draft ranperda rtrw nias

80
DRAFT RAPERDA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NIAS NOMOR TAHUN TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NIAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN NIAS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintahan Kabupaten Nias yang memadukan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat, maka dibutuhkan adanya Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang merupakan arahan dalam pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu dan berkelanjutan yang dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah dan masyarakat; b. bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional, maka strategi dan arahan kebijakan struktur dan pola ruang wilayah nasional perlu dijabarkan kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias. c. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Nias dengan memanfaatkan ruang wilayah secara serasi, selaras, seimbang, berdaya guna, berhasil guna, berbudaya dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan memelihara ketahanan nasional, perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c perlu mengatur Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 1

Upload: dadangwahyuridha

Post on 24-Dec-2015

256 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Ruang lingkup rencana tata ruang wilayah kabupaten mencakup struktur dan pola ruang serta strategi pemanfaatan ruang wilayah kabupaten sampai batas ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang merupakan keseluruhan wilayah administrasi Kabupaten Nias dengan luas 844,38 km2.

TRANSCRIPT

DRAFT RAPERDA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NIAS

NOMOR TAHUN

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NIAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KABUPATEN NIAS,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintahan Kabupaten Nias yang memadukan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat, maka dibutuhkan adanya Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang merupakan arahan dalam pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu dan berkelanjutan yang dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah dan masyarakat;

b.  bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional, maka strategi dan arahan kebijakan struktur dan pola ruang wilayah nasional perlu dijabarkan kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias.

c. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Nias dengan memanfaatkan ruang wilayah secara serasi, selaras, seimbang, berdaya guna, berhasil guna, berbudaya dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan memelihara ketahanan nasional, perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c perlu mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias dan menuangkannya dalam suatu Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 .

. Nomor 64 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1103);

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 1

DRAFT RAPERDA

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260);

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469);

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470);

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647);

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433); sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 2

DRAFT RAPERDA

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722);

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956);

7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 3

DRAFT RAPERDA

8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059);

11. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 147; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5066);

12. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5068);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Propinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 59);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 4

DRAFT RAPERDA

21. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

26. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097);

27. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

28. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

29. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

30. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NIAS

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 5

DRAFT RAPERDA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu

Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Nias

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Nias

3. Kepala Daerah adalah Bupati Kabupaten Nias

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nias

5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

7. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

8. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

9. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

10. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.

11. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

12. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya.

13. Kawasan lindung adalah kawasan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup, yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

14. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 6

DRAFT RAPERDA

15. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

16. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

17. Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering berpotensi tinggi mengalami bencana alam.

18. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

19. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

20. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan;

21. Pusat Kegiatan Wilayah yang ditetapkan secara nasional selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

22. Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan oleh provinsi selanjutnya disebut PKWp adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

23. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.

24. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km².

25. Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

26. Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

27. Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

28. Lingkungan adalah sumberdaya fisik dan biologis yang menjadi kebutuhan dasar agar kehidupan masyarakat (manusia) dapat bertahan.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 7

DRAFT RAPERDA

29. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

30. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya.

31. Visi adalah suatu pandangan ke depan yang menggambarkan arah dan tujuan yang ingin dicapai serta menyatukan komitmen seluruh pihak yang terlibat dalam pembangunan pada seluruh pihak yang terlibat dalam pencapaian sasaran pembangunan.

32. Misi adalah komitmen dan panduan arah bagi pembangunan dan pengelolaan wilayah Provinsi dan kabupaten/kota untuk mencapai visi pembangunan yang telah ditetapkan di tingkat Provinsi

33. Tujuan adalah nilai-nilai dan kinerja yang mesti dicapai dalam pembangunan wilayah Provinsi dan kabupaten/kota berkaitan dalam kerangka visi dan misi yang telah ditetapkan.

34. Strategi pengembangan adalah langkah-langkah penataan ruang dan pengelolaannya yang perlu dilakukan untuk mencapai visi dan misi wilayah Provinsi dan kabupaten/kota yang telah ditetapkan.

Bagian Kedua

Ruang Lingkup, Peran dan Fungsi

Pasal 1

Ruang lingkup rencana tata ruang wilayah kabupaten mencakup struktur dan pola ruang serta strategi pemanfaatan ruang wilayah kabupaten sampai batas ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang merupakan keseluruhan wilayah administrasi Kabupaten Nias dengan luas 844,38 km2.

Pasal 2

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias disusun untuk dapat berperan sebagai alat ukur dalam operasionalisasi pemanfaatan ruang bagi pelaksanaan pembangunan di Wilayah Kabupaten Nias.

Pasal 3

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias memiliki fungsi sebagai pedoman untuk:

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 8

DRAFT RAPERDA

a. Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Nias;

b. Mewujudkan keterpaduana, keterkaitan, dan kesinambungan perkembangan antar bagian wilayah Kabupaten serta keserasian antar sektor;

c. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau masyrakat;

d. Penyusunan rencana rinci tata ruang di tingkat kabupaten;

e. Pelaksanaan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan pembangunan di wilayah Kabupaten Nias.

Bagian Ketiga

Muatan

Paragraf 1

Pasal 2

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias memuat:

a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Nias;

b. Rencana struktur ruang Wilayah Kabupaten Nias yang meliputi sistem pusat pelayanan dan sistem jaringan prasarana wilayah;

c. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Nias yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya;

d. Penetapan kawasan strategis Kabupaten Nias yang merupakan bagian wilayah kabupaten yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan;

e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Nias yang terdiri dari indikasi program utama jangka menengah lima tahunan;

f. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Nias yang berisi arahan peraturan zonasi kawasan, arahan ketentuan perizinan, arahan ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

Paragraf 2

Jangka Waktu

Pasal 1

(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias adalah 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 9

DRAFT RAPERDA

(2) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana detail tata ruang wilayah Kabupaten.

(3) Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten setelah mendapatkan persetujuan dari DPRD Kabupaten Nias.

BAB II

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Bagian Kesatu

Tujuan

Pasal 2

Tujuan penataan ruang Kabupaten Nias adalah:

”Mewujudkan Kabupaten Nias yang Maju, Mandiri, Merata dan Berwawasan Lingkungan”

Bagian Kedua

Kebijakan dan Strategi

Pasal 4

Kebijakan dan strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Nias meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang serta kawasan strategis.

Pasal 5

Kebijakan dan strategi penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dilakukan melalui upaya :

f. Mengembangkan Ekonomi Unggulan dengan Menggali Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA);

g. Mewujudkan ketahanan pangan melalui intensifikasi lahan yang ada dan ekstensifikasi kegiatan pertanian pada lahan non-produktif;

h. Pemerataan Pembangunan dan pengembangan wilayah Kabupten Nias;

i. Menjaga kelestarian lingkungan dan mengembalikan keseimbangan ekosistem.

j. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang budidaya sebagai antisipasi perkembangan wilayah.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 10

DRAFT RAPERDA

Pasal 6

(1) Pengembangan ekonomi unggulan dan penggalian potensi sumber daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dilakukan melalui upaya-upaya :

a. Mendata Potensi Sumber Daya Alam dalam mendorong pengolahan produksi unggulan

b. Meningkatkan prasarana perhubungan dari pusat produksi unggulan menuju pusat pemasaran;

c. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung produksi untuk menjamin kestabilan produksi unggulan;

d. Mengembangkan pusat-pusat agropolitan untuk meningkatkan daya saing;

e. Meningkatkan kapasitas pembangkit listrik dengan memanfaatkan sumber energi yang tersedia serta memperluas jaringan transmisi tenaga listrik guna mendukung produksi unggulan.

f. Meningkatkan Pariwisata Lokal dengan pelestarian dan pembangunan infrastruktur

(2) Perwujudan ketahanan pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b dilakukan melalui langkah-langkah :

a. Mempertahankan luasan pertanian lahan basah yang ada saat ini;

b. Meningkatkan produktivitas pertanian lahan basah;

c. Mencetak kawasan pertanian lahan basah baru untuk memenuhi swasembada pangan

(3) Pemerataan pembangunan dan pengembangan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c dilakukan melalui langkah-langkah :

a. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di Ibu kota Kabupaten dan wilayah kecamatan.

b. Membangun dan meningkatkan jaringan jalan dan Jembatan untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

c. Pembangunan Pusat perdagangan, Jasa, Pendidikan, Perkantoran dan fasilitas umum dan sosial disetiap wilayah kecamatan

(4) Menjaga kelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d dilakukan melalui langkah-langkah :

a. Mempertahankan luasan dan meningkatkan kualitas kawasan lindung;

b. Mengembalikan ekosistem kawasan lindung;

(5) Optimalisasi pemanfaatan ruang budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf e dilakukan melalui langkah-langkah :

a.Mengendalikan perkembangan fisik permukiman perkotaan;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 11

DRAFT RAPERDA

b. Mendorong intensifikasi pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan.

Pasal 7

(1) Kebijakan pengembangan struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi :

a. Peningkatan pelayanan pusat kegiatan kawasan yang merata dan berhierarki; dan

b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan sarana wilayah yang terpadu dan merata di seluruh kawasan.

(2) Strategi untuk peningkatan pelayanan pusat kegiatan kawasan yang merata dan berhierarki sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a meliputi :

a. Meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan Lokal

b. Menjaga berfungsinya secara optimal pusat-pusat kegiatan yang sudah ada;

c. Mengendalikan pusat-pusat kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi dan panduan rancang Kabupaten; dan

d. Mendorong berfungsinya pusat-pusat kegiatan baru di Wilayah Kabupaten Nias.

(3) Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu serta merata di seluruh kawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, meliputi :

a. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, dan udara, serta keterpaduan intra dan antar moda;

b. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi;

c. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tidak terbarukan serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik, minyak, dan gas bumi secara optimal;

d. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air, mempercepat konservasi sumber air, serta meningkatkan pengendalian daya rusak air;

Pasal 8

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 12

DRAFT RAPERDA

(1) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e meliputi:

a. Perlindungan lahan pertanian terhadap alih fungsi lahan untuk kegiatan wilayah;

b. Peningkatan pengelolaan potensi daerah berbasis agribisnis, ekonomi kerakyatan dan kepariwisataan;

c. Pengalokasian ruang didasarkan pada karakteristik alam;

d. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar sesuai fungsi dan tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;

e. Pengembangan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan daya saing dan diversifikasi produk.

(2) Strategi perlindungan lahan pertanian terhadap alih fungsi lahan untuk kegiatan wilayah meliputi: menetapkan kawasan yang sudah dan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian.

(3) Strategi peningkatan pengelolaan potensi daerah berbasis agribisnis, ekonomi kerakyatan dan kepariwisataan meliputi:

a. Meningkatkan keterampilan petani, pengelolaan agribisnis melalui pemberian insentif, pengembangan kawasan strategis dan komoditas unggulan;

b. Memfasilitasi tumbuhkembangnya usaha kecil dan menengah untuk mengolah hasil-hasil pertanian;

c. Memfasilitasi promosi usaha komoditas pertanian, usaha kecil dan menengah;

d. Meningkatkan kajian dan mengelola potensi pariwisata.

(4) Strategi pengalokasian ruang didasarkan pada karakteristik alam meliputi: menetapkan kawasan budidaya dan kawasan rawan bencana sesuai dengan karakteristik alam.

(5) Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar sesuai fungsi dan tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi:

a. Menetapkan ketentuan-ketentuan peraturan zonasi pada masing-masing kawasan budidaya sesuai dengan karakteristiknya;

b. Membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;

c. Mengendalikan pemanfaatan di kawasan budidaya melalui mekanisme perizinan;

d. Memberikan insentif bagi kegiatan yang sesuai dengan fungsi dan disinsentif bagi kegiatan yang mengakibatkan gangguan bagi fungsi utamanya; dan

e. Melakukan penertiban bagi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai fungsi.

(6) Strategi pengembangan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan daya saing dan diversifikasi produk meliputi:

a. Menetapkan dan mengembangkan kawasan agropolitan sebagai strategi pengembangan wilayah dalam usaha pengembangan sistem agribisnis yang disinergikan untuk mengoptimalkan kawasan dalam pembangunan;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 13

DRAFT RAPERDA

b. Mengembangkan kegiatan ekonomi berbasis pada sumberdaya alam dan potensi lokal (perkebunan, pertanian, pariwisata);

c. Mendorong kegiatan pengolahan komoditi unggulan di pusat produksi komoditi unggulan;

d. Mengembangkan kawasan budidaya untuk mendorong dan meningkatnya kegiatan usaha produktif yang meliputi berbagai sektor terutama tanaman pangan, holtikultura buah-buahan, sayuran, perkebunan tanaman perdagangan bahan eksport khususnya didalam rangka pengembangan komoditas unggulan.

Pasal 9

(1) Kebijakan untuk pengembangan kawasan strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:

a. Kebijakan pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

b. Kebijakan pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;

c. Kebijakan pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya;

d. Kebijakan pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi.

(2) Strategi pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi: memelihara keseimbangan ekosistem disekitar kawasan strategis serta wilayah hulu yang mempengaruhinya.

(3) Strategi pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi:

a. Mengembangkan kawasan agropolitan Kabupaten Nias yang berkesinambungan;

b. Mengembangkan kawasan-kawasan strategis ekonomi sesuai dengan daya dukung dan potensinya.

(4) Strategi pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya meliputi:

a. Merevitalisasi situs-situs peninggalan budaya di Kabupaten Nias;

b. Mengembangkan potensi-potensi bidang kebudayaan dan pariwisata dalam rangka menunjang pengembangan ekonomi wilayah.

(5) Strategi pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi meliputi: mengembangkan potensi sumberdaya alam yang dimiliki untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Kabupaten Nias tanpa merusak lingkungan.

BAB III

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 14

DRAFT RAPERDA

RENCANA STRUKTUR RUANG

WILAYAH KABUPATEN NIAS

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 10

(1) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten Nias merupakan rencana susunan pusat-pusat permukiman dan kegiatan serta sistem jaringan sarana dan prasarana

(2) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Nias meliputi:

a. Sistem pusat pelayanan;

b. Sistem jaringan transportasi kabupaten;

c. Sistem jaringan energi kabupaten;

d. Sistem jaringan sumber daya air kabupaten;

e. Sistem jaringan telekomunikasi kabupaten; dan

f. Sistem jaringan sarana dan prasarana lainnya.

Bagian Kedua

Sistem Pusat Pelayanan

Pasal 11

(1) Sistem pusat pelayanan Kabupaten Nias diarahkan menjadi 3 (tiga) hierarki pusat pelayanan, yaitu:

a. PKL, yaitu kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai pusat pertumbuhan utama dengan orientasi kegiatan berupa pemerintahan, perdagangan, industri dan pelayanan masyarakat serta sebagai pintu gerbang perdagangan ke luar wilayah kabupaten.

b. Pusat pelayanan kawasan (PPK), yaitu kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa, permukiman, koleksi dan distribusi dengan skala pelayanan beberapa kecamatan atau desa.

c. Pusat pelayanan lingkungan (PPL), yaitu kawasan perdesaan dengan fungsi sebagai pusat produksi perkebunan dan pertanian dengan skala pelayanan kecamatan serta menunjang pengembangan wilayah lebih rendah dari PPK.

(2) PKL Kabupaten Nias adalah Gido yang diarahkan sebagai ibukota kabupaten Nias

(3) PPK meliputi kecamatan Idanogawo Bawolato.

(4) PPL meliputi Kecamata ulugawo Hiliduho, Ma’u, Botomuzoi, Hili Serangkai dan Kecamatan Somolo Molo.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 15

DRAFT RAPERDA

Bagian Ketiga

Sistem Jaringan Prasarana

Paragraf 1

Sistem Jaringan Transportasi

Pasal 12

(1) Rencana Pengembangan sistem jaringan transportasi Kabupaten Nias terdiri dari sistem jaringan transporasi darat, laut dan udara yang ditujukan untuk membangun akses secara berkesinambungan dan berjenjang dari satuan ruang lokal, PKL, PKW, hingga PKN sebagai inlet-outlet point dengan wilayah eksternal kabupaten Nias.

(2) Sistem jaringan transportasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan pergerakan barang dan jasa serta memfungsikannya sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.

Pasal 13

Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) terdiri atas:

a. Jaringan jalan;

b. Terminal;

c. Pelabuhan.

Pasal 14

(1) Pengembangan sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 melalui :

a.Jaringan jalan antar Kabupaten/ jalan Provinsi : jalan Eksisting dari kota gunung Sitoli - Gido - Idanogawo-Bawolato – Ulogawo - Simolo Molo - Ma’u- Botomuzoi - Hili Duho - Hiliserangkai- Gido.

b.Jaringan jalan Kabupaten : Hiliserangkai - Botomuzoi - Gido Simolo Molo –Idonogawo - Bawolato.

(2) Jaringan jalan berdasarkan peran strategis Lintas Timur : Hili Duho - Hiliserangkai – Jalan Eksisting dari Gunung Sitoli – Gido – Idanogawo – Bawolato.

(3) Jaringan jalan berdasarkan peran strategis Lintas Barat : Hiliduho – Botomuzoi – Ma’u Simo;o Mo;o – Ulugawo – Bawolato.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 16

DRAFT RAPERDA

(4) Jalan poros/ Penghubung strategis Kabupaten meliputi : Hiliserangkai – Botomuzoi – Hido Simolo Molo – Idanogawo – Ulugawo.

Pasal 15

Lokasi terminal regional terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b ditetapkan di Kecamatan Gido dengan Tipe B.

Paragraf 2

Sistem Angkutan Penumpang

Pasal 16

Pengembangan sistem angkutan penumpang dilakukan melalui :

a. Penyediaan pelayanan angkutan umum yang disesuaikan dengan hierarki jalan

b. Penyediaan angkutan penumpang bagi komuter terdapat di Kecamatan

Idanogawo dan Bawolato yang dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan,

polusi dan biaya transportasi masyarakat.

d. Pengembangan angkutan massal untuk melayani Bandara Binaka berupa jaringan

jalan darat maupun angkutan laut.

e. Pengembangan angkutan menyusuri jalur Lintas Pantai Timur, dimaksudkan

sebagai moda pengembangan potensi ekonomi masyarakat pesisir pantai dan

pariwisata dan jalur Lintas Pantai Barat dimaksudkan untuk moda pengangkutan

hasil pertanian dan perkebunan di wilayah perbukitan.

Pasal 17

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 17

DRAFT RAPERDA

Pengembangan pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 adalah pengembangan pelabuhan di Kecamatan Gido untuk menerima angkutan orang dan barang dari Pelabuhan Gunungsitoli.

Pasal 18

Rencana pengembangan sitem transportasi udara dilakukan dengan :

a. Menambah kapasitas penumnpang dengan proyeksi 20 tahun mendatang yang mnelayani pergerakan orang dan barang;

b. Meingkatan status Bandar Udara Binaka sebagai bandar udara sekunder yang melayani penambahan rute dan jam penerbangan.

Paragraf 2

Sistem Jaringan Energi

Pasal 19

(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf c adalah jaringan energi listrik;

(2) Sistem jaringan energi listrik bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik masa datang dalam jumlah yang memadai dan dalam upaya menyediakan akses berbagai macam jenis energi listrik bagi segala lapisan masyarakat;

(3) Rencana kebutuhan energi listrik di Kabupaten Nias sampai dengan tahun 2030 mencapai 29.037 KVA;

(4) Untuk memenuhi kebutuhan akan energi listrik di Kabupaten Nias dan sekitarnya diupayakan melalui pengembangan PLTA, dan PLBB.

(5) Untuk menunjang kebutuhan energi listrik di Kabupaten Nias diupayakan pengembangan dan analisis penyediaan Saluran Udara Tegangan Tinggi di sepanjang Pulau Nias.

(6) Pengembangan jaringan listrik pada desa-desa terpencil yang belum dijangkau jaringan listrik.

(7) Pengembangan energi listrik mikro hydro untuk melayani kebutuhan listrik bagi desa-desa pedalaman yang memiliki potensi sungai atau sumber daya air lainnya.

Paragraf 3

Sistem Jaringan Sumberdaya Air

Pasal 20

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 18

DRAFT RAPERDA

(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d bertujuan untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan air agar dapat berperikehidupan yang sehat, bersih, dan produktif;

(2) Sistem jaringan prasarana sumberdaya air berupa sumber air baku dan sistem jaringan irigasi;

Pasal 21

(1) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 ayat (2) dikembangkan dan diarahkan pada lahan-lahan potensial bidang pertanian lahan basah yang menyebar di hampir semua kecamatan yang terdapat di Kabupaten Nias;

(1) Jaringan irigasi yang ada harus dipertahankan dan dipelihara;

(2) Rencana pengembangan sistem irigasi di Kabupaten Nias antara lain adalah: peningkatan sistem irigasi sederhana menjadi semi teknis, semi teknis menjadi teknis;

(3) Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penanganan jaringan irigasi yang dilaksanakan di Kabupaten Nias adalah kegiatan rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.

Paragraf 4

Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 22

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf e bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan telekomunikasi;

(2) Sistem jaringan telekomunikasi yang dibutuhkan untuk wilayah Kabupaten Nias meliputi:

a. Jaringan tetap yang meliputi jaringan tetap lokal, sambungan langsung jarak jauh, sambungan Internasional dan tertutup;

b. Jaringan bergerak meliputi jaringan bergerak terestrial dan seluler.

(3) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a diarahkan sesuai dengan pola jaringan jalan;

(4) Jaringan bergerak teresterial sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b yang meliputi radio trangking dan radio panggil untuk umum akan ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara telekomunikasi;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 19

DRAFT RAPERDA

(5) Jaringan bergerak seluler sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b yang meliputi menara bersama telekomunikasi ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara telekomunikasi dengan memperhatikan efisiensi pelayanan, keamanan dan kenyamanan lingkungan sekitarnya;

(6) Rencana kebutuhan pengembangan jaringan telekomunikasi di Kabupaten Nias sampai dengan tahun 2031 adalah 2.581 sambungan langsung rumah tangga, 516 sambungan sarana umum/sosial, 860 sambungan komersial dan 129 sambungan telepon umum.

Paragraf 5

Sistem Jaringan Prasarana dan Sarana Lainnya

Pasal 23

Sistem jaringan prasarana dan sarana wilayah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf f meliputi :

a. Prasarana pengelolaan lingkungan;

b. Air Bersih;

c. Sarana pendidikan;

d. Sarana ekonomi dan perdagangan;

e. Sarana kesehatan.

Pasal 24

(1) Prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 adalah bidang persampahan dan air limbah/drainase;

(2) Sistem persampahan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya;

(3) Sistem persampahan terdiri dari Tempat Penampungan Sementara, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu dan Tempat Pemrosesan Akhir;

(4) Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu, dengan lokasi pada setiap unit lingkungan permukiman dan pusat-pusat kegiatan di Wilayah Kabupaten Nias;

(5) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah, ditetapkan di setiap RW atau Kawasan seluas 500-1.000 m²;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 20

DRAFT RAPERDA

(6) Arahan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan, dan ditetapkan di Kecamatan Idanogawo.

(7) Sistem jaringan drainase bertujuan untuk mengurangi banjir dan genangan air bagi kawasan permukiman, industri, perdagangan, perkantoran, persawahan, dan jalan;

(8) Pengembangan jaringan drainase dilakukan dengan memanfaatkan karakter topografi dan pola jaringan jalan.

(1) Rencana pengembangan air bersih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf b adalah bertujuan untuk menyediakan air bersih yang memenuhi standar kesehatan untuk dikonsumsi rumah tangga, instansi pemerintah/swasta, industri dan lain-lain yang diperkirakan kebutuhan air bersih sampai dengan tahun 2031 adalah sebesar 36.236.959 liter/hari.

(2) Rencana pengembangan jaringan air bersih dilakukan melalui:

k. Pengembangannya diprioritaskan di pusat Kota Gido, Idanogawo dan Bawolato, sedangkan di pusat kecamatan lainnya dilakukan di kota-kota yang memenuhi skala ekonomi dengan terlebih dahulu menganalisis tingkat permintaan yang ada;

l. Prasarana air bersih yang dikembangkan meliputi fasilitas air bersih dan sumber air yang akan dimanfaatkan guna meningkatkan pelayanan air bersih yang memenuhi standar kesehatan.

Pasal 25

(1) Rencana pengembangan sarana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf c adalah bertujuan untuk menyediakan sarana pendidikan yang berkualitas dan sesuai kebutuhan;

(2) Jumlah sarana pendidikan yang dibutuhkan Kabupaten Nias sampai tahun 2030 adalah ± 800 unit mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak sampai tingkat Akademi/Perguruan Tinggi.

Pasal 26

(1) Rencana pengembangan sarana perdagangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf d adalah bertujuan untuk menyediakan sarana perdagangan sesuai kebutuhan;

(3) Sarana ekonomi dan perdagangan yang dibutuhkan Kabupaten Nias terdiri dari toko/warung, pertokoan, pasar swalayan, pusat pertokoan dan pasar lingkungan dan pusat perbelanjaan, perbankan, jasa persewaan penginapan, koperasi dan lain-lain.

Pasal 27

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 21

DRAFT RAPERDA

(1) Rencana pengembangan sarana kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf e adalah bertujuan untuk menyediakan sarana kesehatan yang berkualitas dan sesuai kebutuhan;

(4) Sarana kesehatan yang dibutuhkan Kabupaten Nias sampai tahun 2030 adalah 30 unit: posyandu, 30 balai pengobatan, BKIA, 30 pustu, 1 unit puskesmas di tiap kecamatan, tempat praktek dokter dan apotek.

BAB IV

RENCANA POLA RUANG

WILAYAH KABUPATEN NIAS

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 28

(1) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Nias meliputi:

a. Kawasan lindung;

b. Kawasan budidaya.

(2) Kawasan lindung Kabupaten Nias terdiri atas:

a. Kawasan hutan lindung;

b. Kawasan perlindungan setempat (sempadan pantai dan sungai)

c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;

d. Kawasan lindung bencana alam.

(3) Kawasan budidaya Kabupaten Nias terdiri atas:

a. Kawasan permukiman;

b. Kawasan komersial;

c. Kawasan industri;

d. Kawasan ruang terbuka hijau;

e. Kawasan pertanian;

f. Kawasan tanamanan perkebunan;

g. Kawasan peternakan;

h. Kawasan perikanan.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 22

DRAFT RAPERDA

(4) Pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digambarkan dalam Peta Pola Ruang Wilayah Kabupaten Nias dengan skala peta 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Kawasan Lindung

Pasal 29

Kawasan Lindung sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 ayat (1) huruf a bertujuan untuk  mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup.

Pasal 30

(1) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada Pasal 33 ayat (2) huruf a meliputi kawasan hutan lindung, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam , pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan lindung bencana alam;

(2) Kawasan hutan lindung/kawasan konservasi/resapan air terdiri dari kecamatan Ulugawo, Ma’u, Simolo Molo, Hiliduho, Hili Serangkai, Botomuzoi;

(3) Luas hutan lindung/kawasan konservasi/resapan air yang ditetapkan adalah 10,203 Ha.

Pasal 31

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada Pasal28 ayat (2) huruf b bertujuan untuk melindungi keberlangsungan sumber air baku, ekosistem daratan, keseimbangan lingkungan kawasan, menciptakan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat; serta meningkatkan keserasian lingkungan wilayah sebagai sarana pengaman lingkungan wilayah yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih;

(2) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 ayat (2) huruf b meliputi:

a. Sempadan sungai;

b. Sempadan pantai;

c. Sekitar mata air.

Pasal 32

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 23

DRAFT RAPERDA

(1) Kawasan perlindungan setempat yang ditetapkan di Kabupaten Nias adalah 3.021 Ha yang terdiri dari sempadan pantai dan sempadan sungai;

(2) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf a ditetapkan 100 meter dikiri kanan sungai besar dan 50 meter dikiri kanan anak sungai diluar kawasan permukiman, sungai-sungai tersebut antara lain:

(3) Kawasan sempadan sungai yang ditetapkan/diarahkan sebagai kawasan lindung dapat digunakan untuk kegiatan budidaya sejauh tidak mengganggu fungsi lindungnya;

(3) Kawasan sempadan pantai sebagai kawasan lindung terdiri dari daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai selebar 100 meter darai titrik pasang tertinggi ke areah darat;

(4) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf c yang meliputi kawasan sekurang-kurangnya radius 200 meter di sekitar mata air. Kawasan ini berada di Kecamatan ....................

Pasal 33

(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 ayat (2) huruf c meliputi kawasan suaka alam dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

(2) Kawasan suaka alam meliputi taman hutan wisata ...........

(3) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan terdapat di Kecamatan ....................

Pasal 34

(1) Kawasan lindung bencana alam sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 ayat (2) huruf d bertujuan untuk memberikan perlindungan semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan lainnya.

(2) Kawasan lindung bencana alam sebagaimana dimaksud pada Pasal 33 ayat (2) hurud d yang ditetapkan di Wilayah Kabupaten Nias meliputi kawasan rawan tanah longsor dan gerakan tanah;

(3) Kawasan lindung bencana alam yang ditetapkan adalah seluas .........

Bagian Ketiga

Kawasan Budidaya

Pasal 35

(1) Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf a terdiri dari permukimana perkotaan dan permukiman pedesaaan.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 24

DRAFT RAPERDA

(2) Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) arah pengembangannya pada daerah pusat-pusat pelayanan di Gido dan ibukota kecamatan lainnya di Kabupaten Nias.

Pasal 36

(1) Kawasan Komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) terdiri dari pusat-pusat kegiatan perdagangan, perkantoran pemerintah dan swasata, kegiatan informal lainnya;

(2) Kawasan Komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) arah pengembangannya berada di Kecamatan Gido.

Pasal 37

(1) Kawasan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) diarahkan pada pengembangan industri yang ramah lingkungan;

(2) Pengembangan Industri diarahkan pada sekto-sektor industri yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor pertanian dan pariwisata.

(3) Kawasan Industri ditetapkan luasnya 2.241 Ha yang perencanaannya diarahkan pada pengembangan Agroindustri di Kecamatan Idanogawo dan Kecamatan Bawalato;

Pasal 38

(1) Kawasan Ruang Terbuka Hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) adalah suatu lahan atau kawasan yang merupakan runag terbuka di suatu wilayah yang yang diisi oleh tumbuhan dan vegetasi untuk mendukung fungsi ekologis, arsitektur, ekonomi dan sosial budaya;

(2) Sesuai dengan ketentuan yang berlaku ruang terbuka hijau Kabupaten Nias diupayakan untuk mencapai luasan 30 % (tiga puluh persen) dari total luas kota/kawasan dengan perincian 20 % (dua puluh persen) merupakan ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.

Pasal 39

(3) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) terdiri dari kawasan tanaman pangan lahan basah, tanaman pangan lahan kering dan tanaman hortikultura;

(4) Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian lahan basah adalah seluas 9.148 Ha yang terletak di Kecamatan Gido, Idanogawo dan Bawalato;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 25

DRAFT RAPERDA

(5) Kawasan pertanian lahan kering ditetapkan seluas 13.623Ha yang terletak di Kecamatan Gido, Idanogawo dan Bawalato.

Pasal 40

(1) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) ditetapkan seluas ....Ha;

(2) Kawasan peruntukan perkebunan tersebut utamanya berada di Kecamatan Ulugawo, Hili Serangkai, Hiliduho.

Pasal 41

(1) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) diarahkan pengembangannya pada sistem pengelolaan yang terpadu dengan sistem pengandangan yang tidak berada pada kawasan permukiman dan kawasan wisata;

(2) Kawasan peternakan besar diarahkan penyebarannya pada seluruh kecamatan yang tidak berada pada jalan arteri primer yang didukung oleh AMDAL.

Pasal 42

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf d terdiri dari perikanan darat dan perikanan tangkap

(2) Kawasan yang memiliki potensi di bidang perikanan tersebut adalah Kecamatan Gido dan Idanogawo.

BAB V

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 43

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 26

DRAFT RAPERDA

(1) Penetapan kawasan strategis di Kabupaten Nias dilakukan berdasarkan kepentingan:

a. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

b. Pertumbuhan ekonomi;

c. Sosial dan budaya;

d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi.

Pasal 44

(1) Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria:

a. Tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

b. Kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

c. Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

d. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

e. Kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

f. Kawasan rawan bencana alam; atau

g. Kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Pasal 45

(1) Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria:

a. Potensi ekonomi cepat tumbuh;

a. Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;

b. Potensi ekspor;

c. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

d. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

e. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan;

f. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi; atau

g. Kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah kabupaten.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 27

DRAFT RAPERDA

Pasal 46

(1) Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan sosial budaya ditetapkan dengan kriteria:

a. Tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;

b. Prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

c. Aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;

d. Tempat perlindungan peninggalan budaya;

e. Tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau

f. Tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.

Pasal 47

(1) Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi ditetapkan dengan kriteria:

a. Fungsi bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan posisi geografis sumber daya alam strategi, pengembangan teknologi kedirgantaraan, serta tenaga atom dan nuklir;

b. Sumber daya alam strategis;

c. Fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan teknologi kedirgantaraan;

d. Fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau

e. Fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

Bagian kedua

Fungsi Kawasan Strategis

Pasal 48

(1) Kawasan strategis kabupaten berfungsi:

a. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kabupaten;

b. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan;

c. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 28

DRAFT RAPERDA

d. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kabupaten; dan

e. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.

Bagian ketiga

Penetapan Kawasan Strategis

Pasal 49

Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Nias sebagai berikut:

a. Kawasan Pesisir Pantai di Kecamatan Gido yang terdiri dari Desa Lolozasui, Sirete, Somi, Wea Wea dan Tulumbaho, di Kecamatan Idanogawo terdiri dari Desa Biouti, Bozihona dan Awoni Lauso, di Kecamatan Bawalato terdiri dari Desa Botohawnga, Tagaule, Siofa Ewali, Hilihoru, Dahana Bawalato, Sisarahili Bawalato dan Gazamanu;

b. Kawasan Objek Wisata dan Cagar Budaya di Kecamatan Gido, Idanogawo dan Bawalato.

c. Kawasan agrowisata berupa perkebunan karet dan Kakao di Kecamatan Ulugawo, Hili Serangkai dan Hiliduhu.politan dataran tinggi di Kecamatan Sitinjo dan Tanah Pinem dengan penekanan ekonomi;

BAB VI

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

WILAYAH KABUPATEN NIAS

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 50

(1) Arahan pemanfaatan ruang terdiri dari indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan, dan waktu pelaksanaan.

(2) Indikasi program utama pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

a. Indikasi program utama perwujudan struktur ruang;

b. Indikasi program utama perwujudan pola ruang;

c. Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 29

DRAFT RAPERDA

(3) Indikasi sumber pendanaan terdiri dari dana Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, swasta dan masyarakat.

(4) Indikasi pelaksana kegiatan terdiri dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, swasta dan masyarakat.

(5) Indikasi waktu pelaksanaan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu:

a. Tahap pertama, yaitu tahun 2010–2014, diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan pengembangan;

b. Tahap kedua, yaitu tahun 2015–2019, diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan pengembangan;

c. Tahap ketiga, yaitu tahun 2020–2024, diprioritaskan pada pengembangan dan pemantapan; dan

d. Tahap keempat, yaitu tahun 2025–2030, diprioritaskan pada pemantapan.

(6) Indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan, dan waktu pelaksanaan yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang

Pasal 51

(1) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah Kabupaten Nias sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2) huruf a meliputi indikasi program untuk perwujudan sistem pusat pelayanan dan infrastruktur serta perwujudan sistem jaringan prasarana wilayah.

(2) Indikasi program utama perwujudan sistem pusat pelayanan dan infrastruktur serta sistem jaringan prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi indikasi program utama perwujudan sistem perkotaan, jaringan transportasi, jaringan telekomunikasi, jaringan energi, jaringan sumberdaya air, penyediaan air minum, jaringan drainase, pengelolaan air limbah, dan pengelolaan persampahan.

Pasal 52

(1) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kabupaten Nias pada tahap pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (5) huruf a diprioritaskan pada:

a. Peningkatan fungsi pusat-pusat kegiatan primer pertanian, perdagangan dan jasa, pariwisata, transportasi, industri dan pemerintahan;

b. Pengembangan jaringan transportasi meliputi transportasi jalan, terminal, dan pelabuhan;

c. Pengembangan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 30

DRAFT RAPERDA

d. Pengembangan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu Induk, dan jaringan transmisi;

e. Pengembangan jaringan sumberdaya air, dan jaringan sungai.

f. Pengembangan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan;

g. Pengembangan jaringan drainase makro dan mikro;

h. Pengembangan jaringan air limbah setempat dan/atau terpusat dan pengolahan limbah/B3; dan

i. Pengembangan pengelolaan persampahan meliputi TPS, TPST dan TPA.

(2) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah Kabupaten Nias, pada tahap kedua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 505 ayat (5) huruf b diprioritaskan pada:

a. Peningkatan fungsi pusat-pusat kegiatan primer pertanian, perdagangan dan jasa, pariwisata, transportasi, industri dan pemerintahan;

b. Pemantapan jaringan transportasi meliputi transportasi jalan, terminal, dan pelabuhan danau;

c. Pemantapan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak;

d. Pengembangan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu Induk, dan jaringan transmisi.

e. Pemantapan jaringan sumberdaya air, dan jaringan sungai.

f. Pengembangan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan;

g. Pemantapan jaringan drainase makro dan mikro;

h. Pengembangan jaringan air limbah setempat dan/atau terpusat dan pengolahan limbah/ B3; dan

i. Pemantapan persampahan TPS, TPST dan TPA.

(3) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kabupaten Nias, pada tahap ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (5) huruf c diprioritaskan pada:

a. Pemantapan fungsi pusat-pusat kegiatan primer pertanian, perdagangan dan jasa, pariwisata, transportasi, industri dan pemerintahan;

b. Pemantapan jaringan transportasi meliputi transportasi jalan, terminal, dan pelabuhan danau;

c. Pemantapan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak;

d. Pemantapan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu Induk, dan jaringan transmisi;

e. Pemantapan jaringan sumberdaya air, dan jaringan sungai;

f. Pemantapan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan;

g. Pemantapan jaringan drainase makro dan mikro;

h. Pemantapan jaringan air limbah setempat dan/atau terpusat dan pengolahan limbah/ B3; dan

i. Pemantapan persampahan TPS, TPST dan TPA.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 31

DRAFT RAPERDA

(4) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kabupaten Nias, pada tahap keempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (5) huruf d diprioritaskan pada:

a. Pemantapan fungsi pusat-pusat kegiatan primer pertanian, perdagangan dan jasa, pariwisata, transportasi, industri dan pemerintahan;

b. Pemantapan jaringan transportasi meliputi transportasi jalan, terminal, dan pelabuhan danau;

c. Pemantapan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak;

d. Pemantapan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu Induk, dan jaringan transmisi;

e. Pemantapan jaringan sumberdaya air, dan jaringan sungai;

f. Pemantapan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan;

g. Pemantapan jaringan drainase makro dan mikro;

h. Pemantapan jaringan air limbah setempat dan/atau terpusat dan pengolahan limbah/ B3; dan

i. Pemantapan persampahan TPS, TPST dan TPA.

Bagian Ketiga

Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang

Pasal 53

(1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kabupaten Nias sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) huruf b meliputi indikasi program untuk perwujudan kawasan lindung dan perwujudan kawasan budidaya.

(2) Indikasi program utama perwujudan kawasan lindung dan perwujudan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: indikasi program untuk perwujudan kawasan lindung yang terdiri dari: kawasan hutan lindung, perlindungan setempat, cagar budaya, rawan bencana alam, serta indikasi program untuk perwujudan kawasan budidaya yang terdiri dari kawasan peruntukkan pertanian, perkebunan, perikanan, perindustrian, pertambangan, pariwisata dan permukiman.

Pasal 54

(1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah Kabupaten Nias ada tahap pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (5) huruf a diprioritaskan pada:

a. Rehabilitasi fungsi-fungsi lindung pada kawasan lindung yang terdiri dari: kawasan hutan lindung, perlindungan setempat, suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan lindung bencana alam;

b. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan permukiman;c. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan komersial;d. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan Industri;e. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan Ruang terbuka hijau;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 32

DRAFT RAPERDA

f. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukkan pertanian;g. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukkan perkebunan;h. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukan peternakan;i. Rehabilitasi dan pengembnagan kawasan peruntukan perikanan.

(2) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah Kabupaten Nias, pada tahap kedua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (5) huruf b diprioritaskan pada:

a. Pemantapan fungsi-fungsi lindung pada kawasan lindung yang terdiri dari: kawasan hutan lindung, perlindungan setempat, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan lindung bencana alam;

b. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan permukiman;c. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan komersial;d. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan industri;e. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan ruang terbuka hijau;f. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukan pertanian;g. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukan perkebunan;h. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukkan peternakan;i. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukkan perikanan.

(3) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah Kabupaten Nias, pada tahap ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (5) huruf c diprioritaskan pada:

a. Pengembangan dan pengelolaan lindung pada kawasan lindung yang terdiri dari: kawasan hutan lindung, perlindungan setempat, cagar budaya, rawan bencana alam, lindung geologi, dan lindung lainnya;

b. Pengembangan kawasan permukimam;c. Pengembangan kawasan komersial;d. Pengembangan kawasan industri;e. Pengembangan kawasan ruang terbuka hijau;f. Pengembangan kawasan peruntukan pertanian;g. Pengembangan kawasan peruntukan perekebuanan;h. Pengembangan kawasan peruntukkan peternakan;i. Pengembangan kawasan peruntukkan perikanan.

(4) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah Kabupaten Nias, pada tahap keempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (5) huruf d diprioritaskan pada:

a. Pengembangan dan pengelolaan lindung pada kawasan lindung yang terdiri dari: kawasan hutan lindung, perlindungan setempat, cagar budaya, rawan bencana alam, lindung geologi, dan lindung lainnya;

b. Pengembangan kawasan permukiman;c. Pengembangan kawasan komersial;d. Pengembangan kawasan industri;e. Pengembangan kawasan ruang terbuka hijau;f. Pengembangan kawasan peruntukan pertanian;g. Pengembangan kawasan peruntukan perkebunan;h. Pengembangan kawasan peruntukkan peternakan;j. Pengembangan kawasan peruntukkan perikanan.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 33

DRAFT RAPERDA

Bagian Keempat

Indikasi Sumber Pendanaan

Pasal 55

(1) Dana pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di wilayah Kabupaten Nias dapat berasal dari dana Pemerintah (APBN dan/atau APBD), swasta atau kerjasama Pemerintah-swasta

(2) Dewan Nasional dapat menetapkan kebijakan tersendiri dalam kerjasama antara Pemerintah dan swasta dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di wilayah Kabupaten Nias.

(3) Pengelolaan aset hasil kerjasama Pemerintah-swasta dapat dilakukan sesuai dengan analisa kelayakan ekonomi dan finansial.

Bagian Kelima

Indikasi Pelaksana Kegiatan

Pasal 56

(1) Indikasi pelaksana kegiatan terdiri dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, swasta dan masyarakat.

BAB VII

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 57

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Nias digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Nias.

(2) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas:

a. Ketentuan umum peraturan zonasi;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 34

DRAFT RAPERDA

b. Arahan perizinan;

c. Arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan

d. Arahan sanksi.

Pasal 58

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 57 ayat (2) huruf a terdiri dari:

a. Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang;

b. Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang;

c. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis.

Bagian Kedua

Ketentuan umum Peraturan Zonasi

Pasal 59

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi wilayah Kabupaten Nias sebagaimana dimaksud pada Pasal 57 ayat (2) huruf a berfungsi:

a. Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;

b. Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang;

c. Menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang yang telah sesuai dengan rencana tata ruang;

d. Meminimalkan pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan

e. Mencegah dampak pembangunan yang merugikan.

Paragraf 2

Ketentuan umum Peraturan Zonasi untuk Struktur Ruang

Pasal 60

(1) Ketentuan umum kegiatan untuk struktur ruang sebagaimana dimaksud pada Pasal 58 ayat (1) huruf a terdiri dari:

a. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan sekitar prasarana transportasi meliputi: Mengikuti syarat teknis bidang transportasi, Pembangunan jaringan jalan pada kawasan lindung harus melalui izin departemen terkait;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 35

DRAFT RAPERDA

b. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan sekitar prasarana energi meliputi: Mengikuti syarat teknis bidang energi, disepanjang SUTET tidak diperbolehkan adanya permukiman;

c. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan sekitar prasarana telekomunikasi meliputi: pemasangan tower harus mendapat persetujuan masyarakat setempat dan harus mengikuti peraturan terkait bidang telekomunikasi ;

d. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan sekitar prasarana sumberdaya air meliputi: Mengikuti syarat teknis bidang sumberdaya air.

Paragraf 3

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk Pola Ruang

Pasal 61

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pola ruang sebagaimana dimaksud pada Pasal 58 ayat (1) huruf b meliputi:

a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;

b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budidaya.

c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan strategis

Pasal 62

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada Pasal 61 huruf a meliputi:

m. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan hutan lindung meliputi: Boleh untuk wisata alam dengan syarat tidak merubah bentang alam, Dilarang untuk kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan, pemanfaatan hutan lindung dapat dilakukan dengan pola HKM (Hutan Kemasyarakatan) dengan ketentuan yang berlaku;

n. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya meliputi: boleh untuk wisata alam dengan syarat tidak merubah bentang alam;

o. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan perlindungan setempat meliputi: tidak diperbolehkan kawasan budidaya, permukiman dan industri, boleh untuk wisata alam dengan syarat tidak merubah bentang alam;

p. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: dilarang untuk kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;

q. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan rawan bencana alam meliputi: boleh untuk wisata alam dengan syarat tidak merubah bentang alam, boleh untuk

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 36

DRAFT RAPERDA

kegiatan wisata tapi bukan merupakan kegiatan wisata dengan jumlah yang besar dan tidak diperolehkan membangun bangunan permanen.

Pasal 63

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada Pasal 61 huruf b meliputi:

a. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan peruntukan hutan produksi meliputi: tidak mengubah fungsi pokok kawasan peruntukan hutan produksi, penggunaan kawasan hutan produksi untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai oleh menteri terkait dengan memperhatikan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian hutan/lingkungan, penggunaan kawasan hutan produksi untuk kegiatan pertambangan terbuka harus dilakukan dengan ketentuan khusus dan selektif, kawasan peruntukan hutan produksi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan diluar sektor kehutanan;

b. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan peruntukan pertanian meliputi: Kawasan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak boleh dialihfungsikan, Kawasan pertanian tanaman lahan kering tidak produktif dapat dialihfungsikan dengan syarat-syarat tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah setempat dan atau oleh Departemen Pertanian, Wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi dilindungi kelestariannya dengan indikasi ruang, Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi geografis dilarang dialihfungsikan, Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), baik yang menggunakan lahan luas ataupun teknologi intensif harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal, Penanganan limbah pertanian tanaman (kadar pupuk dan pestisida yang terlarut dalam air drainase) dan polusi industri pertanian (udara-bau dan asap, limbah cair) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal, Penanganan limbah peternakan (kotoran ternak, bangkai ternak, kulit ternak, bulu unggas, dsb) dan polusi (udara-bau, limbah cair) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal, Penanganan limbah perikanan (ikan busuk, kulit ikan/udang/kerang) dan polusi (udara-bau) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal, Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), harus diupayakan menyerap sebesar mungkin tenaga kerja setempat, Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan, Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak produktif (tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan tanpa mengurangi kesejahteraan masyarakat;

c. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan peruntukan pertambangan meliputi: Kegiatan pertambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal yang dilengkapi dengan RPL dan RKL, Kegiatan pertambangan mulai dari tahap perencanaan, tahap ekplorasi hingga eksploitasi harus diupayakan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan perselisihan dan atau persengketaan dengan masyarakat setempat, Pada lokasi kawasan pertambangan fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi jaringan listrik, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran air kotor, Kegiatan pertambangan yang berlokasi

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 37

DRAFT RAPERDA

pada kawasan hutan lindung harus mengacu pada ketentuan peranturan perundang-undangan kehutanan, Kawasan peruntukan industri harus memiliki kajian Amdal, Memiliki sistem pengelolaan limbah, Lokasinya jauh dari permukiman;

d. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan peruntukan pariwisata meliputi: Kegiatan kepariwisataan diarahkan untuk memanfaatkan potensi keindahan alam, budaya dan sejarah di kawasan peruntukan pariwisata guna mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya, adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam serta kelestarian fungsi lingkungan hidup, Kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan harus memiliki hubungan fungsional dengan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga serta membangkitkan kegiatan sektor jasa masyarakat, Pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya untuk kepentingan pariwisata, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayan dan agama harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya tersebut. Pemanfaatan tersebut harus memiliki izin dari Pemerintah Daerah dan atau Kementerian yang menangani bidang kebudayaan;

e. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan peruntukan permukiman meliputi: Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama, Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada, Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam, Membatasi kegiatan komersil di kawasan perumahan.

Paragraf 4

Arahan Peraturan Zonasi untuk Kawasan Strategis

Pasal 64

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada Pasal 61 huruf c meliputi:

f. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan strategis ekonomi meliputi: memperhatikan ketentuan sebagai kawasan budidaya;

g. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan strategis sosial budaya meliputi: Memperhatikan ketentuan sebagai kawasan budidaya (lihat ketentuan umum kegiatan kawasan budidaya), Memperhatikan ketentuan sebagai kawasan lindung (lihat ketentuan umum kegiatan kawasan lindung);

h. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan strategis sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi meliputi: Memperhatikan ketentuan sebagai kawasan budidaya (lihat ketentuan umum kegiatan kawasan budidaya), Memperhatikan ketentuan sebagai kawasan lindung (lihat ketentuan umum kegiatan kawasan lindung), Memperhatikan ketentuan teknis;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 38

DRAFT RAPERDA

i. Ketentuan umum kegiatan pada kawasan strategis lingkungan hidup meliputi: Memperhatikan ketentuan sebagai kawasan budidaya (lihat ketentuan umum kegiatan kawasan budidaya), Memperhatikan ketentuan sebagai kawasan lindung (lihat ketentuan umum kegiatan kawasan lindung).

Bagian Ketiga

Arahan Perizinan

Paragraf 1

Umum

Pasal 65

(1) Arahan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf b merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Arahan perizinan ini bertujuan untuk:

a. Menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang, standar, dan kualitas minimum yang ditetapkan ;

b. Menghindari eksternalitas negatif; dan

c. Melindungi kepentingan umum.

Pasal 66

Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 diatas terdiri atas:

a. Izin lokasi;

b. Surat Izin Penambangan Daerah (SIPD);

c. Izin peruntukan penggunaan lahan / Izin Pemanfaatan Ruang (IPR);

d. Izin mendirikan bangunan (IMB);

e. Sertifikat alih fungsi (khusus untuk bangunan gedung);

f. Izin Undang-Undang Gangguan/HO;

g. AMDAL.

Pasal 67

(1) Izin lokasi diberikan kepada perusahaan yang sudah mendapat persetujuan penanaman modal untuk memperoleh tanah yang diperlukan;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 39

DRAFT RAPERDA

(2) Jangka waktu izin lokasi dan perpanjangannya mengacu pada ketentuan yang ditetapkan oleh Badan/Dinas Tata Ruang;

(3) Perolehan tanah oleh pemegang izin lokasi harus diselesaikan dalam jangka waktu izin lokasi;

(4) Permohonan izin lokasi yang disetujui harus diberitahukan kepada masyarakat setempat;

(5) Penolakan permohonan izin lokasi harus diberitahukan kepada pemohon beserta alasan-alasannya.

Pasal 68

(1) Izin peruntukan penggunaan lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf d diberikan berdasarkan rencana tata ruang, rencana detail tata ruang dan atau peraturan zonasi sebagai persetujuan terhadap kegiatan budidaya secara rinci yang akan dikembangkan dalam kawasan;

(2) Setiap orang atau badan hukum yang akan memanfaatkan ruang harus mendapatkan izin peruntukkan penggunaan tanah;

(3) Izin peruntukan penggunaan lahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlaku selama 1 tahun, serta dapat diperpanjang 1 kali berdasarkan permohonan yang bersangkutan;

(4) Izin peruntukan penggunaan lahan yang tidak diajukan perpanjangannnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dinyatakan gugur dengan sendirinya;

(5) Apabila pemohon ingin memperoleh kembali izin yang telah dinyatakan gugur dengan sendirinya sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) harus mengajukan permohonan baru;

(6) Untuk memperoleh izin peruntukan penggunaan lahan permohonan diajukan secara tertulis kepada Badan/Dinas Tata Ruang dengan tembusan kepada Pemerintah Kabupaten;

(7) Perubahan izin peruntukan penggunaan lahan yang telah disetujui wajib dimohonkan kembali secara tertulis kepada Badan/Dinas Tata Ruang;

(8) Permohonan izin peruntukan penggunaan lahan ditolak apabila tidak sesuai dengan rencana tata ruang, rencana detail tata ruang dan atau peraturan zonasi serta persyaratan yang ditentukan atau lokasi yang dimohon dalam keadaan sengketa;

(9) Badan/Dinas Tata Ruang dapat mencabut izin peruntukan penggunaan lahan yang telah dikeluarkan apabila terdapat penyimpangan dalam pelaksanaannya;

(10) Terhadap orang atau badan hukum yang akan memanfaatkan ruang kawasan dikenakan retribusi izin peruntukan penggunaan lahan;

(11) Besarnya retribusi izin peruntukan penggunaan lahan ditetapkan berdasarkan fungsi lokasi, peruntukkan, ketinggian tarif dasar fungsi, luas penggunaan ruang serta biaya pengukuran;

(12) Ketetuan lebih lanjut tetang izin penggunaan lahan diatur dalam keputusan Dewan.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 40

DRAFT RAPERDA

Izin Mendirikan Bangunan

Pasal 69

(1) Izin mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf e diberikan berdasarkan surat penguasaan tanah, Rencana Tata Ruang, Rencana Detail Tata Ruang, peraturan zonasi dan persyaratan teknis lainnya;

(2) Setiap orang atau badan hukum yang akan melaksanakan pembangunan fisik harus mendapatkan izin mendirikan bangunan;

(3) Izin mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlaku sampai pembangunan fisik selesai;

(4) Setiap orang atau badan hukum yang melaksanakan pembangunan fisik tanpa memiliki izin mendirikan bangunan akan dikenakan sanksi;

(5) Untuk memperoleh izin mendirikan bangunan permohonan diajukan secara tertulis kepada Pemerintah Kabupaten dengan tembusan kepada Badan/Dinas Tata Ruang;

(6) Perubahan izin mendirikan bangunan yang telah disetujui wajib dimohonkan kembali secara tertulis kepada Badan/Dinas Tata Ruang;

(7) Permohonan izin mendirikan bangunan ditolak apabila tidak sesuai dengan fungsi bangunan, ketentuan atas KDB, KTB, KLB, GSB, dan ketinggian bangunan, garis sempadan yang diatur dalam rencana tata ruang serta persyaratan yang ditentukan atau lokasi yang dimohon dalam keadaan sengketa;

(8) Badan/Dinas Tata Ruang dapat meminta Pemerintah Kabupaten untuk memberikan keputusan atas permohonan izin mendirikan bangunan dan Pemerintah Kabupaten wajib memberikan jawaban;

(9) Pemerintah Kabupaten dapat mencabut izin mendirikan bangunan yang telah dikeluarkan apabila terdapat penyimpangan dalam pelaksanaannya;

(10)Terhadap orang atau badan hukum yang akan memanfaatkan ruang kawasan dikenakan retribusi izin mendirikan bangunan;

(11)Besarnya retribusi izin mendirikan bangunan ditetapkan berdasarkan fungsi lokasi, peruntukkan, ketinggian tarif dasar fungsi, luas penggunaan ruang serta biaya pengukuran;

(12)Ketentuan lebih lanjut tetang izin mendirikan bangunan diatur dalam keputusan Bupati.

Paragraf 2

Tata Cara Pemberian Izin

Pasal 70

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 41

DRAFT RAPERDA

(1) Tata cara pemberian izin prinsip sebagai berikut:

a. Pemohon mengajukan permohonan kepada Kepala Badan/Dinas Tata Ruang dengan melengkapi semua persyaratan;

b. Badan/Dinas Tata Ruang mengevaluasi permohonan yang dimaksud dan membuat keputusan menerima atau menolak permohonan;

c. Permohonan yang disetujui akan diterbitkan izin prinsip oleh Kepala Badan/Dinas Tata Ruang;

d. Setelah menerima izin prinsip pemohon harus melaporkannya pada Pemerintah Kabupaten setempat untuk kemudian diadakan sosialisasi kepada masyarakat.

e. Apabila setelah dilakukan sosialisasi sebagian besar pemilik tanah menolak, maka Pemerintah Kabupaten memberikan laporan dan saran pada Badan/Dinas Tata Ruang;

f. Atas saran Bupati, Badan/Dinas Tata Ruang dapat meninjau kembali izin prinsip tersebut.

(2) Tata cara pemberian izin lokasi sebagai berikut:

a. Pemohon mengajukan permohonan kepada Kepala Badan/Dinas Tata Ruang dengan melengkapi semua persyaratan;

b. Badan/Dinas Tata Ruang mempersiapkan perencanaan atas lokasi yang dimohon terkait untuk dibahas dan dikoreksi;

c. Apabila usulan berdampak penting, maka usulan tersebut dilakukan uji publik;

d. Apabila hasil dengar pendapat publik berakibat terhadap perubahan rencana, akan dilakukan penyesuaian rencana;

e. Setelah menerima izin lokasi, pemohon melaporkannya kepada Pemerintah Kabupaten setempat untuk dilakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat.

(3) Tata cara pemberian izin penggunaan tanah sebagai berikut:

a. Pemohon mengajukan permohonan kepada Kepala Badan/Dinas Tata Ruang dengan melengkapi semua persyaratan;

b. Badan/Dinas Tata Ruang mempersiapkan perencanaan atas lokasi yang dimohon terkait untuk dibahas dan dikoreksi;

c. Apabila usulan berdampak penting, maka usulan tersebut dilakukan uji publik;

d. Apabila hasil dengar pendapat publik berakibat terhadap perubahan rencana, akan dilakukan penyesuaian rencana.

(4) Tata cara pemberian izin mendirikan bangunan sebagai berikut:

a. Pemohon mengajukan permohonan kepada Pemerintah Kabupaten dengan melengkapi semua persyaratan;

b. Pemerintah Kabupaten mempersiapkan perencanaan atas lokasi yang dimohon terkait untuk dibahas dan dikoreksi;

c. Apabila usulan berdampak penting, maka usulan tersebut dilakukan uji publik;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 42

DRAFT RAPERDA

d. Apabila hasil dengar pendapat publik berakibat terhadap perubahan rencana, akan dilakukan penyesuaian rencana.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pemberian izin diatur dengan keputusan Dewan.

Paragraf 3

Arahan Pengambilan Keputusan

Pasal 71

Arahan penertiban perizinan sebagai berikut:

a. Acuan utama dalam menerbitkan perijinan adalah dokumen rencana (perda) RTRW Kabupaten Nias;

b. Lebih rinci lagi terkait dalam kepastian pemberian perijinan dengan mengacu pada rencana rinci tata ruang seperti Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), Rencana Kawasan Strategis, dan sebagainya yang lebih operasional;

c. Jika didalam dokumen rencana tata ruang tidak lengkap penjelasannya maka dapat mengundang BKPRD (Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah) untuk memberikan rekomendasi untuk memutuskan penerbitan perijinan.

Bagian Keempat

Arahan Pemberian Insentif dan Disinsentif

Paragraf 1

Umum

Pasal 72

Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf c dalam penataan ruang diselenggarakan dengan tujuan:

a. Meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang;

b. Memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata ruang; dan

c. Meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 43

DRAFT RAPERDA

Paragraf 2

Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif

Pasal 73

(1) Insentif dan disinsentif diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang;

(2) Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak orang;

(3) Insentif dan disinsentif diberikan kepada pemerintah daerah dan masyarakat.

Pasal 74

(1) Bentuk insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (3) terdiri atas:

a. Insetif kepada pemerintah daerah dalam bentuk: pemberian kompensasi, urun saham, pembangunan serta pengadaan infrastruktur, penghargaan;

b. Insentif kepada masyarakat dalam bentuk: keringanan pajak, pemberian kompensasi, imbalan, sewa ruang, urun saham, penyediaan infrastruktur, kemudahan proses erizinan, penghargaan.

Pasal 75

(1) Bentuk disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3) terdiri atas:

a. Disinsentif kepada pemerintah daerah dalam bentuk: pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi;

c. Disinsentif kepada masyarakat dalam bentuk: pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, penalti.

Bagian Kelima

Arahan Sanksi Administrasi

Paragraf 1

Umum

Pasal 76

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 44

DRAFT RAPERDA

(1) Pengenaan sanksi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf d terhadap pelanggaran penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan tertib tata ruang dan tegaknya peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang;

(2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa sanksi administratif, sanksi perdata, dan sanksi pidana;

(3) Pelanggaran penataan ruang yang dapat dikenai sanksi adminstratif meliputi:

a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias;

b. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan Izin prinsip, izin lokasi, izin peruntukkan penggunaan tanah, izin mendirikan bangunan yang diberikan oleh pejabat berwenang.

Paragraf 2

Jenis Sanksi Administratif

Pasal 77

Jenis sanksi administratif dalam pelanggaran penataan ruang berupa:

a. Peringatan tertulis;

b. Penghentian sementara kegiatan;

c. Penghentian sementara pelayanan umum;

d. Penutupan lokasi;

e. Pencabutan izin;

f. Penolakan izin;

g. Pembatalan izin;

h. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau

i. Denda administratif.

Pasal 78

Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 huruf a dilakukan melalui penerbitan surat peringatan tertulis dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi:

a. Peringatan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang beserta bentuk pelanggarannya;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 45

DRAFT RAPERDA

b. Peringatan untuk segera melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam rangka penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan / atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku; dan

c. Batas waktu maksimal yang diberikan melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang.

(2) Surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sebanyak-banyaknya 3 kali dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pelanggar mengabaikan peringatan pertama, pejabat yang berwenang melakukan penertiban kedua yang memuat penegasan terhadap hal-hal sebagaimana dimuat dalam surat peringatan pertama;

b. Pelanggar mengabaikan peringatan kedua, pejabat yang berwenang melakukan penertiban ketiga yang memuat penegasan terhadap hal-hal sebagaimana dimuat dalam surat peringatan pertama dan kedua;

c. Pelanggar mengabaikan peringatan pertama, peringatan kedua, dan peringatan ketiga, pejabat yang berwenang melakukan penerbitan surat keputusan pengenaan sanksi yang dapat berupa penghentian kegiatan sementara, penghentian sementara pelayanan umum, penutupan lokasi, pencabutan izin, pembatalan izin, pemulihan fungsi ruang, dan / atau denda administratif.

Pasal 79

(1)Penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) huruf b dilakukan melalui penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang yang berisi:

a. Pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang beserta bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita acara evaluasi;

b. Peringatan kepada pelanggar untuk menghentikan kegiatan sementara sampai dengan pelanggar memenuhi kewajiban untuk mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan dalam rangka penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan / atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku;

c. Batas waktu maksimal yang diberikan kepada pelanggar untuk dengan kesadaran sendiri melakukan penghentian sementara kegiatan dan melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang; dan

d. Konsekuensi akan dilakukannya penghentian kegiatan sementara secara paksa apabila pelanggar mengabaikan surat perintah.

(2)Apabilan pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan sementara, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 46

DRAFT RAPERDA

(3)Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pengenaan kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban.

(4)Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan penertiban melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa;

(5)Setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihetntikan tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan / atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

Pasal 80

Penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1)huruf c dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi :

1. Pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang beserta bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita acara evaluasi;

2. Peringatan kepada pelanggar untuk mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan dalam rangka penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan / atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku;

3. Batas waktu maksimal yang diberikan kepada pelanggar untuk dengan kesadaran sendiri melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang; dan

4. Konsekuensi akan dilakukannya penghentian sementara pelayanan umum apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan.

b. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum kepada pelanggar dengan memuat rincian jenis-jenis pelanan umum yang akan diputus;

c. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pengenaan kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban;

d. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan penertiban melakukan penghentian sementara pelayanan umum yang akan diputus;

e. Pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia jasa pelayanan umum untuk menghentikan pelayanan kepada pelanggar, disertai penjelasan secukupnya;

f. Penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada pelanggar;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 47

DRAFT RAPERDA

g. Pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara pelayanan umum dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum kepada pelanggar sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

Pasal 81

Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf d dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penerbitan surat pemberitahuan penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi:

1. Pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang beserta bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita acara evaluasi;

2. Peringatan kepada pelanggar untuk dengan kesadarannya sendiri menghentikan kegiatan dan menutup lokasi pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang dan / atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang sampai dengan pelanggar memenuhi kewajiban untuk mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan dalam rangka penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan / atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku;

3. Batas waktu maksimal yang diberikan kepada pelanggar untuk dengan kesadaran sendiri melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang; dan

4. Konsekuensi akan dilakukannya penutupan lokasi secara paksa apabila pelanggar mengabaikan surat peringatan.

b. Apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;

c. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;

d. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan penertiban melakukan penutupan lokasi secara paksa;

e. Pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

Pasal 82

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 48

DRAFT RAPERDA

Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf e dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penerbitan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi :

1. Pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang beserta bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita acara evaluasi;

2. Peringatan kepada pelanggar untuk dengan kesadarannya sendiri mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan dalam rangka penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan / atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku;

3. Batas waktu maksimal yang diberikan kepada pelanggar untuk dengan kesadaran sendiri melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang; dan

4. Konsekuensi akan dilakukannya pencabutan izin apabila pelanggar mengabaikan surat peringatan.

b. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi pencabutan izin yang akan segera dilaksanakan;

c. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pencabutan izin;

d. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin;

e. Penerbitan keputusan pencabutan iyin oleh pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin;

f. Pemberitahuan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dicabut sekaligus perintah untuk secara permanen menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang yang telah dicabut izinnya.

Pasal 83

(1) Penolakan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf f dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penolakan izin dilakukan setelah melalui tahap evaluasi, dan dinilai tidak memenuhi ketentuan rencana tata ruang dan/atau pemanfaatan ruang yang berlaku;

b. Setelah dilakukan evaluasi, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan memberitahukan kepada pemohon izin perihal penolakan izin yang diajukan, dengan memuat hal-hal dasar penolakan izin dan hal-hal yang harus dilakukan apabila pemohon akan mengajukan izin baru.

Pasal 84

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 49

DRAFT RAPERDA

(1) Pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf g dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penerbitan lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan ruang menurut dokumen perizinan dengan arahan pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang yang berlaku;

b. Pemberitahuan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal rencana pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil langkah-langkah diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal yang diakibatkan oleh pembatalan izin;

c. Penerbitan keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

d. Pemberitahuan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan izin, dengan memuat hal-hal berikut :

1. Dasar pengenaan sanksi;

2. Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pemanfaat ruang hingga pembatalan izin dinyatakan secara resmi oleh pejabat yang berwnang melakukan pembatalan izin; dan

3. Hak pemegang izin untuk mengajukan penggantian yang layak atas pembatalan izin, sejauh dapat membuktikan bahwa izin yang dibatalkan telah diperoleh dengan itikad baik.

e. Penerbitan keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pembatalan izin;

f. Pemberitahuan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dibatalkan.

Pasal 85

Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf h dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian yang harus dipulihkan fungsinya berikut cara pemulihannya;

b. Penerbitan surat pemberitahuan perintah pemulihan fungsi ruang dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi:

1. Pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang beserta bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita acara evaluasi;

2. Peringatan kepada pelanggar untuk dengan kesadaran sendiri pemulihan fungsi ruang agar sesuai dengan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang telah ditetapkan ;

3. Batas waktu maksimal yang diberikan kepada pelanggar untuk dengan kesadaran sendiri melakukan pemulihan fungsi ruang; dan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 50

DRAFT RAPERDA

4. Konsekuensi yang diterima pelanggar apabila mengabaikan surat peringatan.

c. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang;

b. Pejabat yang berwenang melakukan pemulihan fungsi ruang memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu pelaksanaanya;

c. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang.

Pasal 86

Denda administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf i akan diatur lebih lanjut oleh Badan/Dinas Tata Ruang.

Pasal 87

Apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab melakukan tindakan penertiban dapat melakukan tindakan paksa untuk melakukan pemulihan fungsi ruang.

Pasal 88

Apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan pemulihan fungsi ruang, Pemerintah dapat mengajukan penetapan pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh Pemerintah atas beban pelanggar di kemudian hari.

Paragraf 3

Arahan Ketentuan Pidana

Pasal 89

(1) Sanksi dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya kepentingan umum;

(2) Arahan ketentuan pidana terdiri dari: pidana pokok (penjara dan denda), pidana tambahan (pemberhentian secara tidak hormat dari jabatannya);

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 51

DRAFT RAPERDA

(3) Pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disebabkan hal-hal: Sanksi akibat kesalahan pengguna lahan melakukan proses pembangunan tanpa memiliki izin; Sanksi kesalahan pengguna lahan dalam melaksanakan pembangunan, tidak sesuai dengan izin yang telah diterbitkan; Sanksi terhadap kesalahan pemberi advice planning yang tidak sesuai dengan tata ruang; Sanksi terhadap kesalahan pemberi ketetapan izin pengguna lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; Sanksi terhadap perencana tata ruang yang salah merencanakan wilayah kota, dan timbul permasalahan kerusakan lingkungan.

(4) Pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dikenakan pada: pemberi izin prinsip atau izin lokasi, advice planning, institusi terkait dan pihak legislatif yang memberikan persetujuan terhadap rencana tata ruang dan pemberian izin yang tidak sesuai tata ruang.

BAB VIII

PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Bagian Kesatu

Pembinaan

Pasal 90

1) Dalam pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias, Pemerintah Kabupaten melakukan pembinaan penataan ruang kepada masyarakat;

2) Pembinaan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui:

a. Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;

b. Sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi pedoman bidang penataan ruang;

c. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang;

d. Pendidikan dan pelatihan;

e. Penelitian dan pengembangan;

f. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang;

g. Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; dan

h. Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.

3) Badan/Dinas yang ditunjuk mengurus penataan ruang melakukan pembinaan penataan ruang terhadap masyarakat;

4) Pemerintah Kabupaten bersama Badan/Dinas menyelenggarakan pembinaan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai kewenangannya masing-masing.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 52

DRAFT RAPERDA

Bagian Kedua

Pengawasan

Pasal 91

1) Untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang wilayah Kabupaten Nias sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang;

2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Badan /Dinas yang mengurus penataan ruang terhadap kinerja pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan penataan ruang yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten;

3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas kegiatan pelaporan, pemantauan dan evaluasi;

4) Kegiatan pelaporan secara berkala dilakukan oleh Badan/Dinas yang mengurus penataan ruang;

5) Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan Badan/Dinas yang mengurus penataan ruang terhadap kinerja pengaturan, pembinaan dan pengawasan penataan ruang di wilayah Kabupaten Nias sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dengan ketentuan:

a. Pemantuan dan evaluasi terhadap kinerja pengaturan penataan ruang dengan memperhatikan tingkat kesesuaian produk pengaturan di tingkat Kabupaten terhadap pedoman pelaksanaan;

b. Pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja pembinaan penataan ruang dengan memperhatikan keterlibatan masyarakat dan berbagai pemegang kepentingan di tingkat Kabupaten dan Badan/Dinas dalam penataan ruang;

c. Pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja pengawasan penataan ruang dengan memperhatikan tingkat kesesuaian rencana tata ruang, program pemanfaatan ruang dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang terhadap kebijakan dan pedoman pelaksanaan.

6) Rekomendasi tindak lanjut hasil evaluasi disampaikan oleh Badan/Dinas yang mengurus penataan ruang.

Bagian Ketiga

Peran Masyarakat

Pasal 92

(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang Wilayah Kabupaten Nias dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa:

a. Peran masyarakat diperlukan karena masyarakat yang mengetahui kebutuhan pengembangan wilayah/Kabupaten;

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 53

DRAFT RAPERDA

b. Peran masyarakat merupakan upaya untuk meminimasi resiko dan konflik;

c. Peran masyarakat merupakan suatu proses pembelajaran massal.

(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sesuai dengan kondisi masyarakat setempat dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui:

a. Penyampaian informasi dari Pemerintah, dalam hal ini melalui Badan/Dinas kepada masyarakat mengenai kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Nias yang telah dibuat;

b. Dialog atau pertukaran informasi antara Pemerintah, dalam hal ini melalui Badan/Dinas dengan masyarakat mengenai substansi masalah yang perlu dibahas dalam proses perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Nias;

c. Analisis bersama antara masyarakat dan Pemerintah mengenai alternatif kebijakan penataan ruang;

d. Konsultasi publik untuk memilih alternatif skenario penataan ruang;

e. Pembuatan kesepakatan bersama antara Pemerintah dan masyarakat mengenai arah kebijakan penataan ruang ;

f. Pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang oleh masyarakat;

g. Pembinaan penyelenggaraan penataan ruang oleh kelompok masyarakat kepada kelompok masyarakat lainnya;

h. Inisiatif masyarakat dalam pembuatan aturan mengenai penyelenggaraan penataan ruang;

i. Pelaksanaan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilakukan dalam setiap elemen dari penyelenggaraan penataan ruang, meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang selanjutnya akan diatur lebih rinci dalam peraturan lainnya.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 93

(1) Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, semua ketentuan peraturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan penataan ruang wilayah Kabupaten Nias tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan 54elem diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.

(2) Penyesuaian pemanfaatan ruang yang belum sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias dilakukan semaksimal mungkin 3 tahun dari mulai Peraturan Daerah ini di tetapkan.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 54

DRAFT RAPERDA

(3) Prosedur penyesuaian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan lainnya.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 94

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor: 07 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.

Pasal 95

Hal – hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Keputusan Bupati Kabupaten Nias

Pasal 96

Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Nias.

Ditetapkan di Nias

pada tanggal .......................2010

BUPATI KABUPATEN NIAS,

ttd.

BINAHATI B. BAEHA

Diundangkan di Nias

pada tanggal .........

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 55

DRAFT RAPERDA

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN,

ttd.

........................

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NIAS TAHUN 2010 NOMOR ....

Salinan sesuai dengan aslinya

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias 56