utama sua ra pembaru an adu simpati para jubir cagub dki · jubir memiliki peranan masing-masing...

1
[JAKARTA] Calon petahana gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan, bukan dirinya yang memilih para juru bicara (jubir) di tim peme- nangan untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017. Meski demikian, Ahok meminta kepada para jubir itu untuk rajin bertanya jika merasa ragu terhadap visi, misi, dan program kerja dirinya ber- sama Djarot Saiful Hidayat. “Saya cuma menyarankan waktu kami bertemu tentang hal-hal apa yang membuat dia ragu sama saya. Tanya saya. Kalian ingin tahu saya, sekarang tanya. Kamu tanya supaya jangan sampai ada yang bertanya, kamu malah grogi, karena kamu pun meragukan saya,” ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta, Kamis (27/10). Basuki mengatakan, hal tersebut sangat penting karena saat ini dirinya dan Djarot merupakan produk yang sedang dijual para jubir itu. Dia mengibaratkan, apabila seseorang berjualan mobil A, tetapi orang lain mengatakan bahwa itu tidak bagus dan lebih bagus mobil B, kemudian yang berjulalan itu membenarkan. Hal se- perti itu tidak boleh terjadi. “Itu konyol. Jadi, kalau kamu menjual produk, kamu harus tahu betul apa produk kamu. Jika ada hal-hal yang membuat produk kamu kekurangan, ya, sekarang kita berdebat. Saya jelaskan kesalahpahaman kamu,” terangnya. Tidak hanya itu, Ahok juga meminta para jubir bertanya jika pernah men- dengar kerabat atau keluar- ganya ragu terhadap pasan- gan Ahok-Djarot. Ahok juga membuka pintu bagi para jubirnya untuk bertanya jika pihak lawan melontarkan tuduhan atau fitnah sampai jubir itu ragu dan tidak bisa menjawab. “Semua proses itu sudah kami lewati. Ya, saya jawab, saya terbuka saja. Tanya apa saja boleh, kok. Setiap saya bertemu orang, mana pernah diatur-atur pertanyaannya,” kata Ahok. Oleh karena itu, dia yakin jika para jubir yang telah dipilih oleh partai bisa menjual dirinya dengan baik, kendati untuk itu harus diatur terlebih dulu jubir mana yang akan ditampilkan. Pasalnya, kata Ahok, para jubir memiliki peranan masing-masing dalam rangka menjual dirinya dan Djarot sebagai produk di Pilgub DKI 2017. Salah satunya, dia melihat bahwa para jubir tersebut memiliki grup yang di dalamnya mereka sangat aktif berdiskusi. Misalnya, ketika ada undangan dari media massa, mereka mem- bahas dulu siapa yang akan datang. “Bagus juga. Mereka juga sudah dilatih, sudah belajar semua bahan-bahan yang mungkin ditanya. Jadi, jubir-jubir yang rajin itu sudah mempelajari. Jubir kami yang dikirim partai itu pintar-pintar, rajin, dan membaca semua,” katanya. Meski demikian, Ahok mengaku jika dirinya belum tahu siapa di antara jubir- jubir yang telah dipilih itu yang berpotensial menjadi corong pasangan Ahok- Djarot. Sejauh ini, masyara- kat baru mengetahui aktris Sophia Latjuba dan anggota DPR Ruhut Sitompul sebagai jubirnya. [D-14] P anitia Khusus (Pansus) RUU Terorisme dikabarkan bakal memuluskan peran TNI dalam memberangus aksi teror. Sebab, TNI dianggap memang telah siap mendukung Polri dalam penumpasan terorisme. “Sudah saatnya TNI dilibatkan dalam aksi pemberantasan terorisme. Acaman terorisme sangat luas dan merambah ke semua sektor, baik di darat, laut, dan udara. Untuk itu, tak cukup Polri yang memberantasnya,” kata sumber SP di Jakarta, Kamis (26/10). Dikatakan, selama ini posisi TNI hanya sebagai per- bantuan dalam memberantas terorisme. Padahal, TNI memiliki kesiapan perlengkapan sekaligus personel untuk ikut memberantas terorisme. Bahkan, institusi itu sudah lama memiliki pasukan khusus Satuan-81 Gultor (Penanggulangan Terorisme). Sumber itu mengungkapkan, dirinya pernah meneri- ma delegasi TNI yang meminta agar kata tindak pidana dalam RUU Pemberantasan Terorisme dihapuskan. Dengan begitu, TNI bisa ikut terlibat. “Bila terorisme ter- jadi di laut dan udara, Densus 88 yang diisi personel Polri tidak mampu menjangkaunya,” kata sumber itu. TNI, ujarnya, sudah membuktikan keberhasilannya saat membebaskan sandera di perairan Somalia ketika terjadi pembajakan kapal Indonesia. “Hanya saja, yang selalu menjadi PR besar adalah koordinasi antara Polri dan TNI, karena masing-masing masih memiliki ego sek- toral. TNI sering berlatih untuk menghadapi terorisme, tetapi tidak pernah dilibatkan,” katanya. Sumber itu mengungkapkan, RUU yang merupakan inisiatif Pemerintah itu ingin agar tindak pencegahan terorisme lebih difokuskan ketimbang pemberantasan. Karena itu, katanya, perlu dibentuk pula dewan pengawas atas kerja Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). [W-12] Utama 2 Suara Pembaruan Kamis, 27 Oktober 2016 Adu Simpati Para Jubir Cagub DKI [JAKARTA] Publik berharap tiga pasangan calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) DKI Jakarta beradu visi, misi, program, dan gagasan untuk membangun Ibu Kota. Untuk itu, peran juru bicara (jubir) masing-masing pasangan sangat penting untuk menyampaikan gagasan dalam rangka meningkatkan popularitas dan elektabilitas calon. Pilgub DKI nanti tidak hanya menjadi persaingan tiga kandidat, tetapi juga menjadi ajang “pertem- puran” para jubir untuk menarik simpati warga Jakarta. Mereka yang akan berhadapan langsung dengan warga dan media massa. Para jubir itu harus mampu menarik simpati pemilih sekaligus menguasai semua persoalan di Jakarta. Tanpa penguasaan materi yang mum- puni, posisi jubir akan berbalik menjadi bumerang bagi cagub yang didukungnya. Direktur Program Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirojuddin Abbas menilai, keberada- an jubir dalam tim sukses pasangan cagub-cawagub DKI setidaknya mempunyai dua fungsi utama. Pertama, kata Abbas, adalah pener- jemah dan penafsir dari gagasan rencana kebijakan, program, visi, misi, dan ide dari kandidat. “Dalam konteks ini, jubir adalah penyambung lidah dari kandidat untuk menjelaskan dan menerangkan pilihan kebijakan, program, visi, dan misi calon,” ujar Abbas kepada SP di Jakarta, Kamis (25/10). Fungsi kedua jubir, ujarnya, sebagai penangkis terhadap berbagai isu-isu negatif yang dimainkan lawan politik terhadap jagoannya. Jubir harus bisa menjelaskan ke publik secara benar dan baik jika ada isu negatif yang ditujukan kepada kan- didat yang didukung. “Karena itu, jubir harus orang yang cerdas, komunikator yang baik, dan benar-benar menguasai materi sehingga bisa menjelaskan dan meng- klarifikasi berbagai isu yang terkait kandidatnya,” tuturnya. Abbas mengingatkan agar jubir tidak menjadi beban bagi kandidat. Menurut dia, hal tersebut bisa terja- di jika jubir berbicara dengan jalur sendiri, tanpa memperhatikan maksud dan tujuan dari kandidat. “Jubir juga bisa menjadi beban jika yang dipilih adalah adalah orang yang memiliki rekam jejak tidak baik di mata pu- blik,” ujarnya. Meski demikian, Abbas mengi- ngatkan, meski peran jubir sangat penting, namun yang lebih penting adalah sosok calon kepala daerah. Pengaruh besar terhadap peningkat- an elektabilitas calon adalah gaya komunikasi, gagasan, dan program sang kandidat yang diterima masya- rakat pemilih. “Siapa pun jubirnya, pengaruh terhadap peningkatan elektabilitas pasangan cagob-cawagub DKI tidak terlalu besar. Yang terpenting adalah prinsipalnya sendiri, yakni cagub dan cawagub yang bersangkutan. Gaya komunikasi, gagasan, program yang jelas, dan mempunyai solusi yang realistis serta aplikatif untuk mem- bangun Jakarta yang lebih baik, menjadi perhatian utama publik,” katanya. Sangat Vital Hal senada dikatakan pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Jakarta, Hendri Satrio. Dikatakan, peranan jubir masing-ma- sing tim pemenangan pasangan cagub dan cawagub DKI Jakarta sangat penting. Para jubir dapat menyam- paikan visi dan misi serta program paslon. “Jubir ini peranannya sangat vital untuk membantu memberi penjelas- an ke masyarakat tentang visi dan misi serta program paslon,” katanya. Menurut Hendri, publik pemilih Jakarta akan menilai kualitas jubir. “Pemilih Jakarta akan percaya terhadap sosok jubir yang memiliki kapabilitas, terserah dia cantik atau cerdas. Misalnya, paslon A memilih jubir B yang memang mempunyai jaringan di pedagang pasar. Nah, kapabilitas jubir yang dekat dengan pedagang pasar itu yang dilihat sehingga jubir itu dipilih,” ujarnya. Oleh karena itu, dia menyatakan, para jubir sepatutnya menguasai materi, khususnya program dan gagasan paslon. Bila jubir tidak menguasai materi, hal itu akan meru- gikan cagub dan cawagub DKI yang akan “dijualnya”. “Jubir itu citra atau gambar terdepan dari para paslon,” ucapnya. Hendri mengaku belum dapat menilai kepiawaian jubir-jubir di tiga pasangan cagub dan cawagub DKI. Sebab, kampanye secara resmi baru dimulai pada Jumat (28/10). “Belum bisa dinilai. Asumsi saya, karena mereka sudah dipilih paslon, maka mereka benar-benar orang-orang yang memiliki kapabilitas,” katanya. Dikatakan, para jubir jangan sampai melakukan kesalahan atau kekeliruan yang fatal ketika menyo- sialisasikan program paslon. Dia mencontohkan, tim jubir pasangan petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat harus dilatih untuk mengemukakan prestasi petahana, bukan kewajiban- nya. “Jangan sampai jubir Ahok justru menyampaikan hal-hal yang sudah menjadi kewajiban gubernur. Sementara, jubir paslon lain harus dilatih berbicara tentang program yang kreatif dan belum pernah dila- kukan petahana, karena masyarakat Jakarta sudah cerdas. Kalau jubir calon alternatif mengatakan akan melanjutkan program petahana, masyarakat akan berpandangan untuk apa memilih gubernur baru,” tuturnya. [YUS/C-6] Lawan Teroris, Ruang Gerak TNI Ditambah? Ahok: Jubir Harus Rajin Bertanya

Upload: lamkhanh

Post on 24-Aug-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Utama Sua ra Pembaru an Adu Simpati Para Jubir Cagub DKI · jubir memiliki peranan masing-masing dalam rangka menjual dirinya dan Djarot sebagai produk di Pilgub DKI 2017. Salah satunya,

[JAKARTA] Calon petahana gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan, bukan dirinya yang memilih para juru bicara (jubir) di tim peme- nangan untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakar ta 2017 . Mesk i demikian, Ahok meminta kepada para jubir itu untuk rajin bertanya jika merasa ragu terhadap visi, misi, dan program kerja dirinya ber-sama Djarot Saiful Hidayat.

“Saya cuma menyarankan waktu kami bertemu tentang hal-hal apa yang membuat

dia ragu sama saya. Tanya saya. Kalian ingin tahu saya, sekarang tanya. Kamu tanya supaya jangan sampai ada yang bertanya, kamu malah grogi, karena kamu pun meragukan saya,” ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta, Kamis (27/10).

Basuki mengatakan, hal tersebut sangat penting karena saat ini dirinya dan Djarot merupakan produk yang sedang dijual para jubir itu. Dia mengibaratkan, apabila seseorang berjualan mobil A, tetapi orang lain mengatakan bahwa itu tidak

bagus dan lebih bagus mobil B, kemudian yang berjulalan itu membenarkan. Hal se- perti itu tidak boleh terjadi.

“Itu konyol. Jadi, kalau kamu menjual produk, kamu harus tahu betul apa produk kamu. Jika ada hal-hal yang membuat produk kamu kekurangan, ya, sekarang kita berdebat. Saya jelaskan kesalahpahaman kamu,” terangnya.

Tidak hanya itu, Ahok juga meminta para jubir bertanya jika pernah men-dengar kerabat atau keluar-ganya ragu terhadap pasan-

gan Ahok-Djarot. Ahok juga membuka pintu bagi para jubirnya untuk bertanya jika pihak lawan melontarkan tuduhan atau fitnah sampai jubir itu ragu dan tidak bisa menjawab.

“Semua proses itu sudah kami lewati. Ya, saya jawab, saya terbuka saja. Tanya apa saja boleh, kok. Setiap saya bertemu orang, mana pernah diatur-atur pertanyaannya,” kata Ahok. Oleh karena itu, dia yakin jika para jubir yang telah dipilih oleh partai bisa menjual dirinya dengan baik, kendati untuk itu harus

diatur terlebih dulu jubir mana yang akan ditampilkan.

Pasalnya, kata Ahok, para jubir memiliki peranan masing-masing dalam rangka menjual dirinya dan Djarot sebagai produk di Pilgub DKI 2017. Salah satunya, dia melihat bahwa para jubir tersebut memiliki grup yang di dalamnya mereka sangat aktif berdiskusi. Misalnya, ketika ada undangan dari media massa, mereka mem-bahas dulu siapa yang akan datang.

“Bagus juga. Mereka juga sudah dilatih, sudah

belajar semua bahan-bahan yang mungkin ditanya. Jadi, jubir-jubir yang rajin itu sudah mempelajari. Jubir kami yang dikirim partai itu pintar-pintar, rajin, dan membaca semua,” katanya.

Meski demikian, Ahok mengaku jika dirinya belum tahu siapa di antara jubir-jubir yang telah dipilih itu yang berpotensial menjadi corong pasangan Ahok-Djarot. Sejauh ini, masyara-kat baru mengetahui aktris Sophia Latjuba dan anggota DPR Ruhut Sitompul sebagai jubirnya. [D-14]

Panitia Khusus (Pansus) RUU Terorisme dikabarkan bakal memuluskan peran TNI dalam

memberangus aksi teror. Sebab, TNI dianggap memang telah siap mendukung Polri dalam penumpasan terorisme. “Sudah saatnya TNI dilibatkan dalam aksi pemberantasan terorisme. Acaman terorisme sangat luas dan merambah ke semua sektor, baik di darat, laut, dan udara. Untuk itu, tak cukup Polri yang memberantasnya,” kata sumber SP di Jakarta, Kamis (26/10).

Dikatakan, selama ini posisi TNI hanya sebagai per-bantuan dalam memberantas terorisme. Padahal, TNI memiliki kesiapan perlengkapan sekaligus personel untuk ikut memberantas terorisme. Bahkan, institusi itu sudah lama memiliki pasukan khusus Satuan-81 Gultor (Penanggulangan Terorisme).

Sumber itu mengungkapkan, dirinya pernah meneri-ma delegasi TNI yang meminta agar kata tindak pidana dalam RUU Pemberantasan Terorisme dihapuskan. Dengan begitu, TNI bisa ikut terlibat. “Bila terorisme ter-jadi di laut dan udara, Densus 88 yang diisi personel Polri tidak mampu menjangkaunya,” kata sumber itu.

TNI, ujarnya, sudah membuktikan keberhasilannya saat membebaskan sandera di perairan Somalia ketika terjadi pembajakan kapal Indonesia. “Hanya saja, yang selalu menjadi PR besar adalah koordinasi antara Polri dan TNI, karena masing-masing masih memiliki ego sek-toral. TNI sering berlatih untuk menghadapi terorisme, tetapi tidak pernah dilibatkan,” katanya.

Sumber itu mengungkapkan, RUU yang merupakan inisiatif Pemerintah itu ingin agar tindak pencegahan terorisme lebih difokuskan ketimbang pemberantasan. Karena itu, katanya, perlu dibentuk pula dewan pengawas atas kerja Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). [W-12]

Utama2 Sua ra Pem ba ru an Kamis, 27 Oktober 2016

Adu Simpati Para Jubir Cagub DKI[JAKARTA] Publik berharap tiga pasangan calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) DKI Jakarta beradu visi, misi, program, dan gagasan untuk membangun Ibu Kota. Untuk itu, peran juru bicara (jubir) masing-masing pasangan sangat penting untuk menyampaikan gagasan dalam rangka meningkatkan popularitas dan elektabilitas calon.

Pilgub DKI nanti tidak hanya menjadi persaingan tiga kandidat, tetapi juga menjadi ajang “pertem-puran” para jubir untuk menarik simpati warga Jakarta. Mereka yang akan berhadapan langsung dengan warga dan media massa.

Para jubir itu harus mampu menarik simpati pemilih sekaligus menguasai semua persoalan di Jakarta. Tanpa penguasaan materi yang mum-puni, posisi jubir akan berbalik menjadi bumerang bagi cagub yang didukungnya.

Direktur Program Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirojuddin Abbas menilai, keberada-an jubir dalam tim sukses pasangan cagub-cawagub DKI setidaknya mempunyai dua fungsi utama. Pertama, kata Abbas, adalah pener-jemah dan penafsir dari gagasan rencana kebijakan, program, visi, misi, dan ide dari kandidat. “Dalam konteks ini, jubir adalah penyambung lidah dari kandidat untuk menjelaskan dan menerangkan pilihan kebijakan, program, visi, dan misi calon,” ujar Abbas kepada SP di Jakarta, Kamis (25/10).

Fungsi kedua jubir, ujarnya, sebagai penangkis terhadap berbagai isu-isu negatif yang dimainkan lawan politik terhadap jagoannya. Jubir harus bisa menjelaskan ke publik secara benar dan baik jika ada isu negatif yang ditujukan kepada kan-didat yang didukung.

“Karena itu, jubir harus orang yang cerdas, komunikator yang baik, dan benar-benar menguasai materi sehingga bisa menjelaskan dan meng-klarifikasi berbagai isu yang terkait kandidatnya,” tuturnya.

Abbas mengingatkan agar jubir tidak menjadi beban bagi kandidat. Menurut dia, hal tersebut bisa terja-di jika jubir berbicara dengan jalur sendiri, tanpa memperhatikan maksud dan tujuan dari kandidat. “Jubir juga bisa menjadi beban jika yang dipilih adalah adalah orang yang memiliki

rekam jejak tidak baik di mata pu- blik,” ujarnya.

Meski demikian, Abbas mengi-ngatkan, meski peran jubir sangat penting, namun yang lebih penting adalah sosok calon kepala daerah. Pengaruh besar terhadap peningkat-an elektabilitas calon adalah gaya komunikasi, gagasan, dan program sang kandidat yang diterima masya-rakat pemilih.

“Siapa pun jubirnya, pengaruh terhadap peningkatan elektabilitas pasangan cagob-cawagub DKI tidak terlalu besar. Yang terpenting adalah prinsipalnya sendiri, yakni cagub dan cawagub yang bersangkutan. Gaya komunikasi, gagasan, program yang jelas, dan mempunyai solusi yang realistis serta aplikatif untuk mem-bangun Jakarta yang lebih baik, menjadi perhatian utama publik,” katanya.

Sangat VitalHal senada dikatakan pengamat

komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Jakarta, Hendri Satrio. Dikatakan, peranan jubir masing-ma-sing tim pemenangan pasangan cagub dan cawagub DKI Jakarta sangat penting. Para jubir dapat menyam-paikan visi dan misi serta program paslon.

“Jubir ini peranannya sangat vital untuk membantu memberi penjelas-an ke masyarakat tentang visi dan misi serta program paslon,” katanya. Menurut Hendri, publik pemilih Jakarta akan menilai kualitas jubir.

“Pemilih Jakarta akan percaya terhadap sosok jubir yang memiliki kapabilitas, terserah dia cantik atau cerdas. Misalnya, paslon A memilih jubir B yang memang mempunyai

jaringan di pedagang pasar. Nah, kapabilitas jubir yang dekat dengan pedagang pasar itu yang dilihat sehingga jubir itu dipilih,” ujarnya.

Oleh karena itu, dia menyatakan, para jubir sepatutnya menguasai materi, khususnya program dan gagasan paslon. Bila jubir tidak menguasai materi, hal itu akan meru-gikan cagub dan cawagub DKI yang akan “dijualnya”. “Jubir itu citra atau gambar terdepan dari para paslon,” ucapnya.

Hendri mengaku belum dapat menilai kepiawaian jubir-jubir di tiga pasangan cagub dan cawagub DKI. Sebab, kampanye secara resmi baru dimulai pada Jumat (28/10). “Belum bisa dinilai. Asumsi saya, karena mereka sudah dipilih paslon, maka mereka benar-benar orang-orang yang memiliki kapabilitas,” katanya.

Dikatakan, para jubir jangan sampai melakukan kesalahan atau kekeliruan yang fatal ketika menyo-sialisasikan program paslon. Dia mencontohkan, tim jubir pasangan petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat harus dilatih untuk mengemukakan prestasi petahana, bukan kewajiban-nya.

“Jangan sampai jubir Ahok justru menyampaikan hal-hal yang sudah menjadi kewajiban gubernur. Sementara, jubir paslon lain harus dilatih berbicara tentang program yang kreatif dan belum pernah dila-kukan petahana, karena masyarakat Jakarta sudah cerdas. Kalau jubir calon alternatif mengatakan akan melanjutkan program petahana, masyarakat akan berpandangan untuk apa memilih gubernur baru,” tuturnya. [YUS/C-6]

Lawan Teroris, Ruang Gerak TNI Ditambah?

Ahok: Jubir Harus Rajin Bertanya