ranperda nama jalan -gresik 2012

Upload: lelet-lecii

Post on 01-Nov-2015

149 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

nama jalan

TRANSCRIPT

Ranperda dan Naskah Akademik

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK

NOMOR TAHUN 2012

TENTANG

PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN DAN SARANA UMUM

Sekretariat DPRD Kabupaten Gresik

Tahun 2012

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK

NOMOR TAHUN 2012

TENTANG

PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN DAN SARANA UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MEHA ESA

BUPATI GRESIK,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi identitas jalan dan sarana umum perlu diatur serta ditetapkan nama jalan dan sarana umum yang ada di Kabupaten Gresik;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana pada huruf a di atas, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang nama jalan dan sarana umum di Kabupaten Gresik.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2930);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah keduakalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1974 tentang Perubahan Nama Kabupaten Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3038);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529) ;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalulintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 tahun 2011 tentang Produk Hukum Daerah.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN GRESIK

dan

BUPATI GRESIK

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :PERATURAN DAERAH TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN DAN SARANA UMUMBAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Gresik;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

3. Bupati adalah Bupati Gresik;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gresik sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

5. Jalan adalah transportasi darat meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan kelengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan / atau air serta di atas permukaan air,kecuali jalan kereta api, jalan tol dan jalan kabel;

6. Jalan Umum adalah jalan yang dipergunakan bagi lalu lintas umum;

7. Jalan Khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri;

8. Jalan Nasional merupakan jalan alteri dan jalan kolektor dalam system jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota Kabupaten dalam provinsi, dan jalan strategis nasional serta jalan tol;

9. Jalan Provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan provinsi dengan Kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi;

10. Jalan Kabupaten adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antara pusat pelayanan dan Kabupaten, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil serta menghubungkan antar permukiman yang berada dalam Kabupaten;

11. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.

12. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

13. Nama Jalan adalah kata untuk mempermudah dalam pencarian tempat yang dimaksud;

14. Sarana Umum adalah benda bergerak maupun tidak bergerak yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah daerah dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Maksud pemberian nama jalan dan sarana umum milik Pemerintah Daerah, dalam rangka mengidentifikasi, menertibkan, memberi kemanfaatan setiap potensi sumber daya yang ada;

(2) Tujuan pemberian nama sebagaimana dimaksud pada ayat(1), yaitu sebagai berikut :

a. Memudahkan memperoleh informasi dan transportasi;

b. Penghargaan terhadap jasa seseorang atas perjuangannya pada waktu revolusi fisik maupun pembangunan;

c. Pengawasan aset-aset yang menjadi milik Pemerintah Daerah.

d. mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan jalan

e. mewujudkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan;

f. mewujudkan peran penyelenggara jalan secara optimal dalam pemberian layanan kepada masyarakat;

g. mewujudkan pelayanan jalan yang andal dan prima serta berpihak pada kepentingan masyarakat;

h. mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk mendukung terselenggaranya sistem transportasi yang terpadu;

BAB III

JENIS JALAN DAN SARANA UMUM

Pasal 3

Jenis-jenis jalan menurut statusnya terdiri :

a. Jalan Nasional;

b. Jalan Provinsi;

c. Jalan Kabupaten;

d. Jalan Kota; dan

e. Jalan Desa;

Pasal 4

Jenis-jenis sarana umum terdiri dari :

a. Tempat dan atau gedung Olah Raga;

b. Taman Kabupaten ;

c. Jembatan; d. Gedung Pertemuan; e. Tempat rekreasi; f. Pasar; g. Sarana umum lainnya.

BAB IV

KEWENANGAN PEMBERIAN NAMA JALAN

DAN SARANA UMUM

Pasal 5

(1) Setiap jalan, baik jalan umum maupun jalan khusus dan sarana umum yang berada di bawah kewenangan Pemerintah Daerah harus mempunyai nama.

(2) Pemberian nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD. BAB V

PEMBERIAN NAMA

Pasal 6

Nama Jalan dan Sarana Umum di daerah, yang diusulkan diambil dari:

a. Nama-nama yang mencerminkan dan membangun semangat nasionalisme, kegotong-royongan, persatuan dan kesatuan bangsa;

b. Nama-nama Flora, Fauna, dan Pulau-pulau di Indonesia; Nama Pahlawan baik tingkat Nasional, tingkat Regional maupun tingkat Lokal;

c. Nama-nama tokoh masyarakat yang berjasa dan telah meningggal dunia baik pada masa revolusi fisik maupun pada masa pembangunan;

d. Nama-nama tokoh agama yang berjasa menyebarluaskan agama yang telah meninggal dunia; dan

e. Nama-nama lain yang tidak bertentangan dengan norma kesusilaan, dan ketertiban umum.

BAB VI

TATA CARA PERSETUJUAN PENAMAAN

Pasal 7

a. Pengajuan nama jalan, dan sarana umum milik Pemerintah Kabupaten Gresik ditujukan kepada Bupati;

b. Prosedur dan persyaratan tata cara pengajuan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (2).

BAB VII

TIANG DAN PAPAN NAMA

Pasal 8

Ketentuan tentang bahan, ukuran, warna, tata cara penulisan dan penempatan, tiang, papan/plat nama diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 9

Pembuatan dan pemasangan serta pemeliharaan papan nama yang menjadi kewenangan daerah dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten.

Pasal 10

(1) Pengembang wajib melakukan pemasangan papan nama jalan yang berada di lingkungan komplek perumahan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah jalan dibangun dan/atau difungsikan.

(2) Pembuatan dan pemasangan serta pemeliharaan papan nama jalan yang berada di lingkungan komplek perumahan dibiayai oleh pengembang sebelum fasilitas jalan itu diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

BAB VIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 11

a. Pengembang yang tidak melakukan pemasangan serta pemeliharaan papan nama-nama jalan sebagimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) dipidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau didenda setinggi-tingginya Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

b. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB IX

PENYIDIKAN

Pasal 12

Penyidikan terhadap Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 13

Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, nama-nama jalan dan sarana umum di Kabupaten Gresik yang telah ada tetap berlaku kecuali nama-nama jalan dan sarana umum milik Pemerintah Daerah yang belum ditetapkan dengan Keputusan Bupati harus menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 14

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Gresik.

Ditetapkan di Gresik

pada tanggal

BUPATI GRESIK,

Dr. Ir. H. SAMBARI HALIM RADIANTO, ST., M.Si.

Diundangkan di Gresik

pada tanggal .

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN GRESIK

TTD

Ir. MOCH. NADJIB, MM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN ..

PENJELASANATASPERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIKNOMOR TAHUN 2012TENTANGPEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN DAN SARANA UMUM

I. UMUM.

Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, wilayah negara, dan fungsi masyarakat serta dalam memajukan kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di samping itu jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional.

Keberadaan jalan dan sarana umum merupakan bagian dari perencanaan dalam penataan kota. Para ahli dalam perencanaan kota telah mengingatkan bahwa keberadaan jalan dan sarana umum merupakan salah satu penentu agar suatu kota dapat dikatakan sebagai kota yang Ecopolis atau Humanopolis.

Nama jalan mempunyai implikasi yang besar terhadap hak-hak masyarakat, tujuan pemberian nama jalan dapat memberi kemudahan memperoleh informasi dan transportasi, sebagai Penghargaan terhadap jasa seseorang atas perjuangannya pada waktu revolusi fisik maupun pembangunan, sebagai pengawasan aset-aset yang menjadi milik Pemerintah Daerah, dapat mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan jalan, mewujudkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan, mewujudkan peran penyelenggara jalan secara optimal dalam pemberian layanan kepada masyarakat, mewujudkan pelayanan jalan yang andal dan prima serta berpihak pada kepentingan masyarakat, dan mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk mendukung terselenggaranya sistem transportasi yang terpadu;

Untuk memberikan kerangka dan landasan hukum bagi upaya warga masyarakat di berbagai bidang pembangunan di daerah secara komprehensif dan berkesinambungan, Pemerintah Daerah perlu merumuskan strategi pedoman pemberian nama jalan dan sarana umum untuk dituangkan dalam Peraturan Daerah.

Dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang pedoman pemberian nama jalan dan sarana umum dimaksudkan sebagai arah pedoman dan gambaran pola pikir bagi Pemerintah Daerah dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan pembangunan secara optimal dengan tujuan terwujudnya nama jalan dapat mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum pada semua sektor pembangunan.II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

NASKAH AKADEMIK

INISIATIF DEWAN PERWAKILAN DAERAH KABUPATEN GRESIK

Bekerjasama dengan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JEMBERTAHUN 2012

DAFTRA ISI

Halaman Depan

Daftar Isi...

BAB IPENDAHULUAN.

1.1Latar Belakang.

1.2Identifikasi Masalah

1.3Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik.

1.4Metode

BAB IIKAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIS EMPIRIS

2.1Kajian Teoritis..

2.2Praktek Empiris

BAB IIIEVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

3.1Beberapa Peraturan Perundang-undangan Terkait

3.2Kebijakan Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum

BAB IVLANDASAN FILOSOFIS, LANDASAN YURIDIS, DAN LANDASAN SOSIOLOGIS.

4.1Landasan Filosofis..

4.2Landasan Sosiologis

4.3Landasan Yuridis

BAB VJANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN

5.1Sasaran yang Akan Diwujudkan

5.2Arah dan Jangkauan Pengaturan..

5.3Ruang Lingkup Materi Muatan

BAB VIPENUTUP.

6.1Kesimpulan.

6.2Saran

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Penyusunan Draft Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang Nama jalan dan Sarana Umum dapat diselesaikan sebagai pelaksanaan kerjasama antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gresik dengan Fakultas Hukum Universitas Jember.

Kerjasama pendampingan dalam rangka penyusunan Draft Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Tentang Nama Jalan dan Sarana Umum dilaksanakan berdasarkan kerjasama antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gresik dengan Fakultas Hukum Universitas Jember sebagaimana tertuang dalam nota Kerjasama antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Kabupaten Gresik dengan Fakultas Hukum Universitas Jember Nomor : 027/2 /437.43/2012 dan Nomor : 0712/UN.25.1.1/PS. 5/2012 yang dimulai sejak tanggal 21 Maret sampai dengan 25 April 2012.

Penyusunanan naskah akademik ini dilakukan dengan penelitian dan mencari masukan dari masyarakat luas terutama dari tokoh masyarakat, akademisi, Instansi terkait, serta kalangan pakar di bidangnya. Hal ini dilakukan sebagai proses penyusunan kebijakan publik yang perlu melibatkan secara lebih komprehensif dari pandangan-pandangan masyarakat seluas-luasnya. Lebih lanjut naskah akademik ini akan dilakukan uji publik kembali untuk memantapkan bahwa rumusan norma telah memenuhi rasa keadilan dan kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Gresik.

Naskah laporan pelaksanaan kerjasama ini berisi Draft Naskah Akademik dan dilampiri Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan dan Sarana Umum. Penyusunan Naskah Akademik dimaksud disusun sesuai dengan pedoman penyusunan naskah akademik berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan-Perundang-Undangan.

Pada kesempatan ini Tim pendamping dari Fakultas Hukum Tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ketua DPRD Kabupaten Gresik beserta seluruh jajarannya khususnya Komisi yang membidangi Ranperda tentang Pedoman Pemberian Nama jalan dan sarana umum;

2. Bapak Bambang Wibisono, SH.,MM. selaku Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gresik;

3. Bapak Sutarmo, S.H., MH. Kepala Bagian Humas Dan Perundang-Undangan Sekretariat DPRD Kabupaten Gresik dalam hal ini bertindak sebagai Kuasa Pengguna Anggaran DPRD Gresik;

4. Tokoh masyarakat, serta pihak-pihak yang tak dapat kami sebut satu persatu. yang telah berkenan memberikan sumbang saran pada penyusunan naskah akademik ini.

Tim Pendamping menyadari naskah ini bersifat sebagai panduan dalam pembahasan yang menghantarkan kajian akademis setiap rumusan norma yang akan dituangkan dalam rancangan peraturan daerah tentang Pedoman Pemberian Nama jalan dan sarana umum, karena itu terbuka ruang yang sangat lebar untuk memberikan saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan pada pembahasan selanjutnya.

Semoga Naskah Akademik ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amien.

Jember, 25 April 2012

Tim Pendamping

Fakultas HukumBAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, wilayah negara, dan fungsi masyarakat serta dalam memajukan kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di samping itu jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional.

Secara geografis Kabupaten Gresik terletak di sebelah Barat Laut Kota Surabaya berjarak sekitar 18 km, merupakan kota industri terbesar Jawa Timur, Indonesia. Gresik mempunyai luas wilayah 1191,25 km2 persegi terdiri dari 994,98 km2 persegi luas daratan dan 197,42 km2 persegi luas kepulauan (Bawean) terletak diantara 7-8 derajat lintang selatan dan 112-113 derajat bujur timur. Wilayahnya merupakan daratan rendah dengan ketinggian 2-12 meter diatas permukaan air laut, kecuali kecamatan Panceng dan sebagian Kecamatan Ujung Pangkah yang mempunyai ketinggian 25 meter diatas permukaan air laut serta sepertiga wilayahnya merupakan daerah pesisir pantai yaitu sebagian Kecamatan Kebomas, Kecamatan Gresik, Kecamatan Manyar, Kecamatan Bungah, Kecamatan Ujung Pangkah, Kecamatan Sidayu, Kecamatan Sangkapura dan Tambak.Secara administrasi terbagi atas 18 Kecamatan dan 26 Kelurahan serta 330 desa. Adapun batas wilayah Kabupaten Gresik adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Laut Jawa

- Sebelah Timur : Selat Madura

- Sebelah Selatan : Kodya Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Mojokerto

- Sebelah Barat : Kabupaten Lamongan Sebagai kota penyanggah

Selain itu Kabupaten Gresik juga mempunyai kawasan kepulauan yaitu Pulau Bawean dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Luas wilayah Gresik seluruhnya 1.192,25 Km2 terdiri dari 996,14 Km2 luas daratan ditambah sekitar 196,11 Km2 luas Pulau Bawean. Sedangkan luas wilayah perairan adalah 5.773,80 Km2 yang sangat potensial dari subsektor perikanan laut.

Sebagian besar tanah di wilayah Kabupaten Gresik terdiri dari jenis Aluvial, Grumusol, Mediteran Merah dan Litosol. Curah hujan di Kabupaten Gresik adalah relatif rendah, yaitu ratarata 2.000 mm per tahun sehingga hampir setiap tahun mengalami musim kering yang panjang. Berdasarkan ciriciri fisik tanahnya, Kabupaten Gresik dapat dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:

a.Kabupaten Gresik bagian Utara (meliputi wilayah Panceng, Ujung Pangkah, Sidayu, Bungah, Dukun, Manyar) adalah bagian dari daerah pegunungan Kapur Utara yang memiliki tanah relatif kurang subur (wilayah Kecamatan Panceng). Sebagian dari daerah ini adalah daerah hilir aliran Bengawan Solo yang bermuara di pantai Utara Kabupaten Gresik/Kecamatan Ujungpangkah Daerah hilir Bengawan solo tersebut sangat potensial karena mampu menciptakan lahan yang cocok untuk permukiman maupun usaha pertambakan. Potensi bahanbahan galian di wilayah ini cukup potensial terutama dengan adanya beberapa jenis bahan galian golongan C. Kondisi tanah tidak termasuk Pulau Bawean

b.Kabupaten Gresik bagian Tengah (meliputi wilayah; Duduk Sampeyan, Balong Panggang, Benjeng, Cerme, Gresik, Kebomas ) merupakan kawasan dengan tanah relatif subur. Di wilayah ini terdapat sungaisungai kecil antara lain Kali Lamong, Kali Corong, Kali Manyar sehingga di bagian tengah wilayah ini merupakan daerah yang cocok untuk pertanian dan pertambakan.

c.Kabupaten Gresik bagian Selatan ( meliputi Menganti, Kedamean, Driyorejo dan Wringin Anom) adalah merupakan sebagian dataran rendah yang cukup subur dan sebagian merupakan daerah bukitbukit (Gunung Kendeng). Potensi bahanbahan galian di wilayah ini diduga cukup potensial terutama dengan adanya beberapa jenis bahan galian golongan C, bahan galian yang bukan strategis dan juga bukan vital seperti batu kapur, posphat, dolomit, batu bintang, tanah liat, pasir dan bahan galian lainnya. Sebagian dari bahan golongan C ini telah diusahakan dengan baik, dan sebagian lainnya masih dalam taraf eksplorasi.

d.Kabupaten Gresik Wilayah kepulauan Bawean dan pulau kecil sekitarnya yang meliputi wilayah Kecamatan Sangkapura dan Tambak berpusat di Sangkapura.

Kabupaten Gresik adalah salah satu dari wilayah penyanggah kota Surabaya, selain Sidoarjo, Bangkalan, Mojokerto dan Lamongan.Dimana Kota Surabaya adalah ibu kota sekaligus pusat ekonomi Jawa Timur dan kawasan Indonesia Timur. Keenam wilayah ini dikenal dengan istilah kawasan Gerbangkertosusila. Fungsi wilayah penyanggah bagi Kabupaten Gresik dapat bernilai positif secara ekonomis, jika Kabupaten Gresik dapat mengantisipasi dengan baik kejenuhan perkembangan kegiatan industri Kota Surabaya. Yaitu dengan menyediakan lahan alternatif pembangunan kawasan industri yang representatif, kondusif, dan strategis. Hampir sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai, yaitu sepanjang 140 Km meliputi Kecamatan Kebomas, sebagian Kecamatan Gresik, Kecamatan Bungah dan Kecamatan Ujungpangkah, Sidayu dan Panceng, serta Kecamatan Tambak dan Kecamatan Sangkapura yang berada di Pulau Bawean. Sebagai wilayah pesisir yang juga telah difasilitasi dengan pelabuhan besar, maka Kabupaten Gresik memiliki akses perdagangan regional, nasional bahkan internasional. Keunggulan geografis ini menjadikan Gresik sebagai alternatif terbaik untuk investasi atau penanaman modal.

Dengan fasilitas pelabuhan yang ada, Gresik memiliki potensi akses regional maupun nasional sebagai pintu masuk baru untuk kegiatan industri dan perdagangan untuk kawasan Indonesia Timur setelah Surabaya mengalami kejenuhan. Disamping itu Kabupaten Gresik merupakan kabupaten yang berpengalaman dalam mengelola kegiatan industri besar dan telah memiliki reputasi nasional hingga internasional selama puluhan tahun, seperti industri Semen Gresik dan Petrokimia.

Demikian pula dengan dukungan sarana dan prasarana transportasi darat, seperti; akses jalan tol menuju kota Surabaya, jarak yang relatif dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, jalan beraspal dan angkutan umum keseluruh pelosok wilayah kecamatan, dan sarana transportasi laut yang memadai berupa pelabuhan atau dermaga, Gresik siap menunjang aktivitas berdagangan dalam taraf internasional.

Estimasi pembangunan Kabupaten Gresik untuk lima tahun ke depan sesungguhnya sangat prospektif . Hal tersebut karena adanya dukungan sarana dan prasarana jalan darat yang memadai, seperti; akses jalan tol menuju kota Surabaya, jarak yang relatif dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, jalan beraspal dan angkutan umum ke seluruh pelosok wilayah kecamatan, dan transportasi laut yang memadai dan siap menunjang aktivitas perdagangan dalam taraf internasional.

Perkembangan maju prasarana jalan darat dapat dilihat dari semakin panjangnya kondisi jalan mantap Kabupaten dari hanya 400,59 km saja yang berkondisi mantap (bagus) di tahun 2007, menjadi 357, 57 km dari seluruh jalan kabupaten yang ada di tahun 2009.

Demikian pula, dalam kurun waktu tahun 2006 hingga 2009 telah terjadi perkembangan maju pada kondisi jalan poros desa. Jalan poros desa ini sangat penting karena menghubungkan seluruh pelosok antar desa. Terlihat dalam chart di atas bahwa telah terjadi perkembangan positif terhadap panjang jalan poros desa dari hanya 121.085 km di tahun 2007 hingga menjadi 259,59 km di tahun 2009.

Kabupaten Gresik juga siap go international karena merupakan Kabupaten satu-satunya, di luar Kota Surabaya, yang memiliki pelabuhan khusus kegiatan industri yang dapat digunakan bongkar muat dalam skala besar seperti log dan kayu masak, plywood, bahan baku batu bara/BBM, semen, pupuk, dan hasil industri lainnya serta aktivitas penumpang umum meskipun belum setaraf pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Beberapa pelabuhan atau dermaga yang dimiliki, seperti dermaga milik PT. Petrokimia dapat disandari kapal sampai 40.000 DWT. Dermaga PT. Semen Gresik 10.000 DWT, sedangkan dermaga-dermaga swata lainnya hanya bisa disandari kapal 10.000 DWT ke bawah.

Gresik sebagai bagian integral negara kesatuan juga tidak terlepas dari upaya untuk meningkatkan pembangunan infra struktur termasuk meningkatkan kualitas jalan dan sarana umum.

Sehubungan dengan itu, pemerintah daerah Kabupaten Gresik perlu melakukan berbagai terobosan-terobosan yang bersifat progresif. Berbagai terobosan tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan kualitas sarana umum dan jalan sehingga mampu mendorong aktifitas perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Gresik. Salah satu kebijakan yang harus dan segera untuk ditetapkan adalah Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan dan Sarana Umum. Untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya, Pemerintah Kabupaten Gresik telah menetapkan visi pembangunan Kabupaten Gresik. Visi yang digariskan adalah: Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Kabupaten Gresik harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Dengan bertitik tolak dari fakta sejarah, potensi dan kondisi faktual yang digali dari nilai-nilai luhur yang dianut oleh seluruh komponen stakeholders yang ada di Kabupaten Gresik, maka pernyataan Visi untuk membangun Kabupaten Gresik menuju perubahan yang lebih baik adalah :GRESIK YANG AGAMIS, ADIL, MAKMUR DAN BERKEHIDUPAN YANG BERKUALITASPemahaman atas pernyataan visi tersebut mengandung makna terjalinnya sinergi yang dinamis antara masyarakat, pemerintah kabupaten dan seluruh stakeholders dalam merealisasikan pembangunan Kabupaten Gresik secara terpadu. Secara filosofi visi tersebut dapat dijelaskan melalui makna yang terkandung di dalamnya, yaitu :

1. GRESIK : adalah satu kesatuan masyarakat dengan segala potensi dan sumber dayanya dalam sistem Pemerintahan Kabupaten Gresik. 2. AGAMIS adalah suatu kondisi masyarakat yang hidup dalam sistem tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah hubungan antar manusia dan lingkungannya.3. ADIL adalah perwujudan kesamaan hak dan kewajiban secara proporsional dalam segala aspek kehidupan tanpa membedakan latar belakang suku, agama, ras dan golongan.

4. MAKMUR adalah kondisi kehidupan individu dan masyarakat yang terpenuhi kebutuhannya.

5. BERKEHIDUPAN YANG BERKUALITAS adalah hidup yang sehat dengan berlatarbelakang pendidikan yang sesuai jaman serta pemenuhan pendapatan yang memadai.

Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang diberikannya. Adapun Misi Pemerintah Kabupaten Gresik adalah sebagai berikut :Misi ke-1 :Mendorong tumbuhnya perilaku masyarakat yang sejuk, santun dan saling menghormati dilandasi oleh nilai-nilai agama sesuai dengan simbol Gresik sebagai Kota Wali dan Kota Santri;Misi ke-2 :Meningkatkan pelayanan yang adil dan merata kepada masyarakat melalui tata kelola kepemerintahan yang baik;Misi ke-3 :Mendorong pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat secara merata melalui pengembangan ekonomi lokal, konsep ekonomi kerakyatan dan pembangunan yang berwawasan lingkungan;Misi ke-4 :Meningkatkan kualitas hidup masyarakat

Untuk merealisasikan Misi Pemerintah Kabupaten Gresik, perlu ditetapkan tujuan pembangunan daerah yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Tujuan pembangunan daerah ini ditetapkan untuk memberikan arah terhadap program pembangunan kabupaten secara umum serta dalam rangka memberikan kepastian operasionalisasi dan keterkaitan antara misi dengan program yang telah ditetapkan.

Untuk melaksanakan Misi Mendorong tumbuhnya perilaku masyarakat yang sejuk, santun dan saling menghormati yang dilandasi oleh nilai-nilai agama sesuai dengan simbol Gresik sebagai Kota Wali dan Kota Santri, ditetapkan 1 (satu) tujuan untuk lima tahun ke depan sebagai berikut :

Meningkatnya perilaku masyarakat yang sejuk, santun, saling menghormati dan demokratis.Perilaku masyarakat yang masyarakat yang sejuk, santun dan saling menghormati merupakan harapan setiap warga masyarakat. Kondisi ini selain akan menciptakan kesejahteraan batin bagi masyarakat, juga akan menjadi pendorong proses pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dapat berjalan dengan baik. Sehingga pembinaan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pengamalan nilainilai agama dan moral menjadi sangat penting. Pentingnya pemahaman tentang kehidupan yang yang sejuk, santun dan saling menghormati harus senantiasa diberikan kepada masyarakat.

Untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan ini diukur dengan indikator sebagai berikut :

NoIndikator KinerjaSatuanTarget

20112012201320142015

1Angka kriminalitasKejadian725630540450360

2Kejadian gangguan tramtibkejadian173159145131117

Tujuan Ini selanjutnya akan dijabarkan dalam sasaransasaran yang tergabung dalam urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, urusan kepemudaan dan olah raga, urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, urusan kebudayaan dan urusan sosial.

Untuk melaksanakan Misi Meningkatkan pelayanan yang adil dan merata kepada masyarakat melalui tata kelola kepemerintahan yang baik, ditetapkan 1 (satu) tujuan untuk lima tahun ke depan sebagai berikut :

Terwujudnya pelayanan publik yang adil dan merata.Peran utama pemerintah daerah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam memberikan pelayanannya pemerintah kabupaten harus berupaya memberikan yang terbaik, adil dan merata. Hal ini sesuai dengan filosofi keberadaan pemerintah sebagai pelayan masyarakat sekaligus bentuk komitmen dari setiap kepala daerah yang berjanji akan memberikan pelayanan yang terbaik kepada setiap warganya.

Untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan ini diukur dengan indikator sebagai berikut :

NoIndikator KinerjaSatuanTarget

20112012201320142015

1Persentase unit pelayanan yang melakukan survey IKM%20%40%60%80%100%

2Persentase SKPD yang memiliki Standar Pelayanan Publik (SPP)%20%50%70%90%100%

3Persentase SKPD yang memiliki Standar Pelayanan Minimal (SPM)%0%25%50%75%100%

Tujuan ini selanjutnya akan dijabarkan dalam sasaransasaran yang tergabung dalam urusan pemberdayaan masyarakat dan desa, urusan sosial, urusan perumahan, urusan otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian, urusan kependudukan dan pencatatan sipil, urusan komunikasi dan informatika, urusan pertanahan, urusan penataan ruang, urusan perencanaan pembangunan, urusan statistik, urusan kearsipan dan urusan transmigrasi.

Untuk melaksanakan Misi Mendorong pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat secara merata melalui pengembangan ekonomi lokal, konsep ekonomi kerakyatan dan pembangunan yang berwawasan lingkungan, ditetapkan 1 (satu) tujuan untuk lima tahun ke depan sebagai berikut :

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat.Peningkatan perekonomian daerah merupakan indikator utama dalam usaha mencapai peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meningkatnya perekonomian daerah akan mendorong stabilitas perekonomian daerah. Ketidakstabilan perekonomian daerah akan menyebabkan ekonomi biaya tinggi yang pada akhirnya akan memberikan efek terhadap tingkat pengangguran dan kemampuan daya beli masyarakat. Salah satu tantangan terbesar Pemerintah Kabupaten ke depan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang diikuti dengan pemerataan pendapatan di masyarakat dan penurunan angka pengangguran.

Untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan ini diukur dengan indikator sebagai berikut :

NoIndikator KinerjaSatuanTarget

20112012201320142015

1Pertumbuhan ekonomi%6.646.766.886.997.11

2Pendapatan per kapitaRp11.544.813,7311.997.560,7612.468.062,9512.957.016,5713.465.145,24

3Angka pengangguran%27.2629.3431.3033.1534.89

Tujuan Ini selanjutnya akan dijabarkan dalam sasaransasaran yang tergabung dalam urusan perdagangan, urusan perindustrian, urusan koperasi dan UKM, urusan penanaman modal, urusan pertanian, urusan kehutanan, urusan perikanan dan kelautan, urusan lingkungan hidup, urusan perhubungan, urusan ketenagakerjaan, urusan pariwisata, urusan pekerjaan umum dan urusan energi dan sumber daya mineral.

Untuk melaksanakan Misi Meningkatkan kualitas hidup masyarakat, ditetapkan 1 (satu) tujuan untuk lima tahun ke depan sebagai berikut :Meningkatnya kualitas hidup masyarakat

Meningkatkan kualitas hidup masyarakat adalah tugas utama pemerintah daerah. Kualitas hidup masyarakat diukur dari kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya berupa pendidikan, kesehatan, kesejahteraan keluarga dan ketersediaan pangan. Dengan terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut diharapkan kualitas hidup masyarakat akan meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat.

Untuk mengukur kualitas hidup masyarakat menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dihitung berdasarkan pengukuran indeks pendidikan yang terdiri dari Lama rata-rata masyarakat mengenyam sekolah dan angka melek huruf, indeks kesehatan yang berupa usia harapan hidup masyarakat dan indeks paritas daya beli yang menggambarkan kemampuan masyarakat membelanjakan pendapatannya.

Untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan ini diukur dengan indikator sebagai berikut :

NoIndikator KinerjaSatuanTarget

20112012201320142015

1Indeks Pembangunan Manusiaindeks74.9775.4775.9776.4876.99

Tujuan Ini selanjutnya akan dijabarkan dalam sasaransasaran yang tergabung dalam urusan pendidikan, urusan kesehatan, urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera, urusan perpustakaan dan urusan ketahanan pangan.

Guna mewujudkan visi dan misi tersebut, Pemerintah Kabupaten Gresik senantiasa berusaha mengimplementasikan rencana pembangunan jangka panjang dan jangka menengah. Keberhasilan dari rencana pembangunan tersebut akan dipengaruhi oleh kemampuan pemerintah kabupaten dalam mengelola keuangan daerah. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Gresik juga akan menyusun kebijakan-kebijakan yang strategis, transparan, dan akuntabel dalam pengelolaan keuangan daerah sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Gresik. Salah satu upaya yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Gresik adalah dengan menetapkan Peraturan Daerah tentang Pedoman Pemberian Nama jalan dan sarana umum. Pemerintah Kabupaten Gresik telah menetapkan target bahwa Perda tersebut akan diupayakan seoptimal mungkin untuk segera diundangkan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, yaitu:

1. Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan kemasyarakatan di Kabupaten Gresik, permasalahan apakah yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Gresik dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat?

2. Mengapa diperlukan adanya Rancangan Peraturan Daerah tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum?

3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pedoman Pemberian Nama jalan dan sarana umum?

4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dari Rancangan Peraturan Daerah tentang Pedoman Pemberian Nama jalan dan sarana umum?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik

Sejalan dengan permasalahan yang telah diidentifikasi, tujuan dari penyusunan naskah akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang Pedoman Pemberian Nama jalan dan sarana umum adalah:

1. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Gresik dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

2. Untuk menemukan hal-hal penting yang mendasari perlunya penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pedoman Pemberian Nama jalan dan sarana umum sebagai dasar pemecahan masalah tersebut.

3. Untuk mengetahui landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis atas pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum.

4. Untuk merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dari Rancangan Peraturan Daerah tentang Pedoman Pemberian Nama jalan dan sarana umum.

Sementara itu, kegunaan dari penyusunan naskah akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan dan sarana umum adalah:

1. Sebagai bahan kajian dan dasar penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum; dan

2. Sebagai wujud ekspresi dan peran aktif dari Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang sarana umum dan jalan.

3. Sebagai bentuk penghargaan terhadap nama pahlawan nasional dan tokoh masyarakat yang berperan dalam sejarah Kabupaten Gresik .

1.4 Metode

Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum ini dilakukan dengan mengacu kepada Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan serta praktek penyusunan Naskah Akademik yang selama ini dilakukan di Indonesia, baik di Badan Legislasi DPR RI dan BPHN Kementerian Hukum dan HAM. Metode penelitian untuk menyusun Naskah Akademik ini dilakukan dengan studi literatur. Tipe penelitiannya adalah penelitian hukum (legal research). Untuk memperkuat analisis, dilakukan juga pengumpulan bahan-bahan melalui penelaahan dokumen, pengamatan (observasi), diskusi (Focus Group Discussion), wawancara, mendengar pendapat narasumber atau para ahli, dan lain-lain. Pengertian penelitian hukum (legal research) dalam hal ini adalah penelitian yang dilakukan dengan mengkaji dan menganalisa substansi peraturan perundang-undangan atas pokok permasalahan atau isu hukum dalam konsistensinya dengan asas-asas hukum, teori hukum termasuk pendapat ahli. Beberapa peraturan perundang-undangan dimaksud antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2930);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah keduakalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1974 tentang Perubahan Nama Kabupaten Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3038);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529) ;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalulintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 34Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; dan14. Perundang-undangan terkait lainnya.Dengan penelitian hukum (legal research) maka akan diperoleh preskripsi hukum yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dengan tingkat akurasi kebenaran yang maksimal yang pada gilirannya memberikan nilai dalam rangka pembentukan peraturan daerah. Selain itu, naskah akademik ini disusun dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach). Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan semua regulasi yang bersangkutan dengan peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Pendekatan kasus dilakukan dengan menelaah berbagai kasus Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum

yang terjadi di Indonesia. Pendekatan perundang-undangan tersebut ditopang dengan studi kasus (case study), yakni suatu studi terhadap kasus tertentu menyangkut Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum di daerah.

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIS EMPIRIS

2.1 Kajian Teoritis

Keberadaan jalan dan sarana umum merupakan bagian dari perencanaan dalam penataan kota. Para ahli dalam perencanaan kota telah mengingatkan bahwa keberadaan jalan dan sarana umum merupakan salah satu penentu agar suatu kota dapat dikatakan sebagai kota yang Ecopolis atau Humanopolis.

Peter Hall mengatakan bahwa perencanaan humanopolis adalah kota yang lembut dan manusiawi, dengan menyembuhkan luka-luka yang diakibatkan oleh perlakuan manusia yang sewenang-wenang terhadap alam dan mengolah hubungan antara manusia dan binaan lingkungannya secara akrab. Kebalikan dari kota yang humanopolis adalah kota yang teknopolis. Kota-kota modern yang berorientasi pada pertumbuhan industri manufaktur, jasa dan informasi, merupakan penampilan kota yang teknopolis yaitu kota yang keras, mendewakan teknologi, memerangi alam dan mengerdilkan manusia.

Di antara dua pilihan tersebut maka Pemerintah Kabupaten Gresik akan berkomitmen untuk menjadikan Gresik sebagai kota yang humanopolis. Jadi wajar apabila dikatakan bahwa keberadaan nama jalan dan sarana umum memegang peran yang sangat penting dalam penataan kota di Kabupaten Gresik.

Dalam Pasal 1 angka (12) UU No. 22 tahun 2009 telah disebutkan bahwa jalan adalah seluruh bagian jalan,termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagilalu lintas umum,yang berada pada permukaan tanah,diatas permukaan tanah,dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta diatas permukaan air,kecuali jalanreldan jalankabel.Pengertian tersebut merupakan pengertian normatif tentang jalan. Namun secara umum dapat juga dikatakan bahwa jalan adalah prasarana transportasi yang diperuntukan bagi lalu lintas.

Jalan merupakan salah satu media yang sangat penting dan memiliki peran strategis dalam rangka memperlancar arus lalu lintas. Oleh karena itu, keberadaan jalan secara fisik harus selalu dalam keadaan yang baik. Artinya, jalan tersebut tidak rusak, tidak berlubang, tidak digenangi oleh air dan lain sebagainya. Apabila kondisi jalan dalam keadaan baik (secara fisik) maka lalu lintas akan menjadi lancar. Sebaliknya, kondisi jalan yang rusak jelas merupakan potensi bagi timbulnya kemacetan, terlebih lagi apabila jumlah jalan yang tersedia lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kendaraan. Kemacetan akan menjadi kenyataan dan rutinitas sehari-hari. Menurut Eko Budiharjo dan Sudanti Hardjohubojo kemacetan lalu lintas akan menimbulkan keambrukan lalu lintas.Dengan demikian, beberapa cara untuk mengatasi kemacetan adalah dengan menjaga keadaan fisik jalan dengan baik dan/atau dengan membuat jalan-jalan baru.

Selain hal tersebut, yang tidak kalah pentingnya adalah masalah pemberian nama jalan. Agar menumbuhkan efek positif kepada publik maka pemberian nama jalan juga harus diperhatikan. Pemberian nama jalan dengan tepat merupakan suatu keharusan disamping menjaga kondisi fisik jalan. Bahkan, pemberian nama jalan dengan tepat akan dapat menumbuhkan semangat kebangsaan, kecintaan terhadap tanah air, ataupun menimbulkan emosi-emosi yang positif kepada publik yang mendengar nama jalan tersebut, seperti selalu bersemangat, bekerja keras, ramah, sopan, dan lain sebagainya. Karena itu, pemberian nama jalan dengan tepat merupakan salah satu cara untuk menjaga keadaan jalan supaya baik secara non fisik.

Dengan demikian, agar tidak terjadinya kemacetan di jalan maka yang harus dilakukan adalah pembangunan secara fisik. Sementara itu, untuk memberikan efek positif kepada masyarakat atas keberadaan jalan maka salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan adalah masalah pemberian nama jalan. Masalah pemberian nama jalan ini merupakan pembangunan secara non fisik. Karena itu, jalan harus terjaga secara fisik maupun non fisik agar memberikan efek ganda kepada publik pengguna jalan itu sendiri.

Sejalan dengan itu, persoalan pemberian nama sarana umum juga merupakan persoalan yang bersifat non fisik. Sebagaimana efek dari pemberian nama yang tepat untuk jalan, pemberian nama yang tepat untuk sarana umum juga diharapkan agar dapat memberikan efek positif kepada publik pengguna sarana umum tersebut.

Persoalan non fisik (melalui pedoman pemberian nama jalan dan sarana umum) perlu juga mendapat perhatian karena dengan orientasi fisik semata maka persoalan jalan dan sarana umum sebagai bagaian dari tata ruang akan memiliki makna yang sempit. Sehubungan dengan itu, kiranya perlu disimak pandangan Eko Budiharjo dan Sudanti Hardjohubojo berikut ini:

Tata ruang dan lingkungan hidup mengandung arti yang sangat luas tetapi sekaligus juga seringkali punya konotasi sempit terbatas pada perencanaan dan perancangan fisik semata-mata. Padahal sudah semenjak beberapa tahun yang lampau perencanaan kota dan daerah yang menekankan arti fisik, serba deterministik dan menomorduakan manusia dengan segenap keunikan perilakunya, telah banyak mendapat kecaman.

2.2 Praktek Empiris

Jenis-jenis jalan dan sarana umum akan ditetapkan dalam Rancangan Perda Kabupaten Gresik tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan dan Sarana Umum. Acuan pembagian jenis jalan dan sarana umum didasarkan pada praktek empiris serta peraturan perundang-undangan yang terkait. Adapun pembagan jenis-jenis jalan menurut statusnya terdiri dari:a. Jalan Nasional;

b. Jalan Provinsi;

c. Jalan Kabupaten.

d. Jalan kota dan

e. jalan desa

Sementara itu, jenis-jenis sarana umum terdiri dari:

i. Tempat Olah Raga;

ii. Taman Kabupaten;

iii. Jembatan; iv. Gedung Pertemuan; v. Tempat rekreasi;vi. Pasar; vii. Sarana umum lainnya.

Dalam uraian kajian teoritis telah dikemukakan bahwa pemberian nama jalan dan sarana umum dengan tepat akan dapat menimbulkan efek yang positif bagi pengguna jalan maupun masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, penetapan nama jalan dan sarana umum di Kabupaten Gresik dapat di ambil dari:a. Nama-nama yang mencerminkan dan membangun semangat nasionalisme, kegotong-royongan, persatuan dan kesatuan bangsa.

b. Nama-nama lain yang tidak bertentangan dengan norma kesusilaan, dan ketertiban umum.

c. Nama-nama Flora, Fauna, dan Pulau-pulau di Indonesia;

a. Nama Pahlawan baik tingkat Nasional, tingkat Regional maupun tingkat Lokal;

d. Nama-nama tokoh masyarakat yang berjasa dan telah meningggal dunia baik pada masa revolusi fisik maupun pada masa pembangunan; dan

e. Nama-nama tokoh agama yang berjasa menyebarluaskan agama dan telah meninggal dunia.

Penetapan penggunaan nama dari beberapa hal tersebut di atas di dasari atas pertimbangan sebagai berikut. Pertama, tujuan dari penggunaan nama-nama yang mencerminkan membangun semangat nasionalisme, kegotongroyongan, persatuan dan kesatuan dalam rangka penanaman jiwa dan semangat Pancasila adalah untuk menumbuhkan semangat kebangsaan dan jiwa nasionalisme pada diri masyarakat pada umumnya serta masyarakat Kabupaten Gresik khususnya. Dalam suasana yang majemuk seperti sekarang sangat diperlukan adanya semangat kebangsaan dan jiwa nasionalisme pada masyarakat kita. Tumbuhnya jiwa ini akan menimbulkan semangt berkarya untuk bangsa dan Negara sekaligus menumbuhkan kesadaran untuk saling menghargai dan menghormati setiap orang yang ada di sekitarnya sekalipun dari suku, agama, ras, dan kelompok yang berbeda.

Pancasila sebagai common platform ideologis bangsa Indonesia menghadapai tantangan yang sangat besar terutama pasca reformasi. Euforia reformasi telah menghanyutkan suasana untuk semakin melupakan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Suasana ini semakin subur dengan adanya gelombang globalisasi yang seakan-akan membuat ideologi semakin tidak relevan dalam dunia yang tanpa batas. Azyumardi Azra pernah mengungkapkan bahwa pada satu pihak globalisasi dapat mengakibatkan kebangkrutan banyak ideologi. Jadi, kumulasi reformasi dan globalisasi merupakan tantangan bagi eksistensi Pancasila sebagai common platform ideologis bangsa Indonesia semenjak pasca reformasi dan pada masa-masa yang akan datang.

Wacana internalisasi Pancasila selalu dibicarakan dalam setiap forum akademik, media massa, maupun bahasa sehari-hari di masyarakat. Namun demikian, Pancasila justru semakin termarjinalkan dan tersudutkan. Oleh karena itu, dengan penggunaan nama-nama jalan yang mencerminkan jiwa dan semangat Pancasila diharapkan dapat menjadi salah satu media untuk meng-internalisasi Pancasila dalam setiap gerak kehidupan masyarakat di kabupaten Gresik.Kedua, sehubungan dengan penggunaan nama-nama flora dan fauna tujuannya adalah untuk menumbuhkan kesadaran publik untuk menjaga kelestarian semua jenis flora dan fauna, terlebih lagi jenis flora dan fauna tersebut tengah berada diambang kepunahan atau telah punah sama sekali. Selain itu, penggunaan nama-nama flora dan fauna akan mengarahkan pola pikir dan sikap tindak masyarakat untuk menghargai lingkungan hidup (binatang maupun tumbuh-tumbuhan) sebagai satu kesatuan dalam ekosistem. Intinya adalah menumbuhkan upaya-upaya positif dari masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Menurut Theo Huijbers melestarikan lingkungan berarti memperlakukan benda alam sedemikian rupa sehingga lingkungan hidup (ekosistem) tetap dipertahankan. Artinya, harus tetap dijaga supaya tetap ada air bersih, tanah subur, udara segar. Jangan sampai terjadi polusi lingkungan. Tugas ini juga merupakan tugas penting karena manusia dalam menjalankan hidupnya pertama-tama akan tergantung pada lingkungan hidup. Lebih lanjut Theo Huijbers menegaskan bahwa memelihara lingkungan pertama-tama menyangkut materi dasar segala barang, yakni tanah, air, dan udara. Akan tetapi pemeliharaan bertujuan lebih jauh, yakni melestarikan barang yang hidup, tumbuh-tumbuhan dan binatang, yang merupakan bagian lingkungan hidup manusia juga. Pemeliharaan barang yang hidup menuntut supaya dijaga bahwa lingkungannya cocok dengan kebutuhannya, lagi pula supaya makanan tersedia.

Senada dengan itu, Sutarman dkk. mengatakan bahwa manusia secara alamiah berinteraksi dengan lingkungannya, ia sebagai pelaku dan sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Perlakuan manusia terhadap lingkungannya sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap kehidupannya sendiri. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan, tetapi perlu memelihara lingkungan agar tingkat pemanfaatannya bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan.

Dengan demikian, penggunaan nama-nama jalan dan sarana umum yang berhubungan dengan nama-nama flora dan fauna diharapkan dapat menggugah kesadaran masyarakat Kabupaten Gresik untuk menjaga kelestarian dari flora dan fauna tersebut. Tujuan ini terkait dengan tujuan yang lebih besar yaitu untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Gresik.

Ketiga sehubungan dengan penggunaan nama-nama pahlawan dan nama-nama tokoh masyarakat tujuannya adalah untuk mengenang jasa-jasa yang telah mereka berikan terhadap nusa dan bangsa. Selain itu, agar menumbuhkan keteladanan tentang nilai-nilai kepahlawanan dan ketokohan yang telah mereka tunjukkan. Dan, yang tidak kalah pentingnya, penggunaan nama-nama pahlawan dan nama-nama tokoh masyarakat akan mendorong pemikiran publik untuk mengingat sejarah yang telah diukir oleh para pahlawan maupun tokoh masyarakat tersebut. Misalnya, penggunaan nama jalan Jenderal Soedirman akan mengingatkan sejarah kelahiran TNI, menumbuhkan semangat kebangsaan dan bela negara, serta mengenang jasa-jasa yang telah belaiu berikan selama perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Nama nama tokoh agama yang menyebarluaskan agama yang telah meninggal juga dapat digunakan sebagai nama jalan maka hal ini akan tetap mengingat jasa-jasa para tokoh agama yang menjadikan dan membentuk kabupaten gresik sebagai kabupaten yang agamis dan penuh dengan wali.Keenam, nama-nama jalan yang tidak bertentangan dengan norma kesusilaan, dan ketertiban umum. Norma kesusilaan dan ketertiban umum merupakan suatu asas yang hidup dan berkembang di masyarakat, asas dan norma tersebut menjadi pegangan dan acuan yang diterima dan dikembangkan oleh masyarakat sendiri. Sebagaimana norma positif yang termuat dalam beberapa pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mensyaratkan bahwa semua perbuatan hukum tersebut boleh dilakukan asalkan dibatasi dengan tidak bertentangan dengan asas kesusilaan, ketertiban umum dan Undang-undang.

Sebagai simpul penutup dari penggunaan nama jalan dan sarana umum tersebut adalah masalah penggunaan nama-nama lain yang juga diperbolehkan. Yang terpenting bahwa nama-nama yang akan digunakan tersebut tidak bertentangan dengan kesusilaan.

Pemberian nama jalan bertujuan untuk memudahkan memperoleh informasi dan transportasi, penghargaan terhadap jasa seseorang atas perjuangannya pada waktu revolusi fisik maupun pembangunan, pengawasan aset-aset yang menjadi milik pemerintah daerah, mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan jalan, mewujudkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan, mewujudkan peran penyelenggara jalan secara optimal dalam pemberian layanan kepada masyarakat, mewujudkan pelayanan jalan yang andal dan prima serta berpihak pada kepentingan masyarakat, dan mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk mendukung terselenggaranya sistem transportasi yang terpadu.

Hal ini penting untuk dilakukan karena sangat berhubungan erat dengan kepastian hukum, kependudukan, identifikasi, dan masih banyak lagi. Pengalaman yang ada di kabupaten gresik adalah terdapat daerah yang dikembangkan oleh pengusaha dalam bentuk perumahan masih belum memiliki nama jalan, sehingga pejabat desa tidak dapat mendata dengan benar mengenai kependudukan. Hal ini akan mengurangi hak-hak sebagai warga Negara yang baik apalagi hak dalam bidang politik.

Pemberian nama-nama lain selain yang disebutkan sebelumnya pada dasarnya bertujuan untuk menunjukkan keakraban dengan masyarakat. Di samping itu, penggunaan nama lain ini dapat saja dilakukan dengan maksud untuk menumbuhkan rasa memiliki atas jalan atau sarana umum tersebut. Dengan adanya rasa memiliki maka masyarakat akan menghargai dan terutama akan menggunakan sekaligus merawat jalan maupun sarana umum tersebut dengan baik. Sehubungan dengan hal ini, Eko Budiharjo dan Sudanti Hardjohubojo, ketika membahas arsitektur perkotaan serta pemberian nama atas bangunan-bangunan kuno di tengah perkotaan menyatakan bahwa masyarakat luas sebetulnya cukup peka dan tinggi seleranya terhadap warisan arsitektur di Indonesia. Hal ini tercermin dari pemberian nama julukan pada bangunan-bangunan kuno seperti misalnya Gedung Sate untuk bangunan pemerintah daerah di Bandung dan Lawang Sewu untuk bekas gedung kantor PJKA di Semarang. Lebih lanjut dikatakan bahwa:

Pemberian nick names seperti itu menunjukkan kepedulian serta rasa memiliki yang tebal. Terasa sekali keakraban yang suntuk antara manusia dengan arsitektur dan lingkungannya. Dan karya arsitektur yang sudah menjadi milik masyarakat, biasanya berfungsi pula sebagai tengeran yang sekaligus juga mencitrakan pula identitas kota yang bersangkutan.

Bertolak dari kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Gresik akan berupaya untuk melakukan berbagai langkah-langkah kreatif dalam rangka pemberian nama jalan dan sarana umum dalam rangka menertibkan setiap potensi sumber daya yang ada. Di samping itu, tujuan pemberian nama tersebut adalah:

i. Memudahkan memperoleh informasi dan transportasi;

j. Penghargaan terhadap jasa seseorang atas perjuangannya pada waktu revolusi fisik maupun pembangunan;

k. Pengawasan aset-aset yang menjadi milik Pemerintah Daerah;

l. mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan jalan;

m. mewujudkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan;

n. mewujudkan peran penyelenggara jalan secara optimal dalam pemberian layanan kepada masyarakat;

o. mewujudkan pelayanan jalan yang andal dan prima serta berpihak pada kepentingan masyarakat; dan

p. mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk mendukung terselenggaranya sistem transportasi yang terpadu;

Dengan demikian, persoalan pemberian nama jalan dan sarana umum seyogyanya dikaji kembali seiring dengan perkembangan sosial kemasyarakatan di Kabupaten Gresik. Lebih jauh, persoalan pemberian nama jalan dan sarana umum perlu ditetapkan dalam sebuah Peraturan Daerah Kabupaten Gresik sebagai payung hukum dalam Pemberian Nama Jalan dan Sarana Umum. Pernyusunan Perda tersebut tentunya harus didasari oleh suatu kajian ilmiah dan komprehensif sehingga akan menghasilkan suatu kebijakan yang benar-benar teruji dan mampu mengarah pada peningkatan kemaslahatan masyarakat Kabupaten Gresik. Sejalan dengan itu, Naskah Akademik ini akan memuat kajian ilmiah tentang pemberian nama jalan dan sarana umum di Kabupaten Gresik pada masa-masa yang akan datang.

Dalam rangka kebijakan legislasi daerah tentunya pemerintah daerah harus melakukan kajian yang komprehensif dan mendalam. Hal ini diperlukan karena hasil dari kebijakan legislasi daerah (Peraturan Daerah) akan berlaku dan diterapkan untuk seluruh masyarakat yang berada di wilayah hukum derah tersebut. Antara peraturan daerah yang dibuat oleh pemerintah daerah dibandingkan dengan kebutuhan rakyat dapat diibaratkan bahwa peraturan daerah seperti rumah sedangkan masyarakat setempat adalah orang-orang yang ada dalam rumah tersebut. Oleh karena itu, peraturan daerah harus dibuat seoptimal mungkin supaya rakyat merasa nyaman dan terlindungi oleh Perda tersebut. Keduanya haruslah sinergis. Karena itulah, Pemerintah Daerah Kabupten Gresik akan melakukan kajian yang mendalam tentang substansi hukum yang akan dimuat dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan dan Sarana Umum.

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Sebagaimana diatur dalam pembukaan UUD 1945 menegaskan bahwa tujuan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, antara lain, adalah memajukan kesejahteraan umum. Oleh karena itu, bumi dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 ayat (3). Di samping itu, negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas umum yang layak yang harus diatur dengan undang-undang sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 34 ayat (3) dan ayat (4).

Pemerintah daerah sebagai bagian dari tata pemeritahan yang berwenang untuk mengatur dan melaksanakan rumah tangganya sendiri, berdasarkan pada otonominya tersebut maka pemerintah daerah memiliki bertanggung jawab terhadap masyarakatnya. Sebagai upaya untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat maka pemerintah daerah dapat melakukan penyusunan Peraturan Daerah yang berlandasakan filosofis, sosiologis dan yuridis sebagaimana terakomodir dalam UU No. 32 Tahun 2004, khususnya Pasal 136 Ayat (2) yang menyebutkan bahwa Peraturan Daerah dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah provinsi/ kabupaten/kota dan tugas pembantuan. Selanjutnya, pada Ayat (3) disebutkan bahwa Peraturan Daerah merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah harus merujuk pada ketentuan Pasal 13 dan Pasal 14 UU Pemerintah Daerah, yang masing mengatur urusan wajib dan urusan pilihan daerah provinsi dan urusan wajib dan urusan pilihan daerah kabuipaten/kota.

Mengacu pada ketentuan normatif dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan aturan teknisnya, yaitu Permendagri No 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah. Berdasarkan pasal 1 angka 2 Peraturan Perundangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum (Pasal 1 angka 2 UU No 11 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan LN RI Tahun 2004 Nomor 53)Selanjutnya, pada Pasal 12 UU No. 11 Tahun 2012 dinyatakan bahwa materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Penyusunan naskah akademik tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum mengacu pada kriteria pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang ini mencakup ketentuan umum,ketentuan teknis, kriteria pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sebagaimana diketahui bahwa fungsi jalan tidak terlepas dari struktur kewilayahan sehingga penyelenggaraan jalan pada hakikatnya dimaksudkan untuk mewujudkan perkembangan antar daerah yang seimbang dan pemerataan hasil pembangunan (road infrastructures for all).

Pada tataran teknis operasional pembuatan pedoman nama jalan dan sarana umum merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) suatu kawasan sehingga kriteria yang akan dimunculkan dalam perarutan daerah merupakan perangkat operasionalisasi pemerintah daerah untuk memudahkan dalam mengidentifikasi, mendata, dan menata wilayahnya dengan pemberian nama untuk jalan dan prasana umum.

3.1. Beberapa Peraturan Perundang-undangan Terkait

Dalam Bab I telah disebutkan bahwa dalam rangka pembuatan peraturan daerah tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum telah dapat didata beberapa peraturan perundang-undangan, dari berbagai peraturan perundang-undangan tersebut wajib diperhatikan oleh setiap pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan terkait Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum didaerahnya masing-masing. Peraturan Perundang-Undangan yang dimaksudkan adalah :1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529) ;7. Peraturan Pemerintah Nomor 34Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 tahun 2011 tentang Produk Hukum Daerah.Setiap pemerintah daerah akan merujuk pada norma-norma yang tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan tersebut dalam menyusun atau membuat peraturan daerah tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum. Karena itu, berbagai norma yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan tersebut akan menjadi acuan dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Kabupaten Gresik tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum.3.2 Kebijakan Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum.Perkembangan pembangunan di berbagai sektor yang cukup pesat, dengan disertai laju pertambahan penduduk, pola hidup masyarakat yang moderen, pertumbuhan dan peningkatan ekonomi masyarakat, mengakibatkan mobilitas orang maupun jasa dan barang meningkat pula. Tanggung jawab pemerintah untuk mendorong laju pertumbuhan pembangunan tersebut menuntut keseimbangan penyediaan prasarana dan sarana transportasi yang memadai menjadi sangat penting. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertumbuhan penduduk dan perkembangan kota memberikan dampak langsung terhadap kebutuhan sarana dan prasarana transportasi.

Kebijakan Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta potensi daerah dengan berpedoman pada Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan. Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut maka dapat dikemukakan bahwa kebijakan umum Pedoman Pemberian Nama Jalan Dan Sarana Umum antara lain sebagai berikut:

Pengertian tentang jalan sebagai mana diatur dalam UU No. 38 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, didefinisikan bahwa Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Selanjutnya terkait dengan kegunaan dan spesifikasi jalan terbagi dalam 3 jenis yaitu : 1) Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum; 2). Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri; dan 3). Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol;

Jalan diatur dalam UU No. 38 tahun 2004 ini secara rinci menjelaskan spesifikasi jalan dan aturan yang meliputi keamanan atas jalan, sebagai sarana pendukung transportasi yang berdampak pada pembangunan dan tingkat perekonomian masyarakat. Bertitik tolak dari norma yang ada dalam UU No. 38 tahun 2004, pemerintah daerah dapat mengidentifikasi jenis jalan yang ada diwilayahnya yang kemudian diklasifikasi dan dilakukan pengklusteran untuk dapat diberikan nama sehingga memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mengakses suatu tempat tertentu.

Jalan dan sarana umum tidak terlepas dari adanya sebuah kawasan atau tempat ataupun wilayah, dengan semakin meluasnya suatu wilayah sangat mungkin akan membingungkan bagi pemerintah daerah sendiri maupun bagi masyarakat. Pembagian ruang dalam bentuk kawasan sebagaimana diatur dalam UU maupun PP tentang Rencana Tata Ruang Tata Wilayah adalah untuk memberikan kemudahan bagi pemerintah dalam menentukan peruntukan wilayah atau ruang sehingga sesuai dengan peruntuknnya.

Dengan semakin berkembangan pembangunan wilayah perkotaan maka membutuhkan pendataan dengan membagi dalam bentuk kawasan akan memudahkan bagi pemangku kepentingan dalam melakukan pengawasan, pengidentifikasian dan pendataan baik terhadap peruntukan ruangnya maupun letaknya. Pembagian kawasan adalah sebagai berikut :

Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.

Sehingga pemerintah daerah perlu untuk mengatur keberadaan jalan maupun sarana umum yang ada diwilayahnya, upaya pengaturan oleh pemerintah daerah terkait dengan Pedoman Pemberian Nama jalan dan sarana umum tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahakan kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dan transportasi, secara filosofis Pedoman Pemberian Nama jalan adalah upaya untuk memberikan penghargaan terhadap jasa seseorang atas perjuangannya pada waktu revolusi fisik maupun pembangunan.

Terbitnya Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan Global Warming dan pembangunan berkelanjutan yang harus menjadi salah satu concern utama dalam pembangunan baik di negara maju maupun negara berkembang. Di dalam negeri sendiri, Undang-undang tersebut juga sejalan dengan semakin kritisnya kondisi lingkungan di Indonesia yang ditandai dengan fenomena semakin sering dan besarnya banjir, serta tanah longsor yang melanda hampir seluruh wilayah Indonesia terutama di Pulau Jawa. Dalam rangka merespon hal-hal tersebut, berbeda dengan Undang-undang terdahulu, pada Undang-undang Nomor 26 tahun 2007, muatan terkait dengan isu lingkungan hidup semakin ditekankan. Salah satunya adalah dalam kaitan dengan Perencanaan Ruang Wilayah Kota yang diharuskan memuat rencana penyediaan dan pemanfatan Ruang Terbuka Hijau (RTH).Undang-undang tersebut mencantumkan bahwa setiap kota dalam rencana tata ruang wilayahnya diwajibkan untuk mengalokasikan sedikitnya 30% dari ruang atau wilayahnya untuk RTH, dimana 20% diperuntukan bagi RTH publik yang merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah kota dan digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum, serta 10% diperuntukan bagi RTH private pada lahan-lahan yang dimiliki oleh swasta atau masyarakat. Dilihat dari kondisi lingkungan perkotaan yang semakin menurun, ketentuan dalam Undang-undang Penataan Ruang tersebut sangat tepat. Sudah bukan rahasia lagi bahwa secara umum kondisi lingkungan perkotaan di Indonesia sudah semakin menurun, dimana luasan ruang terbuka hijau semakin lama semakin berkurang dan berubah fungsi menjadi areal-areal komersial yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dibanding dengan RTH. RTH merupakan sarana umumyang dapat diakses oleh masyarakat, disamping itu juga dapat berfungsi sebagai penyerap polutan yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor maupun industry.Undang-Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pengertiannya adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Sedangkan didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1993 menyebutkan bahwa, definisi dari angkutan umum adalah pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan untuk umum dengan dipungut bayaran.

Warpani menyatakan bahwa angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau membayar. Juga dikatakan bahwa yang termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang adalah angkutan kota ( bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air, dan angkutan udara.

Keberadaan angkutan umum bertujuan untuk menyelenggarakan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman, nyaman, cepat dan murah.

Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggungjawab diperlukan kewenangan dan kemampuan untuk menggali potensi sejarah dan budaya daerah masing-masing yang dapat diabadikan dalam penamaan jalan dan sarana umum. Sehubungan dengan itu, maka daerah hendaknya memiliki kewenangan yang luas dan kemampuan yang optimal untuk menggali dan mengembangkan potensi tersebut.

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN DAN SARANA UMUM

4.1 Landasan Filosofis

Perkataan filsafat (philosophy, filosofie) berasal dari dua perkataan dalam bahasa Yunani, yaitu: philia (cinta, love) dan sophia (kebijaksanaan, wisdom). Pada permulaan ia berarti (menunjuk pada) hampir semua penyelidikan yang menuntut upaya intelektual (akal-budi). Pada abad pertengahan, arti dari istilah itu agak menyempit, namun filsafat masih disebut "ratu dari ilmuilmu". Bahkan pada abad ke 17 dan abad ke 18, perkataan itu dipergunakan dalam arti luas. Karya Newton yang utama, misalnya, diberi judul "Mathematical Principles of Natural Philosophy" (Asasasas Matematikal dari Filsafat Alam).

Bertrand Russel berpendapat, bahwa filsafat itu adalah pelopor (pembuka jalan) dari ilmu. Obyek studinya terdiri atas masalahmasalah yang belum dirumuskan secara jelas, dan pada tahap perkembangan itu belum dapat ditelaah oleh ilmu. Namun, segera para filsuf berhasil mengungkapkan (merumuskan) sebuah masalah secara jelas, dan dengan demikian membuka jalan bagi penyelesaian yang memuaskan, maka masalah itu beralih (bergeser) dari lingkungan filsafat ke lingkungan ilmu. Sejumlah penganut positivisme logikal berpendapat bahwa tugas utama seorang filsuf adalah menelaah secara kritis metodemetode yang digunakan dalam ilmuilmu yang ada (yang sudah mapan) untuk dapat menemukan rasionya dan pada akhirnya untuk menyempurnakannya. Menurut pendapat kaum eksistensialis (penganut Eksistensialisme) dewasa ini, tugas dari filsafat adalah untuk merumuskan apa yang mereka sebut "kondisi manusiawi " (the human condition), yakni ciriciri khas dari eksistensi manusia dan pola dasar caracara manusia saling bertautan satu dengan yang lainnya serta dengan dunia. Menurut penganut Filsafat Analitik, aliran yang sekarang dominan di Inggris dan di Amerika, filsafat harus membatasi diri pada analisis bahasa. Kaum Marxist berpendapat, bahwa filsafat untuk sebagian besar terdiri atas ideologiideologi yang dibuat untuk membenarkan (me-yustifikasi) dan mempertahankan kedudukan berkuasa dan hak istimewa (privileges) dari kelompok kelas yang berkuasa. Bagi John Dewey, seorang tokoh utama Pragmatisme, peranan pokok bagi filsuf adalah untuk menganalisis dan menilai masyarakatnya dengan maksud untuk memperbaiki atau menyempurnakannya.

Pengetahuan bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang mencintai pengetahuan bijaksana, karena itu yang mencarinya adalah orang yang mencintai kebenaran. Tentang mencintai kebenaran adalah karakteristik dari setiap filosof dari dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari kebijaksanaan itu, filosof mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya (merenung). Hasil filsafat (berpikir sedalam-dalamnya) disebut filsafat atau falsafah. Filsafat sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.Menurut xe "Brian Thompson"Brian Thompson, secara sederhana pertanyaan: what is a constitution dapat dijawab bahwa a constitution is a document which contains the rules for the the operation of an organization. Organisasi dimaksud beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya. Negara sebagai salah satu bentuk organisasi, pada umumnya selalu memiliki naskah yang disebut sebagai konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Hanya xe "Konstitusi:Inggris"Inggris dan xe "Konstitusi:Israel"Israel saja yang sampai sekarang dikenal tidak memiliki satu naskah tertulis yang disebut Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar di kedua negara ini tidak pernah dibuat, tetapi tumbuh menjadi konstitusi dalam pengalaman praktek ketatanegaraan. Namun para ahli tetap dapat menyebut adanya konstitusi dalam konteks hukum tata negara Inggris.

Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi. Hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power yang merupakan kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang diaturnya. Karena itu, di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi.

Constituent power mendahului konstitusi, dan konstitusi mendahului organ pemerintahan yang diatur dan dibentuk berdasarkan konstitusi. Pengertian xe "Konstitusi:constituent power"constituent power berkaitan pula dengan pengertian hirarki hukum (hierarchy of law). Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan xe "Konstitusi:hukum paling tinggi"paling tinggi serta paling fundamental sifatnya, karena konstitusi itu sendiri merupakan sumber legitimasi atau landasan otorisasi bentuk-bentuk hukum atau peraturan-peraturan perundang-undangan lainnya. Sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan yang tingkatannya berada di bawah xe "Konstitusi:Undang-Undang Dasar"Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan diberlakukan, peraturan-peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi tersebut.

Konstitusi selalu terkait dengan paham konstitusionalisme. xe "Konstitusi:Konstitusionalisme:menurut Walton H. Hamilton"Walton H. Hamilton menyatakan Constitutionalism is the name given to the trust which men repose in the power of words engrossed on parchment to keep a government in order. Untuk tujuan to keep a government in order itu diperlukan pengaturan yang sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan sebagaimana mestinya. Gagasan mengatur dan membatasi kekuasaan ini secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan untuk merespons perkembangan peran relatif kekuasaan umum dalam kehidupan umat manusia.

Konstitusionalisme di zaman sekarang dianggap sebagai suatu konsep yang niscaya bagi setiap negara modern. Seperti dikemukakan oleh xe "C.J. Friedrich"C.J. Friedrich sebagaimana dikutip di atas, constitutionalism is an institutionalized system of effective, regularized restraints upon governmental action. Basis pokoknya adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) di antara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkenaan dengan negara. Organisasi negara itu diperlukan oleh warga masyarakat politik agar kepentingan mereka bersama dapat dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme yang disebut negara. Kata kuncinya adalah konsensus atau general agreement. Jika kesepakatan umum itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi kekuasaan negara yang bersangkutan, dan pada gilirannya perang saudara (xe "civil war"civil war) atau revolusi dapat terjadi. Hal ini misalnya, tercermin dalam tiga peristiwa besar dalam sejarah umat manusia, yaitu revolusi penting yang terjadi xe "revolusi:di Perancis"di Perancis tahun 1789, xe "revolusi:di Amerika"di Amerika pada tahun 1776, dan xe "revolusi:di Rusia"di Rusia pada tahun 1917, ataupun peristiwa besar xe "revolusi:di Indonesia"di Indonesia pada tahun 1945, 1965 dan 1998.

Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern pada umumnya dipahami bersandar pada tiga elemen kesepakatan (consensus), yaitu:

1.Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general acceptance of the same philosophy of government).

2.Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara (the basis of government).

3.Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan (the form of institutions and procedures).

Kesepakatan (consensus) pertama, yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama sangat menentukan tegaknya konstitusi dan konstitusionalisme di suatu negara. Karena cita-cita bersama itulah yang pada puncak abstraksinya paling mungkin mencerminkan kesamaan-kesamaan kepentingan di antara sesama warga masyarakat yang dalam kenyataannya harus hidup di tengah pluralisme atau kemajemukan. Oleh karena itu, di suatu masyarakat untuk menjamin kebersamaan dalam kerangka kehidupan bernegara, diperlukan perumusan tentang tujuan-tujuan atau cita-cita bersama yang biasa juga disebut sebagai falsafah kenegaraan atau staatsidee (cita negara) yang berfungsi sebagai filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa di antara sesama warga masyarakat dalam konteks kehidupan bernegara.

Di Indonesia, dasar-dasar filosofis yang dimaksudkan itulah yang biasa disebut sebagai Pancasila yang berarti lima sila atau lima prinsip dasar untuk mencapai atau mewujudkan empat tujuan bernegara. Lima prinsip dasar Pancasila itu mencakup sila atau prinsip (i) Ketuhanan Yang Maha Esa; (ii) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; (iii) Persatuan Indonesia; (iv) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan; dan (v) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Kelima sila tersebut dipakai sebagai dasar filosofis-ideologis untuk mewujudkan empat tujuan atau cita-cita ideal bernegara, yaitu: (i) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; (ii) meningkatkan kesejahteraan umum; (ii) mencerdaskan kehidupan bangsa; dan (iv) ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian yang abadi, dan keadilan sosial.

Kesepakatan kedua adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi. Kesepakatan atau konsensus kedua ini juga sangat prinsipil, karena dalam setiap negara harus ada keyakinan bersama bahwa apapun yang hendak dilakukan dalam konteks penyelenggaraan negara haruslah didasarkan atas rule of the game yang ditentukan bersama. Istilah yang biasa digunakan untuk itu adalah the rule of law yang dipelopori oleh xe "A.V. Dicey"A.V. Dicey, seorang sarjana Inggris kenamaan. Bahkan di Amerika Serikat istilah ini dikembangkan menjadi jargon, yaitu The Rule of Law, and not of Man untuk menggambarkan pengertian bahwa hukumlah yang sesungguhnya memerintah atau memimpin dalam suatu negara, bukan manusia atau orang.

Istilah The Rule of Law jelas berbeda dari istilah The Rule by Law. Dalam istilah terakhir ini, kedudukan hukum (law) digambarkan hanya sekedar bersifat instrumentalis atau alat, sedangkan kepemimpinan tetap berada di tangan orang atau manusia, yaitu The Rule of Man by Law. Dalam pengertian demikian, hukum dapat dipandang sebagai suatu kesatuan sistem yang di puncaknya terdapat pengertian mengenai hukum dasar yang tidak lain adalah konstitusi, baik dalam arti naskah tertulis ataupun dalam arti tidak tertulis. Dari sinilah kita mengenal adanya istilah xe "constitutional state"constitutional state yang merupakan salah satu ciri penting negara demokrasi modern. Karena itu, kesepakatan tentang sistem aturan sangat penting sehingga konstitusi sendiri dapat dijadikan pegangan tertinggi dalam memutuskan segala sesuatu yang harus didasarkan atas hukum. Tanpa ada konsensus semacam itu, konstitusi tidak akan berguna, karena ia akan sekedar berfungsi sebagai kertas dokumen yang mati, hanya bernilai semantik dan tidak berfungsi atau tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya.

Kesepakatan ketiga adalah berkenaan dengan (a) bangunan organ negara dan prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaannya; (b) hubungan-hubungan antar organ negara itu satu sama lain; serta (c) hubungan antara organ-organ negara itu dengan warga negara. Dengan adanya kesepakatan itu, maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena benar-benar mencerminkan keinginan bersama berkenaan dengan institusi kenegaraan dan mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam kerangka kehidupan negara berkonstitusi (xe "constitutional state"constitutional state). Kesepakatan-kesepakatan itulah yang dirumuskan dalam dokumen konstitusi yang diharapkan dijadikan pegangan bersama untuk kurun waktu yang cukup lama. Para perancang dan perumus konstitusi tid