prostodonsia.docx

31
Prostodonsia I Putu Arya Ramadhan on 23 March 2012 — Leave a Comment PROSTODONSIA Adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan penanggulangan masalah fungsi sistem stomatognatik akibat kerusakan/kelainan/kehilangan gigi dan atau jaringan sekitarnya dengan gigi tiruan yang memenuhi syarat kesehatan, sehingga menunjang kesehatan umum, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, kenyamanan, penampilan, pengunyahan serta kemampuan berbicara. Berdasarkan atas banyaknya gigi yang hilang, ilmu gigi tiruan dibagi menjadi : 1. Ilmu gigi tiruan lengkap 2. Ilmu gigi tiruan sebagian Berdasarkan atas sifat perlekatan gigi tiruan sebagian, dibagi menjadi : 1. Ilmu gigi tiruan sebagian lepas 2. Ilmu gigi tiruan sebagian cekat (ilmu gigi tiruan cekat) Atas dasar pembagian diatas, maka ilmu gigi tiruan mempunyai 3 cabang ilmu : 1. Ilmu gigi tiruan cekat 2. Ilmu gigi tiruan sebagian 3. Ilmu gigi tiruan lengkap ILMU GIGI TIRUAN CEKAT Ilmu gigi tiruan cekat adalah ilmu yang mempelajari perawatan untuk memperbaiki/menggantikan sebagian atau seluruh gigi asli yang rusak atau hilang sengan suatu restorasi berupa mahkota tiruan atau gigi tiruan jembatan yang dilekatkan secara permanen didalam mulut.

Upload: haris-mega-prasetyo

Post on 15-Feb-2015

742 views

Category:

Documents


41 download

DESCRIPTION

aaaa

TRANSCRIPT

Page 1: Prostodonsia.docx

Prostodonsia

I Putu Arya Ramadhan on 23 March 2012 — Leave a Comment

PROSTODONSIA

Adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan penanggulangan masalah fungsi sistem stomatognatik akibat kerusakan/kelainan/kehilangan gigi dan atau jaringan sekitarnya dengan gigi tiruan yang memenuhi syarat kesehatan, sehingga menunjang kesehatan umum, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, kenyamanan, penampilan, pengunyahan serta kemampuan berbicara.

 

Berdasarkan atas banyaknya gigi yang hilang, ilmu gigi tiruan dibagi menjadi :

1. Ilmu gigi tiruan lengkap2. Ilmu gigi tiruan sebagian

Berdasarkan atas sifat perlekatan gigi tiruan sebagian, dibagi menjadi :

1. Ilmu gigi tiruan sebagian lepas2. Ilmu gigi tiruan sebagian cekat  (ilmu gigi tiruan cekat)

Atas dasar pembagian diatas, maka ilmu gigi tiruan mempunyai 3 cabang ilmu :

1. Ilmu gigi tiruan cekat2. Ilmu gigi tiruan sebagian3. Ilmu gigi tiruan lengkap

 

ILMU GIGI TIRUAN CEKAT

Ilmu gigi tiruan cekat adalah ilmu yang mempelajari perawatan untuk memperbaiki/menggantikan sebagian atau seluruh gigi asli yang rusak atau hilang sengan suatu restorasi berupa mahkota tiruan atau gigi tiruan jembatan yang dilekatkan secara permanen didalam mulut.

 

Berdasarkan prinsip perawatan dalam bidang prostodonsia, yaitu rehabilitasi system stomatognatik , maka tujuan perawatan dengan gigi tiruan cekat, adalah memperbaiki :

1. Fungsi pengunyahan2. Fungsi Estetis3. Fungsi bicara4. Keadaan lokal (dalam mulut) dan kesehatan umum5. Rasa nyaman

Page 2: Prostodonsia.docx

6. Rasa percaya diri

 

Macam gigi tiruan cekat :

1.       Mahkota tiruan (Artificial crown/Full crown)

Adalah restorasi yang menggantikan sebagian atau seluruh bagian jaringan mahkota gigi yang sudah rusak/hilang, dipasang secara pemanen dengan semen.

 

Berdasarkan banyaknya jaringan permukaan mahkota gigi atau jaringan mahkota gigi yang digantikan, maka dibedakan atas :

1. Mahkota tiruan penuh (Full Veneer Crown)2. Mahkota tiruan sebagian (Partial Veneer Crown)3. Mahkota tiruan pasak (Dowel/Post and Core Crown)

 

2.       Gigi tiruan jembatan (Bridge work)

Adalah restorasi (gigi tiruan) yang menggantikan kehilangan 1 atau lebih gigi geligi asli, dilekatkan secara permanent dengan semen serta didukung sepenuhnya oleh satu atau lebih gigi atau akar gigi atau implant yang telah dipersiapkan.

 

Macam-macam gigi tiruan jembatan :

1.      Gigi tiruan jembatan konvensional

a.      Rigid Fixed Bridge

Gigi tiruan jembatan yang menggantikan kehilangan 1 atau lebih gigi yang berurutan, didukung oleh 1 atau lebih gigi penyangga pada masing-masing ujung diastema, dan dalam pemakaiannya tidak ada pergerakan individual dari gigi penyangga.

Indikasi :

-          Untuk kehilangan 1-4 gigi secara berurutan

-          Pada tekanan kunyah yang normal atau besar

-          Gigi penyangga yang pendek

-          Salah satu gigi penyangga goyang derajat 1 (tanpa kelainan periodontal atau paska terapi periodontal)

Page 3: Prostodonsia.docx

Keuntungan :

-          Indikasi terluas

-          Memiliki efek splinting terbaik

Syarat khusus :

-          Gigi penyangga baik posisi dan inklinasinya harus sejajar atau bila vital dapat dibuat sejajar tanpa membahayakan pulpa (misalnya salah satu gigi penyangga miring 15-200)

b.      Semi Rigid Fixed Bridge

Fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1 atau 2 gigi didukung oleh satu atau lebih gigi-gigi penyangga pada tiap ujung diastema dan memberikan pergerakan individual terbatas pada gigi penyangganya pada waktu berfungsi.

c.       Cantilever Bridge

Merupakan fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1 gigi dan didukung oleh satu atau lebih gigi penyangga hanya pada satu sisi saja.

d.      Kombinasi Bridge

Bridge yang terdiri dari beberapa macam fixed bridge yang disatukan.

e.       Modifikasi Bridge

Merupakan fixed bridge yang dimodifikasi karena keadaan tertentu.

 

2.      Gigi tiruan jembatan ‘sophisticated’

1. Implant Bridge2. Adhesive Bridge (Maryland Bridge)

Posted in Prostodonsia

Page 4: Prostodonsia.docx

Bahan Gipsum LAPORAN PRAKTIKUMBAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI IBAHAN GIPSUM

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam bidang ilmu material kedokteran gigi kita banyak menemuai aplikasi penggunaan gips, baik untuk keperluan klinik maupun pekerjaan laboratorium.Material gips ini banyak dipergunakan antara lain dalam pembuatan model dan die, articulating cast, mould, refractory investment dan lain-lain.Karena banyaknya pengunaan gips dalam Kedokteran Gigi ini maka perlu untuk mengetahui segala aspek dalam gips terutama sifat sifatnya sehingga akan memudahkan dalam memanipulasi, dan menghasilkan suatu hasil manipulasi yang maksimal. Dan untuk lebih memahaminya maka perlu dilakukan suatu percobaan yang akan memperlihatkan cara manipulasi gips yang benar serta pengaruh sifat sifatnya terhadap hasil manipulasi.Bahan-bahan yang dipakai di bidang Kedokteran Gigi kebanyakan mempunyai berbagai fungsi berdasarkan kegunaannya atau pemakaianya. Salah satunya adalah penggunaan Gips. Gips dalam bidang ilmu material kedokteran gigi aplikasi bahan ini banyak sekali dijumpai, baik untuk keperluan klinik maupun pekerjaan laboratorium.Bahan yang berasal dari Gips dapat digunakan sebagai :• Model dan die• Bahan cetak• Mounting• Packing• Bahan tanam Gipsum merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Gypsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat ( CaSO4.2H2O ) murni. Produk gypsum dalam kedokteran gigi digunakan untuk membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi.Saat ini penggunaan gypsum dalam kedokteran gigi telah meluas. Penggunaan tersebut dapat diperlihatkan dalam pembuatan model gig tiruan. Selain itu kegunaan klinis maupun laboratories yang lain yaitu untuk membuat model kerja maupun model studi sehingga bahan gypsum ini harus mempunyai kekuatan tekan yang kuat agar tidak rusak dalam pembuatan restorasi gigi tiruan. Di alam gypsum merupakan massa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat. Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi, anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain.Intial setting dan final setting pada gipsum sangat begantung dengan komposisi powder dan liquid yang digunakan. Jika powder yang digunakan lebih banyak dalam artian tidak seimbang dengan liquidnya maka gypsum tersebut akan dapat mencapai tahapan initial setting yang lebih cepat.

Page 5: Prostodonsia.docx

1.2. Tujuano Mengetahui macam-macam gypsumo Mengetahui cara manipulasi gypsum yang benaro Mengetahui klasifikasi setting time, initial setting, final setting o Mengetahui perbedaan antara initial setting dengan final setting

BAB ITINJAUAN PUSTAKA

Gips adalah bentuk hemihidrat dari kalsium sulfat dihidrat, dengan rumus kimia (CaSO4)2H2O. Di alam, gips merupakan masa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat. warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksidasi besi, anhidrat, karbokhidrat, sedikit SiO2 atau oksida logam lain (Anderson 1997)Menurut Craig dkk (1987), sifat kimia gips adalah:a. Solubility (daya larut) adalah banyaknya bagian dari suatu zat yang dilarutkan dengan 100 bagian pelarut pada temperatur dan tekanan tertentu yang dinyatakan dalam persen berat/volume.b. Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan dihitung sejak gips kontak dengan air.Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut :1. Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu campuran gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam cetakan. secara visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya kemengkilatan/ timbulnya kemuraman). Keadaan dimana gips tidak dapat hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau.2. Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum selesai. Tandanya antara lain adalah kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum maksimum dan dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah.Menurut Craig dkk (1987) gips keras mempunyai sifat mekanis, antara lain :1. Compressive strength (kekuatan tekan hancur)kekuatan gips berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa gips. Partikel dental stone lenih halus, maka air air yang diperlukan untuk mencampur lebih sedikit jika dibanding dengan air yang dibutuhkan untuk pencampuran plaster of paris.2. Tensile strength (daya rentang) Daya rentang dari gips sangat penting pada saat gips dikeluarkan dari bahan cetak. Karena tidak adanya sifat lentur pada gips, model akan cenderung patah. Daya rentang gips keras dua kali lebih besar dari pada gips lunak baik dalam keadaan basah maupun kering.3. Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan dan daya tahan abrasi.Kekerasan permukaan gips berhubungan dengan kekuatan tekan hancur. daya tahan abrsai meningkat dan meningkatnya kekuatan tekan hancur. Daya tahan terhadap abrasi maksimal didapat ada saat gips mencapai daya strength. Gips keras merupakan gips yang memiliki daya tahan abrasi tinggi.Faktor-faktor berikut ini dapat diamati selama berlangsungnya reaksi setting:a. Campuran air dan hemyhidrat dapat dituang dengan seketika (bila digunakan perbandingan yang benar antara air dengan puder)

Page 6: Prostodonsia.docx

b. Bahan menjadi kaku tetapi tidak keras (initial set); pada tahap ini bahan dapat diukir tetapi sudah tidak dapat dibentuk/dicetak.c. Terjadi apa yang disebut ‘final set’ dimana bahan menjadi keras dan kuat. Walaupun demikian pada tahap ini reaksi hydrasi tidak berarti sudah sempurna, juga tidak berarti bahwa kekuatan dan kekerasan optimum sudah tercapai.d. Dihasilkan panas selama setting karena hydrasi hemyhidrat bersifat eksotermis(Combe, 1992 : 319).

Gips adalah kalsium sulfat dihidrat,CaSO4.2H2O. Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat, (CaSO4)2.H2O,dan pada temperatur lebih tinggi, anhidrat dibentuk sebagaimana bertikut;Gips sampai 130o CaSO4.2H2O Hemihidrat sampai 200o (CaSO4)2.H2O Anhidrat CaSo4(Richard dkk, 2002)

Klasifikasi gips (ADA) spesifikasi nomor 251. Impression plaster (tipe I)Impression plaster sekarang jarang digunakan dalam bidang kedokteran gigi dan bahan ini digantikan dengan bahan yang tidak terlalu kaku dan material elastik impression

2. Model plaster (tipe II)Model plaster biasanya digunakan untuk diagnostik cast dan artikulasi dari stone cast. Produk ini secara tardisional diproduksi dalam warna putih untuk membedakannya dengan dental stone.3. Dental stone (tipe III)Dental stone ideal untuk pembuatan model dari full atau partial denture, model ortodonsi dan lain lain.Dental stone secara tradisional berwarana kuning atau putih4. Dental stone, high strength (tipe IV)Material tipe IV ini sering digunakan sebagai die stones karena cocok untuk pembuatan pola dari malam dalam cast restoration5. High strength, high expansion dental stone (tipe V)Tambahan dalam klasifikasi ADA untuk material ini berkembang atas respon untuk memenuhi kebutuhan akan kekuatan dan ekspansi gips yang lebih tinggi dibanding dental stone. Material ini berwarna biru atau hijau dan paling banyak membutuhkan biaya dibandingkan semua produk gips. (Hatrick dkk, 2003)

Sifat-Sifat a. Ketepatan- Plaster sangat baik dalam mencatat detil detil halus - Perubahan dimensi sewaktu setting sangat kecil - Bila terdapat undercut,cetakan gips akan pecah sewaktu dikeluarkan dari mulut- Perubahan dimensi selama penyimpanan cetakan gips adalah kecil meskipun ada sedikit kontraksi karena pengeringan- Sebelum diisi dengan model gips cetakan harus diberi bahan separasib. Sifat sifat lainnya

Page 7: Prostodonsia.docx

- Bahan cetak gips bersifat nontoksis- Waktu setting bisa dikontrol dengan menggunakan bahan tambahan yang tepat(Combe, 1992)

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 ALAT DAN BAHANAlat : Mangkok karet dan spatula Pensil tinta Neraca Stop watch kotak kubus dengan atas terbuka ukuran 4 x 3 x 3 gelas ukur penggaris vibrator pisau model pisau gipsBahan : Gips putih / plaster of paris Vaselin Air Kertas gosok3.2 CARA KERJA1. Pada praktikum gips ini akan dilakukan manipulasi dengan konsistensi normal.2. Mengolesi seluruh bagian dalam kotak kubus dengan vaselin secara tipis dan merata3. Menimbang bahan gips menggunakan neraca sebanyak 35 gram dan air menggunakan gelas ukur sebanyak 23 ml.4. Melakukan manipulasi, menyiapkan stop watch untuk melihat waktu yang dibutuhkan gips dalam mencapai initial setting sampai final setting.5. Menuangkan air ke dalam mangkok karet, kemudian menuangkan gips ke dalam mangkok karet, mengaduk campuran gips dengan air diatas vibrator searah dengan jarum jam selama 1 menit/60 putaran dan memperhatikan waktu.6. Setelah campuran gips homogen, menuangnya ke dalam kotak kubus, melakukan hal ini di atas vibrator sampai kotak kubus terisi penuh. Merapikan kelebihan gips pada tepi kotak kubus7. Memperhatikan waktu, menandai waktu dimana gips mencapai initial setting sampai final setting.8. Setelah gips mencapi finnal setting, membuka kotak kubus kemudian merapikan gips dengan pisau gips menjadi ukuran 3,5 x 2,5 x 2,5 menggunakan penggaris dan pensil tinta. Terakhir menghaluskan permukaan gips dengan kertas gosok.9. Hasil maksimal adalah didapatkan balok gips dengan ukuran tepat, permukaan yang halus dan tidak poros.

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

Page 8: Prostodonsia.docx

Dari hasil praktikum diatas dapat dilihat beberapa tanda dari gipsum seperti berikut :1. Warna Terlihat bahwa warna gips menjadi agak keruh. Hal ini terjadi karena pada konsistensi normal perbandingan powdernya lebih besar sehingga akan lebih memperkeruh campuran.2. PorositasPorositas ini terjadi karena pengadukan dan lama waktu diatas vibrator belum mencapai 1 menit sehingga udara masih terjebak dalam adonan. Porsentasi kemungkinan terjadinya porositas dalam manipulasi gips lebih besar untuk adonan yang lebih encer, karena semakin banyak air berarti semakin banyak H2O yang menimbulkan gelembung udara dan dapat mengakibatkan porositas. Namun hal ini sebenarnya bisa dihindari jika dalam pengerjaannya operator (praktikan) lebih teliti dan hati hati dalam melakukan pengadukan3. Kekerasan Pada saat merapikan gips dapat dirasakan adanya perbedaan kekuatan dan kekerasan pada gips setelah setting. Hal ini terjadi karena powder (mineral gips) merupakan senyawa yang mempunyai rumus kimia CaSO4, unsur kalsium (Ca) ini yang menunjukkan kekerasan dan kekuatan dari gips.4. Initial settingInitial setting bisa diketahui saat campuran bahan menjadi kaku tetapi tidak keras dan tidak dapat dibentuk serta terjadi ekspansi termis atau adanya panas. Hal ini terjadi karena ketika partikel calcium sulfat dalam powder dicampur dengan air akan terjadi massa padat dari dihydrat. Sehingga semakin banyak air akan semakin lama terjadinya reaksi dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menjadi setting.5. Final settingFinal setting dapat diketahui dengan menurunnya suhu campuran dan pada akhirnya menjadi dingin. Pada finnal setting gips sudah bisa dilepas dari cetakan dan bisa dibentuk. Hal ini terjadi karena semakin banyak air akan semakin memperlambat berakhirnya reaksi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menjadi setting.

Setelah semuanya dingin panas sudah tidak teraba dengan tangan, balok boleh dibuka. Faktor kesalahan dari praktikum yang telah dilakukan yaitu terbentuknya lubang-lubang kecil atau porus pada gypsum. Hal ini disebabkan oleh tidak sempurnanya dalam proses penuangan dan kesalahan praktikan pada saat menggunakan vibrator yang tidak sempurna. Kemudian ketiga gypsum tersebut dibentuk lagi dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 3,5 dengan menggunaan pisau gips. Supaya gypsum halus, maka dihaluskan dengan menggunakan kertas gosok.

BAB VKESIMPULAN

Dari praktikum Gips kali ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa:• Dalam melakukan manipulasi gips perlu diperhatikan atara lain adalah: o Penyimpanano Kebersihan alat untuk manipulasio Rasio atau perbandingan air dan powdero Waktu Pengadukan o Initial setting-working time

Page 9: Prostodonsia.docx

o Final settingo Pemberian bahan separatoro Hindari terjebaknya udara bias dengan menggunakan vibrator• Gips mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :o Menghasilkan detail yang haluso Dimensionalnya akurato Sifat mekanis yang kuatDari data hasil pratikum dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa waktu setting dari gypsum dipengaruhi oleh W/P rasio dan komposisinya. Semakin banyak powdernya, semakin kental pula campuran tersebut. Semakin kental gypsum maka semakin cepat pula waktu settingnya. Semakin encer gypsum tersebut maka semakin lambat pula waktu settingnya.

DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai PustakaCraig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental Material: 11th edition. United State of America : Mosby.Hatrick, Carol Dixon. 2003. Dental Material : Clinical Application for Dental Assistants and Dental Hygienist. Philadelphia : Saunders.Van Noorth, Richard. 2002. Dental Material second edition. London : Mosby.Wilson, H. J. dkk. 1987. Dental Technology and Materials for Students. Blackwell Scientific Publication.

Diposkan oleh Amelia Aya di 08.45

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Label: bahan dan teknologi kedokteran gigi

Page 10: Prostodonsia.docx

2.2      BAHAN PENGISI

Gypsum merupakan salah satu jenis bahan pengisi. Kriteria pemilihan produk gypsum

tertentu bergantung pada penggunaannya serta sifat fisik tertentu untuk penggunaan

tertentu. Misalnya,stone kedokteran gigi merupakan materi yang buruk untuk

digunakan sebagai bahan cetak karena bila ada gigi geligi, tidaklah mungkin

mengeluarkan cetakan melalui undercut gigi tanpa melukainya (karena besarnya

kekuatan stone ). Macam-macam gypsum :

1.       Plaster cetak (tipe I)

Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan zat tambahan untuk

mengatur waktu pengerasan dan ekspansi pengerasan. Plaster cetak jarang digunakan

lagi untuk mencetak dalam kedokteran gigi karena telah digantikan oleh bahan yang

kurang kaku seperti hidrokoloid dan elastomer . plaster terbatas digunakan untuk

cetakan akhir, atau wash, dalam pembuatan gigi tiruan penuh.

2.       Plaster model (tipe II)

Plaster model ini atau plaster laboratorium tipe II sekarang digunakan untuk mengisi

kuvet dalam pembuatan protesa bila ekspansi pengerasan tidaklah penting dan

kekuatan cukup, suatu batasn yang disebutkan dalam spesifikasi. Biasanya dipasarkan

dalm warna putih alami, jadi terlihat kontras dengan stone yang umumnya berwarna.

3.       Stone Gigi (tipe III)

Pada tahun 1930, suatu peristiwa penting terjadi, yaitu ketika α-gipsum ditemukan dan

diperkenalkan dalam kedokteran gigi. Dikombinasikan dengan kemajuan dari bahan

cetak hidrokoloid, α-gipsum yang diperbaharui kekerasannya membuat die stone dapat

digunakan dan pembuatan model tidak langsung mungkin dilakukan.

Page 11: Prostodonsia.docx

Kedokteran gigi banyak membantu sejarah perkembangan plaster. Seorang peneliti

pada Perusahaan Gipsum USA mempelajari bahwa mold plaster yang digunakan untuk

membentuk basis karet protesa dalam suatu tekanan uap vulkanisasi menjadi amat

keras dalam semalam. Penelitian lanjut menunjukkan bahwa gipsum yang mengeras

mengalami pengapuran di bawah tekanan uap, membentuk kristalisasi kalsium sulfat

hemidrat yang lebih bermutu. Karena perbaikan ini, bahan kemudian langsung

dipatenkan sebagai α-gipsum. Sejak penemuan ini, untuk penemuan komersial, proses

tersebut dilakukan dalam suatu otoklaf.

Stone tipe III memiliki kekuatan kompresi minimal 1 jam sebesar 20,7 Mpa (3000 psi),

tetapi tidak melebihi 34,5 Mpa (5000 psi). Bahan ini ditujukan untuk pengecoran dalam

membentuk gigi tiruan penuh yang cocok dengan jaringan lunak. Die stone merupakan

reproduksi gigi yang dipreparasi dimana protesa dibuat pada atau di dalam model

tersebut. Karena kondisi keausan yang parah pada bagian tepi ketika dilakukan

pembuatan pola malam, dan karena tekanan yang lebih tinggi mengenai die

stone selama mencoba dan penyesuaian, kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi

dibutuhkan oleh bahan die. Sebagai tambahan, sedikit ekspansi pengerasan dapat

ditolerir pada model yang mereproduksi jaringan lunak, tetapi tidak bila menyangkut

gigi. Stonetipe III lebih disukai untuk pembuatan model yang digunakan pada

konstruksi protesa, karenastone tersebut memiliki kekuatan yang cukup untuk tujuan

itu serta protesa lebih mudah dikeluarkan setelah proses selesai.

Tanpa melihat jenis stone yang digunakan, terdapat sedikitnya 2 metode untuk

membuat model. Dalam salah satu metode, mold untuk pengecoran dibuat dengan

membungkus sekitar cetakan dengan lembaran malam lunak sehingga melebihi kurang

lebih 12 mm di luar sisi jaringan pada cetakan. Basis untuk model dibentuk pada

daerah ini. Proses ini disebut boxing. Adukan stonedan air kemudian dituang ke dalam

Page 12: Prostodonsia.docx

cetakan di bawah vibrator. Adukan dibiarkan mengalir perlahan dalam aliran yang

terkendali sepanjang cetakan, sehingga aliran tersebut dengan sendirinya mendorong

udara keluar begitu adukan mengisi semua cetakan gigi tanpa adanya gelembung

udara yang terjebak.

Metode lain adalah dengan mengisi cetakan seperti yang telah dijabarkan. Sisa

adukanstone-air dituang pada lempeng kaca. Cetakan yang telah terisi kemudian

dibalikkan pada tumpukan stone di lempeng kaca tersebut, dan basis dibentuk dengan

spatula sebelum stonemengeras. Prosedur tersebut tidak diindikasikan bila digunakan

bahan cetak yang mudah mengalami deformasi atau bila stone mengalir menyebar.

Model baru boleh dilepaskan dari cetakan setelah pengerasan awal tercapai. Waktu

pengerasan minimal bervariasi dari 30-60 menit, bergantung pada kecepatan

pengerasan stone atau plaster serta jenis bahan cetak yang digunakan.

4.       Stone gigi, kekuatan tinggi (tipe IV)

Persyaratan utama bagi bahan stone untuk pembuatan die adalah kekuatan, kekerasan,

dan ekspansi pengerasan minimal. Untuk memperoleh sifat ini, digunakan α-

hemihidrat dari jenis ’Densite’. Partikel-partikel berbentuk kuboidal serta daerah

permukaan yang lebih kecil menghasilkan sifat tersebut tanpa menyebabkan

pengentalan adukan.

Diperlukan permukaan keras bagi suatu die yang terbuat dari stone, karena preparasi

kavitas diisi dengan malam dan diukir sehingga selaras dengan tepi-tepi die. Suatu

instrumen yang tajam digunakan untuk tujuan ini. Karenanya, stone harus tahan

terhadap abrasi. Untungnya, kekerasan permukaan meningkat lebih cepat bila

dibandingkan dengan kekuatan kompresi, karena permukaan lebih cepat mengering.

Ini merupakan keunggulan nyata, dimana permukaan tahan terhadap abrasi,

sementara inti die cukup liat dan kurang terpaparkan terhadap patah tanpa disengaja.

Page 13: Prostodonsia.docx

Rata-rata kekerasan permukaan kering dari stone tipe IV (’stone die’) kurang lebih 92

(kekerasan Rockwell), stone tipe III adalah 82. meskipun permukaan lebih keras,

tetaplah harus berhati-hati ketika mengukir pola malam.

5.       Stone gigi, kekuatan tinggi, ekspansi tinggi ( tipe V)

Ini merupakan produk gipsum yang dibuat akhir-akhir ini, dan memiliki kekuatan

kompresi yang lebih tinggi dibandingkan stone gigi tipe IV. Kekuatan yang

ditingkatkan ini diperoleh dengan menurunkan lebih jauh rasio W:P. Sebagai

tambahan, ekspansi pengerasan ditingkatkan dari maksimal 0,10%-0,30%. Alasan

peningkatan batasan ekspansi pengerasan disebabkan karena logam campur yang

baru, seperti basis logam, memiliki pengerutan pengecoran yang lebih besar

dibandingkan logam campur mulia konvensional. Jadi, dibutuhkan ekspansi lebih

tinggi pada stone yang digunakan untuk die untuk mengimbangi pengerutan

pemadatan logam campur.

6.       Gypsum sintetik

α-hemihidrat dan β-hemihidrat juga dapat dibuat sebagai produk sampingan atau

produk sisa dalam pembuatan asam fosforik. Produk sintetik biasanya lebih mahal

dibandingkan yang dibuat dari gipsum alami tetapi bila produk tersebut dibuat dengan

tepat, sifatnya sebanding atau melebihi stone alami. Kendala dalam prosesnya cukup

banyak dan hanya sedikit yang berhasil. Metode yang digunakan adalah rahasia

perusahaan. Sumber hemihidrat tidaklah sepenting sifat dari penggunaan produk

akhir yang pada dasarnya sama. Terlepas dari manapun asalnya.

Page 14: Prostodonsia.docx

Gigi tiruan sebagian cekatGigi tiruan jenis ini tidak dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien karena dicekatkan ke gigi dengan menggunakan semen kedokteran gigi, lebih dikenal dengan istilah mahkota tiruan / dental crown dan mahkota tiruan jembatan /dental bridge.

Mahkota tiruan (dental crown)

Crown dibuat pada kasus dimana mahkota gigi sudah rusak, atau pada gigi yang sudah dirawat saluran akar. Crown menutupi seluruh bagian mahkota gigi yang sebelumnya sudah diasah terlebih dahulu. 

Ilustrasi mahkota tiruan penuh pada gigi depan rahang atas. Gigi yang akan dipasangcrown terlebih dulu diasah, kemudiancrown dilekatkan dengan menggunakan semen khusus kedokteran gigi

Mahkota tiruan jembatan (dental bridge)

Bridge dibuat untuk menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang, dengan  menggunakan gigi di sebelah gigi yang hilang sebagai penjangkaran. Gigi di sebelah gigi yang hilang akan diasah, lalu dipasangkan mahkota tiruan.

Crown dapat terbuat dari logam (all metal), porselen (all porcelain), resin akrilik, atau paduan logam dengan porselen (porcelain-fused-to-metal crown/PFM) atau bahan resin komposit dengan penguatan fiber. Yang paling sering digunakan adalah PFM crown, karena paling menyerupai tampilan gigi asli dengan kekuatan yang baik untuk menahan tekanan kunyah.

Page 15: Prostodonsia.docx

laptut skenario gips 33.2  KOMPOSISI GIPSUM

Gypsum merupakan salah satu jenis bahan pengisi. Kriteria pemilihan produk gypsum tertentu bergantung pada penggunaannya serta sifat fisik tertentu untuk penggunaan tertentu. Misalnya, stone kedokterangigi merupakan materi yang buruk untuk digunakan sebagai bahan cetak karena bila ada gigi geligi, tidaklah mungkin mengeluarkan cetakan melalui undercut gigi tanpa melukainya (karena besarnya kekuatan stone ).

Gypsum pada kedokteran gigi digunakan untuk membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratoriumkedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi. Gips adalah salah satu bahan yang sering digunakan dalam aplikasi di bidang kedokteran gigi. Bahan dasar / komposisi utama pembuatan gips adalah Kalsium Sulfat Dihidrat (CaSO4.2H2O) yang dihancurkan, dipanaskan dan diolah hingga menjadi bubuk gips. Gips telah ditemukan dan digunakan sebagai dental cast (bahan cetak) sejak 1756 (Hatrick dkk, 2003).

Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat,(CaSO4)2.H2O,dan pada temperatur lebih tinggi. Gypsum sendiri dapat dibagi menjadidua jenis secara umum sebelum diklasifikasikan yaitu : Plaster dan stone gigi.Kandungan utama plaster dan stone gigi adalah kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2.H2O atau CaSO4. . H2O. bergantung pada metode pengapuran bentuk hemihidrat yangberbeda dapat diperoleh.

Karena gips adalah bentuk dihidrat dari kalsium sulfat (CaSO4.2H2O), pada saat panas, akan kehilangan 1,5 gr mol dari H2O dan bersifat kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4.½H2O), atau bisa juga ditulis (CaSO4)2 H2O. Jika kalsium sulfat hemihidrat dicampur dengan air, reaksi berbalik dan kalsium sulfat hemihidrat kembali berubah ke kalsium sulfat dihidrat. Oleh karena itu, dehidrasi parsial dari batu gips dehidrasi dari calsium sulfat hemihidrat tersusun secara reversibel (Robert G. Craig and John M. Power:392). Gips apabila dipanaskan dalam bejana terbuka dengan temperatur 1100C – 1200 C menghasilkan β hemihidrat atau gips lunak yang lebih dikenal dengan sebutan Plaster of Paris. Apabila gips dipanaskan dalam autoclaved pada tekanan uap pada temperatur 1200 C - 1300 C menghasilkan α hemihidrat atau lebih dikenal dengan sebutan gips keras (Dental Stone) (Combe, 1992 : 320).

Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat, (CaSO4)2.H2O, dan pada temperatur lebih tinggi, anhidrat dibentuk sebagaimana bertikut :

Gips pada suhu 130º C CaSO4.2H2O

Hemihidrat pada suhu 200º C (CaSO4)2.H2O

Anhidrat CaSo4 (Richard dkk, 2002)

Page 16: Prostodonsia.docx

3.3  MANIPULASI GIPSUM

Proses manipulasi pertama-tama dilakukan dengan mencampurkan Plaster atau gips dengan air atau larutan PE dengan perbandingan 100gr dengan 50 sampai 60ml. Harus dijaga agar tidak terbentuk gelembung udara sewaktu mengaduk karena gelembung ini dapat muncul di permukaan dan dapat menyebabkan ketidaktepatan hasil cetakan (Combe, 1992). Untuk lebih detailnya, manipulasi gips dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :

·           Pemilihan

Untuk proses awal, harus dilakukan pemilihan gips berdasarkan aplikasi yang akan dibuat.

·           Perbandingan (rasio P/W atau air/bubuk)

Perbandingan air dan bubuk yang tepat akan sangat menentukan proses manipulasi dan juga setting reaksi, misalnya apabila terlalu banyak kandungan air dalam gips maka waktu setting akan lebih cepat dan diperoleh hasil gips yang lunak. Karena kekuatan suatu stone secara tidak langsung sebanding dengan rasio W:P adalah sangat penting untuk mempertahankan jumlah air serendah mungkin. Namun, jangan terlalu rendah sehingga adukan tidak mengalir ke dalam setiap detail cetakan. Sekali rasio W:P otimal ditentukan, menggunakan rasio W:P yang dianjurkan pabrik sebagai pedoman takaran yang harus selalu digunakan. Air dan bubuk harus selalu diukur dengan menggunakan silinder pengukur volume air yang akurat dan menimbang kesetaraannya untuk bubuk. Bubuk tidak boleh diukur dengan volume (menggunakan sendok penakar), karena tidak dimampatkan seragam. Sendok penakar tersebut mungkin bervariasi dari produk yang satu dengan yang lain, serta bubuk bisa menjadi lebih keras begitu kemasan bersisa tidak digunakan. Bila wadah kemasan dikocok, volume akan meningkat sebagai akibat terjebaknya udara. Bubuk dalam kantung yang sudah ditimbang menjadi populer, karena memiliki keakuratan, mengurangi sisa, dan menghemat waktu.

·           Pengadukan

Bila mengaduk dengan tangan, mangkuk pengaduk harus berbentuk parabolik, halus, dan tahan terhadap abrasi. Spatula harus memiliki bilah yang kaku serta pegangan yang nyaman dipegang. Terjebaknya udara dalam adukan harus dihindari untuk mencegah porus yang dapat menyebabkan kelemahan dan ketidakakuratan permukaan. Air yang sudah diukur jumlahnya ditempatkan dalam mangkuk pengaduk, dan bubuk yang sudah ditimbang ditaburkan. Adukan kemudian dengan cepat diputar, dengan secara periodik menyapu spatula ke dalam mangkuk pengaduk untuk menjamin pembasahan semua bubuk serta memecahkan endapan, atau gumpalan. Pengadukan harus terus berlangsung sampai diperoleh adukan yang

Page 17: Prostodonsia.docx

halus, biasanya dalam 1 menit. Semakin lama waktu pengadukan berarti mengurangi waktu kerja, khususnya untuk menuang model.

Kebiasaan menambahkan air dan bubuk berulang-ulang untuk mencapai konsistensi yang tepat harus dihindari. Hal tersebut menyebabkan ketidakseragaman pengerasan dalam massa adukan, menghasilkan kekuatan yang rendah dan distorsi, satu penyebab utama ketidakakuratan dalam menggunakan produk gipsum.

·           Vibrator

Sewaktu menuang ke dalam cetakan model atau die biasanya digunakan vibrator untuk membantu mengalirnya adonan ke dalam cetakan dan mempermudah terlepasnya gelembung udara. Penggunaan vibrator otomatis dengan frekuensi tinggi dan amplitude yang tinggi adalah membantu. Cegah dilakukannya vibrasi yang berlebih karena dapat menyebabkan distorsi bahan cetak.

·           Initial setting time-working time

Setelah dicampur selama 1 menit, working time dimulai. Selama viscositas dari campuran bertambah, bahan tidak lagi mengalir dan mulai megeruh. Saat mulai mengeruh berarti campuran telah mencapai initial setting. Atau bisa dilihat pada awal campuran dimana bahan menjadi kaku tetapi tidak keras dan tidak dapat dibentuk serta terjadi ekspansi termis atau adanya panas. Pada umumnya, initial setting terjadi selama 8 –10 menit mulai dari awal pengadukan.

·           Finnal setting

Finnal setting dicapai saat bahan dapat dengan aman dibentuk, tetapi memiliki kekuatan dan resistensi yang minimal. Saat final setting reaksi kimia selesai dan model terasa dingin saat disentuh. Sebagian besar pabrik merekomendasikan 1 jam sampai akhirnya bahan bisa dengan aman dilepas dari cetakan

·           Pemberian bahan separator

Sebelum dilakukan pencetakan dengan gips sebaiknya pola diberi bahan separasi seperti Vaseline. Hal ini bertujuan agar setelah gips setting maka akan mudah dilepas. Namun tidak boleh terlalu berlebihan karena akan membuat permukaan menjadi lebik lunak.

·           Hindari terjebaknya udara

Page 18: Prostodonsia.docx

Adanya kandungan udara dalam pencampuran gips akan dapat menyebabkan porositas pada hasil akhir dari gips. Hal tersebut dapat dihindari dengan menuangkan air terlebih dulu ke dalam wadah setelah itu diikuti dengan memasukkan powder.

·           Penyimpanan

Gips dapat menyerap air dari lingkungan. Kelembaban dan tempat yang dekat dengan sumber air akan berpengaruh buruk pada powdernya. Hal ini akan mempengaruhi waktu setting, sehingga gips sebaiknya disimpan dalam kontainer tertutup. Namun terkadang diperlukan proses merendam model gipsum dalam air, sebagai persiapan untuk teknik yang lain. Komponen gipsum yang membentuk model umumnya sedikit larut dalam air. Jika model stone direndam dalam air mengalir, dimensi liniernya akan menurun sekitar 0,1% untuk setiap 20 menit perendaman tersebut. Metode teraman untuk merendam model adalah menempatkannya dalam bak berisi air yang khusus untuk tujuan tersebut, dimana debris plaster masih tetap konstan di dasar bak air untuk membentuk larutan jenuh kalsium sulfat.

Seperti dijelaskan sebelumnya, penyimpanan baik stone atau plaster pada temperatur ruang tidak menimbulkan perubahan dimensi yang bermakna. Namun, bila temperatur penyimpanan dinaikkan sampai antara 90o dan 110o C (194o-230oF), pengerutan terjadi begitu kristalisasi air dikeluarkan dan dihidrat berubah menjadi hemihidrat. Kontraksi plaster pada temperatur tinggi lebih besar dibandingkan dengan stone, dan ini juga mengurangi kekuatannya.

Kontraksi tersebut dapat terjadi selama penyimpanan di atas temperatur ruang, begitupun bila model stone sedang dikeringkan. Barangkali tidaklah aman menyimpan atau memanaskan suatu model stone pada temperatur yang lebih tinggi dari 55oC (130oF).

Produk gipsum agak peka terhadap perubahan kelembaban relatif dari lingkungan. Bahkan kekerasan permukaan dari model plaster dan stone mungkin berfluktuasi sedikit dengan kelembaban atmosfer relatif. Permukaan gipsum yang dibuat dengan adukan yang lebih encer nampak terpengaruh lebih banyak dibandingkan dengan rasio W:P yang rendah.

Hemihidrat gipsum mengambil air dari udara dengan mudah. Misalnya, bila kelembaban relatif melebihi 70%, plaster mengambil uap air secukupnya untuk memulai reaksi pengerasan. Hidrasi pertama menghasilkan lebih sedikit kristal gipsum pada permukaan kristal hemihidrat. Kristal ini bertindak sebagai nukleus kristalisasi, dan manifestasi pertama dari kerusakan plaster adalah penurunan dalam waktu pengerasan.

Begitu kerja higroskopik berlanjut, lebih banyak kristal gipsum terbentuk sampai keseluruhan kristal hemihidrat tertutup. Pada keadaan ini air sulit menembus lapisan dihidrat, dan waktu pengerasan menjadi diperpanjang. Karena itu, adalah penting bahwa semua jenis produk gipsum disimpan dalam atmosfer kering. Cara penyimpanan terbaik adalah menutup produk tersebut dalam wadah logam tahan kelembaban. Bila produk gipsum disimpan dalam tempat tertutup, umumnya waktu pengerasan hanya sedikit dihambat, sekitar 1 atau 2 menit per tahun. Bila perlu hal ini dapat diatasi sengan sedikit meningkatkan waktu pengadukan.

Page 19: Prostodonsia.docx

·           Kebersihan

Peralatan manipulasi gips harus dijaga kebersihannya. Seperti yang disebut diatas waktu setting gips akan lebih cepat karena pengadukan. Bowl, spatula, dan vibrator harus segera dibersihkan segera sebelum setelah menipulasi, sehingga tidak terkontaminasi bahan lain (Hatrich dkk, 2003).

3.4  SETTING TIME

Menurut Craig dkk (1987), Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan dihitung sejak gips kontak dengan air. Setting time adalah waktu yang diperlukan untuk setting (mengeras) suatu bahan sampai menjadi rigid (kaku). Waktu setting merupakan waktu yang digunakan oleh bahan yang telah set sampai menjadi cukup kuat untuk menahan penetrasi sebuah jarum dengan diameter tertentu dan besar beban yang diketahui. Alat penguji ini terdiri dari dua bagian yaitu jarum vicat dari Gillmore. Waktu setting dapat dipengaruhi oleh komposisi gips/stone, bentuk fisis gips/stone, suhu pencampuran, impurity, akselerator, W/P ratio, waktu pengadonan meningkat maka setting cepat.

Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut :

1.      Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu campuran gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam cetakan. Secara visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya kemengkilatan/ timbulnya kemuraman). Keadaan dimana gips tidak dapat hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau.

2.      Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum selesai. Tandanya antara lain adalah kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum maksimum dan dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah.

Ketika hemihidrat dicampur dengan air terbentuk dihidrta sebagai berikut:

(CaSO4)2, H2O + 3H3O → 2 CaSO4, 2 H2O+ 3900 kal/ gr mol

Reaksi yang terjadi saat setting time ini merupakan reaksi exotermik, dimana reaksi ini menghasilkan panas ± 3900 kal/gr mol. Pada proses tersebut terjadi :

1.      Kalsium sulfat hemihidrat larut dan bereaksi dengan air membentuk Kalsium sulfat dihidrat.

2.      Terjadi presipitasi Kristal kalsium sulfat dihidrat menjadi bahn yang kaku tetapi tidak keras, dapat diukir tetapi tidak dapat dibentuk, ekspansi thermos dan panas asih berlangsung (INITIAL SETTTING).

Page 20: Prostodonsia.docx

3.      Bahan keras, kaku, ekspansi thermos dan panas sudah berakhir (FINAL SETTING).

Ini adalah kebalikan reaksi pembentukan hemihidrate. Dari persamaan di atas dapat dihitung bahwa untuk menghasilkan hidrasi yang sempurna untuk 100 g hemihidrate dibutuhkan sekitar 18,6 ml air. Sewaktu hemihidrate dicampur dengan air diduga terjadi hal-hal sebagai berikut:

1.      Sebagian hemihidrat larut dan menghasilkan ion Ca2+ dan SO4 2- kelarutan hemihidrate dalam air 0,8 %

2.      Pada suhu ini kelarutan dihidrat hanya sekitar 0,2%; hemihidrate yang larut membentuk dihidrate dalam larutan yang kemudian menjadi terlalu jenuh. Maka dari larutan ini terjadi pertumbuhan kristal dihidrate

3.      Faktor ang penting sehubungan dengan reaksi ini:

·         Terjadi pertumbuhan kristal pada inti kristalisasi; padakasus ini inti dapat berupa kristal gypsum yang timbul sebagai impurity pada kristal hemihidrate

·         Difusi atau pergerakan ion ke inti juga sangat penting

·         Oleh karena dihidrate berkristalisasi maka lebih banyak hemihidrate yang larut dan proses bersanbung terus

Faktor yang mempengaruhi Setting Time

1.      Mixing Time: pertambahan mixing time akan mempercepat setting time.

2.      W/ P ratio: memperkecil W/ P ratio akan mempercepat setting time.

3.      Temperatur: meningkatkan temperatur dapat mempercepat reaksi sehingga setting time juga semakin cepat. Tetapi jika temperatur berada di atas 50oC maka yang terjadi adalah sebaliknya, hal ini disebabkan karena kelarutan hemihidrate dibandingkan dihidrate menurun. Jika temperatur melebihi 100oC maka tidak akan terjadi reaksi, hal ini disebabkan karena kelarutan hemihidrate dan dihidrate sama.

4.      Pemercepat dan penghambat (accelerators and retarders):

Akselerator , contohnya adalah Na2SO4 dapat empercepat pembentukan larutan kalsium sulfat hemihidrate, K2SO4 dapat menambah kecepatan larutnya kalsium sulfat hemihidrat, dan gypsum mempersiapkan inti pertumbuhan Kristal dihydrat yang terbentuk lebih lanjut. NaCl dengan konsentrasi kurang dari 20% akan meningkatkan kelarutan hemihidrate sehingga setting time menjadi lebih cepat.

Retardus , contohnya Na sitrat, borax, kalsium sulfat adalah bahan yang dapat diserap oleh inti Kristal sehingga dapat meracuni inti Kristal. Retardus bekerja dengan membentuk lapisan pada partikel hemihidrate dan dihidrate yang berakibat pada penurunan kelarutan hemihidrate dan dihidrate serta menghambat perkembangannya.

Page 21: Prostodonsia.docx

5.      Koloid: darah, saliva, agar, alginat dapat memperpanjang setting time.

6.      Gipsum: calcium sulfate dihydrate merupakan accelerator.

7.      Perubahan Setting expansion

·         Memperbesar setting expansion, misalnya kalsium asetat menambah 1% setting expansion linear. Untuk kompensasi pengkerutan logam saat dingin.

·         Memperkecil setting expansion , misalnya Natrium sulfat mengurangi setting expansion 0,05%.

Penambahan bahan additive tersebut biasanya dapat mengurangi kekuatan dari gips itu sendiri.selain diengaruhi oleh penambahan bahan aditive, kekuatan gips juga bergantung pada:

·         Bahan yang dipergunakan ; misalnya hemihydrat yang autoclaved / calcined, dan adanya bahan additive.

·         Perbandingan air / puder.

·         Kekeringan bahan yang telah set. Untuk mendapatkan sifat – sifat optimal, gips hendaknya dibiarkan berhydrasi selama paling sedikit 1 jam (dan kalau bisa lebih lama), dan kemudian dikeringkan sampai diperoleh berat yang konstan pada suhu 450C. (E.C.Combe,1992)

3.5  APLIKASI GIPSUM DALAM KEDOKTERAN GIGI

Produk gypsum telah digunakan secara meluas dalam kedokteran gigi untuk membuat model studi dari rongga mulut dan struktur maksilo-facial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkanpembuatan protesa gigi.

Dalam kedokteran gigi Gipsum digunakan untuk :

1.      Model dan die

2.      Bahan cetak

3.      Mounting

4.      Packing

5.      Bahan tanam

Berbagai jenis plaster digunakan untuk membuat cetakan dan model dimana protesa dan restorasi kedokteran gigi dibuat. Bila plaster diaduk dengan silica maka dikenal dengan bahan tanam gigi. Bahan tanam tersebut digunakan untuk membentuk mold guna mengecor restorasi gigi dengan logam yang dicairkan. Penambahan silica pada bahan tanam tersebut

Page 22: Prostodonsia.docx

bertujuan untuk mengurangi penyusutan pada gips karena panas yang dihasilkan dari pengecoran logam dan juga mengurangi resiko patahnya gips saat dilakukan pengecoran (Kenneth J. Anusavice, 2004 : 155). Penggunaan gypsum dalam kedokteran gigi juga dapat diperlihatkan dalam membuat gigi tiruan. Misalnya, campuran plaster of Paris dan air ditempatkan dalam sendok cetak dan ditekan pada jaringan rahang. Plaster dibiarkan mengeras dan kemudian cetakan dikeluarkan. Dokter gigi sekarang memiliki bentuk negative dari jaringan yang dibentuk tersebut yang dibuat dalam rongga mulut. ( Kenneth J.Anusavice, 2004 : 155).

Bila jenis plaster lain yang dikenal dengan stone gigi, yang sekarang diaduk dengan air sekarang diaduk dengan air kemudian dituang kedalam cetakan model negative yang tadi lalu dibiarkan sampai mengeras. Lalu cetakan plaster yang mengeras tersebut menjadi mold untuk menjadi model positif atau model master. Pada model inilah gigi tiruan dibuat tanpa kehadiran pasien. ( Kenneth J. Anusavice, 2004 :155).

Terdapat dua jenis aplikasi dari gipsum, yaitu model kerja dan model studi. Model kerja menggunakan gipsum jenis α-hemihidrat karena dibutuhkan kekerasan yang lebih dalam penggunaanya. Sedangkan untuk model studi menggunakan gipsum jenis β-hemihidrat yang digunakan untuk menegakkan diagnosa sehingga tidak memerlukkan kekerasan yang lebih. Untuk model kerja sendiri berupa gipsum biru, sedangkan contoh untuk model studi yaitu alat protesa, bentuk gigi, pembuatan rahang tanpa menghadirkan pasien, cetakan pembuatan lempeng gigit, dan sebagai bahan tanam.

Model studi juga digunakan untuk bahan cetak yang memerlukkan bahan cetak non elastis. Selain itu digunakan untuk mounting, packing, dan investment materials (bahan tanam). Mounting adalah memasang model gips pada artikulator. Sedangkan packing yaitu pengisian mould yang terbuang dari gips yang terdapat dalam kuvet logam dengan bahan plastis, kemudian diproses untuk membuat protesa. Tipe bahan tanam:

a.       Kalsium sulfat (gipsum) bonded investment, Bahan untuk casting aloy dan pemanasan tidak boleh lebih dari 700°C

b.      Phosphate bounded investment

c.       Silica bounded investment, Merupakan bahan alternative dan digunakan untuk cast tingkat tinggi

Page 23: Prostodonsia.docx

DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.

Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka

Craig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental Material: 11th Edition. United State of America : Mosby

Fairhurst CW. Compresive Properties Of Dental Gypsum. J Dent Res 1960; 39: 812- 824.

Harty, F.J dan R. Ogston.1995.Kamus Kedokteran Gigi.Jakarta:EGC

Mahler DB, Ady AB. An Explanation For The Hygroscopic Setting Expansion Of Dental Gypsum Products. J Dent Res 1960; 39: 578- 589.

Robert. G. Craig, Ph. D. 1983. Dental Material Properties and Manipulation. The University of Michigan scool of dentistry; the C. V. Mosby Company

Wilson, H. J. dkk. 1987. Dental Technology and Materials for students.Blackwell Scientific Publication