psikosomatik

15

Click here to load reader

Upload: fadilla-safira

Post on 07-Aug-2015

194 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

psikiatri

TRANSCRIPT

Page 1: PSIKOSOMATIK

PSIKOSOMATIK

A.    Definisi

Menurut literatur yang ada, Psikosomatik berasal dari kata Psiko atau Psyche

yang artinya Jiwa, sedang Soma artinya badan, jadi ilmu ini mempelajari

kaitan antara jiwa dan badan. Ilmu ini menegaskan bahwa faktor psikologis

memegang peranan sangat penting dalam perkembangan semua penyakit.

Gangguan psikosomatik adalah salah satu gangguan jiwa yang paling umum

ditemukan dalam praktek umum. Istilah ini terutama digunakan untuk

penyakit fisik yang disebabkan atau diperburuk oleh faktor kejiwaan/

psikologis.

Istilah ini diperkenalkan oleh seorang dokter Jerman Heinroth ke dalam

kedokteran Barat. Pada tahun 1818 ia menerbitkan desertasi yang

menekankan pentingnya faktor psikososial dalam perkembangan penyakit

fisik.

Sebenarnya, kurang lebih 400 tahun SM ahli filsafat Hipocrates sudah

mengutarakan pentingnya peran faktor psikis pada penyakit. Pada abad

pertengahan Paracelcus seorang ahli kimia menyatakan bahwa kekuatan

batin memiliki pengaruh terhadap kekuatan seseorang1[1]. Pada

perkembangannya, psikosomatik disebut juga dengan psikosomatis,

somatisasi, neurofisiologi, dan sebagainya, yang pada intinya mempunyai

satu makna.

Psikosomatik adalah gangguaan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor

kejiwaan dan sosial. Seseorang jika emosinya menumpuk dan memuncak

maka hal itu dapat menyebabkan terjadinya goncangan dan kekacauan

dalam dirinya. Jika faktor-faktor yang menyebabkan memuncaknya emosi itu

secara berkepanjangan tidak dapat dijauhkan, maka ia dipaksa untuk selalu

berjuang menekan perasaannya. Perasaaan tertekan, cemas, kesepian dan

kebosanan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya.

1[1] Budihalim S, Sukatman D. 1999. Psikosamatis. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta. Hal. 591-592

Page 2: PSIKOSOMATIK

Jadi Psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan, fisik dan

mental, dimana yang sakit sebenarnya jiwanya, tetapi menjelma dalam

bentuk sakit fisik.

Beberapa penyakit fisik dianggap sangat rentan diperburuk oleh faktor

mental seperti stres dan kecemasan, di antaranya: gangguan kulit,

muscoskeletal (otot, sendi dan saraf),  pernafasan, jantung, kemih, kelenjar,

mata dan saraf. Pusing, keringat dingin, tangan basah, sakit perut dan melilit

juga terjadi dikarenakan akibat dari pikiran, yang merupakan gejala dari

psikosomatik. Gejala penyakit ini banyak terjadi pada wanita dan pria mulai

dari usia remaja sampai dewasa, bahkan lanjut usia.

Gangguan psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan psikis yang

menyebabkan gangguan fisik. Pendek kata, psikosomatik adalah penyakit

fisik yang disebabkan oleh pikiran negatif dan/atau masalah emosi. Masalah

emosi itu antara lain rasa berdosa, merasa punya penyakit, stress, depresi,

kecewa, kecemasan atau masalah emosi negatif lainnya. Gangguan ini tidak

hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalaminya.

Perlu diketahui bahwa pikiran dapat menyebabkan gejala fisik. Sebagai

contoh, ketika seseorang takut atau cemas dapat memacu detak jantung

yang cepat, jantung berdebar, merasa sakit, gemetar (tremor), berkeringat,

mulut kering, sakit dada, sakit kepala, dan bernafas cepat. Gejala-gejala fisik

tersebut melalui saraf otak mengirim impuls tersebut ke berbagai bagian

tubuh, dan pelepasan adrenalin ke dalam aliran darah.

B.     Gejala-gejala

Sindroma psikosomatik mempunyai gejala fisik berupa; (1) penyakit salah

satu sistem tubuh yang paling rentan bagi pasien, misalnya; asma (sistem

respiratorius), neurodermatitis (sistem integumentum), ulkus peptikum

(sistem digestivus), artritis rematik (sistem muskuloskeletal), PJK dan aritmia

(sistem kardiovaskuler), dan migrain (sistem neurologik). Pada sindroma

psikosomatik ini dijumpai pula (2) patologi organ (+) dan (3) mekanisme

patofisiologik (+). Gejala psikis berupa (1) munculnya gejala sistem tersebut

Page 3: PSIKOSOMATIK

berkaitan dengan waktu dan stimulus lingkungan yang secara psikologis

bermakna bagi pasien dan (2) faktor psikologis tersebut bukan merupakan

gangguan mental yang spesifik.

Psikosomatis ditandai dengan adanya keluhan dengan gejala fisik yang

beragam. Namun umumnya penderita mengalami atau mengeluhkan

beberapa gejala berikut: mual, muntah, sendawa, sakit perut, rasa pedih,

kulit gatal, pusing, nyeri saat berhubungan seksual2[2]

Para penderita psikosomatik, umumnya mengeluhkan gangguan yang

berkaitan dengan sistem organ, seperti :

1.      Kardio-vaskuler: keluhan jantung berdebar-debar, cepat lelah

2.      Gastro-intestinal: keluhan ulu hati nyeri, mencret kronis

3.      Respiratorlus: keluhan sesak napas, asma

4.      Dermatologi: keluhan gatal, eksim

5.      Muskulo-skeletal: keluhan encok, pegal, kejang

6.      Endokrinologl: keluhan hipertiroidi, hipotiroidi, dismenorea

7.      Urogenital: kehuhan masih ngompoh, gangguan gairah seks

8.      Serebro vaskuler: keluhan pusing, sering lupa, sukar konsentrasi, kejang

epilepsi.

Selain itu, masalah kejiwaan yang menyertainya yaitu gejala anxietas

dan gejala depresi3[3].

C.    Proses Terjadinya Psikosomatik

Untuk memahami terjadinya penyakit psikosomatis kita perlu mencermati

hukum pikiran dan pengaruh emosi terhadap tubuh. Ada banyak hukum

yang mengatur cara kerja pikiran, salah duanya adalah:

       Setiap pikiran atau ide mengakibatkan reaksi fisik.

2[2] http://health.detik.com/read/2010/05/15/141532/1357538/770/gangguan-psikosomatis. diakses tanggal, 27 Mei 2012

3[3] Annisa, Haris, Hasim, et. all. (2011). Efek / Pengaruh Stress Terhadap Neurofisiologi (Psikosomatis). UPN Veteran. Hal. 7

Page 4: PSIKOSOMATIK

       Simtom yang muncul dari emosi cederung akan mengakibatkan perubahan

pada tubuh fisik bila simtom ini bertahan cukup lama.

Hukum pertama mengatakan setiap pikiran atau ide mengakibatkan reaksi

fisik. Bila seseorang berpikir, secara konsisten, dan meyakinkan dirinya

bahwa ia sakit jantung, maka cepat atau lambat ia akan mulai merasa tidak

nyaman di daerah dada, yang ia yakini sebagai gejala sakit jantung. Bila ide

ini terus menerus dipikirkan dan akhirnya ia menjadi sangat yakin, menjadi

belief, karena gejalanya memang “benar” adalah gejala sakit jantung maka,

sesuai dengan bunyi hukum yang kedua, ia akan benar-benar sakit

jantung4[4].

Biasanya orang tidak akan secara sadar menginginkan mengalami sakit

tertentu. Umunya yang mereka rasakan adalah suatu perasaan tidak

nyaman, secara emosi. Sayangnya mereka tidak mengerti bahwa perasaan

tidak nyaman ini sebenarnya adalah salah satu bentuk komunikasi dari

pikiran bawah sadar ke pikiran sadar.

Ada lima cara pikiran bawah sadar berkomunikasi dengan pikiran sadar. Bisa

melalui perasaan, kondisi fisik, intuisi, mimpi, dan dialog internal. Umumnya

pikiran bawah sadar menyampaikan pesan melalui perasaan atau emosi

tertentu. Bila emosi ini tidak ditanggapi atau diperhatikan maka ia akan

menaikkan level intensitas pesannya menjadi suatu bentuk gangguan fisik

dan terjadilah yang disebut dengan penyakit psikosomatis.

Dalam mata kuliah psikologi faal dijelaskan, bahwa semua proses dari

hormon itu melibatkan sistem limbik setelah sebelumnya melewati hipofase

(hipotalamus). Sistem limbik ini adalah pusat dari segala emosi yang terjadi

pada manusia. Sehingga secara otomatis, pertumbuhan dan perkembangan

hormon dipengaruhi oleh perasaan atau emosi.5[5]

4[4] Adi W Gunawan. Memahami penyakit psikosomatik. http://www.pembelajar.com/memahami-penyakit-psikosomatis. diakses pada 27 Mei 2012

5[5] Buku catatan mata kuliah Psikologi Faal pada Selasa, 15 Mei 2012, dengan mata kuliah tentang HORMON

Page 5: PSIKOSOMATIK

Otak manusia selain merupakan pusat pikir (otak besar) yang merupakan

pusat kesadaran, juga merupakan pusat emosi (otak kecil maupun batang

otak). Jadi sebenarnya antara pikiran dan emosi terdapat jalinan yang sangat

erat karena semuanya terjadi di otak. Berdasarkan anatomi seperti inilah,

maka muncul istilah kecerdasan emosi, yaitu bagaimana orang bisa

mengelola emosi sehingga berguna untuk meningkatkan kualitas hidup.

Emosi pada gilirannya akan mempengaruhi kerja sistem saraf, hormonal

maupun fungsi otak lainnya. Orang yang cerdas secara emosi akan mampu

mengintegrasikan kerja seluruh bagian otaknya sehingga mampu berfungsi

secara optimal. Misalnya, ketika menghadapi suatu persoalan, otak kecil

akan bereaksi sehingga memacu pengeluaran hormon yang ada di otak.

Hormon ini pada gilirannya akan mempengaruhi kerja kelenjar hormon

lainnya yang ada di tubuh, misalnya seperti kelenjar adrenal yang terdapat

pada ginjal. Bagian dalam kelenjar adrenal memproduksi hormon adrenalin

yang menyebabkan reaksi emosi takut dan hormon noradrenalin yang

menyebabkan emosi marah. Karena rangkaian seperti inilah maka kita bisa

merasakan emosi marah atau takut dan berbagai macam emosi lainnya

dalam jangka waktu yang agak lama. Apalagi karena hormon-hormon

tersebut diserap oleh tubuh dengan perlahan-lahan. Hormon-hormon ini

pada gilirannya akan mempengaruhi reaksi saraf otonom dalam jangka

waktu yang agak lama juga. Inilah sebabnya mengapa orang yang

mengalami stres atau emosi yang tinggi dalam jangka waktu yang lama

akhirnya mudah menjadi sakit ini disebabkan fungsi organ tubuh yang tidak

seimbang lagi ( mengalami ketegangan dalam jangka waktu yang lama)

sehingga mengganggu metabolisme maupun daya tahan tubuh.6[6]

D.    Faktor-faktor Penyebab Psikosomatik

David B.Cheek, M.D. dan Leslie M. Lecron,B.A. dalam bukunya Clinical

Hypnotherapy mengatakan bahwa ada 7 faktor penyebab berbagai

6[6] Siswanto. 2006. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: Penerbit Andi

Page 6: PSIKOSOMATIK

gangguan psikosomatis. Memahami 7 kunci penting ini akan membantu

terapis dan klien membuka pintu gerbang kesadaran baru tentang

pemahaman masalahnya.

Untuk memudahkan mengingat maka kita gunakan mnemonik COMPISS

(Conflict, Organ Language, Motivation, Past Experience, Identification, Self-

punishment, Suggestion/Imprint)

1.      Conflict

Konflik internal muncul karena ada minimal dua bagian dari diri seseorang

yang saling bertentangan. Tujuan dari kedua bagian ini sebenarnya sama

baiknya namun karena bertolak belakang akibatnya timbul masalah.

Sebagai contoh kasus yang lain adalah seorang salesman yang sangat

sukses namun memiliki kecemasan sangat tinggi dan selalu berusaha

menghindar untuk berjabat tangan. Padahal dalam menjalankan aktivitasnya

ia seringkali harus berjabat tangan memperkenalkan diri dengan

pelanggannya. Setelah dilakukan hipnoanalisis ternyata saat ia masih remaja

ia sering melakukan masturbasi dan ia ketakutan membayangkan orang-

orang yang dikenalnya akan bisa mengenali keburukannya

2.      Organ Language / Unresolved problem

Ini adalah salah satu cara pikiran bawah sadar berbicara pada kita tentang

masalah yang belum terselesaikan. Caranya adalah dengan memberi rasa

sakit pada bagian tertentu tubuh kita. Jadi masalah itu dimunculkan dalam

bentuk symptom. Dengan adanya symptom diharapkan pikiran bawah sadar

mendapatkan perhatian dari pikiran sadar. Makna symptom ini adalah, ”Saya

tidak suka apa yang sedang anda lakukan”. Inilah penyakit yang bersifat

psikosomatis. Jadi klien perlu dibantu menemukan akar masalahnya jauh di

pikiran bawah sadarnya. Seringkali apa yang tampaknya menjadi masalah,

menurut pikiran sadar, ternyata berbeda dengan yang dinyatakan oleh

pikiran bawah sadar.

3.      Motivation

Symptom yang dialami seseorang sering kali mempunyai tujuan tersembunyi

demi keuntungan orang tersebut. Contohnya adalah seorang anak yang

Page 7: PSIKOSOMATIK

malas sekali belajar sehingga ulangannya mendapatkan nilai jelek semua.

Ternyata hal ini adalah salah satu upayanya agar mendapatkan teguran dari

orangtua. Ia menyamakan teguran dengan perhatian.

Contoh lain lagi adalah kasus pada seorang wanita yang mengalami migrain.

Setelah diselidiki lebih dalam ternyata pikiran bawah sadar wanita ini

membuat wanita ini mengalami migrain karena dengan demikian suami dan

anak-anaknya memperhatikannya. Bila dalam kondisi normal, tanpa migrain,

keluarganya biasanya sibuk sendiri dan kurang memperhatikan wanita ini.

4.      Past Experience

Pengalaman masa lalu yang menyakitkan, sesuai dengan persepsi pikiran

bawah sadar, mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan bertahan lama.

Contohnya adalah phobia. Ketakutan akan sesuatu, yang terjadi di masa lalu,

terbawa hingga masa kini dan sangat mengganggu seseorang.

5.      Identification

Pada kasus ini klien mengidentifikasikan dirinya dengan satu figur yang ia

kagumi. Contoh kasusnya adalah seorang klien yang sering ditipu oleh rekan

kerjanya. Ternyata ia mengidolakan seorang tokoh bisnis yang dulunya

ditipu berkali-kali sehingga akhirnya bisa sukses dan makmur. Identifikasi ini

adalah sebuah program yang bekerja sangat halus yang jika digunakan

dengan baik maka akan menghasilkan sesuatu yang positif. Satu hal yang

perlu diingat bila kita menggunakan identifikasi adalah apapun yang melekat

pada seorang figur biasanya akan ikut terserap juga walau terkadang ini

bertentangan dengan nilai hidup kita.

6.      Self-punishment

Perasaan bersalah atas apa yang telah dilakukan di masa lalu sering kali

termanifestasi dalam sebuah perilaku untuk menghukum diri sendiri. Terapi

dilakukan dengan membantu klien untuk bisa memaafkan dirinya sendiri

atas kesalahan tersebut atau yang dirasa sebagai suatu kesalahan yang ia

lakukan

7.      Sugesstion/Imprint

Page 8: PSIKOSOMATIK

Imprint adalah sebuah kepercayaan/belief yang ditanamkan ke pikiran klien,

biasanya oleh figur yang oleh klien dipandang memiliki otoritas. Seorang

wanita berumur 40 an tahun menderita batuk puluhan tahun. Tak ada

pengobatan yang bisa menyembuhkan batuknya. Akhirnya ia pun mencoba

hipnoterapi dan setelah dilakukan hipnoanalisis akhirnya terungkap pada

saat ia berusia 4 tahun ia sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Ia

menderita batuk yang sangat parah. Ayah ibunya ada di sisi ranjangnya saat

seorang dokter mengatakan bahwa ia tak akan pernah sembuh dari

batuknya. Perkataan dokter ini langsung membuatnya ketakutan dan saat

itulah perkataan sang dokter menjadi sebuah kebenaran yang diterima

pikiran bawah sadarnya.7[7]

E.     Cara Mencegah Psikosomatik

Karena psikosomatis adalah penyakit yang disebabkan oleh proses psikis

yang dialami sehingga berpengaruh terhadap fisik, maka tak ada jalan lain

untuk mencegahnya kecuali dengan memahami secara betul apa yang

terjadi dan dinginkan oleh diri. Pada konteks inilah, konsep self-theory yang

dikatakan oleh Carl Roger menjadi penting, dengan asumsi, bahwa yang

paling mengetahui dirinya adalah dirinya sendiri, bukan orang lain.

Jika menggunakan teorinya Freud, maka seseorang harus berusaha sekuat

mungkin untuk “mendamaikan” antara id dengan superego-nya sehingga

dapat meminimalisasi terjadinya konflik atau neurotik. Namun, hal ini akan

sulit sekali karena tak ada kebutuhan dari id yang selamanya mulus jika

melewati filter dari superego. Sehingga konsep humanistik, dalam kondisi ini,

dapat mengambil perannya, yaitu sebuah konsep yang berusaha untuk

menyadarkan kemanusiaan manusia. Sederhanya, konsep humanistik ini

mengajarkan manusia untuk mengaktualisasikan diri, berprilaku yang baik

dan benar, jujur, dan sadar akan potensi diri. Pada proses selanjutnya,

konsep tentang spiritualitas dapat juga dijadikan acuan.

7[7] Annisa, Haris, Hasim, et. all. (2011). Efek / Pengaruh Stress Terhadap Neurofisiologi (Psikosomatis). UPN Veteran. Hal. 7-9

Page 9: PSIKOSOMATIK

Selanjutnya berupa anjuran untuk memperbaiki kondisi lingkungan dalam

keluarga, sosial ekonomi, dan juga di lingkungan pekerjaannya. Sebab, tidak

jarang penyebab masalah psikis adalah orang-orang yang berada di

sekitarnya, atau mungkin significan other dalam hidupnya. Dengan adanya

sosialisasi yang baik, seseorang akan mudah untuk berpikir terbuka dan

berpikir positif, yang secara otomatis akan menjadikannya lebih sehat. Baik

fisik maupun psikis.

Untuk itulah, seseorang wajib memahami sungguh-sungguh masalah

psikosomatis ini. Lebih-lebih para praktisi medis. Mereka harus lebih proaktif

dan bertindak profesional sehingga masyarakat/pasien tidak (di)-jatuh-(kan)

pada pemaksaan terselubung alias medikalisasi.

F.     Cara Mengobati Psikosomatik

Perkembangan dalam terapi ilmu kedokteran dewasa ini-- sesuai dengan

definisi WHO tahun 1994 tentang "konsep sehat"-- adalah sehat secara fisik,

psikologis, sosial, dan spiritual, maka terapi pun seyogyanya dilakukan

secara holistik. Maksudnya, tidak hanya gejala fisik saja yang ditangani

tetapi pemeriksaan pada faktor-faktor psikis yang biasanya sangat

mendominasi penderita psikosomatis pun menjadi prioritas.

Selain itu, bagi seorang dokter seyogyanya mampu menyakinkan dan

menenangkan penderita penyakit psikosomatis ini sehingga mereka tidak

terlalu memikirkan kondisi penyakitnya. Berempati dalam mendengarkan

segala keluhan penderita yang berkaitan dengan masalah kehidupan yang

dihadapinya sebagai salah satu cara terapi (ventilasi) juga menjadi salah

satu tugas dokter dalam menangani penyakit ini. Dengan demikian penderita

akan lebih merasa tenang.

Seorang dokter juga seyogyanya memberikan re-edukasi dan re-assurance.

Ini dimaksudkan untuk meyakinkan dan menjamin penderita bahwa segala

Page 10: PSIKOSOMATIK

masalah yang dihadapi dapat diatasi. Biasanya pada tahap ini peran

dokter/psikiater atau rohaniwan sangat membantu8[8]

Ada dua macam pengobatan untuk gangguan psikosomatik, pengobatan fisik

dan mental. Pengobatan fisik disesuaikan dengan penyakit yang diderita.

Sedangkan perawatan mental dapat dilakukan dengan hipnoterapi, obat,

atau dengan bantuan psikolog.

Gejala psikosomatis bisa saja diringankan dengan obat-obatan semisal

penahan rasa sakit, seperti Antalgin, Postan maupun parasetamol. Namun

itu hanya menahan sementara, dan gejala penyakit akan muncul kembali

berulang-ulang, dan kadang dalam bentuk yang berbeda-beda. Obat-obatan

hanya menangani gejala. Selama penyebabnya (program pikiran dan emosi

negatif) masih ada, gejala penyakit akan terus timbul.9[9]

Pada dasarnya penyakit psikosomatis merupakan hal yang sederhana.

Mengapa? Karena begitu masalah yang terpendam di dalam pikiran bawah

sadar diketahui, dan masalah tersebut diselesaikan, maka saat itupun

pikiran memerintahkan tubuh untuk menghilangkan segala gejala-gejala

yang muncul. Di situlah saatnya terjadi kesembuhan atas penyakit

psikosomatis tersebut. Pada kondisi seperti ini, yang harus dilakukan adalah

menyembuhkan gangguan psikis. Hipnosis atau hipnoterapi menjadi salah

satu pilihan terbaik untuk menyembuhkan gangguan ini.

Menurut APA (American Psychological Association), Dictionary of Psychology,

edisi 2007, bukti-bukti ilmiah menunjukkan hipnoterapi dapat bermanfaat

mengatasi hipertensi, asma, insomnia, manajemen rasa nyeri akut maupun

kronis, anorexia, nervosa, makan berlebih, merokok, dan gangguan

8[8] http://aryo512.multiply.com/journal/item/5?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Diakses tanggal 24 Mei 2012

9[9] Ilvan. Mengatasi psikosomatis. http://www.klinikhipnotis.com/frm48/hipnoterapi/trd1459/mengatasi_psikosomatis/main.html. diakses tanggal 24 Mei 2012

Page 11: PSIKOSOMATIK

kepribadian. Hasil guna sebagai "terapi pendukung" dalam beberapa

penyakit juga telah terbukti.

Menurut kata Ferdiansyah Setiadi Setiawan, S.I.P., CI, CHt, CH, instruktur

hipnoterpi, hipnoterapi, Ketua IBH (The Indonesian Board of Hypnotherapy)

Chapter Bandung, "Dengan mengistirahatkan pikiran sadar (conscious mind)

melalui hipnosis, seseorang dapat diberikan memori, saran, atau sugesti

yang dapat memprogram ulang pikiran bawah sadarnya untuk berbagai

tujuan positif,".

Tebetts mengatakan ada 4 langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi

penyakit psikosomatis dan mengatasi simtomnya dengan teknik uncovering :

1.      Memori yang menyebabkan munculnya simtom harus dimunculkan dan

dibawa ke pikiran sadar untuk diketahui

2.      Perasaan atau emosi yang berhubungan dengan memori ini harus kembali

dialami dan dirasakan oleh klien.

3.      Menemukan hubungan antara simtom dan memori.

4.      Harus terjadi pembelajaran pada secara emosi atau pada level pikiran

bawah sadar, sehingga membuat seseorang membuat keputusan di masa

depan, yang mana keputusannya tidak dipengaruhi lagi oleh materi yang

tertekan (repressed content) di pikiran bawah sadar klien.

Pada saat alasan terciptanya penyakit psikosomatis ini dihilangkan, maka

pikiran bawah sadar tidak mempunyai alasan lagi untuk memunculkan

penyakit ini di masa mendatang.10[10]

Bagaimana menangani penyakit psikosomatis ? Penanganan pada orang

dewasa dapat dilakukan dengan :

1.      Obat (penenang, anti depresan, tidur)

2.      Olahraga/relaksasi dan rekreasi

3.      Meningkatkan ibadah

4.      Hipnoterapi

Karena yang menjadi sumber masalah sebenarnya adalah emosi maka

10[10] Kompas Online. Apa itu psikosomatis?. 12 Juli 2000

Page 12: PSIKOSOMATIK

terapis harus mampu membantu klien memproses emosi terpendam yang

menjadi sumber masala.11[11]

ignorance is a bliss, but ignoring all problems in your life could harm

your own life as well

G.    Terapi Psikosomatik dalam Islam

Bagaimana shalat bisa menangani psikosomatik? Shalat yang dilakukan

dengan benar atau khusyu, ternyata mampu untuk mencegah atau

mengobati penyakit tersebut. Dalam shalat, semua gerakan dilakukan

dengan tuma’ninah, tidak terburu-buru atau ada jeda dalam setiap gerakan

shalat. Mulai dari takbiratul ihram, ruku dan sujud, semuanya dilakukan

dengan tumakninah dan secara fisik semua anggota badan harus rileks,

jangan ada otot-otot yang menegang.

Dan yang paling utama, shalat harus dilakukan dengan melibatkan hati dan rasa, karena shalat merupakan olah rasa bukan sekedar olah raga. Ilham dari Allah tidak turun dalam bentuk bunyi atau huruf ‘ la shoutun wa la harfun’ namun merupakan getaran ilahiyah yang diturunkan ke dalam dada orang-orang yang beriman. Jadi apabila shalat dilakukan dengan ikhlas, hati yang semeleh, pasrah dan tunduk kepada Allah, Insya Allah kita terhindar dari penyakit hati.

11[11] Psikosomatis; Apaan tuh?. http://infosehat09hartonoprasetyo.wordpress.com/2010/03/06/psikosomatis-apaan-tuh/. Diakses tanggal 25 Mei 2012