jika pemko tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor...

22
Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan (PBB-P2) terhadap masyarakat terhitung 1 Januari 2013 lalu, di Bintan pembayaran masih dilakukan di Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pemkab Bintan saat ini masih menyiapkan SDM untuk melakukan pemungutan PBB-P2 tersebut. Berdasarkan Undang-undang nomor 28/2009 tentang pajak dan retribusi, pemerintah pusat telah menyerahkan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk pemungutan pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan/perkotaan (PBB-P2). Untuk menjalankan ketentuan tersebut, pemungutan PBB-P2 sudah bisa dilakukan sejak Januari 2012 dan paling lambat 2014 mendatang. “Atas dasar itu, kami sedang menyiapkan SDM untuk melakukan pemungutan sendiri. Menjelang SDM sudah siap, Pemkab Bintan juga menyosialisasikan kepada masyarakat. Tidak jadi masalah Bintan sedikit terlambat dibandingkan Pemko Tanjungpinang,” ujar Yandrisyah, Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Bintan, Senin (14/1). Menurutnya, Pemkab Bintan akan melakukan pemungutan sendiri untuk pembayaran PBB-P2 itu pada awal 2014 mendatang. Untuk melakukan pemungutan PBB-P2 secara sendiri, Pemkab Bintan masih melengkapi sarana dan prasarana. Baik sistem perangkat lunak (komputerisasi) maupun sarana dan prasarana lain. “Untuk proses pembayaran nanti, mungkin saja tidak melalui BRI lagi seperti sekarang. Itu akan kami bahas,” sebutnya. Sebelumnya, Wakil Bupati Bintan, Khazalik, menyampaikan, objek PBB-P2 di wilayah Bintan cukup potensial dan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Selama ini, PBB dipungut oleh pemerintah pusat dan dikelola oleh negara. Dari pungutan pajak itu, 64,8 persen dikembalikan untuk daerah kabupaten/kota dan 16,2 persen dikembalikan kepada daerah provinsi. Paling lambat 2014 sudah diserahkan sepenuhnya kepada daerah.

Upload: desta-masta

Post on 02-Dec-2015

293 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

nuill

TRANSCRIPT

Page 1: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan (PBB-P2) terhadap masyarakat terhitung 1 Januari 2013 lalu, di Bintan pembayaran masih dilakukan di Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pemkab Bintan saat ini masih menyiapkan SDM untuk melakukan pemungutan PBB-P2 tersebut.

Berdasarkan Undang-undang nomor 28/2009 tentang pajak dan retribusi, pemerintah pusat telah menyerahkan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk pemungutan pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan/perkotaan (PBB-P2).

Untuk menjalankan ketentuan tersebut, pemungutan PBB-P2 sudah bisa dilakukan sejak Januari 2012 dan paling lambat 2014 mendatang.

“Atas dasar itu, kami sedang menyiapkan SDM untuk melakukan pemungutan sendiri. Menjelang SDM sudah siap, Pemkab Bintan juga menyosialisasikan kepada masyarakat. Tidak jadi masalah Bintan sedikit terlambat dibandingkan Pemko Tanjungpinang,” ujar Yandrisyah, Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Bintan, Senin (14/1).

Menurutnya, Pemkab Bintan akan melakukan pemungutan sendiri untuk pembayaran PBB-P2 itu pada awal 2014 mendatang. Untuk melakukan pemungutan PBB-P2 secara sendiri, Pemkab Bintan masih melengkapi sarana dan prasarana. Baik sistem perangkat lunak (komputerisasi) maupun sarana dan prasarana lain.

“Untuk proses pembayaran nanti, mungkin saja tidak melalui BRI lagi seperti sekarang. Itu akan kami bahas,” sebutnya.

Sebelumnya, Wakil Bupati Bintan, Khazalik, menyampaikan, objek PBB-P2 di wilayah Bintan cukup potensial dan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Selama ini, PBB dipungut oleh pemerintah pusat dan dikelola oleh negara. Dari pungutan pajak itu, 64,8 persen dikembalikan untuk daerah kabupaten/kota dan 16,2 persen dikembalikan kepada daerah provinsi. Paling lambat 2014 sudah diserahkan sepenuhnya kepada daerah.

“Untuk penerapan di Bintan, tinggal menyediakan aplikasi sistem informasi, standar pelayanan dan teknis pungutan serta SDM. Perangkat lunak dan keras itu disiapkan menjelang tahun 2014. Salah satunya SDM aparatur sampai ke tingkat desa/kelurahan,” demikian Khazalik.

Page 2: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

Contoh Skripsi PajakPajak adalah salah satu sumber pendapatan Negara yang didapat dari pembayaran masyarakat. Pajak bersifat memaksa dan jika melanggar hukum akan dikenakan sanksi. Ada berbagai macam jenis pajak, yaitu pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain.

 

Jika seorang mahasiswa ingin mmebuat skripsi pajak, dapat mengambil judul skripsi mengenai program pemerintah yang sedang menggalakan pajak penghasilan dan memberi banyak kemudahan jika memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

 

Berikut ini adalah contoh skripsi pajak.

 

1. Membuat judul. Menulis nama judul, nama penulis, nama kampus dan nomor induk mahasiswa. Judul harus yang berkaitan dengan bidang pajak, misalnya Persepsi Masyarakat Terhadap Pajak Penjualan Barang Mewah Terhadap Perkembangan Dunia Teknologi di Indonesia.

 

2. Membuat pendahuluan/latar belakang masalah. Bagaimana metode yang tepat untuk membuat masyarakat dapat memahami sistem pajak penjualan barang mewah.

 

3. Pembahasan masalah. Membuat penjelasan masalah-masalah yang mungkin akan menjadi pro dan kontra.

 

4. Perumusan masalah. Membuat jalan keluar dari masalah-masalah yang mungkin akan timbul baik secara individu maupun kelompok.

 

5. Tujuan dan manfaat penelitian. Menerangkan bahwa pajak penjualan barang mewah akan selalu berdampak langsung pada daya beli masyarakat.

 

 

Page 3: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

6. Metodelogi Penelitian. Dapat menggunakan contoh-contoh barang mewah yang sedang digandrungi masyarakat, misalnya iPad.

 

7. Kerangka berfikir. Membuka pemikiran baru tentang sosialisasi pajak penjualan barang mewah akan memberi pemasukan bagi Negara.

 

8. Landasan Teori. Agar masyarakat yang juga merasa berpartisipasi dalam membangun Negara dengan cara membeli barang mewah yang sudah dikenakan pajak.

 

 

9. Hipotesis. Memberikan jawaban-jawaban yang mungkin akan muncul dengan strategi ini.

 

10. Penutup. Mengemukakan alasan-alasan yang tepat mengapa strategi ini harus diupayakan di Indonesia dan memberikan harapan-harapan yang baik.

 

 

Untuk mempelajari lebih detil mengenai skripsi pajak, berikut ini kami berikan beberapa contoh skripsi pajak. Silahkan di download jika diperlukan.

 

http://female.store.co.id/images/media/pajak - abstrak.pdf

http://female.store.co.id/images/media/pajak - ekonomi - full.pdf

Page 4: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) SEBAGAI PAJAK DAERAH

Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan MasyarakatDirektorat Jenderal PajakNopember 2012

A. Pendahuluan

Pengalihan pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Bentuk kebijakan tersebut dituangkan ke dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Hal ini adalah titik balik dalam pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan. Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB-P2 akan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota).

Tujuan Pengalihan pengelolaan PBB-P2 menjadi pajak daerah sesuai dengan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah:

1. meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah2. memberikan peluang baru kepada daerah untuk mengenakan pungutan baru

(menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah),

3. memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi dengan memperluas basis pajak daerah,

4. memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif pajak daerah, dan

5. menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan pada daerah.

 

Tabel 1: Perbandingan BPHTB pada Undang-undang BPHTB dengan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

  UU BPHTB UU PDRD

Subjek

Orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan

(Pasal 4)

Sama

(Pasal 86 Ayat 1)

Objek Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan

Sama

(Pasal 85 ayat 1)

Page 5: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

(Pasal 2 Ayat 1)

TarifSebesar 5%

(Pasal 5)

Paling Tinggi 5%

(Pasal 88 ayat 1)

NPOPTKP

Paling banyak Rp300 Juta untuk Waris dan Hibah Wasiat

(Pasal 7 ayat 1)

Paling rendah Rp300 Juta untuk Waris dan Hibah Wasiat

(Pasal 87 Ayat 5)

Paling banyak Rp60 Juta untuk Selain Waris dan Hibah Wasiat

(Pasal 7 Ayat 1)

Paling rendah Rp60 Juta untuk Selain Waris dan Hibah Wasiat

(Pasal 87 Ayat 4)

BPHTB Terutang

5% x (NPOP – NPOPTKP)

(Pasal 8)

5% (Maksimal) x (NPOP-NPOPTKP)

(Pasal 89)

Keterangan:

DJP masih melaksanakan BPHTB untuk TA 2010, selanjutnya mulai tahun 2011 BPHTB menjadi tanggung jawab Kab/Kota. (Pasal 182 Ayat 2, UU nomor 28/2009)

Sumber:    Materi Presentasi “Pengalihan PBB-P2 dan BPHTB sebagai Pajak Daerah,” Direktorat Jenderal Pajak. Agustus 2011

 

Tabel 2: Perbandingan PBB pada Undang-undang PBB dengan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

  UU PBB UU PDRD

Subjek

Orang atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasa dan/atau memanfaatkan atas bangunan

(Pasal 4 Ayat 1)

Sama

(Pasal 78 ayat 1 & 2)

Objek

Bumi dan/atau bangunan

(Pasal 2)

Bumi dan/atau bangunan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan (Pasal 77 Ayat 1)

Page 6: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

TarifSebesar 0,5%

(Pasal 5)

Paling Tinggi 0,3%

(pasal 80)

NJKP20% s.d. 100% (PP 25 Tahun 2002 ditetapkan sebesar 20% atau 40%) (Pasal 6)

Tidak Dipergunakan

NJOPTKPSetinggi-tingginya Rp12 Juta

(Pasal 3 Ayat 3)

Paling Rendah Rp10 Juta

(Pasal 77 Ayat 4)

PBB Terutang

Tarif x NJKP x (NJOP-NJOPTKP)

0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP) atau

0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP) (Pasal 7)

Max: 0,3% x (NJOP-NJOPTKP)

(Pasal 81)

Keterangan:

DJP masih bertanggung jawab melaksanakan PBB P2 sampai 31 Desember 2013 sepanjang tidak dilaksanakan oleh Kab/Kota berdasarkan Perda. Namun mulai tahun 2014 pengelolaan PBB menjadi tanggung jawab Kab/Kota.

Sumber:    Materi Presentasi “Pengalihan PBB-P2 dan BPHTB sebagai Pajak Daerah,” Direktorat Jenderal Pajak. Agustus 2011

 

Dengan terbitnya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Daerah kini mempunyai tambahan sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari Pajak Daerah, sehingga saat ini Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari sebelas jenis pajak, yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, dan Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Matriks penambahan jenis Pajak Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel berikut ini:

 

Tabel 3: Perbedaan Jenis Pajak Kabupaten/Kota pada UU No.34/2000 dengan UU No. 28/2009

UU 34/2000 UU 28/2009

1. Pajak Hotel2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan

1. Pajak Hotel2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan

Page 7: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan (PPJ)6. Pajak Parkir 7. Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. C

4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Parkir 7. Pajak Mineral Bukan Logam dan

Batuan (perubahan nomenklatur) 8. Pajak Air Tanah (pengalihan dari

Prov) 9. Pajak Sarang Burung Walet (baru)10. PBB Pedesaan & Perkotaan (baru) 11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan 

Bangunan (baru)

Sumber:    Materi Presentasi “PengalihanPBB-P2 dan BPHTB sebagai Pajak Daerah,” Direktorat Jenderal Pajak. Agustus 2011

 

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pengalihan pengelolaan BPHTB dilaksanakan mulai 1 Januari 2011 dan pengalihan pengelolaan PBB-P2 ke seluruh pemerintahan kabupaten/kota dimulai paling lambat 1 Januari 2014. Kota Surabaya merupakan kota pertama yang menerima pengalihan pengelolaan PBB-P2. Dengan demikian Pemerintah Kota Surabaya menjadi pilot project bagi pelaksanaan pengalihan pengelolaan penerimaan dari sektor PBB-P2. Keberhasilan pemerintah Kota Surabaya dalam mengelola penerimaan dari sektor PBB-P2 dapat menjadi contoh dan acuan bagi pemerintah kabupaten/kota lainnya.

Kemudian, agar terciptanya kelancaran dalam pengelolaan PBB-P2, pemerintah kabupaten/kota harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Kebijakan NJOP agar memperhatikan konsistensi, kesinambungan dan keseimbangan antar wilayah

2. Kebijakan tarif PBB, agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat

3. Menjaga kualitas pelayanan kepada WP, dan

4. Akurasi data subjek dan objek pajak dalam SPPT tetap terjaga

 

Manfaat Pengalihan PBB-P2 dan BPHTB

Dengan pengalihan ini, penerimaan PBB-P2 dan BPHTB akan sepenuhnya masuk ke pemerintah kabupaten/kota sehingga diharapkan mempu meningkatkan jumlah pendapatan asli daerah. Pada saat PBB-P2 dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/kota hanya mendapatkan bagian sebesar 64,8 % dan BPHTB hanya mendapatkan 64%. Setelah pengalihan ini, semua pendapatan dari sektor PBB-P2 dan BPHTB akan masuk ke dalam kas pemerintah daerah. Salah satu contoh daerah yang mengalami kenaikan pendapatan asli daerah pasca pengalihan PBB-P2 dan BPHTB adalah kota Surabaya. Walikota Surabaya, Ir. Tri Rismaharini, MT. menyatakan bahwasanya pada tahun 2010, PAD kota Surabaya hanya Rp.1 Triliun. Di tahun 2011, PAD kota Surabaya akan menjadi Rp.2 Triliun. Beliau

Page 8: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

manambahkan bahwa penyebab kenaikan PAD tersebut berasal dari PBB dan BPHTB. (Media Keuangan Vol. V No. 40/Desember/2010, hal. 8).

Gambar 1: Perbandingan Penerimaan PBB-P2 dan BPHTB Sebelum dan Setelah Pengalihan

Sumber:    Materi Presentasi “PengalihanPBB-P2 dan BPHTB sebagai Pajak Daerah,” Direktorat Jenderal Pajak. Agustus 2011

B. Tahapan pengalihan pengelolaan PBB dan PBHTB

1. PBB

Tabel 4. Jumlah Kab./Kota Penerima Pengalihan Pengelolaan PBB-P2 Tahun 2011-2014

Tahun 2011 2012 2013 2014

Jumlah Kab./Kota

1 17 105 369

Keterangan Kota Surabaya

1.      Kota Depok2.      Kab. Bogor3.      Kota Palembang4.      Kota Bandar

1.         Kota Banda Aceh2.         Kab. Bengkulu

Utara3.         Kab. Lampung

Sisanya

Page 9: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

Lampung5.      Kota Gorontalo6.      Kota Medan7.      Kab. Deli Serdang8.      Kota Palu9.      Kota Pekanbaru10.   Kota Balikpapan11.   Kota Samarinda12.   Kota Pontianak13.   Kab. Sidoarjo14.   Kab. Gresik15.   Kota Semarang16.   Kab. Sukoharjo17.   Kota Yogyakarta

 

Tengah4.         Kab. Way Kanan5.         Kab. Tulang

Bawang Barat6.         Kota Metro7.         Kab. Mukomuko8.         Kab. Muaro Jambi9.         Kab. Batang Hari10.      Kota Tanah Datar11.      Kab. Merangin12.      Kota Padang13.      Kab. Belitung

Timur14.      Kab. Musi

Banyuasin15.      Kota Pangkalpinang16.      Kota Binjai17.      Kab. Serdang

Bedagai18.      Kab. Asahan19.      Kab. Batubara20.      Kab. Labuhanbatu

Utara21.      Kab. Simalungun22.      Kota

Pematangsiantar23.      Kab. Sibolga24.      Kota Tanjungpinang25.      Kota Batam26.      Kab. Indragiri Hulu27.      Kab. Kuantan

Singingi28.      Kab. Kampar29.      Kab. Rokan Hulu30.      Kab. Rokan Hilir31.      Kota Dumai32.      Kab. Pelalawan33.      Kab. Siak34.      Provinsi DKI

Jakarta35.      Kab. Pandeglang36.      Kota Bandung37.      Kota Tasikmalaya38.      Kab. Bandung39.      Kab. Bandung Barat40.      Kota Cimahi41.      Kota Banjar42.      Kab. Sukabumi43.      Kab. Karawang44.      Kab. Bekasi

Page 10: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

45.      Kota Bogor46.      Kab. Majalengka47.      Kota Cirebon48.      Kota Bekasi49.      Kab. Bantul50.      Kab. Sleman51.      Kab. Demak52.      Kab. Batang53.      Kota Rembang54.      Kab. Grobogan55.      Kab. Semarang56.      Kota Tegal57.      Kab. Tegal58.      Kota Pemalang59.      Kota Pekalongan60.      Kab. Pekalongan61.      Kab. Kudus62.      Kab. Banyumas63.      Kab. Klaten64.      Kab. Wonosobo65.      Kab. Temanggung66.      Kota Surakarta67.      Kab. Cilacap68.      Kota Magelang69.      Kab. Magelang70.      Kab. Purworejo71.      Kab. Karanganyar72.      Kab. Kebumen73.      Kab. Boyolali74.      Kota Mojokerto75.      Kab. Mojokerto76.      Kab. Bojonegoro77.      Kab. Tuban78.      Kab. Ponorogo79.      Kab. Jember80.      Kota Kediri81.      Kota Malang82.      Kab. Pasuruan83.      Kota Pasuruan84.      Kab. Kediri85.      Kota Batu86.      Kab. Banyuwangi87.      Kota Probolinggo88.      Kab. Badung89.      Kota Denpasar90.      Kab. Jembrana91.      Kab. Tabanan92.      Kab. Lombok Barat93.      Kota Mataram94.      Kab. Kubu Raya

Page 11: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

95.      Kota Tarakan96.      Kota Bontang97.      Kab. Berau98.      Kab. Kutai Barat99.      Kota Banjarmasin100.   Kab. Katingan101.   Kab. Gowa102.   Kab. Kolaka103.   Kota Makassar104.   Kab. Mimika105.   Kab. Fak Fak

Sumber: Data Direktorat Jenderal Pajak

 

Pada tahun 2011 hanya Kota Surabaya yang telah mendapatkan pengalihan atas pengelolaan PBB dari sektor perkotaan dan perdesaan.Kota ini merupakan satu-satunya kota yang telah siap melakukan pengelolaan PBB dari sektor P2 tersebut. Untuk tahun 2012, 17 kab./kota telah menyatakan diri siap untuk mengelola PBB dari sektor P2. Kemudian, sebanyak 105 kab./kota telah menyatakan kesiapannya dalam mengelola PBB sektor P2. Dan pada tahap terakhir, diharapkan seluruh kab./kota yang belum menerima pengalihan pengelolaan PBB sektor P2 (sebanyak 369 kab./Kota) sudah mempersiapkan diri untuk menerima pengalihan tersebut sehingga diharapkan pada tahun 2014 seluruh kab./kota di Indonesia sudah sepenuhnya melakukan pengelolaan PBB sektor P2 nya masing-masing.

 

2. BPHTB

Sejak tanggal 1 Januari 2011, setiap pemerintah Kab./kota telah menerima pengalihan pengelolaan BPHTB dari pemerintah pusat.

 

C. Tugas Para Pihak dalam Pengelolaan PBB dan BPHTB

Pihak-pihak yang berperan dalam persiapan pengalihan PBB-P2 seperti tercantum pada Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri adalah Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan Pemerintah Daerah. Tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak dijabarkan sebagai berikut:

1. Pemerintah Pusat (DJP dan DJPK)

Tugas dan tanggung jawab Pemerintah Pusat dipikul bersama oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK). DJP bertugas dan bertanggung jawab dalam memberikan Pemerintah Daerah hasil kompilasi berupa:

1. Peraturan Pelaksanaan PBB-P2,2. Standard Operating Procedure (SOP) terkait PBB-P2,

Page 12: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

3. Struktur, tugas, dan fungsi organisasi Direktorat Jenderal Pajak terkait pemungutan PBB-P2,

4. Data piutang PBB-P2 beserta data pendukungnya,

5. SK Menkeu mengenai Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) yang berlaku dalam kurun wakti 10 tahun sebelum tahun pengalihan,

6. Salinan Peta Desa/Kelurahan, Peta Blok, dan Peta Zona Nilai Tanah dalam bentuk softcopy,

7. Salinan basis data PBB-P2 sebelum Tahun Pengalihan,

8. Salinan Sistem Aplikasi terkait PBB-P2 beserta source code-nya.

 

Terkait dengan tugas dan tanggung jawab DJP tersebut, DJP telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. menyampaikan salinan Peraturan BPBHTB dan PBB-P22. menyampaikan Standard Operating Procedures Pengelolaan BPHTB dan PBB-P2

3. menyampaikan Struktur, Tugas dan Fungsi Pengelolaan BPBHTB dan PBB-P2

4. menyampaikan Data Tunggakan BPHTB dan PBB-P2

5. menyampaikan Data NJOP, NJOPTKP, NPOPTKP, Peta, SISMIOP

6. Aplikasi SISMIOP dan sourcecode

7. sosialisasi ke Stakeholder (Wajib Pajak, Kantor Pertanahan, Kantor Lelang, Bank, Pemerintah Daerah)

8. asistensi ke Pemerintah Daerah

 

Kemudian, tugas dan tanggung jawab DJPK adalah:

1. menggandakan hasil kompilasi tersebut untuk kemudian diserahkan kepada Pemerintah Daerah,

2. melakukan pemantauan dan pembinaan pelaksanaan pengalihan kewenangan pemungutan PBB-P2 ke Pemerintah Daerah.

 

2. Kementerian Dalam Negeri

Tugas dan tanggung jawab Kementerian Dalam Negeri dilaksanakan bersama oleh Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Keuangan Daerah, dan Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Dalam Negeri. Tugas dan tanggung jawab tersebut dilakukan dalam bentuk:

Page 13: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

1. penyiapan pedoman struktur organisasi dan tata kerja pemerintah daerah,2. pemberian bimbingan, konsultasi, pendidikan dan pelatihan teknis, dan

3. pelaksanaan supervisi dalam rangka pengalihan kewenangan pemungutan PBB-P2.

 

3. Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah bertugas dan bertanggung jawab menyiapkan:

1. sarana dan prasarana,2. struktur organisasi dan tata kerja,

3. sumber daya manusia,

4. Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, dan SOP,

5. kerja sama dengan pihak terkait, antara lain, Kantor Pelayanan Pajak, perbankan, Kantor Pertanahan, dan Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah, dan

6. pembukaan rekening penerimaan PBB-P2 pada bank yang sehat.

 

Matriks persiapan (tugas dan tanggung jawab) Pemerintah Daerah terkait dengan pengelolaan PBB-P2 adalah sebagai berikut:

 

Page 14: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

Tabel 5: Matriks Persiapan Pemerintah Daerah Terkait Pengelolaan PBB-P2

Sumber:    Materi Presentasi “Pengalihan PBB-P2 Sebagai Pajak Daerah,” Direktorat Jenderal Pajak. Juni 2012

 

Sehubungan dengan persiapan tersebut, Pemerintah Daerah dapat mengadopsi beberapa hal dimiliki dan telah dilakukan oleh Pemerintah Pusat (DJP) sebagai berikut:

1. Sistem administrasi PBB (pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan),

2. Kebijakan/peraturan dan SOP pelayanan,

3. Peningkatan keahlian Sumber Daya Manusia (Aparatur) melalui pelatihan,

4. Sistem manajemen informasi objek pajak.

 

Sehubungan dengan persiapan sarana dan prasarana Teknologi Informasi, Pemerintah Daerah dapat mempersiapkan kelengkapan sarana dan prasarana Teknologi Informasi seperti yang telah dimiliki oleh Pemerintah Pusat (DJP) sebagai berikut:

 

Page 15: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

Tabel 6: Kebutuhan Sarana dan Prasarana Teknologi Informasi

Sumber:    Materi Presentasi “PengalihanPBB-P2 dan BPHTB sebagai Pajak Daerah,” Direktorat Jenderal Pajak. Agustus 2011

 

Sebagai contoh pelaksanaan, Pemerintah Daerah/Kota yang belum menerima pengalihan pengelolaan PBB-P2 dapat mempelajari dan meniru persiapan yang telah dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya sebagai berikut:

1. membangun kerja sama dengan semua pihak yang terkait dengan pengalihan PBB-P2 dan BPHTB seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN), Notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), dan Dispenda dari tingkat kota sampai dengan kelurahan, serta Kantor Wilayah Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak yang ada di Surabaya,

2. membuat peraturan daerah mengenai PBB-P2 dan BPHTB,

3. menyiapkan struktur organisasi dan tata kerja. Dalam hal ini Pemkot Surabaya sudah menyiapkan Standard Operational Procedure (SOP),

4. menyiapkan Sumber Daya Manusia dengan training dan memagangkan staf-stafnya secara bergantian, dari tingkat kota sampai dengan tingkat kelurahan, dan

5. dari sisi sarana dan prasarana, Pemkot Surabaya telah menyiapkan 8 cabang Dinas Pendapatan, 8 mobil keliling PBB, serta 31 Kantor Kecamatan yang bekerja sama dengan bank swasta, melakukan pengadaan peralatan dan pengadaan barang percetakan, serta menyiapkan aplikasi pendataan yang online dengan data yang dimiliki oleh BPN dan notaris PPAT.

 

Penutup/Kesimpulan

Page 16: Jika Pemko Tanjungpinang sudah memungut secara langsung pajak bumi dan bangunan serta sektor pedesaan perkotaan.doc

Sebagaimana diamanatkan oleh UU PDRD, PBB Perdesaan dan Perkotaan diserahkan kepada Pemerintah Daerah (Kab./Kota) selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2013. Dengan demikian, maka mulai Tahun pajak 2014, PBB P2 menjadi Pajak Kab./Kota. Untuk dapat memungut PBB P2, maka salah satu hal yang harus dilakukan oleh Pemda adalah menyiapkan Peraturan Daerah dan peraturan pelaksanaannya..

Bagi daerah yang belum siap menjalankan pengalihan pengelolaan PBB-P2 dan BPHTB pada akhir tahun 2013, daerah tersebut akan berpotensi kehilangan salah satu sumber pendapatan asli daerah karena pada saat itu pemerintah pusat sudah tidak boleh melakukan pemungutan terhadap kedua jenis pajak tersebut, sesuai dengan amanat pada pasal 180 Undang-undang  Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Oleh karena itu, menjelang pelaksanaan penuh pengalihan pengelolaan PBB-P2 dan BPHTB, daerah dituntut untuk mempersiapkan diri.

Peraturan Terkait:

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2. Peraturan Bersama Menteri Keuangan Menteri Dalam Negeri Nomor 213/PMK.07/2010 dan Nomor 58 Tahun 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah.

3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2010 tentang Tata Cara Persiapan Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah.