umum ini tetap berjalan lancar dan tidak menyebabkan kemacetan serta mengganggu kenyamanan masyarakat. Lokasi yang biasanya dijadikan tempat untuk rapat umum adalah Stadion Gelora Bung Karno dan lapangan di Kemayoran. “Kalau nanti tang-galnya sudah ditetapkan, kami akan mengeluarkan SK. Untuk sekarang ini belum kami keluarkan, karena masih digodok,” ujar Betty.

Tentang sosialisasi yang dila-

kukan oleh KPU dirasakan sudah maksimal. KPU DKI Jakarta, lanjut Betty, sudah melakukan sosialisasi secara massif dan dilakukan dengan melibatkan ormas, bahkan artis. Sosialisasi dilakukan bersama siswa sekolah, simulasi pilkada, election camp, dan juga sosialisasi di media massa.

KPU DKI Jakarta juga membi-dik angka target partisipasi Pilkada serentak ini sebesar 77,5%. “Target ini sesuai dengan amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), di mana target partisipasi dalam pilkada serentak pada 15 Februari mendatang adalah sebesar 77,5%,” katanya.

Lapor ke KPUKomisioner KPU Ferry Kurnia

Rizkiyansyah mengatakan bahwa

rapat umum atau kampanye yang dilaksanakan di luar ruangan dengan jumlah massa yang besar harus diinformasikan kepada KPU setem-pat. Pasangan calon atau tim kam-panye masing-masing kandidat, kata dia, harus berkoordinasi dengan KPU setempat terkait rapat umum tersebut sehingga jadwal dan tem-patnya bisa disediakan KPU.

“KPU setempat biasanya sudah menyediakan lokasi kampanye, tinggal paslon atau tim kampanye menginformasikan waktunya, seh-ingga bisa diatur tidak bertabrakan jadwalnya. Nanti, dilaporkan ke KPU setempat minimal sehari sebelum pelaksanaan rapat umum, dengan tembusan ke Bawaslu dan kepolisian setempat,” ujar Ferry.

Dikatakan, KPU bersama pemer-intah daerah setempat akan menen-

tukan tempat pelaksanaan rapat umum masing-masing kandidat. Jumlah peserta kampanye, kata dia, tidak boleh melebihi kapasitas tempat yang disediakan. Ferry mencontohkan, rapat umum di pilgub DKI Jakarta bisa menggu-nakan Stadion Gelora Bung Karno sejauh tidak ada hambatan atau halangan.

“Jumlah pesertanya tinggal disesuaikan dengan kapasitas stadion. Untuk pemilihan gubernur, seperti DKI Jakarta, dapat jatah dua kali rapat umum untuk masing-masing kandidat, sementara pemilihan bupati dan wali kota, mendapat jatah sekali saja. Juru kampanye masing-masing pasangan harus dilaporkan juga, termasuk pejabat publik yang akan ikut kampanye,” ujarnya. [RIA/YUS/O-1]

KPU DKI Jakarta Masih Godok Jadwal Rapat Umum

Megawati, Prabowo, dan SBY “Turun Gunung”

Warga Jakarta Lebih Melihat Kualitas Cagub