pilgub dki 2017 tiga cagub berebut suara swing voters fileoleh warga keturunan tionghoa dan agamanya...

1
3 Suara Pembaruan Kamis, 6 Oktober 2016 Utama [JAKARTA] Meski Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta ting- gal empat bulan lagi, jumlah warga Ibu Kota yang belum menentukan pilihannya ( swing voters ) masih cukup tinggi yakni berkisar antara 28% hingga 30% dari sekitar 7,4 juta pemilih. Jumlah swing voters yang cukup signifikan itu menjadi rebutan tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Pasangan calon yang bisa menarik suara mereka diyakini bisa memenangkan Pilgub DKI nanti. Menurut Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago, masih ada sekitar 28% swing voters alias pemilih yang masih mengambang. Mereka ini adalah pemilih pemula dan pemilih muda yang bisa digarap masing-masing calon yang maju di Pilgub DKI. Peneliti senior Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Sirajuddin Abbas menjelaskan, swing voters akan terus berkurang ketika mendekati hari H pemungutan suara. Swing Voters mengecil karena masya- rakat sudah semakin tahu kualitas masing-masing calon,” kata Sirajuddin, Kamis (6/10). Diingatkan, Jakarta memiliki karakteristik populasi yang sangat berbeda dibandingkan kota-kota besar lain di Indonesia. Jakarta memiliki penduduk tersibuk. Untuk menjangkau pemilih Jakarta, menurut Abbas, surveinya sangat rumit. “Karakter demografi pemilih memiliki populasi yang sangat sibuk. Kesibukan mereka membuat akses dilakukannya survei menjadi susah,” katanya. SMRC mencatat, sekitar 10% sampai 15% populasi pemilih Jakarta sulit petugas survei. Kondisi ini yang menurutAbbas mempengaruhi kemam- puan lembaga survei membaca reali- tas pemilih di Jakarta. Oleh sebab itu, terkait jumlah swing voters harus ditanggapi hati-hati karena pemilih yang tidak terbaca juga cukup banyak. Menurut Abbas, populasi yang susah dijangkau itu adalah mereka yang tinggal di apartemen dan peru- mahan mewah. Mereka memiliki kecenderungan untuk mempertahankan kepemimpinan Ahok. “Dari sisi etnis dan agama juga sangat mudah diiden- tifikasi. Umumnya,Ahok akan didukung oleh warga keturunan Tionghoa dan agamanya kalau tidak Budha ya Kristen,” katanya. Pendiri lembaga survei Cyrus Network, Hasan Nasbi menilai, dalam Pilkada DKI Jakarta, hampir seluruh lembaga survei mengakui tingginya tingkat keterpilihan calon petahana, Ahok. Ia yakin, jumlah swing voters hingga kini masih berkutat di angka 11% sampai 12%. Ia berpendapat pemilih DKI Jakarta merupakan pemilih yang sudah bisa menetapkan pilihan jauh-jauh hari sebelum pemungutan suara dilakukan. Sedangkan berdasarkan hasil survei yang dilakukan Media Survei Nasional (Median) terhadap 500 responden di lima kota madya admi- nistratif pada 26 September sampai 1 Oktober 2016, swing voters dalam Pilgub DKI mencapai 19,4%. Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun mengatakan, jumlah swing voters terus menerus mengalami penurunan. Pada awal tahun, jumlah- nya mencapai 30%. Mendekati akhir tahun 2016, berdasarkan survei yang telah dilakukan Median, jumlahnya menjadi 19,4%. “Semakin mendekati pencoblosan, jumlahnya semakin menurun. Nanti akan tinggal sekitar 5-10 persen lah tapi tidak mungkin nol persen” kata Rico, Kamis (6/10). Kondisi ini biasa terjadi dalam setiap pemilu karena awalnya pemilih belum mengetahui apa dan siapa para calon kepala daerah yang akan maju dalam. “Semakin dekat hari H, sosia- lisasi visi, misi dan program calon kepala daerah semakin gencar dan banyak. Artinya, swing voters semakin mengerti dan memahami bagus atau jeleknya kandidat,” ujarnya. Rasional dan Irasional Menurut Rico Marbun, pemilih dibagi menjadi dua bagian, yaitu pemilih dalam kategori rasional dan irasional. Pemilih kategori rasional adalah pribadi yang memilih kandi- dat melihat dari rekam jejak, kiner- ja dan bukti hasil kinerja dari kan- didat tersebut. Sedangkan pemilih dengan kate- gori irasional lebih melihat dari sisi fisik dan sikap. Seperti, kandidat itu santun berbicara dan bersikap, mem- punyai wajah yang tampan, tegas dan mudah melakukan pendekatan dengan rakyat. “Semua kandidat akan saling berkompetisi untuk meraih dua kate- gori pemilih ini. Tetapi menurut saya, kandidat yang menang adalah kandi- dat yang dapat menggabungkan kedua kategori tersebut dalam dirinya. Kandidat itu harus memiliki rasional dan irasional,” paparnya. Menurutnya, faktor rasional pasangan Ahok dan Djarot tidak cukup untuk memenangkan Pilgub DKI. Mereka harus bisa mengimbanginya dengan faktor irasional, khususnya dari petahana calon Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Sebaliknya, meski faktor irasional telah dimiliki pasangan Anies-Sandiaga dan Agus-Sylvi, namun mereka masih kurang dari faktor rasional. Senada dengan para peneliti tadi, menurut pengamat politik Hendri Satrio, tingginya angka swing voters karena calon yang maju belum menyampaikan program. KPUD baru menetapkan pasangan calon secara resmi pada 23 Oktober mendatang. Swings voters sekitar 30 persen, padahal kemungkinannya ada 50 persen yang belum menentukan pilih- an kemantapannya memilih salah satu calon,” kata Hendri, Kamis (6/10). Menurut Hendri, swing voters ini kebanyakan pemilih rasional dan masih muda. Bahkan, sekitar 54% calon pemilih masih menunggu arahan dari orangtua atau keluarga siapa yang bakal dipilih pada hari pencoblosan nanti. Swing voters juga cenderung melihat tren pemilih lainnya. Sehingga peran media konvensional seperti TV, koran, dan radio menjadi sangat pen- ting. “Media sosial tidak terlalu ber- pengaruh di Pilgub DKI. Pemilih DKI itu jauh lebih rasional dibanding daerah lain. Medsos itu dianggap banyak bohong dan fitnahnya sehing- ga orang cenderung tak mengacuh- kannya,” katanya. “Saya melihat irisannya, kans dominan akan memilih Agus dan Anies dibanding Ahok. Mereka akan ber- kompetisi dan berebut basis segmen- tasi pemilih pemula dan anak muda,” kata Pangi, Kamis (6/20). [LEN/Y-7/H-14] Pilgub DKI 2017 Tiga Cagub Berebut Suara Swing Voters [JAKARTA] Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun mengatakan, “serangan udara” melalui media massa, baik media konvensional maupun media sosial, berperan sangat penting dalam memengaruhi pemilih, terutama yang belum menen- tukan pilihan (swing voters) untuk menetapkan pilihan kepada salah satu dari tiga kandidat Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2017. “Jadi, konsumsi informasi melalui berbagai macam media, baik media sosial maupun media konvensional seperti media cetak dan elektronik, sangat dominan dalam memengaruhi swing voters di Jakarta,” kata Rico di Jakarta, Kamis (6/10). Menurutnya, dalam menyampaikan informasi mengenai kandi- dat dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 dibutuhkan dua strategi, yaitu strategi serangan udara dan strategi teritorial. Strategi udara dilakukan dengan membagikan informasi, visi, misi, dan program dari mas- ing-masing kandidat melalui iklan di media massa, seperti televisi, radio, media cetak, dan media online. Drlsin itu, media sosial juga berperang penting, karena saat ini sudah sangat banyak jumlah dan jenisnya. Sementara, strategi teritorial dilakukan dengan datang ke rumah-rumah warga atau mengunjungi warga yang dikumpulkan di suatu kawasan tertentu. “Khusus untuk di Jakarta, semua strategi itu diperlukan. Semua media, baik sosial maupun konvensional sangat diperlukan. Jadi, kandidat membutuhkan televisi, radio, media cetak, dan online. Bahkan, para kandidat juga wajib memiliki cyber army media (pasukan media siber),” ujarnya. Menurut pengamatan Rico, seluruh kandidat sudah memiliki pasukan media siber. Hanya saja, yang akan menarik untuk disimak nanti adalah apakah mereka dapat berperan sebagai mengeluarkan kampanye positif atau sebaliknya. “Sampai sekarang belum terlihat jelas, apakah pasukan siber ini akan memainkan kampanye positif atau negatif. Namun, biasanya, media sosial dimainkan sebagai instrumen kampanye negatif. Seharusnya ini dicegah,” kata dia. [LEN/O-1] “Serangan Udara” Efektif Pengaruhi Pemilih ANTARA/WIDODO S JUSUF Relawan dan simpatisan membawa poster dukungan bagi pasangan bakal calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan bakal calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Upload: lamthuy

Post on 19-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

3Sua ra Pem ba ru an Kamis, 6 Oktober 2016 Utama

[JAKARTA] Meski Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta ting-gal empat bulan lagi, jumlah warga Ibu Kota yang belum menentukan pilihannya (swing voters) masih cukup tinggi yakni berkisar antara 28% hingga 30% dari sekitar 7,4 juta pemilih.

Jumlah swing voters yang cukup signifikan itu menjadi rebutan tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Pasangan calon yang bisa menarik suara mereka diyakini bisa memenangkan Pilgub DKI nanti.

Menurut Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago, masih ada sekitar 28% swing voters alias pemilih yang masih mengambang. Mereka ini adalah pemilih pemula dan pemilih muda yang bisa digarap masing-masing calon yang maju di Pilgub DKI.

Peneliti senior Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Sirajuddin Abbas menjelaskan, swing voters akan terus berkurang ketika mendekati hari H pemungutan suara. “Swing Voters mengecil karena masya-rakat sudah semakin tahu kualitas masing-masing calon,” kata Sirajuddin, Kamis (6/10).

Diingatkan, Jakarta memiliki karakteristik populasi yang sangat berbeda dibandingkan kota-kota besar lain di Indonesia. Jakarta memiliki penduduk tersibuk. Untuk menjangkau pemilih Jakarta, menurut Abbas, surveinya sangat rumit. “Karakter demografi pemilih memiliki populasi yang sangat sibuk. Kesibukan mereka membuat akses dilakukannya survei menjadi susah,” katanya.

SMRC mencatat, sekitar 10% sampai 15% populasi pemilih Jakarta sulit petugas survei. Kondisi ini yang menurut Abbas mempengaruhi kemam-puan lembaga survei membaca reali-tas pemilih di Jakarta. Oleh sebab itu, terkait jumlah swing voters harus ditanggapi hati-hati karena pemilih yang tidak terbaca juga cukup banyak.

Menurut Abbas, populasi yang susah dijangkau itu adalah mereka yang tinggal di apartemen dan peru-mahan mewah. Mereka memiliki kecenderungan untuk mempertahankan kepemimpinan Ahok. “Dari sisi etnis dan agama juga sangat mudah diiden-tifikasi. Umumnya, Ahok akan didukung oleh warga keturunan Tionghoa dan agamanya kalau tidak Budha ya Kristen,” katanya.

Pendiri lembaga survei Cyrus Network, Hasan Nasbi menilai, dalam Pilkada DKI Jakarta, hampir seluruh lembaga survei mengakui tingginya tingkat keterpilihan calon petahana, Ahok. Ia yakin, jumlah swing voters hingga kini masih berkutat di angka 11% sampai 12%.

Ia berpendapat pemilih DKI Jakarta merupakan pemilih yang sudah bisa menetapkan pilihan jauh-jauh hari sebelum pemungutan suara dilakukan.

Sedangkan berdasarkan hasil survei yang dilakukan Media Survei Nasional (Median) terhadap 500 responden di lima kota madya admi-nistratif pada 26 September sampai 1 Oktober 2016, swing voters dalam Pilgub DKI mencapai 19,4%.

Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun mengatakan, jumlah swing voters terus menerus mengalami penurunan. Pada awal tahun, jumlah-

nya mencapai 30%. Mendekati akhir tahun 2016, berdasarkan survei yang telah dilakukan Median, jumlahnya menjadi 19,4%.

“Semakin mendekati pencoblosan, jumlahnya semakin menurun. Nanti akan tinggal sekitar 5-10 persen lah tapi tidak mungkin nol persen” kata Rico, Kamis (6/10).

Kondisi ini biasa terjadi dalam setiap pemilu karena awalnya pemilih belum mengetahui apa dan siapa para calon kepala daerah yang akan maju dalam. “Semakin dekat hari H, sosia-lisasi visi, misi dan program calon kepala daerah semakin gencar dan banyak. Artinya, swing voters semakin mengerti dan memahami bagus atau jeleknya kandidat,” ujarnya.

Rasional dan Irasional Menurut Rico Marbun, pemilih

dibagi menjadi dua bagian, yaitu pemilih dalam kategori rasional dan irasional. Pemilih kategori rasional adalah pribadi yang memilih kandi-dat melihat dari rekam jejak, kiner-ja dan bukti hasil kinerja dari kan-didat tersebut.

Sedangkan pemilih dengan kate-gori irasional lebih melihat dari sisi fisik dan sikap. Seperti, kandidat itu santun berbicara dan bersikap, mem-punyai wajah yang tampan, tegas dan mudah melakukan pendekatan dengan rakyat.

“Semua kandidat akan saling berkompetisi untuk meraih dua kate-gori pemilih ini. Tetapi menurut saya, kandidat yang menang adalah kandi-dat yang dapat menggabungkan kedua kategori tersebut dalam dirinya. Kandidat itu harus memiliki rasional dan irasional,” paparnya.

Menurutnya, faktor rasional pasangan Ahok dan Djarot tidak cukup untuk memenangkan Pilgub DKI. Mereka harus bisa mengimbanginya dengan faktor irasional, khususnya dari petahana calon Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Sebaliknya, meski faktor irasional telah dimiliki pasangan Anies-Sandiaga dan Agus-Sylvi, namun mereka masih kurang dari faktor rasional.

Senada dengan para peneliti tadi, menurut pengamat politik Hendri Satrio, tingginya angka swing voters

karena calon yang maju belum menyampaikan program. KPUD baru menetapkan pasangan calon secara resmi pada 23 Oktober mendatang.

“Swings voters sekitar 30 persen, padahal kemungkinannya ada 50 persen yang belum menentukan pilih-an kemantapannya memilih salah satu calon,” kata Hendri, Kamis (6/10).

Menurut Hendri, swing voters ini kebanyakan pemilih rasional dan masih muda. Bahkan, sekitar 54% calon pemilih masih menunggu arahan dari orangtua atau keluarga siapa yang bakal dipilih pada hari pencoblosan nanti.

Swing voters juga cenderung

melihat tren pemilih lainnya. Sehingga peran media konvensional seperti TV, koran, dan radio menjadi sangat pen-ting. “Media sosial tidak terlalu ber-pengaruh di Pilgub DKI. Pemilih DKI itu jauh lebih rasional dibanding daerah lain. Medsos itu dianggap banyak bohong dan fitnahnya sehing-ga orang cenderung tak mengacuh-kannya,” katanya.

“Saya melihat irisannya, kans dominan akan memilih Agus dan Anies dibanding Ahok. Mereka akan ber-kompetisi dan berebut basis segmen-tasi pemilih pemula dan anak muda,” kata Pangi, Kamis (6/20). [LEN/Y-7/H-14]

Pilgub DKI 2017

Tiga Cagub Berebut Suara Swing Voters

[JAKARTA] Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun mengatakan, “serangan udara” melalui media massa, baik media konvensional maupun media sosial, berperan sangat penting dalam memengaruhi pemilih, terutama yang belum menen-tukan pilihan (swing voters) untuk menetapkan pilihan kepada salah satu dari tiga kandidat Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2017.

“Jadi, konsumsi informasi melalui berbagai macam media, baik media sosial maupun media konvensional seperti media cetak dan elektronik, sangat dominan dalam memengaruhi swing voters di Jakarta,” kata Rico di Jakarta, Kamis (6/10).

Menurutnya, dalam menyampaikan informasi mengenai kandi-dat dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 dibutuhkan dua strategi, yaitu strategi serangan udara dan strategi teritorial. Strategi udara dilakukan dengan membagikan informasi, visi, misi, dan program dari mas-ing-masing kandidat melalui iklan di media massa, seperti televisi, radio, media cetak, dan media online. Drlsin itu, media sosial juga berperang penting, karena saat ini sudah sangat banyak jumlah dan jenisnya.

Sementara, strategi teritorial dilakukan dengan datang ke rumah-rumah warga atau mengunjungi warga yang dikumpulkan di suatu kawasan tertentu. “Khusus untuk di Jakarta, semua strategi itu diperlukan. Semua media, baik sosial maupun konvensional sangat diperlukan. Jadi, kandidat membutuhkan televisi, radio, media cetak, dan online. Bahkan, para kandidat juga wajib memiliki cyber army media (pasukan media siber),” ujarnya.

Menurut pengamatan Rico, seluruh kandidat sudah memiliki pasukan media siber. Hanya saja, yang akan menarik untuk disimak nanti adalah apakah mereka dapat berperan sebagai mengeluarkan kampanye positif atau sebaliknya.

“Sampai sekarang belum terlihat jelas, apakah pasukan siber ini akan memainkan kampanye positif atau negatif. Namun, biasanya, media sosial dimainkan sebagai instrumen kampanye negatif. Seharusnya ini dicegah,” kata dia. [LEN/O-1]

“Serangan Udara” Efektif Pengaruhi Pemilih

ANTARA/Widodo S JuSuf

Relawan dan simpatisan membawa poster dukungan bagi pasangan bakal calon Gubernur dKi Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan bakal calon Wakil Gubernur dKi Jakarta djarot Saiful Hidayat di Jakarta, beberapa waktu lalu.