psikosomatik
DESCRIPTION
psikiatriTRANSCRIPT
PSIKOSOMATIK
A. Definisi
Menurut literatur yang ada, Psikosomatik berasal dari kata Psiko atau Psyche
yang artinya Jiwa, sedang Soma artinya badan, jadi ilmu ini mempelajari
kaitan antara jiwa dan badan. Ilmu ini menegaskan bahwa faktor psikologis
memegang peranan sangat penting dalam perkembangan semua penyakit.
Gangguan psikosomatik adalah salah satu gangguan jiwa yang paling umum
ditemukan dalam praktek umum. Istilah ini terutama digunakan untuk
penyakit fisik yang disebabkan atau diperburuk oleh faktor kejiwaan/
psikologis.
Istilah ini diperkenalkan oleh seorang dokter Jerman Heinroth ke dalam
kedokteran Barat. Pada tahun 1818 ia menerbitkan desertasi yang
menekankan pentingnya faktor psikososial dalam perkembangan penyakit
fisik.
Sebenarnya, kurang lebih 400 tahun SM ahli filsafat Hipocrates sudah
mengutarakan pentingnya peran faktor psikis pada penyakit. Pada abad
pertengahan Paracelcus seorang ahli kimia menyatakan bahwa kekuatan
batin memiliki pengaruh terhadap kekuatan seseorang1[1]. Pada
perkembangannya, psikosomatik disebut juga dengan psikosomatis,
somatisasi, neurofisiologi, dan sebagainya, yang pada intinya mempunyai
satu makna.
Psikosomatik adalah gangguaan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor
kejiwaan dan sosial. Seseorang jika emosinya menumpuk dan memuncak
maka hal itu dapat menyebabkan terjadinya goncangan dan kekacauan
dalam dirinya. Jika faktor-faktor yang menyebabkan memuncaknya emosi itu
secara berkepanjangan tidak dapat dijauhkan, maka ia dipaksa untuk selalu
berjuang menekan perasaannya. Perasaaan tertekan, cemas, kesepian dan
kebosanan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya.
1[1] Budihalim S, Sukatman D. 1999. Psikosamatis. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta. Hal. 591-592
Jadi Psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan, fisik dan
mental, dimana yang sakit sebenarnya jiwanya, tetapi menjelma dalam
bentuk sakit fisik.
Beberapa penyakit fisik dianggap sangat rentan diperburuk oleh faktor
mental seperti stres dan kecemasan, di antaranya: gangguan kulit,
muscoskeletal (otot, sendi dan saraf), pernafasan, jantung, kemih, kelenjar,
mata dan saraf. Pusing, keringat dingin, tangan basah, sakit perut dan melilit
juga terjadi dikarenakan akibat dari pikiran, yang merupakan gejala dari
psikosomatik. Gejala penyakit ini banyak terjadi pada wanita dan pria mulai
dari usia remaja sampai dewasa, bahkan lanjut usia.
Gangguan psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan psikis yang
menyebabkan gangguan fisik. Pendek kata, psikosomatik adalah penyakit
fisik yang disebabkan oleh pikiran negatif dan/atau masalah emosi. Masalah
emosi itu antara lain rasa berdosa, merasa punya penyakit, stress, depresi,
kecewa, kecemasan atau masalah emosi negatif lainnya. Gangguan ini tidak
hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalaminya.
Perlu diketahui bahwa pikiran dapat menyebabkan gejala fisik. Sebagai
contoh, ketika seseorang takut atau cemas dapat memacu detak jantung
yang cepat, jantung berdebar, merasa sakit, gemetar (tremor), berkeringat,
mulut kering, sakit dada, sakit kepala, dan bernafas cepat. Gejala-gejala fisik
tersebut melalui saraf otak mengirim impuls tersebut ke berbagai bagian
tubuh, dan pelepasan adrenalin ke dalam aliran darah.
B. Gejala-gejala
Sindroma psikosomatik mempunyai gejala fisik berupa; (1) penyakit salah
satu sistem tubuh yang paling rentan bagi pasien, misalnya; asma (sistem
respiratorius), neurodermatitis (sistem integumentum), ulkus peptikum
(sistem digestivus), artritis rematik (sistem muskuloskeletal), PJK dan aritmia
(sistem kardiovaskuler), dan migrain (sistem neurologik). Pada sindroma
psikosomatik ini dijumpai pula (2) patologi organ (+) dan (3) mekanisme
patofisiologik (+). Gejala psikis berupa (1) munculnya gejala sistem tersebut
berkaitan dengan waktu dan stimulus lingkungan yang secara psikologis
bermakna bagi pasien dan (2) faktor psikologis tersebut bukan merupakan
gangguan mental yang spesifik.
Psikosomatis ditandai dengan adanya keluhan dengan gejala fisik yang
beragam. Namun umumnya penderita mengalami atau mengeluhkan
beberapa gejala berikut: mual, muntah, sendawa, sakit perut, rasa pedih,
kulit gatal, pusing, nyeri saat berhubungan seksual2[2]
Para penderita psikosomatik, umumnya mengeluhkan gangguan yang
berkaitan dengan sistem organ, seperti :
1. Kardio-vaskuler: keluhan jantung berdebar-debar, cepat lelah
2. Gastro-intestinal: keluhan ulu hati nyeri, mencret kronis
3. Respiratorlus: keluhan sesak napas, asma
4. Dermatologi: keluhan gatal, eksim
5. Muskulo-skeletal: keluhan encok, pegal, kejang
6. Endokrinologl: keluhan hipertiroidi, hipotiroidi, dismenorea
7. Urogenital: kehuhan masih ngompoh, gangguan gairah seks
8. Serebro vaskuler: keluhan pusing, sering lupa, sukar konsentrasi, kejang
epilepsi.
Selain itu, masalah kejiwaan yang menyertainya yaitu gejala anxietas
dan gejala depresi3[3].
C. Proses Terjadinya Psikosomatik
Untuk memahami terjadinya penyakit psikosomatis kita perlu mencermati
hukum pikiran dan pengaruh emosi terhadap tubuh. Ada banyak hukum
yang mengatur cara kerja pikiran, salah duanya adalah:
Setiap pikiran atau ide mengakibatkan reaksi fisik.
2[2] http://health.detik.com/read/2010/05/15/141532/1357538/770/gangguan-psikosomatis. diakses tanggal, 27 Mei 2012
3[3] Annisa, Haris, Hasim, et. all. (2011). Efek / Pengaruh Stress Terhadap Neurofisiologi (Psikosomatis). UPN Veteran. Hal. 7
Simtom yang muncul dari emosi cederung akan mengakibatkan perubahan
pada tubuh fisik bila simtom ini bertahan cukup lama.
Hukum pertama mengatakan setiap pikiran atau ide mengakibatkan reaksi
fisik. Bila seseorang berpikir, secara konsisten, dan meyakinkan dirinya
bahwa ia sakit jantung, maka cepat atau lambat ia akan mulai merasa tidak
nyaman di daerah dada, yang ia yakini sebagai gejala sakit jantung. Bila ide
ini terus menerus dipikirkan dan akhirnya ia menjadi sangat yakin, menjadi
belief, karena gejalanya memang “benar” adalah gejala sakit jantung maka,
sesuai dengan bunyi hukum yang kedua, ia akan benar-benar sakit
jantung4[4].
Biasanya orang tidak akan secara sadar menginginkan mengalami sakit
tertentu. Umunya yang mereka rasakan adalah suatu perasaan tidak
nyaman, secara emosi. Sayangnya mereka tidak mengerti bahwa perasaan
tidak nyaman ini sebenarnya adalah salah satu bentuk komunikasi dari
pikiran bawah sadar ke pikiran sadar.
Ada lima cara pikiran bawah sadar berkomunikasi dengan pikiran sadar. Bisa
melalui perasaan, kondisi fisik, intuisi, mimpi, dan dialog internal. Umumnya
pikiran bawah sadar menyampaikan pesan melalui perasaan atau emosi
tertentu. Bila emosi ini tidak ditanggapi atau diperhatikan maka ia akan
menaikkan level intensitas pesannya menjadi suatu bentuk gangguan fisik
dan terjadilah yang disebut dengan penyakit psikosomatis.
Dalam mata kuliah psikologi faal dijelaskan, bahwa semua proses dari
hormon itu melibatkan sistem limbik setelah sebelumnya melewati hipofase
(hipotalamus). Sistem limbik ini adalah pusat dari segala emosi yang terjadi
pada manusia. Sehingga secara otomatis, pertumbuhan dan perkembangan
hormon dipengaruhi oleh perasaan atau emosi.5[5]
4[4] Adi W Gunawan. Memahami penyakit psikosomatik. http://www.pembelajar.com/memahami-penyakit-psikosomatis. diakses pada 27 Mei 2012
5[5] Buku catatan mata kuliah Psikologi Faal pada Selasa, 15 Mei 2012, dengan mata kuliah tentang HORMON
Otak manusia selain merupakan pusat pikir (otak besar) yang merupakan
pusat kesadaran, juga merupakan pusat emosi (otak kecil maupun batang
otak). Jadi sebenarnya antara pikiran dan emosi terdapat jalinan yang sangat
erat karena semuanya terjadi di otak. Berdasarkan anatomi seperti inilah,
maka muncul istilah kecerdasan emosi, yaitu bagaimana orang bisa
mengelola emosi sehingga berguna untuk meningkatkan kualitas hidup.
Emosi pada gilirannya akan mempengaruhi kerja sistem saraf, hormonal
maupun fungsi otak lainnya. Orang yang cerdas secara emosi akan mampu
mengintegrasikan kerja seluruh bagian otaknya sehingga mampu berfungsi
secara optimal. Misalnya, ketika menghadapi suatu persoalan, otak kecil
akan bereaksi sehingga memacu pengeluaran hormon yang ada di otak.
Hormon ini pada gilirannya akan mempengaruhi kerja kelenjar hormon
lainnya yang ada di tubuh, misalnya seperti kelenjar adrenal yang terdapat
pada ginjal. Bagian dalam kelenjar adrenal memproduksi hormon adrenalin
yang menyebabkan reaksi emosi takut dan hormon noradrenalin yang
menyebabkan emosi marah. Karena rangkaian seperti inilah maka kita bisa
merasakan emosi marah atau takut dan berbagai macam emosi lainnya
dalam jangka waktu yang agak lama. Apalagi karena hormon-hormon
tersebut diserap oleh tubuh dengan perlahan-lahan. Hormon-hormon ini
pada gilirannya akan mempengaruhi reaksi saraf otonom dalam jangka
waktu yang agak lama juga. Inilah sebabnya mengapa orang yang
mengalami stres atau emosi yang tinggi dalam jangka waktu yang lama
akhirnya mudah menjadi sakit ini disebabkan fungsi organ tubuh yang tidak
seimbang lagi ( mengalami ketegangan dalam jangka waktu yang lama)
sehingga mengganggu metabolisme maupun daya tahan tubuh.6[6]
D. Faktor-faktor Penyebab Psikosomatik
David B.Cheek, M.D. dan Leslie M. Lecron,B.A. dalam bukunya Clinical
Hypnotherapy mengatakan bahwa ada 7 faktor penyebab berbagai
6[6] Siswanto. 2006. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: Penerbit Andi
gangguan psikosomatis. Memahami 7 kunci penting ini akan membantu
terapis dan klien membuka pintu gerbang kesadaran baru tentang
pemahaman masalahnya.
Untuk memudahkan mengingat maka kita gunakan mnemonik COMPISS
(Conflict, Organ Language, Motivation, Past Experience, Identification, Self-
punishment, Suggestion/Imprint)
1. Conflict
Konflik internal muncul karena ada minimal dua bagian dari diri seseorang
yang saling bertentangan. Tujuan dari kedua bagian ini sebenarnya sama
baiknya namun karena bertolak belakang akibatnya timbul masalah.
Sebagai contoh kasus yang lain adalah seorang salesman yang sangat
sukses namun memiliki kecemasan sangat tinggi dan selalu berusaha
menghindar untuk berjabat tangan. Padahal dalam menjalankan aktivitasnya
ia seringkali harus berjabat tangan memperkenalkan diri dengan
pelanggannya. Setelah dilakukan hipnoanalisis ternyata saat ia masih remaja
ia sering melakukan masturbasi dan ia ketakutan membayangkan orang-
orang yang dikenalnya akan bisa mengenali keburukannya
2. Organ Language / Unresolved problem
Ini adalah salah satu cara pikiran bawah sadar berbicara pada kita tentang
masalah yang belum terselesaikan. Caranya adalah dengan memberi rasa
sakit pada bagian tertentu tubuh kita. Jadi masalah itu dimunculkan dalam
bentuk symptom. Dengan adanya symptom diharapkan pikiran bawah sadar
mendapatkan perhatian dari pikiran sadar. Makna symptom ini adalah, ”Saya
tidak suka apa yang sedang anda lakukan”. Inilah penyakit yang bersifat
psikosomatis. Jadi klien perlu dibantu menemukan akar masalahnya jauh di
pikiran bawah sadarnya. Seringkali apa yang tampaknya menjadi masalah,
menurut pikiran sadar, ternyata berbeda dengan yang dinyatakan oleh
pikiran bawah sadar.
3. Motivation
Symptom yang dialami seseorang sering kali mempunyai tujuan tersembunyi
demi keuntungan orang tersebut. Contohnya adalah seorang anak yang
malas sekali belajar sehingga ulangannya mendapatkan nilai jelek semua.
Ternyata hal ini adalah salah satu upayanya agar mendapatkan teguran dari
orangtua. Ia menyamakan teguran dengan perhatian.
Contoh lain lagi adalah kasus pada seorang wanita yang mengalami migrain.
Setelah diselidiki lebih dalam ternyata pikiran bawah sadar wanita ini
membuat wanita ini mengalami migrain karena dengan demikian suami dan
anak-anaknya memperhatikannya. Bila dalam kondisi normal, tanpa migrain,
keluarganya biasanya sibuk sendiri dan kurang memperhatikan wanita ini.
4. Past Experience
Pengalaman masa lalu yang menyakitkan, sesuai dengan persepsi pikiran
bawah sadar, mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan bertahan lama.
Contohnya adalah phobia. Ketakutan akan sesuatu, yang terjadi di masa lalu,
terbawa hingga masa kini dan sangat mengganggu seseorang.
5. Identification
Pada kasus ini klien mengidentifikasikan dirinya dengan satu figur yang ia
kagumi. Contoh kasusnya adalah seorang klien yang sering ditipu oleh rekan
kerjanya. Ternyata ia mengidolakan seorang tokoh bisnis yang dulunya
ditipu berkali-kali sehingga akhirnya bisa sukses dan makmur. Identifikasi ini
adalah sebuah program yang bekerja sangat halus yang jika digunakan
dengan baik maka akan menghasilkan sesuatu yang positif. Satu hal yang
perlu diingat bila kita menggunakan identifikasi adalah apapun yang melekat
pada seorang figur biasanya akan ikut terserap juga walau terkadang ini
bertentangan dengan nilai hidup kita.
6. Self-punishment
Perasaan bersalah atas apa yang telah dilakukan di masa lalu sering kali
termanifestasi dalam sebuah perilaku untuk menghukum diri sendiri. Terapi
dilakukan dengan membantu klien untuk bisa memaafkan dirinya sendiri
atas kesalahan tersebut atau yang dirasa sebagai suatu kesalahan yang ia
lakukan
7. Sugesstion/Imprint
Imprint adalah sebuah kepercayaan/belief yang ditanamkan ke pikiran klien,
biasanya oleh figur yang oleh klien dipandang memiliki otoritas. Seorang
wanita berumur 40 an tahun menderita batuk puluhan tahun. Tak ada
pengobatan yang bisa menyembuhkan batuknya. Akhirnya ia pun mencoba
hipnoterapi dan setelah dilakukan hipnoanalisis akhirnya terungkap pada
saat ia berusia 4 tahun ia sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Ia
menderita batuk yang sangat parah. Ayah ibunya ada di sisi ranjangnya saat
seorang dokter mengatakan bahwa ia tak akan pernah sembuh dari
batuknya. Perkataan dokter ini langsung membuatnya ketakutan dan saat
itulah perkataan sang dokter menjadi sebuah kebenaran yang diterima
pikiran bawah sadarnya.7[7]
E. Cara Mencegah Psikosomatik
Karena psikosomatis adalah penyakit yang disebabkan oleh proses psikis
yang dialami sehingga berpengaruh terhadap fisik, maka tak ada jalan lain
untuk mencegahnya kecuali dengan memahami secara betul apa yang
terjadi dan dinginkan oleh diri. Pada konteks inilah, konsep self-theory yang
dikatakan oleh Carl Roger menjadi penting, dengan asumsi, bahwa yang
paling mengetahui dirinya adalah dirinya sendiri, bukan orang lain.
Jika menggunakan teorinya Freud, maka seseorang harus berusaha sekuat
mungkin untuk “mendamaikan” antara id dengan superego-nya sehingga
dapat meminimalisasi terjadinya konflik atau neurotik. Namun, hal ini akan
sulit sekali karena tak ada kebutuhan dari id yang selamanya mulus jika
melewati filter dari superego. Sehingga konsep humanistik, dalam kondisi ini,
dapat mengambil perannya, yaitu sebuah konsep yang berusaha untuk
menyadarkan kemanusiaan manusia. Sederhanya, konsep humanistik ini
mengajarkan manusia untuk mengaktualisasikan diri, berprilaku yang baik
dan benar, jujur, dan sadar akan potensi diri. Pada proses selanjutnya,
konsep tentang spiritualitas dapat juga dijadikan acuan.
7[7] Annisa, Haris, Hasim, et. all. (2011). Efek / Pengaruh Stress Terhadap Neurofisiologi (Psikosomatis). UPN Veteran. Hal. 7-9
Selanjutnya berupa anjuran untuk memperbaiki kondisi lingkungan dalam
keluarga, sosial ekonomi, dan juga di lingkungan pekerjaannya. Sebab, tidak
jarang penyebab masalah psikis adalah orang-orang yang berada di
sekitarnya, atau mungkin significan other dalam hidupnya. Dengan adanya
sosialisasi yang baik, seseorang akan mudah untuk berpikir terbuka dan
berpikir positif, yang secara otomatis akan menjadikannya lebih sehat. Baik
fisik maupun psikis.
Untuk itulah, seseorang wajib memahami sungguh-sungguh masalah
psikosomatis ini. Lebih-lebih para praktisi medis. Mereka harus lebih proaktif
dan bertindak profesional sehingga masyarakat/pasien tidak (di)-jatuh-(kan)
pada pemaksaan terselubung alias medikalisasi.
F. Cara Mengobati Psikosomatik
Perkembangan dalam terapi ilmu kedokteran dewasa ini-- sesuai dengan
definisi WHO tahun 1994 tentang "konsep sehat"-- adalah sehat secara fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual, maka terapi pun seyogyanya dilakukan
secara holistik. Maksudnya, tidak hanya gejala fisik saja yang ditangani
tetapi pemeriksaan pada faktor-faktor psikis yang biasanya sangat
mendominasi penderita psikosomatis pun menjadi prioritas.
Selain itu, bagi seorang dokter seyogyanya mampu menyakinkan dan
menenangkan penderita penyakit psikosomatis ini sehingga mereka tidak
terlalu memikirkan kondisi penyakitnya. Berempati dalam mendengarkan
segala keluhan penderita yang berkaitan dengan masalah kehidupan yang
dihadapinya sebagai salah satu cara terapi (ventilasi) juga menjadi salah
satu tugas dokter dalam menangani penyakit ini. Dengan demikian penderita
akan lebih merasa tenang.
Seorang dokter juga seyogyanya memberikan re-edukasi dan re-assurance.
Ini dimaksudkan untuk meyakinkan dan menjamin penderita bahwa segala
masalah yang dihadapi dapat diatasi. Biasanya pada tahap ini peran
dokter/psikiater atau rohaniwan sangat membantu8[8]
Ada dua macam pengobatan untuk gangguan psikosomatik, pengobatan fisik
dan mental. Pengobatan fisik disesuaikan dengan penyakit yang diderita.
Sedangkan perawatan mental dapat dilakukan dengan hipnoterapi, obat,
atau dengan bantuan psikolog.
Gejala psikosomatis bisa saja diringankan dengan obat-obatan semisal
penahan rasa sakit, seperti Antalgin, Postan maupun parasetamol. Namun
itu hanya menahan sementara, dan gejala penyakit akan muncul kembali
berulang-ulang, dan kadang dalam bentuk yang berbeda-beda. Obat-obatan
hanya menangani gejala. Selama penyebabnya (program pikiran dan emosi
negatif) masih ada, gejala penyakit akan terus timbul.9[9]
Pada dasarnya penyakit psikosomatis merupakan hal yang sederhana.
Mengapa? Karena begitu masalah yang terpendam di dalam pikiran bawah
sadar diketahui, dan masalah tersebut diselesaikan, maka saat itupun
pikiran memerintahkan tubuh untuk menghilangkan segala gejala-gejala
yang muncul. Di situlah saatnya terjadi kesembuhan atas penyakit
psikosomatis tersebut. Pada kondisi seperti ini, yang harus dilakukan adalah
menyembuhkan gangguan psikis. Hipnosis atau hipnoterapi menjadi salah
satu pilihan terbaik untuk menyembuhkan gangguan ini.
Menurut APA (American Psychological Association), Dictionary of Psychology,
edisi 2007, bukti-bukti ilmiah menunjukkan hipnoterapi dapat bermanfaat
mengatasi hipertensi, asma, insomnia, manajemen rasa nyeri akut maupun
kronis, anorexia, nervosa, makan berlebih, merokok, dan gangguan
8[8] http://aryo512.multiply.com/journal/item/5?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Diakses tanggal 24 Mei 2012
9[9] Ilvan. Mengatasi psikosomatis. http://www.klinikhipnotis.com/frm48/hipnoterapi/trd1459/mengatasi_psikosomatis/main.html. diakses tanggal 24 Mei 2012
kepribadian. Hasil guna sebagai "terapi pendukung" dalam beberapa
penyakit juga telah terbukti.
Menurut kata Ferdiansyah Setiadi Setiawan, S.I.P., CI, CHt, CH, instruktur
hipnoterpi, hipnoterapi, Ketua IBH (The Indonesian Board of Hypnotherapy)
Chapter Bandung, "Dengan mengistirahatkan pikiran sadar (conscious mind)
melalui hipnosis, seseorang dapat diberikan memori, saran, atau sugesti
yang dapat memprogram ulang pikiran bawah sadarnya untuk berbagai
tujuan positif,".
Tebetts mengatakan ada 4 langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi
penyakit psikosomatis dan mengatasi simtomnya dengan teknik uncovering :
1. Memori yang menyebabkan munculnya simtom harus dimunculkan dan
dibawa ke pikiran sadar untuk diketahui
2. Perasaan atau emosi yang berhubungan dengan memori ini harus kembali
dialami dan dirasakan oleh klien.
3. Menemukan hubungan antara simtom dan memori.
4. Harus terjadi pembelajaran pada secara emosi atau pada level pikiran
bawah sadar, sehingga membuat seseorang membuat keputusan di masa
depan, yang mana keputusannya tidak dipengaruhi lagi oleh materi yang
tertekan (repressed content) di pikiran bawah sadar klien.
Pada saat alasan terciptanya penyakit psikosomatis ini dihilangkan, maka
pikiran bawah sadar tidak mempunyai alasan lagi untuk memunculkan
penyakit ini di masa mendatang.10[10]
Bagaimana menangani penyakit psikosomatis ? Penanganan pada orang
dewasa dapat dilakukan dengan :
1. Obat (penenang, anti depresan, tidur)
2. Olahraga/relaksasi dan rekreasi
3. Meningkatkan ibadah
4. Hipnoterapi
Karena yang menjadi sumber masalah sebenarnya adalah emosi maka
10[10] Kompas Online. Apa itu psikosomatis?. 12 Juli 2000
terapis harus mampu membantu klien memproses emosi terpendam yang
menjadi sumber masala.11[11]
ignorance is a bliss, but ignoring all problems in your life could harm
your own life as well
G. Terapi Psikosomatik dalam Islam
Bagaimana shalat bisa menangani psikosomatik? Shalat yang dilakukan
dengan benar atau khusyu, ternyata mampu untuk mencegah atau
mengobati penyakit tersebut. Dalam shalat, semua gerakan dilakukan
dengan tuma’ninah, tidak terburu-buru atau ada jeda dalam setiap gerakan
shalat. Mulai dari takbiratul ihram, ruku dan sujud, semuanya dilakukan
dengan tumakninah dan secara fisik semua anggota badan harus rileks,
jangan ada otot-otot yang menegang.
Dan yang paling utama, shalat harus dilakukan dengan melibatkan hati dan rasa, karena shalat merupakan olah rasa bukan sekedar olah raga. Ilham dari Allah tidak turun dalam bentuk bunyi atau huruf ‘ la shoutun wa la harfun’ namun merupakan getaran ilahiyah yang diturunkan ke dalam dada orang-orang yang beriman. Jadi apabila shalat dilakukan dengan ikhlas, hati yang semeleh, pasrah dan tunduk kepada Allah, Insya Allah kita terhindar dari penyakit hati.
11[11] Psikosomatis; Apaan tuh?. http://infosehat09hartonoprasetyo.wordpress.com/2010/03/06/psikosomatis-apaan-tuh/. Diakses tanggal 25 Mei 2012