pske modul 3b bab 1-2
TRANSCRIPT
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya pekerja cenderung lebih senang dengan adanya kondisi
lingkungan kerja yang baik dan nyaman, sehingga efisiensi kerja dapat tercapai dengan
baik. Dengan demikian sangat penting bagi pimpinan untuk memperhatikan hal ini
sebagai salah satu cara untuk meningkatkan semangat kerja karyawannya.
Lingkungan fisik kerja dalam Pendekatan dari Human factors (Ergonomi)
merupakan aplikasi sistematis dari sejumlah informasi yang relevan dari kemampuan,
keterbatasan, karakteristik, tingkah laku, dan motivasi manusia untuk merancang
peralatan dan prosedur yang digunakan serta lingkungan kerja yang dipakai. Dalam
bekerja, seseorang akan berada dalam lingkungan fisik kerja tersebut dalam waktu
tertentu. Sehingga diperlukan suatu kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang
baik. Kondisi lingkungan fisik kerja yang tidak nyaman akan membuat seorang pekerja
mengeluarkan tenaga lebih untuk beradaptasi, sehingga konsentrasinya akan terbelah
antara pekerjaan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini akan lebih
mempercepat terjadinya stress pada pekerja. Maka dari pada itu, merupakan suatu hal
yang penting untuk mempertimbangkan seluruh aspek lingkungan fisik kerja pada saat
proses perancangan stasiun kerja.
Produktivitas dan mutu kerja karyawan dipengaruhi faktor-faktor yang terkait
dengan lingkungan kerja; antara lain beban kerja berlebihan yang tidak dapat
diperkirakan, perubahan-perubahan di akhir waktu yang dirancang, kurangnya peralatan
yang sempurna, dan tidak efisiennya alir kerja. Dengan demikian, penting untuk
menjamin bahwa kerja itu dirancang untuk mencapai produktivitas dan mutu
maksimum.
Dengan penjelasan tersebut di atas maka kami melakukan percobaan untuk
menganalisa pengaruh dari lingkungan fisik kerja terhadap kinerja pegawai atau
operator. Percobaan yang kami lakukan adalah dengan pengambilan data
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 2
seorang operator yang memainkan game vos dengan beberapa situasi yang berkaitan
dengan temperatur, kebisingan dan pencahayaan.
1.2 Rumusan Masalah
pada pratikum ini, pratikan diharapkan untk mengetahui faktor-faktor apa
sajakah yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang saat bekerja dan bagaimana
kemampuan operator saat melakukan suatu pekerjaan dengan berbagai macam
perlakuan kondisi lingkungan fisik kerja.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam aspek lingkungan fisik kerja terdapat beberapa hal yang dapat
mempengaruhi kinerja seseorang saat bekerja, seperti temperatur, pencahayaan, ,
kebisingan. Dalam praktikum ini operator memainkan sebuah game, yang bernama
game osu!, yang saat operator bermain operator diberikan berbagai perlakuan kondisi
lingkungan fisik kerja. Setiap kondisi akan dicatat, seberapa besar kemampuan operator
atau score operator saat memainkan game tersebut. Dalam melakukan perhitungan
pengaruh kondisi lingkungan fisik kerja kami melakukan penhitungan dengan
menggunakan software SPSS dan minitab.
1.4 Tujuan Penulisan 1. Meneliti pengaruh faktor tingkat pencahayaan terhadap keberhasilan kerja.
2. Meneliti pengaruh faktor temperatur terhadap keberhasilan kerja.
3. Meneliti pengaruh faktor tingkat kebisingan terhadap keberhasilan kerja.
4. Meneliti pengaruh faktor warna cahaya terhadap keberhasilan kerja.
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 3
1.5 Metodologi Penelitian
Analisa
Kesimpulan dan Saran
Gambar 1.1 Metodologi Praktikum
Identifikasi Masalah
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 4
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan praktikum, rumusan masalah,
pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tinjauan pustaka yang melandasi praktikum.
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisi pengumpulan data mengenai temperature, pencahayaan,
kebisingan, kondisi lingkungan fisik kerja dan pengolahan data
dengan score yang diperoleh operator saat bermain game VOS
tentang Lingkungan Fisik Kerja
BAB IV ANALISA
Berisi analisa hubungan terhadap kinerja operator dan lingkungan
fisik kerja
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan mengenai garis besar yang dapat ditarik dari
analisa yang telah diberikan pada bab sebelumnya dan saran dari
penyusun.
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lingkungan Fisik Kerja
Lingkungan fisik kerja adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat
disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Lingkungan fisik kerja merupakan faktor faktor yang dapat mempengaruhi
seseorang saat bekerja. Lingkungan fisik kerja dalam Pendekatan dari Human faktor
(Ergonomi) merupakan aplikasi sistematis dari sejumlah informasi yang relevan dari
kemampuan, keterbatasan, karakteristik, tingkah laku, dan motivasi manusia untuk
merancang peralatan dan prosedur yang digunakan serta lingkungan kerja yang dipakai.
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai
hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung. Kondisi kualitas
lingkungan yang baik akan memberikan rasa nyaman dan sehat yang mendukung
kinerja dan produktivitas manusia.
http://id.shvoong.com/
Beberapa faktor dalam lingkungan fisik kerja yang mempengaruhi hasil kerja
seseorang secara signifikan. Faktor faktor tersebut antara lain:
2.2 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja
2.2.1 Pencahayaan
Pencahayaan ditempat kerja berfungsi untuk memudahkan mata
membedakan benda-benda yang digunakan ditempat kerja. Pencahayaan yang
baik adalah nyaman dan menyenangkan sehingga mampu memelihara
kegairahan kerja. Penerangan yang mencukupi objek penglihatan akan
membantu tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaannya dengan mudah dan
cepat.
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 6
(Budiono,1991)
Kemampuan mata untuk melihat objek secara jelas dipengaruhi oleh
ukuran objek, derajat kekontrasan antara objek dengan sekelilingnya, luminansi
(brightness), serta lamanya waktu untuk melihat objek tersebut. Untuk
menghindari silau (glare) karena peletakan sumber cahaya yang kurang tepat,
sebaiknya sumber cahaya diletakkan sedemikian rupa sehingga cahaya mengenai
objek yang akan dilihat terlebih dahulu yang kemudian dipantulkan oleh objek
tersebut ke mata kita.
(Wignjosoebroto,1995,P.85)
Pencahayaan yang perlu dihindari, adalah sebagai berikut :
Kontras yang berlebihan
Glare/silau, yang meliputi :
Discomfort glare
Cahaya ini mengganggu, namun tidak seberapa. Dapat menyebabkan
sakit kepala.
Disability glare
Cahaya ini secara berkala dapat mengganggu penglihatan dengan adanya
penghamburan pada lensa mata. Biasanya tingkat luminance dibatasi
dalam daerah 450-900. Permukaan kerja yang mengkilap dan lantai yang
mengkilap juga perlu untuk menghindari adanya glare.
Kesilauan dapat ditimbulkan:
Kesilauan langsung
Kesilauan langsung yaitu kesilauan yang terjadi akibat mata menerima
cahaya secara langsung, tempat cahaya terjadi dari penempatan lampu yang
tidak tepat.
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 7
Kesilauan tak langsung
Kesilauan tak langsung adalah kesilauan yang terjadi akibat cahaya yang
dipantulkan oleh bahan atau alat yang mengkilat permukaan.
Kesilauan kontras
Kesilauan kontras adalah kesilauan akibat intensitas yang dipantulkan pada
obyek terlalu besar dari intensitas latar belakang. Arah sinar sumber cahaya
yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur penerangan secara
baik. Sinar-sinar dari berbagai arah akan meniadakan gangguan bayangan.
Latar belakang yang mengganggu (Distracting background)Latar belakang
dibuat sesederhana mungkin.
Shadows ( bayang-bayang). Bayang- bayang tajam dari sumber cahaya yang
kecil, atau dari cahaya matahari langsung sehingga ratio terang yang
berlebihan dalam jangkauan detil-detil penting tidak begitu jelas. Shadows
dipakai untuk menunjukan cacat pada permukaan.
Refleksi plafon
Merupakan suatu masalah yang berhubungan kesilauan.
Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencahayan Ruang Kerja
Kegiatan
Penerangan
Minimum
a. Penerangan darurat 5 luks
b. Penerangan halaman 20 luks
c. Pek. Membedakan barang kasar 50 luks
d. Pek. Membedakan barang kecil sepintas 100 luks
e. Pek. Membedakan agak teliti 200 luks
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 8
Lanjutan tabel Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencahayan Ruang Kerja
f. Pek. Membedakan barang kecil dan halus 300 luks
g. Pek. Membedakan barang halus dengan yang agak kontras 500-1000 luks
h. Pek. Membedakan barang yang halus dan tidak kontras 1000 luks
Nilai -nilai untuk iluminasi yang disaankan untuk suatu jangkauan yang luas dari
tugas tugas yang diberikan dalam Australian Standard AS 1680-1976, Interior
Lighting and The Visual Environment, dapat kita lihat dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Rekomendasi Illuminansi Pelayanan untuk Berbagai Macam Pekerjaan
(Berdasarkan pada AS 1680-1976)
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 9
Kuantitas lainya yang penting adalah Luminansi. Luminasi adalah cahaya
yang dipantulkan dari suatu permukaan atau obyek. Alat ukur yang kita pakai adalah
Lightmeter. Biasanya Lightmeter membaca ukuran diatas dalam lux, pemberian
nama lainya adalah apostilb.
Luminansi = illuminansi x Reflectivitas
= apostilb x lux.........................(4)
Satuan Internasional dari unit untuk ukuran ini adalah 2/mcandela .
1 Candela = 14,3apolstilb
.........................(5)
Illuminansi dan luminansi dapat membaca mengikuti reflektivitas yang dapat
dihitung.Reflektivitas tinggi menyebabkan silau.
(Sritomo, 1995: 85 & Nurmianto, 1996: 220)
Pencahayaan buatan umumnya menggunakan energi listrik yang disebut juga
penerangan listrik. Pencahayaan buatan harus memiliki syarat sebagai berikut :
a. Penerangan listrik harus sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh tenaga
kerja dengan intensitas yang cukup.
b. Penerangan listrik tidak boleh menimbulkan perubahan suhu udara yang
berlebihan pada tempat kerja.
c. Sumber cahaya listrik harus memberikan penerangan dengan intensitas yang
tepat, menyebar merata tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak
menimbulkan bayangan yang mengganggu..
(Zulmiar, 1999)
Intensitas penerangan yang dibutuhkan di masing masing tempat kerja
ditentukan dari jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan. Intensitas penerangan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 10
a. Penerangan untuk halaman dan jalan jalan di lingkungan perusahaan harus
mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 20 luks.
b. Penerangan untuk pekerjaan pekerjaan yang hanya membedakan barang
kasar dan besar paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 50 luks.
c. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang barang
kecil secara sepintas lalu paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 100
luks.
d. Penerangan untuk pekerjaan yang membeda - bedakan barang kecil agak teliti
paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 200 luks.
e. Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan dengan teliti dari barang
barang yang kecil dan halus, paling sedikit mempunyai intensitas penerangan
300 luks.
f. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda bedakan barang halus
dengan kontras yang sedang dalam waktu yang lama, harus mempunyai
intensitas penerangan paling sedikit 500 1000 lux.
g. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membedakan barang yang sangat
halus dengan kontras yang kurang dan dalam waktu yang lama, harus
mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 2000 lux.
(Tarwaka, dkk, 2004: 48 )
Banyak usaha usaha yang diupayakan untuk mengatasi masalah
penerangan di tempat kerja, untuk itu Sanders & McCormick ( 1987 ) dan
Grandjean ( 1993 ) memberikan pedoman untuk desain sistem penerangan yang
tepat di tempat kerja dengan cara sebagai berikut :
Menghindari penempatan arah cahaya langsung dalam lapangan penglihatan
tenaga kerja.
Menghindari penggunaan cat yang mengkilat ( glossy paint ) pada mesin atau
meja dan tempat kerja.
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 11
Menggunakan cahaya difusi ( cahaya merata ) untuk menyediakan atmosfir
pekerjaan terbaik.
Menggunakan lebih banyak lampu dengan daya kecil, daripada menggunakan
lampu sedikit dengan daya besar.
Menghindari lokasi pencahayaan dalam 300 dari garis normal lihat.
Menghindari sumber cahaya berkedip ( flicker ) dll.
( Tarwaka, dkk, 2004: 47)
2.2.2 Temperatur
Manusia selalu berusaha mempertahankan keadaan normal tubuh dengan
sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat menyesuaikan dengan
perubahan yang terjadi diluar tubuhnya. Tubuh manusia menyesuaikan diri
karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi, dan
penguapan juka terjadi kekurangan atau kelebihan yang membebaninya. Tetapi,
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar jika perubahannya
tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin terhadap
temperatur normal 24 C.
Menurut penyelidikan, berbagai tingkat temperatur akan memberikan
pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut ini :
v + 49 oC : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas
kemampuan fisik dan mental.
v + 30 oC : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung
untuk melakukan kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan
fisik.
v + 24 oC : Kondisi optimum.
v + 10 oC : Kelakuan fisik yang ekstrem mulai muncul.
Temperatur lingkungan yang sesuai untuk manusia adalah sekitar 24-26 C
bagi orang Indonesia. Suhu dingin mengurangi effisiensi dengan keluhan kaku atau
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 12
kurangnya koordinasi otot. Suhu panas terutama berakibat menurunnya prestasi
kerja pikir. Penurunan sangat hebat setelah 32 C. Suhu panas mengurangi
kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan,
mengganggu kecermatan kerja otak , mengganggu koordinasi syaraf perasa dan
motoris, serta memudahkan untuk dirangsang.
(Sumamur , 1984)
Gambar 2.1 Perasaan terhadap cuaca
Ganggguan gangguan kesehatan yang mungkin muncul akibat suhu
lingkungan yang panas adalah sebagai berikut :
a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti kelelahan dan sering
melakukan istirahat curian dll.
b. Dehidrasi yaitu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik
oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan.
c. Heat rash yaitu keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit
akibat kondisi kulit terus basah.
d. Heat cramps yaitu kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya
keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang
kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit
garam natrium.
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 13
e. Heat syncope atau fainting yaitu keadaan yang disebabkan karena aliran darah
ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawa ke permukaan
kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.
f. Heat exhaustion yaitu keadaan yang terjadi karena tubuh kehilangan terlalu
banyak cairan dan atau kehilangan garam.
Untuk mengendalikan pengaruh tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu
dilakukan koreksi tempat kerja, sumber sumber panas lingkungan dan aktifitas
kerja yang dilakukan yang antara lain dapat dilakukan dengan cara :
a. Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi.
b. Mengurangi beban panas radian, yaitu dengan cara :
Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan panas.
Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas.
Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang dapat
memantulkanpanas.
c. Mengurangi temperatur dan kelembaban yang dapat dilakukan melaluiventilasi
pengenceran atau pendinginan secara mekanis.
d. Meningkatkan pergerakan udara.
e. Pembatasan terhadap waktupemaparan panas dengan cara :
Melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari.
Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk
pemulihan.
Mengatur waktu kerja istirahat secara tepat berdasarkan beban kerjadan
nilai ISBB ( Indeks Suhu Basah dan Bola ).
( Tarwaka, dkk, 2004: 35)
Keseimbangan panas dalam tubuh manusia dapat dirumuskan, sebagai berikut :
S = M E R C W .........................(1)
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 14
Dimana:
S = Kondisi kesetimbangan tubuh manusia, nilainya akan sama dengan jika tubuh
dalam keadaan setimbang
M = Metabolisme tubuh
E = Panas yang hilang akibat evaporasi
R = Pertukaran panas sebagai akibat dari proses radiasi
C = Pertukaran panas sebagai akibat dari proses konveksi
W = Aktifitas kerja
Panas yang didapat dari proses radiasi atau konveksi, atau kombinasi dari keduanya
sehingga sumber utama panas yang hilang menjadi proses evaporasi saja. Sehingga
rumus diatas untuk menghitung panas yang hilang akibat proses evaporasi (E),
menjadi :
E = M R C W .........................(2)
Dimana :
M = Nilai yang diperoleh dari konsumsi O2, nilai ini dapat dilihat dari table
R = Temperatur medium yang berdekatan
C = Temperatur udara sekeliling dan aliran udara
E = Kelembaban relatif dan aliran udara
W= Beban kerja
Pengukuran Thernal Comfort, Pengukuran thermal ruangan dengan suatu indeks
tertentu, yaitu memakai WGBT (Wet Bulb Globe Temperature). Untuk suatu indoor
work, ada 2 macam pengukuran yang digunakan, yaitu:
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 15
v Twb (natural wet bulb temperature), diukur dengan thermometer merkuri
sederhana dengan bulbnya dibungkus dalam suatu pembungkus transparan
basah, dipengaruhi oleh temperatur sekeliling, kelembaban, pergerakan
udara.
v Tg (globe temperature), diukur dengan menggunakan simple mercury
thermometer dengan bulbnya dibungkus dalam bola terbuat dari copper
berdiameter 150mm, dan berwarna hitam. Dipengaruhi oleh temperature
radiant. WGBT dirumuskan sebagai berikut :
WGBT = 0,7 x Twb + 0,3 Tg.........................(3)
Tabel 2.3 Nilai Maksimum WGBT yang direkomendsasikan oleh NIOSH
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 16
Tabel 2.4 Modification of Treshold WGBT
Tabel 2.3 menjelaskan mengenai suhu yang diperlukan untuk tiap jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh pria dengan pakaian wajar dan sehat agar didapatkan
kondisi suhu ruangan yang nyaman. Sedangkan tabel 2.4 menjelaskan mengenai
perubahan terhadap suhu ruang, yang disebabkan karena beberapa faktor, seperti
pada tabel tersebut.
2.2.3 Kebisingan
Kebisingan (noise) adalah bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga
kita. Kebisingan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang dapat
mengganggu ketenangan kerja.
Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi yang dapat menentukan
tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
-. Lama bunyi itu terdengar. Bila terlalu lama dapat menyebabkan ketulian
(deafness)
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 17
-. Intensitas biasanya diukur dengan satuan decibel (dB), menunjukkan
besarnya arus energi per satuan luar.
-. Frekuensi suara (Hz), menunjukkan jumlah gelombang suara yang sampai ke
telinga kita per detiknya.
Bising memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Bising yang kadangkala dan tak terduga akan lebih mengganggu dari pada
bising yang kontinu.
b. Sumber nada tinggi lebih mengganggu dari pada nada rendah.
c. Tugas yang menuntut konsentrasi mental terus-menerus akan lebih mudah
diganggu bising dari pada tugas lainnya.
d. Kegiatan yang memerlukan pelatihan lebih mudah terpengaruh bising dari
pada pekerjaan rutin.
(Wignjosoebroto, 1995,P.85-86)
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 18
Tabel 2.5 Kondisi suara dan batas tingkat kebisingannya
Kondisi suara Desibel (dB) Batas Dengar Tertinggi
120 Halilintar
Menulikan 110 Meriam
100 Mesin uap
Jalan Hiruk Pikuk
Sangat Hiruk Pikuk 90 Perusahaan sangat gaduh
80 Pluit polisi
Kantor gaduh
Kuat 70 Jalan pada umumnya
Radio
60 Perusahaan
Rumah gaduh
Sedang 50 Kantor pada umumnya
Percakapan kuat
40 Radio perlahan
Rumah tenang
Tenang 30 Kantor pribadi
Auditorium
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 19
Lanjutan tabel Tabel 2.5 Kondisi suara dan batas tingkat kebisingannya
20 Percakapan
10 Suara dedaunan
Sangat Tenang Berbisik-bisik
Batas Dengar Terendah
0
Tabel 2.6 Tingkat Kebisingan yang diizinkan
Tingkat kebisingan ruang kerja yang diperbolehkan menurut ketentuan yang
berlaku, yaitu Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/MEN/1978 tentang
Nilai Ambang Batas untuk Iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas untuk Kebisingan
di Tempat Kerja, ditetapkan :
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 20
Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas
tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga
kerja tanpa mengakibatkan kehilangan daya dengar yang tetap untuk waktu
kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.
Besarnya intensitas kebisingan tersebut adalah 85 dB
2.2.4 Warna
Warna yang dimaksud dalam hal ini adalah tembok ruangan dan interior
yang ada disekitar tempat kerja. Warna ini selain berpengaruh terhadap
kemampuan mata untuk melihat obyek, juga memberikan pengaruh yang lain
pula terhadap manusia, seperti :
- Warna merah bersifat merangsang.
- Warna kuning memberikan kesan luas, terang, dan leluasa.
-Warna hijau atau biru memberikan kesan sejuk, aman, dan menyegarkan.
- Warna gelap memberikan kesan sempit.
- Warna terang memberikan kesan leluasa dan lain-lain.
Dengan adanya sifat-sifat itu maka pengaturan warna ruangan tempat
kerja perlu diperhatikan dalam arti harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya
dan ukuran ruangan yang tersedia.
(Sritomo.w Ergonomi Studi Gerak dan Waktu)
2.2.5 Bau-bauan
Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai polusi akan dapat
mengganggu konsentrasi pekerja. Temperatur dan kelembaban adalah dua faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian air
conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 21
Kemajuan teknologi kebanyakan menghasilkan polutan, bau-bauan yang
dikategorikan sebagai polusi udara dapat menggangu konsentrasi pekerja. Dua
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman adalah
temperatur dan kelembaban. Pemakaian air conditioning yang tepat adalah salah
satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang
mengganggu sekitar tempat kerja.
(Wignjosoebroto, 1995,P.86)
2.3 Game OSU!
Osu! adalah game musik dimana kita harus menggerakan mouse untuk
menangkap beat-beat di layar dari lagu (beatmap) yang dimainkan dengan
menggunakan klik mouse/klik pada tombol z dan x di keyboard. Tapi
menangkap beat yang ada tidak semudah yang dibayangkan, karena kita harus
menyesuaikan timing untuk mengklik beat tersebut. Caranya adalah dengan
memperhatikan bulatan luar yang semakin mengecil. Ketika bulatan luar itu
menyentuh kulit dari bulatan di bagian dalam, itulah saat yang tepat untuk
mengklik mouse/keyboard. Jika timing kita sempurna, skor kita adalah 300,
namun jika timingnya kurang sempurna kita hanya akan mendapatkan skor 100,
50, atau bahkan tanda X (alias gagal menangkap beat).
Gambar 2.1 contoh gambar game OSU!
-
Laporan Praktikum PSKE Modul 3B Lingkungan Fisik Kerja
Kelompok 10
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang 22