rabu, 12 april 2017 utama pembangunan jakarta sudah tepat fileadministrasi kepada wajib pajak (wp)...

1
[JAKARTA] Berbagai pro- gram sosial dan ekonomi yang diluncurkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah membawa pem- bangunan Ibu Kota pada jalur yang tepat (on the right track). Pertumbuhan ekonomi mela- ju di atas rata-rata nasional. Kesenjangan ekonomi (rasio gini) dalam lima tahun terakhir juga terus berkurang berkat berbagai program bantuan sosial yang berjalan dengan baik, seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang meringankan biaya pendidik- an serta biaya kesehatan warga. Program-program tersebut juga mendongkrak Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jakarta yang semakin mening- kat, yakni 78,99 atau di atas nasional pada 69,55. Berbagai kalangan berharap, ada kesi- nambungan dalam proses pembangunan Jakarta yang sudah tepat itu. Ekonom Institute Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menga- takan, meski sebagian harus dievaluasi, namun secara garis besar langkah Pemprov DKI melalui program-programnya sudah cukup tepat. Oleh karena itu, program Pemprov dalam mengatasi kesenjang- an dan kemiskinan, misalnya dengan bantuan subsidi dana pendidikan bagi siswa kurang mampu, perbaikan moda transportasi publik, dan pem- bangunan rusunawa, memang harus dilanjutkan. “Harapannya, dalam jangka panjang tercapai kesinambungan pembangun- an Jakarta yang lebih menye- jahterakan masyarakatnya,” ujar Bhima kepada SP di Jakarta, Rabu (12/4). Terkait penurunan rasio gini di Jakarta, faktor utama- nya ada di pelemahan eko- nomi dan inflasi yang rendah. Ekonom Universitas Indonesia, Rofikoh Rohim menilai, rasio gini di Jakarta berhasil membaik karena program bantuan-bantuan sosial. Dia mencontohkan, pemberlakuan Kartu Jakarta Pintar (KJP) mampu meri- ngankan biaya pendidikan dan Kartu Jakarta Sehat (KJS) meringankan biaya pengo- batan. Selain itu, keringanan pokok dan penghapusan denda administrasi kepada wajib pajak (WP) Pajak Bumi Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) yang menunggak pembayaran dari 1993 hingga 2012 oleh Pemprov DKI Jakarta juga dinilai bisa mendorong per- baikan rasio gini. Penghapusan denda dan keringanan pokok tersebut diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Nomor 103 Tahun 2016 memberikan keringanan pokok sebesar 50% dan penghapusan denda adminis- trasi PBB P2 untuk periode 1993 hingga 2009. Sementara, untuk periode 2010 hingga 2012, keringan- an pokok sebesar 25% dan penghapusan denda adminis- trasi PBB P2. “Awalnya pasti diberi ikan, namun kemudian diberi kail atau program pemberdayaan,” katanya. IPM Membaik Sekjen Federasi Guru Indonesia (FSGI) Retno Lestyarti mengatakan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jakarta yang semakin baik setiap tahun berkaitan erat dengan faktor pendidikan. Menurutnya, Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Jakarta setiap tahun terus membaik berkat perhatian Pemprov DKI pada sektor pendidikan jauh lebih baik dibandingkan daerah lain. “Semakin membaik APS dan APM DKI Jakarta kare- na dana yang dikucurkan untuk program pendidikan gratis 12 tahun di Jakarta semakin besar. SMA dan SMK sudah gratis, karena didanai oleh APBN dan APBD. Ini yang membuat angka putus sekolah dari SMP ke SMA /SMK semakin baik,” ujarnya. Pemerhati pendidikan, Doni Koesoema mengatakan, tingkat kesenjangan Jakarta semakin mengecil karena dipengaruhi program KJP. Program itu membantu orang- tua untuk menghemat penge- luaran, seperti biaya-biaya pendidikan dan transportasi. Pendapat senada juga disampaikan Staf Ahli Komnas Pendidikan Andreas Tambah. Menurutnya, pro- gram KJP patut menjadi model bagi daerah lain, karena memiliki keunggulan dalam meningkatkan angka partisi- pasi siswa melanjutkan pendidikan. Andreas menyebutkan, ada tiga keunggulan KJP dibanding kartu lainnya. Pertama, pemerintah meran- cang KJP swasta dan negeri dibedakan, di mana sekolah swasta lebih besar. Kedua, KJP dapat digunakan untuk berbelanja pangan murah, serta dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan terkait sekolah dan kesehat- an. Ketiga, akses KJP mudah. Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Arie Sudjito mengatakan, di bawah kepemimpinan Ahok- Djarot ada berbagai terobos- an kebijakan strategis dalam upaya perlindungan kepada warga negara. Misalnya, jaminan kesehatan, pendidik- an, infrastruktur, dan kela- yakan pelayanan publik. Tetapi, ujarnya, memang masih ada yang perlu dibenahi, seperti kemacetan dan akses air bersih yang masih perlu perhatian bersama. “Poinnya, memang pelayanan kebutuh- an masyarakat jauh lebih baik. Politik anggaran dan perizin- an juga lebih baik,” katanya. Sosiolog dari Universitas Airlangga Surabaya, Bagong Suyanto mengatakan, kepe- mimpinan Jakarta saat ini tentu lebih baik jika diban- dingkan dengan kepemim- pinan sebelumnya. Namun, ada pula catatan-catatan penting yang masih perlu sentuhan inovasi sebagai strategi jalan keluar. Menurutnya, jika dilihat dari IPM, sangat wajar jika Jakarta memiliki IPM yang lebih baik dibandingkan dengan kota atau kabupaten lainnya. Sebab, 70% perpu- taran uang ada di Jakarta. Dikatakan, masalah yang masih dihadapi Jakarta saat ini adalah keterbatasan lahan yang sulit mengimbangi akselerasi kemajuannya. Urbanisasi bukan hanya masalah di Jakarta, tetapi lebih karena model pemba- ngunan di Indonesia yang bias urban. Akibatnya, Jakarta kerap menjadi daerah tujuan. Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Gutomo Bayu Aji mengatakan, terkait IPM, di seluruh daerah di Indonesia mengalami perubahan, teru- tama sejak ada kebijakan publik terkait pendidikan dasar dan kesehatan. Jakarta, katanya, tentu saja lebih mudah membuat program pendidikan dan kesehatan ketimbang kota-kota lain, karena mempunyai anggaran yang sangat besar. Tetapi, kenaikan IPM tidak semata-mata dari program. Bisa juga dipengaruhi oleh migrasi penduduk masuk ke Jakarta yang berstatus kelas menengah ke atas, sementa- ra penduduk berstatus kelas bawah keluar dari Jakarta. Anggota Tim Sukses Ahok-Djarot, Ansy Lema menambahkan, kinerja pasangan itu selama memim- pin Jakarta Jakarta menun- jukkan pelayan warga. Itu membuktikan totalitas mere- ka yang berfokus pada upaya membangun manusia atua pembangunan berpusat pada peningkatan kualitas hidup manusia. Dikatakan, dengan mem- perbaiki kesehatan, misalnya, maka warga Jakarta bisa menjadi produktif dan beker- ja dengan baik. Sementara, lewat pendidikan maka bisa membantu seseorang meng- alami mobilitas vertikal, meski masih membutuhkan waktu. Dikatakan pula, Ahok- Djarot juga membuat iklim investasi di Jakarta menjadi sangat transparan dan dapat menekan biaya ekonomi tinggi. Bagi para buruh, upah minimum yang didapat pun saat ini sudah semakin layak. [FAT/RIA/R-15/O-2] 3 Suara Pembaruan Rabu, 12 April 2017 Utama INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Perbandingan IPM Jakarta dan Nasional Tahun Jakarta Nasional 2010 76,31 66,53 2011 76,98 67,09 2012 77,53 67,70 2013 78,08 68,31 2014 78,39 68,90 2015 78,99 69,55 PRODUK DOSMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) per Kapita Perbandingan PDRB Jakarta dan Nasional (Juta Rupiah) Tahun Jakarta Nasional 2014 174,91 41,92 2015 195,46 45,14 2016 207,99 47,96 Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada 2016 mencapai 5,85% atau melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,02%. KEMISKINAN Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Tahun Jakarta Nasional 2013 375.700 (1,32%) 28.553.930 2014 412.790 (1,49%) 27.727.780 2015 368.670 (1,29%) 28.513.570 2016 385.840 (1,39%) 27.764.320 PENGANGGURAN Tingkat Pengangguran Terbuka DKI Jakarta dan Indonesia Tahun Jakarta Indonesia 2011 11,69 7,48 2012 9,67 6,13 2013 8,63 6,17 2014 8,47 5,94 2015 7,23 6,18 2016 6,12 5,61 TINGKAT KESENJANGAN Rasio Gini DKI Jakarta Tahun Jakarta Nasional 2011 0,44 0,41 2012 0,42 0,41 2013 0,43 0,41 2014 0,43 0,41 2015 0,42 0,41 2016* 0,41 0,40 2016** 0,397 0,394 * data Maret 2016 ** data Sept’ 2016 JAKARTA On The Right Track Pembangunan Jakarta Sudah Tepat SUMBER: BPS

Upload: phamhuong

Post on 10-Mar-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

[JAKARTA] Berbagai pro-gram sosial dan ekonomi yang diluncurkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah membawa pem-bangunan Ibu Kota pada jalur yang tepat (on the right track). Pertumbuhan ekonomi mela-ju di atas rata-rata nasional.

Kesenjangan ekonomi (rasio gini) dalam lima tahun terakhir juga terus berkurang berkat berbagai program bantuan sosial yang berjalan dengan baik, seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang meringankan biaya pendidik-an serta biaya kesehatan warga.

Program-program tersebut juga mendongkrak Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jakarta yang semakin mening-kat, yakni 78,99 atau di atas nasional pada 69,55. Berbagai kalangan berharap, ada kesi-nambungan dalam proses pembangunan Jakarta yang sudah tepat itu.

E k o n o m I n s t i t u t e Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menga-takan, meski sebagian harus dievaluasi, namun secara garis besar langkah Pemprov DKI melalui program-programnya sudah cukup tepat. Oleh karena itu, program Pemprov dalam mengatasi kesenjang-an dan kemiskinan, misalnya dengan bantuan subsidi dana pendidikan bagi siswa kurang mampu, perbaikan moda transportasi publik, dan pem-bangunan rusunawa, memang harus dilanjutkan.

“Harapannya, dalam jangka panjang tercapai kesinambungan pembangun-an Jakarta yang lebih menye-jahterakan masyarakatnya,” ujar Bhima kepada SP di Jakarta, Rabu (12/4).

Terkait penurunan rasio gini di Jakarta, faktor utama-nya ada di pelemahan eko-nomi dan inflasi yang rendah.

Ekonom Universitas Indonesia, Rofikoh Rohim menilai, rasio gini di Jakarta berhasil membaik karena program bantuan-bantuan sosial. Dia mencontohkan, pemberlakuan Kartu Jakarta Pintar (KJP) mampu meri-ngankan biaya pendidikan dan Kartu Jakarta Sehat (KJS) meringankan biaya pengo-batan.

Selain itu, keringanan pokok dan penghapusan denda administrasi kepada wajib pajak (WP) Pajak Bumi Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) yang menunggak pembayaran dari 1993 hingga 2012 oleh Pemprov DKI Jakarta juga dinilai bisa mendorong per-baikan rasio gini. Penghapusan denda dan keringanan pokok tersebut diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Nomor 103 Tahun 2016

memberikan keringanan pokok sebesar 50% dan penghapusan denda adminis-trasi PBB P2 untuk periode 1993 hingga 2009.

Sementara, untuk periode 2010 hingga 2012, keringan-an pokok sebesar 25% dan penghapusan denda adminis-trasi PBB P2. “Awalnya pasti diberi ikan, namun kemudian diberi kail atau program pemberdayaan,” katanya.

IPM MembaikSekjen Federasi Guru

Indonesia (FSGI) Retno Lestyarti mengatakan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jakarta yang semakin baik setiap tahun berkaitan erat dengan faktor pendidikan. Menurutnya, Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Jakarta setiap tahun terus membaik berkat perhatian Pemprov DKI pada sektor pendidikan jauh lebih baik dibandingkan daerah lain.

“Semakin membaik APS dan APM DKI Jakarta kare-na dana yang dikucurkan untuk program pendidikan gratis 12 tahun di Jakarta semakin besar. SMA dan SMK sudah gratis, karena didanai oleh APBN dan APBD. Ini yang membuat angka putus sekolah dari SMP ke SMA /SMK semakin baik,” ujarnya.

Pemerhati pendidikan, Doni Koesoema mengatakan, tingkat kesenjangan Jakarta semakin mengecil karena dipengaruhi program KJP. Program itu membantu orang-tua untuk menghemat penge-luaran, seperti biaya-biaya pendidikan dan transportasi.

Pendapat senada juga disampaikan Staf Ahli Komnas Pendidikan Andreas Tambah. Menurutnya, pro-gram KJP patut menjadi model bagi daerah lain, karena memiliki keunggulan dalam meningkatkan angka partisi-

pasi siswa melanjutkan pendidikan.

Andreas menyebutkan, ada tiga keunggulan KJP dibanding kartu lainnya. Pertama, pemerintah meran-cang KJP swasta dan negeri dibedakan, di mana sekolah swasta lebih besar. Kedua, KJP dapat d igunakan untuk berbelanja pangan murah, serta dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan terkait sekolah dan kesehat-an. Ketiga, akses KJP mudah.

Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Arie Sudjito mengatakan, di bawah kepemimpinan Ahok-Djarot ada berbagai terobos-an kebijakan strategis dalam upaya perlindungan kepada warga negara. Misalnya, jaminan kesehatan, pendidik-an, infrastruktur, dan kela-yakan pelayanan publik.

Tetapi, ujarnya, memang masih ada yang perlu dibenahi, seperti kemacetan dan akses air bersih yang masih perlu perhatian bersama. “Poinnya, memang pelayanan kebutuh-an masyarakat jauh lebih baik. Politik anggaran dan perizin-an juga lebih baik,” katanya.

Sosiolog dari Universitas Airlangga Surabaya, Bagong Suyanto mengatakan, kepe-mimpinan Jakarta saat ini tentu lebih baik jika diban-dingkan dengan kepemim-pinan sebelumnya. Namun, ada pula catatan-catatan penting yang masih perlu sentuhan inovasi sebagai strategi jalan keluar.

Menurutnya, jika dilihat dari IPM, sangat wajar jika Jakarta memiliki IPM yang lebih baik dibandingkan dengan kota atau kabupaten lainnya. Sebab, 70% perpu-taran uang ada di Jakarta.

Dikatakan, masalah yang masih dihadapi Jakarta saat ini adalah keterbatasan lahan yang sulit mengimbangi akselerasi kemajuannya. Urbanisasi bukan hanya

masalah di Jakarta, tetapi lebih karena model pemba-ngunan di Indonesia yang bias urban. Akibatnya, Jakarta kerap menjadi daerah tujuan.

Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Gutomo Bayu Aji mengatakan, terkait IPM, di seluruh daerah di Indonesia mengalami perubahan, teru-tama sejak ada kebijakan publik terkait pendidikan dasar dan kesehatan. Jakarta, katanya, tentu saja lebih mudah membuat program pendidikan dan kesehatan ketimbang kota-kota lain, karena mempunyai anggaran yang sangat besar.

Tetapi, kenaikan IPM tidak semata-mata dari program. Bisa juga dipengaruhi oleh migrasi penduduk masuk ke Jakarta yang berstatus kelas menengah ke atas, sementa-ra penduduk berstatus kelas bawah keluar dari Jakarta.

Anggota Tim Sukses Ahok-Djarot, Ansy Lema menambahkan, kinerja pasangan itu selama memim-pin Jakarta Jakarta menun-jukkan pelayan warga. Itu membuktikan totalitas mere-ka yang berfokus pada upaya membangun manusia atua pembangunan berpusat pada peningkatan kualitas hidup manusia.

Dikatakan, dengan mem-perbaiki kesehatan, misalnya, maka warga Jakarta bisa menjadi produktif dan beker-ja dengan baik. Sementara, lewat pendidikan maka bisa membantu seseorang meng-alami mobilitas vertikal, meski masih membutuhkan waktu.

Dikatakan pula, Ahok-Djarot juga membuat iklim investasi di Jakarta menjadi sangat transparan dan dapat menekan biaya ekonomi tinggi. Bagi para buruh, upah minimum yang didapat pun saat ini sudah semakin layak. [FAT/RIA/R-15/O-2]

3Sua ra Pem ba ru an Rabu, 12 April 2017 Utama

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)Perbandingan IPM Jakarta dan NasionalTahun Jakarta Nasional2010 76,31 66,532011 76,98 67,092012 77,53 67,70

2013 78,08 68,31

2014 78,39 68,902015 78,99 69,55

PRODUK DOSMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) per KapitaPerbandingan PDRB Jakarta dan Nasional (Juta Rupiah)Tahun Jakarta Nasional2014 174,91 41,922015 195,46 45,14

2016 207,99 47,96Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada 2016 mencapai 5,85% atau melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,02%.

KEMISKINANJumlah Penduduk Miskin (Jiwa)Tahun Jakarta Nasional 2013 375.700 (1,32%) 28.553.930 2014 412.790 (1,49%) 27.727.7802015 368.670 (1,29%) 28.513.5702016 385.840 (1,39%) 27.764.320

PENGANGGURAN

Tingkat Pengangguran Terbuka DKI Jakarta dan IndonesiaTahun Jakarta Indonesia2011 11,69 7,482012 9,67 6,132013 8,63 6,172014 8,47 5,942015 7,23 6,182016 6,12 5,61

TINGKAT KESENJANGANRasio Gini DKI JakartaTahun Jakarta Nasional2011 0,44 0,412012 0,42 0,412013 0,43 0,412014 0,43 0,412015 0,42 0,412016* 0,41 0,402016** 0,397 0,394

* data Maret 2016** data Sept’ 2016

JAKARTA On The Right Track

Pembangunan Jakarta Sudah Tepat

sumber: bps