pske modul 3b bab 1-2

Upload: luthfan-edison-abdullah

Post on 31-Oct-2015

89 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pada umumnya pekerja cenderung lebih senang dengan adanya kondisi

    lingkungan kerja yang baik dan nyaman, sehingga efisiensi kerja dapat tercapai dengan

    baik. Dengan demikian sangat penting bagi pimpinan untuk memperhatikan hal ini

    sebagai salah satu cara untuk meningkatkan semangat kerja karyawannya.

    Lingkungan fisik kerja dalam Pendekatan dari Human factors (Ergonomi)

    merupakan aplikasi sistematis dari sejumlah informasi yang relevan dari kemampuan,

    keterbatasan, karakteristik, tingkah laku, dan motivasi manusia untuk merancang

    peralatan dan prosedur yang digunakan serta lingkungan kerja yang dipakai. Dalam

    bekerja, seseorang akan berada dalam lingkungan fisik kerja tersebut dalam waktu

    tertentu. Sehingga diperlukan suatu kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang

    baik. Kondisi lingkungan fisik kerja yang tidak nyaman akan membuat seorang pekerja

    mengeluarkan tenaga lebih untuk beradaptasi, sehingga konsentrasinya akan terbelah

    antara pekerjaan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini akan lebih

    mempercepat terjadinya stress pada pekerja. Maka dari pada itu, merupakan suatu hal

    yang penting untuk mempertimbangkan seluruh aspek lingkungan fisik kerja pada saat

    proses perancangan stasiun kerja.

    Produktivitas dan mutu kerja karyawan dipengaruhi faktor-faktor yang terkait

    dengan lingkungan kerja; antara lain beban kerja berlebihan yang tidak dapat

    diperkirakan, perubahan-perubahan di akhir waktu yang dirancang, kurangnya peralatan

    yang sempurna, dan tidak efisiennya alir kerja. Dengan demikian, penting untuk

    menjamin bahwa kerja itu dirancang untuk mencapai produktivitas dan mutu

    maksimum.

    Dengan penjelasan tersebut di atas maka kami melakukan percobaan untuk

    menganalisa pengaruh dari lingkungan fisik kerja terhadap kinerja pegawai atau

    operator. Percobaan yang kami lakukan adalah dengan pengambilan data

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 2

    seorang operator yang memainkan game vos dengan beberapa situasi yang berkaitan

    dengan temperatur, kebisingan dan pencahayaan.

    1.2 Rumusan Masalah

    pada pratikum ini, pratikan diharapkan untk mengetahui faktor-faktor apa

    sajakah yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang saat bekerja dan bagaimana

    kemampuan operator saat melakukan suatu pekerjaan dengan berbagai macam

    perlakuan kondisi lingkungan fisik kerja.

    1.3 Pembatasan Masalah

    Dalam aspek lingkungan fisik kerja terdapat beberapa hal yang dapat

    mempengaruhi kinerja seseorang saat bekerja, seperti temperatur, pencahayaan, ,

    kebisingan. Dalam praktikum ini operator memainkan sebuah game, yang bernama

    game osu!, yang saat operator bermain operator diberikan berbagai perlakuan kondisi

    lingkungan fisik kerja. Setiap kondisi akan dicatat, seberapa besar kemampuan operator

    atau score operator saat memainkan game tersebut. Dalam melakukan perhitungan

    pengaruh kondisi lingkungan fisik kerja kami melakukan penhitungan dengan

    menggunakan software SPSS dan minitab.

    1.4 Tujuan Penulisan 1. Meneliti pengaruh faktor tingkat pencahayaan terhadap keberhasilan kerja.

    2. Meneliti pengaruh faktor temperatur terhadap keberhasilan kerja.

    3. Meneliti pengaruh faktor tingkat kebisingan terhadap keberhasilan kerja.

    4. Meneliti pengaruh faktor warna cahaya terhadap keberhasilan kerja.

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 3

    1.5 Metodologi Penelitian

    Analisa

    Kesimpulan dan Saran

    Gambar 1.1 Metodologi Praktikum

    Identifikasi Masalah

    Studi Pustaka

    Pengumpulan Data

    Pengolahan Data

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 4

    1.6 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dalam laporan ini adalah :

    BAB I PENDAHULUAN

    Berisi latar belakang, tujuan praktikum, rumusan masalah,

    pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Berisi tinjauan pustaka yang melandasi praktikum.

    BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    Berisi pengumpulan data mengenai temperature, pencahayaan,

    kebisingan, kondisi lingkungan fisik kerja dan pengolahan data

    dengan score yang diperoleh operator saat bermain game VOS

    tentang Lingkungan Fisik Kerja

    BAB IV ANALISA

    Berisi analisa hubungan terhadap kinerja operator dan lingkungan

    fisik kerja

    BAB V PENUTUP

    Berisi kesimpulan mengenai garis besar yang dapat ditarik dari

    analisa yang telah diberikan pada bab sebelumnya dan saran dari

    penyusun.

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Lingkungan Fisik Kerja

    Lingkungan fisik kerja adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat

    disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung

    maupun tidak langsung.

    Lingkungan fisik kerja merupakan faktor faktor yang dapat mempengaruhi

    seseorang saat bekerja. Lingkungan fisik kerja dalam Pendekatan dari Human faktor

    (Ergonomi) merupakan aplikasi sistematis dari sejumlah informasi yang relevan dari

    kemampuan, keterbatasan, karakteristik, tingkah laku, dan motivasi manusia untuk

    merancang peralatan dan prosedur yang digunakan serta lingkungan kerja yang dipakai.

    Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai

    hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung. Kondisi kualitas

    lingkungan yang baik akan memberikan rasa nyaman dan sehat yang mendukung

    kinerja dan produktivitas manusia.

    http://id.shvoong.com/

    Beberapa faktor dalam lingkungan fisik kerja yang mempengaruhi hasil kerja

    seseorang secara signifikan. Faktor faktor tersebut antara lain:

    2.2 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja

    2.2.1 Pencahayaan

    Pencahayaan ditempat kerja berfungsi untuk memudahkan mata

    membedakan benda-benda yang digunakan ditempat kerja. Pencahayaan yang

    baik adalah nyaman dan menyenangkan sehingga mampu memelihara

    kegairahan kerja. Penerangan yang mencukupi objek penglihatan akan

    membantu tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaannya dengan mudah dan

    cepat.

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 6

    (Budiono,1991)

    Kemampuan mata untuk melihat objek secara jelas dipengaruhi oleh

    ukuran objek, derajat kekontrasan antara objek dengan sekelilingnya, luminansi

    (brightness), serta lamanya waktu untuk melihat objek tersebut. Untuk

    menghindari silau (glare) karena peletakan sumber cahaya yang kurang tepat,

    sebaiknya sumber cahaya diletakkan sedemikian rupa sehingga cahaya mengenai

    objek yang akan dilihat terlebih dahulu yang kemudian dipantulkan oleh objek

    tersebut ke mata kita.

    (Wignjosoebroto,1995,P.85)

    Pencahayaan yang perlu dihindari, adalah sebagai berikut :

    Kontras yang berlebihan

    Glare/silau, yang meliputi :

    Discomfort glare

    Cahaya ini mengganggu, namun tidak seberapa. Dapat menyebabkan

    sakit kepala.

    Disability glare

    Cahaya ini secara berkala dapat mengganggu penglihatan dengan adanya

    penghamburan pada lensa mata. Biasanya tingkat luminance dibatasi

    dalam daerah 450-900. Permukaan kerja yang mengkilap dan lantai yang

    mengkilap juga perlu untuk menghindari adanya glare.

    Kesilauan dapat ditimbulkan:

    Kesilauan langsung

    Kesilauan langsung yaitu kesilauan yang terjadi akibat mata menerima

    cahaya secara langsung, tempat cahaya terjadi dari penempatan lampu yang

    tidak tepat.

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 7

    Kesilauan tak langsung

    Kesilauan tak langsung adalah kesilauan yang terjadi akibat cahaya yang

    dipantulkan oleh bahan atau alat yang mengkilat permukaan.

    Kesilauan kontras

    Kesilauan kontras adalah kesilauan akibat intensitas yang dipantulkan pada

    obyek terlalu besar dari intensitas latar belakang. Arah sinar sumber cahaya

    yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur penerangan secara

    baik. Sinar-sinar dari berbagai arah akan meniadakan gangguan bayangan.

    Latar belakang yang mengganggu (Distracting background)Latar belakang

    dibuat sesederhana mungkin.

    Shadows ( bayang-bayang). Bayang- bayang tajam dari sumber cahaya yang

    kecil, atau dari cahaya matahari langsung sehingga ratio terang yang

    berlebihan dalam jangkauan detil-detil penting tidak begitu jelas. Shadows

    dipakai untuk menunjukan cacat pada permukaan.

    Refleksi plafon

    Merupakan suatu masalah yang berhubungan kesilauan.

    Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencahayan Ruang Kerja

    Kegiatan

    Penerangan

    Minimum

    a. Penerangan darurat 5 luks

    b. Penerangan halaman 20 luks

    c. Pek. Membedakan barang kasar 50 luks

    d. Pek. Membedakan barang kecil sepintas 100 luks

    e. Pek. Membedakan agak teliti 200 luks

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 8

    Lanjutan tabel Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencahayan Ruang Kerja

    f. Pek. Membedakan barang kecil dan halus 300 luks

    g. Pek. Membedakan barang halus dengan yang agak kontras 500-1000 luks

    h. Pek. Membedakan barang yang halus dan tidak kontras 1000 luks

    Nilai -nilai untuk iluminasi yang disaankan untuk suatu jangkauan yang luas dari

    tugas tugas yang diberikan dalam Australian Standard AS 1680-1976, Interior

    Lighting and The Visual Environment, dapat kita lihat dalam tabel 2.2.

    Tabel 2.2 Rekomendasi Illuminansi Pelayanan untuk Berbagai Macam Pekerjaan

    (Berdasarkan pada AS 1680-1976)

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 9

    Kuantitas lainya yang penting adalah Luminansi. Luminasi adalah cahaya

    yang dipantulkan dari suatu permukaan atau obyek. Alat ukur yang kita pakai adalah

    Lightmeter. Biasanya Lightmeter membaca ukuran diatas dalam lux, pemberian

    nama lainya adalah apostilb.

    Luminansi = illuminansi x Reflectivitas

    = apostilb x lux.........................(4)

    Satuan Internasional dari unit untuk ukuran ini adalah 2/mcandela .

    1 Candela = 14,3apolstilb

    .........................(5)

    Illuminansi dan luminansi dapat membaca mengikuti reflektivitas yang dapat

    dihitung.Reflektivitas tinggi menyebabkan silau.

    (Sritomo, 1995: 85 & Nurmianto, 1996: 220)

    Pencahayaan buatan umumnya menggunakan energi listrik yang disebut juga

    penerangan listrik. Pencahayaan buatan harus memiliki syarat sebagai berikut :

    a. Penerangan listrik harus sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh tenaga

    kerja dengan intensitas yang cukup.

    b. Penerangan listrik tidak boleh menimbulkan perubahan suhu udara yang

    berlebihan pada tempat kerja.

    c. Sumber cahaya listrik harus memberikan penerangan dengan intensitas yang

    tepat, menyebar merata tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak

    menimbulkan bayangan yang mengganggu..

    (Zulmiar, 1999)

    Intensitas penerangan yang dibutuhkan di masing masing tempat kerja

    ditentukan dari jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan. Intensitas penerangan tersebut

    dapat dijelaskan sebagai berikut :

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 10

    a. Penerangan untuk halaman dan jalan jalan di lingkungan perusahaan harus

    mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 20 luks.

    b. Penerangan untuk pekerjaan pekerjaan yang hanya membedakan barang

    kasar dan besar paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 50 luks.

    c. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang barang

    kecil secara sepintas lalu paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 100

    luks.

    d. Penerangan untuk pekerjaan yang membeda - bedakan barang kecil agak teliti

    paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 200 luks.

    e. Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan dengan teliti dari barang

    barang yang kecil dan halus, paling sedikit mempunyai intensitas penerangan

    300 luks.

    f. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda bedakan barang halus

    dengan kontras yang sedang dalam waktu yang lama, harus mempunyai

    intensitas penerangan paling sedikit 500 1000 lux.

    g. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membedakan barang yang sangat

    halus dengan kontras yang kurang dan dalam waktu yang lama, harus

    mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 2000 lux.

    (Tarwaka, dkk, 2004: 48 )

    Banyak usaha usaha yang diupayakan untuk mengatasi masalah

    penerangan di tempat kerja, untuk itu Sanders & McCormick ( 1987 ) dan

    Grandjean ( 1993 ) memberikan pedoman untuk desain sistem penerangan yang

    tepat di tempat kerja dengan cara sebagai berikut :

    Menghindari penempatan arah cahaya langsung dalam lapangan penglihatan

    tenaga kerja.

    Menghindari penggunaan cat yang mengkilat ( glossy paint ) pada mesin atau

    meja dan tempat kerja.

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 11

    Menggunakan cahaya difusi ( cahaya merata ) untuk menyediakan atmosfir

    pekerjaan terbaik.

    Menggunakan lebih banyak lampu dengan daya kecil, daripada menggunakan

    lampu sedikit dengan daya besar.

    Menghindari lokasi pencahayaan dalam 300 dari garis normal lihat.

    Menghindari sumber cahaya berkedip ( flicker ) dll.

    ( Tarwaka, dkk, 2004: 47)

    2.2.2 Temperatur

    Manusia selalu berusaha mempertahankan keadaan normal tubuh dengan

    sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat menyesuaikan dengan

    perubahan yang terjadi diluar tubuhnya. Tubuh manusia menyesuaikan diri

    karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi, dan

    penguapan juka terjadi kekurangan atau kelebihan yang membebaninya. Tetapi,

    kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar jika perubahannya

    tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin terhadap

    temperatur normal 24 C.

    Menurut penyelidikan, berbagai tingkat temperatur akan memberikan

    pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut ini :

    v + 49 oC : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas

    kemampuan fisik dan mental.

    v + 30 oC : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung

    untuk melakukan kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan

    fisik.

    v + 24 oC : Kondisi optimum.

    v + 10 oC : Kelakuan fisik yang ekstrem mulai muncul.

    Temperatur lingkungan yang sesuai untuk manusia adalah sekitar 24-26 C

    bagi orang Indonesia. Suhu dingin mengurangi effisiensi dengan keluhan kaku atau

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 12

    kurangnya koordinasi otot. Suhu panas terutama berakibat menurunnya prestasi

    kerja pikir. Penurunan sangat hebat setelah 32 C. Suhu panas mengurangi

    kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan,

    mengganggu kecermatan kerja otak , mengganggu koordinasi syaraf perasa dan

    motoris, serta memudahkan untuk dirangsang.

    (Sumamur , 1984)

    Gambar 2.1 Perasaan terhadap cuaca

    Ganggguan gangguan kesehatan yang mungkin muncul akibat suhu

    lingkungan yang panas adalah sebagai berikut :

    a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti kelelahan dan sering

    melakukan istirahat curian dll.

    b. Dehidrasi yaitu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik

    oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan.

    c. Heat rash yaitu keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit

    akibat kondisi kulit terus basah.

    d. Heat cramps yaitu kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya

    keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang

    kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit

    garam natrium.

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 13

    e. Heat syncope atau fainting yaitu keadaan yang disebabkan karena aliran darah

    ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawa ke permukaan

    kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.

    f. Heat exhaustion yaitu keadaan yang terjadi karena tubuh kehilangan terlalu

    banyak cairan dan atau kehilangan garam.

    Untuk mengendalikan pengaruh tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu

    dilakukan koreksi tempat kerja, sumber sumber panas lingkungan dan aktifitas

    kerja yang dilakukan yang antara lain dapat dilakukan dengan cara :

    a. Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi.

    b. Mengurangi beban panas radian, yaitu dengan cara :

    Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan panas.

    Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas.

    Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang dapat

    memantulkanpanas.

    c. Mengurangi temperatur dan kelembaban yang dapat dilakukan melaluiventilasi

    pengenceran atau pendinginan secara mekanis.

    d. Meningkatkan pergerakan udara.

    e. Pembatasan terhadap waktupemaparan panas dengan cara :

    Melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari.

    Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk

    pemulihan.

    Mengatur waktu kerja istirahat secara tepat berdasarkan beban kerjadan

    nilai ISBB ( Indeks Suhu Basah dan Bola ).

    ( Tarwaka, dkk, 2004: 35)

    Keseimbangan panas dalam tubuh manusia dapat dirumuskan, sebagai berikut :

    S = M E R C W .........................(1)

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 14

    Dimana:

    S = Kondisi kesetimbangan tubuh manusia, nilainya akan sama dengan jika tubuh

    dalam keadaan setimbang

    M = Metabolisme tubuh

    E = Panas yang hilang akibat evaporasi

    R = Pertukaran panas sebagai akibat dari proses radiasi

    C = Pertukaran panas sebagai akibat dari proses konveksi

    W = Aktifitas kerja

    Panas yang didapat dari proses radiasi atau konveksi, atau kombinasi dari keduanya

    sehingga sumber utama panas yang hilang menjadi proses evaporasi saja. Sehingga

    rumus diatas untuk menghitung panas yang hilang akibat proses evaporasi (E),

    menjadi :

    E = M R C W .........................(2)

    Dimana :

    M = Nilai yang diperoleh dari konsumsi O2, nilai ini dapat dilihat dari table

    R = Temperatur medium yang berdekatan

    C = Temperatur udara sekeliling dan aliran udara

    E = Kelembaban relatif dan aliran udara

    W= Beban kerja

    Pengukuran Thernal Comfort, Pengukuran thermal ruangan dengan suatu indeks

    tertentu, yaitu memakai WGBT (Wet Bulb Globe Temperature). Untuk suatu indoor

    work, ada 2 macam pengukuran yang digunakan, yaitu:

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 15

    v Twb (natural wet bulb temperature), diukur dengan thermometer merkuri

    sederhana dengan bulbnya dibungkus dalam suatu pembungkus transparan

    basah, dipengaruhi oleh temperatur sekeliling, kelembaban, pergerakan

    udara.

    v Tg (globe temperature), diukur dengan menggunakan simple mercury

    thermometer dengan bulbnya dibungkus dalam bola terbuat dari copper

    berdiameter 150mm, dan berwarna hitam. Dipengaruhi oleh temperature

    radiant. WGBT dirumuskan sebagai berikut :

    WGBT = 0,7 x Twb + 0,3 Tg.........................(3)

    Tabel 2.3 Nilai Maksimum WGBT yang direkomendsasikan oleh NIOSH

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 16

    Tabel 2.4 Modification of Treshold WGBT

    Tabel 2.3 menjelaskan mengenai suhu yang diperlukan untuk tiap jenis

    pekerjaan yang dilakukan oleh pria dengan pakaian wajar dan sehat agar didapatkan

    kondisi suhu ruangan yang nyaman. Sedangkan tabel 2.4 menjelaskan mengenai

    perubahan terhadap suhu ruang, yang disebabkan karena beberapa faktor, seperti

    pada tabel tersebut.

    2.2.3 Kebisingan

    Kebisingan (noise) adalah bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga

    kita. Kebisingan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang dapat

    mengganggu ketenangan kerja.

    Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi yang dapat menentukan

    tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :

    -. Lama bunyi itu terdengar. Bila terlalu lama dapat menyebabkan ketulian

    (deafness)

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 17

    -. Intensitas biasanya diukur dengan satuan decibel (dB), menunjukkan

    besarnya arus energi per satuan luar.

    -. Frekuensi suara (Hz), menunjukkan jumlah gelombang suara yang sampai ke

    telinga kita per detiknya.

    Bising memiliki karakteristik sebagai berikut :

    a. Bising yang kadangkala dan tak terduga akan lebih mengganggu dari pada

    bising yang kontinu.

    b. Sumber nada tinggi lebih mengganggu dari pada nada rendah.

    c. Tugas yang menuntut konsentrasi mental terus-menerus akan lebih mudah

    diganggu bising dari pada tugas lainnya.

    d. Kegiatan yang memerlukan pelatihan lebih mudah terpengaruh bising dari

    pada pekerjaan rutin.

    (Wignjosoebroto, 1995,P.85-86)

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 18

    Tabel 2.5 Kondisi suara dan batas tingkat kebisingannya

    Kondisi suara Desibel (dB) Batas Dengar Tertinggi

    120 Halilintar

    Menulikan 110 Meriam

    100 Mesin uap

    Jalan Hiruk Pikuk

    Sangat Hiruk Pikuk 90 Perusahaan sangat gaduh

    80 Pluit polisi

    Kantor gaduh

    Kuat 70 Jalan pada umumnya

    Radio

    60 Perusahaan

    Rumah gaduh

    Sedang 50 Kantor pada umumnya

    Percakapan kuat

    40 Radio perlahan

    Rumah tenang

    Tenang 30 Kantor pribadi

    Auditorium

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 19

    Lanjutan tabel Tabel 2.5 Kondisi suara dan batas tingkat kebisingannya

    20 Percakapan

    10 Suara dedaunan

    Sangat Tenang Berbisik-bisik

    Batas Dengar Terendah

    0

    Tabel 2.6 Tingkat Kebisingan yang diizinkan

    Tingkat kebisingan ruang kerja yang diperbolehkan menurut ketentuan yang

    berlaku, yaitu Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/MEN/1978 tentang

    Nilai Ambang Batas untuk Iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas untuk Kebisingan

    di Tempat Kerja, ditetapkan :

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 20

    Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas

    tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga

    kerja tanpa mengakibatkan kehilangan daya dengar yang tetap untuk waktu

    kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.

    Besarnya intensitas kebisingan tersebut adalah 85 dB

    2.2.4 Warna

    Warna yang dimaksud dalam hal ini adalah tembok ruangan dan interior

    yang ada disekitar tempat kerja. Warna ini selain berpengaruh terhadap

    kemampuan mata untuk melihat obyek, juga memberikan pengaruh yang lain

    pula terhadap manusia, seperti :

    - Warna merah bersifat merangsang.

    - Warna kuning memberikan kesan luas, terang, dan leluasa.

    -Warna hijau atau biru memberikan kesan sejuk, aman, dan menyegarkan.

    - Warna gelap memberikan kesan sempit.

    - Warna terang memberikan kesan leluasa dan lain-lain.

    Dengan adanya sifat-sifat itu maka pengaturan warna ruangan tempat

    kerja perlu diperhatikan dalam arti harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya

    dan ukuran ruangan yang tersedia.

    (Sritomo.w Ergonomi Studi Gerak dan Waktu)

    2.2.5 Bau-bauan

    Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai polusi akan dapat

    mengganggu konsentrasi pekerja. Temperatur dan kelembaban adalah dua faktor

    lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian air

    conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk

    menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 21

    Kemajuan teknologi kebanyakan menghasilkan polutan, bau-bauan yang

    dikategorikan sebagai polusi udara dapat menggangu konsentrasi pekerja. Dua

    faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman adalah

    temperatur dan kelembaban. Pemakaian air conditioning yang tepat adalah salah

    satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang

    mengganggu sekitar tempat kerja.

    (Wignjosoebroto, 1995,P.86)

    2.3 Game OSU!

    Osu! adalah game musik dimana kita harus menggerakan mouse untuk

    menangkap beat-beat di layar dari lagu (beatmap) yang dimainkan dengan

    menggunakan klik mouse/klik pada tombol z dan x di keyboard. Tapi

    menangkap beat yang ada tidak semudah yang dibayangkan, karena kita harus

    menyesuaikan timing untuk mengklik beat tersebut. Caranya adalah dengan

    memperhatikan bulatan luar yang semakin mengecil. Ketika bulatan luar itu

    menyentuh kulit dari bulatan di bagian dalam, itulah saat yang tepat untuk

    mengklik mouse/keyboard. Jika timing kita sempurna, skor kita adalah 300,

    namun jika timingnya kurang sempurna kita hanya akan mendapatkan skor 100,

    50, atau bahkan tanda X (alias gagal menangkap beat).

    Gambar 2.1 contoh gambar game OSU!

  • Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja

    Kelompok 10

    Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 22