protein kelompok 1
DESCRIPTION
tugas biokimiaTRANSCRIPT
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2. Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
2.1. Pengertian Protein........................................................................................................................2
2.2. Klasifikasi Protein.......................................................................................................................2
2.3. Fungsi Protein..............................................................................................................................4
2.4. Struktur Protein............................................................................................................................5
2.5. Denaturasi Protein.......................................................................................................................6
2.6. Sifat Fisis Protein.........................................................................................................................7
2.7. Kode Genetika.............................................................................................................................8
2.8. Struktur DNA..............................................................................................................................9
2.9. Sintesis Protein..........................................................................................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................................................13
3.1. Kesimpulan................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................14
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Istilah protein berasal dari kata Yunani Proteos, yang berarti yang utama atau yang
didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia belanda, Gerardus Mulder
(1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting dalam
setiap organisme.
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh
sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada didalam otot, seperlima
didalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit, dan selebihnya didalam
jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan
darah, matriks interseluler dan sebagainya protein. Disamping itu asam amino yang
membentuk protein bertindak sebagai prekursor sebagian besar koenzim, hormon, asam
nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan.
Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
1.2. Tujuan
Mengetahui yang dimaksud protein
Mengetahui Klasifikasi protein
Mengetahui fungsi protein
Mengetahui struktur protein
Mengetahui kode genetic
Mengetahui struktur DNA
Mengetahui sintesis protein
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Protein
Protein adalah molekul penyusun tubuh kita yang terbesar setelah air. Hal ini
mengindikasikan pentingnya protein dalam menopang seluruh proses kehidupan dalam
tubuh. Dalam kenyataannya,memang kode genetik yang tesimpan dalam rantaian DNA
digunakan untuk membuat protein, kapan, dimana dan seberapa banyak. Protein berfungsi
sebagai penyimpan dan pengantar seperti hemoglobin yang memberikan warna merah pada
sel darah merah kita, bertugas mengikat oksigen dan membawanya ke bagian tubuh yang
memerlukan. Selain itu juga menjadi penyusun tubuh, "dari ujung rambut sampaiujung kaki",
misalnya keratin di rambut yang banyak mengandung asam amino Cysteine sehingga
menyebabkan bau yang khas bila rambut terbakar karena banyaknya kandungan atom sulfur
di dalamnya,sampai kepada protein-protein penyusun otot kita seperti actin, myosin, titin,
dsb. Kita dapat membaca teks ini juga antara lain berkat protein yang bernama rhodopsin,
yaitu protein di dalam sel retina mata kitayang merubah photon cahaya menjadi sinyal kimia
untuk diteruskan ke otak. Masih banyak lagi fungsi protein seperti hormon, antibodi dalam
sistem kekebalan tubuh, dll (Witarto, 2001).
2.2. Klasifikasi Protein
Menurut para ahli protein dapat di klasifikasikan berdasarkan struktur molekulnya,
kelarutanya, dan dasar fungsi. Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat di golongkan
menjadi dua bentuk, yaitu:
a) Protein fibrosa (fibrous, berserat, berserabut)
Protein fibrosa tidak larut dalam pelarut encer, baik itu larutan garam asam, basa
ataupun alcohol. Protein fibrosa ini berguna terutama untuk membentuk struktur jaringan,
misalnya jaringan kolagen pada tulang rawan, myosin yaitu protein kontraktil utama pada
otot, keratin pada rambut, wool pada kulit, serta fibrin protein pada darah yang
menggumpal.
b) Protein globular (bulat seperti bola)
Protein globular larut dalam larutan garam dan asam encer, juga lebih mudah berubah
dibawah pengaruh suhu, konsentrasi garam, serta pelarut asam dan basa dibandingkan
dengan protein fibrosa. Selain iu protein ini mudah terdenaturasi, yaitu berubahnya
susunan molekul yang diikuti dengan perubahan sifat fisik dan fisiologinya.
Atas dasar kelarutanya, dalam zat terlarut tertentu maka protein dibagi menjadi:
a) Albumin
Larut dalam air dan larutan garam, dan terkoagulasi oleh larutan panas. Contoh albumin
telur, albumin serum darah, serta laktobumin (susu).
b) Globulin
Potein ini tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas, larut dalam larutan encer,
mengendap dalam larutan garam, dan konsentrasinya tinggi (salting out). Contohnya:
miosinogen (otot), ovalbumin (kuning telur), legumin (kacang-kacangan).
c) Glutelin
Sifat kelarutannya: tidak larut dalam pelarut netral, hanya larut dalam larutan asam/basa
encer. Contohnya: glutelin (gandum), orizenin (beras).
d) Proalamin (gliadin).
Tidak larut dalam air atau alcohol absolute, tapi larut dalam alcohol 70-80 %. Contoh:
gliadin (gandum), zein (jagung), hordain (barlay).
e) Histon
Mempunyai sifat: larut dalam air dan larutan garam, tidak larut dalam ammonia encer,
histon yang terkoagulasi oleh panas bersifat larut dalam larutan asam encer. Contohnya:
globin (haemoglobin).
f) Protamin
Sifatnya: larut dalam etanol 70-80 %, tidak larut dalam air dan etanol absolute, tidak
terkoagulasi oleh panas, dan kaya akan arginin. Contohnya: salmin (ikan salmon),
klupein (ikan herring), scrombin (ikan mackerel).
Atas dasar fungsi, protein di bagi menjadi golongan:
a) Enzim,
b) Protein cadangan,
c) Protein transport,
d) Protein kontraktil,
e) Protektiv,
f) Toxin,
g) Hormone dan structural
(Martoharsono, 1990).
2.3. Fungsi Protein
Menurut Winarno (2002), Protein mempunyai bermacam-macam fungsi bagi tubuh, yaitu
sebagai enzim, zat pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, alat pengangkut.
a. Sebagai enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa
makromolekul spesifik yang disebut enzim; dari reaksi yang sangat sederhana seperti
reaksi transportasi karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti reaksi kromoson.
Hampir semua enzim menunjukan daya kualitik yang luar biasa, dan biasanya dapat
mempercepat reaksi sampai beberapa juta kali. Sampai kini lebih dari seribu enzim telah
dapat diketahui sifat-0sifatnya dan jumlaha tersebut terus bertambah. Protein besar
peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologis.
b. Alat pengangkut dan alat penyimpan
Banyak molekul dengan Berat molekul serta beberapa ion dapat diangkut atau
dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin mengankut oksigen
dalam eritosit, sedang mioglobin mengankut oksigwn dalam otot. Ion besi diangkut
dalam plasma darah oleh transferin dan disimpan dalam hati sebagai kompleks dengan
feritin, suatu protein yang berbeda dengan transferin.
c. Pengatur pergerakan
Protein merupakan komponen utama daging; gerakan otot terjadi karena adanya dua
molekul protein yang saling bergeseran. Pergerakan flagella sperma disebabkan oleh
protein.
d. Penunjang mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen, suatu
protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut
e. Pertahanan tubuh/Imunisasi
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibody, yaitu suatu protein khusus yang
dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam
tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asong lain. Protein dapat membedakan benda-
benda yang menjadi anggota tubuh dengan benda-benda asing.
f. Media perambatan impuls syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk resepotr; misalnya rodopsin,
suatu protein yang bertindak sebagai reseptor/penerima warna atau cahaya pada sel-sel
mata.
g. Pengendalian pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi-
fungsi bagain DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan.
2.4. Struktur Protein
Ada 4 struktur protein antara lain ;
1) Struktur Primer
Struktur primer adalah rantai polipeptida. Struktur primer protein di tentukan oleh
ikatan kovalen antara residu asam amino yang berurutan yang membentuk ikatan peptida.
Struktur primer dapat di gambarkan sebagai rumus bangun yang biasa di tulis untuk
senyawa organik.
2) Struktur Sekunder
Struktur sekunder ditentukan oleh bentuk rantai asam amino : lurus, lipatan, atau
gulungan yang mempengaruhi sifat dan kemungkinan jumlah protein yang dapat
dibentuk. Struktur ini terjadi karena ikatan hydrogen antara atom O dari gugus karbonil
( C=O) dengan atom H dari gugus amino ( N-H ) dalam satu rantai peptida,
memungkinkan terbentuknya konfirasi spiral yang disebut struktur helix.
3) Struktur tersier
Struktur tersier ditentukan oleh ikatan tambahan antara gugus R pada asam-asam
amino yang memberi bentuk tiga dimensi sehingga membentuk struktur kompak dan
padat suatu protein.
4) Struktur kuartener
Struktur kuartener adaalah susunan kompleks yang terdiri dari dua rantai
polipeptida atau lebih, yang setiap rantainya bersama dengan struktur primer, sekunder,
tersier membentuk satu molekul protein yang besar dan aktif secara biologis.
2.5. Denaturasi Protein
Protein dapat mempertahankan kesesuaian bentuknya asalkan lingkungan fisik dan
kimianya dipertahankan. Jika lingkungan berubah maka, protein dapat terurai atau
mengalami perubahan sifat ( denaturasi ); mereka dapat kehilangan struktur sekunder, tersier,
dan kuarternya sehingga aktivitas biologisnya juga hilang.
1) Kesesuaian bentuk protein bergantung pada ikatan hidrogen, yang lemah dan sangat
senitif terhadap perubahan PH dan suhu.
2) Paparan singkat pada suhu yang tinggi ( diatas 60oC ) atau paparan pada asam atau basa
kuat dalam periode waktu yang lama akan menyebabkan denaturasi karena ikatan
hidrogen ruptur.
a) Sebagian protein dapat dikembalikan kebentuk aslinya, jika terdenaturasi tanpa harus
menjadi insoluble.
b) Perbedaan panas yang besar dapat menyebabkan denaturasi yang menetap. Putih telur
akan memadat dan menjadi insoluble jika dipanaskan.
- Suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menyebabkan koagulasi protein selular.
- Jika suhu tubuh naik sampai diatas 41oC atau 42oC maka akan mengakibatkan
denaturasi protein.
Gambar disamping; gambar Struktur protein, 1) struktur primer, 2) strutur sekunder, 3) struktur tersier, 4) struktur kuarterner.
1
2
3
4
2.6. Sifat Fisis Protein
Protein murni tidak berwarna dan tidak berbau. Jika protein tersebut dipanaskan,
warnanya berubah menjadi coklat dan baunya seperti bau bulu atau bau rambut terbakar.
Keratin misalnya, yaitu protein yang monomernya banyak mengandung asam amino sistein.
Jika keratin dibakar, timbul bau yang tidak enak. Protein alam yang murni juga tidak
memiliki rasa, tetapi hasil hidrolisis protein, yaitu proteosa, pepton, dan peptida, mempunyai
rasa pahit (Sumardjo, 2008).
Pada umumnya, protein terdapat dalam bentuk amorf dan hanya sedikit sekali yang
terdapat dalam bentuk Kristal. Protein nabati umumnya lebih mudah membentuk Kristal
dibandingkan dengan protein hewani. Protein hewani seperti hemoglobin mudah membentuk
suatu Kristal, sedangkan albumin sukar. Beberapa protein enzim, seperti tripsin, pepsin,
urease, dan katalase juga dapat membentuk Kristal (Sumardjo, 2008).
Viskositas larutan protein dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi protein. Pada
konsentrasi yang sama, larutan protein fibrosa mempunyai viskositas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan protein globular. Jadi, juga pada konsentrasi yang sama, larutan protein
bermolekul besar mempunyai viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan
protein bermolekul kecil. Viskositas protein paling rendah yaitu pada titik isoelektriknya
(Sumardjo, 2008).
Kelarutan protein dalam pelbagai pelarut (air, alcohol, dan garam encer) berlainan.
Protein yang kaya akan radikal-radikal nonpolar bebas lebih mudah larut dalam campuran
alcohol-air dari pada dalam air. Protein yang miskin akan radikal-radikal polar bebas
cenderung untuk mengendap dengan penambahan sedikit alcohol atau aseton. Protein tidak
larut dalam air, tetapi kaya akan radikal-radikal yang bermuatan, dan mudah larut dalam
garam-garam netral (Sumardjo, 2008).
Tinggi rendahnya suhu dapat memengaruhi kelarutan protein dalam larutan garam.
Dalam larutan garamfosfat misalnya karboksi hemoglobin kuda pada suhu 0oC mempunyai
kelarutan sepuluh kali lebih besar dari pada suhu 25oC. Protein yang terdapat pada biji-biji
tanaman lebih mudah larut dalam larutan garam pada suhu tinggi dibandingkan dengan suhu
rendah. Namun, kenaikan suhu tidak banyak memengaruhi kelarutan albumin telur dalam
larutan garam (Sumardjo, 2008).
2.7. Kode Genetika
Telah diketahui bahwa ADN adalah bahan genetik pembawa informasi dari sel kesel dari
genrasi kegenerasi akan tetapi bagaimanakah informasi genetik ini terdapat didalam molekul
ADN ? apakah informasi itu berupa tulisan atau sebuah tatabahas atau sebuah kode-kode
tertentu ? sebuat pita molekul ADN yang terdiri dari pita doubel helix terdiri dari gula
pentosa dan pospat tulang punggung ini selalu mempunyai selalu sama dalam berbnagai
sekmen molekul ADN sehingga tidak mungkin informasi genetik dibawa oleh tulang
punggung doubel helix .teteapi basa nitrogen dari ADN berisi susunan yang berbeda-beda
jadi jelaslah bahwa informasi genetik dibawa oleh ADN.
Urutan basanitrogen dari suatu segmen molekul ADN itu identik dengan urutan linear
dari asam amino dari molekul protein, empat basa nitrogen (A,T,S dan G ) dapat dianggap
sebagai alfabet dalam molekul ADN. Yang menjadi pertanyaan apakah informasi ini dalam
bentuk bahasa atau dalambentuk simbul/ kode ? jika informasi ini dalam bentuk bahasa ADN
memerlukan alfabet yang lebih banyak, tatabahasa yang lebih konflek, dan ruang yang cuup.
Jadi yang memungkinkan bagi kita informasi ini dibawa dalam bentuk kode-kode. Setiap
pesan ADN yang dibawa dalam bentuk 4 alfabet ADN disebut kriptogram.
Dalam tahun 1968 nirenberg, khorana dan Holley menerima hadiah nobel untuk
penelitian mereka yang sukses menciptakan kode-kode genetik yang hingga sekarang kita
kenal. Seperti kita ketahui asam amino dikenal ada 20 macam. Yang menjadi masalah
bagaimanakan 4 basa nitrogen ini dapat mengkode 20 macam asam amino yang diperlukan
untuk mengontrol semua aktifitas sel? Para peneliti melakukan penelitian pada bakteri E.
Coli mula mula digunakan basa nitrogen singlet maka diper oleh 4 asam amino saja yang
dapat diterjemahkan padahal ke 20 asam amino ini harus diterjemahkan semua agar protein
yang dihasilkan dapat digunakan, kemudian para ilmuwan mencobalagi dengan kodon duplet
dan baru dapat untuk menterjemahlkan 16 asam amino ini pun belum cukup juga. Kemudian
dicoba dengan triplet dan dapat menterjemahkan 64 asam amino hal ini tidak mengapa
sekalipun melebihi 20 asam amino toh dari 64 asam amino yang diterjemahkan ada yang
memilii simbul/fungsi yang sama diantaranya (kodon asam assparat(GAU dan GAS) sama
dengan asam tirosin(UAU,UAS) sama juga dengan triptopan(UGG) bahkan ini sangat
menguntungkan pada proses pembentukkan protein karena dapat menggantikan asam amino
yang kemungkinan rusan selain itu dari 20 asam amino diantaranya ada yang berfungsi
sebagai agen pemotong gen atau tidak dapat bersambung lagi dengan doubel helix asam
amino yang berfungsi sebagai agen pemotong gen diantaranya (UAA,UAG,UGA) beberapa
sifat dari kode triplet diantaranya :
1. kode genetik ini mempunyai banyak sinonim sehingga hampir setiap asam amino
dinyatakan oleh lebih dari sebuah kodon. Contoh semua kodon yang diawali dengan SS
memperinci prolin,(SSU,SSS,SSA dan SSG) semua kodon yang diawali dengan AS
memperinci treosin(ASU,ASS,ASA,ASG).
2. tidak tumpang tindih,artinya tiada satu basa tungggalpun yang dapat mengambil bagian
dalam pembentukan lebih dari satu kodon,sehingga 64 itu berbeda-beda nukleotidanya.
3. kode genetik dapat mempunyai dua arti yaitu kodon yang sama dapat memperinci lebih
dari satu asam amino.
4. kode genetik itu ternyata universal
5. beberapa kodon disebut kode non-sen karena kodon-kodon itu tidak merupakan kode
untuk satu asam aminopun.
2.8. Struktur DNA
Struktur DNA pertama kali dijelaskan oleh James Watson dan Francis Crick. Mereka
memperoleh model DNA dari hasil foto difraksi sinar X yang dibuat oleh Rosalind Franklin
dan Maurice Wilkins. Watson dan Crick menyimpulkan bahwa struktur DNA merupakan
rantai ganda (double helix). Untai ganda tersusun dari dua rantai polinukelotida yang terpilin.
Kedua rantai memiliki susunan antiparalel, yaitu satu rantai berorientasi dari ujung 5’ ke
3’sedangkan yang lain berorientasi ujung 3’ ke 5’. Ujung 5’ merupakan ujung yang berakhir
dengan gugus 5-fosfat dan ujung 3’ berakhir dengan gugus OH. Kedua rantai dihubungkan
dengan ikatan hidrogen yang memghubungkan kedua basa nitrogen (Sadava dkk, 2004).
Komponen nukleotida DNA adalah gula, fosfat, dan basa nitrogen. Komponen gula pada
DNA adalah gula deoksiribosa, yaitu gula ribose yang kehilangan satu atom oksigen. Basa
yang ada pada DNA ada dua macam, yaitu purin dan pirimidin. Purin terbagi lagi menjadi
dua macam, yaitu adenin dan guanin. Pirimidin terdiri dari dua jenis, yaitu timin dansitosin
(Sadava dkk.2004)
DNA mempunyai fungsi-fungsi yang sangat penting bagi tubuh kita. Hal tersebut
dikarenakan DNA merupakan molekul kehidupan utama di dalam sel makhluk hidup.
Fungsi-fungsi tersebut adalah:
1) Tempat menyimpan dan menyalurkan informasi genetik suatu makhluk hidup (Sadava
dkk.2004:220).
2) Fungsi heterokatalis, yaitu fungsi untuk melaksanakan pengaturan pembuatan molekul-
molekul lain yang penting dalam tubuh dan fungsi autokatalis, yaitu fungsi DNA untuk
mereplikasi dirinya sendiri (Suryo, 2008).
DNA eukariot tidak hanya dijumpai pada nukleus, tetapi dapat ditemukan pada
mitokondria dan kloroplas. DNA yang diisolasi dari kloroplas menunjukkan sifat berbentuk
sirkular, terdiri dari untai ganda, replikasi semikonservatif, dan bebas dari protein histon.
DNA kloroplas penting dalam proses fotosintesis (Raven & Johnson 2002: 94). DNA juga
dijumpai pada organisme prokariotik. DNA prokariot mempunyai DNA ekstranuklear yang
dinamakan plasmid. Plasmid merupakan DNA yang tidak terlalu esensial bagi fungsi
kehidupan bakteri, tetapi penting dalam pengaturan siklus hidup dan perumbuhan dalam
lokasi hidupnya.
Kebanyakan plasmid adalah sirkular dan tersusun dari beberapa ribu pasangan basa.
Plasmid mempunyai titik ori (origin of replication) sehingga mampu mereplikasi diri tanpa
pengaturan dari DNA kromosom. Replikasi dimulai dari titik ori hingga semua plasmid
tereplikasi (Pierce, 2003)
Isolasi DNA merupakan langkah yang tepat untuk mempelajari DNA. Prinsipnya ada
dua, yaitu sentrifugasi dan presipitasi. Sentrifugasi merupakan teknik untuk memisahkan
campuran berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang mempunyai berat
molekul besar akan berada di bagian bawah tabung dan molekul ringan akan berada pada
bagian atas tabung.
Hasil sentrifugasi akan menunjukkan dua macam fraksi yang terpisah, yaitu supernatan
pada bagian atas dan pelet pada bagian bawah (Campbell dkk. 2002). Presipitasi merupakan
langkah yang dilakukan untuk mengendapkan suatu komponen dari campuran (Alberts dkk.
1994).
Sebuah difenilamin (DPA) indikator akan mengkonfirmasi keberadaan DNA. Prosedur
ini melibatkan hidrolisis kimia DNA: ketika dipanaskan (misalnya ≥ 95 ° C) dalam asam,
reaksi memerlukan gula deoksiribosa dan karena itu spesifik untuk DNA. Dengan kondisi
tersebut, 2-deoksiribosa akan dikonversi ke w-hydroxylevulinyl aldehida, yang bereaksi
dengan senyawa, difenilamin, untuk menghasilkan senyawa berwarna biru. Konsentrasi DNA
dapat ditentukan mengukur intensitas absorbansi larutan pada 600 nm dengan
spektrofotometer dan membandingkan dengan kurva standar konsentrasi DNA diketahui.
Mengukur intensitas absorbansi larutan DNA pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm
digunakan sebagai ukuran kemurnian DNA. DNA menyerap sinar UV pada 260 dan 280
nanometer, dan protein aromatik menyerap sinar UV pada 280 nm, sebuah sampel DNA
murni memiliki rasio 260/280 pada 1,8 dan relatif bebas dari kontaminasi protein. Sebuah
persiapan DNA yang terkontaminasi dengan protein akan memiliki rasio 260/280 lebih
rendah dari 1,8.
DNA bisa diukur dengan memotong DNA dengan enzim restriksi, menjalankannya pada
gel agarosa, pewarnaan dengan bromida etidium atau noda yang berbeda dan
membandingkan intensitas DNA dengan penanda DNA konsentrasi dikenal.
Menggunakan teknik Southern blot ini diukur DNA dapat diisolasi dan diperiksa lebih
lanjut menggunakan analisis PCR dan RFLP. Prosedur ini memungkinkan diferensiasi
diulang dalam urutan genom. Ini adalah teknik-teknik yang ilmuwan forensik digunakan
untuk perbandingan, identifikasi, dan analisis.
Zubaidah (2004) dalam Jamilah (2005) menyatakan bahwa isolasi DNA dapat dilakukan
melalui tahapan-tahapan antara lain: preparasi ekstrak sel, pemurnian DNA dari ekstrsk sel
dan presipitasi DNA. Meskipun isolasi DNA dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan
tetapi pada setiap jenis atau bagian tanaman dapat memberikan hasil yang berbeda, hal ini
dikarenakan adanya senyawa polifenol dan polisakarida dalam konsentrasi tinggi yang dapat
menghambat pemurnian DNA. Jika isolasi DNA dilakukan dengan sample buah, maka kadar
air pada masing-masing buah berbeda, dapat memberi hasil yang berbeda-beda pula.
Semakin tinggi kadar air, maka sel yang terlarut di dalam ekstrak akan semakin sedikit,
sehingga DNA yang terpretisipasi juga akan sedikit.
Penambahan deterjen dalam isolasi DNA dapat menyebabkan rusaknya membrane sel,
melalui ikatan yang dibentuk melalui sisi hidrofobik deterjen dengan protein dan lemak pada
membrane membentuk senyawa “lipid protein-deterjen kompleks”. Senyawa tersebut dapat
terbentuk karena protein dan lipid memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik, demikian juga
dengan deterjen, sehingga dapat membentuk.
2.9. Sintesis Protein
Sintesis protein dari asam amino berlangsung disebagian sel tubuh. Asam amino
bergabung dengan ikatan peptida pada rangkaian tertentu yang ditentukan berdasarkan
pengaturan gen.
Sintesis protein meliputi pembentukan rantai panjang asam amino yang dinamakan
rantai peptida. Ikatan kimia yang mengaitkan dua asam amino satu sama lain dinamakan
ikatan peptida. Ikatan ini terjadi karena satu hidrogen (H) dari gugus amino suatu asam
amino bersatu dengan hidroksil (OH) dari gugus asam karboksil asam amino lain. Proses
ini menghasilkan satu molekul air, sedangkan CO dan NH yang tersisa akan membentuk
ikatan peptida . sebaliknya, ikatan peptida ini dapat dipecah menjadi asam amino oleh
asam atau enzim pencernaan dengan penambahan satu molekul air, proses ini dinamakan
hidrolisis.
1. Transaminasi
Transaminasi yang berlangsung di hati, merupakan sintesis asam amino nonesensial
melalui pengubahan jenis asam amino menjadi jenis lainnya. Proses ini melibatkan
pemindahan satu gugus amino (NH2) dari sebuah asam amino menjadi satu asam keto
sehingga terbentuk satu asam amino dan satu asam keto baru.
BAB III
PENUTUP
3.1. KesimpulanProtein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga
beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu sama
lain dalam ikatan peptida.
Penggolongan protein berdasarkan bentuknya yaitu 1) protein globular, 2) protein
serabut (fibrous). Dan struktur protein terdiri ; protein primer, protein sekunder, protein
tersier, dan protein kuartener.
Fungsi protein antara lain ; Sebagai biokatalisator (enzim, Sebagai protein transport,
Sebagai pengatur pergerakan, Sebagai penunjang mekanis, Pertahanan tubuh dalam bentuk
antibodi, Sebagai media perambatan impuls saraf, Sebagai pengendalian pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Albert, Bruce, dkk. 1994. Biologi Molekuler Sel, Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Campbell, dkk. 2002. Biologi Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Martoharsono, Soeharsono. 1990. Biokimia. Yogyakarta: Gajah Mada University.
Pearce II, John A. & Robinson Jr, Richard B. 2003. Strategic Management: Formulation,
Implementation And Control. McGraw-Hill Irwin, Eight Edition, New York.
Sadava dkk.2004. Life: The Science Of Biology.5th ed.sinauer associates, inc
Suryo. 2008. Genetika Strata 1. U niversitas Gajah Mada. Jogjakarta.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Witarto, arif budi. 2001. “Protein Engineering : Perannya Dalam Bioindustri dan Prospeknya di
Indonesia. Sinergi forum- PPI Tokyo Institute of Teknologi. Disampaikan pada seminar on
air- Bioteknologi untuk Indonesia abad 21