ptk bahasa indonesia kelas 6 drama

93
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa. Sejarah mencatat tidak ada bangsa yang maju tanpa didukung oleh kemajuan pendidikannya. Melalui pendidikan terjadi proses transformasi ilmu nilai dan teknologi. Oleh karena itu, untuk memajukan suatu bangsa maka hal yang paling utama adalah membenahi sistem pendidikan nasionalnya. Ujung tombak dari keberhasilan pendidikan nasional adalah di sekolah, oleh karena itu pendidikan di sekolah memerlukan perhatian khusus dan perlu kita pahami secara menyeluruh. Hal ini ditujukan agar proses pendidikan di sekolah berjalan efektif artinya siswa benar-benar memperoleh ilmu yang mereka dapatkan di sekolah dan sekaligus nantinya dapat dijadikan bekal hidupnya 1

Upload: harry-kuncahyo

Post on 14-Jul-2016

84 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

ptk bi

TRANSCRIPT

Page 1: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan suatu

bangsa. Sejarah mencatat tidak ada bangsa yang maju tanpa didukung oleh

kemajuan pendidikannya. Melalui pendidikan terjadi proses transformasi ilmu

nilai dan teknologi. Oleh karena itu, untuk memajukan suatu bangsa maka hal

yang paling utama adalah membenahi sistem pendidikan nasionalnya. Ujung

tombak dari keberhasilan pendidikan nasional adalah di sekolah, oleh karena

itu pendidikan di sekolah memerlukan perhatian khusus dan perlu kita pahami

secara menyeluruh. Hal ini ditujukan agar proses pendidikan di sekolah

berjalan efektif artinya siswa benar-benar memperoleh ilmu yang mereka

dapatkan di sekolah dan sekaligus nantinya dapat dijadikan bekal hidupnya

dalam menghadapi tantangan zaman yang bergerak semakin cepat.

Selanjutnya masalah pendidikan ini harus ditangani secara profesional

dengan menerapkan prinsip manajemen pembelajaran yang tepat sesuai

dengan kebutuhan agar siswa nantinya siap untuk menghadapi perkembangan

dan perubahan yang terjadi di masyarakat secara terus menerus, sebagai

akumulasi respon terhadap permasalahan yang terjadi selama ini serta

pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu teknologi serta seni dan

budaya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 yang isinya :

1

Page 2: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU

RI, 2003).

Banyak model pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk

belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan

belajar di kelas. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam

strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif adalah dengan model pembelajaran

Sosio Drama Bermain Peran (AIR).

Suherman (2009) dalam jurnalnya menyatakan bahwa model

pembelajaran AIR terbagi ke dalam tiga bagian :

Model pembelajaran AIR merupakan model yang menerapkan tiga aspek,

yaitu: 1) Auditory: mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,

argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. 2) Intellectually:

menggunakan kemampuan berpikir (minds-on), konsentrasi dan berlatih

menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi,

menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan

menerapkan. 3) Repetition: mengulang, mendalami, memantapkan dengan

cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau berupa kuis. Sebagai model

pembelajaran kontruktivistik, Sosio Drama Bermain Peran (AIR)

menempatkan siswa sebagai pusat perhatian utama dalam kegiatan

2

Page 3: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

pembelajaran melelui tahapan-tahapannya, siswa diberikan kesempatan secara

aktif dan terus menerus membangun sendiri pengetahuannya secara personal

maupun sosial sehingga terjadi perubahan konsep menjadi lebih rinci dan

lengkap.

Dengan Melihat latar belakang diatas, maka penulis akhirnya

mengambil sebah judul “Penerapan Pembelajaran Model Sosio Drama Guna

Meningkatkan Kemampuan anak Dalam Menceritakan Kisah Drama Pendek

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Karang

Pawulang 1”.

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa

permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah Pembelajaran Sosio Drama Bermain Peran berpengaruh terhadap

hasil belajar Bahasa Indonesia Kelas VI SD Negeri Karang Pawulang 1?

2. Seberapa tinggi keberhasilan pelajaran Bahasa Indonesia dengan

diterapkannya metode Pembelajaran Sosio Drama pada siswa kelas VI SD

Negeri Karang Pawulang 1?

C. Tujuan Penelitian

Berdasar atas rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengungkap pengaruh Model Pembelajaran Sosio Drama Bermain

Peran terhadap kreatifitas siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia SD

3

Page 4: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Negeri Karang Pawulang 1.

2. Ingin mengetahui seberapa jauh kreatifitas siswa dalam mata pelajaran

Bahasa Indonesia setelah diterapkannya model pembelajaran sosio drama

bermain peran pada siswa kelas VI SD Negeri Karang Pawulang 1.

D. Pentingnya Penelitian

1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang Model

Pembelajaran Sosio Drama Bermain Peran dalam pembelajaran Bahasa

Indonesiaoleh guru Kelas VI SD Negeri Karang Pawulang 1.

2. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi

belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran

yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.

4. Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk

saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan

belajar.

5. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guruBahasa

Indonesiadalam meningkatkan pemahaman siswa belajarBahasa Indonesia.

6. Sumbangan pemikiran bagi guru Bahasa Indonesia dalam mengajar dan

meningkatkan pemahaman siswa belajar Bahasa Indonesia.

4

Page 5: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Proses Belajar Mengajar Bahasa Indonesia

Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen

atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling

berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,

2000: 5).

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku pada diri individu

berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses

belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,

keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi

bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab

moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam

kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan

anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan

secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar

mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan

guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik

antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses

belajar mengajar (Usman, 2000: 4).

5

Page 6: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Bahasa Indonesia,

proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan

kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program

tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar

mengajar Bahasa Indonesia meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari

perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu

pengajaran Bahasa Indonesia.

B. Metode pembelajaran Sosio drama dan bermain peranan

Sosio drama berasal dari kata Sosio yang artinya masyarakat, dan

darma yang artinya keadaan orang atau peristiwa yang dialami orang, sifat dan

tingkah lakunya, hubungan seseorang, hubungan seseorang dengan orang

lain dan sebagainya.

Bermain peranan artinya memegang fungsi. Sosio drama, dan

bermain peranan dapat dipakaikan sebagai suatu metode dalam mengajar.

Dengan demikian metode sosio drama dan bermain peranan ialah penyajian

bahan dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian

maupun kenyataan. Semuanya berbentuk tingkahlaku dalam hubungan sosio

yang kemudian diminta beberapa orang peserta didik untuk memerankannya.

Jadi kedua metode itu sejalan atau sekali lalu dan karenanya biasa disebut

dengan metode sosio drama saja.

C. Kewajaran Metode Sosio Drama

6

Page 7: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Metode Sosio Drama wajar digunakan dalam rangka mencapai

tujuan-tujuan yang mengandung sifat-sifat sebagai berikut

1. Memahami perasaan orang lain.

2. Membagi pertanggungan jawab dan memikulnya.

3. Menghargai pendapat orang lain.

4. Mengambil keputusan dalam kelompok.

5. Membantu penyesuaian diri dengan kelompok. 6. Memperbaiki

hubungan sosial.

6. Mengenali nilai-nilai dan sikap-sikap.

7. Menanggulangi atau memperbaiki sikap-sikap salah.

D. Kebaikan Metode Sosio Drama

Keuntungan-keuntungan/kebaikan-kebaikan yang diperoleh

dengan melaksanakan metode sosio drama.

1. Untuk mengajar peserta didik supaya is bisa menempatkan dirinya dengan

orang lain.

Dengan sosio drama setiap peserta didik diberi tugas memerankan hal-

hal yang sesuai dengan kemampuannya. Sehingga dalam pelaksanaan

tersebut setiap anak merasa bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya.

Dan pelaksanaan sosio drama selalu sangkut-menyangkut antara satu

peserta didik dengan peserta didik yang lain sehingga dengan cara yang

demikian peserta didik akan merasakan bagaimana perasaan orang lain

yang betul-betul merasakan sesuai dengan yang diperankan.

2. Guru dapat melihat kenyataan yang sebenarnya dari kemampuan peserta

didik.

7

Page 8: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Kalau dalam belajar kadang-kadang guru hanya mengetahui

kemampuan peserta didik dengan jalan observasi saja, sehingga guru tidak

bisa melihat dengan sebenarnya sampai dimana kemampuan peserta

didik dalam memainkan peranan yang dipegangnya.

3. Sosio drama dan permainan peranan menimbulkan diskusi yang hidup.

Sesudah permainan peranan dilaksanakan, ini akan menimbulkan

diskusi yang hidup. Bukan saja bagi permainan peranan tapi juga bagi

penonton. Terutama sekali kalau yang diperankan itu masalah menarik

bagi peserta didik atau masalah yang hangat dibicarakan. Penonton yang

selalu mengikuti permainan peranan bukan saja pasif menerima apa yang

diperankan oleh pemainpemainnya tapi juga mereka akan melakukan

kritik dan saran terhadap kekurangan yang ditemui dalam semua

peranan yang dimainkan.

4. Peserta didik akan mengerti sosial psychologis.

Dalam sosio drama peserta didik tentunya akan berhadapan dengan

masalah yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Tentu saja dalam

pelaksanaannya peserta didik akan memecahkan masalah-masalah yang ada

hubungannya sesama manusia tersebut. Apakah latar belakang kejadian

tersebut Bagaimana cara mengatasinya dan sebagainya.

5. Metode sosio drama dapat menarik minat peserta didik.

Bukan saja karena metode ini merupakan metode yang baru, tapi juga

dalam metode ini peserta didik akan dapat menemui bermacam-macam

pengalaman yang berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari.

8

Page 9: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

6. Melatih peserta didik untuk berinisiatif dan berkreasi.

Dalam metode ini murid-peserta didik dituntut mengeluarkan

pendapatnya pada waktu menyelesaikan drama, dan disamping itu mereka

juga dapat mengembangkan daya fantasinya dalam peran yang

diinginkannya.

E. Kelemahannya

Kelemahan-kelemahan/kekurangan-kekurangan metode sosio drama

adalah sebagai berikut

1. Sukar untuk memilih anak-anak yang betul-betul berwatak untuk

memecahkan masalah tersebut.

Dalam pelaksanaan metode ini peranan yang diperankan oleh tiap-

tiap anak hendaknya betul-betul dilaksanakan seperti apa yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini tentu saja tidak akan bisa

dilaksanakan kecuali oleh peserta didik yang betul-betul berbakat dan

mempunyai watak dalam pemecahan tersebut. Peserta didik yang

demikian sulit mencarinya.

2. Perbedaan adat istiadat kebiasaan dan kehidupan-kehidupan dalam

suatu masyarakat akan mempersulit pelaksanaannya

Dalam sosio drama kadang-kadang perasaan orang lain

tersinggung. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan tersebut di atas.

Walaupun bagaimana baiknya suatu sosio drama dilaksanakan, suatu

pihak mungkin akan tersinggung walaupun banyak yang menyetujui.

Oleh sebab itu guru hendaklah mengawasi jalannya sosio drama tersebut

supaya bersifat netral, sehingga tak satupun

9

Page 10: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

pihak di dalam masyarakat akan tersinggung, sehingga tujuan dari

sosio drama di atas dicapai dengan balk.

3. Anak-anak yang tidak mendapat giliran akan menjadi pasif.

Dalam sosio drama tidak semua dapat diikut sertakan apalagi

peserta didik yang tidak mempunyai watak dan bakat tentang hal itu. Oleh

sebab itu peserta didik yang tidak ikut serta akan pasif saja, karena

tugasnya hanya sekedar mengikuti jalan sosio drama saja.

4. Kalau metode ini dipakainya untuk tujuan yang tidak layak.

Setiap metode yang dipakai ada suatu tujuan yang harus

dicapai terutama sekali tujuan yang berhubungan dengan persoalan

cara bertingkah laku dalam kehidupan kelompok. Oleh sebab itu jangan

dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang bertentangan dengan

tujuan di atas, seperti mendramakan suatu sifat sadis, balas dendam dan

sebagainya.

5. Kalau guru kurang bijaksana tujuan yang dicapai tidak memuaskan.

Untuk mencapai kesuksesan dalam pelaksanaannya ada

langkah-langkah yang harus dituruti oleh peserta didik. Oleh sebab itu guru

harus memberikan pengertian yang mendalam terhadap anak-anak.

Apabila guru tidak memberikan pengertian tentang langkah-

langkah yang harus ditempuh, maka sosio drama akan terlaksana secara

serampangan saja sehingga hasil yang dicapai tidak memuaskan.

F. Langkah-langkah sosio drama

Pelaksanaan sosio drama dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut

1. Persiapan

10

Page 11: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Mempersiapkan masalah situasi hubungan sosial yang akan

diperagakan atau pemilihan tema cerita. Pada kesempatan ini pula

menjelaskan mengenai peranan-peranan yang dimainkan, pelaksanaan sosio

drama/peran dan tugas-tugas bagi mereka yang tidak ikut berperan (penonton).

2. Penentuan pelaku atau pemeran.

Setelah mengemukakan tema cerita serta memberi dorongan kepada

peserta didik-murid untuk bermain peranan, maka diadakanlah penentuan

para pelaku dan menjelaskan bilamana dan betapa harus memulai melakukan

peran. Para pelaku diberi petunjuk atau contoh sederhana agar mereka slap

mental.

3. Permainan sosio drama.

Para pelaku memainkan peranannya sesuai dengan imaginasi atau daya

tanggap masing-masing, sampai pada suatu klimaks tertentu atau suatu titik

kulminasi (puncak) perdebatan yang hangat.

4. Diskusi.

Permainan dihentikan, para pemeran dipersilahkan duduk kembali,

kemudian dilanjutkan dengan diskusi di bawah pimpinan guru yang diikuti oleh

semua peserta didik (kelas). Diskusi berkisar pada tingkah laku para pemeran

dalam hubungannya dengan tema cerita, sehingga terhadirlah suatu

pembicaraan berupa tanggapan, pendapat dan beberapa kesimpulan.

5. Ulangan permainan.

Setelah diskusi selesai dilakukan ulangan permainan atau bermain

peranan ulangan dengan memperhatikan pendapat, saran-saran atau

kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil diskusi.

11

Page 12: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

G. Hal-Hal Yang Patut Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Sosio-Drama

1. Masalah yang dijadikan tema cerita hendaknya dialami oleh sebagian

besar peserta didik-murid.

2. Penentuan pemeran hendaknya secara sukarela dan motivasi dari guru.

3. Jangan terlalu banyak "disutradarai", biarkan peserta didik

mengembang-kan kreatifitas dan spontanitas mereka.

4. Diskusi diarahkan kepada penyelesaian akhir (tujuan), bukan

kepada baik atau tidaknya seseorang peserta didik berperan.

5. Kesimpulan diskusi dapat diresumekan oleh guru.

sosio drama bukanlah sandiwara atau drama biasa, melainkan

H. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif

menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang

mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan

tertentu (Usman, 2000: 28).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu

pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk

aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar,

motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi

dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang

12

Page 13: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang

lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap

dan mengendapkan mateti itu dengan lebih baik.

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk

berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

1. Macam-macam Motivasi

Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu,

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain

sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan

sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).

b. Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain

sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu

atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang

tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000: 29).

I. Prestasi Belajar

Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.

Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik

menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang

dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.

Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai

13

Page 14: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil

pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian

kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang

dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah

siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat

diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan

untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang

diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana

keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa prestasi

belajar Bahasa Indonesia adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan

secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses

belajar mengajar Bahasa Indonesia.

J. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode pembelajaran

Sosio drama dan bermain peranan

Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat

sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar

sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari

materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu

dengan lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah

siswa itu melakukan kegiatan belajar.

14

Page 15: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Sedangkan metode pembelajaran sosio drama dan bermain peranan

adalah suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan dan menuntut

siswa terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

memberikan informasi singkat (Siadari, 2001: 7).

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

motivasi dalam pembelajaran Metode sosio drama dan bermain peranan

tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi

yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang

tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tingi pula. Jadi motivasi akan

senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

K. Materi Bahasa Indonesia Mebaca Naskah Drama

Kamu sering menonton drama di televisi, bukan? Menonton drama memang

mengasyikkan. Kalau kamu menonton dengan saksama, dengan mudah kamu

akan dapat menceritakan isi drama yang kamu tonton.

Ada cara mudah untuk memahami isi sebuah drama. Ikutilah langkah-langkah

berikut.

1. Kenali tokoh-tokoh beserta perwatakannya.

2. Pahami permasalahan yang muncul.

2. Pahami jalan keluar yang dilakukan tokoh-tokoh dalam mengatasi

permasalahan tersebut.

15

Page 16: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Sekarang, mari mencoba memahami isi drama pendek melalui kegiatan-

kegiatan berikut.

Simaklah drama yang diperagakan teman-temanmu berikut!

Ikrar

Bel tanda istirahat kedua berbunyi. Anak-anak berhamburan ke luar dari

kelas. Ada yang ke kantin, ada pula yang bermain-main di halaman. Ratna,

Via, Meilani menuju kursi panjang di halaman sekolah. Mereka duduk santai

sambil mengobrol. Ratna : ”Me, sebentar lagi kita akan meninggalkan sekolah

ini!”

Mei : ”Iya, ya. Sebentar lagi kita tidak akan melihat senyum ramah Pak Roni

dan sapaan lembut Bu Lidya.”

Ratna : ”Aku sedih, Me. Rasanya berat meninggalkan sekolah ini.” (tertunduk

lesu dengan mata berkaca-kaca).

Mei : (merangkul pundak Ratna) ”Sama, Rat. Aku, Via, dan teman-teman

yang lain juga begitu. Tapi kita tidak boleh cengeng.”

Via : (merentangkan kedua tangan di depan Ratna) ”Aduh... Tuan Putri,

kenapa bersedih? Adakah sesuatu yang mengganggu pikiranmu, Tuan Putri?”

Mei : ”Jangan meledek begitu, Vi! Ini masalah serius.”

Via : ”Ya...ya, aku juga serius. Ada apa teman?”

Ratna : ”Aku sedih karena sebentar lagi kita akan meninggalkan sekolah

tercinta ini.”

16

Page 17: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Via : ”Sedih sih sedih. Tapi kita harus berpikir ke depan. Bagaimana cara

kita membanggakan hati Bapak/Ibu Guru di sekolah yang kita cintai ini. Itu

yang perlu kita pikirkan.”

Mei : ”Caranya gimana, coba?”

Via : ”Kita harus bisa masuk di sekolah favorit! Makin banyak siswa SD kita

yang diterima di sekolah favorit, makin banggalah Bapak/Ibu Guru. Nama SD

kita pun makin cemerlang.”

Ratna : (mengangkat muka) ”Via benar. Kita harus berpandangan ke depan”.

Mei : ”Nah, begitu dong. Mulai sekarang, mari kita tingkatkan semangat

belajar! Kita harus bisa masuk sekolah favorit!”

Ratna : ”Kita harus bisa membanggakan Bapak/Ibu Guru!”

Via : ”Sekarang, mari kita berikrar.” (Menggandeng tangan Ratna dan Mei.

Mereka saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran).

Ratna : ”Ikrar! Kami akan terus mencintai sekolah ini.”

Mei : ”Kami akan berusaha diterima di sekolah favorit.”

Via : ”Kami akan berusaha menjadi yang terbaik di sekolah baru.”

Ratna : ”Agar Bapak/Ibu Guru bangga pada kami.”

Ratna+Via+Mei : (Melepaskan gandengan lalu bertepuk tangan sambil

bersorak) ”Hore ...”

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!

1. Siapakah yang mengobrol di halaman sekolah?

2. Masalah apa yang mereka bicarakan?

3. Bagaimana tekad mereka untuk membanggakan hati Bapak/Ibu Guru?

4. Bagaimana komentarmu terhadap tekad Ratna, Mei, dan Via?

17

Page 18: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

5. Apa yang seharusnya dilakukan anak yang hendak lulus terhadap

sekolahnya?

Perhatikan penggunaan tanda baca titik dua (:) di bawah ini!

Ratna : ”Me, sebentar lagi kita akan meninggalkan sekolah ini.”

Mei : ”Iya, ya. Sebentar lagi kita tidak akan melihat senyum ramah Pak Roni

dan sapaan lembut Bu Lidya.”

Ratna : ”Aku sedih, Me. Rasanya berat meninggalkan sekolah ini.” (tertunduk

lesu dengan mata berkaca-kaca).

Tanda baca titik dua (:) di atas digunakan sesudah kata yang menunjukkan

pelaku dalam percakapan.

Selain itu, tanda titik dua (:) juga digunakan sebagai berikut.

1. Pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti pemerian atau rangkaian.

Contoh: Rina membeli peralatan sekolah: buku, tas, pensil, penggaris, dan

pulpen.

2. Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.

Contoh: Surat Al Baqarah:11

3. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Contoh:

Ketua : Edi Wuryanta

Sekretaris : Indri Widiastuti

Bendahara : Evarina K.

18

Page 19: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian

ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu

teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8)

mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai

penelitia; (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d)

administrasi social eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,

penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian

tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru

19

Page 20: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran

peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,

sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data

yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat

di SDN Karang Pawulang 1 Kota Bandung.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret s.d

April 2011 semester genap 2011/2012.

No Jadwal kegiatan Maret April Mei1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan awal sampai penyusunan proposal

2 Persiapan instrument dan alat3 Pegumpulan data

penulis mengadakan penelitian dengan metode dokumentasi yaitu dengan mencari nilai raport dan nilai

20

Page 21: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

ulangan harian siswa. penulis mengadakan

penelitian yaitu siklus I penulis mengadakan

penelitian siklus II penulis mengadakan

penelitian siklus III4 Analisis data5 Penyusunan Laporan

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas Via SD Negeri Karang

Pawulang 1 Kota Bandung tahun pelajaran 2011/2012.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat

reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan

rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki

kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,

2003: 3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2003: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian

yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki

kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk

memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan,

21

Page 22: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di

kalangan guru (Mukhlis, 2003: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke

siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada

siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,

dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan

yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian

tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:

22

Page 23: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil

atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran aktif model Sosio

Drama Bermain Peran.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3,

dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang

sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes

formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan

untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

23

Page 24: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-

masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,

tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu

proses pengumpulan data hasil eksperimen.

4. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Bahasa

Indonesia pada yang telah dipelajari selama ini. Tes formatif ini diberikan

setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda

(objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 50 soal yang telah diujicoba,

kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji

validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk

memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil

data. Langkah-langkah analisi butir soal adalah sebagai berikut:

a. Validitas Tes

24

Page 25: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk

mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat

ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan

ini dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:

(Suharsimi Arikunto, 2001: 72)

Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment

N : Kumlah peserta tes

ΣY : Jumlah skor total

ΣX : Jumlah skor butir soal

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal

b. Reliabilitas

Relaiabilitas butir sola dalam penelitian ini menggunakan rumus

belah dua sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 20001: 93)

Dengan: r11 : Koefisien reliabilatas yang sudah disesuaikan

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari

harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliable.

c. Taraf Kesukaran

25

Page 26: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal

adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan

taraf kesukaran adalah:

(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)

Dengan: P : Indeks kesukaran

B : banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai

berikut:

- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)

Dimana:

D : Indeks diskriminasi

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

26

Page 27: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir

soal sebagai berikut:

- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan metode pembelajaran aktif model meninjau kesulitan

pada materi pelajaran, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh

dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk

27

Page 28: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa

selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yan gdiperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga

diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunju pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar

bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar

bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih

dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan

belajar digunakan rumus sebagai berikut:

28

Page 29: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

3. Untuk lembar observasi

a. Lembar observasi pengelola metode pembelajarn koooperatif model

Sosio Drama Bermain Peran .

Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran

kooperatif model Sosio Drama Bermain Peran digunakan rumus sebagai

berikut :

X =

Dimana P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2

b. Lembar observasi aktifitas guru dan siswa

Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan

rumus sebagai berikut :

% = x 100 % dengan

X = =

Dimana : % = Presentase pengamatan

X = Rata-rata

∑ x = Jumlah rata-rata

P1 = Pengamat 1

P2 = Pengamat 2

29

Page 30: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data

observasi berupa pengamatan pengelolaan metode belajar aktif model sosio drama

bermain peran dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran,

dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.

Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang

betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat

validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan

pengelolaan metode belajar aktif model sosio drama bermain peran yang

digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode belajar aktif model sosio

drama bermain peran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data

pengamatan aktivitas siswa dan guru.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa

setelah diterapkan metode belajar aktif model sosio drama bermain peran.

A. Analisis Item Butir Soal

30

Page 31: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian

berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan

dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes

yang dilakukan meliputi:

1. Validitas

Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes

sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari

perhitungan 50 soal diperoleh 20 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil

dari validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa

Soal Valid Soal Tidak Valid

5, 6, 7, 9, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 27,

28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40,

41, 42, 43, 44, 45

1, 2, 3, 4, 8, 10, 11, 15, 16,

18, 20, 22, 24, 38, 39, , 46,

47, 48, 49, 50

2. Reliabilitas

Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya.

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 754.

Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N =

27) dengan r (95%) = 0,381. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan

telah memenuhi syarat reliabilitas.

3. Taraf Kesukaran (P)

31

Page 32: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran

soal. Hasil analisis menunjukkan dari 50 soal yang diuji terdapat:

- 25 soal mudah

- 15 soal sedang

- 10 soal sukar

4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan

soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

yang berkemampuan rendah.

Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkteriteria

jelek sebanyak 18 soal, berkriteria cukup 22 soal, berkriteria baik 8 soal, dan

yang berkriteria tidak baik 2 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang

digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf

kesukaran, dan daya pembeda.

B. Analisis Hasil Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I

dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2011 di kelas VIa dengan jumlah

32

Page 33: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

siswa 44 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksaaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil

penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I

No Aspek yang diamatiPenilaian Rat

a-rata

P1 P2

I

Pengamatan KBMA.Pendahuluan

1. Memotivasi siswa2. Menyampaikan tujuan pembelajaran3. Menghubungkan dengan pelajaran

sebelumnya 4. Mengatur siswa dalam kelompok-

kelompok belajar

22

22

22

B. Kegiatan inti1. Mempresentasikan langkah-langkah

metode pembelajaran kooperatif 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Melatih keterampilan kooperatif 4. Mengawasi setiap kelompok secara

bergiliran 5. Memberikan bantuan kepada kelompok

yang mengalami kesulitan

3

33

3

3

33

3

3

33

3

C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi

33

33

33

II Pengelolaan Waktu 2 2 2

IIIAntusiasme Kelas

1. Siswa antusias2. Guru antisias

23

23

23

Jumlah 32 32 32

33

Page 34: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Keterangan : Nilai : Kriteria

1) : Tidak Baik

2) : Kurang Baik

3) : Cukup Baik

4) : Baik

Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan

kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan

pembelajaran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek

yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan

yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi

dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.

Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa

seperti pada tabel berikut :

Tabel 3

Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I

No Aktivitas Guru yang diamati Presentase

123456789

Menyampaikan tujuanMemotivasi siswaMengkaitkan dengan pelajaran sebelumnyaMenyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategiMenjelaskan materi yang sulitMembimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsepMeminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatanMemberikan umpan balikMembimbing siswa merangkum pelajaran

5,08,38,36,713,321,710,018,38,3

No Aktivitas siswa yang diamati Presentase 123

Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guruMembaca bukuBekerja dengan sesama anggota kelompok

22,511,518,7

34

Page 35: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

456789

Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guruMenyajikan hasil pembelajaranMenyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ideMenulis yang relevan dengan KBMMerangkum pembelajaranMengerjakan tes evaluasi

14,42,95,28,96,98,9

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang

paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa

dalam menemukan konsep, yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang

presentasinya cukup besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi, tanya

jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar

13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah

mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5 %. Aktivitas

lain yang presentasinya cukup besar adalah bekerja dengan sesama

anggota kelompok, diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru, dan

membaca buku yaitu masing-masing 18,7 % 14,4 dan 11,5%.

Pada siklus I, secaraa garis besar kegiatan belajar mengajar dengan

metode pembelajaran model sosio drama bermain peran sudah

dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup

dominanuntuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model

tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.

Table 4

Distribusi Nilai Tes Pada Siklus I

No Namasiswa Skor Keterangan

T TT1 Amel Daniela 70 √

2 Salsabila Sofa 70 √

35

Page 36: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

3 Melinda AP 30 √

4 Nadin Savira 80 √

5 Fauzia Nurhaliza 100 √

6 Dzikrifa Dingtyas 60 √

7 Yasfiaka Diah 80 √

8 Alif Nurhayati 30 √

9 Anisa Ramdhiani 50 √

10 Intan Widya 80 √

11 Namura Harun 70 √

12 Shasa Safira 60 √

13 Aisya Sifaru 90 √

14 Dwijaya Safira 80 √

15 Melinda Hasbyi 80 √

16 Mutia Rizky 80 √

17 Nadira Auliya 70 √

18 Rafa Zihan 60 √

19 Kurnia Puspitasari 70 √

20 Muhamad Mustofa 40 √

21 Aria Durga 80 √

22 Lamor Anandika 70 √

23 Muamad Ibror 80 √

24 Aman Abadi 40 √

25 Fikri Lutha 30 √

26 Muhamad Rico 70 √

36

Page 37: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

27 Naufal Rahman 70 √

28 Ahmad Fikri 70 √

29 Muahamad Farhan 60 √

30 Dika Eka Yudistira 70 √

31 Didin Ahmad Maulana 80 √

32 Rizaldy MA 70 √

33 Teby Perkasa Nasuha 50 √

34 Febi Ariany 30 √

35 Adrian Friananto 30 √

36 Ahmad Fadly 70 √

37 Hadian Dwi Nugroho 80 √

38 Nurjihan Hanifah 70 √

39 Shabira 70 √

40 Dina Yusri 80 √

41 Dadang Putra Pratama 60 √

42 Safira Nurul Cahyani 70 √

43 Jaka Ihsam Setiadi 80 √

44 Jajang Rahmat 100 √

Jumlah 2930 30 14

Skor Maksimal Ideal 4400

Jumlah Skor Tercapai 2930

Skor Rata-rata 66,59

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

37

Page 38: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Jumlah siswa yang tuntas : 30

Jumlah siswa yang belum tuntas : 14

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

66,59

30

68,18

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

metode pembelajaran dengan Sosio Drama Bermain Peran diperoleh

nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 66,59 dan ketuntasan belajar

mencapai 68,18% atau ada 30 siswa dari 44 siswa sudah tuntas belajar.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal

siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65

hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang

dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih

merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan

guru dengan menerapkan metode pembelajaran dengan Sosio Drama

Bermain Peran.

c. Refleksi

38

Page 39: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh

informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu

3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.

d. Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih

terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada

siklus berikutnya.

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas

dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak

untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan

menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi

catatan

3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa

sehingga siswa bisa lebih antusias.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap inipeneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

39

Page 40: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 3 April 2011 di kKelas VI dengan jumlah

siswa 44 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga keslah atau kekurangan

pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada

siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 5

Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II

No Aspek yang diamatiPenilaian Rat

a-rata

P1 P2

I Pengamatan KBMD.Pendahuluan

1. Memotivasi siswa2. Menyampaikan tujuan pembelajaran3. Menghubungkan dengan pelajaran

sebelumnya 4. Mengatur siswa dalam kelompok-

kelompok belajar

33

34

33,5

E. Kegiatan inti1. Mempresentasikan langkah-langkah

metode pembelajaran kooperatif 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 2. Melatih keterampilan kooperatif 3. Mengawasi setiap kelompok secara

bergiliran

344

4

3

444

4

3

3,544

4

3

40

Page 41: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

4. Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan

A.Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman2. Memberikan evaluasi

34

44

3,54

II Pengelolaan Waktu 3 3 2

IIIAntusiasme Kelas

1. Siswa antusias2. Guru antisias

44

34

3,54

Jumlah 41 43 42Keterangan : Nilai : Kriteria

1) : Tidak Baik

2) : Kurang Baik

3) : Cukup Baik

4) : Baik

Dari tabel di atas, tanpak aspek-aspek yang diamati pada

kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru

dengan menerapkan metode pembelajaran model sosio drama bermain

peran mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat.

Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun

demikian penilaian tesebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk

itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk

penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek

tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan

metode pembelajarn model sosio drama bermain peran, diharapkan

siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan

41

Page 42: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami

tentang apa ynag telah mereka lakukan.

Berikut disajikan hasil observasi akivitas guru dan siswa :

Tabel 6

Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II

No Aktivitas Guru yang diamati Presentase123456

7

89

Menyampaikan tujuanMemotivasi siswaMengkaitkan dengan pelajaran sebelumnyaMenyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategiMenjelaskan materi yang sulitMembimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsepMeminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatanMemberikan umpan balikMembimbing siswa merangkum pelajaran

6,76,76,711,711,725,0

8,2

16,66,7

No Aktivitas siswa yang diamati Presentase 123456789

Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guruMembaca bukuBekerja dengan sesama anggota kelompokDiskusi antar siswa/ antara siswa dengan guruMenyajikan hasil pembelajaranMenyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ideMenulis yang relevan dengan KBMMerangkum pembelajaranMengerjakan tes evaluasi

17,912,121,013,84,65,47,76,710,8

Berdasarkan tabel I di atas, tampak bahwa aktifitas guru yang

paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa

dalam menentukan konsep yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus

I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami

penurunan adalah memberi umpan balik/evaluasi/ Tanya jawab (16,6%),

mnjelaskan materi yang sulit (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan

42

Page 43: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan membimbing siswa merangkum

pelajaran (6,7%).

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada

siklus II adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (21%).

Jika dibandingkan dengan siklus I, aktifitas ini mengalami peningkatan.

Aktifitas siswa yang mengalami penurunan adalah mendengarkan/

memperhatikan penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa/ antara

siswa dengan guru (13,8%), menulis yang relevan dengan KBM (7,7%)

dan merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktifitas siswa yang

mengalami peningkatan adalah membaca buku (12,1%), menyajikan

hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide

(5,4%), dan mengerjakan tes evaluasi (10,8%)

Table 7

Distribusi Nilai Tes Pada Siklus II

No Namasiswa Skor Keterangan

T TT1 Amel Daniela 70 √

2 Salsabila Sofa 80 √

3 Melinda AP 50 √

4 Nadin Savira 80 √

5 Fauzia Nurhaliza 100 √

6 Dzikrifa Dingtyas 70 √

7 Yasfiaka Diah 90 √

8 Alif Nurhayati 40 √

9 Anisa Ramdhiani 70 √

43

Page 44: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

10 Intan Widya 60 √

11 Namura Harun 70 √

12 Shasa Safira 80 √

13 Aisya Sifaru 70 √

14 Dwijaya Safira 80 √

15 Melinda Hasbyi 80 √

16 Mutia Rizky 40 √

17 Nadira Auliya 70 √

18 Rafa Zihan 60 √

19 Kurnia Puspitasari 80 √

20 Muhamad Mustofa 80 √

21 Aria Durga 80 √

22 Lamor Anandika 80 √

23 Muamad Ibror 70 √

24 Aman Abadi 60 √

25 Fikri Lutha 40 √

26 Muhamad Rico 70 √

27 Naufal Rahman 80 √

28 Ahmad Fikri 80 √

29 Muahamad Farhan 80 √

30 Dika Eka Yudistira 80 √

31 Didin Ahmad Maulana 80 √

32 Rizaldy MA 90 √

33 Teby Perkasa Nasuha 80 √

44

Page 45: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

34 Febi Ariany 70 √

35 Adrian Friananto 50 √

36 Ahmad Fadly 80 √

37 Hadian Dwi Nugroho 70 √

38 Nurjihan Hanifah 90 √

39 Shabira 70 √

40 Dina Yusri 30 √

41 Dadang Putra Pratama 80 √

42 Safira Nurul Cahyani 80 √

43 Jaka Ihsam Setiadi 90 √

44 Jajang Rahmat 100 √

jumlah 3200 34 10

Skor Maksimal Ideal 4400

Jumlah Skor Tercapai 3200

Skor Rata-rata 72,73

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 34

Jumlah siswa yang belum tuntas : 10

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 7

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

45

Page 46: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

No Uraian Hasil Siklus II

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

72,73

34

77,27

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 72,73% dan ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada 34

siswa dari 44 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa

pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami

peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil

belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap

akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan

berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga

sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru

dengan menerapkan metode pembelajaran dengan sosio drama bermain

peran.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari

hasil pengamatan sebagai berikut:

1) Memotivasi siswa

2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

3) Pengelolaan waktu

d. Revisi Rancangan

46

Page 47: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan

pada siklus II antara lain:

1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa

lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.

2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan

takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau

bertanya.

3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep.

4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi

soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan

belajar mengajar.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 15 April 2011 di kelas VI dengan jumlah

siswa 44 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

47

Page 48: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus II tidak terulang laig pada siklus III.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada

siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 8

Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III

No Aspek yang diamatiPenilaian Rat

a-rata

P1 P2

I Pengamatan KBMA. Pendahuluan

1. Memotivasi siswa2. Menyampaikan tujuan pembelajaran3. Menghubungkan dengan pelajaran

sebelumnya 4. Mengatur siswa dalam kelompok-

kelompok belajar

34

34

34

B. Kegiatan inti1. Mempresentasikan langkah-langkah

metode pembelajaran kooperatif 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Melatih keterampilan kooperatif 4. Mengawasi setiap kelompok secara

bergiliran 5. Memberikan bantuan kepada kelompok

yang mengalami kesulitan

4

4443

4

4433

4

44

3,53

C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat

rangkuman2. Memberikan evaluasi

44

44

44

48

Page 49: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

II Pengelolaan Waktu 3 3 3III Antusiasme Kelas

1. Siswa antusia2. Guru antisias

44

44

44

Jumlah 45 44 44,5

Keterangan : Nilai : Kriteria

1 : Tidak Baik

2. : Kurang Baik

3. : Cukup Baik

4. : Baik

Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada

kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru

dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Sosio

Drama Bermain Peran mendapatkan penilaian cukup baik dari

pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.

Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode

pembelajaran model sosio drama bermain peran diharapkan dapat

berhasil semaksimal mungkin.

Tabel 9

Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus III

No Aktivitas Guru yang diamati Presentase123456

Menyampaikan tujuanMemotivasi siswaMengkaitkan dengan pelajaran sebelumnyaMenyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategiMenjelaskan materi yang sulitMembimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep

6,76,710,713,310,022,6

49

Page 50: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

7

89

Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatanMemberikan umpan balikMembimbing siswa merangkum pelajaran

10,0

11,710,0

No Aktivitas siswa yang diamati Presentase123456789

Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guruMembaca bukuBekerja dengan sesama anggota kelompokDiskusi antar siswa/ antara siswa dengan guruMenyajikan hasil pembelajaranMenyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ideMenulis yang relevan dengan KBMMerangkum pembelajaranMengerjakan tes evaluasi

20,813,122,115,02,94,26,17,38,5

Berdasarkan tabel diatas tampak bahaw aktivitas guru yang

paling dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati

siswa dalam menemukan konsep yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas

menjelaskan materi yang sulit dan memberi umpan balik/evaluasi/tanya

jawab menurun masing-masing sebesar (10%), dan (11,7%). Aktivitas

lain yang mengalami peningkatan adalah mengkaitkan dengan pelajaran

sebelumnya (10%), menyampiakan materi/strategi /langkah-langkah

(13,3%), meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan

(10%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (10%). Adapun

aktivitas ynag tidak menglami perubahan adalah menyampaikan tujuan

(6,7%) dan memotivasi siswa (6,7%).

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada

siklus III adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu

(22,1%) dan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (20,8%),

aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa

50

Page 51: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

(13,1%) dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru (15,0%).

Sedangkan aktivitas yang lainnya mengalami penurunan.

Table 10

Distribusi Nilai Tes Pada Siklus III

No Namasiswa Skor Keterangan

T TT1 Amel Daniela 80 √

2 Salsabila Sofa 70 √

3 Melinda AP 50 √

4 Nadin Savira 70 √

5 Fauzia Nurhaliza 70 √

6 Dzikrifa Dingtyas 90 √

7 Yasfiaka Diah 70 √

8 Alif Nurhayati 60 √

9 Anisa Ramdhiani 90 √

10 Intan Widya 90 √

11 Namura Harun 70 √

12 Shasa Safira 80 √

13 Aisya Sifaru 80 √

14 Dwijaya Safira 90 √

15 Melinda Hasbyi 50 √

16 Mutia Rizky 80 √

17 Nadira Auliya 90 √

51

Page 52: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

18 Rafa Zihan 60 √

19 Kurnia Puspitasari 80 √

20 Muhamad Mustofa 70 √

21 Aria Durga 90 √

22 Lamor Anandika 80 √

23 Muamad Ibror 70 √

24 Aman Abadi 80 √

25 Fikri Lutha 60 √

26 Muhamad Rico 80 √

27 Naufal Rahman 90 √

28 Ahmad Fikri 70 √

29 Muahamad Farhan 90 √

30 Dika Eka Yudistira 80 √

31 Didin Ahmad Maulana 70 √

32 Rizaldy MA 80 √

33 Teby Perkasa Nasuha 90 √

34 Febi Ariany 60 √

35 Adrian Friananto 90 √

36 Ahmad Fadly 90 √

37 Hadian Dwi Nugroho 70 √

38 Nurjihan Hanifah 60 √

39 Shabira 90 √

40 Dina Yusri 80 √

41 Dadang Putra Pratama 80 √

52

Page 53: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

42 Safira Nurul Cahyani 80 √

43 Jaka Ihsam Setiadi 100 √

44 Jajang Rahmat 100 √

jumlah 3420 38 6

Skor Maksimal Ideal 4400

Jumlah Skor Tercapai 3420

Skor Rata-rata 77,73

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 38

Jumlah siswa yang belum tuntas : 6

Klasikal : Tuntas

Tabel 11

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

77,73

38

86,36

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 77,73 dan dari 44 siswa yang telah tuntas sebanyak 38 siswa

dan 6 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,64% (termasuk

kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih

53

Page 54: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini

dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam

menerapkan pembelajaran dengan sosio drama bermain peran sehingga

siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga

siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

Disamping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari

siswa yang telah menguasai materi pelajaran untuk mengajari temannya

yang belum menguasai.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan

penerapan metode pembelajaran dengan sosio drama bermain peran.

Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-

masing aspek cukup besar.

2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4. Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan metode pembelajaran

dengan sosio drama bermain peran dengan baik dan dilihat dari aktivitas

54

Page 55: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar

sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu

banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya

adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada

dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar

selanjutnya penerapan metode pembelajaran dengan sosio drama

bermain peran dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

penemuan terbimbing memiliki dampak positif dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa.hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya

pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan

belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 68,18%,

77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara

klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

metode pembelajaran dengan sosio drama bermain peran dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar

siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa

pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

55

Page 56: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran dengan sosio Drama

bermain peran yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan

alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi

antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas

siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran dengan sosio drama

bermain peran dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul

di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam

mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup

besar.

C. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelaajran

Bahasa Indonesia memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman

siswa terhadap materi yang disampaikan guru untuk menghadapi ujian akhir

(ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing

60%, 77%, dan 88%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal

telah tercapai.

56

Page 57: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

metode belajar aktif model sosio drama bermain peran dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar

siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa

pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat

dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah pembelajaran berjalan dengan baik. Hal ini

terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing

dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran,

menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase

untuk aktivitas di atas cukup besar.

57

Page 58: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga

siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode belajar aktif model sosio drama bermain

peran memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam

setiap siklus, yaitu siklus I 68,18%), siklus II (77,27%), siklus III

(86,36%).

2. Penerapan metode sosio drama bermain peran mempunyai pengaruh

positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang

ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa

siswa tertarik dan berminat dengan model sosio drama bermain peran

sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

3. Penerapan metode sosio drama bermain peran efektif untuk

mengingatkan kembali materi ajar yang telah diterima siswa selama ini,

sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi ujian akhir yang segera

akan dilaksanakan.

B. Saran

58

Page 59: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar Bahasa Indonesia lebih efektif dan lebih memberikan hasil

yang optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan metode sosio drama bermain peran memerlukan

persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan

atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode

model sosio drama bermain peran proses belajar mengajar sehingga

diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya

lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang

sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat

menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan,

sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah

yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini

hanya dilakukan di SDN Karang Pawulang 1 Kota Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

59

Page 60: PTK Bahasa Indonesia Kelas 6 Drama

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi Bahasa Indonesia dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.

Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas Press.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

60