puisi-puisi madah al-hamziyyat karya al-bÛshÎrÎ

32
1 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ Ade Kosasih, Tb. Ace Fakhrullah, Ooh Hodijah [email protected] PENDAHULUAN Al-Hamziyyat fî Madhi Khairi al-Bariyyat (selanjutnya disebut Al- Hamziyyat) adalah naskah yang berbahasa dan beraksara Arab koleksi Perpustakaan Nasional RI. Naskah itu berjumlah 3 (tiga) buah dengan nomor koleksi 846, 847, dan 848 dalam kelompok VIII bertajuk Poetry `puisi`. Di antara ketiga koleksi itu, hanya naskah dengan nomor koleksi 847 yang secara jelas mencantumkan tanggal, bulan, dan tahun penyalinan, yaitu tertulis hari Kamis 10 Râbi’ul Awwal 1171 1 . Kedua naskah lainnya, yaitu nomor koleksi 846 dan 848, tidak ada identitas yang menunjukkan waktu penyalinannya. Pada naskah tersebut di atas tidak tercantum identitas penyalinnya, sehingga sangat sulit untuk mengetahui orang yang menyalinnya. 1 Sekitar tahun 1771 M

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

1 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT

KARYA AL-BÛSHÎRÎ

Ade Kosasih, Tb. Ace Fakhrullah, Ooh Hodijah

[email protected]

PENDAHULUAN

Al-Hamziyyat fî Madhi Khairi al-Bariyyat (selanjutnya disebut Al-

Hamziyyat) adalah naskah yang berbahasa dan beraksara Arab koleksi

Perpustakaan Nasional RI. Naskah itu berjumlah 3 (tiga) buah dengan

nomor koleksi 846, 847, dan 848 dalam kelompok VIII bertajuk Poetry

`puisi`. Di antara ketiga koleksi itu, hanya naskah dengan nomor koleksi

847 yang secara jelas mencantumkan tanggal, bulan, dan tahun

penyalinan, yaitu tertulis hari Kamis 10 Râbi’ul Awwal 11711. Kedua

naskah lainnya, yaitu nomor koleksi 846 dan 848, tidak ada identitas

yang menunjukkan waktu penyalinannya. Pada naskah tersebut di atas

tidak tercantum identitas penyalinnya, sehingga sangat sulit untuk

mengetahui orang yang menyalinnya.

1Sekitar tahun 1771 M

Page 2: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

2 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Naskah Al-Hamziyyat ini disalin sesuai dengan bahasa dan aksara

aslinya, yaitu Arab, dalam tradisi Nusantara2. Naskah Al-Hamziyyat ini

dapat dikatagorikan sebagai naskah Nusantara Islami (Bdk, Hidayat,

2007: 2-4). Pada umumnya, naskah Nusantara Islami disalin dengan

tujuan untuk pembelajaran dan sebagai pegangan dalam berperilaku

sehari-hari, penulisannya dilakukan di lingkungan pesantren. Sebagai

naskah hasil penyalinan, sudah biasanya, Al-Hamziyyat ini mengalami

beberapa kesalahan dan perubahan dari teks aslinya. Kesalahan dan

perubahan itu disebabkan berbagai faktor di antaranya yang paling

penting adalah kapasitas penyalinnya dalam penguasaan aksara dan

bahasa Arab.

Dilihat dari aspek bentuk fisiknya, Al-Hamziyyat ini dikatagorikan

sebagai sebuah teks qashîdat 3(syair yang jumlahnya lebih dari 7 bait)

yang terdiri atas 458 bait. Sebagai sebuah qashîdat, Al-Hamziyyat

memiliki unsur-unsur sebagaimana qashîdat dan syair Arab klasik pada

umumnya. Unsur-unsur itu berupa ‘Arûdl (prosodi), yaitu seluk-beluk

bunyi pada puisi Arab (bdk. Manshur, 2007: 532). Problematika bunyi

pada qashîdat ini meliputi dua problem besar, yaitu bahr (matra) dan

qāfiyat (rima akhir). Bahr merupakan pola bunyi seluruh bagian dalam

qashîdat , sedangkan qāfiyat adalah pola bunyi akhir setiap baitnya.

2koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ini disalin oleh orang tHamziyya-AlNaskah

Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari bentuk dan gaya penulisannya. 3atau puisi Arab yang jumlah barisnya minimal 7 baris. Baris syair Arab disebut adalah syair tQashîda

bait.

Page 3: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

3 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Qashîdat Al-Hamziyyat ini diciptakan oleh seorang penyair Mesir yang

sangat populer, Al-Bûshirī4.

Al-Hamziyyat, sebagaimana karya Al-Bûshirī lainnya seperi Al-Burdat,

adalah karya sastra berupa puisi keagamaan yang mengungkapkan

perasaan cintanya kepada Nabi Muhammad sebagai suri teladan (bdk,

Manshur, 2007: 1; Adib, 2009: viii). Hal ini menunjukkan bahwa tokoh

utama yang diungkapkan dalam Al-Hamziyyat ini adalah Nabi

Muhammad. Pembicaraan tentang Nabi Muhammad dapat dibagi

menjadi dua bagian besar, yaitu (1) sosok sebagai manusia yang

memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan manusia

lainnya termasuk para nabi dan rasul yang mendahuluinya; dan (2)

sosok sebagai Nabi dan Rasul yang mengemban amanat sebagai utusan

Allah. Al-Hamziyyat menguraikan dengan tegas tentang penciptaan

makhluk teristimewa ini pada bagian awalnya. Kemudian diceritakan

kehidupan Nabi Muhammad sebagai sosok seorang Nabi dan Rasul

hingga bagaimana seharusnya para pengikutnya mencermati teladan

terbaik ini. Hal itu menunjukkan struktur perjalanan Nabi Muhammad,

termasuk bagian-bagian ajaran intinya.

Teks Al-Hamziyyat menggambarkan Nabi Muhammad sebagai sosok

ciptaan Allah yang paling istimewa dibandingkan dengan ciptaan

lainnya. Pandangan sufistik, terlihat sangat kental pada teks Al-

Hamziyyat. Keistimewaan Nabi Muhammad adalah eksistensi sebagai

cikal-bakal kehidupan semua ciptaan yang lainnya, termasuk manusia

dan para nabi itu sendiri. Eksistensi inilah yang disebut dengan Nur

Muhammad atau cahaya Muhammad yang menjadi asal penciptaan

4Bûshirī-din Abu Abdillah Muhammad ibn Said Al-Imam Syarf al-lengkapnya adalah Al Nama

Page 4: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

4 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

segala sesuatu. Langit dan bumi serta segala isinya berasal dari Nur

Muhammad karena eksistensinya mendahului makhluk lainnya (Al-

Bâjûrî, t.t.: 30), bahkan segala mukjizat yang dibawa oleh para rasul

berasal dari Nur Muhammad karena penciptaannya mendahului

mereka (Al-Azharî, t.t.:31).

Nabi Muhammad, sebagai utusan Allah, mempunyai tugas

menyampaikan ajaran kepada seluruh umat manusia. Perjalanan

hidupnya tercatat dalam sejarah, sehingga tidak satu episode pun yang

hilang. Ajaran yang dibawanya dipercaya dapat diimplementasikan

dalam kehidupan sehari-hari kapan pun dan di mana pun. Al-Hamziyyat

merupakan teks yang menceritakan hal-ihwal Nabi Muhammad, sejak

Tuhan berkehendak untuk menciptakan makhluk-makhluknya hingga

setelah kewafatannya. Struktur naratif Al-Hamziyyat mengetengahkan

setiap episode kehidupannya, dan umat manusia dapat mengambil

intisari ajaran dari setiap episode itu.

Persoalan kenabian adalah persoalan yang unik sepanjang perjalanan

sejarah para nabi itu sendiri. Di dalam setiap kurun waktu, Nabi

Muhammad dipuji, disanjung, dan dihormati. Akan tetapi, bersamaan

dengan itu pula, Nabi Muhammad dicerca, dihujat, dan dihina. Hal itu

merupakan fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Al-Hamziyyat

mengemas itu semua dalam untaian bait-bait yang mengejutkan

perasaan pembacanya. Oleh sebab itu, Al-Muth’any (1981: 7-8)

menjelaskan ada 4 (empat) faktor mengapa studi terhadap Al-Hamziyyat

itu sangat penting untuk dilakukan. Keempat faktor itu adalah:

1) Al-Hamziyyat, tidak hanya sekedar karya sastra tetapi lebih dari itu,

yaitu sebagai karya sastra religius yang sangat mendalam tentang

pujian kepada Nabi Muhammad;

Page 5: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

5 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

2) Kekuatan Al-Hamziyyat terletak pada tokoh utama yang

dikandungnya, yaitu Nabi Muhammad sebagai manusia yang

mengemban misi ketuhanan dan misi kemanusiaan yang seutuhnya

dalam kehidupan ini ;

3) Al-Hamziyyat adalah fenomena karya sastra yang lahir dengan

pesan-pesan yang sangat relevan dan akurat di dalam kehidupan ini

; dan

4) Al-Hamziyyat adalah karya relevan dengan perkembangan zaman,

sehingga akan terasa aktual walaupun karya ini lahir pada masa lalu.

Keempat faktor tersebut di atas menunjukkan bahwa Al-Hamziyyat

merupakan karya sastra yang istimewa dengan memadukan religiusitas,

popularitas, relevansi, dan aktualitas. Hal itulah yang mendasari

pentingnya penelitian ini.

Al-Hamziyyat bukan satu-satunya karya sastra yang berisi pujian

terhadap Nabi Mauhammad. Banyak sekali karya sastra yang temanya

berupa pujian terhadap Nabi Muhammad. Apabila diurut secara

terperinci, pujian terhadap Nabi Muhammad sebagai sosok teladan itu

sudah ditegaskan oleh Al-Quran, bahwa Allah dan Malaikat pun memuji

Nabi Muhammad, dan orang beriman diperintahkan pula bershalawat.

Demikian Al-Quran (Al-Ahzab: 59) berikut:

سل موا ت

يه وسل

وا عل

وا صل

ذين آمن

ها ال ي

يا أ

بي ى الن

عل

ون

ه يصل

تئك

ومل يماإن الل

`Inna Allah wa Malâ`ikatahû ’alâ al-Nabiyyi yâ `ayyuha al-ladzîna

`âmanu shallû ‘alaihi wa sallimû taslîma

Terjemahannya:

Page 6: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

6 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat

untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu

untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.

Untuk mengejawantahkan perintah tersebut di atas, sejak generasi awal,

masa Nabi Muhammad, sudah banyak pujian dilakukan dengan berbagai

bentuk, mulai dari biografi, perjalanan sejarah secara kronologis, prosa,

dan puisi termasuk qashîdat . Akan tetapi, pujian demi pujian itu

diungkapkan tidak sampai kepada tahap menjadikannya sebagai tuhan

apalagi menyembahnya. Hal itu terjadi karena Nabi Muhammad adalah

manusia biasa yang hidup layaknya sebagai manusia pada umumnya

dengan kelebihannya adalah transendental empirikal (Soewardi, 2004:

64). Bersifat transendental karena Nabi Muhammad menerima wahyu

dari Tuhan, yaitu Al-Quran; dan empirikal karena Nabi Muhammad

melaksanakan wahyu itu dalam hidup dan kehidupannya sebagai fakta

historisnya yang tidak terbantahkan.

Pujian terhadap Nabi Muhammad ada dan terus berkembang sejak

kelahirannya. Orang-orang yang termasuk generasi pertama

menciptakan karya yang isinya memuji Nabi Muhammad adalah Abu

Thâlib5 dengan karyanya lâmiyah li quraisy dalam bentuk puisi; Ka’ab

bin Zuhair6 dengan karyanya qashîdat bânat su’âd; dan demikian juga

5inggal Abu Thâlib adalah paman Nabi Muhammad yang mengasuh dan mengurus Nabi sejak dit

kakeknya. Beliaulah yang melindungi Nabi saat memulai dakwahnya. 6Menurut Zuhair ibn Abi Sulam (penyair terkenal pada zaman Pra Islam) bahwa Ka’ab bin Zuhair

adalah penyair pada zaman tersebut.

Page 7: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

7 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

dengan Hasan bin Tsabit7 dan Abdullah bin Rawahah dengan karya-

karyanya dalam bentuk qashîdat (al-Syahri, 2008:10). Pujian itu

dilakukan sebagai bukti kecintaan kepada Nabi Muhammad dengan dua

macam tujuan, yaitu pertama mematuhi perintah Tuhan untuk

mencintainya; dan kedua, mengharapkan memperoleh keutamaan

sebagaimana Nabi Muhammad. Hal itu adalah fakta yang ada sebagai

bentuk apresiasi dan resepsi khalayak terhadap keberadaan Nabi

Muhammad. Demikian juga dengan terus bergantinya waktu, pujian

umat Islam terhadap Nabi Muhammad khususnya dalam bentuk puisi

terus tumbuh dan berkembang.

Penelitian dengan objek formalnya Nabi Muhammad dan risalahnya

dalam sebuah karya sastra yang besar seperti Al-Hamziyyat merupakan

upaya yang relevan dan bermanfaat. Penelitian ini juga merupakan

upaya pengungkapan kembali eksistensi Nabi Muhammad dan

risalahnya dalam karya sastra yang sangat berguna dalam kehidupan

spritual umat manusia dewasa ini, karena umat manusia sedang

mengalami krisis multi dimensional, sehingga perlu untuk

menghadirkan solusinya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu

solusi dan jalan keluar dari problem krisis multidimensional ini,

terutama untuk umat Islam. Diutusnya Nabi Muhammad merupakan

intervensi Tuhan dalam mengatasi krisis multidimensional ini.

Hal-hal yang diungkapkan dalam Al-Hamziyyat itu adalah: (i) eksistensi

Nabi Muhammad dalam kaitan dengan penciptaan makrokosmos dan

mikrokosmos, (ii) kerasulan Nabi Muhammad yang pada setiap episode

7nyair pada zaman permulaan Islam, yang dan Abdullah bin Rawahah adalah pe 7Hasan bin Tsabit

dikenal juga sebagai penyair Nabi.

Page 8: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

8 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

kehidupannya mengandung ajaran yang komprehensif dan ideal, dan

(iii) tanggapan terhadap eksistensi dan kerasulan Nabi Muhammad dan

keharusan untuk meneladaninya.

Penelitian terhadap Al-Hamziyyat ini ditujukan kepada penggalian yang

komprehensif terhadap struktur formal dan struktur maknanya. Sebagai

sebuah karya sastra, Al-Hamziyyat dapat dipandang sebagai sebuah

konkritisasi Al-Bûshirī terhadap Nabi Muhammad yang dipahami dan

diyakininya, baik dari sejarah kehidupan Nabi Muhammad, maupun dari

pemahamannya terhadap Al-Quran dan Hadis Nabi. Tanggapan ini

muncul akibat terjadinya gejala kehidupan yang dirasakan dan

dijumpainya sudah menyimpang dari kehidupan Nabi Muhammad

sebagai akibat runtuhnya dominasi moral dan politik umat Islam.

Untuk mengungkap secara rinci permasalahan Al-Hamziyyat sebagai

suatu teks dalam naskah, penelitian ini akan menggunakan teori-teori

filologi dalam kajian teks, edisi teks, dan penerjemahannya. Sebagai

sebuah naskah yang berisi teks salinan harus terlebih dahulu

dibersihkan dari berbagai bentuk kesalahan penyalinan, sehingga akan

diperoleh teks yang mendekati aslinya.

Adapun Al-Hamziyyat sebagai suatu karya sastra, penelitian ini

menggunakan teori sastra, terutama strukturalisme dan resepsi untuk

mengkaji isi dan makna di balik teks. Kajian struktur diarahkan kepada

kajian struktur formal dan struktur naratif yang meliputi prosodi dan

lapis makna dengan teori semiotik Riffatere. Kajian resepsi dengan

landasan teori resepsi Jauss dan metode interteks dalam jalinannya

dengan hipogram. Teori-teori itu sangat penting dan relevan untuk

menuntun dan memandu penelitian ini.

Page 9: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

9 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

KEBERADAAN AL-HAMZIYYAT

Al-Hamziyyat adalah qashîdat karya Al-Bûshîrî. Nama lengkap Al-

Bûshîrî adalah Al-Imam Syarf al-din Abu Abdillah Muhammad ibn

Said ibn Hammâd ibn Muhsin ibn Abdillah ibn Shanhâj ibn Mallâl Al-

Bûshirî. Al-Bûshîrî adalah seorang penyair Arab keturunan Berber yang

lahir di Dalâsh Maroko tahun 608 H (1212M) dan dibesarkan di Bûshîrî

Mesir. Al-Bûshîrî hidup di Mesir pada masa transisi perpindahan

kekuasaan dinasti Ayyubiyat ke tangan dinasti Mamalik. Al-Bûshîrî

meninggal di Iskandaria Mesir tahun 695 H (Al-Hâsyimî II, t.t.:210 ;

Husain, 1406 H/1986 M: 53-54).

Al-Bûshîrî hidup di saat terjadi pergolakan politik yang sangat tajam di

Dunia Islam, baik di Bagdad maupun di Mesir. Adib (2009:8-10)

menggambarkan situasi sosial-politik masa itu sebagai berikut:

Di Baghdad, kekuasaan Dinasti Abbasiyyat setahap demi setahap mulai redup. Kekuatan militernya semakin lemah sehingga tidak mampu meredam api pemberontakan yang bergejolak di mana-mana. Hingga akhirnya, pada 1256, Khalifah al-Mustashim tewas pada peperangan melawan serbuan besar-besaran pasukan Mongol pimpinan pula peradaban dan khazanah keilmuan Islam, menyusul penghancuran membabi-buta pasukan Hulegu Khan terhadap asset-aset pendidikan dan perpustakaan di Baghdad. Hampir setiap suksesi kepemimpinan selalu diwarnai oleh kudeta, kekerasan, dan pertumpahan darah. Itulah sebabnya, kekuasaan masing-masing sultan, baik dari Dinasti Bani Ayyub maupun Dinasti Mameluk, rata-rata cukup singkat. Hanya beberapa saja di antaranya yang berkuasa cukup lama. Di tambah lagi, perang melawan tentara Salib terus berkecamuk sejak 1096. Akibatnya,

Page 10: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

10 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

para elit politik lebih berkonsentrasi untuk merebut atau mempertahankan. Rakyat relatif tidak terurus dan terjerat oleh kesulitan ekonomi. Kondisi semakin parah menyusul diberlakukannya aturan wajib militer. Rakyat diwajibkan-konon dipaksa-ikut berperang melawan tentara Salib. Akan tetapi, kondisi ini tidak lantas menafikan beragam prestasi yang berhasil dicapai. Salah satu yang berhasil dicapai. Salah satu yang paling fenomenal adalah keberhasilan Sultan Qalawun (w. 1290)-salah seorang penguasa Dinasti Mameluk-mengakhiri ekspansi tentara Salib dan mengusirnya dari kawasan Arab, tepatnya pada 1289. Sultan ini juga berhasil meneruskan kesuksesan pendahulunya, yaitu Sultan Baibas I (w. 1277), dalam memulihkan kehidupan ekonomi Mesir. Salah satu langkah strategisnya adalah melakukan kerjasama ekonomi dengan India dan Byzantium. Hasilnya memang cukup signifikan. Bidang pendidikan dan sosial budaya mengalami peningkatan. Bahkan, saat itu Mesir berkembang menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam. Bidang seni budaya pun, termasuk seni arsitektur dan kaligrafi, memeroleh momentum yang luar biasa. Gedung-gedung sekolah, masjid, dan klinik kesehatan rata-rata sangat indah dan artistic. Bahkan arsitektur Masjidil Haram di Makkah dan Masjid an-Nabawi di Madinah merupakan hasil mengagumkan dari kemajuan seni masa itu. Sayangnya, kemajuan yang dicapai tersebut hanya terjadi pada masa kekuasaan Sultan Baibars I dan Sultan Qalawun. Selebihnya, kondisinya cenderung merosot. Kehidupan politik carut-marut dan sarat dengan konflik internal. Para elit politik lebih berkonsentrasi merebut dan mempertahankan kekuasaan daripada mengurus rakyat. Aksi saling sikut dan saling jegal seolah menjadi wajah perpolitikan di Mesir waktu itu. Akibatnya, merebaklah kemiskinan dan kesenjangan sosial.

Pada saat usianya sekitar 40 tahun, Al-Bûshirî menekuni dan

mempelajari ilmu Tasawuf dari seorang pendiri Tarikat Syadziliyat,

yaitu Abu Al-Hasan Asy-Syadzili dari Tunisia (Adib, 2009: 13). Ajaran

Tasawuf dan Tarikat Syadziliyat tersebut mempengaruhi kehidupan Al-

Page 11: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

11 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Bûshîrî selanjutnya, sehingga terlihat dengan nyata pada karya

sastranya, Al-Hamziyyat . Tarikat Syadziliyat ini lahir pertama kalinya

di Tunisia pada pertengahan abad ke-13, kemudian berkembang di Kairo

dan kawasan Timur Tengah lainnya (Manshur, 2007: 97). Inti ajaran

Tarikat Syadziliyat ini adalah kesederhanaan, keuletan, ketangguhan,

keberanian, dan kepahlawanan (ibid, hlm.98). Tarikat Syadziliyat ini

merupakan tarikat yang terbesar di Mesir dan Afrika Utara (Al-Faruqi,

2001: 328).

Sebagai tempat tumbuh suburnya Tasawuf dan Tarikat, maka Afrika

Utara tidak terlepas dari asal-muasalnya Tasawuf dan Tarikat itu sendiri.

Pada dasarnya tasawuf dibentuk oleh tiga alur pemikiran (Bdk, Al-

Faruqi, 2001: 326-327). Tiga alur pemikiran itu adalah:

1. Asketisisme gurun Arab yang mengkondisikan kehidupan yang

menentang keterlibatan penuh dalam urusan duniawi. Asketisisme

adalah paham yang mempraktekkan kesederhanaan, kejujuran, dan

kerelaan berkorban (Suharso dan Retnoningsih, 2005: 56).

2. Gnostisisme Aleksandrian dan Hellenisme Pythagorean yang

menguasai sebagian besar wilayah Timur Dekat dan Afrika Utara

sebelum datangnya Islam. Kondisi ini mempengaruhi muatan spiritual,

Page 12: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

12 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

sehingga terjadilah dialektika ruh dan materi, cahaya dan gelap, langit

tinggi dan bumi rendah.

3. Budisme di sebagian besar wilayah Asia yang memberikan pengaruh

terhadap kehidupan pertapaan dan kebiaraan.

Dari uraian di atas dapat dihubungkan antara kondisi realitas Afrika

Utara dengan sosok Al-Bûshirî dalam pandangannya terhadap Tasawuf

dan Tarikat. Pilihan kehidupan seperti itu tidak terlepas dari latar

belakang kehidupan ekonominya. Sepanjang hidupnya diliputi oleh

kehidupan yang serba kekurangan dan tanggungan keluarga yang

banyak. Kondisi fisik dan tidak mempunyai keahlian yang memadai

membuat kehidupan ekonominya semakin terpuruk. Keadaan itu

membuatnya semakin tertarik pada kehidupan tarikat Syadziliyat (Bdk,

Adib, 2009: 13-16).

Adapun pemikiran di bidang fikih, Al- Bûshirî berpandangan moderat

dan pluralis. Dia berpandangan bahwa sikap moderat dan pluralitas

dalam bermadzhab akan menciptakan kehidupan yang dinamis dan

kebebasan berpikir akan terjamin. Untuk itulah, ia mendukung

kebijakan Sultan Baibars I di Mesir pada tahun 1265 yang

mengakomodir keempat madzhab fikih dalam pengangkatan hakim di

pengadilannya, sehingga ada hakim kelompok Madzhab Hanafi,

Page 13: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

13 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Madzhab Maliki, Madzhab Hambali, dan Madzhab Syafi’i. Kondisi itu

mencerminkan kehidupan keberagamaan yang realistis terjadi di Mesir

(ibid, hal. 16).

Perlu juga diungkapkan di sini bahwa Al-Būshīrī adalah sastrawan yang

sangat produktif, yang ditunjukan dengan banyak karya peninggalannya.

Adapun karya-karyanya itu dapat dibagi menjadi dua bagian

sebagaimana dijelaskan oleh Adib (2009: 17-18) berikut ini:

Secara garis besar, karya-karya sastra al-Bûshîrî terklasifikasi menjadi dua kategori. Pertama, karya sastra yang bernapaskan keagamaan, terutama yang mengetengahkan sejarah hidup dan shalawat Nabi Muhammad saw. Dilihat dari judul dan tema sebagian besar syairnya, tampak jelas bahwa minatnya terhadap sejarah kenabian begitu besar. Menurut para pengamat Sastra Arab, al-Bûshîrî dianggap sebagai pelopor penggubahan syair kategori pertama ini pasca era sahabat. Berikut ini adalah beberapa contoh karya-karyanya dalam kategori pertama:

1. Al-Kawâkib ad-Durriyat fî Madh Khair al-Bariyyat yang kemudian dikenal dengan nama Burdat.

2. Al-Qashîdat al-Muhammadiyyat, syair berjumlah 15 bait yang menjadi salah satu tembang dalam album pertama grup Langitan pada sekitar 1997.

3. Al-Hamziyyat fî al-Madâ’ih an-Nabawiyyat, berjumlah sekitar427 bait , sehingga dianggap sebagai salah satu karya terbesar al-Bûshîrî.

4. Dzakhr al-Ma’âd fî Wazn Bânat Su’âd, syair berjumlah sekitar 204 bait yang dia gubah sebagai pembanding syair Bânat Su’âd gubahan Ka’b ibn Zuhair yang sangat legendaris itu.

5. Al-Qashîdat al-Mudhariyyat fî ash-Shalât ’alâ Khair al-Bariyyat, berjumlah sekitar 39 bait.

6. Hukm al-Hawâ, syair berjumlah 30 bait yang memuat tentang bahaya menuruti hawa nafsu.

Page 14: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

14 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Kedua, karya sastra kategori umum, misalnya yang memuat keluhan hati, ekspresi kebahagiaan, dan pujian atau kritik terhadap seseorang. Berikut ini adalah beberapa contoh:

1. Katab al-Masyîh, syair berjumlah sekitar 141 yang mengekspresikan rasa kagumnya terhadap dua guru Tarekat Syâdziliyat yang dianutnya, yaitu Abû al-Hasan asy-Syâdzili (w. 656) dan Abû al-’Abbâs al-Mursî (w. 686).

2. ’Âsy ba’d Maut, syair berjumlah empat bait yang memuat kegelisahannya setelah disiarkan telah meninggal dunia oleh seseorang.

3. Mustakhdimûn wa Syayâthîn, syair berjumlah empat bait yang digubahnya sebagai reaksi setelah keledai kesayangannya hilang dicuri orang.

4. Fadhluk Awwal, syair berjumlah lebih dari 150 bait yang menuturkan rasa kagumnya terhadap Sultan al-’Izz Aibak (w.1227), penguasa Damaskus, atas beragam prestasinya dalam bidang pendidikan.

Al-Hamziyyat sebagai karya terbesarnya dikategorikan sebagai karya

sastra bernapaskan keagamaan yang secara khusus mengupas sejarah

hidup dan kehidupan Nabi Muhammad.

AL-HAMZIYYAT DALAM PERSPEKTIF BENTUK

Al-Hamziyyat adalah karya sastra berbentuk qashîdat yang terdiri atas

458 bait. Qashîdat adalah syi’r (puisi) yang jumlah baitnya lebih dari 6

(enam). bait. Selain qashîdat, puisi Arab ada juga yang disebut qith’ah

untuk puisi yang berjumlah 3 (tiga) bait hingga 6 (enam) bait; natfah

untuk puisi yang berjumlah 2 (dua) bait; dan yatim atau mufrad , puisi

Page 15: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

15 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

yang berjumlah 1 (satu) bait. Fākhir (2001: 8) mendefinisikan qashîdat

sebagai berikut:

مجموعة أبـيات أقلها سبعة من بحر واحد و قافية واحدة مستوية فى عدد الأجزاء

(Majmû’atu `abyâtin `aqalluhâ sab’atun min bahrin wâhidin wa qâfiyatin wâhidatin mustawiyatin fî‘adadi al-`ajzâ`i)

Kumpulan bait, paling sedikit tujuh dengan satu bahr dan satu qâfiyah

yang sama dalam sejumlah bagiannya.

Sebagai sebuah qashîdat, Al-Hamziyyat mempunyai seperangkat unsur

pendukungnya seperti sajak suku kata, pola metrum, dan sajak akhir.

AL-HAMZIYYAT DALAM PERSPEKTIF ISI

Al-Hamziyyat adalah karya sastra Arab yang dikatagorikan sebagai

karya sastra kenabian. Al-Hamziyyat mengisahkan sosok Nabi

Muhammad sejak menjelang kelahirannya hingga setelah beliau

meninggal. Puisi pujian kepada Nabi Muhammad sudah ada sejak beliau

masih hidup (Bdk, Husain, 1986: 9-37). Di dalam sejarah kesusastraan

Arab tercatat para penyair yang konten puisinya pujian terhadap Nabi

Muhammad ketika beliau masih hidup. Mereka adalah orang-orang yang

hidup di dua masa, yaitu masa sebelum Islam dan masa Permulaan Islam.

Para penyair itu terkenal dengan istilah mukhadlramûn (singularnya:

mukhadlram) , yaitu:

Page 16: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

16 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

(1) Al-`A’syā al-Kabīr Maimūn ibn Qais;

(2) Ka’b ibn Zuhair ibn Abî Sulmâ yang terkenal dengan Qashîdah

Burdahnya;

(3) Hasān ibn Tsābit;

(4) Abdullah ibn Rawâhah;

(5) Ka’b ibn Mâlik;

(6) Umm Ma’bad;

(7) `al-’Abâs ibn Mirdâs ibn `Abi ’Âmir.

Setelah Nabi Muhammad wafat, para penyair dari generasi Para Sahabat

tidak berhenti untuk memujinya (ibid). Mereka adalah:

(1) Ali ibn Abi Thalib;

(2) Al-Farazdaq;

(3) Al-Kumait ibn Zaid al-Asadi;

(4) Abu al-Atahiyyah

(5) Da’bal al-Khuzā’î

(6) Al-Syarîf al-Radlî;

(7) Mihyâr al-Dailamî

(8) Muhammad ibn Hâni`u al-Andalusî

Page 17: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

17 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Terjadi pergeseran yang signifikan pada karya sastra tentang Nabi

Muhammad dari masa ke masa. Pergeseran itu seiring dengan pada saat

awal Islam hingga sekarang.

AL-HAMZIYYAT DALAM PERNASKAHAN NUSANTARA

Al-Hamziyyat adalah naskah koleksi Perpustakaan Nasional republik

Indonesia. Naskah Al-Hamziyyat ini disalin sesuai bahasa dan aksara

aslinya, yaitu Arab. Penulisannya dilakukan dalam tradisi Melayu atau

Nusantara. Oleh sebab itu, naskah Al-Hamziyyat ini dapat dikatagorikan

sebagai naskah Nusantara Islami (bdk, Hidayat, 2007: 2-4). Pada

umumnya, naskah Nusantara Islami disalin karena tujuan untuk

pembelajaran dan sebagai pegangan dalam beramal sehari-hari,

sehingga penulisannya dilakukan di lingkungan pesantren. Sebagai

naskah hasil penyalinan, sudah barang tentu, Al-Hamziyyat ini

mengalami beberapa kesalahan dan perubahan dari teks aslinya.

Kesalahan dan perubahan itu disebabkan berbagai faktor di antaranya

yang paling penting adalah kapasitas penyalinnya dalam penguasaan

aksara dan bahasa Arab.

Page 18: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

18 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Van Ronkel (1913)8 dalam katalognya Suplement To The Catalogue of

the Arabic Manuscripts membagi naskah-naskah berbahasa dan

beraksara Arab itu ke dalam 9 (sembilan) bagian, yaitu The Kur’an `Al-

Quran`, Tradition `Hadis Nabi`, Theologi `ilmu kalam`, Law `hukum`,

History and Biography `sejarah dan biografi`, Sciences `Ilmu

Pengetahuan`, Philology `ilmu bahasa dan sastra`, Poetry `puisi`, dan

Thales cerita`. Naskah-naskah Al- Hamziyyat pada katalog itu tercantum

pada halaman 488-489. Naskah itu berjumlah 3 (tiga) buah dengan

nomor koleksi 846, 847, dan 848 dalam kelompok VIII bertajuk Poetry

`puisi`. Di antara ketiga koleksi itu, hanya naskah dengan nomor koleksi

847 yang secara jelas mencantumkan tanggal, bulan, dan tahun

penyalinan, yaitu tertulis hari Kamis 10 Râbi’ul Awwal 1171. Kedua

naskah lainnya, yaitu nomor koleksi 846 dan 848, tidak ada identitas

yang menunjukkan waktu penyalinannya. Pada naskah tersebut di atas

tidak tercantum identitas penyalinnya, sehingga sangat sulit untuk

mengetahui orang yang menyalinnya.

Tiga naskah Al-Hamziyyat sebagai koleksi Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia Jakarta adalah:

8 Juni 1954) salah seorang ilmuwan Belanda bagi 26 –Philippus Samuel van Ronkel (1 Agustus 1870

pengkajian Islam Indonesia (Nico Kaptein dan Dick van der Meij, 1995: 37-55)

Page 19: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

19 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

(1) Naskah dengan nomor koleksi 846 dengan judul Al-Hamziyah

dengan kode DXLIX. Ukuran naskah itu adalah 21 X 15,5 cm dan

ukuran teksnya adalah 16 x 10 cm. Naskah ini tidak menggunkan

nomor halaman, jumlah halamannya adalah 16 dan jumlah baris

perhalaman adalah 13. Pada Naskah ini tidak ditemukan tanggal

penyalinan. Asal Naskah tidak diketahui, keadaannya masih dapat

terbaca walaupun sudah menunjukkan kehancuran. Bahan Naskah

kertas Eropa dan jilidnya dari deluang. Naskah ini memiliki

ketebalan 1 cm. Aksara yang digunakan pada naskah ini adalah

aksara Arab dan berbahasa Arab dengan tinta berwarna hitam.

Bentuk Teksnya adalah puisi (syair Arab). Cara Penulisan dari kanan

ke kiri. Pemilik Naskah tidak diketahui. Adapun isinya adalah

qashîdat pujian terhadap Nabi Muhammad. Naskah ini, selanjutnya,

disebut naskah A. Berikut ini adalah halaman gambar kondisi

naskah A.

Gambar 1.

HALAMAN 1 dan 2 NASKAH A

Page 20: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

20 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

(2) Naskah dengan nomor koleksi 847 dengan judul Al-Hamziyah

wa gayruha dengan kode CDXLVII. Ukuran naskah adalah 22,5

X 16 cm dan teknya adalah 15 x 9,5 cm. Jumlah halamannya

adalah 24 dan jumlah baris perhalaman adalah 21. Pada bagian

akhir naskah ini tertulis tanggal 10 Râbi'ul Awwal tahun 1171.

Asal Naskah tidak diketahui, keadaannya masih dapat terbaca

walaupun sudah menunjukkan kehancuran. Bahan Naskah

kertas Eropa dan jilidnya dari deluang. Naskah ini memiliki

ketebalan 2 cm. Aksara yang digunakan pada naskah ini adalah

aksara Arab dan berbahasa Arab dengan tinta berwarna hitam.

Bentuk Teksnya adalah puisi (syair atau nadzam). Cara

Penulisan dari kanan ke kiri. Pemilik Naskah tidak dietahui.

Adapun isinya adalah qashîdat pujian terhadap Nabi

Muhammad. Naskah ini terbagi dua bagian; bagian pertama

adalah Al-Hamziyyat dan bagian kedua adalah puji-pujian

kepada Nabi Muhammad. Pada naskah ini penulis membuat

catatan-catatan kecil yang merupakan penjelasan kata atau

penjelasan tulisannya. Naskah ini, selanjutnya, disebut naskah

B.

Page 21: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

21 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Gambar 2.

HALAMAN 1 NASKAH B

(3) Nomor koleksi 848 dengan judul Syarh al-Hamziyah dengan

kode CCXCVI. Ukuran naskah 20,5 X 15 cm dan ukuran tekanya

adalah 17 x 11,5 cm. Jumlah halamannya adalah 181 dan jumlah

baris perhalaman adalah 23 baris. Aksara yang digunakan pada

Page 22: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

22 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

naskah ini adalah aksara Arab dan berbahasa Arab dengan tinta

berwarna hitam untuk komentar (syarh) dan warna merah

untuk teks utama (matan). Bentuk teksnya adalah puisi dan

naratif (syair atau nadzam dan teks uraian). Cara Penulisan dari

kanan ke kiri. Pemilik Naskah tidak diketahui. Naskah ini

merupakan komentar dan penjelasan terhadap teks Al-

Hamziyyat . Naskah ini, selanjutnya, disebut naskah C.

Gambar 3.

HALAMAN MUKA NASKAH C

Page 23: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

23 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Selain itu terdapat juga naskah Al-Hamziyyat di Perpustakaan

Universitas Tokyo dalam bentuk softcopy pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.

HALAMAN 1 NASKAH D

Page 24: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

24 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Al-Hamziyyat yang ada di Indonesia dan tersimpan di

Perpustakaan Nasional Rerpublik Indonesia (PNRI) Jakarta

adalah naskah salinan yang sulit untuk menentukan penulis dan

waktu penulisannya.

2. Naskah Al-Hamziyyat koleksi PNRI adalah salah satu naskah

Nusantara Islami, karena ditulis dalam bahasa dan aksara Arab,

dan karena isi kandungannya berisi ajaran Islam yang berupa

pujian kepada Nabi Muhammad.

3. Al-Hamziyyat adalah sebuah karya sastra Arab yang diciptakan

oleh Al-Bûshîrî, seorang ulama pada abad ke-13 di Mesir.

4. Al-Bûshîrî, adalah seorang penyair yang populer, karena karya-

karyanya berisi pujian terhadap Nabi Muhammad. Selain Al-

Hamziyyat, Qashîdat Al-Burdat adalah karyanya yang sangat

populer di kalangan umat Islam, terutama komunitas tasawuf.

5. Al-Hamziyyat mempunyai struktur bentuk berupa prosodi yang

teratur dan baik, metrumnya adalah bahr khafîf yang taf’îlat

(irama)nya adalah :

فا علاتن مستفع لن فاعلاتن # فا علاتن مستفع لن فاعلاتن Fâ’ilâtun mustaf’ilun Fâ’ilâtun # Fâ’ilâtun mustaf’ilun Fâ’ilâtun

Page 25: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

25 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

6. Lapis makna Al-Hamziyyat adalah ajaran tasawuf dengan tema

takut dan harap sebagai hal (keadaan). Tobat, kerelaan dan

cinta sebagai mâqam (station) yang mesti ditempuh seseorang

yang ingin mendekatkan diri kepada Allah sedekat mungkin.

7. Isi kandungan Al-Hamziyyat berupa pujian kepada Nabi

Muhammad. Pujian tersebut adalah bukti kecintaan kepadanya

dan implementasi kecintaan kepada Allah. Kecintaan adalah

bukti dari sikap takut penuh harap untuk mencapai

kesempurnaan hidup.

8. Teks Al-Hamziyyat merupakan teks kutipan dari teks hipogram

utamanya yaitu Al-Qur’an dan Hadis Nabi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Imran T. 1994. Resepsi Sastra, Teori dan Penerapannya Kumpulan Materi Penataran Penelitian Sastra FPBS IKIP Muhammadiyah Yogyakarta. Abrams, MH. 1981. A Glossary of Literary Terms, Fourth Edition. New York : Ithaca. Ahimsa_Putra, Heddy Shri, 2001. Strukturalisme Levi-Strauss, Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta : Galang Press. Ahmad, Kassim & Ahmad, Shahnon. 1987. Polemik Sastera Islam. Selangor : Dewan Bahasa dan Pustaka.

Page 26: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

26 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Al-Faruqi, Isma’il R. & Al-Faruqi, Lois Lamya. Atlas Budaya Islam. Menjelajahi Khazanah Peradaban Gemilang. Bandung : Mizan. Al-Ghaithiy, Syeikh Najamuddin. 2000. Menyingkap Rahasia Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW. Saduran Abdullah Zakiy Al-Kaaf. Bandung : Pustaka Setia. ‘Arabi, Ibnu. 2000. Pohon Kejadian, Syajaratul-Kaun. Doktrin tentang Person Muhammad SAW. Terjemahan Wasmukan. Surabaya : Risalah Gusti. Bachtiar, Harsja W. 1973. Filologi dan Pengembangan Kebidayaan Nasional Kita. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Baried, Baroroh. 1994. Pengantar Teori Filologi. BPFF UGM. Yogyakarta. Behrend, T.E., 1990. Katalog Induk Naskah_Naskah Nusantara Jilid II. Museum Sonobudoyo_Yogyakarta. Jakarta : Djambatan. _____________, 1998. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Chalil, Moenawar, 1975. Peristiwa Isra’ Mi’raj. Jakarta : Bulan Bintang. _____________, 1997. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW. Jakarta : Bulan Bintang. Djamaris, Edwar, 1983. Hikayat Nabi Mi’raj, Hikayat Nur Muhammad, dan Hikayat Darma Tasiya. Jakarta : Balai Pustaka _____________, 1990. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama). Edisi Pertama. Jakarta : Balai Pustaka. _____________, 1991. Tambo Minangkabau. Jakarta : Balai Pustaka. Eagleton, Terry, 1983. Literary Theory an Introduction. Oxford : Basil Blackwell Publisher Limited.

Page 27: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

27 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Echols, John M. dan Hassan Shadily, 1989. Kamus Indonesia-Inggris/ An Indonesian-English Dictionary. Jakarta : Gramedia. Ekadjati, Edi S. & Darsa, Undang A., 1999. Jawa Barat: Koleksi Lima Lembaga. Seri Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 5A. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia-EFEO. Ensiklopedi Islam, 1994. Jakarta : Intermasa. Faruk, 1999. Pengantar Sosiologi Sastra, dari Struktarilsme genetic sampai Post_Modernisme. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Fokkema, D.W. & Kunne_Ibsch, Elrud. Teori Sastra Abad Kedua Puluh. Terjemahan J. Praptadiharja & Kepler Silaban. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hamid, Ismail, 1989. Kesusastraan Indonesia Lama Bercorak Islam. Jakarta : Pustaka Al-Husna. Hasan, Ahmad Rif’ai (red), 1987. Warisan Intelektual Islam Indonesia, Telaah atas Karya-Karya Klasik. Bandung : Mizan. Hasjim, Nafron, 1991. Qisosul Anbiya. Disertasi. Jakarta : Universitas Indonesia. _____________, 1992. Qur’an Sebagai Sumber Pendekatan Sastra: Sebuah Tawaran. Jakarta : Depdikbud. Hawkes, Terence, 1977. Structuralism & Semiotics. London : Methuen & Co Ltd. Hermansoemantri, Emuch, 1986. Identifikasi Naskah. Bandung : Universitas Padjadjaran. Hitti, Philip K., tanpa tahun. Dunia Arab. Sejarah Ringkas. Tejemahan Usuludin Hutagalung. Bandung : Penerbitan “Sumur Bandung”. Ikram, Achadiati, 1980. Hikayat Sri Rama. Suntingan Naskah Disertasi Telaah Amanat dan Struktur. Jakarta : Universitas Indonesia.

Page 28: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

28 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

_____________, 1997. Filologia Nusantara. Pengaruh Dunia Budaya Islam terhadap Sastra Klasik Nusantara. Jakarta : Pustaka Jaya. Iser, Wolfgang, 1987. The Act of Reading. A Theory of Aesthetic Response. London : The Johns Hopkins Press, Ltd. _____________, 1980. The Implied Reader, Patterns of Communication in Prose Fiction From Bunyan to Beckett. London : The Johns Hopkins Press, Ltd. Ismail, Hamid, 1984. Peranan Hikayat Nabi Muhammad. Pembinaan Kesusastraan Nusantara. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Belajar Malaysia. _____________, 1989. Kesusastraan Indonesia Lama Bercorak Islam. Jakarta : Pustaka Al-Husna. Junus, Umar, 1985. RESEPSI SASTRA Sebuah Pengantar. Jakarta : PT Gramedia. Lubis, Nabilah, 1996. Syekh Yusuf Al_Taj Al Makasari: Menyingkap Intisari Segala Rahasia. Edisi Pertama. Disertasi. Diterbitkan kerjasama Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan Ecole Francaise d’ Extreme. Bandung : Penerbit Mizan. Ma'mun, Titin Nurhayati, 2008. Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW Naskah Sunda Suntingan Teks dan Kajian Struktur. Bandung: Risalah Pres Mahmud, Abdul Halim, 2002. Isra’ Mi’raj, Satu Analisa Baru. Alihbahasa Syed Ahmad Semait. Singapura : Pustaka Nasional Pte Ltd.. Moentaha, Salihen, 2006. Bahasa dan Terjemahan. Jakarta : Kesaint Blanc. Nasution, Harun. 1973. Falsafat dan Mistisme dalam Islam. Bulan Bintang. Jakarta.

Page 29: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

29 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Naskah Sunda. TT. Ieu Kitab Mi’raj Kanjeng Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Soreang. Newton, K.M., 1994. Menafsirkan Teks. Pengantar Kritis Mengenai Teori dan Praktek Menafsirkan Sastra. Semarang : IKIP Semarang Press. Nurgiyantoro, Burhan, 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Piaget, Jean, 1995. Strukturalisme (Penerjemah: Hermoyo). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Phipps, E. William. 2000. Muhammad & Isa Telaah Kritis atas Risalah dan Sosoknya (Penerjemah: Ilyas Hasan). Bandung: Mizan Pradopo, Rachmat Djoko, 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. _____________, 1997. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Pradotokusumo, Partini Sarjono, 1986. Kakawin Gadjah Mada (Sebuah Karya Sastra Kakawin Abad ke-20 Suntingan Naskah serta Telaah Struktur, Tokoh dan Hubungan Antarteks. Bandung : Binacipta. _____________, 1998. Penerjemahan Bahasa Jawa (Kuno-Tengahan-Baru). Temu Ilmiah ke-3 Ilmu-Ilmu Sastra Bandung : Universitas Padjadjaran. _____________, 2005. Pengkajian Sastra. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Riffaterre, Michael, 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington & London : Indiana University Press. Robson, S.O., 1988. Pengkajian Sastra-Sastra Tradisional Indonesia. Majalah Bahasa dan Sastra Tahun IV no. 6, 1978. Indonesia : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. _____________, 1994. Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia. Jakarta : RUL.

Page 30: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

30 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Ronkel, S.Van, 1913. Supplement to The Catalogue of The Arabic Manuscripts. Batavia : Filiaal Albrecht & Co. Weltevreden. Sahrodan bin Abdul Haman, tanpa tahun. Ini Kitab Mi’raj Kanjeng Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Banjaran. Salim, Hadji A., 1964. Tjeritera Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Jakarta : Tintamas. Sangidu, 2003. Wachdatul Wujud, Polemik Pemikiran Sufistik antara Hamzah Fansuri dan Syamsudin as_ Samatrani dengan Nuruddin ar_Raniri. Yogyakarta : Gama Media. _____________, 2005. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat. Yogyakarta : Seksi Penerbitan Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya UGM. Syahin, Kamil. 1965. Al-Lubab fi al-arudhi wa al-qafiyah, Juz I & II. Kairo: Al-Azhar Soegiarta. 1984. Glosaria Istilah Bahasa dan Sastra. Klaten: Intan. Segers, Rien T., 1978. Evaluasi Teks Sastra. Terjemahan Suminto A. Sayuti. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa. _____________, 1978. The Evaluation of Literary Texts. An Experimental Investigation into the Rationalization of Value Judgments with Reference to Semiotics and Esthetics of Reception. Netherlands : Beugelsdijk Leiden B.V. _____________, The Evaluation of Literary Texts, An Experimental Investigation into Rationalization of Value Judgments with Reference to Semiotics anda Esthetic of Reception. Lisse : The Peter de Ridder Press. Semi, M.Atar, 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angksa. Selden, Raman, 1993. Panduan Pembaca Teori Sastra Masakini, Edisi ketiga. Terjemahan Rachmat Djoko Pradopo dan suntingan Imran T.

Page 31: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

31 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Adullah dari buku: A Reader Guide To Contemporary Literary Theory, 1985. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Soeratno, Siti Chamamah, 1986. Hikayat Iskandar Zulkarnain (Disertasi). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. _____________, 1991. Penelitian Sastra dan Problematikanya. Makalah. Bandung : Program Pascasarjana UNPAD. Soewardi, Herman. 2004. Roda Berputar Dunia Bergulir (Kognisi Baru Tentang Timbul Tenggelamnya Sivilisasi). Bandung: Bakti Mandiri. Staf Pengajar UGM, IKIP Negeri, IKIP Muhammadiyah, Staf Peneliti Balai Penelitian Bahasa Yogyakarta, 1994. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta : Masyarakat Poetika Indonesia IKIP Muhammadiyah. Steenbrink, Karel A., 1984. Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia abad ke-19. Jakarta : Bulan Bintang. Subadio, Haryati, 1991. Relevansi Pernaskahan dengan Berbagai Bidang Ilmu, dalam Majalah Lembaran Sastra “Naskah dan Kita”. Nomor Khusus, tgl. 12 Januari 1991. Subadiyah, Heny, 2000. Kitab Mikraj Nabi: Sebuah Telaah Filologis. Bandung : Universitas Padjadjaran. Sudewa, A. 1989. Serat Panitisastra, Tradisi, Resepsi, dan Transformasi. Yogyakarta : Duta Wacana University Press. Sudjiman, Panuti dan Aart van Zoest. 1992. Serba Sebi Semiotika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sutrisno, Sulastin, 1981. Relevansi Studi Filologi. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Filologi pada Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta : Liberty. _____________, 1982. Hikayat Hang Tuah Analisa Struktur dan Fungsi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Page 32: PUISI-PUISI MADAH AL-HAMZIYYAT KARYA AL-BÛSHÎRÎ

32 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Team Pelaksana Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Nasional Bidang Permuseuman, 1972. Katalogus Koleksi Naskah Melayu. Museum Pusat Depdikbud. Jakarta : Direktorat Jendral Kebudayaan. Teeuw, A., 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta : Gramedia. _____________, 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Pengantar Teori Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya. _____________, 1991. Naskah dan Buku. Jakarta : Festival Istiqlal 1991. _____________, 1997. Panorama Sastra Nusantara. Jakarta : Balai Pustaka. Yusuf, Suhendra, 1994. Teori Terjemah Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik. Bandung : Mandar Maju. Zaidan, Abdul Rozak, Rustapa, Anita K. & Hani’ah (red), 1991. Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Zoest, Aart van, 1990. Fiksi dan Nonfiksi dalam Kajian Semiotik. Terjemahan Manoekmi Sadjoe. Jakarta : Intermasa.