psikologi pendidikan tgs 1 (review buku)

23
TUGAS REVIEW BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN (Tugas ini disusun untuk Tugas Matakuliah Psikologi Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Semester II B) Oleh : Meylia Azurah : 1113014000043 Dosen: Ibu Zikri Neni Iska, Dra.,M.Psi JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Upload: meylia-azurah

Post on 20-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

TUGAS REVIEW BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN

(Tugas ini disusun untuk Tugas Matakuliah Psikologi Pendidikan, Jurusan

Pendidikan Bahasa Inggris, Semester II B)

Oleh :

Meylia Azurah : 1113014000043

Dosen:

Ibu Zikri Neni Iska, Dra.,M.Psi

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

BIODATA BUKU

Page 2: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

Judul Buku : Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan)

Pengarang : Drs. Wasty Soemanto

Penerbit : PT. Renika Cipta

Jumlah Hal : 226 Halaman

Cetakan : ketiga, Maret, 1990

Pentingnya psikologi dalam pendidikan menjadi bahasan utama yang

dibahas pada bab pertama dalam buku “Psikologi Pendidikan” oleh Drs. Wasty

Soemanto. Banyak orang berpendapat bahwa tujuan pendidikan dasar adalah

mempersiapkan generasi muda untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

Page 3: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

lebih tinggi. Pendidikan tinggi akhirnya dimaksudkan untuk mempersiapkan para

mahasiswa untuk dapat memperoleh sukses dalam karir dan kehidupan pribadi,

serta mampu berpatisipasi di dalam masyarakat. Semua ini kemudian

dimaksudkan untuk menjadikan negara lebih maju dari pada negara-negara

yang lain (hal.1). Kenyataannya banyak masyarakat yang kecewa dengan

pendidikan indonesia karena tidak mendapatkan hasil pendidikannya yang

diharapkan. Setelah mengecap pendidikan di Indonesia dengan mati-matian

membiayai dan menempuh pendidikan tersebut, akhirnya mereka tidak

mendapat kebahagiaan dan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya.

Terlepas siapa yang bersalah dalam hasil pendidikan di Indonesia yang

terpenting adalah “Bagaimana kita mengusahakan agar pendidikan berguna

bagi kebahagiaan manusia, sehingga murid-murid di sekolah merasa sesuai dan

tidak merasa terpisah dari masyarakat dan lingkungannya.” (hal.3)

Konsepsi pendidikan di Indonesia telah terjadi perubaan besar dalam 20

abad ini, di mana murid-murid harus diajar dengan diberi pengetahuan sebanyak

mungkin dalam berbagai mata pelajaran. Sehingga mengakibatkan murid

bersifat pasif dan hanya tinggal menerima apa yang disuguhkan oleh guru. Lalu

berangsur-angsur menuju ke arah sistem progresif. Berdasarkan studi psikologi

belajar yang baru serta sosiologi pendidikan, maka masyarakat pendidikan

mengehendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan

anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial

sekolah. Seperti yang di gagaskan oleh John Dewey mengenai "Pendidikan

Progresif" bukan bermaksud agar sekolah-sekolah dirubah total menjadi sekolah

ala John Dewey tetapi sebagian besar konsepsi pendidikan semacam itu tidak

bertentangan dengan pendidikan yang berdasarkan demokrasi Pancasila. John

Dewey ingin mengubah situasi semacam itu dengan jalan: “Memberi

kesempatan kepada murid untuk belajar secara individually learning, memberi

kesempatan kepada murid untuk belajar melalui experiencing, memberikan

motivasi, dan bukan perintah, mengikut sertakan murid di dalam setiap aspek

kehidupan sekolah, menyadarkan murid bahwa hidup itu dinamis (hal. 4).”

Berbagai pengajaran lama seperti "Sistim drill", pengajaran melalui

hafalan yang verbalistis serta aktivitas-aktivitas belajar mekanis di kelas,

seharusnya sudah tidak diterapkan lagi. Pengajaran yang memberikan

kemerdekaan anak didik dalam melakukan dan menemukan berbagai hal

hendaknya diberikan kepada anak didik, terlebih-lebih dalam kegiatan-kegiatan

Page 4: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

ekstrakurikuler. “Dapat di garis bawahi bagi dunia pendidikan kita, pendidikan

hendaknya berlangsung secara psikologis” (hal.4). Jadi perhatian utama dalam

pendidikan harus ditunjukan kepada anak didik.

Berbicara mengenai situasi pengajaran Indonesia, kita tidak dapat

menutupi kenyataan dimana sekolah-sekolah masih mengutamakan penguasaan

mata pelajaran-mata pelajaran dan berakibat peranan dan minat guru-guru

ataupun murid-murid-murid masih banyak dibatasi oleh policy serta pengawasan

dari pihak pemerintah. Pendidikan kita masih belum banyak memperhatikan

minat dan kebutuhan anak didik. Memang ada kemungkinan, bahwa

keberhasilan pendidikan kita adalah tidak lepas hubungannya dengan

keterampilan guru-guru dalam mengelola belajar-mengajar. Sedangkan

pendidikan kita sekarang belum banyak yang memperhatikan minat dan

kebutuhan anak didik dan masih banyak digumuli dengan masalah-masalah

kompetensi lembaga pendidikan serta pemenuhan dunia kerja akan tenaga

kerja. Maka sudah seharusnya sekarang di era yang modern ini pendidikan kita

hendaknya melayani kebutuhan dan hakikat psikologis anak didik. "Pendidikan

seharusnya mempunyai kreasi-kreasi baru di sepanjang waktu dengan

berorientasi kepada sifat dan hakikat anak didik" (hal.7)

Apabila kita meneliti dunia pendidikan dalam praktek, masih banyak guru-

guru yang menganggap pekerjaan mereka tidak lebih dari menumpahkan air ke

dalam botol kosong. Sedangkan guru yang benar-benar berhasil adalah guru

yang sadar bahwa dia mengajarkan sesuatu kepada murid-murid yang berharga

dan berkembang. Dengan itu pula para guru dapat sudah memberikan harapan

agar mereka menghormati pekerjaan mereka sebagai guru. “Pekerjaan guru

adalah lebih bersifat psikologis dari pada pekerjaan seorang dokter, insyinyur,

atau ahli hukum.” Oleh karena itu guru hendaknya tak pernah bosan dengan

pekerjaannya dan terus mengenal anak didik serta mendalami kehidupan

kejiwaan anak didik sepanjang waktu.

Sekolah-sekolah yang menekankan disiplin ketat terhadap murid-murid di

kelas serta menjadikan disiplin sebagai alat yang penting untuk menyampaikan

bahan pelajaran kepada murid-murid, maka sekolah-sekolah tersebut belum

memberi tempat yang tinggi dan terhormat terhadap psikologi dalam dunia

pendidikan. Dalam pendidikan, kepatuhan memang sangat perlu, tetapi

sebaiknya kepatuhan itu tidak sepihak. Sebaiknya kepatuhan terjadi secara

timbal-balik dan melibatkan semua pihak di dalam proses pendidikan, baik itu

Page 5: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

anak didik, pendidik, kurikulum, maupun fasilitas pendidikan. Maka dalam hal ini

penerapan psikologi dalam belajar memerlukan pemikiran yang dalam sehingga

perlakuan pendidik terhadap anak didik sesuai dengan sifat dan hakikat anak

didik.

Di awal buku ini kita diberi pengertian, pemahaman, dan kesadaran

bahwa pengetahuan psikologis tentang anak didik menjadi hal yang sangat

penting dalam pendidikan, oleh karena itu pengetahuan tentang psikologi sudah

seharusnya menjadi kebutuhan untuk para pendidik. Karena belajar-mengajar

merupakan prilaku inti dalam proses dan pendidikan psikologi itu berorientasi

kepada sifat dan hakikat anak didik sebagai manusia yang berkembang. Inti

persoalan psikologis dalam proses pendidikan adalah terletak pada anak didik,

sebab pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan bagi bagi anak didik.

Pelayanan pendidikan sesuai dengan sifat dan hakikat menjadi salah satu yang

penting, agar pelayanan tersebut merubah tingkah laku anak didik ke arah

pribadi yang optimal.

Selanjutnya pada bab II buku ini menjelaskan tentang sifat dan

hakikat kejiwaan manusia.

Para ahli mengatakan bahwa kepribadian manusia berupa kombinasi

antara badan dan jiwa. Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga

komponen jiwa yang menggerakan aktifitas jiwa-raga yaitu syaraf pertumbuhan,

perasaan, dan intelek. Oleh karena itu bisa dikatakan manusia mempunyai tiga

sifat dasar yaitu, sifat biologis (manusia tumbuh secara alami dengan prinsip-

prinsip biologis dengan menggunakan lingkungannya), sifat hewani (adanya

perasaan hakiki, manusia mengalami desakan-desakan internal untuk mencari

keseimbangan hidup dan melalui peralatan inderanya, manusia menjadi sadar

dan menuruti keinginan-keinginan dan seleranya), dan sifat intelektual (manusia

dapat membedakan baik buruknya obyek) (hal.11).

Dalam usaha menerangkan hakikat manusia, banyak para ahli

mengungkapkan versi kekuatan-kekuatan umum jiwa manusia. Salah satunya

John Locke berpendapat bahwa akal merupakan kekuatan vital untuk

mengembangkan diri dan akal mempunyai kekuatan-kekuatan serta material

untuk melatih kekuatan-kekuatan itu. “Ada dua kekuatan akal manusia yaitu

pertama, kekuatan berpikir yang disebut pengertian (pengertian tersebut

memerlukan keterlibatan enam kekuatan mental manusia yaitu

Page 6: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

mengamati/pengamat, mengingat/pengingat, imajinasi, kombinasi aktivet

psikus, abstraksi/pikiran, pemakaian tanda/simbolis) dan yang kedua, kekuatan

kehendak yang disebut kemauan (kemauan adalah kekuatan untuk memilih)

(hal.13).

Segenap tingkahlaku manusia mempunyai latarbelakang psikologis. Oleh karena

itu aktifitas-aktifitas manusia itu dapat dicari hukum-hukum psikologis yang

mendasarinya. Para pendidik juga harus memahami kekuatan-kekuatan jiwa

anak didik, hal ini penting agar pendidik dapat lebih mengenal hakikat anak

didik. Sehingga mereka mampu membimbing belajar anak didik lebih tepat dan

efektif.

Aktivitas-aktivitas kejiwaan manusia terdiri dari :

1. Pengamatan (dalam hal ini pengamatan indera).

Pengamatan merupakan fungsi primer, sebab dapat dikatakan

bahwa pengamatan merupakan pintu gerbang bagi masuknya setiap

stimuli, ide, atau pengaruh dari luar diri.stimuli atau pengaruh dari luar itu

dapat berasal dari lingkungan fisis, pengalaman, maupun pendidikan.

Dengan mengamati, seseorang dapat mengenal dunia nyata. Pengenalan

terhadap dunia nyata dapat sangat menentukan perkembangan pribadi

seseorang. Cara-cara penyajian dunia pengamatan berjumlah sama

dengan jumlah alat indera, yakni: pengelihatan, pendengaran, perabaan,

pembauan, dan pengucapan. Masing-masing menghasilkan sifat-sifat

sensoris yang berbeda.

Oleh karena fungsi pengamatan sangat strategis dalam diri seseorang,

maka pendidikan hendaknya menaruh perhatian besar terhadap kondisi

peralatan indera serta bekerjanya indera anak didik. Perhatian pendidikan

terhadap anak hal ini dapat diwujudkan antara lain dengan:

a) Tindakan metodologis: dengan pemilihan serta penggunaan

metode mengajar-belajar yang efektif bagi perkembangan

pengamatan serta pribadi anak didik secara keseluruhan.

b) Tindakan manajerial: dengan penyelenggaraan pengelolaan

kelas untuk menciptakan situasi dan kondisi lingkungan yang

kondusif bagi proses belajar-mengajar, baik secara fisiologis

maupun secara psikologis.

2. Tanggapan

Page 7: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

Tanggapan bisa diartikan sebagai bayangan yang jadi kesan yang

dihasilkan dari pengamatan. Menurut Johanh Frederich (1776-1841),

tanggapan adalah merupakan unsur dasar dari jiwa manusia. Tanggapan

dipandang sebagai kekuatan psikologis yang dapat menolong atau

menimbulkan keseimbangan, atau merintangi atau merusak

keseimbangan (hal.24)

Pentingnya peranan tanggapan bagi tingkahlaku, maka pendidikan

hendaknya mampu mengembangkan dan mengontrol tanggapan-

tanggapan yang ada pada anak didik, sehingga akan berkembang suatu

kondisi si motivatif bagi perbuatan belajar anak didik.

3. Fantasi

Fantasi bisa didefinisikan sebagai aktivet imajiner untuk membantu

tanggapan-tanggapan baru dengan dengan pertolongan tanggapan-

tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama yang

telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama atau sesuai

dengan benda-benda yang ada. Kegunaan fantasi antara lain :

a) Dengan fantasi orang dapat memahami dan menghargai kultur

orang lain.

b) Dengan fantasi, orang dapat keluar dari ruang dan waktu,

dehingga ia dapat memahami hal-hal yang ada dan terjadi di

tempat lain dan di waktu yang lain, misalnya dalam mempelajari

ilmu bumi dan sejarah.

c) Fantasi dapat membantu seseorang dalam mencari

keseimbangan hidup batin.

d) Fantasi memungkinkan seseorang untuk dapat membuat

perencanaan untuk dilaksanakan di masa mendatang. (hal25-

26)

Oleh karena banyaknya kegunaan fantasi bagi kehidupan manusia,

maka pendidikan hendaknya berusaha mengembangkan fantasi anak

didik secara sehat, mislanya melalui kegiatan ekspresif.

4. Ingatan.

Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan

jalan pencaman secara aktif. Ingatan dapat dikatakan kuat apabila kesan-

kesan yang tersimpan bertahan lama. Dan dapat dikatakan luas apababila

kesan-kesan tersimpan sangat bervariasi dan banyak jumlahnya.

Page 8: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

Dalam hal ingatan, pendidik hendaknya mengetahui bahwa masing-

masing individu adalah unik, maka daya ingatan masing-masing anak

didikpun berbeda-beda. Metode belajar-mengajar yang tepat, pembagian

waktu belajar yang tepat, serta pencipta kondisi-kondisi belajar yang

menunjang. Untuk membantu anak didik memperlancar aktivitet

reproduksi, latihan dan penyempurnaan bahasa sangat penting.

5. Pikiran

Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar bagian

pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Disini

akal adalah sebagai kekuatan yang mengendalikan pikiran. Setiap

keputusan yang kita ambil merupakan hasil pekerjaan melaui pikiran.

Setiap keputusan akan mengarahkan dan mengendalikan tindakan atau

tingkah laku. Dengan demikian akal/pikiran dapat dikatakan sangat

menentukan didalam perubahan tingkah laku manusia serta dalam

mengembangkan aspek-aspek kepribadian lainnya.

Oleh karena itu, pendidikan hendaknya memberikan bimbingan yang

sebaik-baiknya bagi perkembangan akal anak didik.

6. Perhatian

Perhatian dapat diartikan dari dua macam, yaitu:

a) Perhatian adalah pemusatan tenaga/kekuatan jiwa tertuju

kepada sesuatu obyek.

b) Perhatian adalah pendayagunaan kesadaran untuk mnyertai

sesuatu aktivet. (hal. 32)

Ditinjau dari segi kepentingan pendidikan dan belajar, pemilihan

jenis perhatian yang efektif untuk memperoleh pengalaman belajar adalah

hal yang penting bagi subyek yang belajar. Pemilihan cara kerja perhatian

oleh anak didik ini dapat dibimbing oleh pihak pendidik atau lingkungan

belajarnya.

7. Perasaan

Perasaan dapat diartikan sebagai suasana psikis yang mengambil

bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap suatu

hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri. Pada umumnya

Page 9: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

perasaan bersangkutan dengan fungsi mengenal, artinya perasaan dapat

timbul karena mengamati, menanggap. Perasaan banyak mendasari dan

juga mendorong tingkahlaku manusia. Suasana jiwa anak didik sangat

mempengaruhi kegaairahan belajarnya. Agar belajar anak dapat

berlangsung efektif pendidikan hendaknya menciptakan situasi

sedemikian rupa, sehingga menimbulkan perasaan-perasaan yang baik

yang dapay menambah kegairahan anak didik untuk belajarnya.

8. Kemauan

Kemauan adalah bukan aktifitas ataupun usaha kejiwaan. Kemauan

yang juga disebut kekuatan kehendak, dapat diartikan sebagai kekuatan

untuk memilih dan merealisir suatu tujuan. Tujuan ini merupakan pilihan

di atara berbagai tujuan yang bertentangan. Oleh karena kemauan

berdasarkan hasil belajar, maka pendidikan mempunyai peranan penting

dalam mengendalikan kemauan anak didik untuk belajar lebih lanjut.

Pendidikan hendaknya mampu memberikan pengalaman belajar

sedemikian rupa, sehingga pengalaman itu memperkuat kemauan anak

didik untuk belajar lebih lanjut.

Pada bab III buku ini membahas tentang pertumbuhan dan

perkembangan manusia.

Pengertian tumbuh sendiri berbeda dengan berkembang. Arti

pertumbuhan pribadi sebagai perubahan kuantitatifpada material pribadi

sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Terdapat hukum-hukum yang

mengatur pertumbuhan, yaitu:

1) Pertumbuhan adalah kuantitatif serta kualitatif.

2) Pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan

teratur.

3) Tempo pertumbuhan adalah tidak sama.

4) Taraf perkembangan berbagai aspek pertumbuhan adalah berbeda-

beda.

5) Kecepatan serta pola pertumbuhan dapat dimodifikasikan oleh kondisi-

kondisi didalam dan di luar badan.

6) Masing-masing individu tumbuh menurut caranya sendiri yang unik.

Page 10: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

7) Pertumbuhan adalah kompleks, dan semua aspeknya saling

berhubungan.

Adapun hukum-hukum dalam perkembangan antara lain:

1) Perkembangan adalah kualitatif.

2) Perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil belajar.

3) Usia ikut mempengaruhi perkembangan.

4) Masing-masing individu mempunyai tempo perkembangan yang

berbeda-beda.

5) Dalam keseluruhan periode perkembangan, setiap species

perkembangan individu mengikuti pola umum yang sama.

6) Perkembangan dipengaruhi oleh hereditas lingkungan.

7) Perkembangan yang lambat dan dapat dipercepat.

8) Perkembangan meliputi proses individuasi dan integrasi.

Selanjutnya pada bab IV buku ini membahas tentang hereditas

dan lingkungan.

Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis

karakteristik individu dari pihak orang tuanya. Sedangkan pengertian lingkungan

mencakup segala material dan stimuli di dalam dan di luar diri individu, baik

bersifat fisiologis(lingkungan meliputi material jasmaniah didalam tubuh seperti

gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem saraf,dan lain-lain), psikologis (selera,

keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, emosi an kapasitas

intelektual), maupun sosia-kultural (interaksi dan kondisi eksternal).

Setiap perkembangan pribadi seseorang merupakan hasil interkasi antara

hereditas dan lingkungan. Individu dan perkembangannya adalah produk dari

hereditas dan lingkuangan. Sifat-sifat yang herediter sangat sukar diubah,

meskipun pada generasi-generasi berikutnya diadakan modifikasi intensif

misalnya dengan program-program eugenic, sterilisasi atau perkawinan selektif.

Sedangkan sifat-sifat yang tumbuh akibat pengaruh lingkungan relatif lebih

mudah untuk diubah melalui perbaikan-perbaikan pendidikan, sosial dan politik.

Selanjutnya pada bab V dibuku ini membahas tinjauan psikologis

tentang belajar.

Belajar menurut James O. Whittaker, “Learning may be defined by as the

process by which behavior originates is altered through training or experience.”

Page 11: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

Proses di mana tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman. Sedangkan menurut Cronbach dalam bukunya “Educational

Psychology” “Learning is shown by change in behavior as a result of

experience.” Dengan demikian yang dimaksud belajar efektif adalah melalui

pengalaman. (hal. 99)

Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan obyek belajar

dengan menggunakan semua alat inderanya. Belajar merupakan proses dasar

dari pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan

perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkahlakunya berkembang.

Ada beberapa aktivitas belajar, yaitu:

1) Mendengarkan

2) Memandang

3) Meraba, membau, mencicipi,mengecap

4) Menulis/mencatat

5) Membaca

6) Mengamati ihtisar/ringkasan/menggaris bawah

7) Menyusun paper atau kertas kerja

8) Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan

9) Mengingat

10) Berpikir

11) Latihan atau praktek

Dalam belajar banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar.

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu :

a. Faktor-faktor stimuli belajar, (segala hal di luar individu yang

merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan

belajar). Faktor-faktor stimuli belajar, yaitu:

1) Panjangnya bahan pelajaran

2) Kesulitan bahan belajar

3) Berartinya bahan pelajaran

4) Berat-ringannya tugas

5) Suasana lingkungan eksternal

Page 12: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

b. Faktor-faktor metode belajar, ( metode yang dipakai oleh guru

menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar). Faktor-

faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut:

1) Kegiatan berlatih atau praktek

2) Overlearning dan drill

3) Resitasi selama belajar

4) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar

5) Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian

6) Penggunaan modalitet indera.

7) Penggunaan set dalam belajar

8) Bimbingan dalam belajar

9) Kondisi-kondisi insetif

c. Faktor-faktor individual

1) Kematangan

2) Faktor usia dan kronologis

3) Faktor perbedaan jenis kelamin

4) Pengalaman sebelumnya

5) Kapasitas mental

6) Kondisi kesehatan jasmani

7) Kondisi kesehatan rohani

8) Motivasi

Pada babVI buku ini membahas tentang tinjauan teoritis tentang

belajar.

Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka berbarengan

dengan itu bermuculan pula berbagai teori tentang belajar. Di dalam masa

perkembangan psikologi pendidikan di jaman mutakir ini muncullah beberapa

aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu: psikologi behavioristik,

psikologi kognitif, dan psikologi humanistik. Dalam setiap periode perkembangan

aliran-aliran tersebut bermunculan teori-teori tentang belajar, yaitu:

a. Teori-teori belajar dari psikologi behavioristik

Mereka berpendapat bahwa tingkahlaku manusia itu dikendalikan

oleh ganjaran “reward” atau penguatan “reinforcement” dari lingkungan.

Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat, bahwa tingkahlaku

murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada

Page 13: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkahlaku adalah

merupakan hasil belajar.

b. Teori-teori belajar dari psikologi kognitif

Mereka berpendapat bahwa tingkahlaku seseorang senantiasa

didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi

di mana tingkahlaku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat

langsung dalam situasi itu dan memperoleh “Insight” untuk pemecahan

masalah.

c. Teori-teori belajar dari humanistik

Perhatian psikologi humanistik yang terutama tertuju pada masalah

bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-

maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-

pengalaman mereka sendiri. Tujuan utama para pendidik ialah

membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu

masing-masing individu untuk mengenal diri mengenal diri mereka sndiri

sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan

potensi-potensi yang ada pada diri mereka.

Pada bab VII buku ini membahas tentang hal ikhwal intelegensi

kita.

Super dan cites mengemukakan suatu definisi intelegnsi sebagai

berikut: “Intelegence has frequently been defined as teh ability to adjust

to the enviroment or to learn from experince” (sebagai kemampuan

menyesuaikan diri dengan lingkunag atau belajar dari pengalaman) (hal.

133). Lalu Garret (1996) mengemukakan pendapatnya yang lebih

operasional sebagai berikut: “Intelligence includes at least the abilities

demanded in the solution of problems which require the comprehension

and use of symbols” (intelegensi setidak-tidaknya mencakup kemampuan-

kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang

memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol) (hal.134).

Dari pengertian-pengertian diatas dapat dilihat bahwa intelegensi

merupakan kemampuan “problem solving” dalam seala situasi yang baru

atau yang mengandung masalah. Dan intelegensi mempunyai teori-teori

seperti, teori uni factor, two factors, multi factors, primary mental abilities,

dan sampling.

Page 14: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

Pada bab VIII buku ini membahasa pentingnya pengenalan

tentang anak didik dalam pendidikan.

Dalam bab ini dijelaskan faktor-faktor umum yang perlu dikenal seperti:

a. Hakekat anak: anak adalah seseorang yang berada pada sesuatu masa

perkembangan tertentu dan mempunyai potensi menjadi dewasa.

b. Kebutuhan pokok anak: kebutuhan pokok dapat dapat dibagi dalam

tiga aspek, yaitu; jasmani, kejiwaan, dan rohani.

c. Langkah-langkah perkembangan: perkembangan ini sangat

dipengaruhi oleh lingkungan yang mengambil peranan besar dalam

membentuk watak anak. Masa perkembangan ini penting untuk dikenal

karena memberi kepada anak masalah-masalah khusus, pengalaman-

pengalaman tertentu dan kesiapan untuk memiliki keterampilan dan

penguasaan-penguasaan yang berguna bagi masa perkembangannya

berikutnya.

Siapakah yang perlu mengenal anak? Pertanyaan tersebut muncul di

dunia pendidikan. Dan jawabannya adalah semua orang yang ikut

berpartisipasi dalam proses pendidikan dan pengajaran anak, hendaknya

mengenal pribadi anak didik. Dan dapat disimpulkan “Makin kita

mengenal diri sendiri, makin kita mengenal orang lain. Makin kita terampil

mengembangkan dan mengubah diri sendiri makin kita berhasil menolong

orang mengembangkan diri.” (hal.174)

Pada bab IX membahas tentang “READINESS” dalam hal belajar.

Banyak yang menganggap readiness sebagai kesiapan ayau kesediaan

seseorang untuk berbuat sesuatu. Cronbach memberikan pengertian

tentang readiness sebagai sifat atau kekuatan yang membuat seseorang

dapat bereaksi dengan cara tertentu. Readiness seseorang itu merupakan

sifat-sifat dan kekuatan pribadi yang berkembang. Perkembangan ini

memungkinkan orang itu untuk dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya serta mampu memecahkan persoalan yang selalu

dihadapinya. Adapun prinsip-prinsip bagi perkembangan readiness adalah

sebagai berikut.

1) Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk

readiness.

Page 15: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

2) Pengalaman seorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis

individu.

3) Pengalaman mempunyai efek kuantitatif dalam perkembangan funsgi-

fungsi kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun rohaniah.

4) Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk

pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan

seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya.

Jelaslah bahwa apa yang telah dicapai oleh seseorang pada masa-mas

ayang lalu akan mempunyai arti bagi aktivitas-aktivitasnya sekarang. Apa

yang telah terjadi pada saat sekarang akan memberikan sumbangan

terhadap readiness individu di masa mendatang.

Pada bab X buku ini membahas motivasi bagi belajar manusia.

Motivasi ialah suatu proses yang tersimpul, salah satu proses yang

bertalian dengan “a mediating variable”. Motivasi ini tak dapat

diamati secara langsung, namun tersimpul dari tingkahlaku yang

nampak. Kita menggunakan konsep motivasi untuk menerangkan

tenaga yang mendasari dalam tingkah laku.

Kita mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga

yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian

tujuan. Karena kelakuan manusia itu mencapai tujuan, kita dapat

menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan

bagi tingkahlaku mencapai tujuan, telah terjadi di dalam diri

seseorang.

Apabila tujuan tercapai, maka “the state of motivation berkurang.

Orang yang berusaha mencapai tujuan itu bila tercapai akan

memberi kepuasan baginya, dan ramalannya barangkali melesat.

Kita telah membedakan antara motives dan needs. Motibes adalah

wujud khusus yang menimbulkan motivasi. Sedangkan needs

merupakan potensialitas tetap yang dimptivasi dengan cara

tertentu. Timbulnya kebutuhan dalam diri seseorang adalah

menunjukkan bahwa orang itu termotivasi dengan cara tertentu.

Masalah bagi guru ialah bagaimana menggunakan motives dan needs

murid-murid untuk mendorong mereka bekerja mencapai tujuan

pendidikan. Dalam usaha mencapai tujuan itu, perubahan tingkahlaku

Page 16: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

diharapkan terjadi. Oleh karena itu, tugas guru adalah memotivasi murid

untuk belajar demi tercapainya tujuan yang diharapkan, serta di dalam

proses memperoleh tingkahlaku yang diinginkan.

Pada bab terakhir XI dibuku ini membahas tentang pemikiran ke

arah aplikasi psikologi belajar.

Implikasi Teori-Teori Belajar Dari Psikologis Behavioristik

Dalam implikasi teori-teori belajar dari psikologis behavioristik terdapat

prosedur-prosedur pengembangan tingkah laku baru. Terdapat dua

metode untuk mengembangkan pola tingkahlaku baru, yaitu:

a) Shaping

Fraziner (1969) mengemukakan lima langkah perbaikan tingkahlaku

belajar murid:

1. Datang di kelas pada waktunya

2. Berpartisipasi dalam belajar dan merespon guru.

3. Menunjukkan hasil tes-tes dengan baik

4. Mengerjakan pekerjaan rumah

5. Penyempurnaan

b) Modelling

Modelling adalah suatu bentuk belajar yang tak dapat

disamakan dengan classical conditioning maupun operant conditioning.

Dalam modeling, seseorang yang belajar mengikuti kelakuan orang

lain sebagai model. Tingkahlaku manusia lebih banyak dipelajari

melalui mendeling atau imitasi daripada melalui pengajaran langsung.

Terdapat juga prosedur-prosedur pengendalian atau perbaikan

tingkahlaku.

a) Memperkuat tingkahlaku bersaing

b) Ekstinguis

c) Satiasi

d) Perubahan lingkungan stimuli

e) Hukuman

Selanjutnya berikut ini adalah langkah-langkah bagi guru dalam

mengadakan analisa dan modifikasi tingkah laku.

Page 17: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

a) Rumuskan tingkahlaku yang diubah secara operasional

b) Amatilah frekuensi tingkahlaku yang perlu diubah.

c) Ciptakan situasi belajar atau treatment sehingga terjadi

tingkahlaku yang diinginkan.

d) Identifikasikan “reinforcers” yang potencial.

e) Perkuatlah tingkahlaku yang diinginkan, dan jika perlu gunakan

prosedur-prosedur untuk memperbaiki tingkah laku yang tidak

pantas.

f) Catatlah tingkahlaku yang diperketat untuk menentukan

kekuatan-kekuatan atau frekuensi respon yang telah

ditingkatkan.

Implikasi Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif

Merek a bependapat bahwa tingkahlaku seseorang selalu didasarkan pada

kognisi yaitu suatu perbuatan mengetahui atau perbuatan pikiran

terhadap situasi di mana tingkahlaku itu terjadi. Tiga tokoh penting

pengembang teori psikologi kognitif, yaitu:

1) Piaget, yang mengemukakan tentang perkembangan kognitif anak

sesuai dengan perkembangan usia (a cognitive developmental)

2) Bruner, yang mengembangkan psikologi kognitif dengan menemukan

metode belajar “discovery”.

3) Ausubel, yang berpendapat: jika pengetahuan disusun dan disajikan

dengan baik, siswa akan dapat belajar dengan efektif melalui buku tes

dan metode-metode ceramah.

Dari metode-metode tidak dapat ditarik kesimpulan metode mana yang

paling efektif. Hal itu tergantung pada tujuan instruksionalnya, sifat dan

kecakapan murid, minat dan kecakapan guru di dalam mengajar (strategi

mengajar).

Implikasi Teori Belajar Humanistik

a) Guru sebagai fasilitator

Psikologi hmanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Ini

merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa guuidelenes

(petunjuk).

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasan

awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.

Page 18: Psikologi Pendidikan Tgs 1 (Review Buku)

2. Fasilitator mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber

untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa

untuk membantu mencapai tujuan mereka.

3. Fasilitator dapat menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu

sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

b) Ciri-ciri Humanistik mengenai guru-guru yang baik.

Menurut Combs dan kawan-kawan, ciri-ciri guru yang baik ialah:

1. Guru yang mempunyai anggapan bahwa orang lain itu mempunyai

kemampuan untuk memecakan masalah mereka sendiri.

2. Guru yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat ramah, dan

bersahabat dan bersifat ingin berkembang.

3. Guru cenderung melihat orang lain sebagai orang yang sepatutnya

dihargai.

4. Guru yang melihat orang-orang dan prilaku mereka sebagai pada

dasarnya berkembang dari dalam; jadi bukan merupakan produk

dari peristiwa-peristiwa eksternal yang dibentuk dan digerakkan.

Dia melihat orang-orang itu mempunyai kreativitas dan dinamika;

jadi bukan orang yang pasif tau lamban.

5. Guru menganggap orang lain itu ada pada dasarnya dapat

dipercaya dan dapat diandalkan dalam pengertian dia akan

berprilaku menurut aturan-aturan yang ada.

6. Guru yang melihat orang lain itu dapat memenuhi dan

meningkatkan dirinya; bukan menghalangi apalagi mengancam.