prostatektomy
DESCRIPTION
INSTALASI BEDAH SENTRALTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT II
PROSTATEKTOMI
INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
Penyusun ;
Catur Singgih Mahardika
3209113
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2012
PSIK STIKES JEND. A. YANI YK/PKK IBS/2012
A. Definisi
Benigna Prostate Hiperplasi (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat yang
sifatnya jinak yang menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium uretra. Kondisi
ini merupakan kondisi patologis yang umum terjadi pada pria lansia (>75 tahun) dan
penyebab ke 2 yang paling sering memerlukan intervensi medis pada pria diatas 60
tahun (Brunner & suddart, 2002).
Prostatektomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk
mengangkat kelenjar prostat yang mengalami hiperplasi dan meninggalkan kapsul
prostat (Brunner & suddart, 2002).
Ada berbagai macam prostatektomi yang dapat dilakukan yang masing –
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain :
a. Prostatektomi Supra pubis.
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu
suatu insisi yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari
atas. Pendekatan ini dilakukan untuk kelenjar dengan berbagai ukuran dan beberapa
komplikasi dapat terjadi seperti kehilangan darah lebih banyak dibanding metode yang
lain. Kerugian lainnya adalah insisi abdomen akan disertai bahaya dari semua
prosedur bedah abdomen mayor, seperti kontrol perdarahan lebih sulit, urin dapat
bocor disekitar tuba suprapubis, serta pemulihan lebih lama dan tidak nyaman.
Keuntungan yang lain dari metode ini adalah secara teknis sederhana, memberika area
eksplorasi lebih luas, memungkinkan eksplorasi untuk nodus limfe kankerosa,
pengangkatan kelenjar pengobstruksi lebih komplit, serta pengobatan lesi kandung
kemih yang berkaitan.
b. Prostatektomi Perineal.
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini
lebih praktis dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka.
Keuntungan yang lain memberikan pendekatan anatomis langsung, drainage oleh
bantuan gravitasi, efektif untuk terapi kanker radikal, hemostatik di bawah penglihatan
langsung,angka mortalitas rendah, insiden syok lebih rendah, serta ideal bagi pasien
dengan prostat yang besar, resiko bedah buruk bagi pasien sangat tua dan ringkih.
Pada pasca operasi luka bedah mudah terkontaminasi karena insisi dilakukan dekat
dengan rektal. Lebih jauh lagi inkontinensia, impotensi, atau cedera rectal dapat
mungkin terjadi dari cara ini. Kerugian lain adalah kemungkinan kerusakan pada
rectum dan spingter eksternal serta bidang operatif terbatas.
PSIK STIKES JEND. A. YANI YK/PKK IBS/2012
c. Prostatektomi retropubik.
Adalah suatu teknik yang lebih umum dibanding pendekatan suprapubik
dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus
pubis dan kandung kemih tanpa tanpa memasuki kandung kemih. Prosedur ini cocok
untuk kelenjar besar yang terletak tinggi dalam pubis. Meskipun darah yang keluar
dapat dikontrol dengan baik dan letak bedah labih mudah untuk dilihat, infeksi dapat
cepat terjadi dalam ruang retropubis. Kelemahan lainnya adalah tidak dapat mengobati
penyakit kandung kemih yang berkaitan serta insiden hemorargi akibat pleksus venosa
prostat meningkat juga osteitis pubis. Keuntungan yang lain adalah periode pemulihan
lebih singkat serta kerusakan spingter kandung kemih lebih sedikit.
B. Tujuan Tindakan Operasi
Untuk mengangkat dan mengeluarkan tumor jinak pada prostat atau
mengambil massa tumor pada prostat
C. Persiapan Perioperatif Di Ruangan
1. Persiapan satu hari sebelum masuk ruang operasi
1. Pengkajian Keadaan Umum Klien
2. Puasa 8 – 12 jam
3. Pemeriksaan penunjang (exp: darah rutin, Ro.Thorax, Ro.Appendiktogram)
4. Personal Hygiene (exp: mencukur rambut diarean operasi/pembedahan,
mandi, Oral Hygiene, Keramas)
5. Melepas semua jenis aksesoris (exp: perhiasan, gigi palsu, kontak lens)
6. Pengukuran Berat Badan Klien
7. Inform Concent
8. Pemenuhan alat kesehatan untuk keperluan operasi (exp: Cairan infus,
betadin, bahan habis pakai)
2. Persiapan Tempat & Alat
i. Alat-alat steril
Set dasar yang disiapkan (Basic Instrument Set)
Alat kesehatan yang digunakan : - Benang catgut chromik USP no. 1- Benang catgut chromik USP no. 0- Benang catgut chromik USP no. 3/0- Benang catgut plain USP no. 2/0- Benang cyde USP no 2/0- Kateter no. 24 dan no. 14
PSIK STIKES JEND. A. YANI YK/PKK IBS/2012
- Urin bag- Tranfusi set- NGT no. 18
NO NAMA ALAT 1 2 31 Mangkok stenlis 32 Bengkok stenlis 13 Yoderm klem 14 Towel clamp / duk klem 55 Pincet chirurgy 26 Pincet anatomi 27 Tangkai pisau no. 3 18 Langenbeck besar 29 Pean bengkok sedang 8
10 Kocher lurus sedang 411 Langenbeck sedang 212 Gunting jaringan 113 Gunting benang 214 Pean bengkok panjang 215 Jarum jahit 1 set 116 Needle holders 217 Pean bengkok panjang 218 Canule suction 119 Middeldorpf 2202122
Alat tambahan12345
Paraf Pencatat :Nama Inisial :
Set dan bahan penunjang operasi
Linen Set.
Sarung tangan bermacam-macam ukuran
Desinfektan dan Alkohol 70 %, NS 0.9 %
Kanul Diathermi + Kabel.
Kanul + Selang Suction.
Pisau bedah no. 10.
Kasa, deper, cucing, mangkok, bengkok, korentang pada tempatnya.
Jarum 1/2 bulat (round), tajam (cutting).
Benang nonabsorbtable 2/0, absortable no.1, 3/0 , 0.
ii. Alat tidak Steril
1. Plester lebar
2. Gunting Verban/ Bandage scissors.
3. Plat Diatermi.
PSIK STIKES JEND. A. YANI YK/PKK IBS/2012
4. Mesin Diatermi.
5. Mesin Suction.
6. Lampu Operasi.
7. Meja Operasi.
8. Meja Mayo.
9. Meja Instrumen.
10. Standar Infus.
11. Tempat sampah
3. Persiapan pasien
1. Persetujuan operasi.
2. Alat-alat dan obat-obatan.
3. Puasa
4. Lavement
4. Setelah penderita dilakukan anaesthesi.
Mengatur posisi terlentang.
Memasang plat diatermi di bawah paha penderita
Memasang folley cathetera (kalau perlu).
D. Persiapan atau prosedur di ruang operasi
1. Pasien telentang dalam analgesia spinal
2. Isi buli buli dengan cairan sampai buli buli tampak membesar
3. Aseptik dan antiseptik daerah insisi operasi dan sekitarnya
4. Pasang drapping/duk steril
5. Dibuat insisi kulit, subcutis,cutis dan fascia 2 cm di atas simfisis pubis pada linea
mediana sepanjang + 8 CM
6. Pisahkan otot abdominal kanan kiri pada linea alba sampai terlihat peritonium
7. Peritonium disisihkan ke arah kranial sehingga tampak buli buli/vesiko urinaria
8. Dibuat jahitan kendali atas dan bawah pada dinding buli buli
9. Insisi diantara kedua jahitan kendali
10. Insisi melingkar di tepi lumen uretra posterior dan prostat dikeluarkan
11. Jahit bekas insisi prostat dengan benang cat gut chromik USP no 1
12. Pasang kateter no 24 dan difiksasi
13. Pasang kateter no 14 untuk aliran guyuran cairan NaCl
14. Jahit mucosa bulu buli dengan benang cat gut chromik USP no 3/0 (jelujur
terkunci)
PSIK STIKES JEND. A. YANI YK/PKK IBS/2012
15. Jahit otot buli buli dengan benang cut gut plain USP no 3/0 (jelujur tidak terkunci)
16. Alirkan cairan NaCl dengan maksimal/loss klem
17. Pasang NGT 18 untuk drainage cavum
18. Jahit otot abdominal dengan benang catgut plai USP no 2/0
19. Jahit fascia dengan benang catgut chromik USP no 0
20. Jahit subcutis dengan benang catgut plain USP no2/0
21. Jahit kulit dengan benang cyde USP no 2/0
22. Luka ditutup dengan kasa steril dan hepavik
E. Perawatan pasca operasi
1. Pengkajian keadaan umum klien
2. Pengkajian parameter untuk pasien General anestesi
Aldredte Score
Area Pengkajian Poin nilai Saat penerimaan
Pernapasan
2 kemampuan untuk pernapasan
dengan batuk
1 upaya bernapas terbatas (dispneu
atau membebat)
0 Tidak upaya spontan
Sirkulasi
2 >80% dari tingkat pra-anastetik
1 50%-80% dari tingkat pra-anastetik
0 <50% dari tingkat pra-anastetik
2 respon secara verbal terhadap
Pertanyaan/terorientasi thd waktu
1 Terbangun ketika dipanggil
0 Tidak memberikan respon thd
perintah
PSIK STIKES JEND. A. YANI YK/PKK IBS/2012
Warna
2 warna dan penampilan kulit normal
1 warna kulit berubah : pucat, agak
kehitaman, keputihan, ikterik
0 sianosis
Aktivitas
Bergerak secara spontan atau atas
perintah:
2 kemampuan untuk menggerakkan
semua ekstermitas
1 kemampuan untuk menggerakkan 2
ekstermitas
0 tidak mampu untuk mengontrol
setiap ekstermitas
Boleh kembali ke ruang dengan score <8
PSIK STIKES JEND. A. YANI YK/PKK IBS/2012
Daftar Pustaka
Brunner & Suddart Fs (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC
Johnson, M et all . (2000) . Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby:
Philadelphia.
Manjoer, Arif . (2000) . Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculspius.
McCloskey, J dan G, Bulechek . (2000) . Nursing Interventions Classification (NIC).
Mosby: Philadelphia
Smeltzer, S.C . (2002) . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2 . Jakarta :
EGC.
Tighe, Shirley M . (2007) . Instrumentation for thr Operating Room Seventh Edition .
Misoury : Mosby Inc.
PSIK STIKES JEND. A. YANI YK/PKK IBS/2012
Halaman Pengesahan
Clinical Insructure IBS Pembimbing Akademik Mahasiswa
(…………………..) (……………….) (…………………)
PSIK STIKES JEND. A. YANI YK/PKK IBS/2012