osmoregulasi dan respirasi

30
OSMOREGULASI DAN RESPIRASI ( Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air) Oleh : Indri Saputri Ramadhani 1314111028

Upload: ramadhanidhani

Post on 18-Dec-2015

296 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

Osmoregulasi Dan Respirasi ikan

TRANSCRIPT

OSMOREGULASI DAN RESPIRASI( Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air)

Oleh :Indri Saputri Ramadhani1314111028

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPNG2015

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKehidupan suatu organisme sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik faktor fisika, faktor kimia dan biologi. Salah satu faktor yang mendukung kehidupan organisme di perairan adalah kadar salinitas dalam perairan. Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi. Osmoregulasi merupakan upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose.

Semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yangdibutuhkan untuk mmelakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga batastoleransi yang dimilikinya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang osmoregulasi sangatpenting dalam mengelola kualitas air media pemeliharaan, terutama salinitas. Setiap mahluk hidup pastilah bernafas, termasuk ikan yang hidup didalam air pun melakukan respirasi (bernafas). Namun tentunya terdapat perbedaan dalam sistem pernapasan mahluk terestrial dengan ikan. Oksigen dalam perairan tentunya tidak sebanyak di darat, sehingga ikan memiliki organ pernafasan yang berbeda dengan mahluk terestrial. Kebutuhan setiap ikan terhadap keberadaan oksigen terlarut juga berbeda setiap spesiesnya, dikarnakan beberapa ikan memiliki organ pernafasan tambahan yang membuatnya mampu hidup pada kondisi minim oksigen sekalipun.1.2 Tujuan PraktikumAdapun tujuan diadakannya praktikum ini adalah sebagi berikut :1. untuk mendapatkan salinitas optimum bagi pertumbuhan biota akuatik.2. untuk mengetahui respon organisme akuatik terhadap konsentrasi oksigen.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologis Ikan2.1.1 Ikan Nila Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Rukmana, 1997).

Adapun klasifikasi ikan nila (Suyanto, 1994) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Osteichthyes Sub Class : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub Order : Percoidea Family : Cichlidae Genus : Oreochromis Species : Oreochromis niloticus

Ikan ini pada umumnya memiliki ukuran antara 200 - 400 gram, dan bersifat omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa hewan dan tumbuhan (Amri, 2003).

Nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan kadar Dissolved Oxygen (DO) antara 2,0 - 2,5 mg/l. Secara umum nilai pH air pada budidaya ikan nila antara 5 sampai 10 tetapi nilai pH optimum adalah berkisar 6 9 (Setyo, 2006).

Khairuman (2003) menyatakan bahwa Nila bisa tumbuh dan berkembangan biak di perairan dengan salinitas 0-29 (promil). Ikan ini masih bisa tumbuh tetapi tidak bisa bereproduksi di perairan dengan salinitas 29-35 .

2.1.2 Ikan MasKlasifikasi Ikan Mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :Filum:ChordataKelas:PiscesSub Kelas:TeleosteiOrdo:OstariophysiSub Ordo:CyprinoideaFamili:CyprinideaGenus:CyprinusSpesies:Cyprinus caprio L

Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30 C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30% (Ratningsih, 2008).

Ratningsih (2008) juga menyebutkan bahwa ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.

2.1.3 Ikan LeleIkan lele dumbo merupakan jenis ikan yang termasuk dalam famili claride dan jenis claris. Spesies ini merupakan saudara dekat dengan lele lokal yang selama ini di kenal sehingga ciri-ciri morfologinya sama. Ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan jenis ikan lainnya, seperti ikan mas, ikan nila, ikan patin, ikan gabus, gurame dan tawes. Karenanya, sangat mudah di bedakan dari ikan-ikan lain. Ikan lele memiliki bentuk tubuh yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki 4 pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba dan memiliki alat pernapasan tambahan. Bagian depannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedangkan bagian tengah dan belakang berbentuk pipih (Susanto, 1989).

Klasifikasi ikan lele menurut Lukito (2002) adalah sebagai berikut:Phyllum: Chordata Kelas: PiscesSubkelas: Teleostei Ordo: Ostariophysi Subordo: SiluroideaFamili: ClariidaeGenus: ClariasSpesies: Clarias sp.

Ikan lele (Clarias sp.) memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik mempunyai pigmen hitam yang berubah menjadi pucat bila terkena cahaya matahari, dua buah lubang penciuman yang terletak dibelakang bibir atas, sirip punggung dan dubur memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, panjang maksimum mencapai 400 mm ( Wijaya, 2011).

2.2 Respirasi IkanProses peningkatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan organism dengan lingkungannya dinamakan pernafasan (respirasi). Sistem organ yang berperan dalam hal ini adalah insang. Oksigen merupakan bahan pernafasan yang dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Bagi ikan, oksigen diperlukan oleh tubuhnya untuk menghasilkan energi melalui oksidasi lemak dan gula (Triastuti et.al,. 2009).

Menurut Rida (2008), respirasi merupakan proses pertukaran gas oksigen dan karbondioksida dalam tubuh makhluk hidup. O2 dapat keluar masuk jaringan melalui difusi. Pada dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan karbondiokdisa. Pada hewan vertebrata terlalu besar untuk dapat terjadinya interaksi secara langsung antara masing-masing sel tubuh dengan lingkungan luar tubuhnya. Untuk itu organ-organ tertentu yang bergabung dalam sistem pernafasan dikhususkan untuk melakukan pertukaran gas pernafasan bagi keperluan seluruh sel tubuhnya.

Sebagai biota perairan, Ikan merupakan mendapatkan Oksigen terlarut dalam air. Pada hampir semua Ikan, insang merupakan komponen penting dalam pertukaran gas, insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen insang di. Setiap kali mulut dibuka, maka air dari luar akan masuk menuju farink kemudian keluar lagi melalui melewati celah insang, peristiwa ini melibatkan kartilago sebagai penyokong filamen ikan. Organ insang pada ikan ditutupi oleh bagian khusus yang berfungsi untuk mengeluarkan air dari insang yang disebut operculum yang membentuk ruang operkulum di sebelah sisi lateral insang. Laju gerakan operculum ikan mempunyai korelasi positif terhadap laju respirasi ikan. Rata-rata konsumsi oksigen dipengaruhi oleh aktivitas, suhu, ukuran tubuh, tingkat pada siklus hidup, musim dan waktu dalam hari sesuai persediaan (Anwar,2009).

Selain insang atau paru-paru, beberapa jenis ikan memiliki alat pernapasan tambahan yang dapat mengambil oksigen secara langsung dari udara, seperti insang tambahan yang dimiliki oleh ikan lele (claria sp.) bebentuk pohon di bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga disebut arborescent organ. Bentuk alat pernapasan tambahan (arborescent organ) ikan lele seperti rimbunan dedaunan, berwarna kemerahan yang terletak di bagian atas lengkung insang kedua dan keempat. Fungsi orgn ini mengambil oksigen dari atas permukaan air sehingga dapat mengambil oksigen secara langsung dari udara. Dengan alat pernapasan tambahan ini, ikan lele mampu bertahan hidup dalam kondisi oksigen (O2) yang minimum (Mahyuddin,2011).

2.3 Osmoregulasi IkanOsmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis berjalan normal. Ikan mempunyai tekanan osmotik yang berbeda dengan lingkungannya, oleh karena itu ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air, agar proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat berlangsung dengan normal. Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh pada ikan ini disebut osmoregulasi (Affandi, 2002).

Ikan sebagai hewan yang hidup di air mempunyai kapasitas osmoregulasi melalui membran yang dalam hal ini adalah insang. Terganggunya proses osmoregulasi dapat disebabkan karena insang menjadi lebih permeabel sehingga sulit dilalui air. Akibatnya pengeluaran garam dari insang menjadi terhenti dan menyebabkan gagal ginjal (Lesmana, 2001).

Perbedaan tekanan osmoregulasi pada beberapa golongan ikan, maka struktur organ-organ osmoregulasinyapun berbeda-beda. Semakain jauh perbedaan tekanan osmose antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi ( Kimbal, 1992).

Menurut Affandi (2002), organisme air dibagi menjadi dua kategori sehubungan dengan mekanisme fisiologisnya dalam menghadapi tekanan osmotik air media,yaitu:1. Osmonkonformer adalah organisme air yang secara osmotik labil dan mengubah-ubah tekanan osmotik cairan tubuhnya untuk menyesuaikan dengan tekanan osmotik air media hidupnya.2. Osmoregulator adalah organisme air yang secara osmotik stabil (mantap), selalu berusaha mempertahankan cairan tubuhnya pada tekanan osmotik yang relatif konstan, tidak perlu harus sama dengan tekanan osmotik air media hidupnya.

2.4 Variabel LingkunganOksigen sebagai bahan pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuan memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan yang hanya memiliki sistem respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup (Sutimin,2008).

Atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210 ml/L. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu, ketinggian (alfifut),dan salinitas serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Effendi, 2003).

Kandungan oksigen terlarut (DO = Dissolved Oxygen) minimal 4 ppm (part per million). Beberapa ikan hidup dengan baik pada kandungan oksigen kurang dari 4 ppm, terutama ikan-ikan yang mempunyai alat pernafasan tambahan, yang memungkinkannya mengambil oksigen langsung dari udara bebas seperti lele (Clarias sp.), sepat (Trichogaster sp.), gabus (Channa striata), foman (Channa micropeites), gurami (Osphronemus gouramy), tambakan (Helostoma femminoki), dan betook (Anabas testudineus) (Kordi, 2008).

2.5 SalinitasSalinitas atau kadar garam adalah jumlah kandungan bahan padat dalam satu kilogram air laut. Secara langsung, salinitas media akan mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan. Apabila osmotik lingkungan (salinitas) berbeda jauh dengan tekanan osmotik cairan tubuh (kondisi tidak ideal) maka osmotik media akan menjadi beban bagi ikan sehingga dibutuhkan energi yang relatif besar untuk mempertahankan osmotik tubuhnya agar tetap berada pada keadaan yang ideal. Pembelanjaan energi untuk osmoregulasi, akan mempengaruhi tingkat konsumsi pakan dan konversi menjadi berat tubuh (Setyo,2006).

Salinitas berpengaruh pada osmoregulasi dari ikan serta berpengaruh besar terhadap kesuburan dan pertumbuhan telur. Beberapa spesies bisa hidup dengan toleransi salinitas yang besar (euryhaline) tetapi ada juga yang sempit (stenohaline). Salinitas mempengaruhi fisiologis kehidupan organisme dalam hubungannya dengan penyesuaian tekanan osmotik antara sitoplasma danlingkungan (Affandi, 2002).

III. Metode Kerja3.1 Waktu dan TempatAdapun waktu dilaksanakannya praktikum ini adalah :Hari/tanggal: Sabtu, 2 Mei 2015Waktu : Pukul 15.00- selesaiTempat:Laboratorium Perikanan

1.1 Alat dan bahanAlat dan bahan yang digunakan, yaitu : akuarium, aerator, ikan sampel, garam ikan, DO meter, pengaduk, dan timbangan digital.

1.2 Cara kerjaAdapun cara kerja pada praktikum ini adalah :a. Osmoregulasi1. Siapkan akuarium dengan salinitas 1,5,10,12,20,25, dan 30 ppt, dan diberi aerasi.2. Sebelum diberi perlakuan, timbang ikan dengan menggunakan timbangan digital 3. Setelah itu masukan ikan kedalam air dengan salinitas yang telah ditenukan.4. Amati tingkah laku dan bukaan operculum ikan tiap 5 menit.

b. Respirasi1. Siapkan wadah berupa toples yang memiliki tutup.2. Masukan ikan kedalam dua wadah yang berbeda, yang satu dengan aerasi, dan yang lain tanpa aerasi dan toples ditutup. 3. Amati tingkah laku ikan dan bukaan operkulum tiap 5 meit.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil pengamatanTabel 1. Hasil osmoregulasiKelMenitkeSalinitas

Akuarium 1Akuarium 2

BODOTLBODOTL

Salinitas 1 ppt

15877,1Normal875,4Normal1,620,57

10144-Normal130-Normal

15110-Normal96- 1 ikan normal1 ikan mulai lemah

2085-Normal92- 1 ikan dipemukaan air dengan posisi kepala diatas dan ekor dibawah 1 ikan hanya diam di dasar akuarium

25109-Normal100-(Sama seperti perlakuan ke menit-20)

301206,2Normal1007,4Semua ikan mulai melemah

Salinitas 5 ppt

25705,1Ikan diam, tidak banyak bergerak.633,5Ikan diam, berada dipermukaan, opercullum tidak terbuka lebar.1,842,09

1083-Ikan diam, tenang dan tidak banyak pergerakan.94-Opercullum tidak terbuka lebar, ikan mulai bergerak aktif dan agresif, berada pada permukaan.

1598-Ikan hilang keseimbangan, bukaan opercullum lambat.102-Ikan bergerak aktif dan berinteraksi dengan ikan yang lain.

20106-Ikan berada dipermukaan, hilang keseimbangna, pergerakan lambat.108-Ikan menabrak dan menggesek-gesekan tubuh kedinding akuarium, air akurium berbusa, pergerakan ikan sangat lambat dan banyak sisik yang terlepas dari tubuh.

25113-Pergerkan ikan sangat agresif, banyak sisik yang terlepas dari tubuh dan ikan hilang keseimbangan.112-Pergerakan ikan cepat dan agresif, ada sisik yang terlepas dari tubuh.

301174,7Ikan berada dipermukaan dan pergerakannya lambat.1202,6Ikan berada didasar akurium dan pergerakannya cepat.

Salinitas 10 ppt

357012,4Pergerakan masih stabil665,4Pergerakan stabil, cenderung aktif0,2

1,4

1084-Masih stabil98-Masih stabil

1590-Ikan megap-megap92-Ikan megap-megap

2087-Ikan mulai lemas95-Ikan mulai lemas

2580-Ikan lemas78-Ikan lemas

30905,5Ikan semakin lemas877,2Ikan semakin lemas

Salinitas 15 ppt

45904,1Pasif, berenang miring, dan bergerak mendekati sumber oksigen

728,2Bergerak lambat, saling mengganggu

1092-Pasif 70-Bergerak lambat, saling mengganggu

1589-Pasif65-Bergerak lambat, saling mengganggu

20108-Pasif70-pasif

2585-Pasif62-pasif

301325,7Pasif705,9Bergerak lambat, saling mengganggu

Salinitas 20 ppt

55606,8Ikan diam, tidak banyak bergerak.1206,5Ikan diam, tidak banyak bergerak.7,136,25

1046-Ikan diam, tenang dan tidak banyak pergerakan.99-Ikan diam, tenang dan tidak banyak pergerakan.

1547-Ikan hilang keseimbangan, bukaan opercullum lambat.130-Ikan hilang keseimbangan, bukaan opercullum lambat.

2040-Berenang ke dasar akuarium100-Berenang ke dasar akuarium

2537-Berdiam di dasar akuarium89-Berdiam di dasar akuarium

30365,8Berada di dasar akuarium876,2Berada di dasar akuarium

Salinitas 25 ppt

65804,2Banyak berenang ke permukaan1005,2Berenang aktif2,891,71

10109-Berenang kepermukaan102-Berenang aktif

1580-Berenang kepermukaan80-Bukaan operkulum melambat

2081-Berenang ke dasar akuarium85-Mulai diam/stagnan

2576-Berdiam di dasar akuarium90-Tetap berada di tengah akuarium

30655,2Berada di dasar akuarium894,8Tidak berenang aktif

Salinitas 30 ppt

751256,2Berenang stabil1077,1Berenang stabil1,030,03

1078-Pergerakan ikan berkurang119-Berenang mulai lambat

1561-Berenang miring-miring78-Ikan berenang kepermukaan

2074-Bergerak tidak seimbang (melayang)67-Sirip mulai lemah bergerak

2546-Ikan kehilangan kesimbangan52-Ikan hilang keseimbangan

30447,0Ikan stress417,4Ikan stress (mabuk)

Tabel 2. RespirasiKelMenitKeBoDoTl

8(ikan mas dengan aerator)53354,2Bergerak normal6,74

10346-Berenang aktif

15352-Berenang naik turun

20364-Berenang aktif

25354-Berenang aktif

303712,3Berenang naikturun

8(ikan lele tanpa aerator)54288,4Pergerakan terbatas10,14

10386-Megap-megap

15343-Satu ikan berdiam di dasar

20333-Satu ikan bergerak ke permukaan

25313-Ikan memproduksi banyak mucus

302805,5Ikan mulai pasif

9(ikan mas)52757,5Ikan seimbang,pergerakan lambat1,56

10712-Pergerakan ikan seimbang dan pergerakan lambat

15439-Ikan seimbang

20316-Seimbang dan pergerakan lambat

25405-Seimbang

304231,6Ikan tenang dan seimbang

95250Ikan diam2,8

104568,7Pergerakan ikan lambat, pergerakan seimbang, diam dan ikan mulai agresif

15330-Ikan seimbang

20230-Ikan diam

25230-Ikan diam

303027,5Ikan tenang dan pergerakan lambat

4.2PembahasanPada pengamatan osmoregulasi didapatkan hasil bahwa ikan nila yang diberi kadar garam pada media nya semuanya mengalami penurunan aktisitas. Namun pada semua kelompok tidak terdapat ikan yang mati, dikarnakan kemampuan ikan nila untuk mentoleris salinatas yang cukup tinggi karna ikan nila merupakan ikan euryhalin. Sesuai dengan pernyataan Khairuman (2003) yang menyatakan bahwa Nila bisa tumbuh dan berkembangan biak di perairan dengan salinitas 0-29 (promil). Ikan ini masih bisa tumbuh tetapi tidak bisa bereproduksi di perairan dengan salinitas 29-35 .

Dari hasil praktikum juga diketahui salinitas optimum ikan nila yaitu pada salinitas 0-15 ppt, dikarnakan pada salinitas tersebut perubahan ikan belum terlalu signifikan. Namn dengan salinitas diatas 15 ppt ikan sangat sedikit pergerakannya dan bahkan diam disatu tempat, baik dipermukaan maupun didasar perairan.

Sebagaimana yang disebutkan oleh Effendi (2003), bahwa kadar oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu, ketinggian (alfifut),dan salinitas serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Namun pada pengamatan DO yang telah dilakukan dengan berbagai salinitas menunjukan angka yang acak dan tidak sesuai dengan pernyataan tersebut.

Dari data pengamatan pada kelompok 7 dengan perlakuan salinitas 30 ppt DO yang didapatkan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok 6, dan 5 yang perlakuan salinitasnya lebih rendah. Seharusnya semakin tinggi salinitas air maka DO yang terkandung dalam air semakin rendah. Sebagaimana yang telah dikemukakan Effendi (2003).Kegagalan dalam praktikum dapat saja terjadi karna kurangnya ketelitian baik dari praktikan maupun asisten dosen dalam menggunakan alat-alat dalam menghitung variabe lingkungan yang diamati seperti DO.

Oksigen sebagai bahan pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuan memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Akibat peningkatan salinitas diperairan maka oksigen terlarut di perairan tersebut akan mengalami penurunan (Effendi,2003). Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan yang hanya memiliki sistem respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup (Sutimin,2008).Ikan yang digunakan pada praktikum osmoregulasi ialah ikan nila (Oreochromis niloticus) , dimana ikan ini digunakan karna kemampuan ikan nila terhadap toleransi salinitas yang cukup tinggi (Euryhhalin). Sehingga dengan perlakuan berbagai salinitas tetap dapat diamati respon ikan nila terhadap perubahan salinitas tersebut. Sedangkan dalam praktikum respirasi ikan yang digunakan adalah ikan lele (Clarias gariepinus), dan ikan mas (Cyprinus carpio L ). Penggunaan ikan ini dikarnakan ikan lele memiliki organ pernapasan tambahan yang membuatnya mampu hidup pada lingkungan yang minim oksigen, sehingga meskipun pada kondisi kurang oksigen tingkah lakunya tetap dapat diamati. Dan penggunaan ikan mas adalah sebagai pembanding, karna ikan mas merupakan ikan yang tidak memiliki organ pernapasan tambahan, sehingga dapat diketahui dengan pasti bagaimana respon organisme akuatik terhadap rendahnya oksigen di perairan.Sebagaimana hasil yang didapatkan yaitu ikan lele dengan atau tanpa aerator tetap stabil dalam pergerakannya, sedangkan ikan mas mengalami penurunan aktifitas ketika mediapada ikan mas di kondisikan kurang oksigen.

V. PENUTUP5.1KesimpulanAdapun kesimpulan dari praktikum ini adalah : 1. salinitas yang optimum untuk pertumbuhan ikan nila adalah 0-15 ppt, dilihat dari respon ikan nila terhapat perubahan salinitas.2. Respon organisme akuatik terhadap kurangnya oksigen bergantung pada alat pernapasan yang dimilikinya. Dimana pengaruh kurangnya oksigen pada ikan lele tidak signifikan karna ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan, sebaliknya pada ikan mas.5.2Saran. Adapun saran untuk praktikum ini adalah perlunya peningkatan ketelitian dalam melakukan pengukuran untuk mendapatkan hasil yang sesuai, dan perlu dilakukan pengulangan dalam pengukuran untuk mendapatkan hasil yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R dan Tang, UM. 2002.Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru : Unri Press.Amri, K., 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.K Anwar, D, D. A. Setiawibowo dan Y. Triwijiwati. 2009. Respirasi (Tingkat Konsumsi Oksigen) dan Ketahanan Ikan di luar Media Air. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal.pdf. Diakses pada tanggal 16 Maret 2011 pukul 10.00 WIB. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jakarta.Khairuman, Khairul Amri. 2013. Pembesaran Nila Di Kolam air Deras. Agromedia. Jakarta. Kordi, G. 2008. Budidaya Perairan. PT Cipta Adityo Bakti : Bandung.Lesmana. D., 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.Kimbal, 1992. Biologi Dasar. Erlangga, JakartaLukito, AM. 2002. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia. JakartaMahyuddin dan Kholish, 2011. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta: Penebar Swadaya.Ratningsih. 2008. Uji Toksisitas Molase Terhadap Respirasi Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) Jurusan Biologi. FMIPA Universitas Padjajaran Jatinangor KM21, Sumedang.Rukmana R.1997.Ikan Nila. Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta.Rida. 2008. Respirasi. http://sweefir.is.multiply.com/journal. Diakses pada tanggal 21 Maret 2011 pukul 09.00 WIB.Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung.Setyo, Bambang Pramono. 2006. Efek Konsentrasi Kromium (Cr+3) dan Salinitas berbeda terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan untuk Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Eprints.undip.ac.id. Diakses pada tanggal 05 Maret 2014, pukul 17:32 WITA. Makassar.Sutimin. 2008. Model Matematika Konsentrasi Oksigen Terlarut pada Ekosistem Perairan Danau. UNDIP : Semarang.Susanto, H.1989. Budidaya Ikan Lele. Kanisius. Yogyakarta Suyanto, SR. 1994. Nila. penebar swadaya. jakarta.Triastuti, J., L. Sulmartiwi dan Y. Dhamayanti. 2009. Ichtyologi. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga : Surabaya.Wijaya, B. 2011. Panduan Praktis dan Lengkap Budidaya Lele Sangkuriang. Galmas Publisher. Klaten

LAMPIRAN