proses osmoregulasi pada ikan

Upload: uciemsil

Post on 02-Jun-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Proses Osmoregulasi Pada Ikan

    1/7

  • 8/10/2019 Proses Osmoregulasi Pada Ikan

    2/7

    Regulasi ion dan air pada ikan terjadi hipertonik, hipotonik atau isotonik tergantung pada

    perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi cairan tubuh dengan konsentrasi

    media 1,2 . Perbedaan tersebut dapat dijadikan sebagai strategi dalam menangani komposisi cairan

    ekstraselular dalam tubuh ikan 2. Untuk ikan-ikan potadrom yang bersifat hiperosmotik terhadap

    lingkungannya dalam proses osmoregulasi, air bergerak ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke

    lingkungan dengan cara difusi. Keseimbangan cairan tubuhnya dapat terjadi dengan cara

    meminum sedikit air atau bahkan tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat

    dikurangi dengan membuangnya dalam bentuk urin. Untuk ikan-ikan oseanodrom yang bersifat

    hipoosmotik terhadap lingkungannya, air mengalir secara osmose dari dalam tubuhnya melalui

    ginjal, insang dan kulit ke lingkungan, sedangkan ion-ion masuk ke dalam tubuhnya secara

    difusi 1,2. Sedangkan untuk ikan-ikan eurihalin, memiliki kemampuan untuk dengan cepat

    menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuhnya dengan media (isoosmotik), namun karanakondisi lingkungan perairan tidak selalu tetap, maka proses ormoregulasi seperti halnya ikan

    potadrom dan oseanodrom tetap terjadi.

    Salinitas atau kadar garam adalah jumlah kandungan bahan padat dalam satu kilogram air

    laut, dalam hal mana seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, brom dan yodium yang telah

    disetarakan dengan klor dan bahan organik yang telah dioksidasi. Secara langsung, salinitas

    media akan mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan. Pengetahuan tentang

    metabolisme dapat juga dikaitkan dengan beberapa cabang ilmu lain, misalnya genetika,

    toksikologi dan keilmuan lain sehingga ikan yang dihasilkan dapat memiliki kualitas yang lebih

    unggul dari sebelumnya. Hal ini karena ikan menginvestasikan sebesar 25-50% dari total output

    metabolik dalam mengontrol komposisi cairan intra- dan ekstraselularnya.

    Perubahan kadar salinitas mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan, sehingga

    ikan melakukan penyesuaian atau pengaturan kerja osmotik internalnya agar proses fisiologis di

    dalam tubuhnya dapat bekerja secara normal kembali. Apabila salinitas semakin tinggi, ikan

    berupaya terus agar kondisi homeostasi dalam tubuhnya tercapai, hingga pada batas toleransi

    yang dimilikinya. Kerja osmotik tersebut memerlukan energi yang lebih tinggi pula. Hal tersebut

    juga berpengaruh kepada waktu kenyang ( satiation time ) dari ikan tersebut.

  • 8/10/2019 Proses Osmoregulasi Pada Ikan

    3/7

    Rainbow trout seringkali digunakan sebagai model system untuk mempelajari rute dan

    mekanisme ekskresi dan osmoregulasi. Proses osmoregulasi juga menghasilkan produk buangan

    seperti feses dan amoniak, sehingga media pemeliharaan akan berwana keruh sebagai akibat

    banyaknya feses yang dikeluarkan ikan. Dampak dari ekskresi nitrogen tersebut juga akan

    mempengaruhi kehidupan ikan di dalamnya. Pada embrio rainbow trout, eksresi nitrogen dalam

    bentuk urea juga dapat dikaitkan dengan kandungan nitrogen di dalam yolk, karena rendahnya

    permeabilitas membrane sel telur terhadap ammonia.

    Dampak buangan hasil metabolisme terhadap kelangsungan hidup benih ikan

    berdasarkan perubahan kualitas air secara fisik, dapat diduga bahwa perubahan tersebut juga

    berpengaruh terhadap kondisi ambient ikan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap

    pertahanan tubuhnya. Setelah melewati batas toleransi, maka ikan tersebut mengalamikematian. Mengingat tidak semua ikan mengalami kematian, maka dapat dipastikan bahwa daya

    toleransi pada populasi ikan dalam akuarium berbeda beda. Hal ini diduga karena perbedaan

    kondisi tubuh saat sebelum dimasukkan dalam media praktik termasuk intensitas parasit, tingkat

    stres dan lain-lain. Toksisitas nitrat dalam perairan tawar tergolong sangat rendah (96 h LC50s

    >1000 mg/L as N). Hal ini dapat dikaitkan dengan potensi munculnya masalah dalam proses

    osmoregulasi. Dalam system dengan konsentrasi nitrat tinggi, reduksi nitrat terjadi secara

    anaerobic. Konsentrasi nitrat di perairan laut kurang dari 500 mg/L untuk sebagian besar ikan air

    laut, tetapi untuk ikan laut tropis seperti anemone ( Amphiprion ocellaris ) lebih sensitif, yakni

    hanya 20 mg/L.

    Tingkat stress juga berbeda-beda yang dialami oleh benih tambakan dalam akuarium,

    sebagai akibat dari perbedaan perlakuan. Kajian yang lebih mendalam, dapat ditelusuri dengan

    kandungan kortisol. Banyak hal berkenaan dengan kortisol selama proses metabolisme, misalnya

    saat starvasi (puasa), osmoregulation, pengerahan simpanan energi untuk migrasi, proses

    pematangan gonad, pemijahan dan selama stress yang dialami oleh ikan itu sendiri.

    Mekanisme ormoregulasi dapat pula ditelusuri di level sel. Sel-sel tersebut terlebih

    dahulu dihasilkan melalui mekanisme kultur sel. Penelitian terhadap sel Epitelioma papulosum

    cyprinid (EPC), turunan dari sel epidermis ikan mas dapat digunakan untuk mengetahui

  • 8/10/2019 Proses Osmoregulasi Pada Ikan

    4/7

    kelangsungan hidup dan pertumbuhan sel dalam media hiper- dan hipoosmotik. Dengan

    menggunakan sel kultur, dapat diamati pula ekspresi gen yang bias dihubungkan dengan

    kemampuan adaptasi dan stress osmotik.

    Aktivitas osmoregulasi juga dipengaruhi oleh stadia ikan atau krustase dalam

    hubungannya dengan salinitas. Penelitian pada stadia juvenil dan dewasa krustase, regulasi ion

    Na/K-ATP menunjukkan hal yang berbeda-beda jika diamati dengan aktivitas enzim Na/K-

    ATPase. Pada Artemia salina dan A. franciscana aktivitas enzim tersebut meningkat sejalan

    dengan perkembangannya sejak setelah menetas hingga tahap mulai berenang bebas. Pada udang

    galah, hal tersebut juga berlangsung demikian. Namun pada stadia dewasa, aktivitas Na/K-

    ATPase pada udang galah tidak berbeda nyata setelah diperlakukan pada salinitas yang

    berbeda 8. Penelitian tentang osmoregulasi pada tahap awal perkembangan ikan telah diamati pada level extrabranchial chloride cells. Sejumlah chloride cells yang terkandung dalam

    membran kantong kuning telur ikan mujair stadia embrio dan larva diadaptasikan dalam

    lingkungan air tawar (FW) dan air asin (SW). Sel klorid dalam SW seringkali berada dalam

    bentuk multicellular complexes bersama dengan sel adjacent accessory. Sedangkan dalam FW,

    chloride cells berada dalam kondisi individual. Tes klorid dan mikroanalisis X-ray menunjukkan

    bahwa klorid sel dalam SW dalam bentuknya yang kompleks, merupakan fungsi definitive dalam

    sekresi klorid. Namun demikian setelah sel tersebut dipindahkan ke lingkungan SW, bentuk sel

    tunggal tersebut juga mengalami perubahan menjadi kompleks sebagai respon terhadap

    lingkungan baru yang SW. Umumnya, sel klorid extrabranchial memerankan peranan penting

    dalam mengontrol osmoregulasi sampai tahap sel klorid insang bekerja secara fungsional.

    Penemuan baru-baru ini adalah tentang morfologi fungsional dari sel-sel klorid pada

    killing fish, Fundulus heteroclitus , ikan euryhaline dengan air laut (SW). Deteksi

    Immunocytochemical dilakukan pada sel klorid dengan anti-Na +/K + -ATPase dalam proses

    transisi distribusi sel klorid selama tahap awal kehidupannya. Sel klorid nampak dalam membran

    kantung kuning telur fase awal embrio dan kemudian di kulit pada saat fase akhir

    embrio. Perbedaan secara morphologi antara tipe sel klorid SW- dan FW diidentifikasi pada

    killifish dewasa yang diadaptasikan pada SW dan FW. Kedua tipe sel klorid, aktif pada kedua

    lingkungan, tetapi berbeda dalam fungsi transpor ion. Pemindahan secara langsung killifish dari

  • 8/10/2019 Proses Osmoregulasi Pada Ikan

    5/7

  • 8/10/2019 Proses Osmoregulasi Pada Ikan

    6/7

  • 8/10/2019 Proses Osmoregulasi Pada Ikan

    7/7

    Osmoregulasi adalah pengontrolan kadar air dan garam mineral di dalam darah. Ini merupakanmekanisme homeostatik. Regulasi dari konsentrasi Na+ pada plasma hampir samakonsentrasinya dengan ekskresi regulasi Na+ yang berhubungan dengan sensor dan efektoryang berbeda-beda (penerima volum) yang berasal dari keseimbangan air dan osmoregulasi(vitamins-guide 2004.) dan ditambahkan pula oleh Fujaya (1999) bahwa osmoregulasi adalah

    upaya mengontrol keseimbangan air dan ion ion antara tubuh dan lingkungannya atau suatuproses pengaturan tekanan osmose.hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme perairankarena; (1) harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan; (2) membransel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat; (3)perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan. Tanpa osmoregulasi makaikan akan mati, ini karena osmoregulasi dapat mengontrol konsentrasi cairan dalam tubuh. Jikaikan tidak bisa mengatur proses osmosis dalam tubuhnya maka ikan akan mati, karenaosmoregulasi sangat berfungsi dalam aspek kesehatan ikan (Fujaya,1999).

    Osmoconformer adalah sebutan bagi hewan yang mampu memelihara keseimbangan antaracairan tubuh dengan keadaan lingkungan sekitar. Kebanyakan invertebrata laut adalahosmoconformer, dimana cairan tubuh mereka isotonik dari keadaan lingkungannya. Meskipunkonsentrasi relatif dari garam dan cairan tubuh mereka berubah ubah dibandingkan air laut,dalam kasus ini hewan juga harus mengatur tingkat ion internal (Djawad, dkk, 2007).

    Tidak organisme yang hidup pada air tawar tidak melakukan osmoregulasi akibat perbedaantekanan osmose, sedangkan pada ikan estuari yang memiliki cairan tubuh menyerupai garamair garam laut hanya melakukan sedikit upaya untuk mengontrol tekanan osmose dalamtubuhnya. Hal ini menyebabkan perbedaan laju metabolisme dasar karena upaya menahangaram garam internal dan kelarutan material yang lain membutuhkan konsumsi oksigen yangberbeda tergantung besarnya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dan lingkungannya (Fujaya,

    1999).

    Insang ikan bersifat permeabel terhadap air dan garam. Di dalam laut salinitasnya lebih besardaripada dalam cairan tubuhnya. Pada lingkungan air keluar, tetapi garam berdifusi kedalam.Ikan air laut minum air dalam jumlah yang banyak dan mengeluarkan sedikit urin. Ikan air tawar,garam akan memasuki insang dan dalam jumlah yang banyak air akan masuk lewat kulit ikandan insang. Hal ini karena kadar garam di dalam tubuh ikan (mendekati 0.5%) yang lebih tinggidaripada konsentrasi air di mana ikan tersebut hidup. Karena tubuh ikan akan berusaha agarproses difusi antara air kedalam tubuh ikan tetap berlangsung, sejumlah besar air dikeluarkanoleh ginjal. Sebgai hasilnya bahwa konsentrasi garam pada urine sangat rendah ( Fujaya,1999)