puisi beserta nama pengarangnya

74
Puisi Kembalikan Indonesia Padaku (Taufik Ismail) Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat, sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam dengan bolayang bentuknya seperti telur angsa, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam karena seratus juta penduduknya, Kembalikan Indonesia padaku Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya, Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat, sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang- renang sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,

Upload: cayoo-skypier

Post on 19-Jan-2016

1.182 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

artikel

TRANSCRIPT

Page 1: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Puisi Kembalikan Indonesia Padaku

(Taufik Ismail)

Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,yang menyala bergantian,Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malamdengan bolayang bentuknya seperti telur angsa,Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelamkarena seratus juta penduduknya,

KembalikanIndonesiapadaku

Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malamdengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelamlantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renangsambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelamdan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,

KembalikanIndonesiapadaku

Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malamdengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelamkarena seratus juta penduduknya,Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,

Paris, 1971

Page 2: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Kita Adalah Pemilik Sah Republik IniKarya Taufik Ismail

Tidak ada pilihan lain

Kita harus

Berjalan terus

Karena berhenti atau mundur

Berarti hancur

Apakah akan kita jual keyakinan kita

Dalam pengabdian tanpa harga

Akan maukah kita duduk satu meja

Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Dalam setiap kalimat yang berakhiran

“Duli Tuanku ?”

Tidak ada lagi pilihan lain

Kita harus

Berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan

Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh

Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka

Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan

Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada lagi pilihan lain

Kita harus

Berjalan terus.

1966

Page 3: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

SYAIR ORANG LAPARKarya Taufik Ismail

Lapar menyerang desaku

Kentang dipanggang kemarau

Surat orang kampungku

Kuguratkan kertas

Risau

Lapar lautan pidato

Ranah dipanggang kemarau

Ketika berduyun mengemis

Kesinikan hatimu

Kuiris

Lapar di Gunungkidul

Mayat dipanggang kemarau

Berjajar masuk kubur

Kauulang jua

Kalau.

Page 4: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

DOAOleh : Taufik Ismail

Tuhan kami

Telah nista kami dalam dosa bersama

Bertahun-tahun membangun kultus ini

Dalam pikiran yang ganda

Dan menutupi hati nurani

Ampunilah kami

Ampunilah

Amin

Tuhan kami

Telah terlalu mudah kami

Menggunakan AsmaMu

Bertahun di negeri ini

Semoga Kau rela menerima kembali

Kami dalam barisanMu

Ampunilah kami

Ampunilah

Amin

1966

Page 5: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Karangan Bunga

Tiga anak kecil

Dalam langkah malu-malu

Datang ke salemba

Sore itu.

Ini dari kami bertiga

Pita hitam pada karangan bunga

Sebab kami ikut berduka

Bagi kakak yang ditembak mati

Siang tadi.

Page 6: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Salemba

Alma Mater, janganlah bersedih

Bila arakan ini bergerak pelahan

Menuju pemakaman

Siang ini.

Anakmu yang berani

Telah tersungkur ke bumi

Ketika melawan tirani.

Memang Selalu Demikian, Hadi

Setiap perjuangan selalu melahirkan

Sejumlah pengkhianat dan para penjilat

Jangan kau gusar, Hadi.

Setiap perjuangan selalu menghadapkan kita

Pada kaum yang bimbang menghadapi gelombang

Jangan kau kecewa, Hadi.

Setiap perjuangan yang akan menang

Selalu mendatangkan pahlawan jadi-jadian

Dan para jagoan kesiangan.

Memang demikianlah halnya, Hadi.

Page 7: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua

Pada Anaknya Berangkat Dewasa

Jika adalah yang harus kaulakukan

Ialah menyampaikan kebenaran

Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan

Ialah ang bernama keyakinan

Jika adalah yang harus kau tumbangkan

Ialah segala pohon-pohon kezaliman

Jika adalah orang yang harus kauagungkan

Ialah hanya Rasul Tuhan

Jika adalah kesempatan memilih mati

Ialah syahid di jalan Ilahi.

Page 8: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

PUISI KARANGAN CHAIRIL ANWAR

TAK SEPADAN

Aku kira:

Beginilah nanti jadinya

Kau kawin, beranak dan berbahagia

Sedang aku mengembara serupa Ahasveros

Dikutuk-sumpahi Eros

Aku merangkaki dinding buta

Tak satu juga pintu terbuka

Jadi baik juga kita padami

Unggunan api ini

Karena kau tidak ‘kan apa-apa

Aku terpanggang tinggal rangka

Februari 1943

Derai-derai Cemara

Karya: Chairil Anwar

Cemara menderai sampai jauh

terasa hari akan jadi malam

ada beberapa dahan di tingkap merapuh

dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan

sudah berapa waktu bukan kanak lagi

Page 9: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

tapi dulu memang ada suatu bahan

yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan

tambah terasing dari cinta sekolah rendah

dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan

sebelum pada akhirnya kita menyerah

Page 10: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

SAJAK PUTIH

Bersandar pada tari warna pelangiKau depanku bertudung sutra senja

Di hitam matamu kembang mawar dan melatiHarum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tibaMeriak muka air kolam jiwa

Dan dalam dadaku memerdu laguMenarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbukaSelama matamu bagiku menengadahSelama kau darah mengalir dari luka

Antara kita Mati datang tidak membelah…

1944

Page 11: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Karya : Chairil Anwar

Page 12: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

AKU

KARANGAN CHAIRIL ANWAR

Kalau sampai waktuku

‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan akan akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Page 13: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

ANTOLOGI PUISI TAUFIK ISMAIL

Judul Puisi Karya Taufik ismail:

Tirani dan Benteng,

Buku Tamu Musim Perjuangan,

Sajak Ladang Jagung,

Kenalkan, Saya Hewan,

Puisi-puisi Langit,

Sebuah Jaket Berlumur Darah

Syair Orang Lapar

Bayi Lahir Bulan Mei 1998

Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia,

Puisi Karya Taufik ismail

Memang Selalu Demikian, Hadi

Setiap perjuangan selalu melahirkan

Sejumlah pengkhianat dan para penjilat

Jangan kau gusar, Hadi.

Setiap perjuangan selalu menghadapkan kita

Pada kaum yang bimbang menghadapi gelombang

Page 14: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Jangan kau kecewa, Hadi.

Setiap perjuangan yang akan menang

Selalu mendatangkan pahlawan jadi-jadian

Dan para jagoan kesiangan.

Memang demikianlah halnya, Hadi.

Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua

Pada Anaknya Berangkat Dewasa

Jika adalah yang harus kaulakukan

Ialah menyampaikan kebenaran

Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan

Ialah yang bernama keyakinan

Jika adalah yang harus kau tumbangkan

Ialah segala pohon-pohon kezaliman

Jika adalah orang yang harus kauagungkan

Ialah hanya Rasul Tuhan

Jika adalah kesempatan memilih mati

Ialah syahid di jalan Ilahi.

Page 15: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Derai-derai Cemara

Karya: Chairil Anwar

Cemara menderai sampai jauh

terasa hari akan jadi malam

ada beberapa dahan di tingkap merapuh

dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan

sudah berapa waktu bukan kanak lagi

tapi dulu memang ada suatu bahan

yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan

tambah terasing dari cinta sekolah rendah

dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan

sebelum pada akhirnya kita menyerah

Page 16: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Karya: Chairil Anwar

Tuti Arti

Antara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga,

adikku yang lagi keenakan menjilat es artic;

sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + coca cola

isteriku dalam latihan; kita hentikan jam berdetik.

Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal terasa

-ketika kita bersepeda kuantar kau pulang -

panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara,

mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang.

Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar;

Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu:

Sorga hanya permainan sebentar.

Aku juga seperti kau, semua lekas berlalu

Aku dan Tuti + Greet + Amoi… hati terlantar,

Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar.

Page 17: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Prajurit Jaga Malam

Karya: Chairil Anwar

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?

Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,

bermata tajam

Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya

kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini

Aku suka pada mereka yang berani hidup

Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam

Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!

Page 18: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Hampa

Karya: Chairil Anwar

kepada sri

Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.

Lurus kaku pohonan. Tak bergerak

Sampai ke puncak. Sepi memagut,

Tak satu kuasa melepas-renggut

Segala menanti. Menanti. Menanti.

Sepi.

Tambah ini menanti jadi mencekik

Memberat-mencekung punda

Sampai binasa segala. Belum apa-apa

Udara bertuba. Setan bertempik

Ini sepi terus ada. Dan menanti.

Page 19: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

CINTAKU JAUH DI PULAU

KARANGAN CHAIRIL ANWAR

Cintaku jauh di pulau

Gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar

di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar

angin membantu, laut terang, tapi terasa

aku tidak ‘kan sampai padanya

Di air yang tenang, di angin mendayu

di perasaan penghabisan segala melaju

Ajal bertakhta, sambil berkata:

“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”

Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!

Perahu yang bersama ‘kan merapuh

Mengapa Ajal memanggil dulu

Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,

kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

Page 20: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini

tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti

Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri

Menyediakan api.

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai

Maju

Serbu

Serang

Terjang

(Februari 1943)

Budaya,

Th III, No. 8

Agustus 1954

Karya: Chairi Anwar

Page 21: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Sebuah Jaket Berlumur Darah

Karya Taufik Ismail

Sebuah jaket berlumur darah

Kami semua telah menatapmu

Telah pergi duka yang agung

Dalam kepedihan bertahun-tahun.

Sebuah sungai membatasi kita

Di bawah terik matahari Jakarta

Antara kebebasan dan penindasan

Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang

Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’

Berikara setia kepada tirani

Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu

Kami semua telah menatapmu

Dan di atas bangunan-bangunan

Menunduk bendera setengah tiang.

Pesan itu telah sampai kemana-mana

Melalui kendaraan yang melintas

Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan

Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa

Prosesi jenazah ke pemakaman

Mereka berkata

Semuanya berkata

Lanjutkan Perjuangan.

Page 22: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

TELAH GUGUR BEBERAPA NAMAKarya : Bur Rasuanto

Telah gugur beberapa namatelah guguratas nama kita semuawarna yang berhati damai yang bertahuntelah diperhambaatas nama jiwa-jiwa agungyang namanya terpahat di hati kitaserta atas nama sejarah dan kemanusiaanyang dengan paksa telah dibengkokkan

Telah gugur beberapa namatelah gugurdan semua yang mengertiakan makna keadilan dan harga dirimengenakan lencana belasungkawabersama doa di tepi jalanmelepas pawai duka ke pemakamanatau serta dalam barisandan berbagai simpati tak terucapkantelah gugur beberapa namatelah guguratas kehilangan kita semua, atas suka kita semuaatas simpati yang tak terkirakan iniapakah lagi yang lebih berhargadari segala upacara dan pernyataanselain nanti pada ziarah yang pertama

Page 23: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

TIRANI

Karya : Bur Rasuanto

Tirani adalah kata

Yang melahirkan banyak pengertian

Yang tak berkata

Tirani adalah pikiran

Yang dipindahkan ke dalam slogan

Yang merantai pikiran

Tirani adalah kebebasan

Di tengah padang tandus tak bertepi

Yang melumpuhkan kebebasan

Tirani adalah kekuasaan

Yang bertahta di atas segala penggelapan

Yang menimbun kekuasaan

Page 24: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

SAJAK MATAHARI

Oleh : 

W.S. Rendra

Matahari bangkit dari sanubariku. 

Menyentuh permukaan samodra raya. 

Matahari keluar dari mulutku, 

menjadi pelangi di cakrawala.

Wajahmu keluar dari jidatku, 

wahai kamu, wanita miskin ! 

kakimu terbenam di dalam lumpur. 

Kamu harapkan beras seperempat gantang, 

dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !

Satu juta lelaki gundul 

keluar dari hutan belantara, 

tubuh mereka terbalut lumpur 

dan kepala mereka berkilatan 

memantulkan cahaya matahari. 

Mata mereka menyala 

tubuh mereka menjadi bara 

dan mereka membakar dunia.

Matahri adalah cakra jingga 

yang dilepas tangan Sang Krishna. 

Ia menjadi rahmat dan kutukanmu, 

ya, umat manusia !

Yogya, 5 Maret 1976 

Potret Pembangunan dalam Puisi

(http://zhuldyn.wordpress.com)

Page 25: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

SAJAK WIDURI UNTUK JOKI TOBING

Oleh : 

W.S. Rendra

Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir. 

Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba. 

Orang-orang miskin menentang kemelaratan. 

Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu, 

kerna wajahmu muncul dalam mimpiku. 

Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu 

karena terlibat aku di dalam napasmu. 

Dari bis kota ke bis kota 

kamu memburuku. 

Kita duduk bersandingan, 

menyaksikan hidup yang kumal. 

Dan perlahan tersirap darah kita, 

melihat sekuntum bunga telah mekar, 

dari puingan masa yang putus asa.

Nusantara Film, Jakarta, 9 Mei 1977 

Potret Pembangunan dalam Puisi

(http://zhuldyn.wordpress.com)

Page 26: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

SAJAK PEPERANGAN ABIMANYU

(Untuk puteraku, Isaias Sadewa)

Oleh :

W.S. Rendra

Ketika maut mencegatnya di delapan penjuru. 

Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya. 

Hatinya damai, 

di dalam dadanya yang bedah dan berdarah, 

karena ia telah lunas 

menjalani kewjiban dan kewajarannya.

Setelah ia wafat 

apakah petani-petani akan tetap menderita, 

dan para wanita kampung 

tetap membanjiri rumah pelacuran di kota ? 

Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup. 

Tetapi bukan itu yang terlintas di kepalanya 

ketika ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka. 

Saat itu ia mendengar 

nyanyian angin dan air yang turun dari gunung.

Perjuangan adalah satu pelaksanaan cita dan rasa. 

Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan. 

Di saat badan berlumur darah, 

jiwa duduk di atas teratai.

Ketika ibu-ibu meratap 

dan mengurap rambut mereka dengan debu, 

roh ksatria bersetubuh dengan cakrawala 

untuk menanam benih 

agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas 

– dari zaman ke zaman

Jakarta, 2 Sptember 1977 

Potret Pembangunan dalam Puisi

(http://zhuldyn.wordpress.com)

Page 27: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Sajak Anak Muda

Kita adalah angkatan gagapyang diperanakkan oleh angkatan takabur.Kita kurang pendidikan resmidi dalam hal keadilan,karena tidak diajarkan berpolitik,dan tidak diajar dasar ilmu hukum

Kita melihat kabur pribadi orang,karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.

Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus,karena tidak diajar filsafat atau logika.

Apakah kita tidak dimaksuduntuk mengerti itu semua?Apakah kita hanya dipersiapkanuntuk menjadi alat saja?

inilah gambaran rata-ratapemuda tamatan SLA,pemuda menjelang dewasa.

Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan.Bukan pertukaran pikiran.

Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan,dan bukan ilmu latihan menguraikan.

Puisi W.S. Rendra

Page 28: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

SAJAK ORANG KEPANASAN

Oleh :W.S. Rendra

Karena kami makan akardan terigu menumpuk di gudangmuKarena kami hidup berhimpitandan ruangmu berlebihanmaka kami bukan sekutu

Karena kami kuceldan kamu gemerlapanKarena kami sumpekdan kamu mengunci pintumaka kami mencurigaimuKarena kami telantar dijalandan kamu memiliki semua keteduhanKarena kami kebanjirandan kamu berpesta di kapal pesiarmaka kami tidak menyukaimuKarena kami dibungkamdan kamu nyerocos bicaraKarena kami diancamdan kamu memaksakan kekuasaanmaka kami bilang : TIDAK kepadamuKarena kami tidak boleh memilihdan kamu bebas berencanaKarena kami semua bersandaldan kamu bebas memakai senapanKarena kami harus sopandan kamu punya penjaramaka TIDAK dan TIDAK kepadamuKarena kami arus kalidan kamu batu tanpa hatimaka air akan mengikis batuSuara Merdeka,Jumat, 15 Mei 1998(http://zhuldyn.wordpress.com)

Page 29: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

SAJAK WIDURI UNTUK JOKI TOBING

Oleh :W.S. Rendra

Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir.

Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.

Orang-orang miskin menentang kemelaratan.

Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu,

kerna wajahmu muncul dalam mimpiku.

Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu

karena terlibat aku di dalam napasmu.

Dari bis kota ke bis kota

kamu memburuku.

Kita duduk bersandingan,

menyaksikan hidup yang kumal.

Dan perlahan tersirap darah kita,

melihat sekuntum bunga telah mekar,

dari puingan masa yang putus asa.

Nusantara Film, Jakarta, 9 Mei 1977

Potret Pembangunan dalam Puisi

(http://zhuldyn.wordpress.com)

Page 30: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

SAJAK Rajawali

sebuah sangkar besitidak bisa mengubah rajawalimenjadi seekor burung nurirajawali adalah pacar langitdan di dalam sangkar besirajawali merasa pastibahwa langit akan selalu menantilangit tanpa rajawaliadalah keluasan dan kebebasan tanpa sukmatujuh langit, tujuh rajawalitujuh cakrawala, tujuh pengembararajawali terbang tinggi memasuki sepimemandang duniarajawali di sangkar besiduduk bertapamengolah hidupnyahidup adalah merjan-merjan kemungkinanyang terjadi dari keringat mataharitanpa kemantapan hati rajawalimata kita hanya melihat matamorganarajawali terbang tinggimembela langit dengan setiadan ia akan mematuk kedua matamuwahai, kamu, pencemar langit yang durhaka

Karya WS RENDRA

Page 31: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Persetujuan Dengan Bung Karno

Pengarang: Chairil Anwar

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji

Aku sudah cukup lama dengan bicaramu

dipanggang diatas apimu, digarami lautmu

Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945

Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu

Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat

Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar

Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

Liberty,

Jilid 7, No 297,

1954

Page 32: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Puisi Subagio Sastrowardoyo –

Jika Hari Rembang Petang

Jika hari rembang petangtidak berarti permainan bakal selesaidan boleh tinggalkan gelanggang

hanya peranan bertukardari pemain di dalammenjadi penonton di luar

kita lantas memasuki ruang penuh cahayadan melihat bayangterlempar di layar

kita bisa jaga dan menatap semalam suntuk

hari sudah tinggikau tak berbenah?

di bawah bayang senjasetiap barang nampak indah

muka-muka yang lelahberbinar di redup sinar

di antara kita berdua, kekasihsiapa dulu akan terkapar?

Page 33: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Kampung

Kalau aku pergi ke luar negeri, dik

karena hawa di sini sudah pengap oleh

pikiran-pikiran beku.

Hidup di negeri ini seperti di dalam kampung

di mana setiap orang ingin bikin peraturan

mengenai lalu lintas di gang, jaga malam dan

daftar diri di kemantren.

Di mana setiap orang ingin jadi hakim

dan berbincang tentang susila, politik dan agama

seperti soal-soal yang dikuasai.

Di mana setiap tukang jamu disambut dengan hangat

dengan perhatian dan tawanya.

Di mana ocehan di jalan lebih berharga

dari renungan tenang di kamar.

Di mana curiga lebih mendalam dari cinta dan percaya.

Kalau aku pergi ke luar negeri, dik

karena aku ingin merdeka dan menemukan diri.

Page 34: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

JIKA HARI REMBANG PETANG

Oleh: Subagio Sastrowardoyo

Jika hari rembang petangtidak berarti permainan bakal selesaidan boleh tinggalkan gelanggang

hanya peranan bertukardari pemain di dalammenjadi penonton di luar

kita lantas memasuki ruang penuh cahayadan melihat bayangterlempar di layar

kita bisa jaga dan menatap semalam suntuk

hari sudah tinggikau tak berbenah?

di bawah bayang senjasetiap barang nampak indah

muka-muka yang lelahberbinar di redup sinar

di antara kita berdua, kekasihsiapa dulu akan terkapar?

Page 35: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

KEHARUAN

Puisi Subagio Sastrowardoyo

Aku tak terharu lagi

sejak bapak tak menciumku di ubun.

Aku tak terharu lagi

sejak perselisihan tak selesai dengan ampun.

Keharuan menawan

ktika Bung Karno bersama rakyat

teriak "Merdeka" 17 kali.

Keharuan menawan

ketika pasukan gerilya masuk Jogja

sudah kita rebut kembali.

Aku rindu keharuan

waktu hujan membasahi bumi

sehabis kering sebulan.

Aku rindu keharuan

waktu bendera dwiwarna

berkibar di taman pahlawan

Aku ingin terharu

melihat garis lengkung bertemu di ujung.

Aku ingin terharu

melihat dua tangan damai berhubung

Kita manusia perasa yang lekas terharu

Pustaka dan Budaja,

Th III, No. 9,

1962

Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air

Page 36: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Sayap Patah

sejak berdiam di kota

hati yang memberontak

telah menjadi jinak

kini pekerjaan tinggal

membaca di kamar

barang dua-tiga sajak

atau memperbaiki pagar di halaman

(yang sudah mulai rusak)

atau menyuapi anak

waktu menangis karena lapar

kadang-kadang juga memuji istri

memakai baju yang baru dibeli

--  meneropong bintang

bukan lagi menjadi hobi –

hanya sesekali di muka kaca

aku berkata menghibur diri:

bidadari! sayapmu patah

sekali waktu akan pulih kembali

Puisi Subagio Sastrowardoyo

Page 37: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

-Pidato Di Kubur Orang 

Ia terlalu baik buat dunia ini.

Ketika gerombolan mendobrak pintu

Dan menjarah miliknya

Ia tinggal diam dan tidak mengadakan perlawanan.

Ketika gerombolan memukul muka

Dan mendopak dadanya

Ia tinggal diam dan tidak menanti pembalasan.

Ketika gerombolan menculik istri

Dan memperkosa anak gadisnya

Ia tinggal diam dan tidak memendam kebencian.

Ketika gerombolan membakar rumahnya

Dan menembak kepalanya

Ia tinggal diam dan tidak menguvapkan penyesalan.

Ia terlalu baik buat dunia ini.

Page 38: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

D. Zawawi Imron

Karya : Semerbak Mayang (1977) Madura Akulah Lautmu (1978) Celurit Emas (1980) Bulan Tertusuk Ilalang (1982; yang mengilhami film Garin Nugroho berjudul sama) Raden Sagoro (1984) Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996) Lautmu Tak Habis Gelombang (1996) Madura Akulah Darahmu (1999) Lautmu Tak Habis Gelombang (2000)

Puisi Karya: D. Zawawi Imron

Sebuah Istana

Tepi jalan antara sorga dan nerakaKumasuki sebuah istanaTempat sejarah diperamMenjadi darah dan gelombangLewat jendela sebelah kiriKulihat matahari menjulurkan lidahSeperti anjing laparAku makin tak’ ngertiMengapa orang-orang memukul-mukul perutnyaJauh di batas gaib dan nyataKabut harimau menyembah cahayaKutarik napas dalam-dalamDan kupejamkan mataAlangkah kecil dunia!

Zikir

Page 39: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Alif, alif, alif,!Alifmu pedang di tangankuSusuk di dagingku, kompas di hatikuAlifmu tegak jadi cagak, meliut jadi belutHilang jadi angan, tinggal bekas menetaskanTerangHingga akuBerkesiurPadaAngin kecilTakdir-Mu

Hompimpah hidupku, hompimpah matikuHompimpah nasibku, hompimpah, hompimpahHompimpah!Kugali hatiku dengan linggis alifmuHingga lahir mataair, jadi sumur, jadi sungai,Jadi laut, jadi samudra dengan sejuta gelombangMengerang menyebut alifmuAlif, alif, alif!

Alifmu yg Satu Tegak dimana-mana

Page 40: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

ANTOLOGI PUISI AMIR HAMZAH

Karya :

Nyanyian Jallaludin El Rumi Doa Memuji Dikau Padamu Jua Malam Ku sangka Naik-naik Oada Senja

PUISI AMIR HAMZAH

MEMUJI DIKAU

Kalau aku memuji Dikau,Dengan mulut tertutup, mata tertutup,

Sujudlah segalaku, diam terbelam,Di dalam kalam asmara raya.

Turun kekasihmu,Mendapatkan daku duduk bersepi, sunyi sendiri.

Dikucupnya bibirku, dipautnya bahuku,Digantunginya leherku, hasratkan suara sayang semata.

Selagi hati bernyanyi, sepanjang sujud semua segala,Bertindih ia pada pahaku, meminum ia akan suaraku …

Dan, iapun melayang pulang,

Page 41: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Semata cahaya,Lidah api dilingkung kaca,

Menuju restu, sempana sentosa.

PADAMU JUA

Habis kikisSegala cintaku hilang terbangPulang kembali aku padamu

Seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlapPelita jendela di malam gelap

Melambai pulang perlahanSabar, setia selalu

Satu kekasihkuAku manusia

Rindu rasaRindu rupa

Di mana engkauRupa tiada

Suara sayupHanya kata merangkai hati

Engkau cemburuEngkau ganas

Mangsa aku dalam cakarmuBertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku gila, gila sasarSayang berulang padamu juaEngkau pelik menarik ingin

Serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyiMenunggu seorang diri

Lalu waktu bukan gilirankuMati hari – bukan kawanku ...

Page 42: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

ANTOLOGI PUISI TENGSOE TJAHJONO

Karya :

Ada Yang Kucari Lupa Jalan Pulang Datanglah, Maka Aku Kan Pergi Ayo Hanya Hujan Kwatren Jemari Membaca Waktu

PUISI TENGSOE TJAHJONO

HANYA HUJAN

suara yang mengeras di luar jendela. membeku

Selaput jala matamu mengabur menangkap senja pekat

ada hari yang lenyap

pada detik asing oleh alpa abadi

"Masa depan itu punyamu, anakku!"

Page 43: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Kalimat-kalimat usang dari orang-orang tua sepertiku

apa artinya? Hidup adalah gasing

berputar dan terbanting

mengapung pada parit busuk dan waktu yang lenyap selalu

suara yang mengeras di luar jendela, kenapa tak

sampai ke hatimu, padahal kupingku selalu teriris

oleh kebenaran yang dipupukkan

Miris aku mengeja!

AYO

bacalah kitab yang terbuka di hadapanmu, anakku

wajahmu tua, pucat pasi, lunglai

Itu ada saatnya, ketika matahari tak lagi jadi punyamu

dan jalan tinggal sepotong mengantarkanmu ke labirin sepi

bacalah sekali lagi, atau berulang kali

lalu format di jiwamu langkah kerucut menuju sudut

agar hujan kemarin tidak melahirkan badai

tapi sungai yang menjulur ke muara

: simfoni dalam balkon orkestra

ANTOLOGI SAPARDI DJOKO DAMONO

Page 44: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Karya:

SAJAK KECIL TENTANG CINTA

PADA SUATU HARI NANTI

NOKTURNO

KETIKA JARI-JARI BUNGA TERLUKA

HUTAN KELABU

HUJAN BULAN JUNI

Puisi

KETIKA JARI-JARI BUNGA TERLUKA

Ketika Jari-jari bunga terluka

mendadak terasa betapa sengit, cinta kita

cahaya bagai kabut, kabut cahaya

di langit menyisih awan hari ini

di bumi meriap sepi yang purba

ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata

suatu pagi, di sayap kupu-kupu

disayap warna, suara burung

Page 45: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

di ranting-ranting cuaca

bulu-bulu cahaya

betapa parah cinta kita

mabuk berjalan diantara

jerit bunga-bunga rekah…

Ketika Jari-jari bunga terbuka

mendadak terasa betapa sengit, cinta kita

cahaya bagai kabut, kabut cahaya

di langit menyisih awan hari ini

di bumi meriap sepi yang purba

ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata

HUTAN KELABU

kau pun kekasihkulangit di mana berakhir setiap pandangan

bermula kepedihan rindu itutemaram kepadaku sematamemutih dari seribu warna

hujan senandung dalam hutanlalu kelabu menabuh nyanyian

Page 46: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

ANTOLOGI SAPARDI DJOKO DAMONO

Karya:

SAJAK KECIL TENTANG CINTA

PADA SUATU HARI NANTI

NOKTURNO

KETIKA JARI-JARI BUNGA TERLUKA

HUTAN KELABU

HUJAN BULAN JUNI

Puisi

DALAM DIRIKU

dalam diriku mengalirsungai panjangdarah namanya…

dalam diriku menggenangtelaga darahsukma namanya…

dalam diriku meriakgelombang suarahidup namanya…

dan karena hidup itu indah

Page 47: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

aku menangis sepuas-puasnya…

DALAM BIS

langit di kaca jendela bergoyangterarah ke mana wajah di kaca jendelayang dahulu jugamengecil dalam pesona

sebermula adalah katabaru perjalanan dari kota ke kotademikian cepatkita pun terperanjatwaktu henti ia tiada…

Page 48: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

ANTOLOGI PUISI HAMID JABBAR

Karya :

DI TAMAN BUNGA, LUKA TERCINTA

LAPANGAN RUMPUT, SISA EMBUN DAN MASA KANAK-KANAK

BANYAK ORANG MENANGIS KEKASIH

PUISI

DI TAMAN BUNGA, LUKA TERCINTA

Di taman bunga, cinta dan luka

mekar juga bersama. Para pelayat

melebur-cucurkan rindunya bersama

gaung serangga. Seperti berlagu

Kanak-kanak dari surga menyapa

embun dan kabut. Seperti malaikat

hinggap pada mainan kanak-kanak

di taman bunga, luka tercinta

Page 49: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Dan kau terbaring di sana, kekasih

di kelopak mimpi, kemanusiaan, masih…

LAPANGAN RUMPUT, SISA EMBUN DAN MASA KANAK-KANAK

Lapangan rumput, sisa embun dan masa kanak-

kanak menggelinding bagai bola, serangga tak

bernama, impian-impian dan entah apa-apa.

Menggelinding bagai bola, sebuah lomba tentang

bahagia, gol dan sukses, tetapi yang terjaring adalah

nasib dan bukan tidak apa-apa. Peluit tidak

berbunyi, aturan-aturan dibuat dan dimakan,

mengenyangkan isi kepala yang menggelinding dari

sudut ke sudut. Tendang dan kejar. Tendang dan

menggelepar. Batu dan kaca. Kaca dan mata. Pecah

dan luka. Menggelinding bagai bola, sebuah lomba

tentang bahagia, tetapi dunia jadi embun masa

kanak-kanak, rumputan dan serangga dan sejuta

suara warna-warna dan impian-impian

menggelembung jadi sesuatu yang bernama luka,

tetapi bahagia, bukan, bukan-bukan, ternyata kuda-

kuda memakan rumput dan meninggalkan embun

dalam ringkiknya.

“Hidup bung, merdeka atau mati…”

Page 50: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

ANTOLOGI PUISI IWAN SIMATUPANG

KARYA:

Merah Jambu Di Melati

Potret

Ballade Kucing dan Otolet

Bintang tak Bermalam

Pengakuan

3/4

intang tak Bermalam

(nocturne untuk Nany Jasodiningrat)

Bertengger atas risau lembayung

Bintang tak tahu

Ke mana pijar hendak dipenjar

(Siang telah reguk segala warna

Bahkan kelam

Tak lagi bagi malam)

Dan pada pelangi

(Yang hanya di siang)

Tak ada berwakil

Warna bintang jatuh

Pengakuan

Aku ingin memberi pengakuan:

Page 51: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Bulan yang gerhana esok malam

telah kutukar pagi ini

dengan wajah terlalu bersegi

pada kaca yang retak oleh

tengadah derita kepada esok

Kulecut hari berbusa merah

Jambangan di depan jendela terbuka

menyiram kesegaran pagi dengan

pengakuan:

esok adalah bulan purnama

Page 52: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

PUISI

PotretDi sudut kamar seorang daraTergantung potret serdadu senyum:“Tunggu! Sepulangku, bahtera kita kayuh!Di atasnya salib: Pahlawan kasih yangbelum jua pulang.

Kini dara sudah lama tak menunggu lagi.Langkah-langkah pelan, yang biasa datangMenjelang tengah malam dari kebun belakangBawa cium dan kembang –Takkan lagi kunjung datang.

Di sudut kamar seorang daraTergantung potret serdadu senyum:“Jangan tunggu! Aku bangkai dalam bingkai!Di atasnya salib: Pahlawan kasih yangmasih jua belum pulang.

Kini dara sudah lama dalam biara.

Ballade Kucing dan Otolet

Di jalan ada bangkeKucing digilas otolet

DarahNgeong tak sudahSelebihnya:Langit biruDan manusia buru-buru

Otolet makin rameDi tuhan punya jalan

Bangke makin rataDi aspal panas

Page 53: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Penumpang gigimasBercanda

Di SurgaKucing pangku supir kayaDan cekikTuhan

ANTOLOGI PUISI CHAIRIL ANWAR

KARYA:

PRAJURIT JAGA MALAM

HAMPASAJAK PUTIH

YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS

PUISI KEHIDUPAN

AKU

PUISI

PRAJURIT JAGA MALAM

Page 54: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?

Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,

bermata tajam

Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya

kepastian

ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini

Aku suka pada mereka yang berani hidup

Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam

Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu……

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !

HAMPA

kepada sri

Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.

Lurus kaku pohonan. Tak bergerak

Sampai ke puncak. Sepi memagut,

Tak satu kuasa melepas-renggut

Segala menanti. Menanti. Menanti.

Sepi.

Tambah ini menanti jadi mencekik

Memberat-mencekung punda

Sampai binasa segala. Belum apa-apa

Udara bertuba. Setan bertempik

Ini sepi terus ada. Dan menanti

Page 55: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Antologi Puisi D. Zawawi Imron

Karya :

Teluk

Hanya Seutas Pamor Badik

Sebuah Istana

ZikirS

ajak Gamang

IBU

PUISI

Teluk

Kaubakar gema di jantung waktu

Bibir pantai yang letih nyanyi

Sembuh oleh laut yang berloncatan

Memburu takdirmu yang menderu

Dan teluk ini

Yang tak berpenghuni kecuali gundah dan lampu

Memberangkatkan dahaga berlayar

Berkendara seribu pencalang

Page 56: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Ke arah airmata menjelma harimau

Pohon-pohon nyiur pun yakin

Janjimu akan tersemai

Dan di barat piramid jiwa

Berkat lambaian akan tegak mahligai senja

Senyum pun kekal dalamnya

Hanya Seutas Pamor Badik

Dalam tubuhku kau nyalakan dahaga hijau

Darah terbakar nyaris ke nyawa

Kucari hutan

Sambil berdayung di hati malam

Bintang-bintang mengantuk

Menunggu giliran matahari

Ketika kau tegak merintis pagi

Selaku musafir kucoba mengerti:

Ternyata aku bukan pengembara

Kata-kata dan peristiwa

Telah lebur pada makna

Dalam aroma rimba dan waktu

Hanya seutas pamor badik, tapi

Tak kunjung selesai dilayari

Page 57: Puisi Beserta Nama Pengarangnya
Page 58: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. TEMA TUHAN

a. Tuhan

b. Tuhan

c. Tuhan

d. Tuhan

II. TEMA KORUPSI

a. Korupsi

b. Korupsi

c. Puisi untuk Koruptor

d. Untuk Koruptor

III. TEMA IBU

a. Ibu

b. Ibu

c. Ibu

d. Ibu

IV. TEMA BALI

a. Kesejukan Tanjung Benua

b. Suguhan Manis Dewata

c. Keindahan Pantai Pandawa

d. Indahnya Pulau Bali

V. TEMA SAHABAT

a. Sahabat

b. Sahabat sejati

c. Bangkitlah Sahabatku

d. Sahabat terbaikku

VI. TEMA GURU

a. Guru

Page 59: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

b. Guru

c. Guru

d. Guru

VII. TEMA WANITA

a. Wanita Muslimin

b. Wanita Sholeha

c. Wanita Sholeha

d. Wanita

VIII. TEMA SEKOLAH

a. Untuk SMP-Ku

b. Sekolahku

c. Sekolah

d. Sekolahku

IX. TEMA TERIMAKASIH

a. Terimakasih

b. Terimakasih Bintang

c. Terimakasih Tuhan

d. Terimakasih Petani

Page 60: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

UNTUK KORUPTOR

Dalam bilik-bilik sempit ini

Sering kutaruh harapan palsu

Hawa-hawa yang menghampiri

Aku berkata jujur!

Bahwa adil itu pahit

Dalam remang-remang kehidupan ini

Sedikit kutaruh rasa dengki

Rasa-rasa yang mengelabui

Aku bersumpah!

Bahwa iba butuh biaya

Lihatlah biadab-biadab di sana

Bertopeng sarjana

Bertahun-tahun diracuni dosen

Akhirnya sarjana-sarjana itu mencuri jua

Uang haram dilahapnya jua

Matilah kau!

Sang pendusta negeri

Pernahkah berpikir

Uang adalah petaka

Petaka beranak pinak

Bercucu bercicit

Dan celakalah para pendusta negeri

Petaka ada di pendusta negeri

Tangan dan kaki akan segera dipotong!

Page 61: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

PUISI UNTUK KORUPTOR

Wakil rakyat…..

Janji terus mereka lontarkan

Selalu saja rakyat yang didustakan

Kata-kata indah penuh dengan omong kosong

Semua itu hanya untuk kursi mewah

Tapi…

Tapi ketika mereka mendapatkan semua

Janji yang dulu

Dianggap angin yang lewat

Uang telah menggelapkan hati

Tahta telah membutakan jiwa

Mereka hanya tikus….

Tikus yang menggrogoti negri ini

Rakyat hanyalah objek mati

Tapi Tuhan….

Takkan membiarkan makhluk munafik

terus manjadi pemenang

Page 62: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

INDAHNYA PULAU BALI

Bali…..

Indah pulaunya tak tertandingi

Ragam budaya menghiasi keindahannya

Beragam Tarian

Beragam Alat musik

Dan adat Istiadat

Semua menjadi Satu

Membuat seluruh dunia terpesona

Bali…….

Keindahan alamnya melebihi keindahan surga

Pantainya nan asri dan mempesona

Pegunungannya nan sejuk dan lestari

Paparan sawah membentang menghijau

Menjadikan bali menjadi surganya dunia

Bali……..

Adat istiadatnya nan suci

Tak mudah ternoda oleh Zaman

Tetap berpatuh pada aturan

Menjaga tradisi

Agar tetap lestari dan suci

Itulah indahnya pulauku

Pulau bali....

Page 63: Puisi Beserta Nama Pengarangnya

Pesona Pagi Di Pulau Dewata

Pesona pagi itu...di pulau Dewata

Mata terlelap, tiada kuasa tuk terbuka

Selimut berteman dada, seakan melemahkan jiwa

Deringan-deringan yang nyaring, kudengar memekakkan telinga

Tanpa sengaja menjadi pengiring redupnya mata

               Pesona pagi itu....

               Sang surya menyeruak membelah kalbu yang lugu

               Tersungging senyumku teringat sesuatu

               Tentang....

               Aku, dia dan tempat itu

               Disana...di pulau Dewata

               Di pesona pulau yang ramah

               Ku dengar desiran ombak menghantam karang

               Seakan tak peduli semakin tegaknya matahari meradang

               Aku, dia dan segenap rasa terundang

               Keindahan pesona raya menakjubkan mata memandang

Pesona pagi itu...

Terlangkah jejak-jejak kaki

Menyusuri hitam legamnya batu-batu di tepi

Menawarkan sejuta kecanduan duniawi

Menggoda kabut hati tertutupi ilusi

               Pesona pagi itu....

               Masih kueratkan genggamanku di tangannya

               Melaju teriring bayanganku bersamanya

               Sekilas, ku mencari binar matanya

               Ku lihat merah merona dan terkesima

               Tak terasa, riak-riak kecil membelah kakiku yang lemah

               Menyapu pasir putih yang membentang

               Memburu segala apa yang ada dihadapan

               Disana, ku merajut satu keriangan

               Esoklah mungkin, kudapati setangkai harapan..