pulmonologie

32
BAB III LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PENDERITA Nama : IWD Umur : 57 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Suku : Bali Agama : Hindu Pendidikan : Tidak tamat SD Status Perkawinan : Sudah menikah Pekerjaan : Tidak bekerja Alamat : Jl. Merpati Gang V no. 27 Denpasar Tanggal MRS : 05 Juli 2013 Tanggal Kunjungn : 17 Agustus 2013 II. ANAMNESIS Keluhan utama : sesak nafas a. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke IRD RSUP SANGLAH dengan keluhan sesak nafas sejak 3 hari terakhir dan memburuk sejak 1 hari SMRS . Pasien mengatakan sudah memiliki sesak nafas sejak lama, lebih dari 10 tahun. Sesak nafas timbul secara mendadak tanpa didahului oleh aktivitas fisik 1

Upload: michelle-hutahuruk

Post on 02-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

medical interna

TRANSCRIPT

Page 1: pulmonologie

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : IWD

Umur : 57 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku : Bali

Agama : Hindu

Pendidikan : Tidak tamat SD

Status Perkawinan : Sudah menikah

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Jl. Merpati Gang V no. 27 Denpasar

Tanggal MRS : 05 Juli 2013

Tanggal Kunjungn : 17 Agustus 2013

II. ANAMNESIS

Keluhan utama : sesak nafas

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IRD RSUP SANGLAH dengan keluhan sesak nafas

sejak 3 hari terakhir dan memburuk sejak 1 hari SMRS . Pasien

mengatakan sudah memiliki sesak nafas sejak lama, lebih dari 10

tahun. Sesak nafas timbul secara mendadak tanpa didahului oleh

aktivitas fisik yang berat, sesak mulanya terasa ringan, tidak pernah

hilang dan makin lama dirasakan semakin memberat. Sesak nafas

dirasakan terus-menerus sepanjang hari saat pasien menarik nafas

dalam-dalam. Sesak nafas dirasakan seperti tertekan sampai membuat

pasien merasa tidak bisa bernafas dan pasien mengeluh tidak bisa

tidur. Sesak tidak dipengaruhi oleh posisi dan juga tidak membaik

dengan perubahan posisi. Pasien juga mengeluh sesak nafas terkadang

disertai dengan bunyi ngik-ngik. Sesak nafas juga membuat pasien

menjadi lemas, sehingga mengganggu aktivitas pasien sehari-hari.

1

Page 2: pulmonologie

Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 4 hari SMRS dan semakin

lama dirasakan bertambah berat. Batuk pada awalnya tidak berdahak,

namun batuk mulai bertambah berat seiring dengan munculnya sesak

napas dan disertai dahak. Batuk dirasakan pasien terus-menerus

sepanjang hari dengan dahak kental berwarna putih. Pasien

mengatakan sulit untuk mengeluarkan dahak dan tenggorokan terasa

gatal. Batuk dengan dahak berdarah disangkal oleh pasien.

Pasien tidak mengeluh demam. Pasien mengeluh mual dan

muntah. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang sedikit, tetapi

menyangkal adanya penurunan berat badan, serta berkeringat pada

malam hari. BAK pasien dikatakan biasa, dengan frekuensi berkemih

sekitar 4-5 kali dalam sehari, volume tiap berkemih ± ¾ hingga 1

gelas, warna jernih kekuningan. BAB pasien juga dikatakan biasa,

frekuensi 1-2 kali sehari, warna kecokelatan, konsistensi padat.

b. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Pasien sudah pernah dirawat di RS Wangaya sebanyak 2 kali dengan

keluhan yang sama, dan juga di RS Sanglah 2 kali, dan didiagnosis

PPOK sejak 3 tahun yang lalu. Rawat inap terakhir kali dikatakan 1

bulan yang lalu karena keluhan sesak dan batuk. Sesak berkurang

setelah diberikan obat sirup Salbutamol dan Metilprednisolon tablet

tapi kemudian kambuh kembali. Pasien juga memiliki riwayat

gangguan depresi sejak 7 tahun yang lalu. Selain itu Pasien juga

memiliki riwayat penyakit jantung dan hipertensi sejak 3 tahun yang

lalu. Riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, dan ginjal

disangkal oleh pasien.

c. Riwayat Pengobatan

Pasien minum sirup Salbutamol dan Metilprednisolon tablet setiap 1

kali sehari. Pasien pernah dirawat sebanyak 2 kali di RS Wangaya

karena keluhan sesak. Pasien rutin minum obat untuk sesak nafas dan

kontrol ke Poli RS Wangaya. Pasien juga mengaku meminum obat anti

2

Page 3: pulmonologie

depresi sejak 7 tahun yang lalu yaitu risperidon tablet 1 kali sehari,

trihexyphenidil tablet ¼ kali sehari, dan kalxetin tablet 2 kali sehari.

Untuk penyakit jantung dan hipertensi yang dideritanya pasien

mengaku mengkonsumsi clopidogrel, captropil 3 x 12,5 mg dan asam

asetil salisilat.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan sama seperti

pasien saat ini. Keluhan batuk dan sesak di anggota keluarga banyak

terdapat pada keluarga pasien. Riwayat asma ataupun alergi pada

keluarga juga disangkal pasien, tetapi ayah pasien dikatakan meninggal

karena sakit jantung.

e. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tidak bekerja selama kurang lebih 8 tahun dan mengaku

dulunya bekerja sebagai supir angkutan desa dan sempat bekerja

sebagai pembuat taji ayam. Pasien memiliki riwayat merokok dan

sudah berhenti sejak 9 tahun yang lalu. Pasien mengaku mulai

merokok sejak berumur 17 tahun dan sudah merokok kurang lebih

selama 31 tahun. Dulu pasien mengkonsumsi rokok sampai 2 bungkus

per hari. Pasien mengaku sekarang tidak pernah lagi merokok. Di

dalam lingkungan rumah dikatakan ada yang memiliki kebiasaan

merokok yaitu anak pasien namun hanya sesekali saja.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Present :

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis(GCS : E4V5M6 )

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Nadi : 88 x/ menit

RR : 20x/mnt

Suhu badan : 36,7º C

3

Page 4: pulmonologie

Tinggi badan : 170 cm

Berat badan : 60kg

BMI : 20,76 kg/m2

Status general :

Mata : Anemis -/- , ikterus -/- , refleks pupil +/+ isokor

THT : Tonsil T1/T1, hiperemi (-), lidah normal, sianosis (-)

Leher : pembesaran kelenjar (-), JVP PR + 0 cmH2O

Toraks

Toraks Depan

1. Inspeksi

Simetri toraks : simetris Bentuk toraks : barrel chest

Pergerakan saat napas : simetris Kulit : normal

Denyut iktus kordis : tak tampak Retraksi : tidak ada

Sela iga : melebar

2. Palpasi

Pergerakan napas : simetris Iktus kordis : teraba

Vokal fremitus : VF Normal Lokalisasi : MCL sinistra

Kulit : hangat

Otot : normal Luasnya : terlokalisir

Tulang : normal Irama : teratur

3. Perkusi

Paru Jantung

Batas bawah kanan : ICS VI Batas atas : ICS II

Batas bawah kiri : ICS VII Batas kiri : MCL sinistra

Pergerakan : normal Batas kanan : PSL dekstra

Perbandingan perkusi : hipersonor / hipersonor

4

Page 5: pulmonologie

4. Auskultasi

Paru Jantung

Suara napas : vesikuler +/+ Bunyi jantung S1S2 tunggal, reguler

Suara napas tambahan Murmur : tidak ada

Ronkhi : -/-, pada basal paru

Wheezing : +/+, ekspirasi memanjang

Toraks Belakang

1. Inspeksi

Bentuk : simetris Otot : N/N

Pergerakan : simetris Kulit : N/N

Tulang : N/N

2. Palpasi

Vokal fremitus : VF Normal Nyeri tekan : -/-

Tulang : N/N Otot : N/N

3. Perkusi

Batas bawah kanan : Th IX

Batas bawah kiri : Th IX

4. Auskultasi

Suara napas : vesikuler +/+

Suara napas tambahan

Ronkhi : -/-

Wheezing : +/+ pada basal paru

Abdomen

Inspeksi : distensi (-), meteorismus (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : nyeri tekan (-)

5

Page 6: pulmonologie

Hepar / lien tidak teraba

Perkusi : timpani (+), ascites (-)

Ekstremitas :

akral hangat + + Edema - -

+ + - -

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah lengkap

Parameter Result Unit Remarks Reference range

WBC 14,54 103/μL H 4,5 – 11,00

Ne 89,36% 12,99 103/μL H 47,00 – 80,00

Ly 6,728% 0,97 103/μL L 13,0 – 40,0

Mo 3,737% 0,54 103/μL 2,00 – 11,00

Eo 0,03% 0,00 103/μL 0,00 – 0,50

Ba 0,10% 0,02 103/μL 0,0 0 – 2,00

RBC 5,163 106/μL 4,50 – 5,90

HGB 15,76 g/dL 12,00-16,00

HCT 49,48 % 36,00-46,00

MCV 95,83 Fl 80,00 – 100,00

MCH 30,52 Pg 26,00 – 34,00

MCHC 31,84 g/dL 31,00 – 36,00

RDW 13,23 % 11,60 – 14,90

PLT 397,60 103/μL 150,0 – 440,0

MPV 4,898 fL 0,00 – 100,00

Leukositosis

Kimia Klinik

Parameter Result Unit Remarks Reference range

SGOT 19,80 U/L 11,00 – 33,00

SGPT 15,10 U/L 11,00 – 50,00

BUN 11,00 mg/dL 10,00 – 23,00

Creatinine 1,05 mg/dL 0,50 – 1,20

Random 123,00 mg/dL 70,00 – 140,00

6

Page 7: pulmonologie

blood glucose

Analisis Gas Darah

Parameter Result Unit Remarks Reference rangePh 7,44 - 7,35 – 7,45

pCO2 37,00 mmHg 35,00 – 45,00

pO2 105,00 mmHg H 80,00 – 100,00

HCO3- 25,10 mmol/L 22,00 – 26,00

TCO2 26,20 mmol/L 24,00 – 30,00

BE(B) 0,90 mmol/L -2 – 2

SO2c 98,00 % --

Natrium 136,00 Mmol/L 136,00 – 145,00

Kalium 3,70 Mmol/L 3,50 – 5,10

Foto Toraks PA

a. Cor : CTR 48,6%, besar dan bentuk normal

b. Pulmo :

- Tidak tampak infiltrat

- Tampak hiperaerated pada kedua lapang paru, sela iga melebar

c. Sinur pleura kanan dan kiri tajam

d. Diafragma kanan dan kiri normal

e. Tulang-tulang tak tampak kelainan

Kesan:

1. Emphysematous lung

Elektrokardiografi

7

Page 8: pulmonologie

Irama : sinus

HR : 88 kali/menit

Axis : normal

Gelombang P : normal

Kompleks QRS : normal

ST-T change : tidak ada

Kesimpulan : normal sinus rhythm

Spirometry :

FVC 1,28 (47%pred)

FEV1 0,73 (32%pred)

FEV1/FVC 0,53

V. DIAGNOSIS KERJA

8

Page 9: pulmonologie

- PPOK eksaserbasi akut

- ISPA

- Suspek Gangguan Depresi dd/ cemas

VI. PENATALAKSANAAN

a. Terapi

- MRS

- Oksigen 2 liter/menit (nasal canule)

- IVFD NaCl 12 tetes/menit

- Diet rendah karbohidrat

- Nebuliser Salbutamol + Ipratropium bromide @ 8 jam

- Metilprednisolone 2 x 62,5 mg

- Azithromycin 1 x 500 mg

- Ambroxol syrup 3 x 15 ml

b. Rencana diagnostik:

- Sputum gram / kultur / sensitivity test

- spirometri

c. Rencana monitoring:

- Tanda vital

- Keluhan

9

Page 10: pulmonologie

BAB IV

DISKUSI HASIL KUNJUNGAN RUMAH

3.1 Daftar Permasalahan

Adapun sejumlah permasalahan yang masih menjadi kendala penderita dalam hal

menghadapi penyakitnya antara lain:

1. Pasien masih kurang paham dengan penyakitnya, gejala-gejala eksaserbasi

akut, dan penanganannya.

2. Pasien tinggal di lingkungan yang padat penduduk, dan di rumah yang padat

penghuni (8 orang) dengan ventilasi rumah yang kurang baik terutama di

kamar tempat pasien tidur.

3. Terdapat tetangga pasien yang sedang membangun rumah sehingga debu pasir

dapat beterbangan dan menjadi faktor risiko terpaparnya pasien terhadap

faktor risiko eksaserbasi.

4. Pasien memiliki anggota keluarga yang masih merokok yaitu anak pasien

sehingga walaupun pasien tidak merokok lagi namun pasien kadang-kadang

terpapar asap rokok sebagai perokok pasif.

5. Tetangga pasien juga memiliki pekerjaan sebagai tukang pembuat minyak dari

kelapa dengan bahan bakar kayu api sehingga asapnya sering terkena rumah

pasien.

3.2 Analisis Kebutuhan Penderita

3.2.1 Kebutuhan Fisik-Biomedis

a. Kecukupan Gizi

Nutrisi Harian Pasien

Jenis Jumlah Jadwal/hari Jadwal/minggu

Karbohidrat

Nasi

Roti

Mie

Lainnya

1 gelas

-

-

-

3 kali

-

-

-

21 kali

-

-

-

10

Page 11: pulmonologie

Protein

Hewani

Nabati

Sayur

Buah

Susu

1 potong

2 potong

½ gelas

1 buah

1 gelas

2 kali

1 kali

3 kali

1 kali

1 kali

14 kali

7 kali

21 kali

3 kali

7 kali

Menurut pengakuan pasien, dalam sehari pasien makan tiga kali. Lauk

yang disiapkan oleh menantunya dikatakan tidak selalu sama, namun dapat

dibuat gambaran umum menu untuk masing-masing jadwal makan sebagai

berikut:

- Sarapan : nasi, tempe/tahu, sayur, susu

- Makan siang : nasi, daging ayam, sayur

- Makan malam : nasi, tempe/tahu atau ikan laut, sayur

Pasien sesekali makan buah diantara waktu makan besar, tergantung dari

ketersediaan buah tersebut. Buah-buahan yang sering dikonsumsi pasien

seperti pisang.

Analisis Kebutuhan Kalori

Kebutuhan kalori pasien dapat dihitung dengan menggunakan rumus

Brocca dengan pertama-tama menentukan berat badan ideal (BBI).

BBI = (TB – 100) – 10% x 1kg

= (170 – 100) – 10% x 1kg

= 63 kg.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan, berat badan pasien

saat ini adalah 60 kg dengan BMI = 20,761, atau dengan kata lain 95,2%

dari BBI, pasien termasuk kategori normal. Selanjutnya dilakukan

penghitungan kebutuhan kalori basal dan penyesuaian terhadap

kebutuhan kalori pasien sesuai kondisi pasien.

1. Kebutuhan kalori basal (jenis kelamin laki-laki)

= BBI x 30 kalori

= 63 x 30 kalori = 1890 kalori

11

Page 12: pulmonologie

2. Penyesuaian

a. Usia 57 tahun, maka dikurangi 10% dari kebutuhan kalori

basal

10% x 1890 kalori = 189 kalori

b. Tingkat aktivitas ringan, maka dikurangi 10% dari

kebutuhan kalori basal

10% x 1890 kalori = 189 kalori

c. Berat badan normal

Total kebutuhan kalori pasien dalam satu hari adalah 1890 kalori – 189

kalori - 189 kalori, yaitu 1512 kalori/hari.

Untuk memudahkan perhitungan maka dipakai kebutuhan kalori

penderita adalah 1500 kalori/hari.

Distribusi Makanan

Jumlah kalori per hari pasien ini dibagi dalam 3 porsi makan utama dan 2

porsi makanan selingan, yaitu:

a. Makan pagi : 20% x 1500 kalori = 300 kalori

b. Makan siang : 30% x 1500 kalori = 450 kalori

c. Makan malam : 25% x 1500 kalori = 375 kalori

d. Asupan di sela makan pagi dan siang : 15% x 1500 = 225 kalori

e. Asupan di sela makan siang dan malam : 10% x 1500 = 150 kalori

Distribusi makanan berdasarkan komponen makanan adalah:

Waktu

makanTotal

Karbohidrat

(50% x kalori)

Protein

(20% x kalori)

Lemak

(30% x kalori)

Makan Pagi 300 kalori 150 kalori 60 kalori 90 kalori

Makan Siang 450 kalori 225 kalori 90 kalori 135 kalori

Makan Malam 375 kalori 187,5 kalori 75 kalori 112,5 kalori

Selingan 1 225 kalori

Selingan 2 150 kalori

12

Page 13: pulmonologie

Pemilihan Jenis Makanan

Dengan penghitungan tersebut maka dicoba untuk memberikan

suatu pola jadwal yang mencakup pilihan jenis makanan dan jumlah

makanan. Perhitungan di atas sudah disesuaikan dengan kondisi penyakit

pasien, dimana pasien membutuhkan diet rendah karbohidrat untuk

mencegah timbulnya gejala eksaserbasi akut.

Berdasarkan data dari poliklinik gizi RSUP Sanglah maka penulis

mencoba menyusun pola makanan yang sudah diubah ke dalam bentuk

ukuran yang dapat dimengerti oleh pasien. Pemilihan jenis makanan pun

disesuaikan dengan makanan yang tersedia dan terjangkau bagi pasien.

Waktu Makan

Karbohidrat Protein Lemak

Makan Pagi Roti putih tawar: 3 iris Nasi putih: 3/4 gelasSingkong: 1,5 potongMi basah : 2 gelasBiskuit: 4 buah besar+Jeruk manis 1 buah

Protein hewaniAyam tanpa kulit 1 potong sedangTeri kering 1 sdmPutih telur ayam 2 btr

Protein NabatiKacang hijau 1,5 sdmKacang tanah 1,5 sdmTahu 0,5 potong besarTempe 1,5 potong sedang

Telur ayam 1 butirTelur bebek asin 1 butirHati ayam 1 buah sedangBebek ½ potong sedangDaging ayam dengan kulit ½ ptng sedang

Selingan 1 Biskuit 4 buah besarKentang 2 buah sedangRoti putih 3 irisSusu sapi 1 gelas + biskuit 1 buah besar

Makan siang Nasi putih 1,25 gelasRoti tawar 5 irisMi basah 3,5 gelas

Protein hewaniAyam tanpa kulit 2 potong sedangTeri ke v ring 2 sdmPutih telur ayam 4 btr

Telur ayam 2 butirTelur bebek asin 2 butirHati ayam 2 buah sedangBebek 1 potong sedang

13

Page 14: pulmonologie

Protein NabatiKacang hijau 2,5 sdmKacang tanah 2,5 sdmTahu 1,5 potong besarTempe 3 potong sedang

Daging ayam dengan kulit 1 ptng sedang

Selingan 2 Biskuit 4 buah besar 1 potong besar pepayaRoti putih 3 sisir + 2 buah jerukSingkong 1,5 potong ¾ buah mangga besar

Makan Malam

Nasi putih 1 gelasRoti tawar 4 irisMi basah 2,5 gelas+

Pepaya ½ potong besarJeruk manis 1 buah

Protein hewaniAyam tanpa kulit 1,5 potong sedangTeri kering 1,5 sdmPutih telur ayam 3 btr

Protein NabatiKacang hijau 2sdmKacang tanah 2 sdmTahu 1 potong besarTempe 2 potong sedang

Telur ayam 1,5 butirTelur bebek asin 1,5 butirHati ayam 1,5 buah sedangBebek 3/4 potong sedangDaging ayam dengan kulit 3/4 ptng sedang

b. Akses Pelayanan Kesehatan

PPOK merupakan penyakit kronis yang dapat kambuh bila ada faktor

pencetus bahkan dapat menyebabkan kematian. Pasien tinggal di seputaran

monang-maning, Kota Denpasar, akses pelayanan kesehatan cukup mudah

dijangkau. PUSKESMAS, RSUD Wangaya, rumah sakit Balimed ataupun

RSUP Sanglah sebagai pusat layanan kesehatan terdekat. Biasanya pasien

mengontrol kondisi kesehatannya ke poliklinik RSUD Wangaya. Akses

pelayanan yang dekat memberikan kemudahan bagi pasien terutama saat

sesak napasnya kambuh. Pasien juga ada transportasi motor untuk mencapai

tempat pelayanan kesehatan terdekat. Sampai saat ini pasien hanya 2 kali

saja mengalami sesak yang sampai harus dibawa ke rumah sakit untuk rawat

inap.

14

Page 15: pulmonologie

c. Lingkungan

Saat ini pasien tinggal bersama istri, 3 orang anak perempuan, 2 orang anak

laki-laki dan 1 orang cucu perempuan. Pasien beserta anak-anaknya tinggal di

1 bangunan yang sama. Pasien tinggal di rumah dengan luas bangunan dan

pekarangan sekitar 2,5 are. Rumah pasien berhimpitan dengan rumah-rumah

di sekitarnya. Keadaan rumah pasien tergolong kurang layak untuk dihuni.

Lantai rumah pasien terbuat dari semen dan beratapkan genteng. Tempat

tinggal pasien terdiri dari 4 kamar yang terpisah, 1 buah dapur, 1 ruangan

keluarga, 1 toilet, terdapat sumur dan padmasana. Kamar tidur pasien

berukuran 4 x 2,5 m2. Kamar tidur pasien tertutup dan tidak memiliki

ventilasi sehingga cahaya matahari tidak dapat masuk ke kamar pasien.

Kamar pasien juga dekat dengan dapur. Kadang-kadang keluarga pasien

meletakkan dupa di dalam kamar saat sembahyang dan pada saat yang

bersamaan pasien sedang menonton televisi atau sedang beristirahat bersama

cucunya. Kamar Sumber air minum dan air MCK untuk keluarga pasien

adalah dari air PDAM. Di rumah tersebut, terdapat 1 dapur dengan 2 kompor.

3.2.2 Kebutuhan Bio-psikososial

a. Lingkungan Biologis

Dalam lingkungan biologis/keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan

hal serupa seperti dialami pasien. Kondisi imun pasien sangat penting dalam

timbulnya kekambuhan pada penyakit pasien. Lingkungan yang kurang

mendukung serta kecukupan gizi yang tidak sesuai diduga menjadi faktor

penting kambuhnya penyakit pasien.

Kondisi rumah pasien dimana ventilasinya kurang memadai tidak

mendukung untuk perbaikan kondisi kesehatan pasien. Selain itu, rendahnya

aliran udara di dalam rumah pasien akibat minimnya ventilasi meningkatkan

risiko penyebaran penyakit menular yang bersifat airborne di kalangan

anggota keluarga menjadi lebih mudah.

15

Page 16: pulmonologie

Kecukupan gizi pasien masih tergolong dalam kondisi gizi sedang. Namun

demikian pola makan pasien tetap perlu diperhatikan sesuai dengan ketentuan

diet yang tepat bagi penderita PPOK, yaitu diet dengan rendah karbohidrat.

b. Faktor Psikososial dan Kultural

Pasien sudah tidak memiliki tanggung jawab menghidupi keluarganya

untuk mencari nafkah. Pasien sudah tidak bekerja selama 7 tahun dan hanya

diam dirumah saja bersama cucu dan anaknya. Sebagian besar biaya untuk

kebutuhan sehari-hari ditopang oleh anak-anak dan istrinya. Istri pasien

bekerja sebagai penjual canang di lingkungan rumahnya dan anak-anaknya

juga sudah bekerja. Pasien mengaku dari pendapatan istri dan anak pasien

tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien.

Semenjak pasien sakit pasien tidak pernah mengikuti kegiatan social di

banjar maupun kegiatan di sekitar tempat tinggal pasien. Pasien hanya diam

dirumah sepanjang hari. Pasien juga jarang berekreasi ataupun bersilaturahmi

ke keluarga pasien atau teman-teman pasien.

Anggota keluarga pasien, terutama yang ikut tinggal serumah dengan

pasien, cukup memahami kondisi pasien saat ini, serta cukup mendukung

kesembuhan pasien. Secara umum putra pasien dan keluarganya memahami

gambaran besar mengenai penyakit pasien serta ikut menjaga supaya penyakit

pasien tidak kambuh. Sebagai contoh, putra pasien memilih untuk tidak

merokok di dalam rumah atau dimanapun dekat pasien berada untuk

menghindari kambuhnya penyakit pasien akibat asap rokok.

3.3 Saran dan KIE

a. Pasien lebih mengetahui tentang penyakitnya, faktor-faktor risiko yang harus

dihindari untuk mencegah eksaserbasi penyakitnya, serta mengenali gejala

eksaserbasi akut dan cara menanganinya.

KIE yang diberikan:

- PPOK merupakan penyakit menyerang paru yang bersifat kronis dan

dapat kambuh (mengalami eksaserbasi) apabila ada pencetus.

16

Page 17: pulmonologie

- Faktor-faktor risiko pemicu eksaserbasi akut PPOK pada pasien ini:

kebiasaan merokok, paparan terhadap debu dan asap, sirkulasi udara

dalam rumah yang kurang baik.

- Untuk mencegah kekambuhan pasien dapat mengenakan masker atau

kain penutup hidung dan mulut saat bepergian keluar rumah serta dalam

setiap kondisi menghindari terpapar dari asap (saat pembakaran sampah,

pada ruangan tertutup dengan dupa menyala saat sembahyang, dll).

- Gejala-gejala eksaserbasi akut yang muncul dapat berupa : sesak napas,

produksi mucus yang meningkat, laju pernapasan yang meningkat serta

dapat disertai batuk-batuk yang semakin sering sebelum terjadinya

eksaserbasi.

- Jika terjadi gejala eksaserbasi akut yang telah dijelaskan tersebut,

langkah awal yang dapat dilakukan pasien adalah menggunakan inhaler

terbutaline/salbutamol yang sudah tersedia dirumah pasien dan cepat

menuju ke pusat pelayanan kesehatan terdekat jika kondisi pasien

memburuk.

b. Ventilasi udara di rumah pasien perlu dimaksimalkan penggunaannya, agar

udara bersih dapat masuk dengan lebih efektif.

KIE yang diberikan:

- ventilasi yang tidak efektif tidak hanya menimbulkan rasa tidak nyaman

bagi anggota keluarga namun juga meningkatkan risiko kambuhnya

penyakit pada pasien.

- jendela-jendela kamar perlu lebih sering dibuka terutama pada pagi hari

agar sirkulasi udara berjalan dengan baik.

- Bersamaan dengan itu perlu diperhatikan pula kebersihan ventilasi udara

(bebas dari kotoran pada kain kasa, sarang laba-laba, dll).

c. Pasien sebaiknya menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar dan jangan

membiarkan diri bekerja sampai badan terlalu lelah.

KIE yang diberikan:

- Pasien dapat tetap bekerja namun harus selalu memperhatikan untuk

istirahat secara berkala.

17

Page 18: pulmonologie

- Tidak memaksakan diri untuk bekerja kapanpun pasien merasa kondisi

tubuhnya menurun.

d. Mengikuti pola makan yang baik dengan gizi seimbang sesuai dengan pola

yang telah dianjurkan.

KIE yang diberikan:

- Karbohidrat merupakan sumber tenaga yang baik dan utama bagi tubuh,

namun pasien dengan PPOK perlu membatasi asupan karbohidrat karena

konsumsi karbohidrat yang berlebihan dapat memicu eksaserbasi akut.

- Makanan sumber karbohidrat yang baik dan sekaligus perlu diperhatikan

porsinya antara lain: nasi, mie, roti, kentang, singkong.

- Jenis lauk dan sayuran dapat bervariasi agar pasien tidak merasa bosan,

namun dengan tetap memperhatikan proporsinya sesuai dengan pola

yang dianjurkan.

e. Melakukan kontrol ke poli interna RSUP Sanglah secara teratur serta rajin

dan terbuka dalam melaporkan perkembangan kondisi tubuhnya serta

penyakitnya kepada dokter.

KIE yang diberikan:

- Datang ke poliklinik RSUP Sanglah untuk kontrol obat secara teratur dan

sesuai jadwal poli divisi Pulmonologi.

- Menyampaikan dengan sebenar-benarnya perkembangan kondisi dirinya

kepada dokter poliklinik, termasuk keluhan yang sudah membaik,

keluhan yang belum membaik, serta apabila ada keluhan baru.

- Memanfaatkan waktu kontrol di poliklinik untuk berdiskusi dengan

dokter mengenai penyakitnya ataupun hal-hal yang masih belum

dimengerti oleh pasien.

f. Tetap optimis menjalani hidup dan jangan merasa terbebani oleh penyakit

yang dideritanya saat ini.

KIE yang diberikan:

- Senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan

menjalani peribadatan sesuai keyakinan yang dianut pasien.

18

Page 19: pulmonologie

- Penyakit yang diderita pasien bukanlah alasan untuk menghentikan

aktivitas pasien ataupun alasan bagi pasien untuk menarik diri dari

kehidupan sosialnya.

- Kepada anggota keluarga yang lain supaya senantiasa mendukung pasien

dalam mencapai kesembuhan dan mencegah kekambuhan penyakitnya,

serta melakukan tindakan nyata yang dapat mencegah kekambuhan

tersebut (seperti menjaga kebersihan rumah, tidak merokok di dalam

rumah dan sekitar pasien)

19

Page 20: pulmonologie

DAFTAR PUSTAKA

1. Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. Dalam: Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4. Jilid II. 2006. Hal: 984-5

2. Kanervisto M, dkk. COPD, Chronic Bronchitis, and Capacity for Day-to-

day Activities: Negative Impact of Illness on the Health-related Quality of

Life. Chronic Respiratory Disease. 2010. 7(4): 207-215.

3. Tan WC, Ng TP. COPD in Asie: Where East Meets West. CHEST. 2008;

133: 517-527

4. Roche N, dkk. Beyond Corticosteroids: Future Prospects in the Management

of Inflammation in COPD. Eur Respir Rev 2011; 20: 121, 175-182

5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit Paru Obstruktif Kronis

(PPOK): Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2003.

20

Page 21: pulmonologie

DENAH TEMPAT TINGGAL PASIEN

21

Pintu Masuk

DapurKamar Pasien

Sumur

HALAMAN DEPAN

Kamar Anak

Sanggah

Kamar Anak

Kamar Anak

Teras

Pintu

JALAN

Ruang Keluarga

Toilet

Page 22: pulmonologie

FOTO KUNJUNGAN

22