puisi beserta nama pengarangnya
DESCRIPTION
artikelTRANSCRIPT
Puisi Kembalikan Indonesia Padaku
(Taufik Ismail)
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,yang menyala bergantian,Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malamdengan bolayang bentuknya seperti telur angsa,Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelamkarena seratus juta penduduknya,
KembalikanIndonesiapadaku
Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malamdengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelamlantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renangsambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelamdan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,
KembalikanIndonesiapadaku
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malamdengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelamkarena seratus juta penduduknya,Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Paris, 1971
Kita Adalah Pemilik Sah Republik IniKarya Taufik Ismail
Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
1966
SYAIR ORANG LAPARKarya Taufik Ismail
Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kauulang jua
Kalau.
DOAOleh : Taufik Ismail
Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun-tahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani
Ampunilah kami
Ampunilah
Amin
Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan AsmaMu
Bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu
Ampunilah kami
Ampunilah
Amin
1966
Karangan Bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salemba
Sore itu.
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.
Salemba
Alma Mater, janganlah bersedih
Bila arakan ini bergerak pelahan
Menuju pemakaman
Siang ini.
Anakmu yang berani
Telah tersungkur ke bumi
Ketika melawan tirani.
Memang Selalu Demikian, Hadi
Setiap perjuangan selalu melahirkan
Sejumlah pengkhianat dan para penjilat
Jangan kau gusar, Hadi.
Setiap perjuangan selalu menghadapkan kita
Pada kaum yang bimbang menghadapi gelombang
Jangan kau kecewa, Hadi.
Setiap perjuangan yang akan menang
Selalu mendatangkan pahlawan jadi-jadian
Dan para jagoan kesiangan.
Memang demikianlah halnya, Hadi.
Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua
Pada Anaknya Berangkat Dewasa
Jika adalah yang harus kaulakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan
Ialah ang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Jika adalah orang yang harus kauagungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan Ilahi.
PUISI KARANGAN CHAIRIL ANWAR
TAK SEPADAN
Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka
Februari 1943
Derai-derai Cemara
Karya: Chairil Anwar
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangiKau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melatiHarum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tibaMeriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu laguMenarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbukaSelama matamu bagiku menengadahSelama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…
1944
Karya : Chairil Anwar
AKU
KARANGAN CHAIRIL ANWAR
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan akan akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
ANTOLOGI PUISI TAUFIK ISMAIL
Judul Puisi Karya Taufik ismail:
Tirani dan Benteng,
Buku Tamu Musim Perjuangan,
Sajak Ladang Jagung,
Kenalkan, Saya Hewan,
Puisi-puisi Langit,
Sebuah Jaket Berlumur Darah
Syair Orang Lapar
Bayi Lahir Bulan Mei 1998
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia,
Puisi Karya Taufik ismail
Memang Selalu Demikian, Hadi
Setiap perjuangan selalu melahirkan
Sejumlah pengkhianat dan para penjilat
Jangan kau gusar, Hadi.
Setiap perjuangan selalu menghadapkan kita
Pada kaum yang bimbang menghadapi gelombang
Jangan kau kecewa, Hadi.
Setiap perjuangan yang akan menang
Selalu mendatangkan pahlawan jadi-jadian
Dan para jagoan kesiangan.
Memang demikianlah halnya, Hadi.
Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua
Pada Anaknya Berangkat Dewasa
Jika adalah yang harus kaulakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan
Ialah yang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Jika adalah orang yang harus kauagungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan Ilahi.
Derai-derai Cemara
Karya: Chairil Anwar
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
Karya: Chairil Anwar
Tuti Arti
Antara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga,
adikku yang lagi keenakan menjilat es artic;
sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + coca cola
isteriku dalam latihan; kita hentikan jam berdetik.
Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal terasa
-ketika kita bersepeda kuantar kau pulang -
panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara,
mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang.
Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar;
Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu:
Sorga hanya permainan sebentar.
Aku juga seperti kau, semua lekas berlalu
Aku dan Tuti + Greet + Amoi… hati terlantar,
Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar.
Prajurit Jaga Malam
Karya: Chairil Anwar
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
Hampa
Karya: Chairil Anwar
kepada sri
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
CINTAKU JAUH DI PULAU
KARANGAN CHAIRIL ANWAR
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Februari 1943)
Budaya,
Th III, No. 8
Agustus 1954
Karya: Chairi Anwar
Sebuah Jaket Berlumur Darah
Karya Taufik Ismail
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan.
TELAH GUGUR BEBERAPA NAMAKarya : Bur Rasuanto
Telah gugur beberapa namatelah guguratas nama kita semuawarna yang berhati damai yang bertahuntelah diperhambaatas nama jiwa-jiwa agungyang namanya terpahat di hati kitaserta atas nama sejarah dan kemanusiaanyang dengan paksa telah dibengkokkan
Telah gugur beberapa namatelah gugurdan semua yang mengertiakan makna keadilan dan harga dirimengenakan lencana belasungkawabersama doa di tepi jalanmelepas pawai duka ke pemakamanatau serta dalam barisandan berbagai simpati tak terucapkantelah gugur beberapa namatelah guguratas kehilangan kita semua, atas suka kita semuaatas simpati yang tak terkirakan iniapakah lagi yang lebih berhargadari segala upacara dan pernyataanselain nanti pada ziarah yang pertama
TIRANI
Karya : Bur Rasuanto
Tirani adalah kata
Yang melahirkan banyak pengertian
Yang tak berkata
Tirani adalah pikiran
Yang dipindahkan ke dalam slogan
Yang merantai pikiran
Tirani adalah kebebasan
Di tengah padang tandus tak bertepi
Yang melumpuhkan kebebasan
Tirani adalah kekuasaan
Yang bertahta di atas segala penggelapan
Yang menimbun kekuasaan
SAJAK MATAHARI
Oleh :
W.S. Rendra
Matahari bangkit dari sanubariku.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar dari jidatku,
wahai kamu, wanita miskin !
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
Matahri adalah cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia !
Yogya, 5 Maret 1976
Potret Pembangunan dalam Puisi
(http://zhuldyn.wordpress.com)
SAJAK WIDURI UNTUK JOKI TOBING
Oleh :
W.S. Rendra
Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir.
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.
Orang-orang miskin menentang kemelaratan.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu,
kerna wajahmu muncul dalam mimpiku.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
karena terlibat aku di dalam napasmu.
Dari bis kota ke bis kota
kamu memburuku.
Kita duduk bersandingan,
menyaksikan hidup yang kumal.
Dan perlahan tersirap darah kita,
melihat sekuntum bunga telah mekar,
dari puingan masa yang putus asa.
Nusantara Film, Jakarta, 9 Mei 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
(http://zhuldyn.wordpress.com)
SAJAK PEPERANGAN ABIMANYU
(Untuk puteraku, Isaias Sadewa)
Oleh :
W.S. Rendra
Ketika maut mencegatnya di delapan penjuru.
Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya.
Hatinya damai,
di dalam dadanya yang bedah dan berdarah,
karena ia telah lunas
menjalani kewjiban dan kewajarannya.
Setelah ia wafat
apakah petani-petani akan tetap menderita,
dan para wanita kampung
tetap membanjiri rumah pelacuran di kota ?
Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup.
Tetapi bukan itu yang terlintas di kepalanya
ketika ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka.
Saat itu ia mendengar
nyanyian angin dan air yang turun dari gunung.
Perjuangan adalah satu pelaksanaan cita dan rasa.
Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan.
Di saat badan berlumur darah,
jiwa duduk di atas teratai.
Ketika ibu-ibu meratap
dan mengurap rambut mereka dengan debu,
roh ksatria bersetubuh dengan cakrawala
untuk menanam benih
agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas
– dari zaman ke zaman
Jakarta, 2 Sptember 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
(http://zhuldyn.wordpress.com)
Sajak Anak Muda
Kita adalah angkatan gagapyang diperanakkan oleh angkatan takabur.Kita kurang pendidikan resmidi dalam hal keadilan,karena tidak diajarkan berpolitik,dan tidak diajar dasar ilmu hukum
Kita melihat kabur pribadi orang,karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.
Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus,karena tidak diajar filsafat atau logika.
Apakah kita tidak dimaksuduntuk mengerti itu semua?Apakah kita hanya dipersiapkanuntuk menjadi alat saja?
inilah gambaran rata-ratapemuda tamatan SLA,pemuda menjelang dewasa.
Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan.Bukan pertukaran pikiran.
Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan,dan bukan ilmu latihan menguraikan.
Puisi W.S. Rendra
SAJAK ORANG KEPANASAN
Oleh :W.S. Rendra
Karena kami makan akardan terigu menumpuk di gudangmuKarena kami hidup berhimpitandan ruangmu berlebihanmaka kami bukan sekutu
Karena kami kuceldan kamu gemerlapanKarena kami sumpekdan kamu mengunci pintumaka kami mencurigaimuKarena kami telantar dijalandan kamu memiliki semua keteduhanKarena kami kebanjirandan kamu berpesta di kapal pesiarmaka kami tidak menyukaimuKarena kami dibungkamdan kamu nyerocos bicaraKarena kami diancamdan kamu memaksakan kekuasaanmaka kami bilang : TIDAK kepadamuKarena kami tidak boleh memilihdan kamu bebas berencanaKarena kami semua bersandaldan kamu bebas memakai senapanKarena kami harus sopandan kamu punya penjaramaka TIDAK dan TIDAK kepadamuKarena kami arus kalidan kamu batu tanpa hatimaka air akan mengikis batuSuara Merdeka,Jumat, 15 Mei 1998(http://zhuldyn.wordpress.com)
SAJAK WIDURI UNTUK JOKI TOBING
Oleh :W.S. Rendra
Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir.
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.
Orang-orang miskin menentang kemelaratan.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu,
kerna wajahmu muncul dalam mimpiku.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
karena terlibat aku di dalam napasmu.
Dari bis kota ke bis kota
kamu memburuku.
Kita duduk bersandingan,
menyaksikan hidup yang kumal.
Dan perlahan tersirap darah kita,
melihat sekuntum bunga telah mekar,
dari puingan masa yang putus asa.
Nusantara Film, Jakarta, 9 Mei 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
(http://zhuldyn.wordpress.com)
SAJAK Rajawali
sebuah sangkar besitidak bisa mengubah rajawalimenjadi seekor burung nurirajawali adalah pacar langitdan di dalam sangkar besirajawali merasa pastibahwa langit akan selalu menantilangit tanpa rajawaliadalah keluasan dan kebebasan tanpa sukmatujuh langit, tujuh rajawalitujuh cakrawala, tujuh pengembararajawali terbang tinggi memasuki sepimemandang duniarajawali di sangkar besiduduk bertapamengolah hidupnyahidup adalah merjan-merjan kemungkinanyang terjadi dari keringat mataharitanpa kemantapan hati rajawalimata kita hanya melihat matamorganarajawali terbang tinggimembela langit dengan setiadan ia akan mematuk kedua matamuwahai, kamu, pencemar langit yang durhaka
Karya WS RENDRA
Persetujuan Dengan Bung Karno
Pengarang: Chairil Anwar
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
Liberty,
Jilid 7, No 297,
1954
Puisi Subagio Sastrowardoyo –
Jika Hari Rembang Petang
Jika hari rembang petangtidak berarti permainan bakal selesaidan boleh tinggalkan gelanggang
hanya peranan bertukardari pemain di dalammenjadi penonton di luar
kita lantas memasuki ruang penuh cahayadan melihat bayangterlempar di layar
kita bisa jaga dan menatap semalam suntuk
hari sudah tinggikau tak berbenah?
di bawah bayang senjasetiap barang nampak indah
muka-muka yang lelahberbinar di redup sinar
di antara kita berdua, kekasihsiapa dulu akan terkapar?
Kampung
Kalau aku pergi ke luar negeri, dik
karena hawa di sini sudah pengap oleh
pikiran-pikiran beku.
Hidup di negeri ini seperti di dalam kampung
di mana setiap orang ingin bikin peraturan
mengenai lalu lintas di gang, jaga malam dan
daftar diri di kemantren.
Di mana setiap orang ingin jadi hakim
dan berbincang tentang susila, politik dan agama
seperti soal-soal yang dikuasai.
Di mana setiap tukang jamu disambut dengan hangat
dengan perhatian dan tawanya.
Di mana ocehan di jalan lebih berharga
dari renungan tenang di kamar.
Di mana curiga lebih mendalam dari cinta dan percaya.
Kalau aku pergi ke luar negeri, dik
karena aku ingin merdeka dan menemukan diri.
JIKA HARI REMBANG PETANG
Oleh: Subagio Sastrowardoyo
Jika hari rembang petangtidak berarti permainan bakal selesaidan boleh tinggalkan gelanggang
hanya peranan bertukardari pemain di dalammenjadi penonton di luar
kita lantas memasuki ruang penuh cahayadan melihat bayangterlempar di layar
kita bisa jaga dan menatap semalam suntuk
hari sudah tinggikau tak berbenah?
di bawah bayang senjasetiap barang nampak indah
muka-muka yang lelahberbinar di redup sinar
di antara kita berdua, kekasihsiapa dulu akan terkapar?
KEHARUAN
Puisi Subagio Sastrowardoyo
Aku tak terharu lagi
sejak bapak tak menciumku di ubun.
Aku tak terharu lagi
sejak perselisihan tak selesai dengan ampun.
Keharuan menawan
ktika Bung Karno bersama rakyat
teriak "Merdeka" 17 kali.
Keharuan menawan
ketika pasukan gerilya masuk Jogja
sudah kita rebut kembali.
Aku rindu keharuan
waktu hujan membasahi bumi
sehabis kering sebulan.
Aku rindu keharuan
waktu bendera dwiwarna
berkibar di taman pahlawan
Aku ingin terharu
melihat garis lengkung bertemu di ujung.
Aku ingin terharu
melihat dua tangan damai berhubung
Kita manusia perasa yang lekas terharu
Pustaka dan Budaja,
Th III, No. 9,
1962
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
Sayap Patah
sejak berdiam di kota
hati yang memberontak
telah menjadi jinak
kini pekerjaan tinggal
membaca di kamar
barang dua-tiga sajak
atau memperbaiki pagar di halaman
(yang sudah mulai rusak)
atau menyuapi anak
waktu menangis karena lapar
kadang-kadang juga memuji istri
memakai baju yang baru dibeli
-- meneropong bintang
bukan lagi menjadi hobi –
hanya sesekali di muka kaca
aku berkata menghibur diri:
bidadari! sayapmu patah
sekali waktu akan pulih kembali
Puisi Subagio Sastrowardoyo
-Pidato Di Kubur Orang
Ia terlalu baik buat dunia ini.
Ketika gerombolan mendobrak pintu
Dan menjarah miliknya
Ia tinggal diam dan tidak mengadakan perlawanan.
Ketika gerombolan memukul muka
Dan mendopak dadanya
Ia tinggal diam dan tidak menanti pembalasan.
Ketika gerombolan menculik istri
Dan memperkosa anak gadisnya
Ia tinggal diam dan tidak memendam kebencian.
Ketika gerombolan membakar rumahnya
Dan menembak kepalanya
Ia tinggal diam dan tidak menguvapkan penyesalan.
Ia terlalu baik buat dunia ini.
D. Zawawi Imron
Karya : Semerbak Mayang (1977) Madura Akulah Lautmu (1978) Celurit Emas (1980) Bulan Tertusuk Ilalang (1982; yang mengilhami film Garin Nugroho berjudul sama) Raden Sagoro (1984) Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996) Lautmu Tak Habis Gelombang (1996) Madura Akulah Darahmu (1999) Lautmu Tak Habis Gelombang (2000)
Puisi Karya: D. Zawawi Imron
Sebuah Istana
Tepi jalan antara sorga dan nerakaKumasuki sebuah istanaTempat sejarah diperamMenjadi darah dan gelombangLewat jendela sebelah kiriKulihat matahari menjulurkan lidahSeperti anjing laparAku makin tak’ ngertiMengapa orang-orang memukul-mukul perutnyaJauh di batas gaib dan nyataKabut harimau menyembah cahayaKutarik napas dalam-dalamDan kupejamkan mataAlangkah kecil dunia!
Zikir
Alif, alif, alif,!Alifmu pedang di tangankuSusuk di dagingku, kompas di hatikuAlifmu tegak jadi cagak, meliut jadi belutHilang jadi angan, tinggal bekas menetaskanTerangHingga akuBerkesiurPadaAngin kecilTakdir-Mu
Hompimpah hidupku, hompimpah matikuHompimpah nasibku, hompimpah, hompimpahHompimpah!Kugali hatiku dengan linggis alifmuHingga lahir mataair, jadi sumur, jadi sungai,Jadi laut, jadi samudra dengan sejuta gelombangMengerang menyebut alifmuAlif, alif, alif!
Alifmu yg Satu Tegak dimana-mana
ANTOLOGI PUISI AMIR HAMZAH
Karya :
Nyanyian Jallaludin El Rumi Doa Memuji Dikau Padamu Jua Malam Ku sangka Naik-naik Oada Senja
PUISI AMIR HAMZAH
MEMUJI DIKAU
Kalau aku memuji Dikau,Dengan mulut tertutup, mata tertutup,
Sujudlah segalaku, diam terbelam,Di dalam kalam asmara raya.
Turun kekasihmu,Mendapatkan daku duduk bersepi, sunyi sendiri.
Dikucupnya bibirku, dipautnya bahuku,Digantunginya leherku, hasratkan suara sayang semata.
Selagi hati bernyanyi, sepanjang sujud semua segala,Bertindih ia pada pahaku, meminum ia akan suaraku …
Dan, iapun melayang pulang,
Semata cahaya,Lidah api dilingkung kaca,
Menuju restu, sempana sentosa.
PADAMU JUA
Habis kikisSegala cintaku hilang terbangPulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlapPelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahanSabar, setia selalu
Satu kekasihkuAku manusia
Rindu rasaRindu rupa
Di mana engkauRupa tiada
Suara sayupHanya kata merangkai hati
Engkau cemburuEngkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmuBertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku gila, gila sasarSayang berulang padamu juaEngkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyiMenunggu seorang diri
Lalu waktu bukan gilirankuMati hari – bukan kawanku ...
ANTOLOGI PUISI TENGSOE TJAHJONO
Karya :
Ada Yang Kucari Lupa Jalan Pulang Datanglah, Maka Aku Kan Pergi Ayo Hanya Hujan Kwatren Jemari Membaca Waktu
PUISI TENGSOE TJAHJONO
HANYA HUJAN
suara yang mengeras di luar jendela. membeku
Selaput jala matamu mengabur menangkap senja pekat
ada hari yang lenyap
pada detik asing oleh alpa abadi
"Masa depan itu punyamu, anakku!"
Kalimat-kalimat usang dari orang-orang tua sepertiku
apa artinya? Hidup adalah gasing
berputar dan terbanting
mengapung pada parit busuk dan waktu yang lenyap selalu
suara yang mengeras di luar jendela, kenapa tak
sampai ke hatimu, padahal kupingku selalu teriris
oleh kebenaran yang dipupukkan
Miris aku mengeja!
AYO
bacalah kitab yang terbuka di hadapanmu, anakku
wajahmu tua, pucat pasi, lunglai
Itu ada saatnya, ketika matahari tak lagi jadi punyamu
dan jalan tinggal sepotong mengantarkanmu ke labirin sepi
bacalah sekali lagi, atau berulang kali
lalu format di jiwamu langkah kerucut menuju sudut
agar hujan kemarin tidak melahirkan badai
tapi sungai yang menjulur ke muara
: simfoni dalam balkon orkestra
ANTOLOGI SAPARDI DJOKO DAMONO
Karya:
SAJAK KECIL TENTANG CINTA
PADA SUATU HARI NANTI
NOKTURNO
KETIKA JARI-JARI BUNGA TERLUKA
HUTAN KELABU
HUJAN BULAN JUNI
Puisi
KETIKA JARI-JARI BUNGA TERLUKA
Ketika Jari-jari bunga terluka
mendadak terasa betapa sengit, cinta kita
cahaya bagai kabut, kabut cahaya
di langit menyisih awan hari ini
di bumi meriap sepi yang purba
ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata
suatu pagi, di sayap kupu-kupu
disayap warna, suara burung
di ranting-ranting cuaca
bulu-bulu cahaya
betapa parah cinta kita
mabuk berjalan diantara
jerit bunga-bunga rekah…
Ketika Jari-jari bunga terbuka
mendadak terasa betapa sengit, cinta kita
cahaya bagai kabut, kabut cahaya
di langit menyisih awan hari ini
di bumi meriap sepi yang purba
ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata
HUTAN KELABU
kau pun kekasihkulangit di mana berakhir setiap pandangan
bermula kepedihan rindu itutemaram kepadaku sematamemutih dari seribu warna
hujan senandung dalam hutanlalu kelabu menabuh nyanyian
ANTOLOGI SAPARDI DJOKO DAMONO
Karya:
SAJAK KECIL TENTANG CINTA
PADA SUATU HARI NANTI
NOKTURNO
KETIKA JARI-JARI BUNGA TERLUKA
HUTAN KELABU
HUJAN BULAN JUNI
Puisi
DALAM DIRIKU
dalam diriku mengalirsungai panjangdarah namanya…
dalam diriku menggenangtelaga darahsukma namanya…
dalam diriku meriakgelombang suarahidup namanya…
dan karena hidup itu indah
aku menangis sepuas-puasnya…
DALAM BIS
langit di kaca jendela bergoyangterarah ke mana wajah di kaca jendelayang dahulu jugamengecil dalam pesona
sebermula adalah katabaru perjalanan dari kota ke kotademikian cepatkita pun terperanjatwaktu henti ia tiada…
ANTOLOGI PUISI HAMID JABBAR
Karya :
DI TAMAN BUNGA, LUKA TERCINTA
LAPANGAN RUMPUT, SISA EMBUN DAN MASA KANAK-KANAK
BANYAK ORANG MENANGIS KEKASIH
PUISI
DI TAMAN BUNGA, LUKA TERCINTA
Di taman bunga, cinta dan luka
mekar juga bersama. Para pelayat
melebur-cucurkan rindunya bersama
gaung serangga. Seperti berlagu
Kanak-kanak dari surga menyapa
embun dan kabut. Seperti malaikat
hinggap pada mainan kanak-kanak
di taman bunga, luka tercinta
Dan kau terbaring di sana, kekasih
di kelopak mimpi, kemanusiaan, masih…
LAPANGAN RUMPUT, SISA EMBUN DAN MASA KANAK-KANAK
Lapangan rumput, sisa embun dan masa kanak-
kanak menggelinding bagai bola, serangga tak
bernama, impian-impian dan entah apa-apa.
Menggelinding bagai bola, sebuah lomba tentang
bahagia, gol dan sukses, tetapi yang terjaring adalah
nasib dan bukan tidak apa-apa. Peluit tidak
berbunyi, aturan-aturan dibuat dan dimakan,
mengenyangkan isi kepala yang menggelinding dari
sudut ke sudut. Tendang dan kejar. Tendang dan
menggelepar. Batu dan kaca. Kaca dan mata. Pecah
dan luka. Menggelinding bagai bola, sebuah lomba
tentang bahagia, tetapi dunia jadi embun masa
kanak-kanak, rumputan dan serangga dan sejuta
suara warna-warna dan impian-impian
menggelembung jadi sesuatu yang bernama luka,
tetapi bahagia, bukan, bukan-bukan, ternyata kuda-
kuda memakan rumput dan meninggalkan embun
dalam ringkiknya.
“Hidup bung, merdeka atau mati…”
ANTOLOGI PUISI IWAN SIMATUPANG
KARYA:
Merah Jambu Di Melati
Potret
Ballade Kucing dan Otolet
Bintang tak Bermalam
Pengakuan
3/4
intang tak Bermalam
(nocturne untuk Nany Jasodiningrat)
Bertengger atas risau lembayung
Bintang tak tahu
Ke mana pijar hendak dipenjar
(Siang telah reguk segala warna
Bahkan kelam
Tak lagi bagi malam)
Dan pada pelangi
(Yang hanya di siang)
Tak ada berwakil
Warna bintang jatuh
Pengakuan
Aku ingin memberi pengakuan:
Bulan yang gerhana esok malam
telah kutukar pagi ini
dengan wajah terlalu bersegi
pada kaca yang retak oleh
tengadah derita kepada esok
Kulecut hari berbusa merah
Jambangan di depan jendela terbuka
menyiram kesegaran pagi dengan
pengakuan:
esok adalah bulan purnama
PUISI
PotretDi sudut kamar seorang daraTergantung potret serdadu senyum:“Tunggu! Sepulangku, bahtera kita kayuh!Di atasnya salib: Pahlawan kasih yangbelum jua pulang.
Kini dara sudah lama tak menunggu lagi.Langkah-langkah pelan, yang biasa datangMenjelang tengah malam dari kebun belakangBawa cium dan kembang –Takkan lagi kunjung datang.
Di sudut kamar seorang daraTergantung potret serdadu senyum:“Jangan tunggu! Aku bangkai dalam bingkai!Di atasnya salib: Pahlawan kasih yangmasih jua belum pulang.
Kini dara sudah lama dalam biara.
Ballade Kucing dan Otolet
Di jalan ada bangkeKucing digilas otolet
DarahNgeong tak sudahSelebihnya:Langit biruDan manusia buru-buru
Otolet makin rameDi tuhan punya jalan
Bangke makin rataDi aspal panas
Penumpang gigimasBercanda
Di SurgaKucing pangku supir kayaDan cekikTuhan
ANTOLOGI PUISI CHAIRIL ANWAR
KARYA:
PRAJURIT JAGA MALAM
HAMPASAJAK PUTIH
YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
PUISI KEHIDUPAN
AKU
PUISI
PRAJURIT JAGA MALAM
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu……
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !
HAMPA
kepada sri
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti
Antologi Puisi D. Zawawi Imron
Karya :
Teluk
Hanya Seutas Pamor Badik
Sebuah Istana
ZikirS
ajak Gamang
IBU
PUISI
Teluk
Kaubakar gema di jantung waktu
Bibir pantai yang letih nyanyi
Sembuh oleh laut yang berloncatan
Memburu takdirmu yang menderu
Dan teluk ini
Yang tak berpenghuni kecuali gundah dan lampu
Memberangkatkan dahaga berlayar
Berkendara seribu pencalang
Ke arah airmata menjelma harimau
Pohon-pohon nyiur pun yakin
Janjimu akan tersemai
Dan di barat piramid jiwa
Berkat lambaian akan tegak mahligai senja
Senyum pun kekal dalamnya
Hanya Seutas Pamor Badik
Dalam tubuhku kau nyalakan dahaga hijau
Darah terbakar nyaris ke nyawa
Kucari hutan
Sambil berdayung di hati malam
Bintang-bintang mengantuk
Menunggu giliran matahari
Ketika kau tegak merintis pagi
Selaku musafir kucoba mengerti:
Ternyata aku bukan pengembara
Kata-kata dan peristiwa
Telah lebur pada makna
Dalam aroma rimba dan waktu
Hanya seutas pamor badik, tapi
Tak kunjung selesai dilayari
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. TEMA TUHAN
a. Tuhan
b. Tuhan
c. Tuhan
d. Tuhan
II. TEMA KORUPSI
a. Korupsi
b. Korupsi
c. Puisi untuk Koruptor
d. Untuk Koruptor
III. TEMA IBU
a. Ibu
b. Ibu
c. Ibu
d. Ibu
IV. TEMA BALI
a. Kesejukan Tanjung Benua
b. Suguhan Manis Dewata
c. Keindahan Pantai Pandawa
d. Indahnya Pulau Bali
V. TEMA SAHABAT
a. Sahabat
b. Sahabat sejati
c. Bangkitlah Sahabatku
d. Sahabat terbaikku
VI. TEMA GURU
a. Guru
b. Guru
c. Guru
d. Guru
VII. TEMA WANITA
a. Wanita Muslimin
b. Wanita Sholeha
c. Wanita Sholeha
d. Wanita
VIII. TEMA SEKOLAH
a. Untuk SMP-Ku
b. Sekolahku
c. Sekolah
d. Sekolahku
IX. TEMA TERIMAKASIH
a. Terimakasih
b. Terimakasih Bintang
c. Terimakasih Tuhan
d. Terimakasih Petani
UNTUK KORUPTOR
Dalam bilik-bilik sempit ini
Sering kutaruh harapan palsu
Hawa-hawa yang menghampiri
Aku berkata jujur!
Bahwa adil itu pahit
Dalam remang-remang kehidupan ini
Sedikit kutaruh rasa dengki
Rasa-rasa yang mengelabui
Aku bersumpah!
Bahwa iba butuh biaya
Lihatlah biadab-biadab di sana
Bertopeng sarjana
Bertahun-tahun diracuni dosen
Akhirnya sarjana-sarjana itu mencuri jua
Uang haram dilahapnya jua
Matilah kau!
Sang pendusta negeri
Pernahkah berpikir
Uang adalah petaka
Petaka beranak pinak
Bercucu bercicit
Dan celakalah para pendusta negeri
Petaka ada di pendusta negeri
Tangan dan kaki akan segera dipotong!
PUISI UNTUK KORUPTOR
Wakil rakyat…..
Janji terus mereka lontarkan
Selalu saja rakyat yang didustakan
Kata-kata indah penuh dengan omong kosong
Semua itu hanya untuk kursi mewah
Tapi…
Tapi ketika mereka mendapatkan semua
Janji yang dulu
Dianggap angin yang lewat
Uang telah menggelapkan hati
Tahta telah membutakan jiwa
Mereka hanya tikus….
Tikus yang menggrogoti negri ini
Rakyat hanyalah objek mati
Tapi Tuhan….
Takkan membiarkan makhluk munafik
terus manjadi pemenang
INDAHNYA PULAU BALI
Bali…..
Indah pulaunya tak tertandingi
Ragam budaya menghiasi keindahannya
Beragam Tarian
Beragam Alat musik
Dan adat Istiadat
Semua menjadi Satu
Membuat seluruh dunia terpesona
Bali…….
Keindahan alamnya melebihi keindahan surga
Pantainya nan asri dan mempesona
Pegunungannya nan sejuk dan lestari
Paparan sawah membentang menghijau
Menjadikan bali menjadi surganya dunia
Bali……..
Adat istiadatnya nan suci
Tak mudah ternoda oleh Zaman
Tetap berpatuh pada aturan
Menjaga tradisi
Agar tetap lestari dan suci
Itulah indahnya pulauku
Pulau bali....
Pesona Pagi Di Pulau Dewata
Pesona pagi itu...di pulau Dewata
Mata terlelap, tiada kuasa tuk terbuka
Selimut berteman dada, seakan melemahkan jiwa
Deringan-deringan yang nyaring, kudengar memekakkan telinga
Tanpa sengaja menjadi pengiring redupnya mata
Pesona pagi itu....
Sang surya menyeruak membelah kalbu yang lugu
Tersungging senyumku teringat sesuatu
Tentang....
Aku, dia dan tempat itu
Disana...di pulau Dewata
Di pesona pulau yang ramah
Ku dengar desiran ombak menghantam karang
Seakan tak peduli semakin tegaknya matahari meradang
Aku, dia dan segenap rasa terundang
Keindahan pesona raya menakjubkan mata memandang
Pesona pagi itu...
Terlangkah jejak-jejak kaki
Menyusuri hitam legamnya batu-batu di tepi
Menawarkan sejuta kecanduan duniawi
Menggoda kabut hati tertutupi ilusi
Pesona pagi itu....
Masih kueratkan genggamanku di tangannya
Melaju teriring bayanganku bersamanya
Sekilas, ku mencari binar matanya
Ku lihat merah merona dan terkesima
Tak terasa, riak-riak kecil membelah kakiku yang lemah
Menyapu pasir putih yang membentang
Memburu segala apa yang ada dihadapan
Disana, ku merajut satu keriangan
Esoklah mungkin, kudapati setangkai harapan..