public hearing ranperda inisiatif dprd tahap i tahun … · 2020. 6. 20. · 6 public hearing...
TRANSCRIPT
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 1
PUBLIC HEARING
RANPERDA INISIATIF DPRD TAHAP I TAHUN 2020
2 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas limpahan Rahmat-Nya sehingga kami selaku Pimpinan
dan Anggota DPRD dengan dukungan Sekretariat DPRD
Kabupaten Gresik dapat menyelenggarakan kegiatan Public
Hearing, “Dengar Pendapat Masyarakat Kabupaten Gresik
terhadap Rancangan Peraturan daerah Inisiatif DPRD Kabupaten
Gresik Tahap I Tahun 2020” dengan baik.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gresik
menyadari bahwa dalam rangka penyusunan regulasi,
kebijakan, pengaturan dalam bentuk Peraturan Daerah sangat
dibutuhkan masukan pendapat masyarakat Kabupaten Gresik.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, pada pasal 96
diatur bahwa Masyarakat berhak memberikan masukan secara
lisan dan/atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Masukan secara lisan dan/atau tertulis
dapat dilakukan melalui:
a. rapat dengar pendapat umum;
b. kunjungan kerja;
c. sosialisasi; dan/atau
d. seminar, lokakarya, dan/atau diskusi.
Diharapkan dengan adanya public hearing akan diperoleh
masukan dari berbagai kalangan masyarakat agar rancangan
regulasi tersebut nantinya dapat terimplementasi dengan baik
dan penyelenggaraan pemerintahan, kehidupan masyarakat
menjadi lebih baik.
Pada kesempatan kali ini DPRD kabupaten Gresik
menginisiasi 4 (empat) rancangan peraturan daerah yaitu
tentang:
1. Penyelenggaraan Toleransi Kehidupan Masyarakat, yang
merupakan inisiatif Komisi I;
2. Kredit Lunak Bagi Usaha Mikro, yang merupakan inisiatif
Komisi II;
3. Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Berkelanjutan
Berbasis Elektronik, yang merupakan inisiatif Komisi III; dan
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 3
4. Penanggulangan Penyakit Menular, yang merupakan inisiatif
Komisi IV.
Semoga materi Rancangan Peraturan Daerah yang tersaji
dalam buku ini dapat bermanfaat sebagai sumber referensi bagi
kita semua, dan khususnya untuk perbaikan kualitas kebijakan
yang akan berlaku di Kabupaten Gresik.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Gresik, Maret 2020
Ketua DPRD Gresik
ttd
H. FANDI AKHMAD YANI, S.E.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................ 1
Kata Pengantar ........................................................................... 2
4 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
Daftar Isi ..................................................................................... 4
Materi :
1. Ranperda tentang Penyelenggaraan Toleransi Kehidupan
Masyarakat
2. Ranperda tentang Kredit Lunak Bagi Usaha Mikro
3. Ranperda tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah
Berkelanjutan Berbasis Elektronik
4. Ranperda tentang Penanggulangan Penyakit Menular
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 5
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK
TENTANG
PENYELENGGARAAN TOLERANSI KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT
6 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
BUPATI GRESIK
PROVINSI JAWA TIMUR
RANCANGAN PERATURAN DAERAHKABUPATEN GRESIK
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN TOLERANSI KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GRESIK,
Menimbang : a. bahwa Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
memegang peranan penting untuk menjaga
toleransi kehidupan masyarakat dalam rangka
melindungi segenap bangsa Indonesia sesuai
dengan amanat pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa keberagaman masyarakat di Kabupaten
Gresik yang terdiri atas beragam suku, ras,
agama, golongan dan sosial ekonomi sangat
berpotensi menimbulkan konflik sosial yang
dapat mengganggu ketenteraman dan ketertiban
umum jika tidak dikelola dengan baik;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, dan huruf b perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang
Penyelenggaraan Toleransi Kehidupan
Bermasyarakat;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6), 28E ayat (2), 28I ayat (1) dan
29 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah dalam Lingkungan
Provinsi Jawa Timur sebagaimana diubah
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 7
dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1965
tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja
Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya
(Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2730);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 tentang
Pencegahan, Penyalahgunaan dan/atau
Penodaan Agama (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1965 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2726);
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3886);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4284),sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6216);
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang
Pengesahan International Covenant on
Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan
Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial
8 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
dan Budaya) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4557);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang
Pengesahan International Covenant on Civil and
Political Rights (Kovenan Internasional tentang
Hak-hak Sipil dan Politik) (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4558);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
63, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4634);
9. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4919);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234),sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan
(Tambahan Lembaran Negara Nomor 6398);
11. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Penanganan Konflik Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5315);
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 9
12. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5430) sebagaiman telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 138,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6084);
13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587), sebagaimana beberapa kali
diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010
tentang Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5094);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2010
tentang Tata Cara Pengawasan Terhadap Upaya
Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5143);
10 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
16. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6041);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018
tentang Kerja Sama Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 97,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6219);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2018
tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang
Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6224);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6322);
20. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8
Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Tugas Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah
dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat
Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan
Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80
Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80
Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 11
Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);
22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8
Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Toleransi
Kehidupan Bermasyarakat (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun 2018 Nomor 5 Seri
D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Timur Nomor 84);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 12
Tahun 2016 Tentang Pembentukan Perangkat
Daerah Kabupaten Gresik (Lembaran Daerah
Kabupaten Gresik Tahun 2016 Nomor 12).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GRESIK
dan
BUPATI GRESIK
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
PENYELENGGARAAN TOLERANSI
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Gresik.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Gresik.
3. Bupati adalah Bupati Gresik.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Gresik.
12 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
5. Toleransi adalah sikap dan perilaku saling menghormati,
menerima, dan menghargai keragaman dari sisi
agama/keyakinan, suku/golongan, budaya serta kondisi khusus
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
6. Intoleransi adalah sikap dan perilaku menolak untuk
memperlakukan orang atau sekelompok orang yang berbeda
agama, ras, suku dan golongan secara setara, termasuk sikap dan
perilaku menolak untuk berbagi hak dalam bidang sosial, politik,
ekonomi, hukum, dan budaya kepada orang atau sekelompok
orang yang berbeda agama, ras, suku dan golongan.
7. Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau
pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada
pembedaan manusia atas dasar agama, suku, etnik, kelompok,
golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, Bahasa,
keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, atau
penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak
asasi manusia dan kebebasan dasar dalam suatu kesetaraandi
bidang sipil, politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek
kehidupan lainnya.
8. Konflik Sosial adalah perseteruan dan/atau benturan fisik dengan
kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang
berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang
mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga
mengganggu stabilitas dan pembangunan nasional dan daerah.
9. Pranata Sosial adalah lembaga yang lahir dari nilai adat, agama,
budaya, pendidikan, dan ekonomi yang dihormati, diakui, dan
ditaati, dan masih berlaku di masyarakat.
9. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Gresik yang selanjutnya
disebut Satpol PP adalah bagian perangkat daerah dalam
penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah,
penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat
serta Pelindungan Masyarakat di Daerah.
BAB II
MAKSUD, TUJUAN, ASAS, DAN RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Maksud
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 13
Pasal 2
Peraturan Daerah ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Pemerintah
Daerah dalam mengawasi, mencegah serta menindak setiap
perbuatan intoleransi yang dapat menggangu ketenteraman dan
ketertiban umum masyarakat di Daerah.
Bagian Kedua
Tujuan dan Asas
Pasal 3
Peraturan Daerah ini bertujuan untuk:
a. memelihara kehidupan masyarakat yang rukun, aman, tenteram,
damai, dan sejahtera;
b. mencegah perkembangan sikap intoleransi yang dapat dan/atau
berpotensi menimbulkan konflik dalam masyarakat di Daerah;
c. menumbuhkan kesadaran masyarakat pada usaha menciptakan,
menjaga dan memelihara sikap toleransi untuk mewujudkan
ketenteraman dan ketertiban umum;
d. menumbuhkembangkan rasa kemanusiaan dan rasa kebangsaan
Indonesia sebagai bagian dari identitas keyakinan/agama, suku,
ras dan status sosial;
e. memberi perlindungan bagi korban perilaku intoleransi dan
diskriminasi dengan memberikan hak untuk mendapatkan
kembali pemulihan dan keadilan.
Pasal 4
Peraturan Daerah ini berdasarkan pada asas-asas yang meliputi :
a. Kemajemukan;
b. Kesetaraan;
c. Kebangsaan;
d. Keadilan; dan
e. Kemanusiaan.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 5
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini mengatur mengenai toleransi
kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
a. peran Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan toleransi; dan
14 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
b. peran serta masyarakat.
BAB III
PERAN PEMERINTAH DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
toleransi kehidupan bermasyarakat dan melindungi setiap orang
dari gangguan ketertiban pada lingkungan masyarakat di Daerah.
(2) Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, Pemerintah Daerah
bertugas:
a. memfasilitasi terwujudnya sikap toleransi dan kerukunan di
Daerah;
b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di daerah dalam
rangka pemeliharaan sikap toleransi;
c. menumbuh kembangkan keharmonisan, saling pengertian,
saling menghormati, dan saling percaya antar suku, agama, dan
golongan masyarakat;
d. membina dan mengoordinasikan camat, lurah, atau kepala desa
dalam penyelenggaraan toleransi kehidupan bermasyarakat;
e. memantau pelaksanaan dan penyelenggaraan toleransi di
Daerah; dan
f. menindak perilaku dan perbuatan intoleransi dan diskriminasi.
(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dan huruf c di wilayah kecamatandilimpahkan kepada camat dan
di wilayah kelurahan atau desa dilimpahkan kepada lurah atau
kepala desa melalui camat.
(4) Tugas camat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah:
a. memelihara sikap toleransidalam masyarakat termasuk
memfasilitasi terwujudnya kerukunan antar masyarakat di
wilayah kecamatan;
b. menumbuh kembangkan keharmonisan, saling pengertian,
saling menghormati, dan saling percaya antar warga di wilayah
kecamatan; dan
c. membina dan mengoordinasikan lurah atau kepala desa dalam
penyelenggaraan toleransi kehidupan bermasyarakat.
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 15
(5) Tugas lurah atau kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) adalah:
a. memelihara sikap toleransidalam masyarakat termasuk
memfasilitasi terwujudnya kerukunan antar masyarakat di desa
atau kelurahan; dan
b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian,
saling menghormati, dan saling percaya antar warga di desa
atau kelurahan.
Pasal 7
Tugas dan Tanggung jawab Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui tahapan:
a. peningkatan toleransi;
b. pemeliharaan toleransi;
c. penanganan konflik sosial; dan
d. penindakan.
Bagian Kedua
Peningkatan Toleransi
Pasal 8
Peningkatan toleransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a
dilakukan melalui:
a. kerja sama;
b. peningkatan kapasitas; dan
c. fasilitasi.
Pasal 9
(1) Kerja sama dalam peningkatan toleransi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 huruf a, dapat dilakukan dengan:
a. Pemerintah Provinsi;
b. daerah lain; dan/atau
b. pihak ketiga.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 10
16 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
(1) Peningkatan kapasitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8huruf b antara lain dilakukan melalui:
a. pendidikan kewarganegaraan, dan bela negara;
b. pendidikan agama dan penananam nilai-nilai integrasi
kebangsaan;
c. pendidikan budi pekerti;
d. pendidikan kesadaran hukum dan sosialisasi peraturan
perundang-undangan;
e. sekolah ideologi dan toleransi;
f. forum dialog lintas keyakinan/agama, suku, ras dan kelas
sosial;
g. peningkatan forum kerukunan masyarakat;dan
h. bentuk kegiatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Peningkatan kapasitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diikuti oleh orang atau kelompok orang yang berasal dari lintas
agama, suku dan budaya yang berbeda.
Pasal 11
(1) Fasilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c, sebagai
upaya untuk mendampingi, membantu, dan mengoordinasikan
pemangku kepentingan dalam menyelenggarakan kegiatan
penguatan toleransi.
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. pembiayaan;
b. penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
c. bentuk lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
Pemeliharaan Toleransi
Pasal 12
(1) Pemeliharaan toleransi kehidupan bermasyarakat menjadi
tanggung jawab bersama antara seluruh masyarakat di Daerah,
Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Pusat.
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 17
(2) Pemeliharaan toleransi kehidupan bermasyarakat, dilakukan
dengan:
a. menghormati dan menghargai perbedaan agama/ keyakinan
yang dianut orang atau kelompok masyarakat;
b. menghormati dan menghargai perbedaan suku dan budaya
yang ada didalam masyarakat.
c. menghargai hak dan kewajiban dalam kehidupan
bermasyarakat;
d. menghormati pranata sosial dan pranata adat yang ada di
daerah;
e. mengembangkan sikap tenggang rasa dan peduli di
masyarakat;
f. mempererat hubungan sosial yang harmonis; dan
g. memelihara kondisi yang damai di masyarakat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya pemeliharaan toleransi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan
Bupati.
Bagian Keempat
Penanganan Konflik
Pasal 13
(1) Konflik dapat bersumber dari:
a. tindakan Intoleransi;
b. diskriminasi;dan
c. perseteruan antar umat beragama dan atau inter umat
beragama, antar suku, antar etnis dan antar golongan dalam
suatu masyarakat di Daerah;
(2) Penanganan konflik bertujuan untuk menyelesaikan masalah
dalam rangka mempertahankan toleransi dan mengembalikan
ketertiban sosial yang ada dalam masyarakat.
(3) Upaya penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi
tahapan:
a. restitusi;
b. reintegrasi;
c. rehabilitasi;
d. rekonstruksi; dan
e. rekonsiliasi.
18 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya penanganan konflik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur dalam Peraturan
Bupati.
Bagian Kelima
Penindakan
Pasal 14
(1) Pemerintah daerah melaksanakan koordinasi dan kerjasama
dengan aparat keamanan untuk melakukan penindakan atas
segala perbuatan intoleransi dan diskriminasi yang menimbulkan
atau berpotensi menimbulkan konflik sosial.
(2) Penindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pengenaan sanksi administratif sesuai dengan peraturan daerah
ini dan/atau sanksi pidana sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(3) Penindakan dapat dilakukan berdasarkan:
a. Laporan dan pengaduan dari orang atau masyarakat;
b. Hasil pemantauan atau pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah dan DPRD; dan/atau
c. Hasil penyelidikan dari Kepolisian atau Penyidik Pegawai Negeri
Sipil di Daerah.
BAB IV
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 15
(1) Peran serta masyarakat dalam peningkatan dan pemeliharaan
toleransi kehidupan bermasyarakat dapat berbentuk:
a. pembiayaan;
b. bantuan teknis;
c. bantuan sumber daya manusia; dan/atau
d. bantuan lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
(2) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. individu;
c. kelompok masyarakat; dan/atau
d. swasta.
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 19
(3) Individu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, antara lain
tokoh:
a. agama;
b. adat; dan
c. masyarakat.
(4) Kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b, antara lain:
a. pranata sosial;
b. kelompok warga sipil;
c. yayasan dan/atau lembaga nirlaba; dan
d. lembaga dan/atau organisasi kemasyarakatan.
(5) Swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c adalah
perusahaan.
Pasal 16
(1) Dalam menjalankan perannya, masyarakat memiliki hak:
a. Memperoleh informasi yang benar mengenai segala hal yang
berkaitan dengan penyelenggaraan toleransi, tindakan
intoleransi dan diskriminasi;
b. Memperoleh perlindungan dalam keterlibatan masyarakat pada
segala kegiatan peningkatan dan pemeliharaan toleransi serta
kegiatan penanganan konflik sosial;
c. Melakukan pengaduan dan/atau pelaporan terhadap tindakan
intoleransi dan diskriminasi kepada pemerintah daerah,
termasuk segala tindakan yang berkaitan dengan pemberian
restitusi dan rehabilitasi terhadap korban.
(2) Pemenuhan hak masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan tanggung jawab pemerintah bersama-sama DPRD.
BAB V
KELEMBAGAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 17
Pelaksanaan penguatan toleransi kehidupan bermasyarakat
dikoordinasikan oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan
pemerintahan daerah di bidang kesatuan bangsa dan politik.
20 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
Pasal 18
Untuk membantu pelaksanaan penguatan toleransi kehidupan
bermasyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat
dibentuk Satuan Tugas Toleransi Kehidupan Bermasyarakat yang
disahkan melalui Keputusan Bupati.
Bagian Kedua
Satuan Tugas Toleransi Kehidupan Bermasyarakat
Pasal 19
(1) Bupati dapat membentuk Satuan Tugas Toleransi Kehidupan
Bermasyarakat di wilayah kecamatan dan desa/kelurahan;
(2) Satgas Toleransi Kehidupan Bermasyarakat melakukan
pemantauan, pelaporan dan penegakan terhadap tindakan
intoleransi yang dilakukan oleh masyarakat di daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang Satuan Tugas Toleransi Kehidupan
Bermasyarakat diatur dalam peraturan bupati.
BAB VI
PENDANAAN
Pasal 20
(1) Pendanaan toleransi kehidupan bermasyarakat digunakan untuk
pelaksanaan kerja sama, peningkatan dan fasilitasi pemeliharaan
toleransi serta penanganan konflik sosial.
(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber
dari:
a. APBD; dan
b. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 21
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan atau perilaku
intoleransi dan diskrimiasi dalam kehidupan bermasyarakat
sebagaimana diatur dalam peraturan daerah ini dikenakan sanksi
administratif sesuai peraturan perundang-undangan.
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 21
Pasal 22
(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dapat
berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. pembubaran kegiatan atau organisasi; dan/atau
d. denda administratif.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pemberian sanksi administratif
dimaksud pada ayat (1) sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Peraturan Bupati sebagai pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini
harus ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan
Daerah ini diundangkan.
Pasal 24
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Gresik.
Ditetapkan di Gresik
pada tanggal
BUPATI GRESIK,
Dr. Ir. H. SAMBARI HALIM RADIANTO, ST.,M.Si.
22 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2020 NOMOR
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG
PENYELENGGARAAN TOLERANSI KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
I. UMUM
Di era Reformasi, kebebasan disalahartikan dan
disalahgunakan oleh orang atau sekelompok orang untuk
kepentingannya sesuai dengan tafsirannya. Konflik kekerasan
yang terjadi di Kabupaten Gresik seringkali dibingkai oleh
sentimen-sentimen primordial (suku, agama, ras, dan antar
golongan). Kondisi ini semakin kompleks ketika masyarakat
Kabupaten Gresikjuga dihadapkan pada perkembangan dan
penyebarluasan paham-paham radikal transnasional yang
menggerus kohesi sosial dan mengikis kedalaman toleransi di
masyarakat.
Banyaknya permasalahan yang terjadi di Kabupaten
Gresikmenyadarkan kita akan pentingnya pencegahan
perkembangan radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme. Akar
penyebab dari aksi-aksi terorisme di Kabupaten Gresiktidak
dapat dipahami secara sempit hanya terkait dengan paham
identitas tertentu tetapi juga menyangkut persoalan-persoalan
yang lebih luas, seperti: keadilan, kesejahteraan, dan kehidupan
dalam kebersamaan. Kebhinnekaan adalah kehendak Tuhan
Yang Maha Esa. Untuk itu meningkatkan kesadaran dan
pemahaman tentang toleransi antarumat beragama, etnis, suku,
dan golongan adalah pendekatan lunak dalam mencegah
perkembangan radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme di
Kabupaten Gresik.
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 23
Penanganan intoleransi, sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya-upaya penguatan toleransi
kebhinnekaan, mencoba meretas kesenjangan antara kondisi
perdamaian negatif dengan perdamaian positif. Untuk
memastikan pembangunan perdamaian berlangsung
berkelanjutan maka penanganan intoleransi dilakukan pada
tataran kebijakan dan kehidupan masyarakat Kabupaten
Gresik. Pada tataran kebijakan, pemaduan pendekatan
perdamaian, pembangunan dan demokrasi pada tiap
tahapannya (rekonsiliasi, reintegrasi, dan rehabilitasi dan
rekonstruksi) perlu diformulasikan dan diimplementasikan.
Sementara, ditataran kehidupan masyarakat pemanfaatan
modal sosial dan partisipasi aktif dalam proses penanganan
intoleransi akan memperkuat tanggungjawab sosial masyarakat
untuk mewujudkan kondisi damai.
Disahkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah membawa paradigma baru,
khususnya dalam pembagian urusan pemerintahan absolut,
konkuren, dan pemerintahan umum. Berkaitan dengan hal
tersebut, penyelenggaraan toleransi kehidupan bermasyarakat
merupakan salah satu bentuk pelaksanaan urusan
pemerintahan wajib sebagaimana tertuang dalam Pasal 12 ayat
(1) huruf e yakni pemerintah daerah berkewajiban menjaga
ketentraman, ketertiban, dan perlindungan masyarakat,
sekaligus sebagai urusan pemerintahan umum yang guna
membina persatuan dan kesatuan bangsa, membina kerukunan
antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras, dan golongan
lainnya untuk mewujudkan stabilitas keamanan lokal, regional
dan nasional.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas.
Pasal 2
Cukup Jelas.
Pasal 3
Cukup Jelas.
24 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
Pasal 4
Cukup Jelas.
Pasal 5
Cukup Jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
huruf a
Yang dimaksud dengan “restitusi” adalah
ganti kerugian yang diberikan kepada
korban, para korban atau keluarganya oleh
pelaku atau pihak ketiga.
huruf b
Yang dimaksud dengan “reintegrasi” adalah
upaya menyatukan kembali korban konflik
yang telah mengungsi atau bermigrasi secara
sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun
ke masyarakatnya dan tempat tinggalnya.
huruf c
Yang dimaksud dengan “rehabilitasi” adalah
perbaikan dan pemulihan semua aspek layanan
publik sampai tingkat memadai pada wilayah
pascakonflik dengan sasaran utama normalisasi
secara wajar berbagai aspek pemerintahan dan
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 25
kehidupan masyarakat seperti pada kondisi
sebelum terjadinya konflik.
huruf d
Yang dimaksud dengan “rekonstruksi” adalah
pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana serta kelembagaan pada wilayah
pascakonflik dengan sasaran utama tumbuh
kembangnya kegiatan ekonomi, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban serta
bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan.
huruf e
Yang dimaksud dengan “rekonsiliasi” adalah
upaya membangun kembali hubungan
antarmanusia pada tingkat spiritual, sosial,
struktural, dan ekologikal yang terpinggirkan
dan terpisahkan akibat terjadinya konflik.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “aparat keamanan” adalah
Kepolisian Republik Indoenesia dan Satuan Polisi
Pamong Praja di Daerah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
26 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GRESIK
NOMOR
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 27
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK
TENTANG
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BERKELANJUTAN BERBASIS ELEKTRONIK
28 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
BUPATI GRESIK
PROVINSI JAWA TIMUR
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BERKELANJUTAN BERBASIS ELEKTRONIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GRESIK,
Menimbang: a. bahwa untuk mencapai cita-cita dibentuknya
negara Indonesia perlu dibentuk sistem perencanaan pembangunan daerah
berkelanjutan yang berbasis elektronik, sebagai upaya penyelenggaraan pemerintahan daerah yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel;
b. bahwa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dengan prinsip demokratis, transparan, akuntabel, efisien dandapat dipertanggungjawabkan, perlu didukung sistem perencanaan pembangunan
daerah yang terintegrasi berbasis elektronik; c. bahwa perencanaan pembangunan daerah
berbasis elektronik merupakan sistem informasi perencanaan sebagai bagian dari perwujudan
integrasi data perencanaan yang dapat
mendokumentasikan tahapan proses perencanaan dan menetapkan rencana program, kegiatan tahunan daerah, sebagai rujukan
bersama untuk seluruh pemangku kepentingan pembangunan;
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 29
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c,
maka perlu menetapkan Peraturan Daerah
Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Daerah Berkelanjutan Berbasis Elektronik;
Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang -Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah dalam
Lingkungan Provinsi Djawa Timur, (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor
19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2930) sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965
tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja
Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2730);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Regara Republik Indonesia Nomor 4843);
5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
61, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 486);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
30 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4817);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2017
Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 225);
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
39 Tahun 2019 Tentang Satu Data Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 112);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35
Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan
Pelayanan Informasi Dan Dokumentasi Di
Lingkungan Kementerian Dalam Negeri Dan
Pemerintahan Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 245);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86
Tahun 2017 Tentang Tata Cara Perencanaan,
Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 31
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 98 Tahun 2018 Tentang
Sistem Informasi Pembangunan Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
1538).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GRESIK
Dan
BUPATI GRESIK
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG SISTEM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BERKELANJUTAN BERBASIS ELEKTRONIK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Gresik.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Gresik.
3. Bupati adalah Bupati Gresik.
4. Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PD adalah
Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gresik.
5. Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan
Pengembangan Daerah atau sebutan lain yang selanjutnya
disingkat dengan BAPPEDA adalah Perangkat Daerah yang
melaksanakan tugas dan mengoordinasikan penyusunan,
pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
Daerah di Kabupaten Gresik.
6. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan
masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan
32 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
7. Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang
dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja,
lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan,
berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan
manusia.
8. Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah adalah satu kesatuan
tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan
rencana pembangunan dalam jangka panjang, menengah dan
tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara
pemerintah daerah dan masyarakat.
9. Berbasis elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur
elektronik yang berfungsi untuk mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,
menampilkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan.
10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang
selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan
pembangunan daerah Kabupaten Gresik untuk periode 5 (lima)
tahun yang menjabarkan visi dan misi pembangunan Bupati dan
Wakil Bupati Gresik terpilih.
11. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen
perencanaan daerah Kabupaten Gresik untuk periode 1(satu)
tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan
daerah.
12. Data Berbasis Elektronik/e-Database adalah aplikasi yang
mendokumentasikan serta mengadministrasikan data dan
informasi kondisi daerah berbasis daring.
13. Perencanaan Berbasis Elektronik/e-Planning adalah aplikasi
yang digunakan untuk membantu perumusan kebijakan dalam
penyusunan dokumen rencana pembangunan daerah
merumuskan kebijakan dalam penyusunan rencana
pembangunan daerah berbasis daring.
14. Evaluasi Berbasis Elektronik/e-Monev adalah aplikasi yang
digunakan untuk menilai dan mengukur capaian kinerja
penyelenggaraan pembangunan daerah berbasis daring.
15. Pelaporan Berbasis Elektronik/e-Reporting adalah aplikasi yang
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 33
digunakan untuk menyusun dokumen analisis pembangunan
daerah dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembangunan daerah berbasis daring.
16. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang mencakup
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh PD atau masyarakat,
yang dikoordinasikan oleh pemerintah daerah untuk mencapai
sasaran dan tujuan pembangunan daerah.
17. Data Tunggal adalah data yang sifatnya belum diolah atau
dianalisis.
18. Data Komposit adalah data berupa hasil olahan dan analisis.
19. Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif
dan/atau kualitatif untuk masukan, proses, keluaran, hasil,
manfaat, dan/atau dampak yang menggambarkan tingkat
capaian kinerja suatu program atau kegiatan.
20. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya
disingkat Musrenbang adalah forum antar pemangku
kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan
daerah.
21. Pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang langsung atau
tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah.
22. Kebijakan umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah
dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja,
dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode
1 (satu) tahun.
23. Prioritas dan plafon anggaran sementara yang selanjutnya
disingkat PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan
batas maksimal anggaran yang diberikan kepada PD untuk
setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-PD
sebelum disepakati dengan DPRD.
24. Rencana kerja PD yang selanjutnya disingkat dengan Renja PD
adalah dokumen perencanaan PD untuk periode 1 (satu) tahun.
25. Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program
dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran
pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka
anggaran.
26. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,
34 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
menyiapkan, memproses, mengumumkan dan/atau
menyebarkan informasi.
27. Dokumen Elektronik adalah informasi elektronik yang dibuat,
diteruskan, dikirimkan, diterima atau disimpan dalam bentuk
analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya yang
dapat dilihat, ditampilkan dan/atau didengar melalui komputer
atau sistem elektronik, termasuk tidak terbatas pada tulisan,
suara atau gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya,
huruf, angka, tanda, kode akses, simbol atau perforasi yang
memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang
mampu memahaminya.
28. Kegiatan eksternal adalah usulan kegiatan yang berasal dari
hasil reses DPRD Kabupaten Gresik, dunia usaha, perguruan
tinggi dan umum yang diusulkan dan di input ke dalam aplikasi
Kabupaten Gresik oleh admin kecamatan, Desa, PD yang
terintegrasi dengan proses musrenbang atau pada tahapan
perencanaan pembangunan.
29. Bidang Mitra adalah Bidang/Kepala Bidang di Bappeda yang
mengkordinasikan PD dalam hal perencanaan sesuai
nomenklatur bidangnya.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud dibentuknya Peraturan Daerah ini untuk:
a. sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun,
menetapkan, melaksanakan dan mengevaluasi perencanaan
pembangunan daerah;
b. mengatur penyusunan perencanaan pembangunan daerah
secara berkelanjutan;
c. mengelola penyampaian usulan kegiatan prioritas, pengolahan
data dan penetapan rencana kegiatan untuk dokumen RKPD
dan RKPD Perubahan;dan
d. mengatur pengelolaan sistem perencanaan pembangunan
daerah berbasis elektronik untuk seluruh pemangku
kepentingan pembangunan di lingkungan Daerah.
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 35
Pasal 3
Tujuan Peraturan Daerah ini dibentuk untuk:
a. memfasilitasi penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan dan penganggaran daerah agar lebih transparan,
efektif, efisien dan akuntabel dalam rangka mendukung
peningkatan kinerja pelayanan publik;
b. mewujudkan konsistensi tahapan perencanaan pembangunan
dan penganggaran meliputi RPJMD, RKPD, RKPD Perubahan
dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan
daerah;
c. mewujudkan konsistensi keberlanjutan rencana pembangunan
daerah muali dari RPJMD, RKPD dan RKPD perubahan; dan
d. mewujudkan pemantauan dan evaluasi perencanaan
pembangunan daerah.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 4
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi:
a. Prinsip dan Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah
b. Rencana Pembangunan Daerah
c. Sistem Informasi Pembangunan Daerah
d. Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah
e. Mekanisme Pengusulan Kegiatan
BAB IV
PRINSIP DAN PENDEKATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH
Pasal 5
Pemerintah Daerah menyusun Rencana Pembangunan Daerah
dengan prinsip-prinsip, meliputi:
a. merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional;
b. Pemerintah Daerah melakukannya bersama para pemangku
kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing;
36 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
c. mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana
pembangunan Daerah; dan
d. dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki
Daerah.
Pasal 6
Rencana pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 dirumuskan secara:
a. transparan;
b. responsif;
c. efisien;
d. efektif;
e. akuntabel;
f. partisipatif;
g. terukur;
h. berkeadilan;
i. berwawasan lingkungan; dan
j. berkelanjutan.
Pasal 7
(1) Transparan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, yaitu
membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan pemerintahan Daerah dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan,
dan rahasia negara.
(2) Responsif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, yaitu
dapat mengantisipasi berbagai potensi, masalah dan perubahan
yang terjadi di Daerah.
(3) Efisien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, yaitu
pencapaian keluaran (output) tertentu dengan masukan terendah
atau masukan terendah dengan keluaran (output) maksimal.
(4) Efektif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d, yaitu
kemampuan mencapai target dengan sumber daya yang dimiliki,
melalui cara atau proses yang paling optimal.
(5) Akuntabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf e, yaitu
setiap kegiatan dan hasil akhir dari perencanaan pembangunan
Daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 37
masyarakat.
(6) Partisipatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf f,
merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses
tahapan perencanaan pembangunan Daerah dan bersifat
inklusif terhadap kelompok masyarakat rentan termarginalkan,
melalui jalur khusus komunikasi untuk mengakomodasi
aspirasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses dalam
pengambilan kebijakan.
(7) Terukur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf g, yaitu
penetapan target kinerja yang jelas dan dapat diukur serta cara
untuk mencapainya.
(8) Berkeadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf h,
merupakan prinsip keseimbangan antarwilayah, sektor,
pendapatan, gender dan usia.
(9) Berwawasan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf i, yaitu untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur
tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan dalam
mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya
manusia.
(10) Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf j, yaitu
pembangunan yang mewujudkan keutuhan lingkungan hidup
serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan dengan
memperhatikan potensi dampak pembangunan dalam
mengoptimalkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Pasal 8
Perencanaan pembangunan Daerah menggunakan pendekatan:
a. teknokratik;
b. partisipatif;
c. politis; dan
d. atas-bawah dan bawah-atas.
Pasal 9
(1) Pendekatan teknokratik dalam perencanaan pembangunan
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a,
dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka
berpikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran
pembangunan Daerah.
38 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
(2) Pendekatan partisipatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf b, dilaksanakan dengan melibatkan berbagai pemangku
kepentingan.
(3) Pendekatan politis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf
c, dilaksanakan dengan menerjemahkan visi dan misi Kepala
Daerah terpilih kedalam dokumen perencanaan pembangunan
jangka menengah yang dibahas bersama dengan DPRD.
(4) Pendekatan atas-bawah dan bawah-atas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf d merupakan hasil perencanaan
yang diselaraskan dalam musyawarah pembangunan yang
dilaksanakan mulai dari Desa, Kecamatan dan Daerah.
BAB V
RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 10
(1) Perencanaan pembangunan Daerah dilakukan terhadap
rencana pembangunan Daerah dan rencana Perangkat Daerah.
(2) Rencana pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), terdiri atas:
a. RPJPD;
b. RPJMD; dan
c. RKPD.
(3) Rencana Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), terdiri atas:
a. Renstra Perangkat Daerah; dan
b. Renja Perangkat Daerah.
Pasal 11
(1) RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a,
merupakan penjabaran dari visi, misi, arah kebijakan, dan
sasaran pokok pembangunan Daerah jangka panjang untuk 20
(dua puluh) tahun yang disusun dengan berpedoman pada
RPJPN dan RTRW.
(2) RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati yang
memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan,
pembangunan Daerah dan keuangan Daerah, serta program
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 39
Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai
dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan berpedoman pada
RPJPD, RTRW dan RPJMN.
(3) RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf c
merupakan penjabaran dari RPJMD yang memuat rancangan
kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah,
serta rencana kerja dan pendanaan untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun yang disusun dengan berpedoman pada RKP dan
program strategis nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
Pasal 12
(1) Renstra Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (3) huruf a memuat tujuan, sasaran, program, dan
kegiatan pembangunan dalam rangka pelaksanaan Urusan
Pemerintahan Wajib dan/atau Urusan Pemerintahan Pilihan
sesuai dengan tugas dan fungsi setiap Perangkat Daerah, yang
disusun berpedoman kepada RPJMD dan bersifat indikatif.
(2) Renja Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (3) huruf b memuat program, kegiatan, lokasi, dan
kelompok sasaran yang disertai indikator kinerja dan
pendanaan sesuai dengan tugas dan fungsi setiap Perangkat
Daerah, yang disusun berpedoman kepada Renstra Perangkat
Daerah dan RKPD.
BAB VI
SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 13
(1) Penyusunan RPJPD, RPJMD, dan RKPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2), dilakukan oleh satu sistem yang
mengelolah data dan informasi, menyusun, memonitoring dan
mengevaluasi secara elektronik.
(2) Penyusunan RPJPD, RPJMD, dan RKPDyang dilakukan oleh
satu sistem secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam ayat
40 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
(1),melalui:
a. data berbasis elektronik/e-Database;
b. perencanaan berbasis elektronik/e-Planning;
c. monitoring dan evaluasi berbasis elektronik/e-Monev; dan
d. pelaporan berbasis elektronik/e-Reporting.
Bagian Kedua
Data Berbasis Elektronik/e-database
Paragraf 1
Umum
Pasal 14
(1) Pemerintah Daerah melakukan pemetaan, pengumpulan,
pengisian, validasi, serta evaluasi data pembangunan daerah
dengan menggunakan aplikasi Data Berbasis Elektronik/e-
Database.
(2) Data pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. data statistik dasar yang diperoleh dari publikasi oleh
lembaga yang membidangi penyelenggaraan pusat statistik;
dan
b. data statistik sektoral yang diperoleh dari perangkat daerah
berdasarkan indikator kinerja pembangunan daerah.
(3) Data statistik dasar dan data statistik sektoral sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. data tunggal; dan
b. data komposit.
Pasal 15
(1) Data statistik dasar dan data statistik sektoral terhadap Data
Tunggal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) huruf
a, merupakan data yang belum diolah dalam aplikasi Data
Berbasis Elektronik/e-Database.
(2) Data statistik dasar terhadap Data Komposit sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) huruf b, merupakan data yang
tidak diolah dalam aplikasi Data Berbasis Elektronik/e-
Database.
(3) Data statistik sektoral terhadap data komposit sebagaimana
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 41
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) huruf b, merupakan data yang
diolah dalam aplikasi Data Berbasis Elektronik/e-Database.
(4) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat
(3) digunakan sebagai salah satu dasar perumusan masalah
dalam aplikasi Perencanaan Berbasis Elektronik/e-Planning.
Pasal 16
(1) Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), diisi ke
dalam aplikasi Data Berbasis Elektronik/e-Database
berdasarkan lokasi.
(2) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan
wilayah administratif dan koordinat.
(3) Wilayah administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
merupakan data berdasarkan lokasi di daerah dan/atau
kecamatan.
(4) Koordinat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berdasarkan
titik koordinat peta yang dilakukan dengan melakukan
penandaan lokasi pada peta.
(5) Data statistik dasar dan data statistik sektoral sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 dikelompokkan dalam:
a. data urusan wajib dan urusan pilihan;
b. data perangkat daerah yang melaksanakan fungsi
penunjang urusan pemerintahan; dan
c. data lainnya meliputi kondisi daerah, karakteristik khusus
dan/atau keistimewaan daerah.
Paragraf 2
Tahapan Pengelolaan Aplikasi Data
Berbasis Elektronik/E-Database
Pasal 17
(1) Pengelolaan aplikasi Data Berbasis Elektronik/e-Database
daerah setiap tahunnya dilakukan melalui tahapan:
a. pemetaan kebutuhan data;
b. pengumpulan data;
c. pengisian data hasil pengumpulan ke dalam aplikasi Data
Berbasis Elektronik/e-Database;
d. validasi data pada aplikasi Data Berbasis Elektronik/e-
42 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
Database; dan
e. evaluasi data.
(2) Dalam pengelolaan aplikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), perangkat daerah bertugas selaku produsen data.
(3) Dalam pengelolaan aplikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), perangkat daerah yang membidangi urusan statistik
bertugas selaku wali data.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai produsen data dan wali data
diatur dalam Peraturan Bupati
Pasal 18
(1) Pemetaan kebutuhan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (1) huruf a, merupakan identifikasi kebutuhan data
daerah sesuai dengan kondisi daerah, karakteristik khusus
dan/atau keistimewaan daerah yang dilaksanakan oleh produsen
data dan dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah melalui forum pemetaan kebutuhan data.
(2) Pemetaan kebutuhan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan terhadap data pembangunan yang elemen datanya
harus diisi sebagaimana yang dikeluarkan oleh Menteri melalui
Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah.
(3) Pengumpulan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) huruf b, dilaksanakan oleh produsen data dan
dikoordinasikan oleh wali data.
(4) Pengisian data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf c, dilaksanakan oleh produsen data dan dikoordinasikan
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
(5) Validasi data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf
d, dilaksanakan oleh walidata bersama dengan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah melalui Forum Validasi Data.
(6) Validasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (5) digunakan
untuk melihat kesesuaian data yang telah diisidalam aplikasi
Data Berbasis Elektronik/e-Database dengan Standar Data dan
Metadata sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(7) Evaluasi data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf e, dilaksanakan oleh produsen data dan dikoordinasikan
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah melalui Forum
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 43
Evaluasi Data.
(8) Evaluasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (7), digunakan
untuk melihat tingkat keterisian dan pemanfaatan data.
Pasal 19
Data yang dipetakan, dikumpulkan dan diisi oleh produsen data
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) sampai dengan ayat
(4) harus memenuhi Standar Data dan memiliki Metadata sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang mengatur
terkait Satu Data Indonesia.
Pasal 20
(1) Tahapan pemetaan kebutuhan data sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, dilaksanakan pada Bulan
Februari untuk pengumpulan data di tahun berkenaan yang
hasilnya dimuat dalam berita acara.
(2) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. pernyataan terpenuhinya standar data terhadap data yang
ingin dikumpulkan dan diisi dalam aplikasi data berbasis
elektronik/e-Database yang diverifikasi oleh wali data;
b. pernyataan ketersediaan Metadata terhadap data yang ingin
dikumpulkan dan diisi dalam aplikasi Data Berbasis
Elektronik/e-Database yang diverifikasi oleh wali data;
c. perencanaan waktu pengumpulan data; dan
d. perencanaan waktu pengisian data.
(3) Tahapan pengumpulan data sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1) huruf b, dilakukan sesuai dengan Standar Data
dan perencanaan waktu pengumpulan data.
(4) Tahapan pengisian data hasil pengumpulan ke dalam aplikasi
data berbasis elektronik/e-Database sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (1) huruf c, dilakukan sesuai dengan
perencanaan waktu pengisian data dan paling lama 1 (satu)
minggu sebelum tahapan Validasi Data.
(5) Tahapan validasi data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1) huruf d, dilakukan paling lama minggu kedua bulan
Februari setiap tahunnya terhadap data yang telah diisi di tahun
sebelumnya yang hasilnya dimuat dalam berita acara.
44 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
(6) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling sedikit
memuat:
a. pernyataan bahwa data hasil pengumpulan dan pengisian
oleh produsen data dapat dipertanggungjawabkan; dan
b. kesesuaian hasil pengumpulan dan pengisian data oleh
produsen data dengan Standar Data dan metadata.
(7) Tahapan evaluasi data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1) huruf e, dilakukan per semester dalam satu tahun yang
hasilnya dimuat dalam berita acara.
(8) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (7) paling sedikit
memuat:
a. permasalahan yang dihadapi selama pengelolaan aplikasi
Data Berbasis Elektronik/e-Database;
b. strategi penyelesaian permasalahan terkait pengelolaan
aplikasi data berbasis elektronik/e-Database; dan
c. saran penyempurnaan terkait pengelolaan aplikasi Data
Berbasis Elektronik/e-Database.
Pasal 21
(1) Data hasil Pengelolaan aplikasi data berbasis elektronik/e-
Database sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1),
selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan informasi
perencanaan pembangunan daerah.
(2) Informasi perencanaan pembangunan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. kondisi geografis daerah;
b. demografi;
c. potensi sumber daya daerah;
d. ekonomi dan keuangan daerah;
e. aspek kesejahteraan masyarakat;
f. aspek pelayanan umum; dan
g. aspek daya saing daerah.
(3) Informasi perencanaan pembangunan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi acuan dalam menyusun
dokumen rencana pembangunan daerah.
(4) Informasi perencanaan pembangunan daerah sebagaimana
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 45
dimaksud pada ayat (1) disajikan dalam bentuk profil
pembangunan daerah dan wajib dipublikasikan kepada
masyarakat yang dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah.
Pasal 22
(1) Dalam hal belum terdapatnya data atau informasi pada Aplikasi
Berbasis Elektronik/e-Database yang akan digunakan dalam
penyusunan dokumen rencana pembangunan daerah,
pemerintah daerah dapat menggunakan data atau informasi
diluar aplikasi Data Berbasis Elektronik/e-Database dengan
mencantumkan sumber data dan melampirkan bukti visual
dan/atau bukti pendukung lainnya.
(2) Data atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
divalidasi untuk melihat kesesuaian data dengan Standar Data
dan Metadata melalui Forum Validasi Data sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (6).
(3) Data atau informasi yang telah divalidasi, diisi ke dalam aplikasi
Data Berbasis Elektronik/e-Database.
(4) Dalam hal belum terdapat Standar Data dan Metadata terhadap
data atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap dapat
dilakukan dengan syarat produsen data menyiapkan Standar
Data dan Metadata di tahun berikutnya.
Bagian Ketiga
Perencanaan Berbasis Elektronik/e-Planning
Paragraf 1
Pasal 23
(1) Pemerintah Daerah menyusun dokumen rencana pembangunan
daerah menggunakan Perencanaan Berbasis Elektronik/e-
Planning yang terintegrasi dengan perencanaan pembangunan
nasional.
(2) Perencanaan Berbasis Elektronik/e-Planning sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi perencanaan penyusunan
dokumen:
a. RPJPD;
46 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
b. RPJMD dan Renstra Perangkat Daerah; dan
c. RKPD dan Renja Perangkat Daerah.
Pasal 24
(1) Dalam penyusunan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2), pemerintah daerah menggunakan Perencanaan
Berbasis Elektronik/e-Planning.
(2) Dalam penyusunan dokumen Perencanaan Berbasis
Elektronik/e-Planningsebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemerintah daerahdapat menggunakan aplikasi Perencanaan
Berbasis Elektronik/e-Planning dari Menteri melalui Direktur
Jenderal Bina Pembangunan Daerah atau aplikasi Perencanaan
Berbasis/e-Planing milik pemerintah daerah yang telah
diintegrasikan dengan aplikasi Perencanaan Berbasis
Elektronik/e-Planningdari Menteri Dalam Negeri.
(3) Apabila pemerintah daerah menggunakan aplikasi Perencanaan
Berbasis Elektronik/e-Planning milik pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi syarat
minimal sebagai berikut:
a. memiliki alur tahapan penyusunan dokumen rencana
pembangunan daerah yang terhubung mulai dari tahap
persiapan sampai dengan penetapan;
b. memiliki sistem sinkronisasi yang terhubung antara
perencanaan pusat dan daerah;
c. memiliki sistem sinkronisasi yang terhubung antar dokumen
perencanaan jangka menengah dan tahunan;
d. memiliki fitur integrasi secara sistem antara dokumen
keluaran Perencanaan Berbasis Elektronik/e-Planning RKPD
dengan Aplikasi Perencanaan Anggaran/ebudgeting;
e. memiliki perumusan masalah yang disusun berdasarkan
data yang dipetakan, dikumpulkan, diisi, divalidasi, dan
dievaluasi sesuai dengan tahapan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (1);
f. memiliki keterhubungan program dan kegiatan dengan
pendekatan lokasi sesuai dengan rumusan masalah dan akar
masalah;
g. memiliki fitur partisipasi publik dalam tahapan penyusunan
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 47
dokumen rencana pembangunan daerah;
h. memiliki fitur penyampaian pokok pikiran DPRD dalam
tahapan penyusunan dokumen rencana pembangunan
daerah; dan
i. memiliki fitur konsultasi, dan evaluasi terhadap rancangan
perda tentang RPJPD dan RPJMD serta fitur fasilitasi
terhadap rancangan peraturan kepala daerah tentang RKPD.
(5) Sistem sinkronisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf
b, berupa penandaan dukungan pemerintah daerah terhadap
pencapaian sasaran strategis nasional 5 (lima) tahunan dan
prioritas rencana kerja pemerintah tahunan serta kebijakan
strategis nasional lainnya.
(6) Sistem sinkronisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf
c, berupa penterjemahan visi dan misi kepala daerah ke dalam
program dan anggaran sebagai bentuk intervensi pemerintah
daerah untuk menyelesaikan masalah.
(7) Fitur integrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d,
berupa penyediaan fitur Application Programming Interface atau
fitur sejenis.
Pasal 25
(1) Perencanaan Berbasis Elektronik/e-planningsebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) digunakan dalam
melaksanakan pengendalian dan evaluasi proses penyusunan
dokumen RPJPD, RPJMD dan RKPD berdasarkan tahapan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Keluaran dari Perencanaan Berbasis Elektronik/ e-Planning
digunakan sebagai dasar penyusunan KUAPPAS.
(3) Dalam pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), keluaran Perencanaan Berbasis Elektronik/e-Planning
terhubung langsung dengan aplikasi e-Budgeting.
Pasal25
Guna mewujudkan penyusunan dokumen rencana pembangunan
daerah menggunakan Perencanaan Berbasis Elektronik/e-
Planningsebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Pemerintah
Daerah menyediakan sarana dan prasarana aplikasi Perencanaan
Berbasis Elektronik/e-Planning yang sesuai standarisasi.
48 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
Bagian Keempat
Monitoring Dan Evaluasi Berbasis Elektronik/e-Monev
Pasal 26
(1) Pemerintah Daerah menggunakan monitoring dan evaluasi
berbasis elektronik/e-Monev terhadap pelaksanaan:
a. RPJPD;
b. RPJMD dan Renstra Perangkat Daerah; dan
c. RKPD dan Renja Perangkat Daerah.
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. pengendalian terhadap pelaksanaan dokumen rencana
pembangunan daerah; dan
b. evaluasi hasil pelaksanaan dokumen rencana pembangunan
daerah.
Bagian Kelima
Pelaporan Berbasis Elektronik/E-Reporting
Pasal 27
(1) Bupati melaporkan penyelenggaraan pembangunan daerah di
daerah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dilakukan
melalui Pelaporan Berbasis Elektronik/e-Reporting.
Bagian Keenam
Pengelola Sistem Informasi Pembangunan Daerah
Pasal 28
(1) Bupati membentuk Tim Pengelola Sistem Informasi
Pembangunan Daerah dengan keputusan Bupati.
(2) Tim Pengelola Sistem Informasi Pembangunan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Penanggungjawab : sekretaris daerah
b. ketua/koordinator : kepala BAPPEDA
c. wakil ketua/walidata : kepala perangkat daerah yang
membidangi urusan statistik;
d. sekretaris : pejabat administrator pada BAPPEDA
yang melaksanakan tugas di bidang
pengelolaan data; dan
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 49
e. anggota : seluruh kepala perangkat daerah.
(3) Tim Pengelola Sistem Informasi Pembangunan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengikutsertakan
aparatur sipil negara di lingkungan pemerintah daerah
dan/atau unsur lainnya sesuai dengan kebutuhan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengelolaan Sistem Informasi
Pembangunan Daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 29
(1) Penanggungjawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(2) huruf a bertugas mengambil kebijakan, keputusan dan
pembinaan dalam penerapan sistem berbasis elektronik.
(2) Ketua/koordinator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(2) huruf b bertugas sebagai administrator seluruh aplikasi yang
ada dalam sistem berbasis elektronik.
(3) Sekretaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf
c bertugas mengelola fungsi kesekretariatan dalam penerapan
sistem berbasis elektronik.
(4) Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf d
bertugas mengoordinasikan pengelolaan seluruh aplikasi yang
ada dalam sistem berbasis elektronik di lingkungan perangkat
daerahnya.
Pasal 30
Pembentukan Tim Pengelola Sistem Informasi Pembangunan
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ditetapkan setiap
tahunnya paling lambat pada minggu pertama Bulan Desember.
Pasal 31
(1) Perangkat Daerah sebagai Produsen Data sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2), memiliki Pengelola Data dan
Informasi yang merupakan pegawai negeri sipil dengan jabatan
fungsional.
(2) Dalam hal belum terdapat pegawai negeri sipil dengan jabatan
fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perangkat
daerah dapat didukung oleh pegawai negeri sipil yang
menduduki jabatan pelaksana dan/atau pegawai pemerintah
50 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
dengan perjanjian kerja.
BAB VII
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 32
(1) Pemerintah daerah menyusun RPJPD, RPJMD dan RKPD
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(2) Penyusunan rencana pembangunan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tahapan:
a. persiapan penyusunan;
b. penyusunan rancangan awal;
c. penyusunan rancangan;
d. pelaksanaan Musrenbang;
e. perumusan rancangan akhir;
f. penetapan.
(2) Penyusunan rencana pembangunan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan keberlanjutan
rencana pembangunan daerah.
Bagian Kedua
Penyusunan RPJPD
Paragraf 1
Persiapan Penyusunan
Pasal 33
Persiapan penyusunan RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 ayat (2) huruf a, meliputi:
a. penyusunan rancangan keputusan Kepala Daerah tentang
pembentukan tim penyusun RPJPD;
b. orientasi mengenai RPJPD;
c. penyusunan agenda kerja tim penyusun RPJPD; dan
d. penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan
Daerah berdasarkan SIPD.
Paragraf 2
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 51
Penyusunan Rancangan Awal RPJPD
Pasal 34
(1) Penyusunan rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (2) huruf b, dilaksanakan paling lambat 1
(satu) tahun sebelum RPJPD periode sebelumnya berakhir.
(2) Kurun waktu RPJPD sesuai dengan kurun waktu RPJPN.
Pasal 35
(1) Penyusunan rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 ayat (1), mencakup:
a. analisis gambaran umum kondisi Daerah;
b. analisis permasalahan pembangunan Daerah;
c. penelaahan dokumen rencana pembangunan lainnya;
d. analisis isu strategis pembangunan jangka panjang;
e. perumusan visi dan misi Daerah;
f. perumusan arah kebijakan dan sasaran pokok Daerah; dan
g. KLHS.
(2) Penyusunan rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan kaidah dalam
perumusan kebijakan pembangunan jangka panjang.
Pasal 36
Hasil penyusunan rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (1), disajikan dengan sistematika paling sedikit
memuat:
a. pendahuluan;
b. gambaran umum kondisi Daerah;
c. permasalahan dan isu strategis Daerah;
d. visi dan misi Daerah;
e. arah kebijakan dan sasaran pokok Daerah; dan
f. Penutup.
Pasal 37
(1) Rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36, dibahas tim penyusun bersama dengan Perangkat Daerah
untuk memperoleh masukan dan saran sesuai dengan tugas
dan fungsi Perangkat Daerah.
(2) Pembahasan bersama Perangkat Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan paling lambat pada akhir
52 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
bulan kedua sejak rancangan awal disusun.
(3) Masukan dan saran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dirumuskan dalam berita acara kesepakatan dan ditandatangani
oleh kepala BAPPEDA dan kepala Perangkat Daerah.
(4) Rancangan awal RPJPD disempurnakan sesuai dengan berita
acara kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Pasal 38
(1) Rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
ayat (4), dibahas dengan para pemangku kepentingan melalui
forum konsultasi publik.
(2) Forum konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan paling lambat bulan keempat setelah rancangan
awal disusun.
(3) Forum konsultasi publik bertujuan untuk memperoleh
masukan penyempurnaan rancangan awal RPJPD.
(4) Hasil konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dirumuskan dalam berita acara kesepakatan yang
ditandatangani oleh setiap unsur yang mewakili pemangku
kepentingan.
(5) Rancangan awal RPJPD disempurnakan sesuai dengan berita
acara kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
Pasal 39
(1) Bupati mengajukan rancangan awal RPJPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (5) kepada gubernur untuk
dikonsultasikan.
(2) Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan paling lambat pada bulan keenam sejak
rancangan awal disusun.
Pasal 40
(1) Bupati mengkonsultasikan rancangan awal RPJPD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 kepada gubernur.
(2) Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
untuk memperoleh masukan terhadap rancangan awal RPJPD.
(3) Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam bentuk
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 53
surat kepala BAPPEDA provinsi.
(4) Masukan dalam bentuk surat sebagaiamana dipaksud pada
ayat (3) dilengkapi dengan dokumen yang terdiri atas:
a. surat permohonan konsultasi dari bupati kepada gubernur;
b. rancangan awal RPJPD; dan
c. hasil pengendalian dan evaluasi perumusan kebijakan
perencanaan pembangunan jangka panjang Daerah.
Paragraf 3
Penyusunan Rancangan RPJPD
Pasal 41
(1) Bupati menyempurnakan rancangan awal RPJPD menjadi
rancangan RPJPD berdasarkan saran penyempurnaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2).
(2) Rancangan RPJPD disajikan paling sedikit dengan sistematika
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36.
Pasal 42
BAPPEDA mengajukan rancangan RPJPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 ayat (2) kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah
untuk memperoleh persetujuan untuk dibahas dalam Musrenbang
RPJPD.
Paragraf 4
Pelaksanaan Musrenbang RPJPD
Pasal 43
(1) Musrenbang RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
ayat (2) huruf d, dilaksanakan untuk membahas rancangan
RPJPD dalam rangka penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan
kesepakatan terhadap visi, misi, arah kebijakan dan sasaran
pokok RPJPD.
(2) BAPPEDA melaksanakan dan mengkoordinasikan Musrenbang
RPJPD.
(3) Musrenbang RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dihadiri oleh para pemangku kepentingan.
(4) Musrenbang RPJPD dilaksanakan paling lambat 6 (enam) bulan
54 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
sejak penyusunan rancangan awal RPJPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34ayat (1).
(5) Pimpinan DPRD atau anggota DPRD, pejabat dari
kementerian/lembaga tingkat pusat atau dari unsur lain terkait,
dapat diundang menjadi peserta atau narasumber dalam
Musrenbang RPJPD.
Pasal 44
Hasil Musrenbang RPJPD dirumuskan dalam berita acara
kesepakatan dan ditandatangani oleh unsur yang mewakili
pemangku kepentingan yang menghadiri Musrenbang.
Paragraf 4
Perumusan Rancangan Akhir RPJPD
Pasal 45
(1) Perumusan rancangan akhir RPJPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (2) huruf e merupakan proses perumusan
rancangan RPJPD menjadi rancangan akhir RPJPD berdasarkan
berita acara kesepakatan hasil Musrenbang RPJPD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44.
(2) Perumusan Rancangan akhir RPJPD diselesaikan paling lambat
1 (satu) bulan setelah pelaksanaan Musrenbang RPJPD.
(3) Rancangan akhir RPJPD disajikan paling sedikit dengan
sistematika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35.
Pasal 46
(1) BAPPEDA menyampaikan rancangan akhir RPJPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3) yang dimuat dalam
Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD kepada Sekretaris
Daerah melalui Perangkat Daerah yang membidangi hukum.
(2) Penyampaian rancangan akhir RPJPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), paling lambat 5 (lima) minggu setelah pelaksanaan
Musrenbang RPJPD.
(3) Sekretaris Daerah menugaskan kepala Perangkat Daerah yang
membidangi hukum untuk melakukan pengharmonisasian,
pembulatan, dan pemantapan Rancangan Peraturan Daerah
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 55
tentang RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 47
(1) Sekretaris Daerah melalui Perangkat Daerah yang membidangi
hukum menyampaikan hasil pengharmonisasian, pembulatan,
dan pemantapan rancangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (3), kepada kepala BAPPEDA untuk mendapatkan
parafpersetujuan pada setiap halaman rancangan Peraturan
Daerah.
(2) Sekretaris Daerah menugaskan Kepala BAPPEDA
menyampaikan rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD
yang telah dibubuhi paraf persetujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), kepada Bupati.
(3) Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), yang akan disampaikan kepada DPRD,
dipaparkan kepala BAPPEDA kepada Bupati.
Pasal 48
(1) Bupati menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah tentang
RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (3) kepada
DPRD untuk dibahas dalam rangka memperoleh persetujuan
bersama DPRD dan Bupati terhadap rancangan Peraturan
Daerah tentang RPJPD.
(2) Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri dari rancangan Peraturan
Daerah dan rancangan akhir RPJPD.
(3) Penyampaian rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling lambat 1 (satu)
bulan setelah rancangan akhir RPJPD disusun.
Pasal 49
(1) Persetujuan bersama DPRD dan Bupati terhadap rancangan
Peraturan Daerah tentang RPJPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 ayat (1) dilakukan paling lambat 2 (dua) bulan sejak
rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD disampaikan
Bupati kepada DPRD.
(2) Bupati menyempurnakan rancangan Peraturan Daerah tentang
56 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
RPJPD sesuai dengan persetujuan bersama DPRD dan Bupati
terhadap rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD paling
lambat 1 (satu) bulan setelah dilakukan persetujuan.
(3) Dalam hal sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), tidak dapat diambil keputusan bersama,maka
rancangan Peraturan Daerah tersebut dianggap telah
memperoleh persetujuan bersama DPRD.
Paragraf 5
Penetapan RPJPD
Pasal 50
Bupati menetapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD
yang telah dievaluasi oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
menjadi Peraturan Daerah tentang RPJPD paling lambat 6 (enam)
bulan setelah RPJPD periode sebelumnya berakhir.
Pasal 51
Apabila penyelenggara Pemerintahan Daerah tidak menetapkan
Peraturan Daerah tentang RPJPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50, anggota DPRD dan bupati dikenai sanksi administratif
sebagaimana dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 52
(1) RPJPD yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, wajib menjadi pedoman
dalam perumusan materi visi, misi dan program calon Kepala
Daerah dan wakil Kepala Daerah.
(2) Visi dan misi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan
setiap calon Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah kepada
masyarakat secara lisan maupun tertulis pada saat kampanye.
Bagian Ketiga
Penyusunan RPJMD
Paragraf 1
Persiapan Penyusunan RPJMD
Pasal 53
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 57
Persiapan penyusunan RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35 ayat (2) huruf a, meliputi:
a. penyusunan rancangan keputusan Kepala Daerah tentang
pembentukan tim penyusun RPJMD;
b. orientasi mengenai RPJMD;
c. penyusunan agenda kerja tim penyusun RPJMD;
d. penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan
Daerah berdasarkan SIPD; dan
e. penyusunan rancangan teknokratik RPJMD.
Pasal 54
Penyusunan rancangan teknokratik RPJMD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53 huruf e, diselesaikan paling lambat sebelum
penetapan Bupati dan wakil Bupati terpilih.
Pasal 55
Penyusunan rancangan teknokratik RPJMD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54, mencakup:
a. analisis gambaran umum kondisi Daerah;
b. perumusan gambaran keuangan Daerah;
c. perumusan permasalahan pembangunan Daerah;
d. penelaahan dokumen perencanaan lainnya; dan
e. perumusan isu strategis Daerah.
Pasal 56
Hasil rancangan teknokratik RPJMD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 55, disajikan dengan sistematika paling sedikit memuat:
a. pendahuluan;
b. gambaran umum kondisi Daerah;
c. gambaran keuangan Daerah; dan
d. permasalahan dan isu strategis Daerah.
Pasal 57
(1) Rancangan teknokratik RPJMD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 dibahas tim penyusun bersama dengan Perangkat
Daerah untuk memperoleh masukan dan saran sesuai dengan
tugas dan fungsi Perangkat Daerah.
(2) Masukan dan saran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
58 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
dirumuskan dalam berita acara kesepakatan dan
ditandatangani oleh Kepala BAPPEDA dan Kepala Perangkat
Daerah.
(3) Rancangan teknokratik RPJMD disempurnakan berdasarkan
berita acara kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal 58
(1) Dalam hal terdapat jeda waktu antara pemilihan Kepala Daerah
sampai dengan dilantiknya Kepala Daerah terpilih melebihi
jangka waktu 6 (enam) bulan, rancangan teknokratik RPJMD
dapat disempurnakan dengan berpedoman pada visi, misi, dan
program Kepala Daerah terpilih.
(2) Rancangan teknokratik RPJMD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), disusun dengan sistematika paling sedikit memuat:
a. pendahuluan;
b. gambaran umum kondisi Daerah;
c. gambaran keuangan Daerah;
d. permasalahan dan isu strategis Daerah;
e. visi, misi, tujuan dan sasaran;
f. strategi, arah kebijakan dan program pembangunan
Daerah;
g. kerangka pendanaan pembangunan dan program Perangkat
Daerah;
h. kinerja penyelenggaraan pemerintahan Daerah; dan
i. penutup.
(3) Penyusunan rancangan teknokratik RPJMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dikoordinasikan oleh Kepala BAPPEDA
sebagai ketua tim.
Paragraf 2
Penyusunan Rancangan Awal RPJMD
Pasal 59
(1) Penyusunan rancangan awal RPJMD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (2) huruf b, dimulai sejak Kepala Daerah
dan wakil Kepala Daerah terpilih dilantik.
(2) Penyusunan rancangan awal RPJMD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), merupakan penyempurnaan rancangan
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 59
teknokratik RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58
ayat (2) dengan berpedoman pada visi, misi dan program
Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah terpilih.
(3) Penyusunan rancangan awal RPJMD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), mencakup:
a. penyempurnaan rancangan teknokratik RPJMD;
b. penjabaran visi dan misi Kepala Daerah;
c. perumusan tujuan dan sasaran;
d. perumusan strategi dan arah kebijakan;
e. perumusan program pembangunan Daerah;
f. perumusan program Perangkat Daerah; dan
g. KLHS.
(4) Penyusunan rancangan awal RPJMD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan kaidah perumusan
kebijakan perencanaan.
(5) Hasil perumusan rancangan awal RPJMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), disajikan dengan sistematika paling
sedikit memuat:
a. pendahuluan;
b. gambaran umum kondisi Daerah;
c. gambaran keuangan Daerah;
d. permasalahan dan isu srategis Daerah;
e. visi, misi, tujuan dan sasaran;
f. strategi, arah kebijakan dan program pembangunan
Daerah;
g. kerangka pendanaan pembangunan dan program
Perangkat Daerah;
h. kinerja penyelenggaraan pemerintahan Daerah; dan i. penutup.
Pasal 60
(1) Rancangan awal RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59 ayat (4), dibahas dengan para pemangku kepentingan
melalui forum konsultasi publik.
(2) Forum konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah
rancangan awal RPJMD disusun, dan dikoordinasikan oleh
BAPPEDA.
(3) Forum konsultasi publik Daerah melibatkan Perangkat Daerah
60 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
dan pemangku kepentingan.
(4) Forum konsultasi publik bertujuan untuk memperoleh
masukan penyempurnaan rancangan awal RPJMD.
(5) Hasil konsultasi publik daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), dirumuskan dalam berita acara kesepakatan yang
ditandatangani oleh setiap unsur yang mewakili pemangku
kepentingan.
(6) Rancangan awal RPJMD disempurnakan berdasarkan berita
acara kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan
ayat (6).
Pasal 61
(1) BAPPEDA mengajukan rancangan awal RPJMD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48/60 ayat (6) kepada Bupati untuk
memperoleh persetujuan pembahasan dengan DPRD.
(2) Bupati mengajukan rancangan awal RPJMD kepada DPRD
untuk dibahas dan memperoleh kesepakatan.
(3) Pengajuan rancangan awal RPJMD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), harus disampaikan paling lambat 40 (empat
puluh) hari sejak Bupati dan wakil Bupati dilantik.
(4) Pembahasan dan kesepakatan terhadap rancangan awal
RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling lambat 10
(sepuluh) hari sejak diterima oleh ketua DPRD.
(5) Hasil pembahasan dan kesepakatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), dirumuskan dalam nota kesepakatan yang
ditandatangani oleh Kepala Daerah dan ketua DPRD.
(6) Rancangan awal RPJMD disempurnakan berdasarkan nota
kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(7) Dalam hal sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), tidak tercapai kesepakatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) maka Bupati dapat melanjutkan tahapan
penyusunan berikutnya.
Pasal 62
(1) Bupati mengajukan rancangan awal RPJMD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 ayat (6) kepada gubernur untuk
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 61
dikonsultasikan.
(2) Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
paling lambat 50 (lima puluh) hari setelah Bupati/wakil Bupati
dilantik.
Pasal 63
(1) Bupati mengkonsultasikan rancangan awal RPJMD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 kepada gubernur.
(2) Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
untuk memperoleh masukan terhadap rancangan awal RPJMD.
(3) Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam bentuk
surat kepala BAPPEDA provinsi.
(4) Masukan dalam bentuk surat sebagaiamana dipaksud pada
ayat (3) dilengkapi dengan dokumen yang terdiri atas:
a. surat permohonan konsultasi dari bupati/wali kota kepada
gubernur;
b. rancangan awal RPJMD;
c. nota kesepakatan hasil rancangan awal RPJMD dengan
DPRD; dan
d. hasil pengendalian dan evaluasi perumusan kebijakan
perencanaan pembangunan jangka menengah Daerah.
Pasal 64
Bupati menyempurnakan rancangan awal RPJMD berdasarkan
saran penyempurnaan dari Gubenur melalui kepala BAPPEDA.
Pasal 65
BAPPEDA mengajukan rancangan awal RPJMD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 kepada Bupati sebagai bahan
penyusunan surat edaran Bupati tentang penyusunan rancangan
Renstra Perangkat Daerah kepada kepala Perangkat Daerah.
Pasal 66
(1) BAPPEDA menyampaikan surat edaran Bupati sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 65 kepada kepala Perangkat Daerah
dengan melampirkan rancangan awal RPJMD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64.
62 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
(2) Rancangan awal RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
menjadi dasar bagi Perangkat Daerah untuk menyempurnakan
rancangan awal Renstra Perangkat Daerah.
Pasal 67
(1) Rancangan awal Renstra Perangkat Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) dibahas dengan pemangku
kepentingan dalam forum Perangkat Daerah/lintas Perangkat
Daerah untuk memperoleh saran dan pertimbangan.
(2) Rancangan awal Renstra Perangkat Daerah disempurnakan
berdasarkan hasil forum Perangkat Daerah/lintas Perangkat
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 68
(1) Kepala Perangkat Daerah menyampaikan rancangan awal
Renstra Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
66 ayat (2) kepada BAPPEDA untuk diverifikasi.
(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk
memastikan kesesuaian rancangan awal Renstra Perangkat
Daerah dengan rancangan awal RPJMD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 66.
Paragraf 3
Penyusunan Rancangan RPJMD
Pasal 69
Penyusunan rancangan RPJMD adalah penyempurnaan rancangan
awal RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 dan
berdasarkan rancangan Renstra Perangkat Daerah yang telah
diverifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1).
Pasal 70
Rancangan RPJMD disajikan paling sedikit dengan sistematika
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (5).
Pasal 71
(1) BAPPEDA mengajukan rancangan RPJMD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70 kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah dalam rangka memperoleh persetujuan pelaksanaan
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 63
Musrenbang RPJMD.
(2) Persetujuan pelaksanaan Musrenbang RPJMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), paling lambat 70 (tujuh puluh) hari
setelah Kepala Daerah dilantik.
Paragraf 4
Pelaksanaan Musrenbang RPJMD
Pasal 72
(1) Musrenbang RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71
ayat (1) bertujuan untuk penajaman, penyelarasan, klarifikasi
dan kesepakatan terhadap tujuan, sasaran, strategi, arah
kebijakan, dan program pembangunan Daerah yang telah
dirumuskan dalam rancangan awal RPJMD.
(2) BAPPEDA melaksanakan dan mengkoordinasikan Musrenbang
RPJMD.
(3) Musrenbang RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dihadiri oleh para pemangku kepentingan.
(4) Musrenbang RPJMD dilaksanakan paling lambat 75 (tujuh
puluh lima) hari setelah pelantikan Kepala Daerah.
(5) Pejabat dari kementerian/lembaga tingkat pusat atau dari
unsur lain terkait dapat diundang menjadi narasumber dalam
Musrenbang RPJMD.
Pasal 73
Hasil Musrenbang RPJMD dirumuskan dalam berita acara
kesepakatan dan ditandatangani oleh unsur yang mewakili
pemangku kepentingan yang menghadiri Musrenbang RPJMD.
Paragraf 5
Perumusan Rancangan Akhir RPJMD
Pasal 74
(1) Perumusan rancangan akhir RPJMD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (2) huruf e merupakan proses
penyempurnaan rancangan RPJMD menjadi rancangan akhir
RPJMD berdasarkan berita acara kesepakatan hasil
Musrenbang RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73.
(2) Rancangan akhir RPJMD disajikan paling sedikit dengan
sistematika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (5).
64 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
Pasal 75
(1) BAPPEDA menyampaikan rancangan akhir RPJMD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 74 ayat (2) yang dimuat dalam Rancangan
Peraturan Daerah tentang RPJMD kepada Sekretaris Daerah
melalui Perangkat Daerah yang membidangi hukum.
(2) Penyampaian rancangan akhir RPJMD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), paling lambat 5 (lima) hari setelah pelaksanaan
Musrenbang RPJMD.
(3) Sekretaris Daerah menugaskan kepala Perangkat Daerah yang
membidangi hukum untuk melakukan pengharmonisasian,
pembulatan, dan pemantapan rancangan Peraturan Daerah
tentang RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 76
(1) Sekretaris Daerah melalui Perangkat Daerah yang membidangi
hukum menyampaikan hasil pengharmonisasian, pembulatan,
dan pemantapan rancangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 ayat (3), kepada kepala BAPPEDA untuk mendapatkan
paraf persetujuan pada setiap halaman rancangan Peraturan
Daerah tentang RPJMD.
(2) Sekretaris Daerah menugaskan Kepala BAPPEDA
menyampaikan rancangan Peraturan Daerah tentang RPJMD
yang telah dibubuhi paraf persetujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), kepada Bupati.
(3) Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), yang akan disampaikan kepada DPRD,
dipaparkan kepala BAPPEDA kepada Bupati.
Pasal 77
(1) Bupati menyampaikan rancangan Peraturan Daerah tentang
RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (3) kepada
DPRD untuk dibahas dalam rangka memperoleh persetujuan
bersama DPRD dan Bupati terhadap rancangan Peraturan
Daerah tentang RPJMD.
(2) Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri dari rancangan Peraturan
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 65
Daerah dan rancangan akhir RPJMD.
(3) Penyampaian rancangan Peraturan Daerah tentang RPJMD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling lambat 90
(sembilan puluh) hari setelah Kepala Daerah dan wakil Kepala
Daerah dilantik.
Paragraf 6
Penetapan RPJMD
Pasal 78
(1) Bupati menetapkan rancangan Peraturan Daerah tentang
RPJMD yang telah dievaluasi oleh gubernur menjadi Peraturan
Daerah tentang RPJMD paling lambat 6 (enam) bulan setelah
bupati dan wakil bupati dilantik.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
paling lambat 5 (lima) bulan setelah Bupati dilantik.
Pasal 79 Apabila penyelenggara Pemerintahan Daerah tidak menetapkan
Peraturan Daerah tentang RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
78, anggota DPRD dan bupati dikenai sanksi administratif sebagaimana
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 80
RPJMD yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78, digunakan sebagai
instrumen evaluasi penyelenggaraan pemerintahan Daerah.
Bagian Keempat
Penyusunan RKPD
Paragraf 1
Persiapan Penyusunan RKPD
Pasal 81
Persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf a,
meliputi:
a. penyusunan rancangan keputusan Kepala Daerah tentang
pembentukan tim penyusun RKPD;
b. orientasi mengenai RKPD;
c. penyusunan agenda kerja tim penyusun RKPD; dan
d. penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan
66 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
Daerah berdasarkan SIPD.
Paragraf 2
Penyusunan Rancangan Awal RKPD
Pasal 82
Penyusunan rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 ayat (2) huruf b dimulai pada minggu pertama bulan
Desember 2 (dua) tahun sebelum tahun rencana.
Pasal 83
Rancangan awal RKPD disusun berpedoman pada RPJMD,
rancangan awal RKPD provinsi, RKP, program strategis nasional,
dan pedoman penyusunan RKPD.
Pasal 84
Berpedoman pada rancangan awal RKPD provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 83, dilakukan melalui penyelarasan sasaran dan
prioritas pembangunan Daerah serta program dan kegiatan
pembangunan Daerah dengan sasaran dan prioritas pembangunan
provinsi serta program dan kegiatan pembangunan Daerah provinsi.
Pasal 85
Penyusunan rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 82, mencakup:
a. analisis gambaran umum kondisi Daerah;
b. analisis rancangan kerangka ekonomi Daerah;
c. analisis kapasitas riil keuangan Daerah;
d. penelaahan rancangan awal Renja Perangkat Daerah;
e. perumusan permasalahan pembangunan Daerah;
f. penelaahan terhadap sasaran RPJMD;
g. penelaahan terhadap arah kebijakan RPJMD;
h. penelaahan terhadap kebijakan pemerintah pada RKP dan
program strategis nasional;
i. penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD;
j. perumusan prioritas pembangunan Daerah; dan
k. perumusan rencana kerja program dan pendanaan.
Pasal 86
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 67
(1) Dalam penyusunan rancangan awal RKPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 85, DPRD memberikan saran dan
pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD berdasarkan hasil
reses/penjaringan aspirasi masyarakat sebagai bahan
perumusan kegiatan, lokasi kegiatan dan kelompok sasaran
yang selaras dengan pencapaian sasaran pembangunan yang
telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang RPJMD.
(2) Pokok-pokok pikiran DPRD sebagaimana pada ayat (1) ditelaah
sebagai kajian permasalahan pembangunan Daerah yang
diperoleh dari DPRD berdasarkan risalah rapat dengar pendapat
dan/atau rapat hasil penyerapan aspirasi melalui reses.
(3) Pokok-pokok pikiran DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), diselaraskan dengan sasaran dan prioritas pembangunan
serta ketersediaan kapasitas riil anggaran.
(4) Risalah rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah
dokumen yang tersedia sampai dengan saat rancangan awal
disusun dan dokumen tahun sebelumnya yang belum ditelaah.
(5) Hasil telaahan pokok-pokok pikiran DPRD dirumuskan dalam
daftar permasalahan pembangunan yang ditandatangani oleh
Pimpinan DPRD.
(6) Pokok-pokok pikiran DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), disampaikan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum
Musrenbang RKPD dilaksanakan.
(7) Pokok-pokok pikiran DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(7), disampaikan melalui aplikasi perencanaan berbasis
elektronik/e-Planning.
Pasal 87
DPRD dapat memperoleh alasan dari BAPEDA atas Saran dan
pendapat berupa pokok-pokok pikiran DRPD yang tidak masuk
dalam RKPD.
Pasal 88
Hasil penyusunan rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 85 ayat (1), disajikan dengan sistematika paling sedikit
memuat:
a. pendahuluan;
68 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
b. gambaran umum kondisi Daerah;
c. kerangka ekonomi dan keuangan Daerah;
d. sasaran dan prioritas pembangunan Daerah;
e. rencana kerja dan pendanaan Daerah;
f. kinerja penyelenggaraan pemerintahan Daerah; dan
g. penutup.
Pasal 89
(1) Rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88
dibahas bersama dengan kepala Perangkat Daerah dan
pemangku kepentingan dalam forum konsultasi publik untuk
memperoleh masukan dan saran penyempurnaan.
(2) Masukan dan saran oleh Perangkat Daerah dan pemangku
kepentingan dalam konsultasi public mempertimbangkan:
a. Keberlanjutan perencanaan pembangunan daerah; dan
b. Berpedoman pada e-Data pada SIPD
(3) Masukan dan saran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dirumuskan dalam berita acara kesepakatan dan
ditandatangani oleh Kepala BAPPEDA dan kepala Perangkat
Daerah serta perwakilan masyarakat yang hadir pada
konsultasi publik.
Pasal 90
BAPPEDA menyempurnakan rancangan awal RKPD berdasarkan
berita acara kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89
ayat (2).
Pasal 91
(1) BAPPEDA mengajukan rancangan awal RKPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 90, kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah untuk memperoleh persetujuan sebagai bahan
penyempurnaan rancangan awal Renja Perangkat Daerah.
(2) Pengajuan rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilengkapi dengan lampiran:
a. net konsep surat edaran Bupati tentang pedoman
penyempurnaan rancangan awal Renja Perangkat Daerah;
dan
b. rancangan awal RKPD.
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 69
Pasal 92
(1) BAPPEDA menyampaikan surat edaran Bupati sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 91 ayat (2) huruf a kepada kepala
Perangkat Daerah.
(2) Surat edaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat
agenda penyusunan RKPD, pelaksanaan forum Perangkat
Daerah/lintas Perangkat Daerah, Musrenbang RKPD, dan batas
waktu penyampaian rancangan awal Renja Perangkat Daerah
kepada kepala BAPPEDA untuk diverifikasi.
(3) Surat edaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilengkapi
dengan lampiran:
a. sasaran dan prioritas pembangunan Daerah; dan
b. program dan kegiatan Perangkat Daerah disertai indikator
dan target kinerja serta pagu indikatif.
(4) Penyampaian surat edaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), paling lambat pada minggu kedua bulan Februari.
Pasal 93
(1) Kepala Perangkat Daerah menyempurnakan Rancangan awal
Renja Perangkat Daerah berdasarkan surat edaran Bupati
tentang pedoman penyempurnaan rancangan awal Renja
Perangkat Daerah.
(2) Rancangan awal Renja Perangkat Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dibahas dengan pemangku kepentingan
dalam forum Perangkat Daerah/lintas perangkat Daerah untuk
memperoleh saran dan pertimbangan.
(3) Rancangan awal Renja Perangkat Daerah disempurnakan
berdasarkan hasil forum Perangkat Daerah/lintasPerangkat
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Kepala Perangkat Daerah menyampaikan rancangan Renja
Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada
BAPPEDA untuk diverifikasi.
(5) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), untuk
memastikan kesesuaian rancangan awal Renja Perangkat
Daerah dengan rancangan awal RKPD.
70 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
Paragraf 3
Penyusunan Rancangan RKPD
Pasal 94
(1) Penyusunan Rancangan adalah proses penyempurnaan
rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91
ayat (1) disempurnakan berdasarkan:
a. rancangan awal Renja seluruh Perangkat Daerah yang telah
diverifikasi; dan
b. hasil penelaahan terhadap rancangan RKPD provinsi, RKP
dan program strategis nasional.
(2) Penyusunan Rancangan RKPD diselesaikan paling lambat
minggu pertama bulan April.
Pasal 95
BAPPEDA mengajukan rancangan RKPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 94 ayat (2), kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah
dalam rangka memperoleh persetujuan terhadap:
a. rancangan RKPD; dan
b. pelaksanaan Musrenbang RKPD.
Paragraf 4
Pelaksanaan Musrenbang RKPD
Pasal 96
(1) BAPPEDA melaksanakan dan mengkoordinasikan Musrenbang
RKPD.
(2) Musrenbang RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dihadiri oleh para pemangku kepentingan.
(3) Pelaksanaan Musrenbang RKPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), terdiri atas:
a. Musrenbang RKPD; dan
b. Musrenbang RKPD di kecamatan.
(4) Musrenbang RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a, dilaksanakan paling lambat pada minggu keempat bulan
Maret.
Pasal 97
(1) Musrenbang RKPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 96 ayat
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 71
(4), bertujuan untuk membahas rancangan RKPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 88 ayat (1).
(2) Pembahasan Rancangan RKPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilaksanakan dalam rangka:
a. menyepakati permasalahan pembangunan Daerah;
b. menyepakati prioritas pembangunan Daerah;
c. menyepakati program, kegiatan, pagu indikatif, indikator
dan target kinerja serta lokasi;
d. penyelarasan program dan kegiatan pembangunan Daerah
dengan sasaran dan prioritas pembangunan provinsi; dan
e. klarifikasi program dan kegiatan yang merupakan
kewenangan Daerah dengan program dan kegiatan desa
yang diusulkan berdasarkan hasil Musrenbang kecamatan.
Pasal 98
Penyelarasan program dan kegiatan pembangunan Daerah dengan
sasaran dan prioritas pembangunan Daerah provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 97 ayat (2) huruf d berupa program dan
kegiatan Daerah yang diselaraskan dengan program Daerah provinsi
melalui APBD provinsi untuk dibahas dan disepakati dalam
Musrenbang RKPD provinsi.
Pasal 99
Hasil Musrenbang RKPD kabupaten dirumuskan dalam berita acara
kesepakatan dan ditandatangani oleh unsur yang mewakili
pemangku kepentingan yang menghadiri Musrenbang RKPD.
Pasal 100
(1) Musrenbang RKPD di kecamatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 96 ayat (3) huruf 6 merupakan forum pembahasan hasil
daftar usulan desa/kelurahan di lingkup kecamatan.
(2) Hasil daftar usulan desa/keluraha diperoleh dari e-planning di
tingkat desa/kelurahan.
(3) Camat melaksanakan Musrenbang RKPD kabupaten/ kota di
kecamatan setelah berkoordinasi dengan BAPPEDA.
(4) Musrenbang RKPD di kecamatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilaksanakan paling lambat minggu kedua pada bulan
Februari.
(5) Tata cara pengajuan daftar usulan desa/kelurahan berpedoman
72 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
pada Peraturan Menteri mengenai pedoman pembangunan desa.
(6) Untuk efisiensi dan efektifitas, pelaksanaan Musrenbang RKPD
di kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat
diselenggarakan dengan menggabungkan beberapa kecamatan
yang ditetapkan oleh Bupati.
(7) Musrenbang RKPD di kecamatan bertujuan untuk penajaman,
penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan usulan rencana
kegiatan pembangunan desa/kelurahan, yang diintegrasikan
dengan prioritas pembangunan Daerah di wilayah kecamatan.
(8) Penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), mencakup:
a. usulan rencana kegiatan pembangunan desa/ kelurahan yang
tertuang dalam daftar usulan desa/kelurahan yang akan
menjadi kegiatan prioritas pembangunan di wilayah
kecamatan yang bersangkutan harus sesuai dengan sasaran
dan prioritas pembangunan;
b. kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang
belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan desa;
dan
c. pengelompokan kegiatan prioritas pembangunan di wilayah
kecamatan berdasarkan tugas dan fungsi Perangkat Daerah
kabupaten/kota.
(9) Kegiatan prioritas pembangunan Daerah di wilayah kecamatan
mengacu pada rencana program dalam rancangan RKPD.
Pasal 101
(1) Hasil Musrenbang RKPD di kecamatan dirumuskan dalam
berita acara kesepakatan dan ditandatangani oleh unsur yang
mewakili pemangku kepentingan yang menghadiri Musrenbang
RKPD di kecamatan.
(2) Berita acara kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dijadikan sebagai bahan pembahasan dalam Musrenbang
Daerah dan masukan penyempurnaan rancangan RKPD.
Paragraf 6
Perumusan Rancangan Akhir RKPD
Pasal 102
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 73
(1) Perumusan rancangan akhir RKPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (2) huruf e merupakan proses
penyempurnaan rancangan RKPD menjadi rancangan akhir
RKPD berdasarkan berita acara kesepakatan hasil Musrenbang
RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99.
(2) Rancangan akhir RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disajikan paling sedikit dengan sistematika sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 100.
Pasal 103
(1) Rancangan akhir RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
102 ayat (1) disampaikan kepada Sekretaris Daerah untuk
dibahas oleh seluruh kepala Perangkat Daerah.
(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertujuan
untuk memastikan program dan kegiatan Perangkat Daerah
telah diakomodir dalam rancangan akhir RKPD.
(3) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 1
(satu) minggu setelah pelaksanaan Musrenbang RKPD.
(4) Rancangan akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselesaikan paling lambat pada akhir bulan Mei.
Pasal 104
(1) Rancangan akhir RKPD yang telah dibahas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1) dijadikan sebagai bahan
penyusunan rancangan Perkada tentang RKPD.
(2) Bupati menyampaikan rancangan Perkada tentang RKPD
kepada gubernur melalui kepala BAPPEDA provinsi untuk
difasilitasi.
(3) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan paling
lama 15 (lima belas) hari sejak dokumen diterima secara
lengkap.
(4) Permohonan untuk difasilitasi terhadap rancangan perkada
tentang RKPD sebagaiman dimaksud pada ayat (2) dilengkapi
dengan dokumen yang terdiri atas:
a. surat permohonan fasilitasi dari bupati kepada gubernur
melalui kepala BAPPEDA provinsi;
74 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
b. rancangan akhir RKPD;
c. berita acara kesepakatan Musrenbang RKPD;
d. hasil pengendalian dan evaluasi perumusan kebijakan
perencanaan pembangunan tahunan;
e. gambaran konsistensi program dan kerangka pendanaan
antara RPJMD dan RKPD.
(5) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berpedoman
pada Peraturan Menteri mengenai pembentukan produk hukum
Daerah.
(6) Hasil fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan dalam bentuk surat gubenur melalui
kepalaBAPPEDA provinsi sebagai bahan penyempurnaan
rancangan Perkada tentang RKPD.
Paragraf 8
Penetapan RKPD
Pasal 105
(1) Rancangan Perkada tentang RKPD yang telah disempurnakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (6) disampaikan
oleh kepala BAPPEDA kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah
untuk persetujuan untuk penetapan dan pengundangan.
(2) Rancangan Perkada sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan paling lambat 2 (dua) minggu setelah pelaksanaan
fasilitasi rancangan Perkada tentang RKPD.
Pasal 106
Bupati menetapkan Peraturan Bupati tentang RKPD kabupaten
paling lambat 1 (satu) minggu setelah RKPD Provinsi ditetapkan.
Pasal 107
(1) Peraturan Bupati tentang RKPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 104/106 dijadikan sebagai:
a. pedoman perumusan penyempurnaan rancangan akhir
Renja Perangkat Daerah;
b. pedoman penyusunan Rancangan Kebijakan Umum APBD
serta Rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara.
(2) Rancangan Kebijakan Umum APBD serta Rancangan Prioritas
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 75
dan Plafon Anggaran Sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b disampaikan bupati kepada DPRD untuk
dibahas sebagai landasan penyusunan rancangan APBD.
(3) Bupati menyampaikan Peraturan Bupati tentang RKPD dan
hasil penilaian konsistensi program antara RKPD dengan
RPJMD tahun berkenaan kepada gubernur melalui BAPPEDA
provinsi paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
Bagian Kelima
Tatacara Penyusunan Perubahan RKPD
Paragraf 1
Penyusunan Rancangan Perubahan RKPD
Pasal 108
(1) BAPPEDA menyusun rancangan perubahan RKPD.
(2) Penyusunan rancangan perubahan RKPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dimulai paling lambat pada awal bulan
Juni.
(3) Rancangan perubahan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disusun berpedoman pada:
a. Peraturan Daerah tentang RPJMD; dan
b. Hasil evaluasi pelaksanaan RKPD sampai dengan Triwulan
II Tahun berkenaan.
Pasal 109
Penyusunan rancangan perubahan RKPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 108 ayat (2) dan ayat (3), terdiri atas:
a. Penyusunan rancangan perubahan RKPD; dan
b. Penyajian rancangan perubahan RKPD.
Pasal 110
(1) Perumusan rancangan perubahan RKPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 109 huruf a, mencakup:
a. analisis ekonomi dan keuangan Daerah;
b. evaluasi pelaksanaan RKPD provinsi sampai dengan
Triwulan II (Triwulan Dua) tahun berkenaan;
c. penelaahan terhadap kebijakan pemerintah;
d. perumusan rancangan kerangka ekonomi Daerah dan
kebijakan keuangan Daerah; dan
76 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
e. perumusan program dan kegiatan beserta pagu indikatif.
(2) Dalam perumusan rancangan perubahan RKPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), DPRD memberikan saran dan pendapat
berupa pokok pikiran kepada Kepala Daerah berdasarkan hasil
reses/ penjaringan aspirasi masyarakat sebagai bahan
perumusan kegiatan, lokasi kegiatan dan kelompok sasaran
yang selaras dengan pencapaian sasaran program yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang RPJMD.
(3) Saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dapat disampaikan dalam aplikasi e-
planning dan/atau secara tertulis dan/atau dalam rapat dengar
pendapat dengan Bupati.
Pasal 111
(1) Rancangan perubahan RKPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 110, disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
a. pendahuluan;
b. evaluasi hasil Triwulan II (Triwulan Dua) tahun berkenaan;
c. kerangka ekonomi dan keuangan Daerah;
d. sasaran dan prioritas pembangunan Daerah;
e. rencana kerja dan pendanaan Daerah; dan
f. penutup
(2) Rencana kerja dan pendanaan Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e, mencakup program, kegiatan, indikator
kinerja, pagu pendanaan, lokasi kegiatan serta kelompok
sasaran penerima manfaat, baik yang mengalami perubahan
dan tidak mengalami perubahan.
Pasal 112
Perumusan rancangan perubahan RKPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 111, diselesaikan paling lambat bulan Juni.
Pasal 113
(1) Bappeda menyampaikan rancangan perubahan RKPD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah untuk memperoleh persetujuan.
(2) Berdasarkan rancangan perubahan RKPD yang telah
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 77
memperoleh persetujuan Kepala Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bupati menerbitkan surat edaran
tentang pedoman penyusunan perubahan Renja Perangkat
Daerah.
Pasal 114
(1) Surat edaran tentang pedoman penyusunan perubahan Renja
Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 ayat
(2) disampaikan kepada kepala Perangkat Daerah dengan
lampiran rancangan perubahan RKPD.
(2) Kepala Perangkat Daerah menyempurnakan rancangan
perubahan Renja Perangkat Daerah dengan berpedomanpada
surat edaran dan rancangan perubahan RKPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Rancangan perubahan Renja Perangkat Daerah yang telah
disusun kepala Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan kepada kepala BAPPEDA untuk
diverifikasi.
(4) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untuk
memastikan bahwa penjabaran program, kegiatan, indikator
kinerja dan pagu indikatif, lokasi kegiatan serta sasaran
penerima manfaat dalam setiap rancangan perubahan Renja
Perangkat Daerah telah sesuai dengan yang dirumuskan dalam
rancangan Perubahan RKPD.
(5) Apabila hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditemukan hal yang perlu disempurnakan, BAPPEDA
menyampaikan saran dan rekomendasi penyempurnaan
rancangan perubahan Renja Perangkat Daerah kepada Perangkat
Daerah.
(6) Perangkat Daerah menyempurnakan rancangan perubahan
Renja Perangkat Daerah berdasarkan saran dan rekomendasi
BAPPEDA sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(7) Hasil penyempurnaan rancangan Perubahan Renja Perangkat
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) disampaikan
kembali kepada BAPPEDA paling lambat 5 (lima) hari sejak
verifikasi dilakukan.
Paragraf 2
Penyusunan Rancangan Akhir Perubahan RKPD
Pasal 115
78 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
(1) Berdasarkan rancangan Perubahan Renja Perangkat Daerah
yang telah diverifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114
ayat (7), rancangan Perubahan RKPD disempurnakan menjadi
Rancangan Akhir Perubahan RKPD.
(2) Rancangan Akhir Perubahan RKPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), disajikan dengan sistematika sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 111 ayat (1).
Pasal 116
(1) Rancangan akhir perubahan RKPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 115 ayat (2) dijadikan sebagai bahan penyusunan
Rancangan Peraturan Bupati tentang perubahan RKPD.
(2) Bupati menyampaikan rancangan Perkada tentang perubahan
RKPD kepada gubernur melalui kepala BAPPEDA untuk
difasilitasi.
(3) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berpedoman
pada Peraturan Menteri mengenai pembentukan produk hukum
Daerah.
(4) Hasil fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada bupati dalam bentuk surat gubenur
melalui kepala BAPPEDA provinsi.
(5) Bupati menyempurnakan rancangan Perkada tentang
perubahan RKPD sesuai dengan hasil fasilitasi sebagaimana
dimaksud ayat (4) dan ayat (5).
Paragraf 3
Penetapan Perubahan RKPD
Pasal 117
(1) Rancangan Perkada sesuai dengan Pasal 354/116 ayat (6)
tentang Perubahan RKPD disampaikan kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah guna memperoleh persetujuan untuk
ditetapkan menjadi Peraturan Bupati tentang Perubahan RKPD.
(2) Penetapan Rancangan Peraturan Bupati tentang Perubahan
RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat
minggu ketiga bulan Juli.
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 79
Pasal 118
(1) Peraturan Kepala Daerah tentang Perubahan RKPD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 355/117 ayat (2)
dijadikan:
a. dasar penetapan Perubahan Renja Perangkat Daerah; dan
b. pedoman penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD
serta Perubahan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara.
c. Kebijakan Umum Perubahan APBD serta Perubahan
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b disampaikan pemerintah
Daerah kepada DPRD untuk dibahas sebagai landasan
penyusunan rancangan perubahan APBD.
Pasal 119
(1) Bupati menyampaikan Peraturan Bupati tentang Perubahan
RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1) kepada
gubernur melalui kepala BAPPEDA provinsi.
(2) Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dijadikan bahan evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
tentang Perubahan APBD.
BAB VIII
MEKANISME PENGUSULAN KEGIATAN
Bagian Kesatu
Persyaratan Pengusulan Kegiatan
Pasal 120
(1) Pengusulan kegiatan yang berasal dari Pemerintah Daerah
dilengkapi dengan:
a. Surat pengantar dari kepala PD;
b. melengkapi administrasi usulan dengan Rencana Anggaran
Biaya (RAB), Calon penerima dan Calon Lokasi (CPCL),
gambar serta Detail Engineering Design (DED) untuk
kegiatan pembangunan Fisik;
c. melengkapi administrasi usulan dengan Rencana Anggaran
Biaya (RAB), Calon penerima dan Calon Lokasi (CPCL)
untuk kegiatan non fisik; dan
d. rancangan Pra Rencana Kerja dan Anggaran (RKA).
(2) Pengusul kegiatan yang berasal dari eksternal dapat dilakukan
80 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
melalui langkah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Kepala PD bertanggungjawab terhadap usulan kegiatan yang
disampaikan sesuai persyaratan dan prosedur yang berlaku.
BagianKedua
Mekanisme Pengusulan Kegiatan
Pasal 121
(1) Melakukan verifikasi usulan kegiatan dari hasil Musrenbang
Kecamatan serta usulan eksternal.
(2) Melakukan input/update/delete usulan renja awal, terdiri dari:
a. usulan kegiatan PD;dan
b. usulan eksternal PD.
(3) Menyelaraskan usulan renja awal dengan isu strategis dalam
RKPD dan RPJMD.
(4) Mengesahkan usulan renja awal menjadi renja akhir.
Pasa 122
(1) Pengguna eksternal melakukan proses pengusulan terintegrasi
dengan proses Musrenbang Kecamatan.
(2) Penyampaian usulan kegiatan hasil reses DPRD diinput
kedalam aplikasi e-Planning oleh admin kecamatan dan PD,
terintegrasi dengan proses musrenbang atau tahapan
perencanaan pembangunan.
BagianKetiga
Mekanisme Verifikasi Usulan Kegiatan
Pasal 123
(1) Kriteria verifikasi usulan kegiatan meliputi :
a. Konsistensi usulan kegiatan sesuai dengan kelengkapan
adminitrasi kegiatan;
b. menyelaraskan usulan dengan rencana kerja PD dan isu
strategis dalam RKPD dan RPJMD; dan
c. kesesuaian dengan kebijakan, sasaran, tujuan dan tugas
pokok dan fungsi PD
(2) Verifikasi usulan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh bidang mitra.
Pasal 124
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 81
(1) Tahapan verifikasi usulan kegiatan, meliputi:
a. Tahap Kesatu, yaitu verifikasi terhadap usulan hasil
musrenbang kecamatan untuk menguji ketepatan usulan
dengan tingkat kebutuhan, nomenklatur dan PD sasaran;
b. Tahap Kedua, yaitu verifikasi terhadap usulan hasil
musrenbang kecamatan oleh PD untuk menguji ketepatan
usulan dengan nomenklatur, dimensi tingkat kebutuhan,
skala kemendesakan, tingkat kerusakan, kemanfaatan,
kesesuaian anggaran yang diusulkan serta interkoneksitas
dengan indicator yang telah ditetapkan;
c. tahap Ketiga, yaitu verifikasi usulan kegiatan pada tahapan
pra Musrenbang dan Musrenbang Kabupaten; dan
d. tahap Keempat, yaitu verifikasi usulan kegiatan pada
tahapan rancangan akhir RKPD dan/atau tahapan pasca
Musrenbang Kabupaten.
(2) Tahapan verifikasi usulan kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) lebih lanjut diatur dalam Peraturan Bupati.
Pasal 125
Kriteria usulan kegiatan dapat berubah dan/atau disempurnakan,
menyesuaikan kondisi dan perkembangan pembangunan daerah
berdasarkan skala prioritas.
Pasal 126
Pelaksanaan verifikasi dapat dilaksanakan setiap saat dan/atau
menyesuaikan dengan jadwal tahapan penyusunan dokumen RKPD
dan jadwal penyusunan dokumen perubahan RKPD.
Bagian Keempat
Pendampingan, Seleksi dan Pendalaman
Pasal 127
(1) Proses pendampingan, seleksi dan pendalaman terhadap usulan
kegiatan dilaksanakan dalam rangka memilah dan memilih
usulan kegiatan untuk mewujudkan konsistensi usulan pada
setiap tahapan perencanaan.
(2) Proses pendampingan, seleksi dan pendalaman terhadap usulan
kegiatan dilakukan terhadap:
a. kesesuaian usulan dengan kebijakan pembangunan daerah
82 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
yang terdapat dalam RPJMD;
b. kesesuaian dengan kebijakan pembangunan tahunan daerah
yang tertuang dalam RKPD;
c. kesesuaian dengan kebijakan, sasaran dan tujuan PD;
d. kesesuaian dengan tugas pokok dan fungsi PD yang
bersangkutan; dan
e. kesesuaian dengan tingkat kebutuhan, kemanfaatan,
kesesuaian anggaran yang diusulkan serta interkoneksitas
dengan indikator yang telah ditetapkan.
Pasal 128
Hasil pendampingan, seleksi dan pendalaman usulan kegiatan pada
setiap tahapan perencanaan menjadi masukan pada dokumen
RKPD, RKPD Perubahan dan rencana kerja PD.
Pasal 129
Kepala PD pelaksana fungsi urusan penunjang perencanaan
melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap perencanaan
pembangunan daerah, sesuai ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
BABIX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 130
(1) Proses Perencanaan Pembangunan yang telah dilakukan
selama ini agar menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini
paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkannya Peraturan
Daerah ini.
(2) Semua PD wajib menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini
paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkannya Peraturan
Daerah ini.
BABX
KETENTUAN PENUTUP
Pasa l131
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 83
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Gresik.
Ditetapkan di Gresik
pada tanggal
BUPATI GRESIK,
Dr. Ir. H. SAMBARI HALIM RADIANTO, ST., M.Si
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR ... TAHUN …
TENTANG
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BERKELANJUTAN BERBASIS ELEKTRONIK
I. UMUM
84 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
Dibentuknya negara Indonesia memiliki tujuan, yakni
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosia.
Untuk mencapai cita-cita di atas dilakukan dengan suatu
rencana pembangunan yang bersifat integral, mulai dari
pemerintah pusat sampai pada pemerintah daerah dan desa.
Perencanaan pembagunan ditingkat daerah dan desa memiliki
peranan yang penting.
Namun demikian, Pemanfaatan Teknologi Informasi, media,
dan komunikasi telah mengubah baik perilaku masyarakat
maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan
hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan
menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya secara
signifikan berlangsung demikian cepat.
Teknologi informasi telah banyak dimanfaatkan untuk
menunjang aktifitas pembangunan diantaranya untuk
mendukung sistem perencanaan daerah. Pemanfaatan Teknologi
informasi dalam sistem perencanaan sebagai salah satu upaya
dalam penyelenggaraan pemerintahan yang semakin efisien,
efektif, transparan, dan akuntabel sejalan dengan pelaksanaan
program reformasi birokrasi dalam rangka peningkatan kualitas
penyelenggaraan pemerintahan menuju arah perkembangan yang
lebih baik bagi pemerintah daerah, serta dalamrangka
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dengan prinsip
demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan dapat
dipertanggungjawabkan, perlu didukung sistem perencanaan
pembangunan daerah yang terintegrasi berbasis sistem elektronik.
Bahwa dalam memberikan landasan hukum yang kuat
terhadap pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah
Berkelanjutan Berbasis Elektronik perlu ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 85
Pasal 1 s/d Pasal 141
Cukup jelas.
86 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK
TENTANG
PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 87
BUPATI GRESIK
PROVINSI JAWA TIMUR
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG
PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GRESIK,
Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia
dan salahsatu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuaidengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa penyakit menular masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang menimbulkan
kesakitan, kematian, dan kecacatan yang tinggi
sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan
penanggulangan melalui upaya pencegahan,
pengendalian, dan pemberantasan yang efektif
dan efisien;
c. bahwa sesuai Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, Pembangunan
Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c
88 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Penanggulangan Penyakit Menular;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah dalam Lingkungan
Provinsi Jawa Timur sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1965
tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja
Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya
(Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2730);
3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang
wabah penyakit Menular (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3273);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6398);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224,
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 89
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991
tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3447);
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2011 tentang Pengendalian Zoonosis.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1501/Menkes/Per/X/2010 Tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah Dan Upaya
Penanggulangan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 503);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1113);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun
2014 Tentang Penanggulangan Penyakit Menular
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1993);
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun
2019 Tentang Penyakit Kusta (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 449);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN GRESIK
DAN
90 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
BUPATI GRESIK
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENANGGULANGAN
PENYAKIT MENULAR.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Gresik
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Gresik.
3. Bupati adalah Bupati Gresik.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Gresik.
5. Dinas adalah Dinas KesehatanKabupaten Gresik.
6. Penyakit Menular adalah penyakit yang dapat menular
kemanusia yang disebabkan oleh agen biologi antara lain virus,
bakteri, jamur dan parasit.
7. Penanggulangan Penyakit Menular adalah upaya kesehatan yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif yang ditujukan
untuk menurunkan dan menghilangkan angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian, membatasi penularan, serta
penyebaran penyakit agar tidak meluas antardaerah maupun
antarnegara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar
biasa/wabah.
8. Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut Wabah
adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
9. Penyelidikan Penyakit Menular adalah kegiatan yang
dilaksanakan pada suatu penyakit menular atau dugaanadanya
suatu penyakit dengan mengetahui penyebab, gambaran
epidemiologi, sumber-sumber penyebaran dan faktor-faktor yang
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 91
mempengaruhinya serta menetapkancara-cara penanggulangan
yang efektif dan efisien.
10. Sumber Penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan dan benda-
benda serta lingkungan yang mengandung dan atau tercemar
bibit penyakit, serta dapat menimbulkan penyakit menular.
11. Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan analisis secara
sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah
kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif danefisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan danpenyebar luasan informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
12. Demam Berdarah Dengeu atau Dengeu Haemorhagic Feveryang
selanjutnya disingkat DHF adalah suatu penyakitmenular yang
disebabkan oleh virus Dengeu danditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
13. Dengue Shock Syndrome yang selanjutnya disingkat DSS adalah
penderita demam berdarah dengeu yang lebih berat ditambah
dengan adanya tanda-tanda renjatan : (1) denyut nadi lemah dan
cepat; (2) tekanan nadi lemah (< 20 mmHg); (3) hipotensi bila
dibandingkan nilai normal pada usiatersebut; (4) gelisah, kulit
berkeringat dan dingin.
14. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB
adalahkejadian timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitandan atau kematian yang bermakna secara epidemiologi
pada suatu wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentuyang
dapat menjurus pada terjadinya wabah.
15. PromosiKesehatanadalah upaya meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat mandiri menolong diri
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
16. Pengendalian Penyakit Infeksi adalah upaya tatalaksana
pengendalian penyakit menular yang dilakukan melalui
pencarian kasus secara proaktif, tatalaksana penderita secara
92 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
tuntas bersama dengan pengendalian berbagai faktor risiko
penyakit menular secara simultan, paripurna, terencana dan
terintegrasi.
17. Vector penyakit adalah binatang yang tidak sakit tetapi
membawa bibit penyakit dan dapat menyebarkan bibit penyakit
tersebut pada binatang lain atau pada manusia.
18. Zoonosis adalah penyakit yang secara alami dapat menular dari
binatangke manusia atau sebaliknya.
19. Infeksi saluran pernapasan (ISPA) adalah infeksi virus, bakteri
atau parasite yang menyebabkan peradangan pada hidung,
sinus atau tenggorokan (infeksi saluran napas atas/ ISNAA) dan
infeksi yang menyebabkan peradangan pada saluran napas
bawah dan paru-paru (ISNAB)
20. Infeksi saluran pencernaanadalahinfeksi virus, bakteri atau
parasit yang menyebabkan peradangan pada saluran
pencernaan yang melibatkan lambung dan usus halus yang
meliputi diare dan gastroenteritis.
21. Infeksi menular seksual adalah infeksi yang sebagian besar
ditularkan melalui hubungan seksual, baik hubungan seks
vaginal (melalui vagina), anal (anus/dubur) datau oral (melalui
mulut).
BAB II
ASAS, RUANG LINGKUP, DAN TUJUAN
Pasal 2
Penanggulangan Penyakit diselenggarakan berdasarkan asas:
a. Kemanusiaan;
b. Manfaat;
c. Berdayaguna;
d. Keadilan;
e. Kesejahteraan;
f. Partisipatif; dan
g. Non diskriminatif.
Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi:
a. Kelompok dan Jenis Penyakit Menular;
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 93
b. Penyelenggarakan Penanggulangan Penyakit Menular;
c. Upaya Penanggulangan Penyakit Menular;
d. Pendanaan;
e. Koordinasi, Jejaring Kerja Dan Kemitraan;
f. Peran Serta Masyarakat;
g. Penelitian dan Pembinaan;
h. Pemantauan dan Evaluasi;
i. Pencatatan dan Pelaporan;
j. Pembinaan dan Pengawasan;
k. Larangan;
l. Ketentuan Penyidikan;
m. Ketentuan Penutup.
Pasal 4
(1) Penanggulangan Penyakit Menular bertujuan untuk:
a. Melindungi masyarakat dari penularan penyakit;
b. Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian
akibat Penyakit Menular; dan
c. Mengurangi dampak sosial, budaya, dan ekonomi akibat
Penyakit Menular pada individu, keluarga, dan masyarakat.
(2) Tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicapai melalui
penyelenggaraan penanggulangan Penyakit Menular yang efektif,
efisien, dan berkesinambungan.
BAB III
KELOMPOK DAN JENIS PENYAKIT MENULAR
Pasal 5
(1) Berdasarkan cara penularannya, Penyakit Menular
dikelompokkan menjadi:
a. menular langsung; dan
b. penyakit tular vektor dan zoonosis
(2) Jenis Penyakit Menular langsung sebagaimana dimaksudpada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. difteri;
b. pertusis;
c. tetanus;
d. polio;
94 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
e. campak;
f. typhoid;
g. kolera:
h. rubella;
i. influensa;
j. meningitis;
k. tuberkulosis;
l. hepatitis;
m. penyakit akibat pneumokokus;
n. penyakit akibat rotavirus;
o. penyakit akibat Human Papiloma Virus (HPV);
p. MERS-CoV;
q. infeksi saluran pencernaan;
r. infeksi menular seksual;
s. infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV);
t. infeksi saluran pernafasan;
u. kusta;
v. frambusia; dan
w. kecacingan.
x. malaria
(3) Jenis penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
sampai dengan huruf omerupakan penyakit menular langsung
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
(4) Jenis penyakit tular vektor dan zoonosis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. malaria;
b. demam berdarah;
c. chikungunya;
d. filarisasi dan kecacingan;
e. schistosomiasis
f. japanese enchepalitis;
g. rabies;
h. antraks;
i. pes;
j. toxoplasma;
k. leptospirosis; dan
l. flu burung (avian influenza).
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 95
m. Corona (Covit-19)
n. West Nile.
Pasal 6
Jenis Penyakit Menular lainnya yang kemungkinan timbul dan belum
tercantum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Ayat (2) dan Ayat (4)
menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB IV
PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
Pasal 7
(1) Penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit Menular dilakukan
oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, dan/atau swasta,
BUMD, BUMN bersama-sama dengan masyarakat secara
terintegrasi.
(2) Penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit Menular
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui upaya kesehatan
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif.
(3) Sasaran penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit Menular
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap
orang, lingkungan, sumber penularan lainnyadan/atau faktor
risiko terjadinya penyakit dengan cara intervensi langsung
dan/ atau tidak langsung.
Pasal 8
(1) Penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit Menular
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan
mempertimbangkan keadaan lingkungan dan masyarakat.
(2) Keadaan lingkungan dan masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi agama, dan/atau keyakinan, kondisi
geografis, adat istiadat, kebiasaan, tingkat pendidikan, sosial
ekonomi dan perkembangan masyarakat.
Pasal 9
(1) Dalam rangka penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit
Menular pada KLB atau Wabah, dibentuk tim reaksi cepat yang
96 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
ditetapkan dengan Keputusan Bupati yang beranggotakan dari
unsur Pemerintah Daerah, pemerintah desa, dan instansi
vertikal.
(2) Tim reaksi cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki
tugas dan fungsi:
a. melakukan deteksi dini KLB atau Wabah;
b. melakukan respon KLB atau Wabah; dan
c. melaporkan dan membuat rekomendasi penanggulangan.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), tim reaksi cepat berhak mendapatkan akses
untuk memperoleh data dan informasi secara cepat dan tepat
dari fasilitas pelayanan kesehatandan masyarakat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tim reaksi cepat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.
Pasal 10
Dalam rangka penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit Menular,
Pemerintah Daerah wajib:
a. menetapkan jenis penyakit yang berpotensi menular dan/atau
menyebar dalam waktu yang singkat yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati;
b. menetapkan kawasan dan prosedur penanganan penyakit yang
memerlukan tindakan karantina sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati;
c. mencabut penetapan kawasan KLB atau Wabah
penyakitapabila sudah tertangani;
d. segera melakukan tindakan penanggulangan sebagaimana
mestinya, apabila ada terduga penderita Penyakit Menular yang
dapat menimbulkan Wabah;
e. melaksanakan sistem kewaspadaan dan tindakan diniuntuk
penyakit potensial Wabah atau KLB, PenyakitMenular dan
penyakit tertentu yang secara epidemiologis dapat menjadi
masalah kesehatan;
f. menyediakan akses terhadap komunikasi, informasi
danedukasi;
g. melakukan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratifdan
rehabilitatif sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
h. memobilisasi sumberdaya kesehatan;
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 97
i. memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam
segala bentuk upaya kesehatan; dan
j. melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah
kabupaten/kota lain, Pemerintah Provinsi Jawa Timur,
pemerintah pusat, masyarakat dan/atau luar negeri sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis penyelenggaraan
Penanggulangan Penyakit Menular sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 diatur dalam Peraturan Bupati.
BAB V
UPAYA PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
Pasal 12
Upaya Penanggulangan Penyakit Menular terdiri dari:
a. upaya promotif;
b. upaya preventif;
c. upaya kuratif;
d. upaya rehabilitatif; dan
e. upaya paliatif.
Bagian Kesatu
Upaya Promotif
Pasal 13
(1) Upaya promotif dilakukan dengan menyelenggarakan promosi
kesehatan.
(2) Promosi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara sistematis dan terorganisasi melalui:
a. penyuluhan;
b. konsultasi, bimbingan dan konseling;
c. intervensi perubahan perilaku;
d. pemberdayaan;
e. pelatihan; atau
f. pemanfaatan media informasi.
98 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
(3) Promosi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk tercapainya perubahan perilaku pada
masyarakat umum.
(4) Promosi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi.
(5) Dalam melaksanakan promosi kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan kader melalui
pendekatan upaya kesehatan berbasis masyarakat dan/atau
tokoh masyarakat melalui pendekatan kemitraan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Upaya Preventif
Pasal 14
(1) Pencegahan penularan Penyakit Menular wajib dilakukan oleh
instansi pemerintah serta masyarakat, swasta, BUMD dan
BUMN termasuk penderita Penyakit Menular.
(2) Dalam pelaksanaan pencegahan Penyakit Menular,
tenagakesehatan yang berwenang wajib memeriksa tempat
yang dicurigai sebagai sumber dan berkembangnya vektor serta
binatang yang bisa menjadi Sumber Penyakit lain.
(3) Pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Surveilans Epidemiologi;
b. pemberian kekebalan (imunisasi);
c. pemberian obat pencegahan pada kelompok berisiko;
d. penemuan kasus baru secara proaktif ;
e. penanganan kasus; dan
f. pencegahan pengendalian infeksi (PPI);
g. buang air besar sembarangan (open devecation free)
h. penyediaan air bersih;
i. pengelolaan sampah secara sehat;
j. pengendalian polusi udara/pencemaran udara;
k. pengendalian pencemaran air; dan
l. pengendalian vektor.
(4) Dalam rangka melaksanakan pencegahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus melakukan promosi kesehatan.
Pasal 15
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 99
Pemberian kekebalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Ayat
(3) huruf b dilakukan melalui imunisasi rutin, imunisasi tambahan,
dan imunisasi khusus.
Pasal 16
(1) Imunisasi rutin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus
menerus sesuai jadwal.
(2) Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi
lanjutan.
Pasal 17
(1) Imunisasi dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2)
diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun.
(2) Jenis imunisasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Bacillus Calmette Guerin (BCG);
b. Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus
Influenza type B (DPT-HB-Hib);
c. Hepatitis B pada bayi baru lahir;
d. Polio; dan
e. Campak.
Pasal 18
(1) Imunisasi lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(2) merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa
perlindungan.
(2) Imunisasi lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan pada :
a. anak usia bawah tiga tahun (Batita);
b. anak usia sekolah dasar; dan
c. wanita usia subur.
(3) Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan jpada anak usia bawah
tiga tahun (Batita) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB)
100 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
atau Diphtheria Pertusis TetanusHepatitis B-Hemophilus
Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan Campak.
(4) Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan pada Bulan Imunisasi
Anak Sekolah (BIAS).
(5) Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah
dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas
Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus diphteria (Td).
(6) Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia subur
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c berupa Tetanus
Toxoid (TT).
Pasal 19
(1) Imunisasi tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko
terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu.
(2) Pemberian imunisasi tambahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi
rutin.
Pasal 20
(1) Imunisasi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk
melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi
tertentu.
(2) Situasi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan
perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan
kondisi kejadian luar biasa.
(3) Jenis imunisasi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
antara lain terdiri atas imunisasi Meningitis Meningokokus,
imunisasi demam kuning, dan imunisasi Anti Rabies (VAR).
Pasal 21
(1) Pemberian obat pencegahan secara massal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 Ayat (3) huruf c hanya dapat dilakukan
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 101
pada penyakit yang dikategorikan sebagai penyakit tropik yang
terabaikan (Neglected Tropical Diseases/NTD) dengan
memperhatikan tingkat endemisitas wilayah masing-masing.
(2) Tingkat endemisitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri berdasarkan pertimbangan dari komite
ahli penyakit menular.
Bagian Ketiga
Upaya Kuratif
Pasal 22
(1) Upaya kuratif merupakan upaya pengobatan dan perawatan
bagi penderita Penyakit Menular.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan Daerah wajib melayani setiap
penderita Penyakit Menular yang membutuhkan pengobatan
dan perawatan.
(3) Fasilitas pelayanan kesehatan Daerah wajib memberikan
penanganan khusus kepada penderita Penyakit Menularyang
membutuhkan.
(4) Bagi penderita Penyakit Menular yang berbahaya dan
membutuhkan penanganan khusus, wajib melaporkan kepada
Dinas.
Bagian Keempat
Upaya Rehabilitatif
Pasal 23
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatanbagi
penderita Penyakit Menular baik yang dirawat di rumah maupun di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Bagian Kelima
Upaya Paliatif
Pasal 24
Upaya Paliatif merupakan upaya pendekatan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah
terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui identifikasi
awal, pengkajian secara menyeluruh, pengobatan nyeri,
102 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
pencegahan penderitaan meliputi masalah fisik, psiko sosial dan
spiritual.
BAB VI
PENDANAAN
Pasal 25
(1) Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan dana dalam rangka
membiayai penyelenggaraan penanggulangan Penyakit Menular
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(2) Swasta, dan/atau lembaga donor sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dapat membiayai
penyelenggaraan penanggulangan Penyakit Menular.
(3) Pemerintah desa membiayai penyelenggaraan penanggulangan
Penyakit Menular dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
sesuai dengan kewenangannya.
BAB VII
KOORDINASI, JEJARING KERJA DAN KEMITRAAN
Pasal 26
(1) Dalam rangka penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit
Menular, dibangun dan dikembangkan koordinasi, jejaring
kerja, dan kemitraan dengan pemerintah pusat, Pemerintah
Provinsi, antar kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan, dan
desa serta korporasi swasta maupun milik pemerintah dan
pemangku kepentingan.
(2) Koordinasi, jejaring kerja, dan kemitraan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk:
a. pemberian advokasi;
b. penanggulangan, pencegahan, pengendalian, dan
pemberantasan Penyakit Menular;
c. meningkatkan kemampuan sumber daya manusia,kajian,
penelitian, serta kerja sama antara Pemerintah Daerah,
lembaga swadaya masyarakat, dan pihak lainyang terkait;
d. peningkatan komunikasi, informasi, pelaporan dan
edukasi; dan
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 103
e. meningkatkan kemampuan kewaspadaan dini dan
kesiapsiagaan serta penanggulangan KLB/Wabah di
Daerah.
BAB VIII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 27
(1) Masyarakat berperan aktif baik secara perorangan maupun
terorganisasi dalam penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit
Menular untuk mencegah kesakitan, kematian,dan kecacatan.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui:
a. penyampaian data dan informasi;
b. pemberian bantuan tenaga, sarana, tenaga ahli, dan
pendanaan;
c. pemberian bimbingan dan penyuluhan sertapenyebaran
informasi; dan
d. sumbangan pemikiran dan pertimbangan berkenaan
dengan penentuan kebijakan teknis dan/atau pelaksanaan
penyelenggaraan pencegahan Penyakit Menular.
BAB IX
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Pasal 28
(1) Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi
penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit Menular,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat melakukan penelitian dan
pengembangan yang berbasis bukti dibidang:
a. epidemiologi penyakit;
b. pencegahan penyakit;
c. pengendalian faktor risiko;
d. manajemen perawatan dan pengobatan;
e. dampak sosial dan ekonomi; dan
f. teknologi dasar dan teknologi terapan.
(2) Selain bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penelitian
dan pengembangan dapat dilakukan pada bidanglain sesuai
dengan kebutuhan.
104 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
(3) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat bekerjasama dengan institusi
dan/atau lembaga penelitian baik yang berada di wilayah
Daerah maupun di luar wilayah Daerah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB X
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pasal 29
(1) Pemerintah Daerah melakukan pemantauan dan evaluasi
penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit Menular pada
masyarakat.
(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan berdasarkan hasil surveilans kesehatan.
Pasal 30
Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilakukan
terhadap upaya:
a. pencegahan, dengan indikator tidak ditemukan kasus baru pada
wilayah tertentu;
b. pengendalian, dengan indikator tidak ada penambahan kasus
baru; dan/atau
c. pemberantasan, dengan indikator mengurangi atau
menghilangkan penyakit.
Pasal 31
Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilakukan
terhadap upaya:
a. pencegahan dan pengendalian, dengan indikator Penyakit
Menular tidak menjadi masalah kesehatan di masyarakat;
b. pemberantasan, dengan indikator tidak ditemukan lagi penyakit
atau tidak menjadi masalah kesehatan; dan
c. penanggulangan KLB, dengan indikator dapat ditanggulangi
dalam waktu paling lama 2 (dua) kali masa inkubasi terpanjang.
BAB XI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 32
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 105
(1) Fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan pencatatandan
pelaporan kasus Penyakit Menular dan upaya
penanggulangannya disampaikan kepada Dinas Kesehatan.
(2) Dinas Kesehatan melakukan kompilasi pelaporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dan melakukan analisis untuk
pengambilan kebijakan dan tindak lanjut.
(3) Dinas kesehatan melaporkan hasil kompilasi dan analisis
untuk pengambilan dan tindak lanjut sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) kepada Bupati dan Dinas Kesehatan Provinsi.
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),dan
ayat (3) dilakukan secara rutin dan berkala.
(5) Dalam hal Penyakit Menular menimbulkan KLB/ Wabah,
pelaporan wajib disampaikan paling lambat dalam waktu 1 x 24
jam.
Pasal 33
(1) Bagi warga masyarakat yang kembali bekerja dari luar negeri
dan/atau luar pulau yang endemis Penyakit Menular wajib cek
kesehatannya di Dinas dan jaringannya.
(2) Bagi warga masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
dan terdeteksi jenis Penyakit Menular sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2), ayat (4) dan Pasal 6 wajib melakukan
penapisan kesehatan (survailans migrasi) sebagaimana diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Untuk pelaksanaan penapisan kesehatan (survailans migrasi)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperlukanperan aktif
masyarakat, pemerintahan desa/kelurahan, kecamatan dan
Daerah.
Pasal 34
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pencatatan dan pelaporan
kasus Penyakit Menular dan upaya penanggulangannya diatur dalam
Peraturan Bupati dengan format sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 35
106 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
(1) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Penanggulangan Penyakit Menular berdasarkan hasil
pemantauan dan evaluasi.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diarahkan untuk:
a. mencegah risiko lebih buruk bagi kesehatan;
b. peningkatan kemampuan pemantauan wilayah setempat;
dan
c. peningkatan kemampuan penanggulangan KLB/ Wabah
dan keracunan makanan.
Pasal 36
(1) Pembinaan dalam penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit
Menular dilakukan melalui:
a. pemberdayaan masyarakat;
b. pendayagunaan tenaga kesehatan; dan
c. pembiayaan program.
(2) Pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dilakukan dengan cara:
a. advokasi dan sosialisasi;
b. membangun dan meningkatkan jejaring kerja atau
kemitraan; dan/atau
c. pemberian penghargaan.
(3) Pendayagunaan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara:
a. pendidikan dan pelatihan teknis;
b. pemberian penghargaan; dan/atau
c. promosi jabatan.
Pasal 37
(1) Bupati melakukan pengawasan terhadap masyarakat dan
setiap pengelola, penyelenggara, atau penanggung jawab
program Penanggulangan Penyakit Menular.
(2) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat:
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 107
a. mendelegasikan kepada pejabat/instansi teknis yang
bertanggung jawab di bidang Penanggulangan Penyakit
Menular; dan/atau
b. mengangkat pejabat pengawas Penanggulangan Penyakit
Menular yang merupakan pejabat fungsional.
Pasal 38
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 diatur dalam Peraturan
Bupati.
BAB XIII
LARANGAN
Pasal 39
Setiap orang dan/atau masayarakat dilarang:
a. dengan sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan
penyakit menular dan penanggulangan penyakit wabah atau KLB
;
b. memasukkan hewan dan/atau produk turunannya yang
dimungkinkan membawa penyakit dan/atau terduga tertular
penyakit dari luar daerah ke dalam daerah; dan/atau
c. melakukan pembiaran dan/atau tidak menginformasikan
kepada Dinas Kesehatan atau Perangkat Daerah lain yang terkait
tentang adanya penderita atau terduga penderita berpotensi
penyakit wabah.
d. perusahaan dan / atau toko yang bergerak di bidang peternakan,
seperti ternak ayam, penjual bibit ternak, burung atau
sejenisnya, dilarang apabila:
1. tidak melaporkan kepada Dinas Kesehatan atau instansi
terkait adanya indikasi penyakit menular dan/atau wabah
penyakit menular terhadap hewan ternaknya;
2. adanya pembiaran bahwa hewan ternak, burung dan/atau
sejenisnya berpotensi menimbulkan penyakit menular;dan
3. menjual hewan ternak, burung dan atau sejenisnya yang
terjangkit penyakit menular.
108 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 40
(1) Pelanggaran dan/atau kelalaian terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 huruf a, b, c, dan d, dikenakan sanksi
pidana kurungan paling singkat 6 (enam) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) dan
banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
merupakan tindak pidana pelanggaran.
BAB XV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 41
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di lingkungan
Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik
untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang
penanggulangan penyakit menular, sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) PPNS tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pejabat pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Daerah
yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan tentang
tindak pidana di bidang penanggulangan penyakit menular;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga
melakukan tindak pidana di bidang penanggulangan penyakit
menular;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan
hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang
penanggulangan penyakit menular;
d. melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang
bukti dalam perkara tindak pidana di bidang penanggulangan
penyakit menular;
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 109
e. melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain
tentang tindak pidana di bidang penanggulangan penyakit
menular;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan
tugas penyidikan tindak pidana di bidang penanggulangan
penyakit menular;
g. menghentikan penyidikan apabila tidak cukup bukti yang
membuktikan tentang adanya tindak pidana penanggulangan
penyakit menular; dan
h. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang penanggulangan penyakit
menular sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya
kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
Peraturan Bupati sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah iniharus
sudah ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan sejak
diundangkannya Peraturan Daerah ini.
Pasal 43
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Gresik.
Ditetapkan di Gresik
pada tanggal
BUPATI GRESIK,
110 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020
Dr. Ir. H. SAMBARI HALIM RADIANTO, S.T., M.Si.
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG
PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
I. UMUM
Bahwa Kesehatan merupakan hak asasi manusia
serta salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan
dan dijamin oleh negara, sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu upaya
peningkatan derajat kesehatan didasarkan pada prinsip non
diskriminatif, partisipatif, perlindungan dan berkelanjutan.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dengan tujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal.
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya
ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal sebagaisalah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana diamanatkan olehpembukaan
Undang- Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Kesehatan
sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh
masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 s/d Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Yang dimaksud dengan penapisan kesehatan (survailans
migrasi) adalah salah satu cara untuk menemukan
Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020 111
penderita penyakit menular di masyarakat yang datang dan
pergi dari daerah endemis.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Yang dimaksud dengan mencegah risiko lebih buruk bagi
kesehatan adalah upaya penurunan angka kesakitan,
kematian dan perluasan masalah kesehatan/penyebaran
penyakit agar tidak meningkat/tidak menimbulkan
komplikasi lebih lanjut.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR
112 Public Hearing Ranperda Inisiatif DPRD Tahap I Tahun 2020