proses osmoregulasi pada ikan
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Proses Osmoregulasi Pada Ikan
1/7
-
8/10/2019 Proses Osmoregulasi Pada Ikan
2/7
Regulasi ion dan air pada ikan terjadi hipertonik, hipotonik atau isotonik tergantung pada
perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi cairan tubuh dengan konsentrasi
media 1,2 . Perbedaan tersebut dapat dijadikan sebagai strategi dalam menangani komposisi cairan
ekstraselular dalam tubuh ikan 2. Untuk ikan-ikan potadrom yang bersifat hiperosmotik terhadap
lingkungannya dalam proses osmoregulasi, air bergerak ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke
lingkungan dengan cara difusi. Keseimbangan cairan tubuhnya dapat terjadi dengan cara
meminum sedikit air atau bahkan tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat
dikurangi dengan membuangnya dalam bentuk urin. Untuk ikan-ikan oseanodrom yang bersifat
hipoosmotik terhadap lingkungannya, air mengalir secara osmose dari dalam tubuhnya melalui
ginjal, insang dan kulit ke lingkungan, sedangkan ion-ion masuk ke dalam tubuhnya secara
difusi 1,2. Sedangkan untuk ikan-ikan eurihalin, memiliki kemampuan untuk dengan cepat
menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuhnya dengan media (isoosmotik), namun karanakondisi lingkungan perairan tidak selalu tetap, maka proses ormoregulasi seperti halnya ikan
potadrom dan oseanodrom tetap terjadi.
Salinitas atau kadar garam adalah jumlah kandungan bahan padat dalam satu kilogram air
laut, dalam hal mana seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, brom dan yodium yang telah
disetarakan dengan klor dan bahan organik yang telah dioksidasi. Secara langsung, salinitas
media akan mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan. Pengetahuan tentang
metabolisme dapat juga dikaitkan dengan beberapa cabang ilmu lain, misalnya genetika,
toksikologi dan keilmuan lain sehingga ikan yang dihasilkan dapat memiliki kualitas yang lebih
unggul dari sebelumnya. Hal ini karena ikan menginvestasikan sebesar 25-50% dari total output
metabolik dalam mengontrol komposisi cairan intra- dan ekstraselularnya.
Perubahan kadar salinitas mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan, sehingga
ikan melakukan penyesuaian atau pengaturan kerja osmotik internalnya agar proses fisiologis di
dalam tubuhnya dapat bekerja secara normal kembali. Apabila salinitas semakin tinggi, ikan
berupaya terus agar kondisi homeostasi dalam tubuhnya tercapai, hingga pada batas toleransi
yang dimilikinya. Kerja osmotik tersebut memerlukan energi yang lebih tinggi pula. Hal tersebut
juga berpengaruh kepada waktu kenyang ( satiation time ) dari ikan tersebut.
-
8/10/2019 Proses Osmoregulasi Pada Ikan
3/7
Rainbow trout seringkali digunakan sebagai model system untuk mempelajari rute dan
mekanisme ekskresi dan osmoregulasi. Proses osmoregulasi juga menghasilkan produk buangan
seperti feses dan amoniak, sehingga media pemeliharaan akan berwana keruh sebagai akibat
banyaknya feses yang dikeluarkan ikan. Dampak dari ekskresi nitrogen tersebut juga akan
mempengaruhi kehidupan ikan di dalamnya. Pada embrio rainbow trout, eksresi nitrogen dalam
bentuk urea juga dapat dikaitkan dengan kandungan nitrogen di dalam yolk, karena rendahnya
permeabilitas membrane sel telur terhadap ammonia.
Dampak buangan hasil metabolisme terhadap kelangsungan hidup benih ikan
berdasarkan perubahan kualitas air secara fisik, dapat diduga bahwa perubahan tersebut juga
berpengaruh terhadap kondisi ambient ikan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap
pertahanan tubuhnya. Setelah melewati batas toleransi, maka ikan tersebut mengalamikematian. Mengingat tidak semua ikan mengalami kematian, maka dapat dipastikan bahwa daya
toleransi pada populasi ikan dalam akuarium berbeda beda. Hal ini diduga karena perbedaan
kondisi tubuh saat sebelum dimasukkan dalam media praktik termasuk intensitas parasit, tingkat
stres dan lain-lain. Toksisitas nitrat dalam perairan tawar tergolong sangat rendah (96 h LC50s
>1000 mg/L as N). Hal ini dapat dikaitkan dengan potensi munculnya masalah dalam proses
osmoregulasi. Dalam system dengan konsentrasi nitrat tinggi, reduksi nitrat terjadi secara
anaerobic. Konsentrasi nitrat di perairan laut kurang dari 500 mg/L untuk sebagian besar ikan air
laut, tetapi untuk ikan laut tropis seperti anemone ( Amphiprion ocellaris ) lebih sensitif, yakni
hanya 20 mg/L.
Tingkat stress juga berbeda-beda yang dialami oleh benih tambakan dalam akuarium,
sebagai akibat dari perbedaan perlakuan. Kajian yang lebih mendalam, dapat ditelusuri dengan
kandungan kortisol. Banyak hal berkenaan dengan kortisol selama proses metabolisme, misalnya
saat starvasi (puasa), osmoregulation, pengerahan simpanan energi untuk migrasi, proses
pematangan gonad, pemijahan dan selama stress yang dialami oleh ikan itu sendiri.
Mekanisme ormoregulasi dapat pula ditelusuri di level sel. Sel-sel tersebut terlebih
dahulu dihasilkan melalui mekanisme kultur sel. Penelitian terhadap sel Epitelioma papulosum
cyprinid (EPC), turunan dari sel epidermis ikan mas dapat digunakan untuk mengetahui
-
8/10/2019 Proses Osmoregulasi Pada Ikan
4/7
kelangsungan hidup dan pertumbuhan sel dalam media hiper- dan hipoosmotik. Dengan
menggunakan sel kultur, dapat diamati pula ekspresi gen yang bias dihubungkan dengan
kemampuan adaptasi dan stress osmotik.
Aktivitas osmoregulasi juga dipengaruhi oleh stadia ikan atau krustase dalam
hubungannya dengan salinitas. Penelitian pada stadia juvenil dan dewasa krustase, regulasi ion
Na/K-ATP menunjukkan hal yang berbeda-beda jika diamati dengan aktivitas enzim Na/K-
ATPase. Pada Artemia salina dan A. franciscana aktivitas enzim tersebut meningkat sejalan
dengan perkembangannya sejak setelah menetas hingga tahap mulai berenang bebas. Pada udang
galah, hal tersebut juga berlangsung demikian. Namun pada stadia dewasa, aktivitas Na/K-
ATPase pada udang galah tidak berbeda nyata setelah diperlakukan pada salinitas yang
berbeda 8. Penelitian tentang osmoregulasi pada tahap awal perkembangan ikan telah diamati pada level extrabranchial chloride cells. Sejumlah chloride cells yang terkandung dalam
membran kantong kuning telur ikan mujair stadia embrio dan larva diadaptasikan dalam
lingkungan air tawar (FW) dan air asin (SW). Sel klorid dalam SW seringkali berada dalam
bentuk multicellular complexes bersama dengan sel adjacent accessory. Sedangkan dalam FW,
chloride cells berada dalam kondisi individual. Tes klorid dan mikroanalisis X-ray menunjukkan
bahwa klorid sel dalam SW dalam bentuknya yang kompleks, merupakan fungsi definitive dalam
sekresi klorid. Namun demikian setelah sel tersebut dipindahkan ke lingkungan SW, bentuk sel
tunggal tersebut juga mengalami perubahan menjadi kompleks sebagai respon terhadap
lingkungan baru yang SW. Umumnya, sel klorid extrabranchial memerankan peranan penting
dalam mengontrol osmoregulasi sampai tahap sel klorid insang bekerja secara fungsional.
Penemuan baru-baru ini adalah tentang morfologi fungsional dari sel-sel klorid pada
killing fish, Fundulus heteroclitus , ikan euryhaline dengan air laut (SW). Deteksi
Immunocytochemical dilakukan pada sel klorid dengan anti-Na +/K + -ATPase dalam proses
transisi distribusi sel klorid selama tahap awal kehidupannya. Sel klorid nampak dalam membran
kantung kuning telur fase awal embrio dan kemudian di kulit pada saat fase akhir
embrio. Perbedaan secara morphologi antara tipe sel klorid SW- dan FW diidentifikasi pada
killifish dewasa yang diadaptasikan pada SW dan FW. Kedua tipe sel klorid, aktif pada kedua
lingkungan, tetapi berbeda dalam fungsi transpor ion. Pemindahan secara langsung killifish dari
-
8/10/2019 Proses Osmoregulasi Pada Ikan
5/7
-
8/10/2019 Proses Osmoregulasi Pada Ikan
6/7
-
8/10/2019 Proses Osmoregulasi Pada Ikan
7/7
Osmoregulasi adalah pengontrolan kadar air dan garam mineral di dalam darah. Ini merupakanmekanisme homeostatik. Regulasi dari konsentrasi Na+ pada plasma hampir samakonsentrasinya dengan ekskresi regulasi Na+ yang berhubungan dengan sensor dan efektoryang berbeda-beda (penerima volum) yang berasal dari keseimbangan air dan osmoregulasi(vitamins-guide 2004.) dan ditambahkan pula oleh Fujaya (1999) bahwa osmoregulasi adalah
upaya mengontrol keseimbangan air dan ion ion antara tubuh dan lingkungannya atau suatuproses pengaturan tekanan osmose.hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme perairankarena; (1) harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan; (2) membransel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat; (3)perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan. Tanpa osmoregulasi makaikan akan mati, ini karena osmoregulasi dapat mengontrol konsentrasi cairan dalam tubuh. Jikaikan tidak bisa mengatur proses osmosis dalam tubuhnya maka ikan akan mati, karenaosmoregulasi sangat berfungsi dalam aspek kesehatan ikan (Fujaya,1999).
Osmoconformer adalah sebutan bagi hewan yang mampu memelihara keseimbangan antaracairan tubuh dengan keadaan lingkungan sekitar. Kebanyakan invertebrata laut adalahosmoconformer, dimana cairan tubuh mereka isotonik dari keadaan lingkungannya. Meskipunkonsentrasi relatif dari garam dan cairan tubuh mereka berubah ubah dibandingkan air laut,dalam kasus ini hewan juga harus mengatur tingkat ion internal (Djawad, dkk, 2007).
Tidak organisme yang hidup pada air tawar tidak melakukan osmoregulasi akibat perbedaantekanan osmose, sedangkan pada ikan estuari yang memiliki cairan tubuh menyerupai garamair garam laut hanya melakukan sedikit upaya untuk mengontrol tekanan osmose dalamtubuhnya. Hal ini menyebabkan perbedaan laju metabolisme dasar karena upaya menahangaram garam internal dan kelarutan material yang lain membutuhkan konsumsi oksigen yangberbeda tergantung besarnya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dan lingkungannya (Fujaya,
1999).
Insang ikan bersifat permeabel terhadap air dan garam. Di dalam laut salinitasnya lebih besardaripada dalam cairan tubuhnya. Pada lingkungan air keluar, tetapi garam berdifusi kedalam.Ikan air laut minum air dalam jumlah yang banyak dan mengeluarkan sedikit urin. Ikan air tawar,garam akan memasuki insang dan dalam jumlah yang banyak air akan masuk lewat kulit ikandan insang. Hal ini karena kadar garam di dalam tubuh ikan (mendekati 0.5%) yang lebih tinggidaripada konsentrasi air di mana ikan tersebut hidup. Karena tubuh ikan akan berusaha agarproses difusi antara air kedalam tubuh ikan tetap berlangsung, sejumlah besar air dikeluarkanoleh ginjal. Sebgai hasilnya bahwa konsentrasi garam pada urine sangat rendah ( Fujaya,1999)