pulmonologie
DESCRIPTION
medical internaTRANSCRIPT
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : IWD
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Bali
Agama : Hindu
Pendidikan : Tidak tamat SD
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jl. Merpati Gang V no. 27 Denpasar
Tanggal MRS : 05 Juli 2013
Tanggal Kunjungn : 17 Agustus 2013
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : sesak nafas
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IRD RSUP SANGLAH dengan keluhan sesak nafas
sejak 3 hari terakhir dan memburuk sejak 1 hari SMRS . Pasien
mengatakan sudah memiliki sesak nafas sejak lama, lebih dari 10
tahun. Sesak nafas timbul secara mendadak tanpa didahului oleh
aktivitas fisik yang berat, sesak mulanya terasa ringan, tidak pernah
hilang dan makin lama dirasakan semakin memberat. Sesak nafas
dirasakan terus-menerus sepanjang hari saat pasien menarik nafas
dalam-dalam. Sesak nafas dirasakan seperti tertekan sampai membuat
pasien merasa tidak bisa bernafas dan pasien mengeluh tidak bisa
tidur. Sesak tidak dipengaruhi oleh posisi dan juga tidak membaik
dengan perubahan posisi. Pasien juga mengeluh sesak nafas terkadang
disertai dengan bunyi ngik-ngik. Sesak nafas juga membuat pasien
menjadi lemas, sehingga mengganggu aktivitas pasien sehari-hari.
1
Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 4 hari SMRS dan semakin
lama dirasakan bertambah berat. Batuk pada awalnya tidak berdahak,
namun batuk mulai bertambah berat seiring dengan munculnya sesak
napas dan disertai dahak. Batuk dirasakan pasien terus-menerus
sepanjang hari dengan dahak kental berwarna putih. Pasien
mengatakan sulit untuk mengeluarkan dahak dan tenggorokan terasa
gatal. Batuk dengan dahak berdarah disangkal oleh pasien.
Pasien tidak mengeluh demam. Pasien mengeluh mual dan
muntah. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang sedikit, tetapi
menyangkal adanya penurunan berat badan, serta berkeringat pada
malam hari. BAK pasien dikatakan biasa, dengan frekuensi berkemih
sekitar 4-5 kali dalam sehari, volume tiap berkemih ± ¾ hingga 1
gelas, warna jernih kekuningan. BAB pasien juga dikatakan biasa,
frekuensi 1-2 kali sehari, warna kecokelatan, konsistensi padat.
b. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien sudah pernah dirawat di RS Wangaya sebanyak 2 kali dengan
keluhan yang sama, dan juga di RS Sanglah 2 kali, dan didiagnosis
PPOK sejak 3 tahun yang lalu. Rawat inap terakhir kali dikatakan 1
bulan yang lalu karena keluhan sesak dan batuk. Sesak berkurang
setelah diberikan obat sirup Salbutamol dan Metilprednisolon tablet
tapi kemudian kambuh kembali. Pasien juga memiliki riwayat
gangguan depresi sejak 7 tahun yang lalu. Selain itu Pasien juga
memiliki riwayat penyakit jantung dan hipertensi sejak 3 tahun yang
lalu. Riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, dan ginjal
disangkal oleh pasien.
c. Riwayat Pengobatan
Pasien minum sirup Salbutamol dan Metilprednisolon tablet setiap 1
kali sehari. Pasien pernah dirawat sebanyak 2 kali di RS Wangaya
karena keluhan sesak. Pasien rutin minum obat untuk sesak nafas dan
kontrol ke Poli RS Wangaya. Pasien juga mengaku meminum obat anti
2
depresi sejak 7 tahun yang lalu yaitu risperidon tablet 1 kali sehari,
trihexyphenidil tablet ¼ kali sehari, dan kalxetin tablet 2 kali sehari.
Untuk penyakit jantung dan hipertensi yang dideritanya pasien
mengaku mengkonsumsi clopidogrel, captropil 3 x 12,5 mg dan asam
asetil salisilat.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan sama seperti
pasien saat ini. Keluhan batuk dan sesak di anggota keluarga banyak
terdapat pada keluarga pasien. Riwayat asma ataupun alergi pada
keluarga juga disangkal pasien, tetapi ayah pasien dikatakan meninggal
karena sakit jantung.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tidak bekerja selama kurang lebih 8 tahun dan mengaku
dulunya bekerja sebagai supir angkutan desa dan sempat bekerja
sebagai pembuat taji ayam. Pasien memiliki riwayat merokok dan
sudah berhenti sejak 9 tahun yang lalu. Pasien mengaku mulai
merokok sejak berumur 17 tahun dan sudah merokok kurang lebih
selama 31 tahun. Dulu pasien mengkonsumsi rokok sampai 2 bungkus
per hari. Pasien mengaku sekarang tidak pernah lagi merokok. Di
dalam lingkungan rumah dikatakan ada yang memiliki kebiasaan
merokok yaitu anak pasien namun hanya sesekali saja.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis(GCS : E4V5M6 )
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
RR : 20x/mnt
Suhu badan : 36,7º C
3
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 60kg
BMI : 20,76 kg/m2
Status general :
Mata : Anemis -/- , ikterus -/- , refleks pupil +/+ isokor
THT : Tonsil T1/T1, hiperemi (-), lidah normal, sianosis (-)
Leher : pembesaran kelenjar (-), JVP PR + 0 cmH2O
Toraks
Toraks Depan
1. Inspeksi
Simetri toraks : simetris Bentuk toraks : barrel chest
Pergerakan saat napas : simetris Kulit : normal
Denyut iktus kordis : tak tampak Retraksi : tidak ada
Sela iga : melebar
2. Palpasi
Pergerakan napas : simetris Iktus kordis : teraba
Vokal fremitus : VF Normal Lokalisasi : MCL sinistra
Kulit : hangat
Otot : normal Luasnya : terlokalisir
Tulang : normal Irama : teratur
3. Perkusi
Paru Jantung
Batas bawah kanan : ICS VI Batas atas : ICS II
Batas bawah kiri : ICS VII Batas kiri : MCL sinistra
Pergerakan : normal Batas kanan : PSL dekstra
Perbandingan perkusi : hipersonor / hipersonor
4
4. Auskultasi
Paru Jantung
Suara napas : vesikuler +/+ Bunyi jantung S1S2 tunggal, reguler
Suara napas tambahan Murmur : tidak ada
Ronkhi : -/-, pada basal paru
Wheezing : +/+, ekspirasi memanjang
Toraks Belakang
1. Inspeksi
Bentuk : simetris Otot : N/N
Pergerakan : simetris Kulit : N/N
Tulang : N/N
2. Palpasi
Vokal fremitus : VF Normal Nyeri tekan : -/-
Tulang : N/N Otot : N/N
3. Perkusi
Batas bawah kanan : Th IX
Batas bawah kiri : Th IX
4. Auskultasi
Suara napas : vesikuler +/+
Suara napas tambahan
Ronkhi : -/-
Wheezing : +/+ pada basal paru
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), meteorismus (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-)
5
Hepar / lien tidak teraba
Perkusi : timpani (+), ascites (-)
Ekstremitas :
akral hangat + + Edema - -
+ + - -
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap
Parameter Result Unit Remarks Reference range
WBC 14,54 103/μL H 4,5 – 11,00
Ne 89,36% 12,99 103/μL H 47,00 – 80,00
Ly 6,728% 0,97 103/μL L 13,0 – 40,0
Mo 3,737% 0,54 103/μL 2,00 – 11,00
Eo 0,03% 0,00 103/μL 0,00 – 0,50
Ba 0,10% 0,02 103/μL 0,0 0 – 2,00
RBC 5,163 106/μL 4,50 – 5,90
HGB 15,76 g/dL 12,00-16,00
HCT 49,48 % 36,00-46,00
MCV 95,83 Fl 80,00 – 100,00
MCH 30,52 Pg 26,00 – 34,00
MCHC 31,84 g/dL 31,00 – 36,00
RDW 13,23 % 11,60 – 14,90
PLT 397,60 103/μL 150,0 – 440,0
MPV 4,898 fL 0,00 – 100,00
Leukositosis
Kimia Klinik
Parameter Result Unit Remarks Reference range
SGOT 19,80 U/L 11,00 – 33,00
SGPT 15,10 U/L 11,00 – 50,00
BUN 11,00 mg/dL 10,00 – 23,00
Creatinine 1,05 mg/dL 0,50 – 1,20
Random 123,00 mg/dL 70,00 – 140,00
6
blood glucose
Analisis Gas Darah
Parameter Result Unit Remarks Reference rangePh 7,44 - 7,35 – 7,45
pCO2 37,00 mmHg 35,00 – 45,00
pO2 105,00 mmHg H 80,00 – 100,00
HCO3- 25,10 mmol/L 22,00 – 26,00
TCO2 26,20 mmol/L 24,00 – 30,00
BE(B) 0,90 mmol/L -2 – 2
SO2c 98,00 % --
Natrium 136,00 Mmol/L 136,00 – 145,00
Kalium 3,70 Mmol/L 3,50 – 5,10
Foto Toraks PA
a. Cor : CTR 48,6%, besar dan bentuk normal
b. Pulmo :
- Tidak tampak infiltrat
- Tampak hiperaerated pada kedua lapang paru, sela iga melebar
c. Sinur pleura kanan dan kiri tajam
d. Diafragma kanan dan kiri normal
e. Tulang-tulang tak tampak kelainan
Kesan:
1. Emphysematous lung
Elektrokardiografi
7
Irama : sinus
HR : 88 kali/menit
Axis : normal
Gelombang P : normal
Kompleks QRS : normal
ST-T change : tidak ada
Kesimpulan : normal sinus rhythm
Spirometry :
FVC 1,28 (47%pred)
FEV1 0,73 (32%pred)
FEV1/FVC 0,53
V. DIAGNOSIS KERJA
8
- PPOK eksaserbasi akut
- ISPA
- Suspek Gangguan Depresi dd/ cemas
VI. PENATALAKSANAAN
a. Terapi
- MRS
- Oksigen 2 liter/menit (nasal canule)
- IVFD NaCl 12 tetes/menit
- Diet rendah karbohidrat
- Nebuliser Salbutamol + Ipratropium bromide @ 8 jam
- Metilprednisolone 2 x 62,5 mg
- Azithromycin 1 x 500 mg
- Ambroxol syrup 3 x 15 ml
b. Rencana diagnostik:
- Sputum gram / kultur / sensitivity test
- spirometri
c. Rencana monitoring:
- Tanda vital
- Keluhan
9
BAB IV
DISKUSI HASIL KUNJUNGAN RUMAH
3.1 Daftar Permasalahan
Adapun sejumlah permasalahan yang masih menjadi kendala penderita dalam hal
menghadapi penyakitnya antara lain:
1. Pasien masih kurang paham dengan penyakitnya, gejala-gejala eksaserbasi
akut, dan penanganannya.
2. Pasien tinggal di lingkungan yang padat penduduk, dan di rumah yang padat
penghuni (8 orang) dengan ventilasi rumah yang kurang baik terutama di
kamar tempat pasien tidur.
3. Terdapat tetangga pasien yang sedang membangun rumah sehingga debu pasir
dapat beterbangan dan menjadi faktor risiko terpaparnya pasien terhadap
faktor risiko eksaserbasi.
4. Pasien memiliki anggota keluarga yang masih merokok yaitu anak pasien
sehingga walaupun pasien tidak merokok lagi namun pasien kadang-kadang
terpapar asap rokok sebagai perokok pasif.
5. Tetangga pasien juga memiliki pekerjaan sebagai tukang pembuat minyak dari
kelapa dengan bahan bakar kayu api sehingga asapnya sering terkena rumah
pasien.
3.2 Analisis Kebutuhan Penderita
3.2.1 Kebutuhan Fisik-Biomedis
a. Kecukupan Gizi
Nutrisi Harian Pasien
Jenis Jumlah Jadwal/hari Jadwal/minggu
Karbohidrat
Nasi
Roti
Mie
Lainnya
1 gelas
-
-
-
3 kali
-
-
-
21 kali
-
-
-
10
Protein
Hewani
Nabati
Sayur
Buah
Susu
1 potong
2 potong
½ gelas
1 buah
1 gelas
2 kali
1 kali
3 kali
1 kali
1 kali
14 kali
7 kali
21 kali
3 kali
7 kali
Menurut pengakuan pasien, dalam sehari pasien makan tiga kali. Lauk
yang disiapkan oleh menantunya dikatakan tidak selalu sama, namun dapat
dibuat gambaran umum menu untuk masing-masing jadwal makan sebagai
berikut:
- Sarapan : nasi, tempe/tahu, sayur, susu
- Makan siang : nasi, daging ayam, sayur
- Makan malam : nasi, tempe/tahu atau ikan laut, sayur
Pasien sesekali makan buah diantara waktu makan besar, tergantung dari
ketersediaan buah tersebut. Buah-buahan yang sering dikonsumsi pasien
seperti pisang.
Analisis Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori pasien dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Brocca dengan pertama-tama menentukan berat badan ideal (BBI).
BBI = (TB – 100) – 10% x 1kg
= (170 – 100) – 10% x 1kg
= 63 kg.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan, berat badan pasien
saat ini adalah 60 kg dengan BMI = 20,761, atau dengan kata lain 95,2%
dari BBI, pasien termasuk kategori normal. Selanjutnya dilakukan
penghitungan kebutuhan kalori basal dan penyesuaian terhadap
kebutuhan kalori pasien sesuai kondisi pasien.
1. Kebutuhan kalori basal (jenis kelamin laki-laki)
= BBI x 30 kalori
= 63 x 30 kalori = 1890 kalori
11
2. Penyesuaian
a. Usia 57 tahun, maka dikurangi 10% dari kebutuhan kalori
basal
10% x 1890 kalori = 189 kalori
b. Tingkat aktivitas ringan, maka dikurangi 10% dari
kebutuhan kalori basal
10% x 1890 kalori = 189 kalori
c. Berat badan normal
Total kebutuhan kalori pasien dalam satu hari adalah 1890 kalori – 189
kalori - 189 kalori, yaitu 1512 kalori/hari.
Untuk memudahkan perhitungan maka dipakai kebutuhan kalori
penderita adalah 1500 kalori/hari.
Distribusi Makanan
Jumlah kalori per hari pasien ini dibagi dalam 3 porsi makan utama dan 2
porsi makanan selingan, yaitu:
a. Makan pagi : 20% x 1500 kalori = 300 kalori
b. Makan siang : 30% x 1500 kalori = 450 kalori
c. Makan malam : 25% x 1500 kalori = 375 kalori
d. Asupan di sela makan pagi dan siang : 15% x 1500 = 225 kalori
e. Asupan di sela makan siang dan malam : 10% x 1500 = 150 kalori
Distribusi makanan berdasarkan komponen makanan adalah:
Waktu
makanTotal
Karbohidrat
(50% x kalori)
Protein
(20% x kalori)
Lemak
(30% x kalori)
Makan Pagi 300 kalori 150 kalori 60 kalori 90 kalori
Makan Siang 450 kalori 225 kalori 90 kalori 135 kalori
Makan Malam 375 kalori 187,5 kalori 75 kalori 112,5 kalori
Selingan 1 225 kalori
Selingan 2 150 kalori
12
Pemilihan Jenis Makanan
Dengan penghitungan tersebut maka dicoba untuk memberikan
suatu pola jadwal yang mencakup pilihan jenis makanan dan jumlah
makanan. Perhitungan di atas sudah disesuaikan dengan kondisi penyakit
pasien, dimana pasien membutuhkan diet rendah karbohidrat untuk
mencegah timbulnya gejala eksaserbasi akut.
Berdasarkan data dari poliklinik gizi RSUP Sanglah maka penulis
mencoba menyusun pola makanan yang sudah diubah ke dalam bentuk
ukuran yang dapat dimengerti oleh pasien. Pemilihan jenis makanan pun
disesuaikan dengan makanan yang tersedia dan terjangkau bagi pasien.
Waktu Makan
Karbohidrat Protein Lemak
Makan Pagi Roti putih tawar: 3 iris Nasi putih: 3/4 gelasSingkong: 1,5 potongMi basah : 2 gelasBiskuit: 4 buah besar+Jeruk manis 1 buah
Protein hewaniAyam tanpa kulit 1 potong sedangTeri kering 1 sdmPutih telur ayam 2 btr
Protein NabatiKacang hijau 1,5 sdmKacang tanah 1,5 sdmTahu 0,5 potong besarTempe 1,5 potong sedang
Telur ayam 1 butirTelur bebek asin 1 butirHati ayam 1 buah sedangBebek ½ potong sedangDaging ayam dengan kulit ½ ptng sedang
Selingan 1 Biskuit 4 buah besarKentang 2 buah sedangRoti putih 3 irisSusu sapi 1 gelas + biskuit 1 buah besar
Makan siang Nasi putih 1,25 gelasRoti tawar 5 irisMi basah 3,5 gelas
Protein hewaniAyam tanpa kulit 2 potong sedangTeri ke v ring 2 sdmPutih telur ayam 4 btr
Telur ayam 2 butirTelur bebek asin 2 butirHati ayam 2 buah sedangBebek 1 potong sedang
13
Protein NabatiKacang hijau 2,5 sdmKacang tanah 2,5 sdmTahu 1,5 potong besarTempe 3 potong sedang
Daging ayam dengan kulit 1 ptng sedang
Selingan 2 Biskuit 4 buah besar 1 potong besar pepayaRoti putih 3 sisir + 2 buah jerukSingkong 1,5 potong ¾ buah mangga besar
Makan Malam
Nasi putih 1 gelasRoti tawar 4 irisMi basah 2,5 gelas+
Pepaya ½ potong besarJeruk manis 1 buah
Protein hewaniAyam tanpa kulit 1,5 potong sedangTeri kering 1,5 sdmPutih telur ayam 3 btr
Protein NabatiKacang hijau 2sdmKacang tanah 2 sdmTahu 1 potong besarTempe 2 potong sedang
Telur ayam 1,5 butirTelur bebek asin 1,5 butirHati ayam 1,5 buah sedangBebek 3/4 potong sedangDaging ayam dengan kulit 3/4 ptng sedang
b. Akses Pelayanan Kesehatan
PPOK merupakan penyakit kronis yang dapat kambuh bila ada faktor
pencetus bahkan dapat menyebabkan kematian. Pasien tinggal di seputaran
monang-maning, Kota Denpasar, akses pelayanan kesehatan cukup mudah
dijangkau. PUSKESMAS, RSUD Wangaya, rumah sakit Balimed ataupun
RSUP Sanglah sebagai pusat layanan kesehatan terdekat. Biasanya pasien
mengontrol kondisi kesehatannya ke poliklinik RSUD Wangaya. Akses
pelayanan yang dekat memberikan kemudahan bagi pasien terutama saat
sesak napasnya kambuh. Pasien juga ada transportasi motor untuk mencapai
tempat pelayanan kesehatan terdekat. Sampai saat ini pasien hanya 2 kali
saja mengalami sesak yang sampai harus dibawa ke rumah sakit untuk rawat
inap.
14
c. Lingkungan
Saat ini pasien tinggal bersama istri, 3 orang anak perempuan, 2 orang anak
laki-laki dan 1 orang cucu perempuan. Pasien beserta anak-anaknya tinggal di
1 bangunan yang sama. Pasien tinggal di rumah dengan luas bangunan dan
pekarangan sekitar 2,5 are. Rumah pasien berhimpitan dengan rumah-rumah
di sekitarnya. Keadaan rumah pasien tergolong kurang layak untuk dihuni.
Lantai rumah pasien terbuat dari semen dan beratapkan genteng. Tempat
tinggal pasien terdiri dari 4 kamar yang terpisah, 1 buah dapur, 1 ruangan
keluarga, 1 toilet, terdapat sumur dan padmasana. Kamar tidur pasien
berukuran 4 x 2,5 m2. Kamar tidur pasien tertutup dan tidak memiliki
ventilasi sehingga cahaya matahari tidak dapat masuk ke kamar pasien.
Kamar pasien juga dekat dengan dapur. Kadang-kadang keluarga pasien
meletakkan dupa di dalam kamar saat sembahyang dan pada saat yang
bersamaan pasien sedang menonton televisi atau sedang beristirahat bersama
cucunya. Kamar Sumber air minum dan air MCK untuk keluarga pasien
adalah dari air PDAM. Di rumah tersebut, terdapat 1 dapur dengan 2 kompor.
3.2.2 Kebutuhan Bio-psikososial
a. Lingkungan Biologis
Dalam lingkungan biologis/keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan
hal serupa seperti dialami pasien. Kondisi imun pasien sangat penting dalam
timbulnya kekambuhan pada penyakit pasien. Lingkungan yang kurang
mendukung serta kecukupan gizi yang tidak sesuai diduga menjadi faktor
penting kambuhnya penyakit pasien.
Kondisi rumah pasien dimana ventilasinya kurang memadai tidak
mendukung untuk perbaikan kondisi kesehatan pasien. Selain itu, rendahnya
aliran udara di dalam rumah pasien akibat minimnya ventilasi meningkatkan
risiko penyebaran penyakit menular yang bersifat airborne di kalangan
anggota keluarga menjadi lebih mudah.
15
Kecukupan gizi pasien masih tergolong dalam kondisi gizi sedang. Namun
demikian pola makan pasien tetap perlu diperhatikan sesuai dengan ketentuan
diet yang tepat bagi penderita PPOK, yaitu diet dengan rendah karbohidrat.
b. Faktor Psikososial dan Kultural
Pasien sudah tidak memiliki tanggung jawab menghidupi keluarganya
untuk mencari nafkah. Pasien sudah tidak bekerja selama 7 tahun dan hanya
diam dirumah saja bersama cucu dan anaknya. Sebagian besar biaya untuk
kebutuhan sehari-hari ditopang oleh anak-anak dan istrinya. Istri pasien
bekerja sebagai penjual canang di lingkungan rumahnya dan anak-anaknya
juga sudah bekerja. Pasien mengaku dari pendapatan istri dan anak pasien
tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien.
Semenjak pasien sakit pasien tidak pernah mengikuti kegiatan social di
banjar maupun kegiatan di sekitar tempat tinggal pasien. Pasien hanya diam
dirumah sepanjang hari. Pasien juga jarang berekreasi ataupun bersilaturahmi
ke keluarga pasien atau teman-teman pasien.
Anggota keluarga pasien, terutama yang ikut tinggal serumah dengan
pasien, cukup memahami kondisi pasien saat ini, serta cukup mendukung
kesembuhan pasien. Secara umum putra pasien dan keluarganya memahami
gambaran besar mengenai penyakit pasien serta ikut menjaga supaya penyakit
pasien tidak kambuh. Sebagai contoh, putra pasien memilih untuk tidak
merokok di dalam rumah atau dimanapun dekat pasien berada untuk
menghindari kambuhnya penyakit pasien akibat asap rokok.
3.3 Saran dan KIE
a. Pasien lebih mengetahui tentang penyakitnya, faktor-faktor risiko yang harus
dihindari untuk mencegah eksaserbasi penyakitnya, serta mengenali gejala
eksaserbasi akut dan cara menanganinya.
KIE yang diberikan:
- PPOK merupakan penyakit menyerang paru yang bersifat kronis dan
dapat kambuh (mengalami eksaserbasi) apabila ada pencetus.
16
- Faktor-faktor risiko pemicu eksaserbasi akut PPOK pada pasien ini:
kebiasaan merokok, paparan terhadap debu dan asap, sirkulasi udara
dalam rumah yang kurang baik.
- Untuk mencegah kekambuhan pasien dapat mengenakan masker atau
kain penutup hidung dan mulut saat bepergian keluar rumah serta dalam
setiap kondisi menghindari terpapar dari asap (saat pembakaran sampah,
pada ruangan tertutup dengan dupa menyala saat sembahyang, dll).
- Gejala-gejala eksaserbasi akut yang muncul dapat berupa : sesak napas,
produksi mucus yang meningkat, laju pernapasan yang meningkat serta
dapat disertai batuk-batuk yang semakin sering sebelum terjadinya
eksaserbasi.
- Jika terjadi gejala eksaserbasi akut yang telah dijelaskan tersebut,
langkah awal yang dapat dilakukan pasien adalah menggunakan inhaler
terbutaline/salbutamol yang sudah tersedia dirumah pasien dan cepat
menuju ke pusat pelayanan kesehatan terdekat jika kondisi pasien
memburuk.
b. Ventilasi udara di rumah pasien perlu dimaksimalkan penggunaannya, agar
udara bersih dapat masuk dengan lebih efektif.
KIE yang diberikan:
- ventilasi yang tidak efektif tidak hanya menimbulkan rasa tidak nyaman
bagi anggota keluarga namun juga meningkatkan risiko kambuhnya
penyakit pada pasien.
- jendela-jendela kamar perlu lebih sering dibuka terutama pada pagi hari
agar sirkulasi udara berjalan dengan baik.
- Bersamaan dengan itu perlu diperhatikan pula kebersihan ventilasi udara
(bebas dari kotoran pada kain kasa, sarang laba-laba, dll).
c. Pasien sebaiknya menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar dan jangan
membiarkan diri bekerja sampai badan terlalu lelah.
KIE yang diberikan:
- Pasien dapat tetap bekerja namun harus selalu memperhatikan untuk
istirahat secara berkala.
17
- Tidak memaksakan diri untuk bekerja kapanpun pasien merasa kondisi
tubuhnya menurun.
d. Mengikuti pola makan yang baik dengan gizi seimbang sesuai dengan pola
yang telah dianjurkan.
KIE yang diberikan:
- Karbohidrat merupakan sumber tenaga yang baik dan utama bagi tubuh,
namun pasien dengan PPOK perlu membatasi asupan karbohidrat karena
konsumsi karbohidrat yang berlebihan dapat memicu eksaserbasi akut.
- Makanan sumber karbohidrat yang baik dan sekaligus perlu diperhatikan
porsinya antara lain: nasi, mie, roti, kentang, singkong.
- Jenis lauk dan sayuran dapat bervariasi agar pasien tidak merasa bosan,
namun dengan tetap memperhatikan proporsinya sesuai dengan pola
yang dianjurkan.
e. Melakukan kontrol ke poli interna RSUP Sanglah secara teratur serta rajin
dan terbuka dalam melaporkan perkembangan kondisi tubuhnya serta
penyakitnya kepada dokter.
KIE yang diberikan:
- Datang ke poliklinik RSUP Sanglah untuk kontrol obat secara teratur dan
sesuai jadwal poli divisi Pulmonologi.
- Menyampaikan dengan sebenar-benarnya perkembangan kondisi dirinya
kepada dokter poliklinik, termasuk keluhan yang sudah membaik,
keluhan yang belum membaik, serta apabila ada keluhan baru.
- Memanfaatkan waktu kontrol di poliklinik untuk berdiskusi dengan
dokter mengenai penyakitnya ataupun hal-hal yang masih belum
dimengerti oleh pasien.
f. Tetap optimis menjalani hidup dan jangan merasa terbebani oleh penyakit
yang dideritanya saat ini.
KIE yang diberikan:
- Senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
menjalani peribadatan sesuai keyakinan yang dianut pasien.
18
- Penyakit yang diderita pasien bukanlah alasan untuk menghentikan
aktivitas pasien ataupun alasan bagi pasien untuk menarik diri dari
kehidupan sosialnya.
- Kepada anggota keluarga yang lain supaya senantiasa mendukung pasien
dalam mencapai kesembuhan dan mencegah kekambuhan penyakitnya,
serta melakukan tindakan nyata yang dapat mencegah kekambuhan
tersebut (seperti menjaga kebersihan rumah, tidak merokok di dalam
rumah dan sekitar pasien)
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4. Jilid II. 2006. Hal: 984-5
2. Kanervisto M, dkk. COPD, Chronic Bronchitis, and Capacity for Day-to-
day Activities: Negative Impact of Illness on the Health-related Quality of
Life. Chronic Respiratory Disease. 2010. 7(4): 207-215.
3. Tan WC, Ng TP. COPD in Asie: Where East Meets West. CHEST. 2008;
133: 517-527
4. Roche N, dkk. Beyond Corticosteroids: Future Prospects in the Management
of Inflammation in COPD. Eur Respir Rev 2011; 20: 121, 175-182
5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK): Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2003.
20
DENAH TEMPAT TINGGAL PASIEN
21
Pintu Masuk
DapurKamar Pasien
Sumur
HALAMAN DEPAN
Kamar Anak
Sanggah
Kamar Anak
Kamar Anak
Teras
Pintu
JALAN
Ruang Keluarga
Toilet
FOTO KUNJUNGAN
22