proses pembentukan karakter menuju kemandirian …

123

Upload: others

Post on 15-Feb-2022

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …
Page 2: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

i

PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN ANAK OLEH

LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK ( LKSA ) PANTI RINI DI

PURWOREJO

(Penelitian Deskriptif Kualitatif di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini

Purworejo, Jawa Tengah)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Tugas Akhir Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Sosiatri/Pembangunan Sosial

Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta

Disusun Oleh :

NATALIA ANNA SEPTIANINGSIH

NIM : 16510017

PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI / PEMBANGUNAN SOSIAL

JENJANG PROGRAM STRATA 1

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2020

Page 3: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …
Page 4: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …
Page 5: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

iv

M O T T O

“Bermimpilah setinggi langit, karena jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang ”

- Ir. Soekarno –

“Sesulit apapun hidup adalah sesuatu yang harus diapresiasi dengan usaha yang nyata, bukan sesuatu yang berlalu sia-sia atau ditangisi”

- Merry Riana –

“Hidup ini sulit, apa yang kamu inginkan tak akan selalu kamu dapatkan, namun jangan menyeraah BERUSAHA, BELAJAR, dan, BERDOA”

“Jadikan apapun yang terjadi setiap hari sebagai motivasi untuk berkembang”

- NAS -

Page 6: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh cinta yang mendalam skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Almamater tercinta Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Yogyakarta.

2. LKSA Panti Rini Purworejo yang telah mendidik saya dan telah memberi kesempatan

kepada saya untuk melanjutkan pendidikan sampai jenjang S1 ini.

3. Teman-teman dan adek-adek LKSA Panti Rini yang tidak bisa saya sebutkan satu per

satu yang telah mendukung dan selalu mewarnai hari-hari saya.

4. Kedua orang tua saya, yang telah membesarkan saya, mendidik saya, mendukung

saya, mempercayai saya dalam segala hal, dan mendoakan saya dalam setiap langkah

yang saya jalani.

5. Kakak dan adik saya serta keluarga besar yang selalu mendukung dan mendoakan

saya.

6. Andik Pramono yang telah membantu saya dalam segala hal, yang selalu mendukung

saya, yang telah bersedia mendengarkan keluh kesah saya, dan yang selalu menyuruh

saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman kontrakan yang selalu mendukung dan membantu saya.

8. Veronica Vitri Yani yang selalu mendukung dan yang telah bersedia mendengarkan

keluh kesah saya.

9. Teman-teman dekat (Talita, Tiwi, Febrina, Bertha, Inar) yang selalu menyemangati

dan mendorong saya untuk segera mengerjakan skripsi ini.

Page 7: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ungkapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat, kasih

karunia-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Proses

Pembentukan Karakter Menuju Kemandirian Anak Oleh Lembaga Kesejahteraan

Sosial Anak (LKSA) Panti Rini di Purworejo”.

Penulis melakukan penelitian yang berlokasi di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

(LKSA) Panti Rini Purworejo, Jawa Tengah. Banyak pelajaran berharga serta pengalaman

yang penulis dapatkan selama melakukan penelitian ini.

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat menjadi Sarjana Starata 1 Program Studi

Ilmu Sosiatri/Pembangunan Sosial di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa

“APMD” Yogyakarta. Dalam penelitian skripsi ini, penulis merasa terbantu atas dukungan

dari berbagai pihak dalam proses penulisan maupun penelitian sehingga dapat berjalan

dengan lancar. Untuk itu, penulis menghaturkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Dr. Suntoro Eko Yunanto, M.Si selaku ketua Sekolah Tinggi Pembangunan

Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

2. Dra. Oktarina Albizzia, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Sosiatri /

Pembangunan Sosial S-1 Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Yogyakarta.

3. Ibu Dra. MC Candra Rusmala Dibyorini, M.Si selaku dosen pembimbing, terima

kasih atas waktu,, saran dan masukan, serta bimbingan yang telah diberikan kepada

saya selama pengerjaan skripsi ini.

4. Ibu Dra Anastasia Adiwirahayu, M.Si selaku penguji I skripsi ini mengenai Proses

Pembentukan Karakter Menuju Kemandirian Anak Oleh Lembaga Kesejahteraan

Sosial Anak (LKSA) Panti Rini Di Purworejo.

5. Ibu Ratna Sesotya Wedadjati, S. Psi., M. Si.Psi selaku Penguji II skripsi ini mengenai

Proses Pembentukan Karakter Menuju Kemandirian Anak Oleh Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini Di Purworejo.

6. Dra. AY. Oelin Maliantoro, M. Si selaku Dosen Pembimbing Akademik.

7. Dosen-dosen yang telah memberikan dan membagikan ilmunya kepada saya selama

saya menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa

“APMD” Yogyakarta.

Page 8: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

vii

8. LKSA Panti Rini yang telah mengizinkan saya untuk melanjutkan pendidikan sampai

jenjang S-1 dan selalu mendukung, mendoakan saya, serta telah mengizinkan,

menerima, dan membantu saya dalam melakukan penelitian ini.

9. Pembimbing bidikmisi dan teman-teman bidikmisi yang telah membantu saya dalam

menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Yogyakarta.

10. Kepada orang tua saya yang tercinta dan tersayang Bapak Vincentius Slamet (Alm)

dan Ibu Partinah yang telah merawat, mendukung, mendidik, dan tak hentinya

mendokan saya selama ini. Karya ini saya persembahkan untuk kalian, sebagai wujud

terima kasih atas pengorbanan dan jerih payah kalian sehingga saya dapat

menyelesaikan pendidikan ini.

11. Saudara-saudari saya terkasih Hendrikus Hendi, Teresia Yulianingsih, Andreas Devit

Agus Anggoro. Terima kasih untuk bantuan dan semangat dari kalian, semoga awal

dari kesuksesan saya ini dapat membanggakan kalian.

12. Teman-teman kontrakan yang selalu mendukung saya dalam masa menjalani proses

pendidikan S-1 Ini.

13. Terima kasih kepada mereka yang menerima segala kekurangan dan kelebihan saya,

menemani 4 tahun masa kuliah yang luar biasa dan diluar dugaan saya, teman-teman

Seperjuangan Ilmu Sosiatri/Pembangunan Sosial 2016 (Aulia, Alvi, Agus, Adriana,

Bimo, Billy, Danang, Dini, Dora, Eyas, Farinda, Febri, Inar, Intan, Lia, Maxon,

Muqthi, Naufal, Prihatin, Rino, Rika, Santi, Bertha, Suster Sherly, Suster Tiar, Suster

Modesta, Tino, Tiwi, Talita, Umbu, Wulan, Yogi.). Sukses selalu untuk kedepannya

ndes!!!

14. Sahabat yang tersayang dan tercinta yang selalu memberikan semangat Kurnia

Pratiwi, Zulinar Zuleha Wungo, Talita Sari, Alifka Regina Arisanti, Bertha dan

Febrina Noor Prihandini. Terima kasih untuk kebersamaan yang sudah kita lalui

selama hampir 4 tahun ini. terima kasih untuk tawa dan bahagia yang selalu dibagi

bersama. Terima kasih sudah mau menerima kelebihan dan kekurangan saya. Sukses

selalu untuk kedepannya yah sayang-sayangku!!!!!

15. Terima kasih kepada yang tersayang dan tercinta Andik Pramono yang selalu

mendukung, menyemangati dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih telah

mendengarkan keluh kesah saya dan telah membantu saya dalam segala hal.

Page 9: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

viii

16. Veronica Vitri Yani yang selalu mendengarkan keluh kesah saya, menyemangati dan

selalu mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih telah menjadi

dosen pembimbing ke dua bagi saya

17. Sri Murwaningsih yang selalu menyuruh saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

18. Teman seangkatan dari SMP Lia dan Tini, terima kasih selalu mendukung saya.

Pada akhirnya, penulis menyadari sebagai manusia biasa yang tidak luput dari

kesalahan tentunya dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, dan kekurangan yang

perlu untuk diperbaiki. Kritik dan saran yang membangun bagi penulis sangat diharapkan.

Yogyakarta, 20 Mei 2020

Natalia Anna Septianingsih

Page 10: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ...................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................v

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN ......................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................8

D. Kerangka Teori .......................................................................................................9

1 Proses Pembentukan Karakter ........................................................................16

2 Kemandirian Anak .........................................................................................18

G. Metode Penelitian ..................................................................................................27

1. Jenis Penelitian.................................................................................................27

2. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................27

a. Obyek Penelitian ........................................................................................27

b. Definisi Konseptual ...................................................................................28

c. Definisi Operasional ..................................................................................29

3. Subyek Penelitian.............................................................................................30

4. Lokasi Penelitian ..............................................................................................30

Page 11: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

x

5. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................30

a. Observasi....................................................................................................30

b. Wawancara .................................................................................................31

c. Dokumentasi ..............................................................................................31

6. Teknik Analisis Data........................................................................................32

a. Reduksi Data ............................................................................................32

b. Penyajian Data ...........................................................................................32

c. Penarikan Kesimpulan ...............................................................................32

BAB II DESKRIPSI WILAYAH / GAMBARAN UMUM

A. Letak LKSA Panti Rini Purworejo ........................................................................34

B. Sejarah LKSA Panti Rini Purworejo .....................................................................34

C. Landasan Hukum LKSA Panti Rini .......................................................................36

D. Profil LKSA Panti Rini ..........................................................................................36

1. Visi Misi ........................................................................................................36

2. Strategi ........................................................................................................38

3. Tujuan ........................................................................................................38

4. Syarat-syarat Masuk Panti ...............................................................................38

5. Sarana Prasarana ..............................................................................................40

6. Sumber Dana ....................................................................................................44

7. Data Anak Asuh ...............................................................................................45

8. Data Karyawan LKSA Panti Rini ....................................................................48

9. Struktur dan Uraian Tugas Pengurus LKSA Panti Rini ...................................49

BAB III ANALISIS DATA

A. Deskripsi Informan ................................................................................................58

Page 12: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

xi

B. Proses Pembentukan Karakter Menuju Kemandirian Anak Oleh Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini Di Purworejo...............................60

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................................97

B. Saran ......................................................................................................................98

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Data Anak Asuh Mauk Panti ...........................................................................6

Tabel II.1 Kondisi Fisik Gedung ..................................................................................41

Tabel II.2 Data Anak Asuh ...........................................................................................45

Tabel II.3 Data Karyawan di LKSA Panti Rini Purworejo ..........................................48

Tabel III.1 Identitas Informan Pengurus dan Pengasuh ................................................58

Tabel III.2 Identitas Informan Anak Asuh .....................................................................59

Page 14: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan I.1 Struktur Organisasi LKSA Panti Rini ...........................................................49

Page 15: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak adalah sebuah anugerah dari yang Maha Kuasa, impian dan tanda

kebahagiaan dari setiap pasangan suami istri. Anak bisa dikatakan juga sebagai

seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami pubertas.

Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antara

seorang perempuan dan laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang

dilahirkan oleh wanita meskipun tidak melakukan pernikahan tetap dikatakan anak

(Alesmana, www.kompasiana.com/definisi-anak). Kehadiran anak dapat merubah

suasana keluarga, dan didalam keluarga orang tua bertanggung jawab penuh atas anaknya

untuk merawat, membesarkan, dan mendidik anak menjadi baik dan penuh kasih

sayang, karena anak mempunyai martabat dan hak untuk dijunjung tinggi dan

dilindungi supaya kelak anak dapat berguna bagi keluarga, sesama dan bangsa. Setiap

orang tua pastinya menginginkan anaknya lahir dengan keadaan sehat, baik dari segi

fisik, psikis, dan mental. Orang tua juga mendambakan anaknya tumbuh menjadi anak

yang cerdas, berhasil dan sukses dalam kehidupan masa depannya.

Anak merupakan harta yang paling berharga dalam keluarga dibandingkan

dengan harta lainnya. Anak juga merupakan sebuah harapan bagi orang tua

kedepannya. Peran dan perhatian orang tua dan keluarga sangat dibutuhkan untuk

merawat dan mendidik anak dari bayi hingga dewasa, hal ini tentunya tidak mudah

bagi orang tua karena orang tua harus mampu menghadapi anak yang dimana tingkat

emosionalnya masih dalam tahap yang belum stabil maka dari itu orang tua dan anak

Page 16: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

2

perlu mengenal dan memahami jati diri anak terlebih dahulu. Dalam penemuan jati

diri anak, orang tua harus selalu melakukan pengawasan dan bimbingan agar supaya

dalam pekembangan anak setiap hari dapat terpantau dengan baik dan agar terbentuk

perilaku yang baik pula pada anak, namun jika dalam tumbuh kembang anak tanpa

pengawasan dan bimbingan orang tua maka anak akan menjadi mudah terpengaruh

dengan berbagai macam perilaku negatif yang ada dilingkungan sekitarnya sehingga

dapat merugikan semua pihak. Kenakalan anak dapat disebabkan oleh berbagai

macam faktor antara lain adalah keluarga yang tidak harmonis atau kurangnya kasih

sayang dari orangtuanya, lingkungan bermain atau lingkungan tempat tinggal yang

kurang baik, dan ekonomi yang kurang baik dalam keluarga.

“Anak-anak yaitu manusia muda dalam umur muda, dalam jiwa muda dan

perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya” R.A.

Kosnan (2005:113). Di dalam KUH perdata pasal 330 ayat (1) “Seseorang belum

dapat dikatakan dewasa jika orang tersebut umurnya belum genap 21 tahun, kecuali

seseorang tersebut telah menikah sebelum umur 21 tahun”. Oleh karena ituanak-anak

perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh. Akan tetapi, sebagai makhluk sosial yang

paling rentan dan lemah, ironisnya anak-anak justru sering kali ditempatkan dalam

posisi yang paling dirugikan, tidak memiliki hak untuk bersuara dan bahkan mereka

sering menjadi korban kekerasan dan pelanggaran terhadap hak-haknya. Kasus anak

yang masuk Panti Asuhan sampai saat ini masih tergolong tinggi, hal ini dikarenakan

banyak faktor yang dialami dalam keluarga sehingga orang tua terpaksa memasukkan

anaknya ke Panti Asuhan, adapun beberapa faktor alasan anak masuk ke Panti yaitu

Page 17: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

3

seperti; keluarga berekonomi lemah, keluarga yang broken home, yatim, piatu, yatim-

piatu, dan anak terlantar.

Pada catatan tahun 2018 menurut Data PMKS-PPID Dinas Sosial Provinsi

Jawa Tengah dimana anak terlantar di Daerah Provinsi Jawa Tengah mencapai 98,801

anak. Menurut JabarEkspres.com ( Kamis, 5 Januari 2017 ) dimana anak Yatim di

Daerah Provinsi Jawa Tengah sebanyak 5.232 anak dan untuk anak terlantar di daerah

Purworejo sendiri sebanyak 290 anak. Menurut Data PMKS-PPID Dinas Sosial

Provinsi Jawa Tengah, serta untuk anak dari keluarga berekonomi lemah di daerah

Purworejo mencapai 13,81 persen di Tahun 2017, namun di Tahun 2018 berhasil

ditekan menjadi 11,67 persen hal ini dikemukakan oleh KRJOGJA.com (Senin, 30

Desember 2019).

Berdasarkan data tersebut adapun kasus yang dilakukan oleh anak jalanan

seperti yang dipaparkan oleh surat kabar jpnn.com, Surabaya (Kamis, 26 Juli 2018)

Keberadaan anak jalanan (anjal) di perempatan Pegirian, Kecamatan Semampir,

Surabaya meresahkan pengguna jalan. Mereka kerap meminta uang dengan setengah

memaksa setelah berpura-pura membersihkan kaca mobil. Jika tidak diberi, mereka

mengamuk dan memberet bodi mobil. Berdasarkan pantauan Jawa Pos, anjal beraksi

dengan membawa kemoceng. Mereka mendekati kendaraan yang berhenti saat lampu

merah menyala. Dengan semangat, mereka seolah-olah membersihkan kaca depan

menggunakan kemoceng.

Penanganan perkara masalah setiap anak tentunya tidaklah mudah, apalagi

anak yang dididik memiliki karakter yang susah ditebak oleh orang tua. Memahami

Karakter anak dalam keluarga memang terkadang begitu sulit bahkan orang tua

Page 18: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

4

seringkali tidak mampu melakukan, kebanyakan orang tua bahkan dibuat bingung oleh

anak sehingga orang tua tidak bisa memahami setiap hal yang dialami anak setiap

harinya seperti kegiatan yang dilakukan disekolah maupun masalah yang sedang

dihadapi oleh anak. semakin bertumbuhnya anak maka semakin tidak nyaman anak

untuk berkomunikasi dengan orang tua, karena anak terkadang merasa takut untuk

menceritakan masalah yang sedang dihadapi, semua itu tergantung bagaimana jenis

pola asuh yang diberikan oleh orang tua kepada anak. Keberhasilan orang tua dalam

mendidik anak jika orang tua sudah mampu memahami dan mengetahui karakter anak

dalam keluarga semisal tentang bagaimana anak bersosialisasi, cara anak menghargai

sesama dikeluarga maupun masyarakat, dan mampu menghayati norma-norma yang

ada.

Keluarga mempunyai fungsi yang sangat besar dalam perkembangan pribadi

anak, dengan adanya bimbingan dan penanaman nilai-nilai yang baik, serta perhatian

yang cukup oleh orang tua kepada anak, melalui perhatian tersebut diharapkan dapat

membentuk sikap anak yang baik dalam pertumbuhannya. Tentu saja hal ini

membutuhkan perhatian yang besar dari keluarga dan hubungan timbal balik antara

orang tua dengan anaknya. Kebutuhan perhatian dan hubungan timbal balik antara

orang tua dan anak sangat penting bagi pembentukan karakter anak karena lingkungan

yang berubah-ubah akan membahayakan perkembangan emosi bagi anak itu sendiri.

Hal-hal dalam pendidikan keluarga yang baik dan benar, akan sangat berpengaruh

pada perkembangan pribadi dan sosial anak.

Pada kenyataannya keluarga menjadi tempat terpenting dalam pembentukan

karakter anak, ada beberapa faktor kesalahan orang tua dalam mendidik anak yang

Page 19: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

5

dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi anak sehingga berakibat pada

pembentukan karakternya, seperti orang tua kurang menunjukkan ekspresi kasih

sayang baik secara verbal maupun fisik, kurang meluangkan waktu yang cukup untuk

anaknya, bersikap kasar seperti (mengucilkan anak, berkata-kata kasar, mencubit,

memukul, dan memberi hukuman badan lainnya), dan ada juga berdampak anak putus

sekolah akibat orang tua yang berpisah. Dampak yang ditimbulkan dari salah asuh

tersebut akan menghasilkan anak-anak yang mempunyai kepribadian bermasalah atau

mempunyai kecerdasan emosi rendah. Lingkungan keluarga sebagai lingkungan

pendidikan yang pertama ini sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak.

Karena di dalam keluarga, anak pertama kali mendapat pengetahuan tentang nilai dan

norma. Kurangnya suasana kehidupan keluarga yang kondusif dapat menyebabkan

kepribadian yang bermasalah ( Tri Ardila, skripsi, 2016 ).

Kondisi nyata saat ini yang ada di keluarga sangat memprihatinkan, karena

dengan masalah yang dialami oleh orang tua, anak menjadi korban. Seperti halnya

yang terjadi di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ( LKSA ) Panti Rini yang

beralamat di Jl. Prof. Dr N. Driyarkara No 7 Purworejo. LKSA Panti Rini ini

merupakan sebuah Panti Asuhan yayasan swasta yang dikelola oleh para suster Putri

Bunda Hati Kudus (PBHK) yang bergerak dibidang sosial, dengan fokus melakukan

pelayanan dan perhatian kepada anak-anak yang miskin, yatim piyatu dan terlantar.

Banyak anak-anak yang masuk di Panti Rini ini dikarenakan latar belakang baik itu

anak Yatim, Piatu, Yatim-Piatu, Ekonomi Lemah, Broken Home, dan Terlantar.

Berikut data anak yang masuk Panti Rini dari Tahun 2018- 2019.

Page 20: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

6

TABEL I.1

Data Anak Asuh Masuk Panti

TAHUN

ALASAN MASUK PANTI

Ekonomi

Lemah

Broken

Home

Yatim Piatu Yatim-

Piatu

Korban

Kekerasan

Keluarga

tidak

Jelas

2018 30 1 6 2 1 1 1

2019 32 1 6 2 1

Sumber :Data LKSA Panti Rini 2018-2019

Setiap anak di LKSA Panti Rini diterima dengan kemampuan dan

permasalahan hidupnya. Para suster PBHK hadir bersama-sama mereka sebagai satu

keluarga dimana mereka menjadi orang tua bagi anak-anak dan sebagai satu keluarga

yang baru bagi mereka. Dengan adanya kebersamaan, mereka belajar mengenal diri

sendiri maupun mengenal sesama, menghargai diri sendiri dan keunikan setiap

masing-masing pribadi. Mereka mendapat kesempatan menggembangkan bakat dan

minat mereka. Mereka dibina untuk belajar baik melalui kehidupan sehari-hari

didalam Panti maupun melalui pendidikan formal.

Dengan adanya latar belakang yang berbeda-beda tersebut tentu ini tidak

mudah untuk membentuk anak menjadi anak yang berkarakter, sebagai pengasuh

tentunya memerlukan pendekatan yang super ekstra untuk bisa menjadi ibu, kakak,

teman atau tempat cerita bagi mereka. Dalam pendampingan anak pun harus

mempunyai rasa sabar yang besar. Terkadang sikap dan cara anak asuh dalam

bertingkah laku sehari-hari pun menggambarkan apa yang dialami anak dalam

keluarga, sehingga anak sering melakukan pembrontakan kepada suster dan ibu-ibu

pengasuh dipanti. Banyak anak dipanti yang minim akan daya juang untuk

memecahkan masalah sepele contoh kecilnya: mengucapkan kata terimakasih,

membuang sampah pada tempatnya, bahkan hal kecil tidak mampu menjahit kancing

Page 21: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

7

bajunya sendiri padahal mereka sudah SMP atau SMA. Sehingga anak memerlukan

pendidikan dan pendampingan yang baik dan benar demi kemajuan dan kemandirian

anak agar siap terjun ke dunia nyata yang seperti saat ini semua serba instan dan

modern.

Berdasarkan dari uraian diatas mengenai permasalahan anak, penulis melihat

bagaimana usaha atau proses yang dilakukan oleh LKSA Panti Rini dalam

menanamkan hal-hal positif kepada anak dan mendidik anak yang bertujuan untuk

membangun karakter anak dan menyadarkan anak bahwa mereka mempunyai

kemampuan untuk berprestasi dan berguna bagi masa depan mereka. Ketika anak

sudah turun ke masyarakat tidak kaget dengan kondisi yang ada karena anak telah

diberi bekal sesuai dengan apa yang diajarkan yaitu melalui pembentukan karakter dan

anak bisa membiasakan diri menaati peraturan dan tata tertib yang telah dibuat baik

itu dimasyarakat maupun di panti itu sendiri. Untuk menjadi anak yang memiliki

pribadi yang berkarakter baik tidaklah mudah seperti halnya memiliki rasa sopan

santun, bisa menghargai diri sendiri maupun orang lain, memiliki rasa tanggung jawab

yang besar terhadap apa yang telah dipercayakan, hal itu tergantung dengan kondisi

sosial dilingkungan sekitarnya. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian atau

wawancara dengan informan anak yang kurang lebih sudah 1 tahun mengikuti proses

pembentukan karakter meuju kemandirian anak oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial

Anak (LKSA) Panti Rini di Purworejo.

Page 22: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

8

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian mengenai latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak oleh

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini di Purworejo ?

2. Apa kendala yang dihadapi oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

Panti Rini dalam proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak ?

C. TUJUAN

Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak oleh

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini di Purworejo.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial

Anak (LKSA) Panti Rini dalam proses pembentukan karakter menuju kemandirian

anak.

D. MANFAAT

a. Manfaat Akademik

1) Untuk melatih dan menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dibangku

kuliah dalam kehidupan masyarakat dan memperluas ilmu pengetahuan sosial

tentang proses pembentukan karakter anak-anak di LKSA Panti Rini.

2) Untuk menerapkan teori yang ada pada masyarakat secara langsung, sehingga

dapat diketahui adanya kesamaan antara teori dengan keadaan nyata yang ada

dimasyarakat.

Page 23: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

9

3) Untuk memberikan masukan bagi pelaksanaan penelitian yang akan datang

dibidang yang sama.

b. Manfaat praktis

1) Memberikan wawasan tentang proses pembentukan karakter anak oleh LKSA

Panti Rini.

2) Dapat dijadikan pedoman bagi pihak atau peneliti lain yang ingin mengkaji

secara mendalam tentang proses pembentukan karakter anak di Daerah

Purworejo Jawa Tengah.

E. KERANGKA TEORI

1. Proses Pembentukan Karakter

a. Definisi Proses

Menurut Soewarno Handayaningrat dalam bukunya yang berjudul

“Pengantar Studi dan Administrasi” mengemukakan bahwa

a.) Proses adalah serangkaian tahap kegiatan mulai dari menentukan

sasaran sampai tercapainya tujuan (S.Handayaningrat, 1988:20).

b.) Sedangkan menurut Jusuf Sjarif Badudu dan Sutan M Zain dalam

kamus Bahasa Indonesia “ Proses adalah jalannya suatu peristiwa dari

awal sampai akhir atau masih berjalan tentang suatu perbuatan,

pekerjaan dan tindakam”. (JS Badudu dan Sutan M Zain 1996:1092).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses merupakan suatu

aktivitas kegiatan dari awal sampai akhir atau berjalan yang memberikan

nafas bagi organisasi sampai dengan tercapainya tujuan.

Page 24: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

10

b. Pembentukan Karakter

1) Definisi Karakter

Karakter ialah bentuk organisasi individual daripada kehidupan

perasaan-perasaan dan hasrat-hasrat (Chorus). Dalam kata Yunani

“charakter” arti semulanya ialah: suatu tanda yang digoreskan pada

tonggak batas, untuk memberitahukan siapa pemilik tanah yang

diberikan berbatas itu. Kemudian “charakter” mempunyai arti yang

lebih umum lagi : tanda, cap. Lebih khusus “charakter” berarti: topeng

pemain sandiwara Yunani yang merupakan tanda pengenal peranan

yang dimainkannya. Dengan demikian “charakter” menunjukan sifat-

sifat dari pribadi yang diperankan.

Karakter adalah seperangkat sifat yang selalu dikagumi sebagai

tanda-tanda kebaikan, kebajikan, dan kematangan moral seseorang.

Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa Latin Character,

yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian

dan akhlak.

Karakter merupakan kumpulan dari beragam aspek kepribadian

yang melambangkan kepribadian seseorang. Karakter merupakan ciri-

ciri tertentu yang sudah menyatu pada diri seorang yang ditampilkan

dalam bentuk perilaku. Karena itu dikatakan Farid Anjar, (dalam

Abdullah, 2015:352) bahwa character education sebagai pendidikan

akhlak. Sifat-sifat yang ada dalam diri seorang itu, terdapat sifat yang

menonjol/dominan, yang kemudian menjadi karakteristik seorang atau

Page 25: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

11

sekelompok orang, mempengaruhinya. Pendidikan dalam hal ini, dapat

mengembangkan potensi baik dan dapat menekan potensi buruk

manusia.

Secara harafiah, karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan

moral, nama atau reputasi (Hornby dan Pornwell dalam Strategi dan

Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter). Dalam kamus

psikologi, karakter adalah kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis

atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai

kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982).

Berikut ini beberapa terminologi yang memaknai karakter:

a.) Samsuri (www.staff.uny.ac.id) menyatakan bahwa terminologi

“karakter” sedikitnya memuat dua hal: values (nilai-nilai) dan

kepribadian. Suatu karakter merupakan cerminan dari nilai apa

yang melekat dalam sebuah entitas. Sebagai aspek kepribadian,

karakter merupakan cerminaan dari kepribadian secara utuh dari

seseorang: mentalitas, sikap, dan perilaku.

b.) Suyanto

(www.mandikdasmen.kemdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html)

menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku

yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja

sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun

negara. individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa

Page 26: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

12

membuat keputusan dan sikap mempertanggungjawabkan tiap

akibat dari keputusan yang ia buat.

c.) Menurut Coon, karakter adalah suatu penilaian subjektif

terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut

kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh

masyarakat (Zubaedi, 2011:8).

d.) Menurut Mansur Muslich, karakter adalah cara berfikir dan

berperilaku seseorang yang menjadi ciri khas dari tiap individu

untuk hidup dan bekerjasama baik dalam keluarga, masyarakat

dan negara (Mansur Muslich 2010:70).

2) Unsur-unsur karakter

Secara psikologis dan sosiologis pada manusia terdapat hal-hal

yang berkaitan dengan terbentuknya karakter. Unsur-unsur ini

menunjukan bagaimana karakter seseorang. Unsur-unsur karakter

menurut Fathul Muin (2011 : 160) dalam bukunya yang berjudul

pendidikan karakter konstruksi teoritik dan praktik tersebut antara lain:

a) Sikap

Sikap merupakan bagian dari karakter, bahkan sikap dianggap

cerminan karakter dari orang tersebut. Dalam hal ini, sikap

seseorang terhadap sesuatu yang dihadapannya, biasanya

menunjukan bagaimana karakter orang tersebut. Jadi, semakin baik

sikap seseorang maka akan dikatakan orang dengan karakter baik.

Page 27: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

13

Dan sebaliknya, semakin tidak baik sikap seseorang maka akan

dikatakan orang dengan karakter yang tidak baik.

b) Emosi

Emosi merupakan bumbu kehidupan sebab tanpa emosi kehidupan

manusia akan terasa hambar. Emosi merupakan gejala dinamis

dalam situasi yang dirasakan manusia yang berefek pada kesadaran,

perilaku dan merupakan proses fisiologis.

c) Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu sikap yang dimana seseorang

memiliki keyakinan atau kepercayaan kepada orang lain.

Kepercayaan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti.

Sugesti otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting dalam

membangun watak dan karakter manuisa. Jadi, kepercayaan

memperkukuh eksistansi diri dan memperkukuh hubungan dengan

orang lain.

d) Kebiasaan dan Kemauan

Kebiasaan merupakan perilaku manusia yang menetap, berlangsung

secara otomatis pada waktu yang lama, tidak direncankan dan

diulangi berkali-kali. Sedangkan kemauan merupakan kondisi yang

sangat mencerminkan karakter seseorang karena kemauan berkaitan

erat dengan tindakan yang mencerminkan perilaku orang tersebut.

Page 28: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

14

e) Konsepsi diri ( Self-Conception )

Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun

tidak sadar tentang bagaimana karakter dan diri seseorang dibentuk.

Jadi konsepsi diri adalah bagaimana saya harus membangun diri,

dan bagaimana saya menempatkan diri dalam kehidupan.

3) Pembentukan Karakter

Karakter dibentuk dari kebiasaan kita. Kebiasaan kita saat anak-

anak biasanya bertahan sampai remaja. Orang tua bisa mempengaruhi

baik atau buruk, pembentukan kebiasaan anak-anak mereka ( Lickona,

2012:50 ).

Karakter seperti juga kualitas diri yang lainnya, tidak

berkembang dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap

individu dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah,nature) dan lingkungan (

sosialisasi pendidikan, nurture). Menurut para developmental

psychologist setiap orang memiliki potensi bawaan yang akan termanis

festasi setelah ia dilahirkan, termasuk potensi yang terkait dengan

karakter. Karakter yang baik dimiliki manusia tersebut harus dibina

melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini.

Melalui pembentukan karakter akan mendorong lahirnya anak-

anak yang baik. Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak

akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan

berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar, dan

cenderung memiliki tujuan hidup.

Page 29: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

15

Karakter tidak sebatas pengetahuan, seseorang yang memiliki

pengetahuan belum tentu mampu bertindak sesuai pengetahuannya, jika

tidak terlatih (menjadi kebisaan) untuk melakukan kebaikan tersebut.

Karakter lebih dalam lagi, menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan

diri. Dengan demikian diperlukan komponen karakter yang baik

(components off good character), yaitu :

a. Pengetahuan tentang moral ( moral knowing )

Dimensi-dimensi dalam moral knowing yang akan mengisi ranah

kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan

tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut

pandang (perspective talking), logika moral (moral reasoning), dan

pengenalan diri (self knowledge).

b. Perasaan/penguatan emosi ( moral felling )

Moral feelling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik

untuk menjadi manusia berarakter. Penguatan ini berkaitan dengan

bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu

kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem),

kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran

(loving the good), pengendalian diri (self control), dan kerendahan

hati (humility).

c. Perbuatan bermoral ( moral action )

Moral action merupakan perbuatan atau tindakan yang merupakan

hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. untuk

Page 30: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

16

memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang

baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter,

yaitu kompetensi (competence) keinginan (will), dan kebiasaan

(habit)

c. Proses Pembentukan karakter

Proses pembentukan karakter merupakan suatu tahapan atau usaha yang

dilakukan untuk membina karakter anak sejak usia dini, yang bertujuan

untuk mendorong lahirnya anak-anak yang baik, dimana nantinya anak akan

tumbuh dengan kapasitas dan memiliki komitmen untuk melakukan hal baik

dengan benar dan memiliki tujuan hidup.

Tahapan-tahapan dalam proses pembentukan karakter adalah sebagai

berikut:

1. Pengenalan

Pengenalan ini adalah seorang anak diperkenalkan tentang

perbuatan baik dari lingkungan, maupun keluarga. Contohnya anak

diajarkan tentang kejujuran, tenggang rasa, gotong royong, bertanggung

jawab dan lain sebagainya. Tahapan ini bertujuan untuk menanamkan

perbuatan baik dalam memorinya.

2. Pemahaman

Pemahaman disini adalah kita memberikan pengarahan atau

pengertian tentang perbuatan baik yang sudah dikenalkan kepada anak.

tujuannya agar anak tahu dan mau melakukan hal tersebut dalam

keluarga maupun dalam masyarakat.

Page 31: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

17

3. Penerapan

Maksud dari penerapan disini adalah memberikan kesempatan

pada anak untuk menerapkan perbuatan baik yang telah diajarkan.

4. Pengulangan/kebiasaan

Pengulangan disini adalah setelah anak telah paham dan

menerapkan perbuatan baik yang telah dikenalkan kemudian dilakukan

pembiasaan, dengan cara melakukan hal baik tersebut secara berulang-

ulang agar anak terbiasa melakukan hal tersebut.

5. Pembudayaan

Pembudayaan disini harus diikuti dengan adanya peran serta

keluarga dan masyarakat untuk ikut melakukan dan mendukung

terciptanya pembentukan karakter baik yang telah diterapkan dalam

masyarakat maupun didalam keluarga. Adanya hukuman jika tidak ikut

pembudayaan tersebut akan memunculkan motivasi untuk ikut dan

berperan serta dalam pembudayaan karakter yang baik dan positif dalam

masyarakat.

6. Internalisasi menjadi karakter

Karakter seseorang akan semakin kuat jka ikut didorong adanya

suatu ideologi atau kepercayaan (believe). Jika semua sudah tercapai

maka akan ada kesadaran dalam diri seseorang untuk melakukan hal

yang baik tersebut tanpa adanya paksaan atau dorongan untuk

melakukannya. Selain itu adanya faktor internal dalam masyarakat atau

keluarga akan mempengaruhi karakter seseorang.

Page 32: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

18

2. Kemandirian Anak

a. Pengertian Kemandirian Anak

Kemandirian seseorang dilihat dari bagaimana seseorang tersebut bisa

bertindak, melakukan dan menyelesaikan sesuatu dengan jujur, bebas dan

benar tanpa bantuan orang lain.

Kemandirian adalah suatu sikap individu yang diperoleh secara

kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk

bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan, sehingga

individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri dengan

kemandiriannya. Kemandirian self-reliance adalah kemampuan untuk

mengelola semua apa yang kita miliki, kita tahu bagaimana mengelola waktu,

berjalan dan berfikir secara mandiri, disertai dengan kemampuan untuk untuk

menanggung resiko dan memecahkan masalah, tidak ada kebutuhan untuk

mendapatkan persetujuan orang lain ketika hendak melangkah atau

melakukan sesuatu yang baru, tidak membutuhkan persetujuan yang detail

dan terus meneruss tentang bagaimana mencapai produk akhir. Kemandirian

merupakan bagian dari kepribadian yang merupakan susunan unsur akal yang

dapat menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari setiap individu.

(http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/tunas-

siliwangi/article/download/90/84).

Page 33: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

19

b. Komponen Kemandirian Anak

Kemandirian sejak dini sangat penting bagi anak untuk

keberlangsungan hidup dimasa yang akan datang, serta komponen ini sesuai

dengan kemandirian yang terdapat pada anak.

Faud (http://www.pendidikanekonomi.com/2013/10/komponen-

kemandirian-anak.html) menyebutkan ada tiga komponen kemandirian anak

yang paling mendasar yang perlu ditanamkan sejak dini oleh para orang tua

diantaranya : 1) kemandirian intelektual, 2) kemandirian emosi, 3)

kemandirian spiritual.

1) Kemandirian Intelektual

Kemandirian intelektual adalah akal atau budi intelegensi yang

berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berfikir

(Sukmadinata, 2005: 94) berpendapat bahwa intelektual memiliki

kriteria sebagai berikut:

a.) Terarah pada tujuan (purposeful behavior)

Anak yang mampu mengarahkan diri pada tujuan dan tidak

melakukan pekerjaan yang sia-sia serta tanpa harus mendapatkan

bimbingan secara intensif dalam setiap rencana kegiatannya adalah

salah satu ciri kemandirian intelektual.

b.) Tingkah laku terkoordinasi (organized behavior)

Anak yang memiliki tingah laku terkoordinasi adalah anak yang

memiliki aktivitas dan perilaku yang selalu terkoordinasi dengan

Page 34: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

20

baik, tidak ada perlaku yang tidak direncanakan atau tidak

terkendali adalah anak yang menunjukan kemandirian intelektual.

c.) Memiliki sikap jasmaniah yang baik (physical well toned behavior)

Anak yang memiliki jasmaniah yang baik adalah anak yang belajar

secara intelegen, duduk dengan baik, menempatkan bahan yang

dipelajari dengan baik, memegang alat tulis dengan baik, tidak

belajar sambil tiduran dan tidak belajar sambil tengkurap.

d.) Memiliki daya adaptasi yang tinggi (adaptable behavior)

Anak yang memiliki daya adaptasi tinggi, cepat dalam membaca

dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, tidak banyak

mengeluh atau merasakan hambatan dari lingkungan adalah salah

satu ciri anak mandiri secra intelektual.

e.) Berorientasi pada sukses (succes oriented behavior)

Anak yang selalu berorientasi pada sukses dan tidak takut pada

kegagalan serta selalu optimis adalah salah satu ciri anak yang

memiliki kemandirian intelektual.

f.) Mempunyai motivasi yang tinggi (cleary motivated behavior)

Anak yang memiliki motivasi tinggi, memiliki kekuatan dari dalam

dirinya maupu dari luar dirinya berati dia telah dianggap mampu

mandiri secra intelektual.

Page 35: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

21

g.) Dilakukan dengan cepat (rapid behavior)

Anak yang mampu melakukan dengan cepat dan memahami situasi

atau permasalahan adalah anak yang memenuhi salah satu

kemandirian intelektual.

h.) Menyangkut kegiatan yang luas (broad behavior)

Anak yang terlibat dalam kegiatan yang luas dan kompleks yang

membutuhkan pemahaman dan pemikiran yang mendalam maka ia

termasuk mandiri secara intelektual.

2) Kemandirian Emosional

Kemandirian emosional adalah adanya kecenderungan

seseorang atau individu untuk memiliki perasaan yang khas bila

berhadapan dengan obyek tertentu dalam lingkungan (Sukmadinata,

2005:94) berpendapat bahwa kemandirian emosional memiliki kriteria

sebagai berikut:

a.) Mampu mengendalikan diri (mengendalikan gejala emosi).

Sebagaimana manusia pada umumnya, anak memiliki gejolak

emosi yang berubah-ubah sesuai dengan stimulus yanng

diterimanya. Anak yang memiliki kemandirian emosional salaj

satunya adalah mampu mengekspresikan gejolak-gejolak emosi

tersebut dalam batas kewajarandan tidak berlebihan.

b.) Memelihara dan memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak

mudah menyerah atau putus asa.

Page 36: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

22

c.) Mampu mengendalikan dan mengatasi stress. Anak yang mampu

mengendalikan tindakan, mengatasi masalahnya, dan

mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri adalah anak yang

memenuhi salah satu ciri mandiri secara emosi.

d.) Mampu menerima kenyataan. Sebagai bagian dari masyarakat, anak

berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya sesuai dengan skala

kemampuan dirinya. Selama proses interaksi, masing-masing

individu membawa harapan dan keinginan yang mungkin saja

berbeda sehingga wajar jika harapan dan keinginan salah satu

individu tidak terwujud karena terbentur pada harapan dan

keinginan individu lainnya. dan kemampuan anak bersikap positif

pada kenyataan menunjukan kemandiriaan emosionalnya.

e.) Dapat merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan.

f.) Mampu memahami pengalaman emosi pribadi. Ketika anak mampu

mengarahkan dan mengendalikan tingkah lakunya pada perilaku

positif dengan penuh pertimbangan serta mampu mengubah

beberapa tingkah laku negatif dimasa lalu berarti dia teah dianggap

mandiri secara emosi.

g.) Mampu memahami emosi orang lain. Sebagai makhluk sosial, sejak

dini anak telah memiliki kepekaan terhadap lingkungannya baik

secara fisik maupun psikis. Jika anak mampu merepon gejolak-

gejolak emosi orang lain baik yang ditujukan untuk dirinay maupun

Page 37: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

23

orang lain dengan sikap-sikap positif, maka dia telah memiliki

kemandirian emosional.

3. Kemandirian Spiritual

Kemandirian spiritual adalah kemampuan dalam mengajarkan

sikap positif, memiliki norma, memahami perbedaan dengan

menunjukan sikap bijaksana dan mempunyai sikap yang mandiri

(Sukmadinata, 2005:98) berpendapat bahwa kemandirian spiritual

memiliki kriteria sebagai berikut:

a.) Kemampuan untuk menjadi fleksibel

Pemahaman yang baik tentang sebuah kepercayaan terefleksikan

salah satunya dalam kehidupan sosial masyarakat. hampir semua

norma agama mengajarkan sikap-sikap positif termasuk saling

hormat menghormati antar penganut kepercayaan. Jika anak

memiliki sikap tersebut, dapat disimpulkan mandiri secara spiritual.

b.) Memiliki derajat kesadaran tinggi

Setiap kepercayaan memiliki norma dan ritual yang harus

dilaksanakan oleh pemeluknya. Kesadaran anak untuk mematuhi

dan melaksanakan norma-norma dan ritual-ritual tersebut dengan

penuh tanggungjawab dan tanpa paksaan sesuai dengan usia

pengetahuannya dalam memperlihatkan kemandirian spiritualnya.

c.) Memiliki kecakapan untuk mengahadapi dan menyalurkan serangan

Kehidupan bersama dimasyarakat mengharuskan orang untuk

saling memahami kondisi, karakter, dan sikap-sikap orang lain baik

Page 38: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

24

sikap positif maupun negatif. Kemampuan seorang anak untuk

menanggapi sikap positif dan negatif dari teman-teman dan

lingkungannya menunjukan kemandirian spiritualnya.

d.) Kualitas untuk terilhami oleh visi dan nilai

Sebagaimana telah disebutkan diatas, kepercayaan memiliki

konsep, norma, dan ritual. Jika anak memiliki kemampuan untuk

mengarahkan hidupnya dengan tidak menyimpang dari konsep,

norma, dan ritual kepercayaan yang dianutnya, maka dia disebut

mandiri secara spiritual.

e.) Enggan melakukan hal yang merugikan

Setiap individu memiliki potensi untuk melakukan sikap-sikap

positif maupun negatif. Dari dua hal tersebut ( positif dan negatif),

terdapat kemungkinan-kemungkinan untuk melahirkan dampak-

dampak mengguntungkan dan merugikan baik bagi dirinya sendiri

maupun lingkungannya. Jika anak memiliki sensitivitas atau

mampu mengendalikan sikap-sikapnya agar tidak menimbulkan

dampak-dampak merugikan dalam hal ini terkait dengan ajaran-

ajaran kepercayaan dan masyarakatnya, maka dia telah mandiri

secra spiritual.

f.) Kecenderungan melihat hubungan antar hal yang berbeda

(keterpaduan)

Karena terdapat banyak sekali kepercayaan didunia ini baik yang

telah disahkan atau belum disahkan oleh Negara yang

Page 39: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

25

menanganinya, diperlukan kesadarn oleh seorang individu untuk

memahami perbedaan-perbedaan dengan menunjukan sikap-sikap

bijaksana. Jika anak mampu melihat perbedaan-perbedaan

kepercayaan dan ritual-ritualnya dan kemudian bersikap positif

terhadap perbedaan tersebut, maka ia memiliki salah satu ciri

kemandirian spiritual.

g.) Mandiri, menentang tradisi

Mandiri lekat dengan sikap penuh kesadaran tinggi

bertanggungjawab atas apa yang telah dipercayai dan tidak slalu

bergantung pada orang lain. Seorang anak disebut mandiri secaras

spiritual jika mampu bersikap mandiri dan tanpa paksaan dalam

menjalankan norma dan

ritual kepercayaan yang telah dipelajarinya.

c. Ciri-ciri Kemandirian Anak

Kemandirian mempunyai ciri-ciri tertentu, yang telah digambarkan

oleh pakar-pakar dibawah ini Nasrudin (dalam Maulidiyah,2005: 30)

menyebutkan kemandirian itu ditandai dengan adanya perilaku:

1) Bertanggung jawab, yang ditunjukan dengan adanya disiplin dalam

belajar, melaksanakan tugas dengan baik dan penuh pertimbangan dalam

bertindak.

2) Aktif dan semangat, yaitu ditunjukan dengan adanya usaha mengejar

prestasi meskipun kegiatan yang dilakukan tekun merencanakan serta

mewujudkan harapan-harapan.

Page 40: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

26

3) Inisiatif, yaitu memiliki kemampuan berfikir dan bertindak secara kreatif.

4) Kontrol diri yang kuat, yaitu ditunjukan dengan adanya mengendalikan

tindakan mengatasi masalah, dan mampu mempengaruhi lingkungan atas

usaha sendiri.

5) Mengerjakan sendiri tugas-tugas rutinnya, yang ditunjukan dengan

kegiatan yang dilakukan dengan kehendaknya sendiri dan bukan karena

orang lain dan tidak bergantung pada orang lain.

Namun ciri-ciri kemandirian menurut Tim Pustaka Familia (dalam Khalifah,

2009: 41) sebagai berikut :

1) Mampu berfikir dan berbuat untuk diri sendiri, ia aktif, kreatif,

kompeten, dan tidak bergantung pada orang lain dalam melakukan

sesuatu dan tampak spontan.

2) Mempunyai kecenderungan memecahkan masalah, ia mampu dan

merusaha mencari cara untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

3) Tidak merasa takut mengambil resiko, dengan mempertimbangkan baik-

buruknya dalam menentukan pilihan dan keputusan.

4) Percaya diri terhadap penilaian sendiri sehingga tidak sedikit-sedikit

bertanya atau minta bantuan kepada orang lain dalam menyelesaikan

tugas-tugas.

5) Mempunyai kontrol diri yang kuat dan lebih baik terhadap hidupnya.

Berarti ia mampu mengendalikan tindakan, mengatasi masalah, dan

mampu mempengaruhi lingkungan atas usaha sendiri.

Page 41: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

27

Pada penelitian ini peneliti akan menitikberatkan pada ciri kemandirian

anak yang dikemukakan oleh Nasrudin (dalam Maulidiyah,2005: 30) yang

menyebutkan kemandirian itu ditandai dengan adanya perilaku Keinginan

mengerjakan sendiri tugas – tugasnya, selalu aktif dan semangat, Inisiatif atau

bertindak dengan kreatif, bertanggung jawab dengan segala hal, dan selalu

memiliki kontrol diri yang kuat.

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam meneliti

status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian

deskriptif kualitatif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988: 63).

Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif ini peneliti

menggambarkan fenomena yang terjadi sebagaimana adanya dalam proses

pembentukan karakter menuju kemandirian anak oleh Lembaga Kesejahteraan

Sosial Anak (LKSA) Panti Rini di Purworejo.

2. Ruang Lingkup Penelitian

a. Obyek Penelitian

Berdasarkan pada judul dalam penelitian ini, yang menjadi obyek

penelitian ini adalah proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak

oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ( LKSA ) Panti Rini di Purworejo.

Page 42: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

28

b. Definisi Konsepsional

Definisi konsep merupakan suatu istilah atau pemahaman mengenai

kejadian yang menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial maupun

fenomena alami. Pengertian lain juga disebutkan bahwa konsep merupakan

generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk

menggambarkan fenomena yang sama (Singaribun dan Sofian Efendi,

1985:17)

Definisi konsep dari Proses Pembentukan Karakter menuju

Kemandirian anak oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ( LKSA ) Panti

Rini di Purworejo adalah sebagai berikut:

1) Proses Pembentukan Karakter

Proses pembentukan karakter merupakan suatu tahapan atau usaha yang

dilakukan untuk membina karakter anak sejak usia dini yang bertujuan

untuk melahirkaan anak-anak yang baik dan memiliki komitmen dalam

melakukan segala sesuatu serta memiliki tujuan hidup, dimana anak

diajarkan untuk mengenal, memahami, menerapkan, mengulanggi,

pembudayaan dan anak di bentuk karakternya sehingga mereka melakukan

segala sesuatunya tanpa paksaan dari orang lain.

2) Kemandirian Anak

Kemandirian anak adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang

untuk bisa melakukan segala sesuatunya dengan sendiri, dimana

kemandirian anak dicirikan dengan bertanggung jawab, aktif dan semangat,

inisiatif, kontrol diri yang kuat dalam menyelesaikan masalah, dan

Page 43: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

29

mengerjakan sendiri tugas-tugasnya. Kemandirian anak bisa diperkuat

melalui proses sosialisasi yang terjadi antara anak dengan teman sebaya.

c. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan

kegiatan, atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur

konstrak atau variabel tersebut (Moh Nazir 1988:152).

Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi

kepada kita tentang bagaimana caranya mengukur variabel. Definisi

operasional adalah semacam, petunjuk kepada kita tentang bagaimana caranya

mengukur suatu variabel. Definis operasional dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1.) Proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak melalui :

a) Dalam tahap pengenalan.

b) Dalam tahap pemahaman.

c) Dalam tahap penerapan.

d) Dalam tahap pengulanggan/kebiasaan.

e) Dalam tahap pembudayaan.

f) Dalam tahap internalisasi menjadi karakter.

2.) Kendala yang dihadapi oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

Panti Rini dalam proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak.

Page 44: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

30

3. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitian ditentukan dengan teknik purposive

sampling. Sampling yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat hingga

relevan dengan desain penelitian. Peneliti akan berusaha agar dalam sampel itu

terdapat wakil-wakil dari segala lapisan populasi ( Nasution, 2007: 98 ).

Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka yang menjadi subjek informan

peneliti ini adalah pengelola (Pengurus dan Pengasuh) Lembaga Kesejahteraan Sosial

Anak ( LKSA ) Panti Rini dan anak-anak yang ada di Panti Rini Purworejo. Adapun

informan terdiri dari 18 orang yakni :

1. Pengurus dan Pengasuh : 3 Orang

2. Anak asuh : 15 Orang

4. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih peneliti dalam penelitian ini yakni di Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak ( LKSA ) Panti Rini Purworejo. Alasan peneliti memilih

lokasi ini karena Lembaga ini merupakan tempat dimana banyak anak dari keluarga

yang mempunyai masalah yang berbeda-beda dan banyaknya anak yang memiliki

karakter yang berbeda-beda, sehingga harapan peneliti dapat membantu dalam

memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan judul penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi sebagai alat pengumpul data dimaksud observasi yang dilakukan

secara sistematis bukan observasi sambil-sambilan atau secara kebetulan saja.

Dalam observasi ini diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang

Page 45: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

31

sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi,mengatur, atau

memanipulasinya. Obsevasi sebagai alat pengumpul data harus sistematis artinya

obsevasi serta pencatatannya dilakukan menurut aturan-aturan tertentu sehingga

dapat diulangi kembali oleh peneliti lainnya. obsevasi yang dilakukan dalam

penelitian melakukan pengamatan kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian (

Nasution, 2007: 106 ).

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi

semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Hubungan antara

penginterview dan yang diinterview bersifat sementara, yaitu berlangsung dalam

jangka waktu tertentu dan kemudian diakhiri. Wawancara merupakan alat yang

ampuh untuk mengungkapkan kenyataan hidup, apa yang dipikirkan atau

dirasakan orang tentang berbagai aspek kehidupan. Melalui tanya jawab kita dapat

memasuki alam pikiran orang lain, sehingga kita peroleh gambaran tentang dunia

mereka ( Nasution, 2007: 113 ).

Melalui metode ini penyusun memperoleh informasi dari para informan

yang terdiri dari pengurus dan pengasuh serta anak yang mengikuti proses

pembentukan karakter dengan menggunakan wawancara secara langsung dan

bertatap muka.

c. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Koentjaraningrat ( 1989: 89 ) adalah teknik

pengumpulan dengan cara mengambil catatan yang tertulis berupa arsip atau

Page 46: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

32

dokumen yang ada pada suatu jawatan atau instansi baik kantor desa, kantor

kecamatan maupun kantor pemerintah yang berkaitan dengan materi penelitian.

Melalui dokumentasi penyusun mendapat banyak informasi seperti profil

dan lain sebagainya.

6. Teknik Analisis Data

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar, yang muncul dari

catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlansung terus menerus selama penelitian

berlangsung. Reduksi data/proses transformasi ini terus berlanjut sesudah

penelitian lapangan sampai laporan akhir tersusun. (Imam Suprayogo, 2001: 193 ).

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif pada

masa lalu adalah bentuk teks naratif . dimana pada tahap ini peneliti melakukan

penyalinan data hasil rekaman wawancara kedalam bentuk tulisan naratif dan

menyajikan dalam bentuk kutipan wawancara. ( Imam Suprayogo, 2001: 194 ).

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan ini adalah kegiatan yang bersangkutan dengan

interpretasi data hasil penelitian. Tujuan penarikan kesimpulan ini adalah

menggambarkan maksud dari data yang disajikan. Pada tahap ini peneliti

Page 47: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

33

memberikan kesimpulan pada setiap data kutipan wawancara agar dapat dipahami

oleh pembaca (Nur Afiifah Hidayah, Skripsi, 2016 ).

Page 48: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

34

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH / GAMBARAN UMUM

A. LETAK LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA) PANTI RINI

PURWOREJO

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini beralamat di Jl. Prof.

Dr N. Driyarkara No 7 Purworejo, Jawa Tengah. Posisi ini memudahkan masyarakat

untuk mengetahui letak Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini.

B. SEJARAH BERDIRINYA LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK

(LKSA) PANTI RINI PURWOREJO

Keberpihakan Yesus kepada orang kecil dan terlantar menyadarkan kembali akan

tugas dan panggilan para suster Putri Bunda Hati Kudus untuk membaktikan diri

sepenuhnya kepada kristus melalui Maria. Para suster Putri Bunda Hati Kudus

terdorong untuk berkarya di bidang sosial dengan mencurahkan perhatian dan

pelayanan kepada mereka yang miskin dan terlantar terkhusus anak-anak putri. Maka

terbentuklah sebuah Panti Asuhan panti Rini. Panti Rini terbentuk melalui perjalanan

panjang yang banyak jatuh dan bangunnya. Dimulai pada tahun 1942 dengan misi

perawatan dan perlindungan bagi anak-anak terlantar dengan 3 (tiga) gadis kecil yang

mendiami panti, kemudian berkembang hingga kini. Kami tak dapat menolak anak-

anak yang datang. Yesus sendiri berkata “Biarlah anak-anak datang pada-Ku..” dengan

segala kasih, perhatian, dan kemampuan yang ada, kami berusaha memberikan yang

terbaik.

Situasi dunia tidak aman (penderitaan, kehilangan tempat tinggal, pekerjaan,

kebebasan, dan keluarga). Anak terlantar dan terpisah dari orang tua karena

Page 49: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

35

peperangan, bencana alam, dan kekerasan. Zaman Jepang orang laki-laki/bapak-bapak

dipaksa bekerja membantu tentara sehingga meninggalkam anak dan istri. Mereka

tidak mampu memenuhi kebutuhan anak dan para istri membawanya ke

patoran/Susteran/meletakkan anak mereka dipinggir jalan. Melihat kondisi tersebut

maka Sr. Silvesta PBHK (almarhumah) membantu memberi perlindungan kepada

anak-anak terlantar tersebut.

Sebelum Indonesia merdeka, misionaris datang ke Purworejo (1928) berkarya;

dibidang Pendidikan, Kesehatan, dan Sosial dengan misinya adalah ; merawat dan

melindungi anak terlantar. Dirintis oleh Sr. Silvestra PBHK (almarmumah) seorang

suster pribumi I tahun 1942, dibantu Bernadette dan Pauline mulai merawat 3 (tiga)

gadis kecil dari kepolisian yang ayahnya sudah meninggal dan ibunya ditahan di LP

dan menyusul 1 (satu) anak ditemukan di pingggir jalan. Lambat laun bertambah

banyak dari 4 (empat) anak sampai 25 (dua puluh lima) anak pada tahun 1944.

Kesulitan waktu itu suster PBHK hidup masih pas-pasan, belum punya gedung dan

sarana-sarana untuk merawat anak-anak tersebut, karena tidak adanya dana.

Bermodalkan kepercayaan, harapan, dan rasa belas kasihan, suster berusaha untuk

menjual nasi dan memberi les privat secara sembunyi-sembunyi dan menggerakkan

anak-anak yang sudah besar untuk bekerja.

Setelah Indonesia merdeka, membuka lagi sekolah yang ditutup agar anak bisa

bersekolah kembali. Bruder Charitas membuka SMP, SPG kerjasama dengan suster

PBHK agar anak-anak bisa bersekolah lagi. Disamping itu suster PBHK membuka

Panti Asuhan Panti Rini dan mendapat bantuan dari Dinas Sosial.

Page 50: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

36

Perkembangan Panti sampai sekarang, anak (kelompok umur/ tingkat sekolah,

latar belakang, perkembangan kognitif, afeksi, pengembangan bakat/ skil, pasca panti

ditunjang dengan kerjasama antar panti dan orangtua. Perkembangan dana diperoleh

dari Yayasan Dharmais Jakarta, pemerintah, donatur, dan tarekat.

C. LANDASAN HUKUM LKSA PANTI RINI

1. Sesuai dengan badan hukum yang berdasar pada akta notaris nomor 03, tanggal 13

Desember 2017 yang dibuat dari FANNY SUHERMAN, SH. Dengan nomor

kementrian hukum dan hak asasi manusia republik indonesia AHU-AH.01.06-

0007895.

2. Akta notaris yang dibuat oleh FANNY SUHERMAN, SH akta atas nama yayasan

Panti Rini dengan nomor : C-35.HT.03.02- TH. 2003.

3. Surat ijin oprerasional telah diperpanjang pada tanggal 27 Maret 2018 dengan

nomor 160.18/938/2018.

D. PROFIL LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA) PANTI RINI

PURWOREJO

1. Visi dan Misi

a. Visi Panti

Terbentuk pribadi berkarakter baik dan benar yang dijiwai dengan

Spiritualitas Hati.

b. Misi Panti

1) Menyadari tujuan utama tinggal di Panti Rini untuk mempersiapkan

diri menghadapi hidup di masa depan.

2) Membiasakan diri mentaati semua acara dan tata tertib Panti Rini.

Page 51: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

37

3) Melatih diri menumbuhkan dan mengembangkan berbagai karakter

hidup seperti: mau dididik, jujur, tanggungjawab, disiplin, mandiri,

rendah hati, sederhana/hidup apa adanya, berjuang, bekerja keras,

berterimakasih dan bersyukur, menghormati dan menghargai,

menggunakan waktu sebaik-baiknya, rajin belajar, dan berdoa, peka,

kekeluargaan, menjaga kebersihan, kerapian, dan keindahan, praktik

5S.

4) Menyadari pengalaman menempuh pendidikan di Panti Rini sebagai

wujud cinta kasih Tuhan yang besar.

c. Visi Yayasan

Menjunjung tinggi martabat anak yang miskin, terlantar, dan menderita,

sebagai citra Allah dengan teman, sahabat, dan saudara dengan semangat

kasih.

d. Misi Yayasan

1) Menanamkan sikap percaya diri, rasa tanggungjawab, jujur, disiplin,

dan mandiri.

2) Menanamkan hidup beriman.

3) Mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan sosila dengan cara

membimbing, mendampingi dan mendidik anak-anak yang kurang

mampu.

4) Memberi kesempatan untuk mengembangkan bakat-bakat yang

dimiliki.

Page 52: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

38

2. Strategi

a. Menumbuh kembangkan spiritualitas dan kreatifitas dalam psikologi

perkembangan anak.

b. Membantu mengembangkan potensi anak untuk dirinya dan keluarganya

serta masyarakat.

c. Pendekatan dan pendampingan hubungan antara ibu dan anak.

d. Meningkatkan usaha ekonomi produktif.

e. Membantu menyalurkan bakat anak dan mencarikan pekerjaan setelah

tamat sekolah.

3. Tujuan

a. Agar anak menjadi pribadi yang utuh, beriman, mandiri, tangguh,

memiliki kreatifitas, kerendahan hati, ketulusan, kejujuran, tanggung

jawab, dan disiplin.

b. Memiliki rasa syukur yang mendalam atas rahmat dan karunia Tuhan yang

telah diterima, dialami dalam hidup keseharian, rela mengampuni dan

penuh kasih kepada sesama.

c. Agar anak memiliki kesadaran akan arti hidup, hingga anak semakin

menghargai dan menghormati kehidupan.

d. Agar anak memiliki semangat persaudaraan yang sejati.

e. Agar anak menjad pribadi yag memiliki rasa handarbeni.

4. Syarat-syarat masuk panti

a. Anak yatim, piatu, yatim-piatu, ekonomi lemah, broken home dan

terlantar.

Page 53: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

39

b. Surat keterangan yang menyatakan tidak mampu dari kelurahan setempat

c. Surat penyerahan dari orangtua/wali kepada pimpinan panti asuhan

d. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter

e. 3 (tiga) lembar foto terbaru ukuran 3x4

f. Fotocopy akta kelahiran/ surat kelahiran/kenal lahir

g. Fotocopy KTP kedua orangtua/wali

h. Fotocopy surat permandian bagi yang sudah dipermandikan

i. Fotocopy surat kematian orangtua, bagi anak yang orangtuanya sudah

meninggal.

j. Fotocopy surat cerai bagi anak yang orangtuanya cerai

k. Fotocopy surat pernikahan orangtua

l. Fotocopy kartu keluarga

m. Tidak cacat fisik dan mental

n. Surat pindah sekolah, rapot bagi yang pindah sekolah, ijazah dll

o. Usia minimal 4 atau 5 tahun dan maksimal kelas II SLTP

p. Berjenis kelamin perempuan

q. Riwayat hidup anak dan keluarga dari lahir sampai sekarang

r. Surat perjanjian orantua/wali untukmenerimakembali bila pelayana anak

sidah selesai dan bila sudah tidak memungkinkan untuk tinggal di Panti

karena ada alasan tertentu.

Page 54: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

40

5. Sarana Prasarana

a. Gedung

Gedung dipinjam dari Yayasan Kongregasi Puteri Bunda Hati Kudus yang

dulu digunakaan untuk SPG, setelah dikembalikan kepada kongregasi

Puteri Bunda Hati Kudus, kemudian dipakai untuk manampung anak-anak

Panti Asuhan.

Fasilitas gedung Panti Asuhan Panti Rini:

1) 5 Kamar tidur

2) 1 Rang tamu dan Kantor Kedinasan

3) 1 Ruangan dipakai untuk perpustakaan dan gudang

4) 1 ruangan untuk warung/kantin

5) 1 Ruangan untuk gudang kursi

6) 1 Ruangan untuk gudang

7) 1 Ruangan untuk kamar tidur tamu

8) 1 Ruangan untuk gudang makanan

9) 1 Ruangan UEP (Usaha Ekonomi Produktif) untuk menyiapkan bahan

penjualan

10) 1 Ruangan dapur

11) 1 Ruangan bertingkat untuk jemuran

12) 14 WC dan kamar mandi

13) 1 Ruang untuk belajar dan makan

14) 1 Aula untuk rekreasi dan pengarahan

15) 1 Ruangan kantor untuk suster

Page 55: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

41

16) 1 Kamar tidur suster

17) 1 Ruangan gudang persediaan untuk kebutuhan anak-anak

18) 1 Kamar mandi suster

Keadaan Fisik Gedung

TABEL II. 1

Keadaan Fisik Gedung

No Jenis barang Kondisi

Keterangan Baik/Layak Rusak

1 Tanah Baik -

1.326 m2

Pinjam

Pakai tanah

milik tarekat

PBHK,

sebagai pediri

panti

2 Papan Nama Panti Baik -

3 Kantor Baik -

4 Toko/warung Panti Baik -

5 Aula/tempat rekreasi Baik -

6 Dapur Baik -

7 Ruang makan Baik -

8 Kamar Tidur Baik -

9 Kamar mandi Baik -

Status Tanah : Pinjam pakai

b. Peralatan dapur meliputi

1) 3 buah kompor gas

2) 1 buah dandang nasi

3) 3 buah wajan kecil

4) 3 buah wajan besar

5) 2 buah set panci kecil dan besar

6) 2 buah ceret kecil dan besar

7) 4 buah pisau dapur

Page 56: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

42

8) 3 buah ember besar

c. Peralatan makan meliputi

1) 4 lusin piring plastik

2) 4 lusin piring kaca

3) 10 lusin gelas

4) 4 lusin gelas plastik

5) 2 lusin mangkok bakso

6) 4 lusin mangkok plastik

7) 10 lusin sendok dan garpu

8) 3 centong sayur

d. Peralatan belajar meliputi

1) Buku-buku pelajaran TK s/d SLTA sesuai dengan bidang studinya

2) Buku-buku bacaan

3) Buku-buku ilmu pengetahuan

4) Kamus (Inggris-Indonesia-Inggris)

e. Peralatan kantor meliputi

1) 2 buah komputer

2) 2 buah printer

3) 1 buah mesin fotocopy

4) 1 buah almari kabine

5) 1 buah almari kaca besar untuk arsip

6) 1 buah almari kaca kecil untuk arsip

7) 2 buah mesin ketik

Page 57: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

43

8) 5 buah meja

9) 8 buah kursi

10) 2 buah almari kecil

11) 2 buah tape

12) 1 buah dispenser

13) 1 buah alat pemotong kertas

f. Peralatan mandi meliputi

1) 5 buah ember plastik untuk bilas cucian

2) 16 buah gayung mandi

3) 36 buah ember plastik untuk pakaian kotor milik anak-anak

g. Peralatan kamar tamu meliputi

1) 2 set mebel tamu

2) 1 buah almari etalase untuk piala

3) 8 buah kursi tamu

h. Peralatan aula meliputi

1) 1 buah televisi

2) 1 buah VCD player

3) 1 buah patung Bunda Maria

4) 1 buah kursi kayu

5) 1 set kursi rotan

6) 1 buah bangku panjang

7) 1 rak buku bacaan

8) Beberapa papan informasi

Page 58: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

44

9) Beberapa gambar media bimbingan

10) 1 buah papan visi-misi

11) 1 buah papan tata tertib

12) 1 buah papan acara

13) 1 buah kotak intensi doa

14) 1 buah jam dinding

15) 1 buah salib

i. Unit Ekonomi Produktif

Unit ekonomi Produktif yang kami laksanakan selama ini sebagai berikut:

1) Menyewakan kursi

2) Menjual benda-benda rohani (salib, rosario, patung, kitab suci, puji

syukur,madah bakti, dll)

3) Membuat rosario

4) Membuat produk/hiasan dengan manik-manik (gantungan kunci, boneka,

tempat tissue, dll)

5) Membuat kacang bawang

6) Membuat telor asin

7) Membuat bumbu kacang

8) Membuat kacang sembunyi

9) Membuat stick

6. Sumber dana

Sumber dana diperoleh dari:

1) Bantuan sosial

Page 59: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

45

a) Yayasan Asti Dharmais Jakarta

b) Pemerintah pusat/provinsi

c) Pemerintah daerah/kabupaten

2) Hasil UEP

3) Donatur (rutin dan tidak rutin)

7. Data Anak Asuh

TABEL 11. 2

Data Anak Asuh

No Nama

Tempat,

Tanggal Lahir

Umur Pendidikan/

Kelas

Alamat

1 Elia

Margaretha

Cilacap,20

November

2001

18 XI-IPS Kampung Laut,

Cilacap

2 Anastasya Cilacap, 16

Juni 2000

19 XII-IPS Kampung Laut,

Cilacap

3 Dia Ayu

Safitri

Cilacap, 28

Mei 2002

17 XI-IPS Kampung Laut,

Cilacap

4 Hedwig

Kurnia Dwi

Cahyani

Magelang, 21

Oktober 2000

19 Semester 4 Borobudur,

Magelang

5 Maria Prima S Magelang, 4

Mei 2003

16 XII-IPA Borobudur,

Magelang

6 Bernadeta Ea Waewadan, 20

Mei 2004

15 IX Flores, NTT

7 Maria Candida

N.K

Lalunda,

Sulteng, 6

November

2002

17 X-IPA Sulawesi Tengah

8 Imelda Ceria

D

Wonosobo, 1

Desember

2000

19 Semester 2 Wonosobo

9 Carolina

Meriska Y

Cilacap, 11

Juli 2001

18 Semester 2 Kampung Laut,

Cilacap

Page 60: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

46

10 Adelia

Kristianti

Bekasi, 10

Desember

2002

17 X-IPS Jakarta

11 M.I.Ejemos

Aneta S.O

Kebumen, 8

September

2009

10 IV Kebumen

12 Scholastica

Susanti

Kebumen, 29

Oktober 1999

20 Semester 4 Kebumen

13 Yohana Eka A.

N

Magelang, 18

Agustus 1999

20 Semester 4 Borobudur,

Magelang

14 Teresia Setyo

N

Temanggung,

25 September

1999

20 Semester 4 Temanggung

15 Sudi Prihatin Temanggung,

11 Februari

1999

21 Semester 4 Temanggung

16 Kristina

Saputri

Sukoharjo, 1

Februari 2002

18 IX Purworejo

17 Linova

Puspitasari

Sukoharjo, 9

Desember

2003

16 IX Purworejo

18 Anastasia

Kinanti Putri

Purworejo, 3

Juni 2001

18 Semester 2 Purworejo

19 Agnes

Merbeliti H

Lewoleba, 22

Juni 2003

16 X-IPS Flores

20 Valentina Dwi

Desi Agustin

Temanggung,

2 Desember

2003

16 X-IPA Temanggung

21 Rebeca Tya O Purworejo, 3

Oktober 2004

15 IX Purworejo

22 Gabriella

Jeklin Ngalkur

Taplor

Batong, 14

Mei 2012

7 II Jayapura

23 Cicilia

Indriyani

Wonosobo, 5

Oktober 2001

18 XII-IPA Wonosobo

24 Lucia

Andriyani

Wonosobo, 5

Oktober 2001

18 XII-IPS Wonosobo

25 Marselina

Theresia

Tangerang

Selatan, 5

7 I -

Page 61: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

47

Sevanya

Marsengi

September

2012

26 Yohana Dea N Temanggung,

31 Juli 2002

17 XI-IPA Temanggung

27 Elisabet

Pernada

Purworejo, 19

Agustus 2002

17 XI-IBB Purworejo

28 Fransiska

Fretty

Lubulinggau, 3

Februari 2004

16 XI-IBB Palembang

29 Wasti Purworejo, 27

Februari 2003

17 XI-IPA Purworejo

30 Suko Temanggung,

5 Juli 2001

18 XI-IBB Temanggung

31 Klara

Gambacorta

Bekasi, 9 April

2003

16 XI-IBB Purworejo

32 Mizana Tri M Brebes, 17

Februari 2010

10 IV Muntilan,

Magelang

33 Indriani Lopez Loa Duri, 9

Desember

2003

16 X-IPS Loa Duri llir, Loa

Janan

34 Tatik

Andayani

Purworejo, 18

Juli 2004

15 X-IBB Purworejo

35 Esher Mutiara

Vriska Taeli

Alitupu, 30

Juli 2008

11 V Poso, Sulteng

36 Stevania Maria

P

Palu, 16

Agustus 2006

13 VIII Sigi, Sulteng

37 Mira Yuniar Duria Sulapa,

27 Oktober

2003

16 X-IPS Sigi, Sulteng

38 Angelia

Natania

Temanggung,

30 Januari

2004

16 X-IBB Temanggung

39 Yohana

Albertin T

Buraen, 18

Agustus 2004

15 X-IBB Kupang

40 Vilentia

Cantika A

Purworejo, 9

Juli 2003

16 X-IPS Purworejo

Sumber : Data anak asuh 2020

Page 62: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

48

8. Data karyawan di LKSA Panti Rini Purworejo

TABEL 11. 3

Data Karyawan di LKSA Panti Rini Purworejo

No Nama Jenis

Kelamin

Tempat

Lahir

Tanggal

Lahir

Pendid

ikan

Alamat

1 Sr.Sophia

PBHK

Perempuan Purworejo 12 Oktober

1962

SMA Banjarmasin

2 Sr.Asisia

PBHK

Perempuan Purworejo 09 September

1946

SMA Purworejo

3 Sri Fantini Perempuan Purworejo 15 Februari

1980

SMA Kaligesing

4 Sukini Perempuan Purworejo 27 Desember

1971

SMA Purworejo

5 Sudi Suasih Perempuan Magelang 4 Juni 1987 Purwodadi,

Purworejo

6 Veronika vitri

yani

Perempuan Magelang 5 Februari

1997

S1 Magelang

7 Tambah Laki-laki Purworejo 26 Februari

1982

Somongari

Sumber : Data karyawan LKSA Panti Rini 2020

Page 63: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

49

9. Struktur dan Uraian tugas Pengurus LKSA Panti Rini Purworejo

Bagan II.1

Struktur pengurus LKSA Panti Rini Purworejo

Sumber : Data struktur organisasi LKSA Panti Rini 2019

2. Uraian Tugas Pengurus LKSA Panti Rini Purworejo

A. PIMPINAN

Bertanggungjawab atas terselenggaranya seluruh pelayanan dalam

LKSA Panti Rini Purworejo antara lain:

SR. M. THERESIA SUCIAH

(SR. M. SOPHIA PBHK)

BAGIAN KEUANGAN

SUKINI

BAGIAN SDM DAN

UMUM

SRI FANTINI

BAGIAN PENDIDIKAN

DAN PENGAJARAN

VERONICA VITRI YANI

KETERAMPILAN

SR. M. ASISIA PBHK

UEP

SRI FANTINI

KERUMAHTANGGAAN

SUDI SUASIH

KONSELING

SR. M. THERESIA

SUCIAH (SR. M.

SOPHIA PBHK)

SEKRETARIS

VERONICA VITRI YANI

BENDAHARA

SUKINI

SDM

SR. M. THERESIA

SUCIAH

Page 64: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

50

1) Merencanakan rapat kerja dan program kerja kegiatan, baik program

untuk anak, pengasuh maupun pengembangan sarana dan

prasarana/fisik.

2) Bekerja sama dengan Yayasan untuk pengembangan program kerja dan

program kegiatan.

3) Menerima dan mempertimbangkan masukkan-masukkan dari bawahan

dalam proses pelayanan terhadap anak atau pelaksanaan program, serta

menindaklanjuti dengan Visi-Misi dan Tata Tertib LKSA Panti Rini

Purworejo.

4) Melaksanakan bimbingan, pembinaan dan kesejahteraan terhadap

pengasuh dan karyawan lainnya secara periodik.

5) Menjalin kerjasama dengan instansi-instansi lain (Swasta dan

Pemerintah).

6) Mengendalikan dan mengevaluasi proses pelayanan dalam LKSA Panti

Rini Purworejo serta memberikan bimbingan dan pengarahan teknis

baik terhadap pelaksanaan program dan pelayanan LKSA Panti Rini

Purworejo.

7) Mengevaluasi pelaksanaan program LKSA Panti Rini Purworejo sesuai

dengan arah Visi-Misi yang telah digariskan serta apakah tingkat

kemajuan yang dicapai menjamin ketentuan hasil yang telah ditetapkan.

Evaluasi ini bisa dilakukan langsung maupun melalui pertemuan/forum

evauasi pada akhir semester tahun.

Page 65: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

51

8) Menyampaikan laporan mengenai keseluruhan proses pelaksanaan

program kegiatan LKSA Panti Rini Purworejo kepada ketua Yayasan.

Laporan berupa laporan insidentil bulanan, triwulan, dan tahunan.

B. SEKRETARIS

1) Melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan surat menyurat.

2) Mengarsipkan data-data yang berurusan dengan LKSA Panti Rini

Purworejo.

3) Membuat laporan-laporan, surat pertanggungjawaban, dan mengajukan

proposal-proposal kepada pemerintah, instansi terkait maupun kepada

donator.

4) Menjalin kerjasama dengan pemerintah maupun instansi terkait.

5) Mengkonsultasikan kepada pimpinan tentang segala sesuatu yang

menyangkut keperluan ATK dan perubahan maupun perbaikan data

LKSA Panti Rini Purworejo.

6) Mengkonsultasikan kepada pimpinan bila terjadi pergantian personil

LKSA Panti Rini Purworejo.

7) Mencatat segala sesuatu tentang penerimaaan dan pemanfaatan bantuan

serta mengerjakan buku-buku administrasi lainnya.

8) Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk mengusahakan

pemeriksaan kesehatan bagi anak-anak LKSA Panti Rini Purworejo.

9) Membuat evaluasi penyelenggaraan kegiatan LKSA Panti Rini

Purworejo.

Page 66: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

52

C. BAGIAN KEUANGAN

1. Bertanggung jawab atas masuk keluarnya keungan dalam LKSA Panti

Rini Purworejo.

2. Membuat anggaran belanja keseluruhan pengeluaran LKSA Panti Rini

Purworejo.

3. Membuat laporan keuangan bulanan, triwulan, dan tahunan.

4. Pendistribusian keperluan LKSA Panti Rini Purworejo.

5. Pengawasan penyelenggaraan makanan dll, yang berkaitan dengan

keuangan.

6. Membuat evaluasi penyelenggaraan keuangan LKSA Panti Rini

Purworejo (seluruh keperluan LKSA).

D. SDM

1) Mengawasi setiap perkerjaan yang telah dilaksanakan oleh karyawati

2) Memberikan pengarahan kepada setiap karyawan yang melakukan

kesalahan

3) Memberikan dukungan kepada karyawan dan anak dalam menjalankan

tugasnya masing masing.

4) Menampung ide-ide yang di berikan oleh karyawan dan anak.

E. KONSELING

1) Menjadi tempat yang nyaman untuk anak menceritakan masalah yang

dialami anak dan Membantu anak asuh menyelesaikan permasalahan

yang mereka alami

Page 67: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

53

2) Membantu anak dalam mengembangkan bakat yang mereka miliki

untuk bekal di kehidupan mendatang.

3) Mengawasi/ memantau setiap perkembangan anak. dan memberikan

pendampingan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.

4) Membantu anak untuk menyadari keadaan diri sendiri dan membantu

anak menanamkan kesederhanaan dalam diri.

5) Bertanggungjawab dalam proses pembentukan karakter kemandirian

anak sesuai dengan visi misi yang ada di LKSA Rini.

F. PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

1) Mengkoordinir dan menampung ide-ide pendampingan anak untuk

merencanakan bentuk-bentuk program kegiatan anak.

2) Mengevaluasi kegiatan pelayanan yang telah berjalan.

3) Membantu mendampingi anak dalam:

a. Memperhatikan/mendata seluruh keperluan anak dan menyampikan

kepada pimpinan.

b. Mengidentifikasi masalah yang dialami anak dan

menginformasikan kepada pimpinan.

c. Mengikuti perkembangan anak dalam kelompoknya, mengevaluasi,

dan merencanakan/mengusulkan bentuk-bentuk

bimbingan/kegiatan yang dapat membantu anak panti.

d. Membantu pimpinan memberikan informasi kepada anak untuk

mendapatkan pemecahannya.

Page 68: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

54

e. Berpartisipasi secara aktif dalam pendampingan, pelatihan,

Pendidikan anak.

f. Berusaha menjalankan nilai-nilai kehidupan yang patut dicontoh

oleh anak-anak.

g. Pengganti orang tua anak-anak (berusaha memberikan kebahagiaan

kepada anak-anak)

h. Mengasihi seluruh anak tanpa pandang bulu.

i. Membantu secara aktif dalam proses pelayanan LKSA Panti Rini

Purworejo.

G. KETERAMPILAN

1. Mengkonsultasikan bentuk-bentuk kegiatan keterampilan kepada

bagian keuangan dan pimpinan dan melaksankannya.

2. Mendampingi dan mengarahkan anak-anak dalam pelaksanaan kegiatan

keterampilan sebagai medan latihan kerja.

3. Memperhatikan unsur keindahan dan kenyamanan di warung.

4. Membantu anak untuk memunculkan bakat terpendam yang mereka

miliki.

5. Membantu anak dalam mengelola perasaan melalui keterampilan yang

diajarkan.

H. BAGIAN SDM DAN UMUM

1. Membantu pelaksanaan pelayanan kepada klien.

2. Membantu mendampingi anak dalam kegiatan UEP

3. Bertanggung jawab bila ada inventaris umum LKSA yang rusak

Page 69: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

55

4. Menyampikan ide-ide kepada bagaian rumah tangga, tentang perbaikan

gizi dan peraturan menu masakan.

I. UEP

1. Mengkonsultasikan bentuk-bentuk kegiatan UEP kepada bagian

keuangan dan pimpinan dan melaksankannya.

2. Mendampingi dan mengarahkan anak-anak dalam pelaksanaan kegiatan

UEP sebagai medan latihan kerja.

3. Bertanggungjawab atas masuk dan keluarnya barang-barang maupun

uang UEP.

4. Membuat laporan keuangan atas keluar masuknya uang dan diserahkan

kepada kepala LKSA.

5. Memperhatikan unsur keindahan dan kenyamanan di warung UEP.

J. KERUMAHTANGGAN

1. Merawat, memelihara kebersihan dan kerapian dapur termasuk alat-

alat dapur.

2. Meyiapkan perlengkapan atau bahan mentah sesuai dengan menu

yang telah di tentukan hari H.

3. Membersihkan kulkas 1 bulan sekali (melibatkan anak)

4. Dilarang melarang menaruh barang-barang yang tidak seharusnya

masuk kulkas misalnya: gelas berisi teh, buah masuk dalam fresher,

gelas kaca dalam fresher dan lain sebagainya.

5. Memperhatikan waktu untuk masak, tepat waktu misalnya: jam

12.00 WIB makanan siang sudah siap saji dan untuk makan malam

Page 70: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

56

sampai persiapan hari berikutnya selesai jam15.45 WIB dan sisa

waktunya digunakan untuk bersih-bersih seperti mengelap kompor,

meja dan dinding, menyapu dan mengepel dapur.

6. Bagi yang tidak berkepentingan di dapur dilarang masuk dapur

apalagi mencicipi makanan.

7. Jeli dalam mengelola bahan makanan agar tidak banyak yang

terbuang.

8. Setiap usai memasak harap lap dapur dan clemek dicuci bersih.

9. Setiap masakan yang telah selesai dimasak dimasukan dalam

tempat sayur dan disimpan agar tidak didekati dan diinjak tikut.

10. Sayuran yang masuk dalam kulkas sebaiknya di bungkus dengan

kantong plastic putih/bening, dilarang menggunakan kresek yang

berwarna.

Page 71: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

57

BAB III

ANALISIS DATA

Pada bab ini, penyusun akan memaparkan data-data yang diperoleh selama

penelitian berlangsung di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini

Purworejo, Jawa Tengah mengenai Proses Pembentukan Karakter menuju

Kemandirian Anak. Data yang diperoleh berdasarkan dari hasil observasi, wawancara,

dan dokumentasi selama dilapangan. Data dan informasi yang diperoleh kemudian

direduksi dan dianalisis secara diskriptif kualitatif, kemudian data dan informasi

dituangkan kedalam tulisan ilmiah agar mudah dipahami oleh pembaca.

Analisis data ini merupakan jawaban dari hasil wawancara ketika peneliti

melakukan penelitian secara langsung dilapangan. Pada saat analisis data peneliti

mereduksi data dengan maksud memilah dan memilih data yang dianggap penting

agar tidak keluar dari lingkup penelitian. Setelah semua data direduksi kemudian

dianalisis agar memungkinkan adanya penarikan kesimpulan.

Adapun data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan

beberapa informan. Pemilihan informan ditekankan kepada orang-orang yang

berkaitan dengan objek penelitian proses pembentukan karakter menuju kemandirian

anak oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ( LKSA ) Panti Rini di Purworejo,

sehingga data yang diperoleh sesuai dengan konteks penelitian. Untuk memberi

gambaran yang jelas peneliti telah merangkum sumber data informan, berikut

rangkuman data informan :

Page 72: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

58

A. DESKRIPSI INFORMAN

Deskripsi informan merupakan sebuah gambaran tentang informan dari hasil

penelitian berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti sesuai dengan

subyek penelitian sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan penulis. Dalam

penelitian mengenai Proses Pembentukan Karakter menuju Kemandirian Anak di

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini Purworejo, JawaTengah

identitas dari para informan digambarkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel III.1

Identitas Informan Pengurus dan pengasuh

No Nama Usia Jenis

Kelamin

Pendidikan Pekerjaan

1 Veronica Vitri Yani 23 Perempuan S1 Sekretaris

2 Sukini 49 Perempuan SMA Bendahara

dan

Pengasuh

3 Sri Fantini 40 Perempuan SMA Pengasuh

dan Sie

Ketrampilan

Sumber : Data pekerja di LKSA Panti Rini tahun 2019

Dari data tabel III.1 berdasarkan usia, informan yang berusia paling tua adalah

Ibu Sukini yaitu berusia 49 Tahun, dan informan yang paling muda adalah Veronica

Vitri Yani yaitu berusia 23 tahun. Berdasarkan pendidikan, informan yang

berpendidikan SMA terdapat 2 orang yaitu Ibu Sukini dan Ibu Sri Fantini dan

informan yang berpendidikan S1 terdapat 1 orang yaitu Veronica Vitri Yani. Bila

dilihat dari jenis pekerjaan terdapat 1 orang yang menjabat sebagai Sekretaris panti

Page 73: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

59

yaitu Veronica Vitri Yani, dimana 3 pengasuh tersebut merangkap jabatan yang

berbeda-beda, Ibu Sukini merangkap jabatan sebagai bendahara dan pengasuh, Ibu Sri

Fantini merangkap jabatan sebagai sie ketrampilan dan pengasuh, dan Veronica Vitri

Yani merangkap jabatan sebagai sekretaris dan pengasuh.

Tabel III.2

Identitas Informan Anak Asuh

NO NAMA USIA PENDIDIKAN ALAMAT

1 Anastasya 19 SMA Cilacap

2 Yohana Dea Ningrum 17 SMA Temanggung

3 Wasti 17 SMA Purworejo

4 Elisabet Pernada 17 SMA Purworejo

5 Fransiska Fretty Andiny P B 16 SMA Palembang

6 Valentina Dwi Desi Agustin 16 SMA Temanggung

7 Agnes Merbeliti Hurint 16 SMA Flores

8 Maria Kandida Novianti K 17 SMA Sulawesi Tengah

9 Adelia Kristianti 17 SMA Jakarta

10 Klara Gambacorta Larasaati 16 SMA Purworejo

11 Dia Ayu Safitri 17 SMA Cilacap

12 Maria Prima Setianingsih 16 SMA Magelang

13 Kristina Saputri 18 SMP Purworejo

14 Bernadete Ea 15 SMP Flores

15 Linova Puspitasari 16 SMP Purworejo

Sumber : Data anak LKSA Panti Rini tahun 2019

Identitas informan anak asuh berdasarkan data tabel III.2 diatas dapat diketahui

bahwa anak asuh yang berusia paling muda adalah Bernadete Ea yang berusia 15

Tahun, sedangkan yang berusia paling tua adalah Anastasya yang berusia 19 Tahun.

Berdasarkan pendidikan sebanyak 13 (tiga belas) informan menempuh pendidikan

Page 74: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

60

Sekolah Menengah Atas (SMA), dan sebanyak 3 (tiga) informan menempuh

pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Dilihat dari alamat asal anak asuh terdapat 2

(dua) informan berasal dari Cilacap, 2 (dua) informan berasal dari Temanggung, 5

(lima) informan berasal dari Purworejo, 1 (satu) informan berasal dari Palembang, 2

(dua) informan berasal dari Flores, 1 (satu) informan berasal dari Sulawesi Tengah, 1

(satu) informan berasal dari jakarta, dan 1 (satu) informan berasal dari Magelang.

Dalam menentukan informan, peneliti dibantu oleh Pengurus dan Pengasuh

Panti dimana Pengurus dan Pengasuh Panti tentunya lebih mengetahui informan yang

sangat dibutuhkan oleh peneliti yaitu informan yang sudah mengikuti proses

pembentukan karakter kurang lebih 1 Tahun di LKSA Panti Rini Purworejo.

Dalam melakukan penelitian di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

Panti Rini, peneliti menggunakan metode observasi atau pengamatan langsung

dilokasi penelitian. Peneliti melakukan interview atau wawancara langsung dengan

para informan. Selain menggunakan metode observasi dan wawancara peneliti juga

menggunakan metode dokumentasi untuk melengkapi data-data yang sifatnya

mendukung hasil wawancara dengan para informan.

B. PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN ANAK

OLEH LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK ( LKSA ) PANTI RINI

DI PURWOREJO

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ( LKSA ) Panti Rini yang beralamat di Jl.

Prof. Dr N. Driyarkara No 7 Purworejo. LKSA Panti Rini ini merupakan sebuah Panti

Asuhan yayasan swasta yang dikelola oleh para Suster Putri Bunda Hati Kudus

Page 75: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

61

(PBHK) yang bergerak dibidang sosial, dengan fokus melakukan pelayanan dan

perhatian kepada anak-anak yang miskin, yatim piyatu dan terlantar.

Proses pembentukan karakter merupakan usaha atau suatu proses yang

dilakukan untuk menanamkan hal positif pada anak asuh yang bertujuan untuk

membangun karakter yang sesuai dengan norma, dan kaidah moral dalam masyarakat.

sesuai dengan proses pembentukan karakter yang dilakukan oleh Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini dimana anak asuh yang tinggal di Panti

Rini diwajibkan untuk mengikuti proses pembentukan karakter dari awal mereka

masuk sampai mereka menyelesaikan pendidikan. Keberadaan Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini ini sangat membantu bagi masyarakat

karena dengan adanya (LKSA) Panti Rini ini mampu meringankan beban keluarga

yang tidak mampu untuk membiayai anaknya menempuh pendidikan hingga selesai.

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti banyak anak

asuh yang berpendapat bahwa di Panti memang diajarkan banyak hal-hal baik dari

awal mereka masuk panti dan banyak kegiatan-kegiatan lainnya yang diajarkan oleh

panti guna untuk memberi bekal kepada anak asuh dimasa depan. Untuk membentuk

anak asuh menjadi mandiri dalam segala hal tentunya perlu ada proses yang harus

dijalani seperti :

1. Proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak

Dalam proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak terdapat beberapa

proses yang terdiri dari :

Page 76: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

62

a. Tahap pengenalan.

Dalam tahap pengenalan dengan hal-hal baik, yang menghasilkan

kemandirian anak yang bertanggungjawab atas segala hal.

Pengenalan, pada proses pengenalan setiap anak diajarkan hal-hal baik

mulai dari lingkungan, keluarga, maupun terhadap norma-norma masyarakat.

melalui proses pengenalan anak diharapkan dapat menumbuhkan sikap yang

baik seperti bertanggungjawab, memiliki tenggang rasa terhadap sesama,

berani jujur, dan lebih peka terhadap keadaan disekitar, sehingga sikap yang

telah tertanam berkembang menjadi karakter sama halnya yang dilakukan di

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini. Setiap anak yang

masuk di LKSA Panti Rini selalu diperkenalkan dengan hal-hal baik melalui

hal-hal yang sederhana. Berikut hasil dari wawancara dengan Ibu Sukini (49

Tahun) selaku Bendahara di LKSA Panti Rini :

“Iya ikut serta mengenalkan hal-hal baik kepada anak, karena

itukan sudah tugas kita disini sebagai pendamping mereka, hal-

hal baik yang dikenalkan kepada anak contohnya ya belajar

disiplin, bertanggungjawab, menjadi anak yang rendah hati,

mau taat sama peraturan, kejujuran, peka terhadap segala hal

yang ada dipanti.” (Hasil wawancara 29 Februari 2019)

Sudah menjadi kewajiban pengasuh dalam mendampingi anak terutama dalam

mengenalkan hal-hal baik kepada anak, karena anak masih perlu

pendampingan dalam melakukan segala sesuatu dan perlu dikenalkan terlebih

dahulu tentang sikap-sikap yang perlu dibentuk dalam diri anak seperti yang

disampaikan oleh Ibu Sukini mereka dikenalkan dengan hal-hal baik seperti

kejujuran, disiplin, bertanggungjawab, Rendah hati, peka, dan mau menaati

peraturan dipanti. Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Sri Fantini sebagai

Page 77: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

63

pengasuh dan sie keterampilan di LKSA Panti Rini, Berikut hasil wawancara

dengan Ibu Sri Fantini (40 Tahun) mengatakan bahwa :

“Iya ikut serta mengenalkan hal-hal baik kepada anak

tentunya, semisal mengenalkan tentang kerapihan diri sendiri,

kerapihan barang-barang pribadi, kebersihan pribadi dan

kamar, kebersihan lingkungan, kalo sikap ya tentang kejujuran,

kedisiplinan, tanggungjawab, kepekaan.” (Hasil wawancara 3

Maret 2019).

Dari hasil wawancara kedua pengasuh atau pengurus hal serupa juga

disampaikan oleh Nova, Dea, dan Siska :

Menurut Nova (16 Tahun) :

“Iya saya dikenalkan dengan hal-hal baik, yang ikut serta

mengenalkan hal-hal baik kepada saya ada Suster dan ibu

pengasuh, terus mbak-mbaknya contohnya seperti kalo selesai

makan piringnya dicuci sendiri terus dilap dimasukin ke tempat

rak piring, terus harus menggerjakan tugas-tugas kamar, terus

diajarin buat tanggungjawab, disiplin waktu, diajarin buat

hemat listrik sama air, tanggungjawab, peka, jujur, dan masih

banyak lagi.” (Hasil wawancara 4 Februari 2020).

Menurut Dea (17 Tahun) :

“Yang terlibat mengenalkan hal-hal baik kepada saya pertama

pastinya suster, ibu pengasuh, terus ada temen-temen dari panti

rini yang lama yang baik yang mau mengajari aku dari nol

sampai aku bisa mandiri disini sendiri dan tau semua hal-hal

baik yang harus saya taati. Hal-hal baik yang diajari seperti

menaati peraturan –peraturan selama hidup dipanti, hal-hal

yang diajarin disini itu semua baik bisa merubah hidup saya,

contohnya disini saya bisa menjadi orang yang disiplin

misalnya harus bisa membagi waktu bangun jam segini terus

gereja, makan pagi, sekolah, nanti ada kegiatan apa disini

kayak latihan koor, kerja bakti itu melatih kita gimana sih

caranya membagi waktu disekolah maupun dipanti yang

sekarang ini harus aku jalani, ada juga tentang tanggungjawab,

terus kejujuran, ya pokoknya banyaklah yang diajarin disini.”

(Hasil wawancara 9 Februari 2020).

Kemudian Informan bernama Siska (16 Tahun) juga menyampaikan hal yang

sama, sebagai berikut :

Page 78: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

64

“Yang terlibat dalam mengenalkan hal-hal baik ada Suster, Ibu

Pengasuh, Mbak-mbaknya yang udah lama. Ya dikenalin hal-

hal baik kayak bersih-bersih, terus dikasih tau tempat-tempat

menaruh barang, cara ngepel, pokoknya dikasih tau semuanya,

yang dirumah ndak tau dipanti tau, dirumah ndak bisa masak

dipanti jadi bisa masak, dirumah ndak bangun pagi dipanti

setiap hari bangun pagi, dirumah ndak pernah ngepel, cuci

piring dipanti harus, dirumah ndak pernah nyuci dipanti nyuci

sendiri pakai tangan, bisa semuanya pokoknya, terus disiplin,

rasa jujur, tanggungjawab sama tugas.” (Hasil wawancara 4

Februari 2020).

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 15 informan, 12 informan lainnya

juga sependapat dengan ke 3 informan diatas yang menyatakan bahwa dalam

mengenalkan hal-hal baik yang terlibat ada Suster, Ibu Pengasuh dan mbak-

mbaknya yang sudah lebih lama tinggal di Panti dan dimana dalam proses

pembentukan karakter melalui tahap pengenalan ini setiap anak yang masuk

LKSA Panti Rini dikenalkan dengan hal-hal baik seperti bangun pagi tepat

waktu, mengerjakan tugas-tugasnya secara bertanggungjawab, disiplin

terhadap peraturan-peraturan di Panti, jujur akan segala hal, peka terhadap

teman ataupun lingkungan disekitar.

Berdasarkan pada proses pembentukan karakter yang pertama yaitu

pengenalan, pada tahap pengenalan anak sudah mulai mampu menuju pada ciri

kemandirian yang bertanggungjawab dimana anak belajar bertanggungjawab

lewat tugas-tugas yang sudah dipercayakan oleh pengasuh kepada anak

meskipun belum sepenuhnya, hal ini didukung dengan adanya hasil wawancara

dengan informan pengurus dan anak.

Bertanggungjawab atas segala hal merupakan suatu usaha yang

dilakukan oleh LKSA Panti Rini agar anak mampu mengerjakan segala sesuatu

Page 79: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

65

dengan baik yang bertujuan agar anak mempunyai rasa disiplin terhadap tugas

yang dipercayakan dan disiplin dalam belajar bertanggungjawab dan mau

fokus pada tujuan yang dikerjakannya. Dalam hal ini didukung oleh

pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Sukini (49 Tahun) selaku Bendahara

dan Pengasuh anak di LKSA Panti Rini :

“Pada tahap awal itu anak sudah mulai ada rasa

tanggungjawab, cara mengenalkannya agar anak mampu

bertanggungjwab ya dengan cara mereka mau fokus pada 1

pekerjaan dulu, yang berkaitan dengan tanggungjawab ya

misalnya Jeklin dikasih tanggungjawab untuk merapikan baju

ya jeklin harus melakukan itu dan kita sebagai pendamping

harus mengawasi dan mengarahkan anak secara kontinue

setiap hari jadi lama kelamaan kan anak akan

bertanggungjawab, terus kalo selin contohnya sebagai pelajar

ya bertanggungjawab buat mengerjakan PR kita juga harus

mengarahkan dengan cara ditanya ada PR tidak selin? Itu

dilakukan secara terus menerus sampai anak mampu mandiri.”

(Hasil wawancara 29 Februari 2020).

Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa untuk mendidik anak menjadi

bertanggungjawab, harus ada kemauan dalam diri anak untuk fokus pada

pekerjaan dan tujuan yang ingin dicapai dan harus ada pengarahan yang

dilakukan secara terus menerus sampai anak mampu mandiri secara

keseluruhan. Berikut hasil wawancara yang disampaikan oleh Ibu Sri Fantini

dan Veronica Vitri Yani :

Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) menyatakan bahwa :

“Cara mengenalkan hal-hal baik kepada anak agar

bertanggungjawab ya dengan cara kita mengajak mereka dan

memberi contoh secara langsung kepada anak, terutama

kepada anak yang masih SD, karena kalo yang gede kan sudah

bisa dicontohkan langsung paham sedangkan yang kecilkan

pasti masih butuh pendampingan sampai anak itu paham,

biasanya sih anak-anak dikasih tanggungjawab yang sederhana

Page 80: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

66

dulu kayak diberi tugas untuk mengontrol air dan listrik.”

(Hasil wawancara 3 Maret 2020).

Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) menyatakan bahwa :

“Cara yang kami gunakan memperkenalkan hal baik agar anak

mampu bertanggung jawab yaitu kami memberikan mereka

tugas diluar tugas keseharian mereka misalnya tugas mereka

sebagai seksi air, seksi lampu selain itu anak yang besar juga

kami beri kepercayaan untuk menjaga dan membantu adik-adik

yang masih kecil mulai dari membangunkan, mengajari adiknya

untuk mandi, dan mengajari adiknya belajar dan mengajak

adiknya cara melipat baju dengan baik dan benar. dengan

begitu anak akan mau tidak mau harus menjalankan tugas

mereka dan itu sudah menjadi tanggung jawab mereka.”(Hasil

wawancara 5 Maret 2020).

Dari informasi diatas dijelaskan tentang bagaimana cara mmengenalkan hal-

hal baik kepada anak agar mampu bertanggungjawab. Hal ini didukung dengan

pernyataan yang disampaikan oleh Dea, Tina, dan Agnes :

Menurut Dea (17 Tahun) :

“Cara mengenalkan hal-hal baik misalnya dikasih

kepercayaan, kayak saya yang sekarang lagi dikasih

tanggungjawab buat jadi ketua dipanti itu kan agak berat ya, ya

aku laksanain kayak mengingatkan teman-teman tentang

buletin yang harus selesai bulan ini gitu itu melatih aku buat

bertanggungjawab buat melaksanakan tugas yang udah

dipercayakan ada tugas bagi kelompok kerja bakti ya aku harus

selesein itu ya intinya aku sedikit-sedikit udah mulai ada rasa

bertanggungjawab tapi ya masih butuh proses buat genapi itu

semua biar penuh rasa tanggungjawabnya.” (Hasil wawancara

9 Februari 2020).

Menurut Tina (18 Tahun) :

“Cara mengenalkan hal-hal baik disini ya dengan dikasih

pengarahan dulu terus kita dikasih tanggungjawab jadi sie-sie

yang dipercayakan, nah mulai dari dikasih kepercayaan itu kita

mulai ada rasa tanggungjawab karena mau ndak mau harus

dijalankan.” (Hasil wawancara 17 Februari 2020).

Menurut Agnes (16 Tahun) :

Page 81: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

67

“Cara Ibu Pengasuh mengenalkan hal-hal baik ya dengan cara

kita dibreafing dulu, kemudian setelah dibreafing kita dikasih

contoh dan dibagi tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab

kita kalo saya ya dipercayain jadi ketua kamar, jadi secara

tidak langsung itu sudah melatih saya buat

bertanggungjawab.” (Hasil wawancara 17 Februari 2020).

Dari informasi diatas dijelaskan bahwa mereka dikenalkan dengan hal-hal baik

dengan cara di breafing dahulu kemudian diberi contoh dan setelah diberi

contoh mereka diberi kepercayaan untuk memegang tanggungjawab yang telah

dibagi oleh Ibu pengasuh dan Pengurus LKSA Panti Rini sesuai dengan

kemampuan yang mereka miliki.

b. Tahap pemahaman.

Proses pembentukan karakter yang kedua yaitu pemahaman atau

memberikan pengarahan kepada anak tentang hal-hal baik yang akan

dilakukan. Hal ini dilakukan agar anak mampu memahami apa yang telah

diajarkan dan anak mampu melakukan hal-hal baik dengan kemauannya

sendiri. Seperti halnya di LKSA Panti Rini mereka sebelum melakukan segala

sesuatu tentu anak dikasih pengarahan terlebih dahulu biasanya melalui hal-hal

yang mudah. Berikut hasil wawancara dengan Informan Ibu Sukini (49

Tahun) mengatakan bahwa :

“Tentu harus ada pengarahan biasanya pengarahan diberi

setelah doa atau sebelum makan, apalagi kalo anak-anak yang

kecil itu belum mengerti, makanya harus diarahkan contohnya

anak harus begini kalo makan sendok dikanan garpu dikiri,

kalo buat yang besar-besar misalnya mengatakan kepada

mereka kalo berdoa itu yang fokus mata jangan kemana-mana

gitu cara memberikan pengarahan sama yang udah gede.”

(Hasil wawancara 29 Februari 2020).

Page 82: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

68

Memberikan pengarahan kepada anak tentang hal baik itu sudah kewajiban dan

seharusnya, karena jika anak melakukan segala sesuatu tanpa pengarahan

terlebih dahulu pasti akan melakukannya dengan terpaksa bukan dari kemauan

dirinya sendiri. Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Sri Fantini (40 Tahun)

dan Veronica Vitri Yani (23 Tahun) :

Menurut Ibu Sri Fantini :

“Ada pengarahan kepada anak biasanya setiap selesai doa ada

pengarahan atau juga evaluasi terhadap kegiatan harian anak

yang mereka lakukan, cara memberi pengarahannya dengan

memberi evaluasi tugas-tugas pagi yang mereka laksanakan

sudah beres apa belum, melatih mereka agar mengembalikan

barang sesuai pada tempatnya.” (Hasil wawancara 3 Maret

2020).

Menurut Veronica Vitri Yani :

“Pengarahan itu harus dan wajib diberikan kepada anak baik

sebelum mereka melakukan kegiatan maupun setelah

melakukan kegiatan, biasanya kami memberikan pengarahan

misalnya sebelum berangkat kesekolah semua ruangan harus

bersih dan rapi. Dan pengarahan yang kami berikan pada

setelah mereka melaksanakan kegiatan misalnya setelah mandi

air kran harus dimatikan dan tidak diperkenankan

meninggalkan handuk dan pakaian kotor. Dengan begitu anak

akan disiplin dan senang akan kerapian.” (Hasil wawancara 5

Maret 2020).

Dari informasi diatas dijelaskan bahwa pengarahan hal-hal kepada anak

itu bersifat wajib, karena dari pengarahan itulah anak akan memiliki rasa

disiplin, bertanggungjawab, dan punya rasa memiliki. Hasil wawancara dengan

informan Merry (17 Tahun) mengatakan bahwa :

“Iya dibreafing dulu terus dikasih tau baik secara personal

ataupun sendiri pasti dikasih tau, baik itu perihal tentang cara

terima telepon, terima tamu, terus tugas dikamar sama tugas

dari sie-sie. Terus dikasih tanggungjawab sama kegiatan yang

ada didalam panti kayak bangun pagi, mandi, kegereja terus

sarapan terus sekolah sebelum berangkat sekolah pokoknya

Page 83: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

69

lingkungan harus bersih dulu, harus belajar tepat waktu, doa,

kegiatan latihan koor, terus PI (Pendalaman Iman) menjelang

paskah, membuat keranjang paskah, UEP (Unit Ekonomi

Produktif).” (Hasil wawancara 11 Februari 2020).

Menurut Nova (16 Tahun) :

“Dikasih pengarahan, kayak dikasih contoh terlebih dahulu

tentang apa yang akan dilakukan. Seperti Bikin bumbu pecel,

telur asin, kacang bawang, stick, diajarin buat jualan digereja

juga, bertanggunjawab sama tugas-tugas dan kebersihan

pribadi, menggunakan waktu sebaik-baiknya.” (Hasil

wawancara 4 Februari 2020).

Menurut Wasti (17 Tahun) :

“Ya dikasih pengarahan atau dikasih tau dulu, tentang kegiatan

yang akan dilakukan diajarin banyak hal ada koor, kegiatan

17an, tatib digereja, adorasi, misa akhir tahun/ bulan, buat roti,

kacang bawang, stick, bumbu pecel, dan masih banyak lagi.”

(Hasil wawancara 7 Februari 2020).

Dalam pemberian pengarahan kepada anak LKSA Panti Rini adapun

manfaat yaitu untuk membantu anak agar lebih mengenal lagi tentang apa yang

diarahkan, hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu Sukini (49 Tahun)

mengatakan bahwa :

“Manfaat dari memberi pengarahan kepada anak ya biar

membantu anak agar lebih mengenal lagi tentang apa yang

diarahkan, kadang memberi pengarahan kepada anak kalo

hanya 1 kali mungkin anak belum paham banget jadi harus

berkali-kali, intinya pasti ada manfaatnya yang paling tentu

anak lebih terarah lagi.” (Hasil wawancara 29 Februari 2020).

Dari pernyataan diatas disampaikan bahwa memberi pengarahan tidak

hanya 1 kali, tetapi memerlukan pengarahan berulang-ulang kali sesuai dengan

manfaat dari pengarahan itu sendiri agar anak mampu memahami, sama halnya

yang disampaikan oleh Ibu Sri Fantini (40 Tahun) :

Page 84: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

70

“Manfaatnya ya biar anak lebih terarah sama apa yang sudah

diajarkan dan bisa berjalan sesuai dengan Visi Misi LKSA

Panti Rini.” (Hasil wawancara 3 Maret 2020).

Menurut veronica vitri yani (23 Tahun) :

“Dari pengarahan ini tentunya ada manfaatnya, dengan

adanya pengarahan anak menjadi tau mana yang baik dan

benar untuk dilakukan, tidak meninggalkan baju kotor di kamar

mandi dan membersihkan kamar mandi sesuai dengan

jadwalnya. Trus kalau setelah mengunakan barang di

kembalikan di tempat semula.” (Hasil wawancara 5 Maret

2020).

Berdasarkan pada hasil wawancara yang disampaikan oleh ke 3 informan

diatas memiliki jawaban yang hampir sama yaitu supaya anak mampu

membedakan mana yang baik dan tidak baik, selalu terarah pada apa yang

telah diajarkan, selalu mematuhi peraturan-peraturan yang ada seperti

mengembalikan barang pada tempat semula. Adapun jawaban yang serupa

disampaikan oleh Prima, Fitri, dan Adelia yang mengatakan bahwa :

Menurut Maria Prima S (16 Tahun) :

“Manfaat dari adanya pengarahan ya biar saya semakin tau

apa yang boleh saya lakukan dan yang tidak boleh saya

lakukan mbak, kayak menjaga kebersihan diri itukan menjadi

tanggungjawab saya sendiri mbak ya harus saya lakukan, terus

kalo dikasih kepercayaan tugas ya dilaksanakan, manfaatnya

ya biar semakin menjadi pribadi yang baik.” (Hasil wawancara

13 Februari 2020).

Menurut Fitri (17 Tahun) :

“Tentu ada manfaatnya, terutama bagi saya dengan adanya

pengarahan ini saja jadi semakin paham tentang apa yang

sudah diajari oleh Panti, terutama yang belum saya bisa.

Dengan adanya pengarahan ini saya juga jadi bisa introfeksi

diri apakah pekerjaan yang saya lakukan sudah benar atau

belum.” (Hasil wawancara 13 Februari 2020).

Menurut Adelia (17 Tahun) :

Page 85: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

71

“Bagi saya manfaat dari pengarahan ini ya saya jadi bisa lebih

mematuhi peraturan yang ada di Panti, dan sedikit demi sedikit

dapat melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang sudah

diajarkan.” (Hasil wawancara 11 Februari 2020).

Berdasarkan pernyataan dari informan diatas dijelaskan bahwa manfaat

dari diberikannya pengarahan banyak sekali seperti anak menjadi lebih paham

akan apa yang mereka lakukan, kemudian anak semakin bisa membedakan

mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan anak semakin mengerti akan

tanggungjawab mereka masing-masing.

c. Tahap penerapan.

Dalam tahap penerapan anak menerapkan yang telah diajarkan

sehingga menghasilkan kemandirian anak yang aktif dan semangat dalam

usaha mengejar prestasi.

Proses pembentukan karakter yang ketiga yaitu penerapan atau

memberi kesempatan kepada anak untuk menerapkan perbuatan baik yang

telah diajarkan di LKSA Panti Rini. Dalam kesehariannya anak LKSA Rini

berusaha untuk menerapkan hal-hal baik yang telah perkenalkan dan telah

mendapat pengarahan yang lebih mendalam sehingga anak lebih mudah

mencerna dan mengingatnya serta menerapkan perbuatan baik tersebut dengan

tepat dan benar sesuai dengan tata tertib dan visi misi yang ada di LKSA Rini.

Berikut pernyataan yang disampaikan oleh ibu pengasuh dan pengurus

mengenai penerapan perbuatan baik yang di lakukan oleh LKSA Rini serta

pemberian kesempatan dalam menerapkan perbuatan baik sehari hari.

Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) :

Page 86: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

72

“Pasti dikasih kesempatan, karena anakkan tinggal disini untuk

dibentuk karakternya dan mereka diberi kesempatan untuk

mengembangkan bakat mereka supaya mereka dapat

berkembang baik dari segi apapun.” (Hasil wawancara 3 Maret

2020).

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Ibu Sri Fantini anak dikasih

kesempatan untuk menerapkan apa yang telah diajarkan oleh LKSA Panti Rini,

baik itu dari segi bakat, ketrampilan, dan kemampuan anak. Hal yang sama

juga disampaikan oleh Ibu Sukini dan Veronica Vitri Yani :

Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) :

“Ya pasti dikasih kesempatan seluas-luasnya setiap hari dari

mulai bangun pagi sampai nanti mau tidur lagi, dari pagi

sampai malam itukan mereka belajar menerapkan apa-apa

yang diajarkan oleh panti misalnya pagi-pagi harus doa pagi

dulu, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, makan bersama,

ya intinya kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan sampai mau

tidur.” (Hasil wawancara 29 Februari 2020).

Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) :

“Selama anak tinggal disini, setiap anak selalu diberi

kesempatan untuk menerapkan hal baik yang sudah

diperkenalkan dan diberi pengarahan yang lebih mendalam.

Contohnya ya mbak, anak saat masuk LKSA Rini selalu di

beritahu untuk menata baju dan melipat bajunya dengan Rapi,

seiring berjalannya waktu to mbak ada anak yang masih belum

bisa melipat baju dengan baik, terutama yang kecil. Nah di situ

kami sebagai pengasuh harus memberikan pengarahan dan

memberi contoh cara melipat baju yang baik dan benar sampai

anak mampu menerapkan perbuatan baik mulai dari hal kecil

maupun hal besar.” (Hasil wawancara 5 Maret 2020).

Dari beberapa informasi diatas dijelaskan bahwa mereka memberikan

kesempatan kepada anak untuk menerapkan hal baik yang sudah diperkenalkan

oleh LKSA Panti Rini, dan sebagai pengasuh mereka harus bisa memberi

Page 87: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

73

contoh terlebih dahulu sampai anak benar-benar mampu untuk

bertanggungjawab sendiri atas hal-hal kecil maupun hal besar seperti yang

disampaikan oleh Dea, Anas, dan Diana :

Menurut Dea (17 Tahun) :

“Ya dikasih kesempatan buat menerapkan hal-hal yang sudah

diajarkan, apalagi pas dulu aku awal masuk aku dikasih

tanggungjawab jadi sie UEP jadinya aku lama-kelamaan bisa

tau cara membuat olahan kacang bawang, terus dikasih arahan

baru aku lakukan, biar bisa ngajarain yang ndak bisa.” (Hasil

wawancara 9 Februari 2020).

Menurut Anas (19 Tahun) :

“Ya dikasih kesempatan buat menerapkan contohnya kayak

menerapkan rasa kepekaan terhadap lingkungan jadi kita harus

peka sama lingkungan sekitar kalo ada sampah berserakan ya

diambil dimasukin ketempat sampah, bertanggungjawab sama

tugas-tugas yang sudah dibagi.” (Hasil wawancara 4 Februari

2020).

Menurut Diana (15 Tahun) :

“Iya dikasih kesempatan , contohnya kayak bikin-bikin kue atau

kacang bawang gitu kita dibiarkan membuat sendiri dan hanya

didampingi, tapi saya bukan bagian membuat saya hanya

bagian bersih-bersih saja tapi itu merupakan tanggungjawab

bagi saya karena saya mendapat tugas itu ya harus saya

bereskan.” (Hasil wawancara 17 Februari 2020).

Selain hasil wawancara dengan 3 informan diatas ada 12 informan

lainnya yang mengatakan hal yang sama yaitu bahwa mereka diberi

kesempatan untuk menerapkan apa yang telah diajarkan baik itu dari kegiatan

produksi kacang bawang, bumbu pecel, stick, telur asin sampai menerapkan

kebiasan-kebiasaan yang sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pada proses pembentukan karakter yang ke tiga yaitu

penerapan, anak sudah mulai menuju pada ciri kemandirian yang aktif dan

Page 88: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

74

semangat dalam melakukan segala sesuatu meskipun kegiatan yang dilakukan

sudah terencana. Ciri kemandirian yang ini memiliki pengaruh yang cukup

besar dalam proses pembentukan karakter karena kebanyakan orang akan

memberi penilaian berdasar pada sikap yang ditampilkan seseorang baik saat

seseorang tersebut mengejar sesuai yang ingin mereka capai atau sesuatu yang

mereka harapkan. Apa bila ciri kemandirian seperti aktif dan semangat tidak

berjalan maka proses pembentukan karakter anak akan dirasa kurang dan buah

hasil dari usaha yang dilakukan tidak maksimal.

Seperti halnya dalam proses pembentukan karakter anak yang

dilakukan di LKSA Rini. Baik pengasuh maupun anak harus memiliki sifat

aktif dan semangat dalam menjalankan tugas sehingga dalam proses

pembentukan karakter anak dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang

diharapkan dimana anak mampu menjadi lebih mandiri tentunya.

Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Sri Fantini selaku

Pengasuh dan Sie Ketrampilan di LKSA Panti Rini :

Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) Mengatakan bahwa :

“Sebagian besar iya anak menjadi aktif dan semangat,

karenakan disini anak memang diberi waktu untuk belajar yang

bisa dibilang cukup, sehingga dengan adanya waktu yang

cukup itu anak bisa menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya, dan

saat anak akan mengikuti ujian-ujian pun selalu dipantau

sehingga anak bisa mendapatkan nilai yang baik. Selain

mengejar prestasi anak-anak juga banyak mengikuti kegiatan

yang diadakan oleh sekolah”(Hasil wawancara 3 Maret 2020).

Dari pemaparan diatas dijelaskan bahwa anak dengan diberinya

kesempatan sebagian besar mampu menjadi aktif dan semangat dalam

mengejar prestasi, hal itu tergantung dari anak itu sendiri karena aktif dan

Page 89: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

75

semangat itu bisa muncul dengan adanya kemauan anak untuk mau

berkembang. Hal serupa diungkapkan oleh Ibu Sukini selaku Bendahara dan

Pengasuh, serta diungkapkan oleh Veronica Vitri Yani selaku Sekretaris dan

Pengasuh di LKSA Panti Rini:

Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) menyatakan bahwa :

“Jika menyangkut anak aktif dan semangat untuk mengejar

prestasi seperti itu kadang tergantung dari pribadi anaknya

sendiri, kan tidak bisa dengan kita mendokrin anak untuk terus

belajar, kemudian anak menjadi rajin belajar hal itu tidak bisa

diharapkan, karena masing-masing anak mempunyai karakter-

karakter sendiri-sendiri ada anak yang memang dari dasarnya

sudah rajin jadi apapun yang ada dipanti itu membuat dia

bersemangat untuk belajar, ya kembali lagi semua tergantung

dari individual anaknya, kita hanya bisa membantu disini.”

(Hasil wawancara 29 Februari 2020).

Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) menyatakan bahwa :

“Menurut saya anak-anak setelah mendapat kesempatan

mereka cukup aktif dan semangat dalam mengerjakan tugas-

tugas mereka, melalui tugas itu anak mulai berlomba-lomba

dan turut aktif dalam melaksanakan tugas dan meraih prestasi

baik secara akademik maupun non akademik mereka dan dari

tugas yang mereka lakukan dengan sendirinya membentuk

pribadi mereka.”(Hasil wawancara 5 Maret 2020).

Berikut ada beberapa pernyataan yang sama diungkapkan oleh informan anak

yang bernama Wasti, Adelia, dan Merry:

Menurut Wasti (17 Tahun) :

“Ya saya menjadi aktif dan semangat, saya menjadi bisa

setelah diajarin banyak kegiatan dipanti, ya manfaatnya biar

bisa tau yang awalnya tidak tau jadi tau terus biar keingat-

ingat terus biar bisa diterapin besok kalo udah diluar.”(Hasil

wawancara 7 Februari 2020).

Menurut Adelia (17 Tahun) :

“Ada jiwa semangat sama aktif contohnya dulu saya ndak bisa

menggambar terus kalo gambar saya suka asal-asalan doang,

tapi semenjak dipanti coba-coba belajar sama temen jadi bisa

Page 90: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

76

menggambar anime, dulu ndak bisa maen gitar dipanti jadi bisa

main gitar karena dipanti fasilitasnya selalu ada jadi bisa buat

belajar. Manfaatnya pokoknya hal yang penting terutama yang

sesuai dengan hobby itu sangat penting karena kita jadi lebih

sabar dalam segala hal karena suatu keberhasilan itu pasti ada

prosesnya.”(Hasil wawancara 11 Februari 2020).

Menurut Merry (17 Tahun) :

“Iya jadi merasa aktif dan semangat, yang dulunya saya

dirumah tidak tau bagaimana cara bermain musik sekarang

dipanti jadi bisa, terus dirumah jarang ada waktu belajar

sekarang dipanti jadi bisa belajar karena waktu sudah

disediakan, pokoknya yang dulu saya tidak bisa sekarang

menjadi bisa. Manfaatnya ya biar berguna untuk masa

depan.”(Hasil wawancara 11 Februari 2020).

Dari keterangan diatas dijelaskan bahwa anak yang awal mulanya tidak

tau apa yang akan dilakukan, menjadi tau setelah anak tersebut diajarkan

kegiatan-kegiatan yang ada di LKSA Panti Rini, dengan mereka tinggal di

LKSA Panti Rini fasilitas yang menyangkut hobby atau ketrampilan mereka

kini bisa terpenuhi sehingga hobby atau keterampilan anak bisa berkembang

dan anak mampu menjadi aktif dan semangat dalam mengejar prestasi.

d. Tahap pengulangan/kebiasaan.

Dalam tahap pengulangan/kebiasaan anak menulanggi hal baik

sehingga menghasilkan kemandirian anak yang inisiatif atau mampu bertindak

secara kreatif.

Proses pembentukan karakter yang keempat yaitu pengulangan atau

bisa juga disebut sebagai membiasakan diri, disini anak setelah paham dan

mampu menerapkan hal baik maka anak akan dilatih untuk membiasakan diri

mengulang secara terus menerus perbuatan baik yang sudah diajarkan oleh

Page 91: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

77

LKSA Panti Rini. Dimana tujuannya agar anak bisa karna terbiasa dalam

melakukan segala hal.

Berikut beberapa pernyataan yang disampaikan oleh pengasuh serta

pengurus di LKSA Panti Rini tentang kebiasaan mengulangi hal-hal baik yang

telah diajarkan setiap harinya di LKSA Panti Rini.

Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) :

“Ya anak dibiasakan untuk mengulang kembali hal-hal baik

yang sudah diajarkan, misalnya mereka kan mencuci piring

setelah makan, menjalankan tugas-tugas harian yang sudah

menjadi bagiannya, mencuci baju mereka sendiri, berangkat

kesekolah harus pamit sama suster, itu semuakan secara

langsung mereka sudah mengulang-ulang terus hal baik yang

sudah diajarkan.” (Hasil wawancara 3 Maret 2020).

Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) :

“Sudah pasti dibiasakan buat mengulangi hal baik karena kan

mereka sudah diajarin dan sudah mendapat tugas masing-

masing mau tidak mau ya harus menjalankan, menjalankan

berartikan sama saja seperti mengulangi jadi lama-kelamaan

anak sudah terbiasa buat mengulang hal-hal baik yang panti

ajarkan.” (Hasil wawancara 29 Februari 2020).

Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa anak dibiasakan untuk

mengulangi kembali hal-hal baik yang sudah diajarkan oleh LKSA Panti Rini,

baik itu mulai dari mencuci baju sendiri, menjalankan tugas harian,

pembiasaan pamit jika akan pergi, karena dengan melakukan pengulangan

tersebut diharapkan anak semakin disiplin dan semakin terarah pada visi misi

panti. Hal serupa juga disampaikan oleh :

Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) :

“Kalau pembiasaan perbuatan hal baik itu secara otomatis dan

pasti dilakukan seperti berpamitan kalau hendak pergi, terus

setiap hari mencuci baju, mengucapkan terimakasih setelah

mendapatkan atau menerima sesuatu, merapikan tempat tidur

Page 92: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

78

setiap bangun tidur. Dengan begitu anak mau tidak mau harus

melaksanakan perbuatan baik setiap harinya.” (Hasil

wawancara 5 Maret 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengasuh dan Pengurus, peneliti juga

mencocokkan hasil jawaban dengan anak, berikut hasil wawancara dengan

beberapa anak yakni Merry, Adelia, dan Elisabet.

Menurut Merry (17 Tahun) :

“Ya saya mengulangi mbak biasanya yang sering diulangi hal-

hal baiknya itu ya harus bisa menerapkan 5S,

bertanggungjawab sama diri sendiri, terus mengulangi tugas

harian, kalo tugas harian kan muter mbak jadi pasti dapatnya

beda-beda tugasnya setiap minggu.” (Hasil wawancara 11

Februari 2020).

Menurut Adelia (17 Tahun) :

“Ya mau gak mau harus mengulangi, karena kan disini udah

ada tugasnya masing-masing, dulu sih pas awal-awal masuk

males buat menjalankan tugas tapi semakin lama ya sudah

menjadi kebiasaan disini.” (Hasil wawancara 11 Februari

2020).

Menurut Elizabet (17 Tahun) :

“Iya saya sering mengulangi mbak, kayak mengulangi latihan

koor itukan sudah ada jadwalnya jadi harus dilaksanain,

mengulangi kegiatan UEP kalo ada yang pesan. Cara saya

mengulanginya ya dengan mendalami apa yang sudah

diajarkan.” (Hasil wawancara 14 Februari 2020).

Dari pemaparan yang disampaikan informan diatas bahwa mengulangi

kebiasaan baik yang sudah diajarkan merupakan suatu keharusan yang mau

tidak mau harus dilakukan dalam kesehariannya seperti mencuci baju,

menerapkan 5S, merapikan tempat tidur, dan lain-lain karena itu akan melatih

anak untuk bertanggungjawab, disiplin, serta mampu membagi waktu antara

disekolah dengan dipanti. Dengan adanya proses pengulanggan anak sudah

Page 93: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

79

mulai mampu menuju pada ciri kemandirian yaitu anak mampu melakukan

segala sesuatunya dengan inisiatif atau mampu bertindak secara kreatif.

Inisiatif, berfikir dan bertindak secara kreatif yang artinya anak diharapkan

setelah mengikuti proses pembentukan karakter mampu mempunyai inisiatif

atau ide dalam menjalankan hal-hal baik yang sudah diajarkan oleh LKSA

Panti Rini, dan dalam menjalankan hal-hal baik anak juga diharapkan dapat

menjadi kreatif atau mampu mengembangkan apa yang sudah diterima selama

tinggal panti.

Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Pengurus serta Pengasuh di

LKSA Panti Rini menyangkut Inisiatif anak setelah mengikuti proses

pembentukan karakter yang sudah diberikan :

Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) selaku Sekretaris di LKSA Panti Rini

menyatakan bahwa :

“Iya karena dengan kegiatan pengulangan perbuatan baik

membuat anak menjadi lebih inisiatif dan kreatif, karena

dengan mengulangi perbuatan baik anak dapat berfikir dan

mencari cara terbaik untuk menyelesaikan tugas mereka.”

(Hasil wawancara 5 Maret 2020).

Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) selaku Bendahara dan Pengasuh di LKSA

Panti Rini menyatakan bahwa :

“Kalo soal Inisiatif dan kreatif itu tergantung anaknya juga,

tergantung anaknya karena kreatif sama inisiatif itukan

datangnya dari dalam diri anak itu sendiri. Kita disini hanya

membimbing dan memberi fasilitas, jadi ya itu tinggal anaknya

ada kemauan tidak untuk berkembang, kalo saya lihat ya disini

ada beberapa anak yang punya inisiatif dan kreatif contohnya

seperti adanya kemauan untuk membuat kue-kue begitu.” (Hasil

wawancara 29 Februari 2020).

Page 94: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

80

Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) selaku Sie Ketrampilan dan Pengasuh di

LKSA Panti Rini menyatakan bahwa :

“Ya kalo membahas soal inisiatif dan kreatif secara umum

anak-anak disini punya sifat inisiatif dan kreatif yang berbeda-

beda. Semisal ada anak yang dipercayai untuk mengkoordiner

teman lainnya membuat keranjang paskah, maka anak yang

dipercayai tersebut harus bisa mengeluarkan kreativitas agar

keranjang paskah yang dibuat terlihat berbeda dari sebelum-

sebelumnya.” (Hasil wawancara 3 Maret 2020).

Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa setiap anak pasti mempunyai

inisiatif dan kreatif yang masing-masing berbeda. Dan kreativitas tersebut

biasanya mereka tuangkan jika ada kegiatan-kegiatan seperti kegiatan paskah,

natalan, tahun baru, dan kegiatan-kegiatan lainnya dan panti hanya memberi

fasilitas kepada mereka, sehingga tergantung anaknya mau berkembang atau

tidak. Hal serupa juga diungkapkan oleh beberapa informan anak yaitu Anas,

Nova, dan Adel :

Menurut Anas (19 Tahun) :

“Kalo Inisiatif dan kreatif iya ada karna anak muda kita harus

kratif, kreativitas yang saya punya bisa me-make up teman yang

akan ada acara, itu pun saya belajar sendiri tanpa ada yang

mengajari paling ya saya hanya lihat orang me-make up

kemudian secara perlahan saya mempelajari dan

mempraktekkan.” (Hasil wawancara 4 Februari 2020).

Menurut Nova (16 Tahun) :

“Ya ada kreativitas seperti mengembangkan apa yang sudah

diajarin disini contohnya mengembangkan kemampuan

bermain gitar, menyanyi, tapi belum sepenuhnya kreativitas itu

ada.” (Hasil wawancara 4 Februari 2020).

Menurut Adelia (17 Tahun) :

“Kalo soal kreativitas ya ada sedikit-sedikit mbak, seperti saat

ini sayakan diberi kepercayaan buat mengkoordiner teman-

teman membuat keranjang paskah jadi saya harus punya

Page 95: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

81

inisiatif buat mengajak teman-teman dan harus punya ide

kreatif keranjang paskah itu mau digimanakan.” (Hasil

wawancara 11 Februari 2020).

Dari beberapa kutipan diatas dijelaskan bahwa mereka mempunyai

Inisiatif dan kreatifitas setelah diberi tanggungjawab, karena secara tidak

langsung dengan memberi mereka kepercayaan anak tersebut belajar untuk

mengeluarkan ide mereka. Seperti yang diungkapkan oleh informan adel

bahwa ia mampu menjadi kreatif setelah diberi tanggungjawab untuk

mengkoordiner teman-temannya membuat keranjang paskah dan anak menjadi

inisiatif dan kreatif setelah diberi kesempatan untuk menuangkan ide-ide

mereka.

e. Tahap pembudayaan.

Dalam tahap pembudayaan, keluarga ikut ambil bagian dalam

pembentukan karakter anak, yang menghasilkan kemandirian anak yang

mampu mengkontrol diri dalam menyelesaikan masalah.

Proses pembentukan karakter yang kelima yaitu pembudayaan dimana

keluarga ikut serta mendukung atau ambil bagian dalam proses pembentukan

karakter anak agar anak semakin termotivasi untuk dibentuk karakternya dan

semakin semangat, karena jika tanpa adanya dorongan atau motivasi dari

keluarga maka anak akan merasa tidak mendapat dukungan, dalam proses

pembentukan karakter ditahap yang kelima ini, jika anak melanggar proses

pembentukan karakter yang dilakukan maka ada sanksi dimana agar anak mau

dididik dan mau dibentuk karakternya. Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun)

sebagai pengasuh dan sie ketrampilan menyatakan bahwa :

Page 96: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

82

“Iya pasti keluarga ikut serta dalam proses pembentukan

karakter anak, karena sebagian besar karakter anak sudah

terbentuk dari keluarga dan sudah menjadi kebiasaan, tapi ada

juga beberapa anak yang belum terbentuk sama sekali

karakternya sehingga kita harus extra dalam membentuk

karakternya, biasanya dari hal-hal yang sederhana dulu kalo

buat yang sama sekali belum terbentuk. Kalo keluarga ikut

serta dalam proses pembentukan karakter biasanya mereka

hanya memberi pengarahan atau pemahaman kepada anak saja

atau memberi penguatan dalam bentuk motivasi.” (Hasil

wawancara 3 Maret 2020).

Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) selaku sekretaris di LKSA Panti Rini

berpendapat bahwa :

“Selama ini keikutsertaan keluarga dalam proses pembentukan

karakter anak ya lumayan baik, keikutsertaan mereka biasanya

dengan memberikan dukungan dan nasehat kepada anak untuk

berbuat baik. Kembali pada karakter awal dimana pokok utama

pembentukan karakter itu kan orang tua ya dan kami hanya

menambahkan sedikit dan membantu untuk membentuk karakter

mereka. Ketika orang tua datang anak akan merasa bahwa

mereka masih diperhatikan dan di sayangi oleh kedua orang

tua, selain itu peran orang tua dalam keikutsertaan

pembentukan karakter anak lebih di lakukan saat anak pulang

ke rumah mereka masing-masing. “ (Hasil wawancara 5 Maret

2020).

Berdasarkan pernyataan diatas dijelaskan bahwa keluarga ikut serta

dalam proses pembentukan karakter anak, karena kembali lagi bahwa karakter

anak sebenarnya sudah terbentuk dalam keluarga walaupun belum sepenuhnya,

dan LKSA Panti Rini hanya membantu sedikit dalam membentuk karakter

mereka, tapi keluarga harus tetap ikut serta karena agar anak merasa masih

diperhatikan oleh keluarga dan diberi dukungan untuk dibentuk karakternya.

Namun jawaban sedikit berbeda diungkapkan oleh Ibu Sukini (49 Tahun)

selaku Bendahara dan Pengasuh di LKSA Panti Rini, beliau mengatakan

bahwa :

Page 97: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

83

“Keluarga kurang ikut serta dalam proses pembentukan

karakter anak karena waktunya anakkan lebih banyak

dihabiskan dipanti, kalo pulang kerumah cuma beberapa hari

saja sehingga orang tua kurang ikut serta dalam proses

pembentukan karakter anak.” (Hasil wawancara 29 Februari

2020).

Dari informasi diatas menyatakan bahwa keluarga kurang ikut serta dalam

proses pembentukan karakter anak karena waktu anak lebih banyak dihabiskan

dipanti dari pada bersama keluarga. Berikut ada beberapa hasil wawancara

dengan anak yang bernama Dea, Siska,Nova, dan Merry :

Menurut Dea (17 Tahun) :

“Keluarga sering nenggok tapi itu pun pas awal-awal masuk

panti biasanya minggu ke 3, kalo neggok sering ditanya dipanti

sering diajarin apa? betah ndak dipanti?, terus gimana

susternya?, gimana ibu pengasuhnya?, temennya gimana?,

terus relasinya selama dipanti baik ndak? itu selalu ditanyain,

tapi akhir-akhir ini karna mungkin ibu atau bapak sedang sibuk

jadi jarang ditenggok, terakhir ditenggok itu desember 2 bulan

akhir ini belum ditenggok lagi. Ya semakin termotivasi apalagi

kalo bapak bilang kamu disini itu harus kuat pertahanin disini

kamu harus bisa prihatin karna besok suatu saat nanti kamu

pasti bisa jadi orang jadi disini aku malah mikir oh iya ya disini

aku bukan buat diri aku sendiri tok tapi kedepannya tu aku

gimana hidup diluar gimana cari kerja gimana oh ternyata

hidup itu ndak segampang yang orang kira.” (Hasil wawancara

9 Februari 2020).

Menurut Siska (16 Tahun) :

“Keluarga baru kemarin nengok dateng kepanti, tapi ibu

datang kesini dari sumatra, tapi kalo simbah jauh yang ada

dipurworejo setiap bulan pasti neggok kesini. Ya tentu saja

termotivasi karenakan kita jauh dari keluarga pastinya kalo

dikasih perhatian jadi semakin semangat buat jalani

semuanya.” (Hasil wawancara 4 Februari 2020).

Menurut Nova (16 Tahun) :

“Orang tua sih jarang menengok tergantung kalo ada uang

buat transpot ya datang kepanti kalo tidak ada ya tidak

ditenggok, kalo menengok ya sebulan 1 kali, itupun kadang-

Page 98: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

84

kadang. Ya termotivasi banget.” (Hasil wawancara 4 Februari

2020).

Namun hal berbeda diungkapkan oleh Merry (17 tahun) :

“Keluarga tidak pernah menenggok, kalo ditenggok ya semakin

termotivasi buat dibentuk karakternya tapi karena rumahnya

jauh jadi ndak pernah ditenggok, tapi kalo hari minggu pasti

ada jam buat pegang HP, kan yang jauh tidak membawa HP

jadi dipinjami oleh panti dan boleh berkomunikasi dengan

keluarga dari situ ada rasa termotivasi untuk dibentuk

karakternya karena sudah pergi jauh-jauh dari Palu ke Jawa

jadi harus mau dididik dan dibentuk.” (Hasil wawancara 11

Februari 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 informan diatas mereka

menyatakan bahwa mereka sering ditenggok orang tua meskipun tidak setiap

bulan, dan dengan kedatangan keluarga anak menjadi sangat termotivasi

karena masih diperhatikan dan ada rasa kasih sayang dari orang tua yang

dirasakan oleh anak, namun ada beberapa dari ke 15 infoman yang mengatakan

bahwa mereka tidak pernah ditenggok oleh keluarganya karena jauh diluar

jawa sehingga anak hanya mampu berkomunikasi dengan keluarga lewat HP

yang sudah disedikan oleh panti, dan dengan berkomunikasi lewat HP tersebut

anak sudah merasa ada motivasi untuk dibentuk karakternya.

Ciri khas dalam proses pembentukan karakter menuju kemandirian

anak di LKSA Panti Rini yaitu pengenalan serta penguatan dan kebiasaan-

kebiasaan khas Katolik kepada anak yang beragama Katolik maupun non

Katolik. Hal tersebut didukung dengan adanya hasil wawancara dengan

informan Ibu Sukini, Ibu Sri Fantini, dan Veronica Vitri Yani :

Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) menyatakan bahwa :

Page 99: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

85

“Ya setiap anak yang masuk Panti harus mengikuti kegiatan

kerohanian yang ada di Panti, bagi yang beragama lain juga

tetap mengikuti, tetapi kalo pas hari puasa yang beragama

Islam ingin berpuasa tetap kita perbolehkan, namun untuk doa

mengikuti yang katolik”

Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) dikatakan bahwa :

“Kalo soal keagamaan disini untuk yang beragama non Katolik

tetap mengikuti ibadah yang telah ditentukan oleh panti yaitu

mengikuti tata laksana ibadah secara katolik, biasanya juga

ada beberapa anak disini yang tetap menjalankan

kewajibannya contohnya kayak berpuasa itu ada beberapa

yang menjalankan. Mereka disini berpuasa juga tidak kami

larang, karena merekakan sudah dewasa”.

Hal serupa juga disampaikan oleh informan Veronica Vitri Yani (23 Tahun)

yang menjabat sebagai Sekretaris dan Pengasuh :

“Jika bicara soal keagamaan memang disini ada anak yang

beragama non katolik, tetapi untuk beribadah mereka tetap

mengikuti kami yang beragama katolik, karenakan disini

mayoritas katolik dan Panti ini milik Para Suster, sehingga

yang masuk disini harus mengikuti tata ibadah orang katolik

baik itu doa atau kegiatan kerohanian lainnya. Kami tidak

melarang yang beragama non katolik untuk tetap menjalankan

kewajibannya, disini juga biasanya pas hari puasa ada anak

non katolik yang meminta izin untuk berpuasa dan kami

membolehkan, namun untuk sahur mereka harus menyiapkan

sendiri”

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Pengurus dan Pengasuh mengenai

ciri khas proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak oleh LKSA

Panti Rini mereka menyampaikan bahwa untuk yang beragama non katolik

Page 100: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

86

tetap mengikuti tata laksana ibadah yang ditentukan oleh Panti, namun ketika

yang beragama non katolik akan menjalankan kewajibannya tetap

diperbolehkan.

Dari berberapa proses pembentukan karakter yang sudah dilakukan,

pada proses pembudayaan anak mulai mampu mengontrol diri dalam

menyelesaikan masalah meskipun belum begitu maksimal. Mempunyai kontrol

diri yang kuat dalam mengatasi masalah merupakan situasi dimana anak

dilatih untuk mampu mengendalikan emosi ketika anak sedang mengatasi

masalah baik itu dengan keluarga, teman, suster, ibu pengasuh, dan orang lain.

Dengan adanya masalah diharapkan anak mau terbuka dengan orang yang

dikiranya dapat dipercaya mendengarkan keluh kesahnya yang sedang dialami.

Berikut ini ada informasi yang didapat oleh peneliti dalam wawancaranya

dengan Ibu Sukini, Veronica Vitri Yani, dan Ibu Sri Fantini :

Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) dikatakan bahwa :

“Membantu anak dalam menyelesaikan masalah biasanya

dengan berdialog aja, diajak ngobrol baik-baik, kalo yang kecil

kan tidak bisa diajak ngomong baik-baik ya harus dibawelin

dulu dan masalah anak kecil biasanya cuma karena mereka

tidak disiplin saja tidak ada masalah lain-lainnya, beda dengan

yang sudah besar-besar kalo yang anak sudah besarkan

menyelesaikan masalahnya perlu penanganan yang kadang

extra harus dengan konseling atau apalah, ya seperti itu

masing-masing anak punya penanganan yang berbeda-beda

kalo ada masalah antara yang SD, SMP, SMA. Kalo dalam

mengkontrol emosi, anak menggunakan emosi jarang, karena

emosi mereka hanya diluapkan dengan nanggis, beda kalo yang

kecil-kecil malah banyak menggunakan emosi karena ngeyel.”

(Hasil wawancara 29 Februari 2020).

Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) dikatakan bahwa :

Page 101: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

87

“Cara yang kami gunakan untuk membantu anak

menyelesaikan masalah biasanya dengan konseling kadang ada

juga yang hanya perlu diajak ngobrol saja atau meminta teman

untuk mendekati dan mendengarkan keluh kesah mereka,

namun ada anak yang diajak atau dibantu untuk menyelesaikan

masalahnya malah ngambek ya alhasil kadang harus pakai

emosi.”(Hasil wawancara 5 Maret 2020).

Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) dikatakan bahwa :

“Cara membantu anak menyelesaikan masalah ya dengan cara

saya menempatkan diri sebagai sahabat, sehingga anak tidak

akan merasa canggung untuk bercerita. Kalo bicara soal anak

bisa mengkontrol emosi atau tidak ya bervariasi setiap anak

karena anakkan memiliki karakter yang berbeda-beda, jadi

dalam mengkontrol emosi juga bervariasi.” (Hasil wawancara 3

Maret 2020).

Dari informasi diatas dijelaskan bahwa cara membantu anak dalam

menyelesaikan masalah yaitu dengan cara menjadi sahabat bagi mereka, diajak

ngomong baik-baik. Untuk anak dalam menyelesaikan masalah pasti

menggunakan emosi tetapi mereka tidak berani mengungkapkan sehingga

emosi mereka biasanya hanya diungkapkan lewat tangisan.

Dari pernyataan diatas juga didukung oleh jawaban informan anak yang

bernama Siska, Wasti, dan Merry :

Menurut Siska (16 Tahun) :

“Cara menyelesaikan masalah kadang merenung, terus doa

sambil nanggis, kadang minta saran temen dan curhat sama

temen yang bisa dipercaya. Kalo terpancing emosi ya gunain

emosi kalo ndak ya ndak pakai emosi.”(Hasil wawancara 4

Februari 2020).

Menurut Wasti (17 Tahun) :

“Ya kalo mengalami masalah cara menyelesaikannya tak

simpan dulu tapi kalo udah ndak kuat ya biasanya curhat sama

temen deket, kalo menyelesaikan masalah saya tidak

menggunakan emosi tapi cuma diem waktu ada breafing

dengan teman baru saya ngomong tentang masalah yang saya

Page 102: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

88

alami sama teman lainnya tanya terus dari situ saya tau

jawabannya.”(Hasil wawancara 7 Februari 2020).

Menurut Merry (17 Tahun) :

“Kalo masalah sama keluarga ya diselesein sama keluarga tapi

jarang punya masalah dengan keluarga, terus kalo sama temen

ya kadang namanya temen pasti diem-dieman dulu nanti lama

kelamaan curhat sama temen terus lama kelamaan ya baikan,

kalo masalah sama suster pernah tapi cuma saya simpen dalam

hati. Iya sering menggunakan emosi tapi ndak sering-sering

banget, emosikan ndak harus marah to.”(Hasil wawancara 11

Februari 2020).

Berdasarkan dari informasi ke-3 informan diatas dijelaskan bahwa

dalam menyelesaikan masalah mereka lebih banyak berdiam diri dahulu,

kemudian jika berasa sudah tidak kuat menahan masalah yang sedang dihadapi

mereka akan bercerita kepada teman yang bisa diajak buat cerita. Untuk

menyelesaikan masalah mereka terkadang menggunakan emosi tapi tidak

terlalu sering lebih banyak meluapkan emosi dengan menanggis.

f. Tahap internalisasi menjadi karakter.

Dalam tahap internalisasi menjadi karakter, anak melakukan segala

sesuatu tanpa adanya paksaan dan dorongan dari orang lain, sehingga

menghasilkan kemandirian anak untuk mampu mengerjakan sendiri tugas-

tugasnya tanpa dorongan dari orang lain.

Proses pembentukan karakter yang keenam yaitu Internalisasi menjadi

karakter, dimana anak diharapkan dengan mengikuti proses pembentukan

karakter dapat melakukan segala sesuatu yang sudah diajarkan oleh LKSA

Panti Rini tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain, tetapi anak mampu

melakukan segala sesuatu dengan kesadaran dari dalam dirinya sendiri. Dalam

Page 103: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

89

proses pembentukan karakter melalui internalisasi di LKSA Rini sudah

berjalan cukup baik karena adanya bantuan dari tatanan peraturan baik yang

tertulis maupun tidak tertulis, tata tertib, pengarahan dari pengasuh serta visi

misi yang berlaku sehingga anak mau tidak mau harus melakukan hal baik

sehari-hari dan itu telah mendarah daging dalam diri mereka. Berikut hasih

pernyataan yang disampaikan veronica vitri yani (23 Tahun) sebagai sekretaris

LKSA Rini :

“Cara yang kami lakukan dalam mendidik anak agar mampu

melakukan hal baik itu dengan cara memberi contoh kepada

mereka dan memberikan pengarahan kepada mereka apa saja

yang harus di lakukan mulai dari bangun tidur sampai sebelum

tidur, sebelum makan dan sesudah makan dan masih banyak

lagi. sehingga anak akan jera dan anak dengan sendirinya

melakukan tugas mereka tanpa adanya paksaan karena sudah

menjadi kebiasaan mereka.” (Hasil wawancara 5 Maret 2020).

Dari informasi diatas dijelaskan bahwa cara yang dilakukan dalam

mendidik anak agar mampu melakukan sendiri segala sesuatunya tanpa

dorongan dari orang lain yaitu dengan memberi contoh terlebih daahulu

kepada anak dan memberi pengarahan tentang apa saja yang akan mereka

lakukan dari bangun pagi sampai tidur lagi, pengarahan tersebut dilakukan

secara terus-menerus meski pun anak merasa bosan, dengan rasa bosan

tersebut lama kelamaan anak akan melakukan tugasnya dengan sendirinya.

Berikut ada pernyataan yang sama diungkapkan oleh Ibu Sukini dan Ibu Sri

Fantini :

Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) :

“Melakukan sesuatu tanpa paksaan dan dorongan dari orang

lain ya dengan cara simulasi saja, semisal sandal lupa ditaruh

ditempatnya terus kita langsung tanya sama anak-anak ini

Page 104: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

90

sandal siapa ya ? harusnya diletakkan dimana? Pasti secara

otomatis anak yang punya akan langsung mengambil dan

meletakkan pada tempatnya. Nah itu cara simulasi, bukan

dengan cara diambilkan itu namanya bukan mendidik.” (Hasil

wawancara 29 Februari 2020).

Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) :

“Caranya ya pertama saya belajar mengenal terlebih dahulu

karakter masing-masing anak, setelah saya mampu mengenal

karakter dari masing-masing anak dari situ saya mulai bisa

mengerti bagaimana caranya mendidik anak agar mampu

melakukan segala sesuatunya tanpa disuruh atau dipaksa,

biasanya saya menegur dan mengingatkan anak tanpa ada

kesan otoriter.” (Hasil wawancara 3 Maret 2020).

Berdasarkan dari informasi diatas dijelaskan bahwa cara mendidik anak

agar mampu menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya tanpa paksaan atau

dorongan dari orang lain yaitu dengan cara menegur anak yang bersangkutan

dan mengingatkan kepada anak setiap kali ada tugas yang menjadi

tanggungjawab anak tersebut belum terlaksana dengan baik. Berikut hasil

wawancara dengan anak yang bernama Anas, Desi, dan Agnes :

Menurut Anas (19 Tahun) :

“Ya dididiknya dengan cara itu mbak mengulangi lagi tugas-

tugasnya, dari mengulangi tugas-tugas itukan nanti lama-

kelamaan jadi terbiasa to terus ndak perlu diingatkan udah

langsung jalan, kecuali kalo bikin-bikin produksi kacang

bawang, bumbu pecel, stick itu pasti selalu disuruh jadi jarang

kalo jalan sendiri. Kalo tugas sekolah karena kita udah gede

jadi ndak perlu diingatkan lagi harus kita yang mengingat dan

mengerjakannya sendiri.” (Hasil wawancara 4 Februari 2020).

Menurut Desi (16 Tahun) :

“Cara mendidiknya ya dikasih pengarahan awal-awalnya

kemudian kita disuruh jalani tugas-tugasnya, kayak tugas siram

bunga kalo awal sih masih perlu diingatkan siapa yang tugas

siram bunga, tapi lama kelamaan siram bunga udah jadi

kebiasaan rutin jadi langsung berangkat yang tugas siram

Page 105: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

91

bunga, kadang sih masih perlu diingatkan kalo pas lupa.”

(Hasil wawancara 7 Februari 2020).

Menurut Agnes (16 Tahun) :

“Cara mendidiknya ya dikasih contoh dulu kemudian kalo udah

dikasih contoh kita langsung disuruh melakukannya berulang-

ulang, contohnya ya mbak angkat pakaian dulu pas awal-awal

kita harus diteriakin dulu buat angkat jemuran, lama-lama ada

peraturan pulang sekolah langsung angkat baju, tapi ada

peraturan aja kadang kita masih perlu diingatkan karena capek

to mbak habis pulang sekolah, tapi karena udah menjadi

tanggungjawab kita sendiri ya harus dilaksanain mbak itu .”

(Hasil wawancara 17 Februari 2020).

Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa cara pengasuh dan pengurus

dalam mendidik anak yaitu dengan diberi pengarahan dan contoh terlebih

dahulu, kemudian setelah diberi contoh anak disuruh melakukan hal yang

sudah diajarkan secara berulang-ulang hingga anak mampu mengerjakan

segala sesuatunya tanpa paksaan dari orang lain, walaupun terkadang anak

masih perlu diingatkan atau ditegur.

Pada proses internalisasi diharapkan anak bisa menuju pada ciri

kemandirian yang terakhir yaitu dimana anak mampu mengerjakan sendiri

tugas-tugasnya tanpa paksaan atau dorongan dari orang lain. Ciri kemandirian

yang terakhir yaitu mengerjakan sendiri tugas-tugas rutinnya, tanpa dorongan

orang lain dan tidak bergantung pada orang lain. Diciri kemandirian yang

terakhir ini setelah mengikuti proses pembentukan karakter di LKSA Panti

Rini diharapkan dapat melakukan segala kegiatan atau tugasnya atas kesadaran

diri sendiri bukan atas paksaan atau dorongan dari orang lain.

Page 106: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

92

Berikut ada pernyataan yang menjawab tentang kemandirian anak yang

dalam kegiatannya tanpa bergantung pada orang lain. Hal ini disampaikan oleh

Sri Fantini, Ibu Sukini, dan Veronica Vitri Yani :

Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) :

“Kalo soal mengerjakan tugas-tugasnya tanpa dorongan dari

orang lain itu mungkin yang besar-besar sudah bisa tetapi

untuk anak-anak yang masih kecil belum bisa semuanya. Tetapi

walaupun mereka sudah bisa tetap ada yang perlu

pendampingan dari saya terutama anak-anak yang

kecil.”(Hasil wawancara 3 Maret 2020).

Dari pernyataan informan Ibu Sri Fantini berpendapat bahwa anak belum

sepenuhnya dapat mengerjakan sendiri tugas-tugasnya karena ada dari

beberapa anak yang masih perlu pendampingan dari Ibu Sri Fantini.

Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) :

“Mengerjakan sendiri tugas-tugasnya itu relatif hampir

semuanya, biasanya ada anak yang dikasih tau sekali langsung

mengerti jadi mampu mengerjakan tugas-tugasnya tanpa

disuruh. Ada juga anak yang harus dibilangi sampai berkali-

kali tetapi hasilnya tetap sama saja.”(Hasil wawancara 29

Februari 2020).

Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) :

“Selama ini anak-anak dengan sendirinya mengerjakan tugas-

tugas tanpa diberi komando atau mereka mengerjakan tugas

tanpa paksaan karena mereka menyadari bahwa itu adalah

tanggungjawab mereka. Apa yang sudah menjadi tugas mereka,

mereka selalu mengerjakannya walaupun terkadang hasilnya

belum maksimal.”(Hasil wawancara 5 Maret 2020).

Berdasarkan pernyataan diatas dijelaskan bahwa anak sudah relatif

mampu mengerjakan sendiri tugas-tugasnya tanpa harus dikomando karena

anak sudah paham dan mengerti bahwa itu merupakan tanggungjawab mereka,

namun ada beberapa anak yang masih perlu dibimbing dan dikasih tau akan

Page 107: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

93

tugas-tugasnya. Dari pernyataan diatas juga didukung oleh jawaban dari

informan anak mengenai mengerjakan sendiri tugas-tugasnya. Menurut Klara,

Dea, dan Elisabet :

Menurut Klara (16 Tahun) :

“Kadang bisa kalo soal mengerjakan tugas sekolah dan tugas

harian, tapi masih butuh dorongan dari orang lain juga.”(Hasil

wawancara 4 Februari 2020).

Menurut Dea (17 Tahun):

“Ya kita harus melakukan sendiri tugas-tugasnya apalagi disini

udah 1,5 tahun mau jalan 2 tahun otomatis udah oh iya tugasku

ini oh iya yang harus aku lakuin ini bagi tugas sekolah ndak

njuk tergantung, apalagi akhir-akhir ini sibuk aku harus bisa

membagi mana yang harus aku lakukan pertama biar semua

tugas yang akan dijalani itu selesai.” (Hasil wawancara 9

Februari 2020).

Menurut Elisabet (17 Tahun) :

“Kadang iya bisa menyelesaikan kalo soal tugas-tugas sekolah,

untuk tugas dirumah setiap hari saya juga bisa menyelesaikan,

tapi kadang ndak bisa menyelesaikan karena lupa dan capek

udah pulang sore dari sekolah.”(Hasil wawancara 14 Februari

2020).

Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa mereka mampu mengerjakan

sendiri tugas-tugasnya, tetapi masih perlu bantuan orang lain untuk

mengingatkan jika mereka lupa. Biasanya mereka lupa mengerjakan tugasnya

karena sudah capek disekolah seharian pulang sore sehingga kadang langsung

istirahat.

2. Kendala yang dihadapi oleh LKSA Panti Rini dalam proses pembentukan karakter

menuju kemandirian anak.

Dalam melaksanakan proses pembentukan karakter menuju

kemandiriaan anak tidak selamanya menghasilkan perubahan yang positif,

Page 108: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

94

dalam artian bahwa dalam melaksanakan proses pembentukan karakter menuju

kemandirian anak sering kali menemui kendala atau masalah. Adapun

beberapa kendala dalam melaksanakan proses pembentukan karakter menuju

kemandirian anak, seperti yang dikatakan dibawah ini :

Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) :

“Kendala yang dihadapi dalam proses pembentukan karakter

menuju kemandirian anak ini pada tahap penerapan karena

jika menghadapi anak yang kalo dikasih tau malah marah-

marah, biasanya nanti kalo sudah marah mencari teman untuk

melawan, ya kendalanya gitu aja yang kadang membuat kita

menjadi down,karena kitakan maunya mendidik benar, tapi

malah tidak diterima dengan baik oleh anak, intinya

salahpaham yang menjadi kendala saya dalam mendampingi

mereka.” (Hasil wawancara 29 Februari 2020).

Kemudian hal sama juga disampaikan oleh Ibu Sri Fantini dan Veronica Vitri

Yani :

Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) :

“Yang menjadi kendala dalam proses pembentukan karakter

menuju kemandirian anak ini ya emosi anak yang belum stabil,

kadang dikasih tau sedikit langsung marah, disuruh sedikit

langsung marah, itu yang menjadi kendala.”(Hasil wawancara

3 Maret 2020)

Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) :

“Kendala dalam melaksanakan proses pembentukan karakter

menuju kemandirian anak itu kendalanya ada dianaknya

terkadang anaknya tidak tahan atau tidak mudah menangkap

teguran atau kurang menyikapi teguran lainnya karena anak

lebih sering terbawa emosinya, mereka itu kadang kalo ditegur

beberapa hari kemudian marah.”(Hasil wawancara 5 Maret

2020).

Dari keterangan informasi Pengurus dan Pengasuh diatas, dapat

dikatakan bahwa kendala dari proses pembentukan karakter menuju

kemandirian anak adalah emosi anak yang kurang stabil jika dikasih tau baik-

Page 109: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

95

baik, dari emosi anak tersebut terkadang membuat para Pengurus dan

Pengasuh menjadi down dalam mendidik mereka. Ada juga kendala yang

dialami oleh anak sehingga mempengaruhi proses pembentukan karakter

menuju kemandirian anak di LKSA Panti Rini Purworejo, hal tersebut

diungkapkan oleh Dea, Merry, dan Nova :

Menurut Dea (17 Tahun) :

“Kendala pasti ada yang aku rasain pas ikut proses

pembentukan karakter, itu ndak semuanya berjalan mulus gitu

loh kayak semuanya berjalan dengan indah, disinikan hidup

bareng-bareng dan ndak semua orang benar, kadang saya yang

salah sehingga membuat Ibu pengasuh marah, tapi dengan

kemarahan Ibu Pengasuh itu bukannya saya menerima tapi

terkadang malah ikutan marah, tapi setelah dimarahi kemudian

saya merenung oh ternyata ini saya yang salah ya kenapa saya

harus ikutan marah, ada kendala lainnya juga kadang kehasut

temen terus pingin ikut-ikutan contohnya males-malesan

gitu.”(Hasil wawancara 9 Februari 2020).

Hal yang sama pun juga disampaikan oleh Merry (17 Tahun) :

“Kendalanya ya rasa males, terus rasa capek, kadang

hubungan sama temen tidak selalu baik, sering emosian kadang

kalo ditegur, itu aja sih mbak kendalanya.”(Hasil wawancara

11 Februari 2020).

Hal yang sama pun juga disampaikan oleh Nova (16 Tahun) :

“Kalo kendala pasti mengalami sih, seperti rasa males yang

datang secara tiba-tiba, kadang ndak mau dikasih

tanggungjawab, kalo ada temen yang ngasih tau tapi

menggunakan emosi ya jadi ikut emosi, paling banyak ya

kendala dalam mengatur emosi belum begitu bisa mbak.”(Hasil

wawancara 4 Februari 2020).

Dari pernyataan informan-informan diatas cukup mewakili semua

informan karena pada intinya pernyataan mereka sama kendala yang dialami

oleh semua informan adalah kendala dalam mengatur emosi, dalam mengatur

emosi anak belum begitu mampu sehingga jika dikasih tau sedikit maka anak

Page 110: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

96

mudah tersinggung dan meluapkannya dengan emosi, meskipun emosi yang

mereka rasakan tidak diungkapkan secara langsung biasanya hanya dengan

menanggis atau mencari teman untuk melawan.

Cara yang dilakukan oleh Pengurus dan Pengasuh dalam mengatasi

kendala-kendala tersebut adalah dengan menempatkan diri sebagai sahabat

untuk anak-anak, dengan begitu anak akan welcome terhadap kita, cara yang

kedua dengan bersebar dan didoakan semoga dengan berjalannya waktu para

pengasuh dan pengurus bisa meluluhkan hati mereka sehingga anak mampu

mengendalikan emosi.

Page 111: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

97

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data-data yang didapatkan selama penelitian, maka diperoleh beberapa

kesimpulan mengenai proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak oleh Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini di Purworejo.

A. Kesimpulan

1. Proses pembentukan karakter sangat berperan penting dalam pembentukan karakter

menuju kemandirian anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti

Rini, ada beberapa tahapan dalam pembentukan karakter yaitu ada tahap pengenalan,

tahap pemahaman, tahap penerapan, tahap pengulanggan, tahap pembudayaan, dan

tahap internalisasi. Dalam proses tersebut yang paling maksimal dilaksanakan adalah

tahap pengenalan karena pada tahap pengenalan anak diberi pengarahan dan contoh

terlebih dahulu kemudian diberi tanggungjawab yang harus dilaksanakan, sedangkan

untuk tahap yang kurang berjalan dengan maksimal pada tahap pembudayaan karena

orang tua kurang ikut serta dalam pembentukan karakter anak, hal ini disebabkan

waktu anak lebih banyak dihabiskan dipanti dari pada dikeluarga dan dalam

menyelesaikan masalah pun anak masih sering menggunakan emosi yang belum

stabil, adapun ciri khas pembentukan karakter yang dilakukan oleh LKS Panti Rini

yaitu pengenalan serta penguatan dan kebiasaan-kebiasaan khas Katolik kepada anak

yang beragama Katolik maupun non Katolik, dimana anak yang beragama Non

Katolik mengikuti tata laksana ibadah yang telah ditentukan oleh Panti, namun ketika

yang beragama non Katolik akan menjalankan kewajibannya tetap diperbolehkan.

Page 112: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

98

2. Kendala dalam proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak berada pada

tahap penerapan karena terkadang anak tidak mudah menangkap teguran atau kurang

menyikapi teguran yang disampaikan oleh pengurus dan pengasuh, seperti perilaku

anak yang lebih sering terbawa emosi ketika diberi masukan atau teguran.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait proses pembentukan karakter

menuju kemandirian anak oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini di

Purworejo. Peneliti ingin memberikan sedikit masukan sebagai berikut:

1. Bagi Pengasuh dan Pengurus

Bagi pengurus dan pengasuh sebaiknya lebih diperhatikan lagi dalam membentuk

karakter anak dan lebih menjadi sahabat bagi anak agar anak mau terbuka tentang apa

yang sedang dialami oleh anak

2. Bagi Anak-anak

Menurut saya bagi anak diharapkan lebih mampu mengenal diri dan potensi-potensi

yang ada dalam diri, baik itu dalam bidang akademik atau non akademik, serta

mematuhi semua tata tertib dan aturan yang ada dalam panti, karena semua itu untuk

kebaikan anak asuh sendiri.

Page 113: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Abdullah. 2015. Dinamika Sosiologi Indonesia:Agama dan Pendidikan dalam Perubahan

Sosial. PT. LKiS Pelangi Aksara. Yogyakarta.

Barnawi dan M.Arifin. 2012. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.

Ar.Ruzz Media. Yogyakarta.

Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammad. 1996. Kamis Umum Bahasa Indonesia. Pustaka

Sinar Harapan. Jakarta.

Dali Gulo. 1982. Kamus Psikologi. Tonis. Bandung.

Fathul Muin. 2011. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik dan Praktik. Ar.Ruzz.

Yogyakarta

Handayaningrat, Soewarno. 1988. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen Haji

Masagung. Jakarta.

Imam Suprayogo, Tobroni. 2001. Metode Penelitian Sosial – Agama. PT Remaja Rosdakarya

Offset. Bandung.

Koentjaraningrat. 1989. Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.

Lickona, Thomas. 2012. Character Matters. Bumi Aksara. Jakarta.

Muslich, Mansur. 2010. Pendidikan Karakter, Menjawab Tantangan Krisis Multidimensonal.

Bumi Aksara. Jakarta.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Rosdakarya.

Jakarta.

Nasution. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta.

Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

R.A.Koesnan. 2005. Susunan Pidana Dalam Negara Sosialis Indonesia. Sumur. Bandung.

Singarimbun dan Efendi, Sofian. 1985. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga

Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Page 114: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

Sumber Hukum

KUH Perdata Pasal 330 Tentang Perkawinan

Sumber Internet

Alesmana, www.kompasiana.com/definisi-anak

Tri Ardila, 2016, Pengaruh Pendidikan Keluarga terhadap Pembentukan karakter anak di

Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Way Halim Bandar Lampung. Universitas

lampung bandar. Skripsi.

Maulidiyah A, 2005. Pengaruh Perr Group Terhadap Kemandirian Siswa Dasar. Fakultas

Tarbiyah UIN Malang. Skripsi

Khalifah, 2009. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kemandirian Santri di Pesantren

Mathlabul Ulum Jambu-Sumenep. Universitas Islam Negeri Maulana. Skripsi.

Anak Terlantar di Daerah Provinsi Jawa Tengah https://ppid-

mobile.dinsos.jatengprov.go.id/informasi/data-pmks/

http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/tunas-siliwangi/article/download/90/84

http://jabarekspres.com/2017/sasar-896-ribu-anak-yatim-siswa-penghuni-panti-asuhan-dapat-

kip/2/

https://krjogja.com/web/news/read/110394/jumlah_keluarga_miskin_di_Purworejo_menurun

https://m.jpnn.com/news/tak-diberi-uang-anak-jalanan-rusak-bodi-mobil

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/tahapan-pembentukan-karakter/

http://www.pendidikanekonomi.com/2013/10/komponen-kemandirian-anak.html

Nur Afifatul Hidayah. 2016. Pelaksanaan Program Resosialisasi Gelandangan Pengemis Di

Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta. UIN. Skripsi.

Page 115: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

INTERVIEW GUDE

(Pengurus dan Pengasuh )

A. Identitas informan

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Agama :

Jabatan :

B. Interview

1. Proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak.

a. Apakah saudara ikut serta dalam mengenalkan hal-hal positif kepada

anak?

b. Bagaimana cara mengenalkan hal-hal positif kepada anak agar anak

mampu bertanggungjawab?

c. Apakah ada pengarahan kepada anak tentang apa yang akan mereka

lakukan?

d. Apakah anak diberi kesempatan untuk menerapkan apa yang telah

diajarkan oleh LKSA Panti Rini?

e. Apakah dengan diberikan kesempatan untuk menerapkan hal yang

telah diajarkan anak menjadi aktif dan semangat dalam mengejar

prestasi?

f. Apakah anak dibiasakan untuk mengulangi hal-hal baik secara

berulang-ulang kali?

g. Apakah manfaat dari membiasakan anak mengulangi hal-hal baik

yang telah diajarkan?

Page 116: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

h. Apakah masyarakat maupun keluarga ikut serta dalam proses

pembentukan karakter anak?

i. Jika anak mengalami masalah, bagaimana cara saudara membantu

anak dalam menyelesaikannya?

j. Apakah ada ciri khas proses pembentukan karakter yang dilakukan

oleh LKSA Panti Rini?

k. Apakah dalam menyelesaikan masalah anak mampu mengkontrol

emosi?

l. Bagaimana cara saudara mendidik anak agar anak mampu melakukan

segala sesuatu tanpa dorongan atau paksaan dari orang lain?

m. Apakah dengan cara tersebut anak benar-benar mampu mengerjakan

sendiri tugas-tugasnya?

2. Kendala yang dihadapi LKSA Panti Rini dalam proses pembentukan karakter

menuju kemandiran anak.

a. Apa saja kendala yang dialami dalam proses pembentukan karakter

menuju kemandirian anak?

b. Bagaimana cara saudara mengatasi kendala yang terjadi ketika proses

pembentukan karakter menuju kemandirian anak?

Page 117: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

INTERVIEW GUDE

( Anak asuh )

A. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Kelas :

Agama :

B. Interview

1. Proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak?

a. Apakah saudara dikenalkan dengan hal-hal positif oleh LKSA Panti

Rini ( Ketua, Pengasuh )? Apa saja hal-hal positif yang dikenalkan?

b. Siapa saja yang terlibat dalam mengenalkan hal-hal positif kepada

saudara?

c. Apakah saudara bisa memahami dan mencerna hal-hal positif yang

telah diajarkan?

d. Apakah saudara diberi pengarahan terlebih dahulu tentang kegiatan

yang akan dilakukan?

e. Kegiatan seperti apa saja yang diajarkan oleh LKSA Panti Rini (Ketua,

Pengasuh) ?

f. Apakah saudara diberi kesempatan untuk mengulangi kembali kegiatan

yang telah diajarkan?

g. Apakah saudara sering mengulangi atau melakukan hal-hal yang sudah

diajarkan?

h. Bagaimana cara saudara mengulangi hal tersebut?

Page 118: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

i. Apakah dengan mengulangi kegiatan tersebut saudara menjadi merasa

aktif dan semangat dalam segala hal?

j. Menurut saudara apa manfaat dari mengulangi segala kegiatan yang

telah diajarkan?

k. Dengan yang sudah diajarkan apakah saudara menjadi mempunyai

inisiatif atau kreatif dalam melakukan tindakan?

l. Apakah keluarga sering menenggok saudara?

m. Dengan kedatangan keluarga, apakah saudara menjadi semakin

termotivasi untuk dibentuk karakternya?

n. Jika saudara mengalami masalah baik itu dengan teman, pengasuh,

ataupun keluarga, bagaimana cara anda menyelesaikannya?

o. Apakah dalam menyelesaikan masalah saudara menggunakan emosi?

p. Setelah mengikuti proses yang diajarkan oleh LKSA Panti Rini (

Ketua, Pengasuh ) apakah saudara mampu menyelesaikan sendiri

tugas-tugas saudara tanpa paksaan atau dorongan dari orang lain?

2. Kendala yang dihadapi anak dalam mengikuti proses pembentukan karakter

menuju kemandirian.

a. Apakah dalam mengikuti proses pembentukan karakter di Panti

saudara mengalami kendala?

b. Bagaimana cara saudara mengatasi kendala yang dialami?

Page 119: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

LAMPIRAN

1. Acara harian

a. Hari Senin-Sabtu

Waktu Kegiatan Keterangan

04.00 Bangun

Mandi

Tugas harian

Memasak

05.00 Doa pagi bersama Bergilir

05.15 Berangkat ke gereja

05.30 Perayaan ekaresti

06.00 Makan pagi

Tugas harian

06.30 Persiapan dan berangkat sekolah

07.00-12.45 Sekolah

13.00 Makan siang

Kegiatan sekolah (ekstrakulikuler)

Mencuci pakaian, seterika, dll

15.00 Mandi dan persiapan belajar

16.00-17.00 Belajar

17.00-18.00 Rekreasi

Menyiram bunga Bergilir

18.00-18.30 Doa bersama Bergilir

18.30-19.00 Makan malam

Cuci piring

Membersihkan kamar makan Bergilir

10.00-20.30 Belajar

Membersihkan dan merapikan kamar

belajar

Bergilir

20.30-21.00 Persiapan tidur (sikat gigi, cuci kaki-

tangan, dll)

Mencuci pakaian (diberi kesempatan)

Page 120: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

21.00 Istirahat

Yang masih ingih melanjutkan belajar

diberi waktu kesempatan sampai Pkl.

22.00

Catatan:

1) Setiap hari Senin Pkl. 17.00-18.00 latihan menyanyi dipimpin oleh Bp. San

Baru.

2) Setiap hari Kamis Pkl. 17.30-18.00 adorasi Sakramen Mahakudus bersama

dengan para suster di Kapel susteran, tugas memimpin doa bergilir oleh setiap

kamar.

3) Setiap hari Rabu dan Sabtu Perayaan Ekaristi di kapel Bruderan dan susteran.

4) Setiap hari Jumat dan Sabtu setelah pulang sekolah/setelah makan siang kerja

bakti.

b. Hari Minggu/Hari Besar/Hari Libur

Waktu Kegiatan Keterangan

05.00 Bangun

Mandi, mencuci pakaian

06.30 Persiapan dan berangkat ke

gereja

07.00 Perayaan Ekaresti Bergilir

Lalu makan pagi

Tugas harian

10.00-12.00 Rekreasi boleh nonton TV

Membuat rosario

12.00-12.30 Persiapan makan siang

Membereskan pakaian/jemuran

12.30-13.00 Makan siang

13.00-14.00 Cuci piring

Membereskan dan merapikan

kamar makan

Membereskan pakaian, setrika

14.00-15.00 Istirahat

Page 121: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

15.00 Bangun

Persiapan belajar

16.00-17.00 Belajar

17.00-18.00 Rekreasi

Menyiram bunga Bergilir

18.00-18.30 Doa bersama Bergilir

18.30-19.00 Makan malam

Cuci piring Bergilir

Membersihkan kamar makan

19.00-20.30 Belajar

Membersihkan dan merapikan

kamar belajar

Bergilir

20.30-21.00 Persiapan tidur (sikat gigi, cuci

kaki-tangan, dll)

Mencuci pakaian (diberi

kesempatan)

21.00 Istirahat

Yang masih ingin melanjutkan

belajar diberi kesempatan sampai

pkl. 22.00 WIB

Page 122: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

2. Dokumentasi

wawancara dengan Informan Anak Asuh (Adel) wawancara dengan Informan Anak Asuh (Desi)

wawancara dengan Informan Anak Asuh (Agnes)

wawancara dengan Informan Anak Asuh (Diana)

Dokumentasi Kegiatan Doa Bersama

Dokumentasi Kegiatan Memasak

Page 123: PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN …

Dokumentasi Kegiatan Senam Bersama

Dokumentasi Kegiatan Belajar Bersama

Dokumentasi Kegiatan Membuat keranjan

Paskah

Dokumentasi Kegiatan Kerja Bakti