proses kreatif dinda natasya dalam dialog cinta …/proses... · mahasiswa jurusan sastra indonesia...

109
i PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA OASE SAMUDRA BIRU: Sebuah Pendekatan Ekspresif SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh HIDAYATUR RIYANA C0208067 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: vodat

Post on 06-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

i

PROSES KREATIF DINDA NATASYA

DALAM DIALOG CINTA OASE SAMUDRA BIRU:

Sebuah Pendekatan Ekspresif

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

HIDAYATUR RIYANA

C0208067

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

iii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

v

MOTTO

“Perjuangan tak akan berhenti sebelum kaki menginjak pintu surga”

(Ali bin Abi Thalib)

“Karena begitu lembutnya, banyak cinta yang terlambat disadari.

Jangan pernah menyimpan kata-kata cinta pada orang yang kita sayangi jika tak

ingin kehilangan

Lebih baik cepat menyatakan bila cinta itu mulai terasa

Janganlah terlalu lama menyimpannya hingga kehilangan kesempatan untuk

mengatakan

Jangan tunda hingga cintamu mati

Akan menyedihkan jika akhirnya kita terpaksa hanya mencatatkan kata-kata cinta

itu pada pusarannya.

Karena belahan jiwamu hanya satu, dan temukanlah!!”

(Dinda Natasya)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

Umi dan Abi tercinta, abang

Zamrony dan adinda Al-Amalus

Sulwana yang kusayang.

Sahabat-sahabat yang telah

memberi motivasi kepada

peneliti.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

vii

KATA PENGANTAR

Pertama dan terutama peneliti memanjatkan puji syukur kepada Allah

SWT atas limpahan nikmat, rahmat, inayah, hidayah dan karunia-Nya kepada

peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi

persyaratan guna melengkapi gelar sarjana sastra Jurusan Sastra Indonesia.

Peneliti sangat berterima kasih atas segala bantuan, dukungan, dan

dorongan yang telah diberikan oleh semua pihak, baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu, peneliti dengan segala

kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik dan Ketua Jurusan

Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Dra. Murtini, M.S. selaku dosen pembimbing bagi peneliti yang telah dengan

sabar memberikan bimbingan dan motivasi selama proses penyusunan skripsi.

4. Drs. Wiranta, M.S. selaku dosen penelaah bagi peneliti yang telah membantu

sebagian proses penyusunan skripsi.

5. Kedua orangtuaku Umi dan Abi tersayang, atas dukungan materi dan kasih

sayang yang tak pernah putus sepanjang perjalanan hidup peneliti. Abang

Muhammad Zamrony, atas kasih dan nasihat terbaiknya untuk menjadikan

peneliti seorang muslimah berjiwa mulia dan adinda Al-Amalus Sulwana yang

cantik, tumbuhlah menjadi pribadi muslimah yang “utuh”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

viii

6. Untuk sahabat-sahabat yang selalu setia memanjakan dan memberi motivasi,

M. Fuad, Kartina Devianti, mami Anna, dan warek-warek IPA 3.Juga sahabat-

sahabat di ranah juangku Anggraini, Farhana Aulia, Kusnul, Siti Kaswarini,

Yan Ayu dan Inas Adila.

7. Bunda Dinda Natasya, sebagai informan yang banyak memberikan informasi

dan wawasan guna membantu penyusunan skripsi, juga Om Yudi Kusumo

yang telah memberikan motivasi.

8. Seluruh keluarga besar kos Raihana dan kos Azzahra atas dukungan dan

kekeluargaannya selama ini.

9. Teman-teman Jurusan Sastra Indonesia UNS dan angkatan 2008 khususnya.

10. Teman-teman organisasi BEM FSSR dan BEM UNS kabinet Perlawanan.

11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah

memberikan dukungan sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari dalam penelitian skripsi ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu peneliti dengan kerendahan hati menerima saran dan kritik

yang bersifat membangun. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada

umumnya. Terima kasih.

Surakarta, 20 Juni 2012

Peneliti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .....................................................

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ..............................................................

PERNYATAAN ....................................................................................................

MOTTO .................................................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................

HALAMAN LAMPIRAN……………………………………………………….

ABSTRAK ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………..

B. Pembatasan Masalah ……………………………………………........

C. Perumusan Masalah…………………………………………..............

D. Tujuan Penelitian .................................................................................

E. Manfaat Penelitian ...............................................................................

F. Sistematika Penulisan ………………………………………………..

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka ...................................……………………………….

1. Tinjauan Pengarang ……………………………………………….

2. Penelitian Terdahulu ……………………………………………...

B. Landasan Teori ............................……………………………………

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

xii

xiii

1

6

7

7

7

8

10

10

13

16

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

x

1. Pendekatan Ekspresif ……………………………………………..

2. Proses Kreatif ……………………………………………………..

C. Kerangka Pikir ……………………………………………………….

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .........………………………………………………...

B. Populasi dan Sampel .....................................………………………..

1. Populasi ......……………………………………………………...

2. Sampel .........................…………………………………………..

C. Data dan Sumber Data .........................................................................

1. Data .........………………………………………………………...

2. Sumber Data ..........................................……………………........

D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................

E. Teknik Pengolahan Data ......................................................................

1. Tahap Deskripsi Data ……………………………………………

2. Tahap Klasifikasi Data ...................................................................

3. Tahap Analisis Data .......................................................................

4. Tahap Interpretasi Data ..................................................................

F. Teknik Penarikan Kesimpulan .............................................................

BAB IV PEMBAHASAN

A. Proses Kreatif Kepengarangan Dinda Natasya ………………………

1. Tahap Persiapan …………………………………………………..

2. Tahap Inkubasi (Masa Pengendapan/Meditasi) …………………..

3. Tahap Inspirasi/Munculnya Ide …………………………………..

4. Tahap Penulisan sampai Proses Penyempurnaan …………………

16

20

22

24

24

24

25

25

25

26

27

27

27

28

28

28

29

30

30

36

45

54

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

xi

B. Konkretisasi Persoalan-persoalan Sosial dalam Dialog Cinta Oase

Samudra Biru ………………………….............................................

1. Hubungan Manusia dengan Tuhannya ……………………………

2. Hubungan Cinta Kasih antara Remaja ……………………………

3. Hubungan dan Konflik Sosial antara Sesama Manusia …………..

4. Konflik dengan Batinnya Sendiri …………………………………

BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN ………………………………………………………….

B. SARAN ………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………

64

69

73

76

84

91

97

98

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

xii

HALAMAN LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Wawancara Email Dinda Natasya………………………….... 100

Lampiran II Biodata dan Profil Dinda Natasya…………………………... 102

Lampiran III Transliterasi Wawancara Telepon Dinda Natasya…………. 106

Lampiran IV Foto-foto Kegiatan Dinda Natasya……………………….... 113

Lampiran V Profil Padepokan Lindu Aji………………………………… 114

Lampiran VI Beberapa Kisah dan Puisi Dialog Cinta Oase Samudra Biru 119

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengarang adalah pencipta karya sastra, sehingga kehadiran pengarang

erat kaitannya dengan penciptaan karya sastra yang berkualitas, yaitu karya sastra

yang mampu memunculkan keindahan bagi pembacanya. Pengarang

menggunakan pengetahuan, pengalaman, dan pemikirannya untuk kemudian

diekspresikan ke dalam karya sastra.

Karya sastra membicarakan manusia dengan segala kompleksitas

persoalan hidupnya, maka antara karya sastra dengan manusia memiliki hubungan

yang tidak dapat dipisahkan. Sastra merupakan pencerminan dari segi kehidupan

manusia yang di dalamnya tersurat sikap, tingkah laku, pemikiran, pengetahuan,

tanggapan, perasaan, imajinasi, serta spekulasi mengenai manusia itu sendiri.

Sastra sebagai cabang kesenian mempunyai fungsi untuk memperjelas,

memperdalam, dan memperkaya penghayatan manusia terhadap kehidupan

mereka. Dengan adanya penghayatan yang lebih baik terhadap kehidupannya,

manusia dapat berharap untuk menciptakan kehidupan yang lebih sejahtera

(Sumardjo dan Saini, 1986:16). Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang

berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan (Sumardjo dan Saini, 1986:1).

Penelitian ini adalah model penelitian ekspresivisme, karena merupakan

studi sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatifnya (kajian semi-

psikologis). Penelitian yang mengharuskan peneliti untuk berhubungan langsung

dengan pengarangnya. Penelitian ekspresivisme lebih memandang karya sastra

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

2

sebagai ekspresi dunia batin pengarangnya. Karya sastra diasumsikan sebagai

curahan gagasan, angan-angan, cita-cita, kehendak, dan pengalaman batin

pengarang yang telah dimasak dan diendapkan dalam waktu yang relatif panjang

sehingga menjadi pendorong yang kuat bagi lahirnya karya sastra (Suwardi

Endraswara, 2011:29).

Kejadian atau peristiwa yang terjadi dituangkan oleh pengarang dengan

karya-karya ekspresif dalam setiap karyanya. Hal ini mengingat sebuah karya

sastra juga merupakan sebuah aktivitas proses kreatif pengarang, yaitu ketika

pengarang melukiskan watak dan pribadi tokoh yang ditampilkan atau

dihadirkannya dan menggambarkan tokoh yang dikehendakinya. Seorang

pengarang melukiskan kehidupan manusia dengan segala persoalannya, baik

pengalaman pribadi maupun orang lain. Pengarang memegang peranan penting

dalam penciptaan watak tokoh yang dilukiskannya dalam karya sastra.

Demikian juga yang terdapat dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru

Karya Dinda Natasya dan Anto HPrastyo. Penelitian ini difokuskan kajian pada

proses kepengarangan Dinda Natasya, meski karya tersebut ditulis berdua dengan

Anto Hprastyo. Hal itu karena Dinda Natasya lebih kuat dalam persoalan-

persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta pada karyanya. Anto HPrastyo yang

dikenal dengan nama Samudra Biru dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru,

merupakan kesatuan dari sang Oase yaitu Dinda Natasya. Pertemuan Dinda

Natasya dengan Samudra Biru di situs jejaring sosial facebook, telah memberi

banyak perubahan cara pandang Dinda Natasya terhadap dunia kepenulisan.

Tulisan-tulisan Samudra Biru dalam status akun facebooknya, menggelitik Dinda

Natasya untuk merespon dan mulai terpengaruh untuk menuliskan beberapa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

3

komentar dalam bahasa cinta. Tidak pernah terpikir di benak keduanya bahwa

tulisan-tulisan itu sudah terkumpul banyak hingga kemudian melahirkan buku

Dialog Cinta Oase Samudra Biru jelang pertengahan tahun 2010.

Dinda Natasya sebagai pengarang mencoba memberikan gambaran

mengenai realitas kehidupan dengan berbagai macam persoalan yang terjadi

dalam kehidupan sosial manusia modern. Dinda Natasya yang terlahir dengan

nama Rr. Putri Dwirahayu Sipmi Cahayaningsih, kelahiran Salatiga, seorang

pribadi dengan profesi Dokter Cinta Pertama di Indonesia. Dinda Natasya adalah

orang pertama yang memproklamasikan diri sebagai “dokter cinta”, dengan

keseharian sebagai praktisi konselor sekaligus pemerhati dan pengamat

permasalahan remaja dan rumah tangga khususnya yang disebabkan oleh urusan

cinta (Dinda Natasya menuliskan cinta dengan penulisan C.I.N.T.A.). Cinta

tersebut dimaknai bahwa cinta itu sangat penting karena segala persoalan

kehidupan berawal dari hati dan perasaan, kedua hal tersebut yang menjadi

penggerak utama kehidupan. Kesehariannya itu juga yang membuat Dinda

Natasya meminjam istilah dokter sebagai orang yang mampu menyembuhkan

penyakit, kemudian digunakan dalam penyebutan dirinya sebagai “dokter cinta”

yang diasumsikan sebagai orang yang mampu menyembuhkan luka hati karena

persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta.

Dinda Natasya juga seorang penyiar di PAS FM Radio Bisnis Jakarta dan

siaran langsung setiap malam mengudarakan program Curhat mulai pukul 00.00-

02.00 WIB serentak di Jakarta, Surabaya, Semarang, Solo, Bandung, Jogja,

Balikpapan dan 70 kota lain seluruh wilayah Indonesia. Persoalan-persoalan sosial

dari “pasien-pasien” dan pendengar setianya inilah yang juga menginspirasi Dinda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

4

Natasya untuk menulis dan mengemas nasihat-nasihatnya dalam sebuah rangkaian

sajak atau puisi tanpa menggurui (Dinda Natasya, http://www.pondokcurhat.com,

tanggal 02 Februari 2012 pukul 11.30 WIB).

Latar belakang kehidupan Dinda Natasya itulah yang menjadikan Dialog

Cinta Oase Samudra Biru ini menarik untuk diteliti dengan pendekatan ekspresif.

Selain itu juga karena menyajikan beberapa persoalan sosial yang disebabkan oleh

cinta berupa:

(1) hubungan manusia dengan Tuhannya dalam puisi Kalah (hal 70-71)

(2) hubungan cinta kasih antara remaja dalam puisi Puisi Para Mantan (hal 112)

dan Bingung (hal 111)

(3) hubungan dan konflik sosial antara sesama manusia dalam puisi Mimpi 18

hari (hal 15-16), Penjara Cinta, Lewat Tengah Malam (hal 17-18), KPK Untuk

Siapa Kau Ada? (hal 101), Kisah Seorang Pramuria (hal 19), Sombong (hal

68), dan Untuk Kedua Puteraku (hal 104-106).

(4) konflik dengan batinnya sendiri, dalam puisi-puisi berikut: Cinta Tak Bertuan

Antara Oase, Samudra Biru dan Pandeka (hal 96), Romansa (hal 75), Dialog

Tanpa Suara (hal 64), dan Menunggu Cintaku 1 & 2 (hal 84-85).

Juga beberapa kisah dan puisi yang mendukung analisis dalam penelitian

ini yaitu kisah Tentang Cinta dan Persahabatan 1 dan 2 (hal 5-9), kisah Catatan

Lain Tentang Penjara (hal 12-14), Dialog Oase dan Samudra Biru 1 sampai 4

(hal 27-57), puisi Jatuh Hati (hal 74), puisi Catatan Untuk Putriku Ulang Tahun

Keyko Ke 21 9 Desember 2009 (hal 78-79), Samudra Biru (hal 89), Menyapa

dengan Cinta (hal 93), dan Memilih Cinta (hal 98). Beberapa kisah dan puisi

tersebut yang kemudian dijadikan sampel dalam penelitian ini. Isi dari Dialog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

5

Cinta Oase Samudra Biru ini juga sarat akan unsur-unsur psikologi, namun

peneliti ingin mencoba untuk lebih mengungkap proses kreatif. Penelitian ini

bertitik tumpu pada proses kreatif dengan meneliti Dialog Cinta Oase Samudra

Biru untuk menentukan keekspresifan Dinda Natasya.

Karya sastra yang bermutu merupakan ekspresi sastrawannya. Dengan

sendirinya hanya orang yang jiwanya berisi saja yang mampu mengeluarkan

sesuatu dari dalam dirinya. Manusia kosong tidak dapat mengekspresikan apa-

apa. Karya sastra seseorang mencerminkan isi kepribadian orang itu. Pribadi

sastrawan yang dalam pemikirannya, luas pandangannya, pekat perasaannya, suci

dan tulus hatinya, akan tercermin dalam karya-karya sastranya (Sumadjo dan

Saini, 1986:7). Jiwa yang berisi merupakan jiwa/manusia yang memiliki

kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan untuk diekspresikan, sedangkan

jiwa/manusia yang kosong adalah jiwa yang tidak memiliki kemampuan,

pengalaman, dan pengetahuan apapun untuk diekspresikan.

Sebagai salah satu bentuk karya sastra, prosa dan puisi, pada awalnya

berangkat dari imajinasi yang dituangkan dalam karya-karyanya. Pengarang

mencoba untuk mengkaji hidup dengan merespon dan menanggapi masalah-

masalah yang terdapat di lingkungannya. Puisi ekspresif adalah puisi lirik yang

menonjolkan ekspresi pribadi penyairnya. Perasaan, pemikiran, pandangan hidup,

lambang-lambang, dan persoalan yang dilontarkan dalam sajak adalah milik khas

penyairnya yang akan berubah pula kalau kepribadiannya juga berubah (Sumardjo

dan Saini, 1986:27).

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan secara rinci alasan penelitian

adalah sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

6

1. Sebagai “dokter cinta”, bagaimana Dinda Natasya menyikapi persoalan-

persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta, kemudian diangkat dalam

karyanya Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang mampu melahirkan pemikiran

kemanusiaan yang luar biasa dari seorang pengarang yang benar-benar

ekspresif.

2. Bagaimana persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta dalam

Dialog Cinta Oase Samudra Biru dapat memikat pembaca dengan keindahan

kata-kata dan pesan yang disampaikan di dalamnya.

3. Analisis ini diperlukan guna menentukan konkretisasi dari persoalan-persoalan

sosial yang disebabkan oleh cinta dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru

yang dijadikan sampel untuk memahami aspek hidup dan kehidupan melalui

proses kreatif kepengarangan Dinda Natasya.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti menganalisis Dialog Cinta Oase

Samudra Biru karya Dinda Natasya dan Anto HPrastyo dengan judul ”Proses

Kreatif Dinda Natasya dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru: Sebuah

Pendekatan Ekspresif”.

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini membatasi permasalahan pada proses kreatif

kepengarangan Dinda Natasya dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru untuk

menemukan keekspresifannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

7

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses kreatif kepengarangan Dinda Natasya mulai dari tahap

persiapan, masa pengendapan, munculnya ide, penulisan sampai proses

penyempurnaan?

2. Bagaimanakah konkretisasi persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh

cinta dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru karya Dinda Natasya?

D. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, sehingga hasil dari

penelitian dapat diketahui. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Mendeskripsikan proses kreatif kepengarangan Dinda Natasya mulai dari tahap

persiapan, masa pengendapan, munculnya ide, penulisan sampai proses

penyempurnaan.

2. Mendeskripsikan konkretisasi persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh

cinta dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru karya Dinda Natasya.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik dan dapat mencapai tujuan

penelitian secara optimal, mampu menghasilkan laporan yang sistematis dan

bermanfaat baik secara umum.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

8

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi

analisis terhadap sastra di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian

puisi Indonesia yang memanfatkan pendekatan ekspresif.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

mengaplikasikan teori sastra dan proses kreatif pengarang untuk

mengungkapkan keekspresifan Dinda Natasya dalam Dialog Cinta Oase

Samudra Biru.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi dampak psikologis tersendiri

kepada pembaca dengan adanya pengungkapan proses kreatif, makna, dan

pesan yang tersirat dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru.

b. Melalui pemahaman mengenai persoalan-persoalan sosial yang disebabkan

oleh cinta yang diungkap dalam penelitian ini, pembaca jadi mudah

berempati, dapat menjadikan persoalan orang lain sebagai pembelajaran,

dan memiliki semangat baru untuk menjalani hidup.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini memberikan gambaran yang jelas mengenai

langkah-langkah penelitian sekaligus permasalahan yang dibahas dalam

penelitian. Sistematika penulisan dalam penelitian sebagai berikut.

Bab I merupakan pendahuluan. Pendahuluan ini mencakup latar belakang

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini menjelaskan tentang arah penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

9

yang berusaha mengamati proses kreatif Dialog Cinta Oase Samudra Biru dalam

menentukan keekspresifan Dinda Natasya. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai

alasan-alasan atau latar belakang perlunya dilakukan penelitian ini.

Bab II merupakan kajian pustaka dan kerangka pikir yang terdiri dari

tinjauan pengarang berupa riwayat hidup pengarang dan studi terdahulu maupun

penelitian-penelitian yang berhubungan dengan pendekatan ekspresif. Bab ini

juga membahas tentang teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu mengenai

pendekatan ekspresif dan kerangka pikir.

Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian,

populasi dan sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

pengolahan data, dan teknik penarikan kesimpulan. Data yang digunakan

bersumber dari Dialog Cinta Oase Samudra Biru dan hasil wawancara dengan

Dinda Natasya.

Bab IV merupakan inti dari penelitian yaitu analisis data. Berupa analisis

proses kreatif kepengarangan Dinda Natasya mulai dari tahap persiapan, masa

pengendapan, munculnya ide, penulisan sampai proses penyempurnaan. Bab ini

juga menganalisis konkretisasi persoalan-persoalan sosial pada Dialog Cinta Oase

Samudra Biru dalam menenetukan keekspresifan Dinda Natasya.

Bab V adalah penutup yang berisi simpulan dan saran yang merupakan

akhir dari penelitian. Penelitian ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan

lampiran yang berisi email hasil wawancara dan karya yang diambil dari Dialog

Cinta Oase Samudra Biru.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Pengarang

Penyebab utama lahirnya karya sastra adalah penciptanya sendiri: Sang

Pengarang. Itulah sebabnya penjelasan tentang kepribadian dan kehidupan

pengarang adalah metode tertua dan paling mapan dalam studi sastra (Wellek dan

Warren, 1993:82).

Begitu juga dalam penelitian ini yang mengkaji pendekatan ekspresif

pengarang melalui kepribadian dan kehidupan pribadi atau riwayat hidup

pengarang. Pendekatan ekspresif dalam penelitian ini juga dikaji melalui proses

kreatif kepengarangan Dinda Natasya dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru.

Dinda Natasya adalah Dokter Cinta kelahiran Salatiga, 16 Mei 1968, terlahir

dengan nama Rr. Putri Dwirahayu Sipmi Cahayaningsih. Seorang pribadi dengan

profesi Dokter Cinta Pertama di Indonesia, karena Dinda Natasya adalah orang

pertama yang memproklamasikan diri sebagai “dokter cinta”. Dengan keseharian

sebagai praktisi konselor sekaligus pemerhati dan pengamat permasalahan remaja

dan rumah tangga khususnya yang disebabkan oleh urusan cinta (Dinda Natasya

menuliskan cinta dengan penulisan C.I.N.T.A.). Cinta tersebut dimaknai bahwa

cinta itu sangat penting karena segala persoalan kehidupan berawal dari hati dan

perasaan, kedua hal tersebut yang menjadi penggerak utama kehidupan.

Kesehariannya itulah yang membuat Dinda Natasya meminjam istilah dokter

sebagai orang yang mampu menyembuhkan penyakit, kemudian digunakan dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

11

penyebutan dirinya sebagai “dokter cinta” yang diasumsikan sebagai orang yang

mampu menyembuhkan luka hati karena persoalan-persoalan sosial yang di

sebabkan oleh cinta.

Setiap malam mengudara secara nasional sebagai narasumber dan juga

pembawa acara radio PDKTDOTCOM melalui PAS FM Radio Bisnis Jakarta

yang disiarkan secara langsung mulai pukul 00.00-02.00 WIB. Di waktu yang lain

sibuk menerima konsultasi langsung permasalahan remaja dan rumah tangga

sekaligus juga melayani pengobatan untuk umum di Klinik Dokter Cinta.

Pengobatan yang dilakukan Dinda Natasya yaitu berupa konsultasi langsung

dengan “pasien” mengenai persoalan hidupnya. Di klinik miliknya tersebut juga

menyediakan obat-obatan herbal yang baik untuk kesehatan jiwa dan raga. Dinda

Natasya juga sibuk di organisasi yang dipimpinnya yaitu Pondok Curhat Dinda

Natasya Indonesia. Dinda Natasya juga pernah bekerja sama dengan Yayasan

Padepokan Lindu Aji yang bergerak di bidang pendidikan dan olah raga, sosial

kemanusiaan, dan keagamaan (Padepokan Lindu Aji,

http://wspamungkassidoarjo.blogspot.com, tanggal 16 Februari 2012 pukul 13.00

WIB).

Dinda Natasya berpendapat jika seseorang sedang dilanda kedukaan di

dalam perjalanan hidupnya: rasa sendiri, bingung, kecewa dan putus asa mungkin

akan menjadi penyebab utama hancurnya sebuah kehidupan baik itu dalam hal

karir, prestasi maupun rumah tangga. Jika hati sedang gelap, pikiran tak bisa

digunakan dengan baik. Mata juga tak bisa melihat dengan baik, jika tak

menemukan orang-orang yang bisa dipercaya dan tak ada lagi solusi yang

ditemukan maka hal-hal yang muncul justru akan semakin memperburuk keadaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

12

Akhirnya seseorang yang tengah putus asa lebih memilih mati saja karena sudah

tak sanggup menanggung penderitaan yang ada (Dinda Natasya,

http://www.pondokcurhat.com, tanggal 02 Februari 2012 pukul 11.30 WIB).

Dinda Natasya adalah orang yang mampu melihat penderitaan “pasien”

tanpa harus mengatakannya. Jika “pasien” di dalam keterpurukan, namun di

hatinya tetap ada semangat untuk paling tidak berusaha menemukan seseorang

yang bisa memberinya dukungan tanpa menyalahkan tanpa menghakimi,

seseorang yang membuatnya tetap sadar dan terjaga untuk menghadapi masalah,

seseorang yang mampu membawa petunjuk sekaligus membantunya untuk

menghadapi bahkan melewati kedukaan dan penderitaan dengan ikhlas dan

sukses, tentunya hal itu akan sangat membantu (Dinda Natasya,

http://www.pondokcurhat.com, tanggal 02 Februari 2012 pukul 11.30 WIB).

Dinda Natasya mampu menyembuhkan penderitaan “pasien” tanpa harus

bertemu dengannya. Dinda Natasya adalah sebuah pribadi, manis, baik hati, dan

tidak sombong yang dapat dijadikan teman, sahabat, kakak, Ibu, bahkan kekasih.

Dinda Natasya adalah orang yang mampu memberikan kesejukan bagi orang lain

hanya mulalui suara dan kata-katanya. Dinda Natasya mampu mengenali pribadi

karakter dan masalah yang dihadapi oleh seseorang hanya dari membaca

tulisannya. Karena semua kepekaan dan kebaikan hatinya itulah, Dinda Natasya

mampu menjadikan dirinya sebagai penerang dan penyejuk hati bagi siapa saja

yang datang padanya dengan membawa berbagai macam persoalan hidup.

Demikianlah pendapat Dinda Natasya tentang dirinya dan kehidupan (Dinda

Natasya, http://www.pondokcurhat.com, tanggal 02 Februari 2012 pukul 11.30

WIB).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

13

Perempuan Jawa yang suka tirakat ini mudah beradaptasi, suka berbagi,

dan memiliki hobi di bidang sosial. Dinda Natasya juga berkarya sambil beramal

sekaligus belajar, karena itu mendengarkan dan mempelajari karakter orang lain

sudah menjadi kesenangan yang juga sudah menjadi bagian hidup Dinda Natasya.

Menjunjung tinggi tata krama, budaya dan budi pekerti, menikmati semua seni

budaya anak manusia tanpa terkecuali sebagai bagian dari ekspresi diri, cinta

terhadap sesama manusia dan lainnya. Hal-hal yang berkaitan dengan kodrat

wanita adalah perhatian utama, menjadi wanita ratu rumah tangga itulah cita-

citanya. Seperti lilin yang bersinar sampai padam walau meleleh, seperti karang

tetap tegar diterpa ombak itulah semboyan hidup Dinda Natasya (Dinda Natasya

dan Anto HPrastyo, 2010:179).

Dinda Natasya menggunakan pemikirannya itu ke dalam kenyataan. Kini

semua catatan yang mewarnai di setiap perjalanannya tertuang di dalam bukunya

Dialog Cinta Oase Samudra Biru (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:2).

Menariknya latar belakang kehidupan Dinda Natasya inilah yang dijadikan

landasan dalam penelitian ini untuk lebih mengungkap keekspresifan Dinda

Natasya melalui proses kreatif kepengarangannya.

2. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini memaparkan penelitian dan analisis terdahulu yang telah

dipublikasikan diantaranya:

a. Skripsi Andry Khristian C0298008 (2006), Sastra Indonesia FSSR UNS.

Judul penelitian “Proses Kreatif Riri Riza dalam Penulisan Skenario Film

ELIANA, ELIANA”. Objek penelitian ini adalah skenario film “ELIANA,

ELIANA” oleh Riri Riza. Dengan rumusan masalah dalam penelitian (1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

14

Bagaimana “Proses Kreatif Riri Riza dalam Penulisan Skenario Film

ELIANA, ELIANA” ditinjau secara umum, yaitu mulai dari munculnya ide,

masa pengendapan, penulisan sampai proses penyempurnaan? (2) Bagaimana

“Proses Kreatif Riri Riza dalam Penulisan Skenario Film “ELIANA,

ELIANA” ditinjau secara khusus, yaitu bagaimana proses pencarian tema,

amanat, penokohan, setting, dan alur?

Penelitian ini menggunakan teori proses kreatif. Menurut Mochtar Lubis

dalam skripsi Andry Kristian, kreativitas seorang sastrawan adalah

kemampuannya untuk menyuling manusia dan kehidupannya, pengalaman

masyarakat, sejarah bangsanya dan negerinya, lingkungan hidupnya,

kebudayaan dan sistem nilai bangsanya baik yang homogen maupun yang

beragam-ragam, dan kemudian menuangkannya dalam kerangka ciptaannya,

berbentuk puisi atau prosa, dan menandai ciptaannya ini dengan citra

kepribadiannya, keyakinannya, kejujurannya, nilai-nilai yang dipegangnya,

keberaniannya, kebenarannya, dan rasa keindahannya. Dari analisis ini dapat

disimpulkan beberapa hal: (1) ide cerita “ELIANA, ELIANA” tumbuh karena

ketertarikan Riri Riza tentang sosok wanita Minang yang dikenalnya, yaitu

istrinya. Proses penulisan skenario “ELIANA, ELIANA” Riri Riza dilakukan

dari bulan Juni 2000 sampai bulan Agustus dibantu Prima Rusdi. Tahapan

proses kreatif Riri Riza menganut Triangel System, yaitu sutradara, penulis

skenario dan produser film duduk dalam satu kursi. Pada tahap

penyempurnaan, dilakukan penajaman karakter, perubahan judul, dan

pemotongan adegan, (2) dalam menulis skenario film “ELIANA, ELIANA”, Riri

Riza banyak dipengaruhi oleh pengalaman kerjanya dan orang-orang yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

15

berada di sekelilingnya. Dalam cerita “ELIANA, ELIANA” Riri Riza ingin

menghadirkan persoalan alur cerita “ELIANA, ELIANA” hanya berkisar pada

pertemuan, pembicaraan, pertengkaran untuk mempertahankan harga diri yang

terjadi saat Eliana dan Bunda bertemu. Film karya Riri Riza tidak sedang

menjual mimpi, tidak ada jagoan, juga tidak ada tokoh utamanya menderita

kemudian menjadi pengusaha sukses pada ending. Setting yang dimunculkan

adalah “kawasan belakang” yaitu perkampungan kumuh, yang sempit, air

comberan, kamar kontrakan yang mirip kapal pecah, suasana toko-toko setelah

tutup, atau gudang tua dengan dinding yang penuh dengan grafiti di daerah

Kota Jakarta.

b. Skripsi Budi Waluyo C0294009 (2000), Sastra Indonesia FSSR UNS, dengan

judul “Obsesi Pengarang dalam Naskah Lakon Pedati Kita di Kubangan Karya

Hanindawan (Sebuah Pendekatan Ekspresif)”. Objek penelitian ini adalah

naskah lakon “Pedati Kita di Kubangan” karya Hanindawan yang berisi

tentang manusia-manusia yang berada di dalam kegelapan, kegulitaan dalam

kehidupan yang tak mampu dipahami oleh manusia yang berada di dalamnya.

Sumber data primer adalah naskah lakon “Pedati Kita di Kubangan” yang

diterbitkan oleh ISI Press Surakarta, sedangkan sumber data sekunder berasal

dari berbagai artikel dalam koran. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif yaitu suatu metode yang berusaha untuk menjabarkan apa yang

menjadi masalah, menganalisis dan menafsirkan data yang ada. Pendekatan

yang digunakan adalah struktural yang dipadukan dengan pendekatan

ekspresif. Pendekatan struktural menurut Teeuw dalam skripsi Budi Waluyo

adalah pendekatan yang mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

16

masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama

menghasilkan makna menyeluruh. Pendekatan ekspresif ialah pendekatan yang

memandang karya sastra terutama dalam hubungannya dengan penulis.

Pendekatan ini mendefinisikan puisi atau karya sastra sebagai sebuah ekspresi

curahan atau ucapan perasaan, atau sebagai produk imajinasi pengarang yang

bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya

(Rachmat Djoko Pradopo, 2011:27).

Penelitian ini mengungkap tentang tinjauan ekspresif sebagai salah satu

cara untuk mendekati sastra. Peneliti berusaha mengupas pandangan pengarang

(Hanindawan) yang diwujudkan melalui naskah lakonnya. Untuk mengetahui

jiwa pengarang (yang tertuang dalam karyanya), dapat diketahui melalui

keterlibatan sosial, biografi pengarang, ideologi, sikap, dan posisi ekonomi.

Dari analisis dapat disimpulkan bahwa ekspresi pengarang dalam naskah lakon

ini meliputi lima hal yaitu: gaya bahasa dan gaya penulisan, obsesi tentang

kemerdekaan, pandangan tentang kemerdekaan ideal, obsesi tentang

kepemimpinan dan tentang kepemimpinan yang ideal.

B. Landasan Teori

1. Pendekatan Ekspresif

Pendekatan ekspresif menurut M. H. Abrams dalam bukunya The Mirror

and The Lamp: Romantic Theory and The Tradition menyimpulkan bahwa secara

umum kecenderungan utama teori ekspresif dapat dirangkum dengan cara ini:

sebuah hasil seni pada dasarnya sesuatu dari dalam yang dibuat eksternal, dari

hasil proses kreatif yang bekerja di bawah dorongan perasaan yang diwujudkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

17

dalam hasil kombinasi persepsi, pemikiran, dan perasaan seorang penyair (M. H.

Abrams, 1971:22).

Dalam koordinasi beberapa kritik seni Abrams memaparkan empat

elemen dalam situasi total suatu karya seni yang dideskriminasi dan dibuat

menonjol oleh satu sinonim atau lainnya, dalam hampir semua teori yang

bertujuan untuk menjadi komprehensif (M. H. Abrams, l971:6). Berkenaan

dengan itu Abrams mengatakan:

First, there is the work, the artist product itself. And since this is a human

product, an artifact, the second common element is the artificer, the artist.

Third, the work is taken to have a subject which, directly or deviously, is

derived from existing things-to be about, or signify, or reflect something

which either is, or bears some relation to, an objective state of affairs. This

third element, whether held to consist of people and actions, ideas and

feelings, material things and events, or super-sensible essences, has

frequently been denoted by that word-all-work, „nature‟; but let us use the

more neutral and comprehensive term, universe, instead. For the final

element we have the audience: the listeners, spectators, or readers to whom

the work of art is addressed, or to whose attention, at any rate, it becomes

available (Abrams, l971:6).

Melalui teori di atas, kita mengetahui bahwa pertama, ada suatu karya

sastra (karya seni); kedua, ada pencipta (pengarang) karya sastra; ketiga, ada

semesta (alam) yang mendasari lahirnya karya sastra; dan keempat, ada penikmat

karya sastra (pembaca). Menurut Abrams keempat hal ini dapat dijadikan sebagai

teori perbandingan agar lebih mudah untuk menganalisis dalam ranah kritik seni

(M. H. Abrams, 1971:6-7).

Berdasarkan teori di atas, karya sastra dapat dipandang dari empat sudut

pandang: (a) mimetik (b) pragmatis (c) ekspresif dan (d) objektif (M. H. Abrams,

1971:8-29). Cara pandang terhadap karya sastra semacam itu dalam memahami

atau menelaah karya sastra bisa difokuskan pada: (a) penjelasan seni sebagai dasar

tiruan dari aspek-aspek alam adalah pendekatan mimetik, (b) efek karya sastra

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

18

terhadap pembaca bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pragmatis,

(c) pengarang bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ekspresif, dan

(d) karya sastra sebagai karya yang mandiri adalah pendekatan objektif. Tetapi

dalam penelitian ini kajian difokuskan pada teori pendekatan ekspresif.

Pendekatan ekspresif memandang karya sastra terutama dalam

hubungannya dengan penulis. Pendekatan ini mendefinisikan puisi/karya sastra

sebagai sebuah ekspresi, curahan atau ucapan perasaan, atau sebagai produk

imajinasi pengarang yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, dan

perasaan-perasaannya. Pendekatan ini cenderung untuk menimbang karya sastra

dengan kemulusan, kesejatian, atau kecocokannya dengan visium (penglihatan

batin) individual penyair/pengarang atau keadaan pikirannya. Sering pendekatan

itu melihat ke dalam karya sastra untuk menerangkan tabiat khusus dan

pengalaman-pengalaman pengarang, yang secara sadar atau tidak ia telah

membukakan dirinya di dalam karyanya (Rachmat Djoko Pradopo, 2011:27).

Dalam proses penciptaan, karya sastra dapat dikatakan sebagai

pengalaman. Pengalaman di sini ialah jawaban (response) yang utuh dari jiwa

manusia ketika kesadarannya bersentuhan dengan kenyataan (realitas). Disebut

utuh karena tidak hanya meliputi kegiatan pikiran atau nalar, akan tetapi juga

kegiatan perasaan dan khayal atau imajinasi (Sumardjo dan Saini, 1986:10).

Menurut Mursal Esten dalam bukunya Kesusasteraan: Pengantar Teori

dan Sejarah bahwa seorang pengarang berhadapan dengan suatu kenyataan yang

ada dalam masyarakat (realitas objektif). Realitas objektif dapat berbentuk

peristiwa-peristiwa, norma-norma (tata nilai), pandangan hidup dan bentuk-

bentuk realitas objektif yang ada dalam masyarakat. Apabila seorang pengarang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

19

merasa tidak puas dengan realitas objektif itu, mungkin saja pengarang lalu

merasa “gelisah”. Berangkat dari kegelisahannya itulah, pengarang dengan

caranya sendiri memprotes, memberontak, mendobrak realitas yang menurutnya

tidak memuaskan atau penuh dengan ketidakadilan. Setelah ada suatu sikap, maka

pengarang mencoba untuk mengangankan suatu “realitas” baru sebagai pengganti

realitas objektif yang sementara ini ditolak pengarang. Hal inilah yang kemudian

diungkapkan melalui karya sastra yang diciptakan pengarang. Pengarang mencoba

untuk mengutarakan sesuatu terhadap realitas objektif yang ditemukannya.

Pengarang ingin berpesan kepada pihak-pihak lain tentang sesuatu yang dianggap

sebagai masalah atau persoalan manusia (Mursal Esten, 1993:9).

Karya sastra dituntut untuk memberikan hiburan (entertainment), maka

keindahan, kesegaran, kemenarikan dan sejenisnya harus menyertai karya sastra

tersebut. Karena sifatnya yang kreatif-imajinatif, karya sastra menyaran pada

dunia rekaan sang penciptanya. Karya sastra novel misalnya, menyuguhkan cerita.

Tokoh-tokoh berikut perilaku yang menyertai dan segala aspek pendukung cerita

itu merupakan hasil kreasi dari pengarangnya. Sebagai karya seni, karya sastra

diciptakan dengan menonjolkan aspek seninya (aspek estetis) dalam upaya untuk

memberikan hiburan (entertainment) bagi penikmatnya (Fatchul Mu’in,

http://pbingfkipunlam.wordpress.com, tanggal 16 Februari 2012 pukul 15.30

WIB).

Karena sifatnya yang menghibur sehingga karya sastra tidak

menghadirkan manfaat atau mengajarkan moral secara langsung, melainkan

mengajarkan kepada pembaca melalui keindahannya. Pesan moral disampaikan

oleh pengarang melalui keindahan karya sastra.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

20

2. Proses Kreatif

Proses kreatif seorang pengarang maupun penulis adalah ruang istimewa

yang tidak bisa diabaikan, karena hal itu menentukan mutu karya ciptaannya

(Naning Pranoto, 2011:30). Pengarang yang sering membicarakan proses

kreatifnya lebih suka menyinggung prosedur teknik yang dilakukan dengan sadar

daripada membicarakan “bakat alam”, atau pengalaman yang menjadi bahan

karya, atau karyanya sebagai cermin atau prisma dari pribadi mereka. Cukup jelas

alasan seniman-seniman yang sadar diri untuk menyatakan bahwa karya mereka

bersifat tidak personal. Jadi seakan-akan mereka memilih tema seperti seorang

editor yang menghadapi masalah estetika (Rene Wellek dan Austin Warren,

1993:101).

Hal yang menunjang dalam penelitian proses kreatif adalah biografi

pengarang, namun biografi hanya bernilai sejauh memberi masukan tentang

penciptaan karya sastra. Tetapi biografi dapat juga dinikmati karena mempelajari

hidup pengarang yang jenius, menelusuri perkembangan moral, mental, dan

intertektualnya, yang tentu menarik. Biografi dapat juga dianggap sebagai studi

yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatif (Rene Wellek dan

Austin Warren, 1993:82).

Karya sastra adalah sebuah struktur tanda yang bermakna. Di samping

itu, karya sastra adalah karya yang ditulis oleh pengarang. Pengarang tidak

terlepas dari latar belakang sosial budayanya. Maka semuanya itu tercermin dalam

karya sastranya (Rachmat Djoko Pradopo, 1995:108). Proses kreatif meliputi

seluruh tahapan, mulai dari dorongan bawah sadar yang melahirkan karya sastra

sampai pada perbaikan terakhir yang dilakukan pengarang. Bagi sejumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

21

pengarang, justru bagian akhir ini merupakan tahapan yang paling kreatif (Wellek

dan Warren, 1993:97).

Williem Miller dalam buku Jakob Sumardjo yang berjudul Catatan Kecil

Tentang Menulis Cerpen memaparkan tentang berbagai pengalaman penulis

terkenal, yaitu menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi

gagasan. Banyak yang melakukan secara spontan, tetapi juga ada yang berkali-

kali mengadakan koreksi dan penulisan kembali. Artikel ini ditulis sekitar sejam,

tapi ada juga penulis yang melakukannya berhari-hari. Potensi dan tabiat orang

memang tidak sama. Namun dalam kerja menulis, cepat atau lamban, selalu

mengalami proses kreatif yang hampir sama (Jakob Sumardjo, 1997:69).

Dalam buku Jakob Sumardjo tersebut juga memaparkan bahwa terdapat

empat tahap proses kreatif menulis. Pertama, tahap persiapan, dalam tahapan ini

seorang penulis telah menyadari apa yang akan dia tulis dan bagaimana ia akan

menuliskannya. Apa yang akan ditulis adalah gagasan, isi tulisan. Sedang

bagaimana ia akan menuangkan gagasan itu adalah soal bentuk tulisannya. Soal

bentuk tulisan inilah yang menentukan syarat teknis penulisan.

Kedua, tahap inkubasi (masa pengendapan atau meditasi). Pada tahap ini

gagasan yang telah muncul tadi disimpannya dan dipikirkannya matang-matang,

dan ditunggunya waktu yang tepat untuk menuliskannya. Selama masa

pengendapan ini biasanya konsentrasi penulis hanya pada gagasan itu saja. Di

mana saja dia berada dia memikirkan dan mematangkan gagasannya.

Ketiga, saat inspirasi (munculnya ide), tahapan inilah tahap yang

menggelisahkan. Inilah saat “Eureka” yakni saat yang tiba-tiba seluruh gagasan

menemukan bentuknya yang amat ideal. Gagasan dan bentuk ungkapnya telah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

22

jelas dan padu. Ada desakan kuat untuk segera menulis dan tidak bisa ditunggu-

tunggu lagi. Kalau saat inspirasi ini dibiarkan lewat, biasanya bayi gagasan akan

mati sebelum lahir. Gairah menuliskannya lama-lama akan mati.

Keempat, tahap penulisan. Kalau saat inspirasi telah muncul maka

segeralah lari ke mesin tulis atau komputer atau ambil bolpoin dan segera

menulis. Keluarkan segala hasil inkubasi selama ini. Tuangkan semua gagasan

yang baik atau kurang baik, muntahkan semuanya tanpa sisa dalam sebuah bentuk

tulisan yang direncanakannya. Rasio belum boleh bekerja dulu. Bawah sadar dan

kesadaran dituliskan dengan gairah besar. Hasilnya masih suatu karya kasar,

masih sebuah draft belaka. Spontanitas amat penting di sini.

Kelima, tahap revisi. Setelah “melahirkan” bayi gagasan di dunia nyata

ini berupa tulisan, maka istirahatkanlah jiwa dan badan anda. Biarkan tulisan

masuk laci. Kalau saat-saat dramatis melahirkan telah usai dan otot-otot tak kaku

lagi, maka bukalah laci dan baca kembali hasil kasar dulu itu. Periksalah dan

nilailah berdasarkan pengetahuan dan apresiasi yang kau miliki. Buang bagian

yang dinalar tak perlu, tambahkan yang mungkin perlu ditambahkan (Jakob

Sumardjo, 1997:69-72).

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam mendeskripsikan penelitian ini dituangkan sebagai

berikut.

1. Berdasarkan rumusan masalah, dilakukan penelitian mengenai proses kreatif

Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang menentukan keekspresifan Dinda

Natasya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

23

2. Penentuan klasifikasi karya-karya Dinda Natasya dalam tataran proses kreatif

yang dijadikan sampel untuk penelitian ini.

3. Tahap selanjutnya melakukan wawancara mendalam dengan narasumber, guna

mengetahui sisi kekhasan kepengarangan Dinda Natasya.

4. Tinjauan pengarang atau riwayat hidup pengarang juga dijadikan sebagai acuan

dalam penelitian ini.

5. Tahap akhir penelitian ini adalah analisis terhadap data-data untuk

mengerucutkan menjadi satu simpulan berupa proses kreatif Dialog Cinta

Oase Samudra Biru dalam menentukan keekspresifan Dinda Natasya.

Bagan

Kerangka Pikir Penelitian

Wawancara dengan Dinda Natasya

Riwayat hidup Dinda Natasya

Analisis proses kreatif dalam menentukan

keekspresifan Dinda Natasya

Klasifikasi karya Dinda Natasya

dalam tataran proses kreatif

Simpulan keekspresifan Dinda Natasya yang

didapat dari proses kreatif kepengarangannya

Proses Kreatif Dialog Cinta Oase Samudra Biru

dalam menentukan keekspresifan Dinda Natasya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menurut Atar Semi dalam

buku Suwardi Endraswara penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan

dengan tidak mengutamakan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman

penghayatan terhadap interaksi antar-konsep yang sedang dikaji secara empiris

(Suwardi Endraswara, 2011:5).

Penelitian ini juga dilakukan dengan memenuhi ciri penting dari

penelitian kualitatif dalam kajian sastra, antara lain: (1) peneliti merupakan

instrumen kunci yang akan membaca secara cermat sebuah karya sastra, (2)

penelitian dilakukan secara deskriptif, artinya terurai dalam bentuk kata-kata atau

gambar jika diperlukan, bukan berbentuk angka, (3) lebih mengutamakan proses

dibandingkan hasil, karena karya sastra merupakan fenomena yang banyak

mengundang penafsiran, (4) analisis secara induktif, dan (5) makna merupakan

andalan utama (Suwardi Endraswara, 2011:5).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang

diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan (Sutrisno Hadi, 1983:70).

Populasi penelitian ini adalah Dialog Cinta Oase Samudra Biru. Adapun populasi

sampling dari penelitian ini adalah beberapa puisi dan kisah yang diambil dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

25

Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang berkaitan erat dengan latar belakang

masalah.

1. Sampel

Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki. Satu persoalan penting

yang dihadapi oleh seorang penyelidik jika ia hendak mengadakan research

sampling adalah bagaimana ia dapat memperoleh sampel atau sampel-sampel

yang dapat “mewakili” populasi. Tentulah yang dimaksud dengan “mewakili”

bukanlah duplikat atau “replika” yang cermat, melainkan hanya sebagai “cermin

yang dapat dipandang menggambarkan secara maksimal keadaan populasi

(Sutrisno Hadi, 1983:70). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive

sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-

sifat yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan populasi yang sudah

diketahui sebelumnya (Sutrisno Hadi, 1983:82).

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel yang

disesuaikan dengan rumusan masalah, yaitu berkaitan dengan persoalan-persoalan

sosial yang disebabkan oleh cinta. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah

beberapa puisi dan kisah yang diambil dari Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang

berkaitan erat dengan latar belakang masalah sehingga mampu menentukan

masing-masing standar estetis untuk penelitian ini.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang digunakan adalah data kualitatif yaitu data yang disajikan

dalam bentuk kata verbal, bukan dalam bentuk angka. Data dalam bentuk kata

verbal sering muncul dalam kata yang berbeda dengan maksud yang sama, atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

26

sebaliknya; sering muncul dalam kalimat panjang lebar, yang lain singkat

melainkan perlu dilacak kembali maksudnya:dan banyak lagi ragamnya. Data kata

verbal yang beragam tersebut perlu diolah agar menjadi ringkas dan sistematis

(Noeng Muhadjir, 1996:29). Data dapat berupa pemakaian bahasa (ungkapan,

kalimat, dan diksi), perilaku masyarakat, buku-buku, dokumen, arsip dan lain-

lain. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa kisah dan

puisi dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru untuk menentukan proses kreatif

pengarang dan keekspresifan Dinda Natasya.

2. Sumber Data

Sumber data merupakan asal muasal data-data penelitian itu diperoleh

yang kemudian dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Data-data penelitian

itu juga berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Data-

data yang diperoleh dalam penelitian ini mempunyai sumber yang jelas dan pasti.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Informan

Sumber data dalam penelitian ini adalah informan, yaitu Dinda Natasya.

Dinda Natasya dijadikan sumber data karena penelitian ini membicarakan

masalah proses kreatif penulisan sebuah karya. Sehingga informasi penulis

sangat penting dalam memberikan data-data yang diharapkan peneliti.

b. Kepustakaan

Sumber kepustakaan dalam penelitian ini adalah Dialog Cinta Oase

Samudra Biru karya Dinda Natasya dan Anto Hprastyo yang diterbitkan pada

tahun 2010 oleh Mata Aksara dan hasil wawancara dengan Dinda Natasya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

27

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan untuk

memperoleh data yang berkualitas. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini

adalah melalui penggolongan klasifikasi Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang

sesuai dengan tujuan penelitian dan wawancara terhadap pengarang (teknik kerja

sama dengan informan). Wawancara (interview) adalah cara-cara memperoleh

data dengan berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu dengan

individu maupun individu kelompok (Nyoman Kutha Ratna, 2010:222).

E. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data merupakan tahap analisis setelah seluruh data

terkumpul. Teknik analisis kualitatif pada dasarnya mempergunakan pemikiran

logis, analisis dengan logika, dengan induksi, deduksi, analogi, komparasi dan

sejenis itu (Tatang M. Amirin, 1990:95). Sesuai dengan penelitian ini yang berupa

penelitian kualitatif, maka teknik analisis data dari penelitian ini berupa

pendeskripsian data penelitian secara kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan beberapa tahapan yaitu sebagai berikut.

1. Tahap Deskripsi Data

Tahap deskripsi data bertujuan untuk membuat gambaran sistematis,

faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat, dan hubungannya dengan fenomena

yang diteliti.

Deskripsi data merupakan pendefinisian tentang pengertian-pengertian

yang berhubungan dengan karya sastra (Rachmat Djoko Pradopo, 2011:183).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

28

2. Tahap Klasifikasi Data

Klasifikasi data dilakukan dengan mengelompokkan data-data yang telah

dideskripsikan sesuai dengan permasalahan.

Tahap klasifikasi data merupakan penggolongan yang memilah-milahkan

data sesuatu dengan kelompoknya, kategori pengelompokkan bersifat natura

(Suwardi Endraswara, 2011:154).

3. Tahap Analisis Data

Dalam penelitian ini data dianalisis dari segi proses kreatif pengarang

untuk menemukan keekspresifannya. Analisisnya berdasarkan tahap pengambilan

sampel untuk menentukan klasifikasi, penentuan konflik sosial dalam klasifikasi,

dan pengolahan data hasil wawancara terhadap objek penelitian.

Knox C Hill dalam buku Rachmat Djoko Pradopo memaparkan bahwa

karya sastra merupakan sebuah struktur kompleks, maka untuk memahaminya

perlu adanya analisis, yaitu penguraian terhadap bagian-bagian atau unsur-

unsurnya (Rachmat Djoko Pradopo, 1995:93).

4. Tahap Interpretasi Data

Tahapan ini memberikan pemaknaan pada data yang telah dianalisis

dalam kesesuaian dengan tujuan penelitian tanpa mengurangi keobjektifannya.

Tahap ini adalah tahap untuk memberikan penjelasan arti bahasa sastra

dengan sarana analisis, parafrase, dan komentar, biasanya terpusat terutama pada

kegelapan, ambiguitas, atau bahasa kiasannya (Rachmat Djoko Pradopo,

1995:93).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

29

F. Teknik Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian diperoleh melalui data yang telah diolah,

dianalisis, dan dievaluasi pada rangkaian tahap sebelumnya. Teknik penarikan

kesimpulan ini melalui ragam induktif, yaitu teknik penarikan kesimpulan yang

berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang konkret, kemudian dari

fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus konkret itu ditarik generalisasi-

generalisasi yang mempunyai sifat umum. Dalam generalisasi semacam ini sudah

tentu hal-hal atau peristiwa-peristiwa khusus yang dijadikan dasar generalisasi itu

masih termasuk dalam daerah generalisasi yang dianggap benar itu. Artinya, jika

suatu generalisasi dikenakan pada peristiwa-peristiwa khusus dari mana

generalisasi itu diambil, maka harus ada kococokan hakekat (Sutrisno Hadi,

1983:42).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

30

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Proses Kreatif Kepengarangan Dinda Natasya

1. Tahap Persiapan

Setiap pengarang memiliki cara masing-masing untuk melalui tahap

persiapan dalam proses penciptaan karya sastranya. Tahap persiapan tergantung

pada sejauh mana pemikiran dan pengalaman yang dialami oleh pengarang. Karya

sastra yang berkaitan erat dengan latar belakang kehidupan pengarang juga tidak

terlepas dari peran pengarang dalam mengolah tahapan ini. Peran pengarang

sangat penting dalam mengolah dan mengembangkan pemikirannya untuk

kemudian dituangkan ke dalam karya sastra.

Tahap persiapan, dalam tahapan ini seorang penulis telah menyadari apa

yang akan dia tulis dan bagaimana ia akan menuliskannya. Apa yang akan ditulis

adalah gagasan, isi tulisan. Sedang bagaimana ia akan menuangkan gagasan itu

adalah soal bentuk tulisannya. Soal bentuk tulisan inilah yang menentukan syarat

teknis penulisan (Jakob Sumardjo, 1997:69-70).

Pada tahap ini Dinda Natasya memiliki gambaran akan bagaimana

karyanya nanti. Meski tidak banyak persiapan yang dilakukan Dinda Natasya

dalam proses perciptaan karya sastranya. Dinda Natasya menulis hanya karena

apa yang dilihat dan didengarnya. Dinda Natasya selalu menempatkan dirinya

pada posisi mereka yang menjadi inspirasinya agar dapat ikut merasakan apa yang

mereka rasakan. Dinda Natasya melakukannya dengan cara spontan. Bahkan ia

mengaku dirinya lebih cepat berbicara daripada menulis. Bagi Dinda Natasya,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

31

begitu ada topik yang “dilemparkan” untuknya maka dengan cepat sajak-sajak

akan mengalir dari ucapannya. Hal ini disebabkan dari kebiasaan Dinda Natasya

sebagai penyiar yang telah terlatih untuk bereaksi spontan terhadap suatu masalah

(Email Dinda Natasya, 3 Februari 2012 pukul 21.59 WIB).

Spontan adalah serta merta; tanpa dipikir; atau tanpa direncanakan lebih

dulu; melakukan sesuatu karena dorongan hati, tidak karena dianjurkan dsb

(Dendy Sugono, 2008:1335). Kespontanan Dinda Natasya tersebut tercermin pada

puisi yang terdapat dalam judul dan lariknya. Seperti dalam puisi PadaMu (hal

72), Tak Sepi (hal 73), dan Romansa (hal 75). Judul-judul dan larik-larik yang

terdapat di dalamnya tergolong singkat atau pendek-pendek dibandingkan dengan

karya-karyanya yang lain. Dinda Natasya mengungkapkan curahan hatinya tanpa

berpikir panjang. Berkaitan dengan pengertian spontan, hal itu menunjukkan

bahwa puisi tersebut memang merupakan puisi yang bersifat ekspresi spontan dari

Dinda Natasya. Berikut kutipan salah satu dari ketiga puisi di atas yang

menunjukkan ekspresi spontan dalam tulisannya.

ROMANSA

Di dinding kamarku

Putih susu

Diam memandang

Kala mataku pejam.

Disudut ranjangku

Bayang keemasan

Hangat menyusup

Saat tubuhku tergetar

Di langit-langit malamku

Romansa tertinggal

Penuh bisik lirih

Saat anganku terkenang

Wangi cendana membingkai indah

Wajah cinta dalam rona pelangi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

32

Indah tercium

Walau hasrat tengah tenggelam

Wahai

Kidung asmarandana

Kau di sini

Tinggal di kamar hati

Menebar romansa asmara

Malam minggu sendiri.

Jakarta, 30 Januari 2010. (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:75)

Meski demikian kespontanan Dinda Natasya tersebut juga berkaitan

dengan profesinya sebagai penyiar yang terbiasa berpikir cepat dan dapat

langsung mengungkapkan pendapatnya dengan cepat ketika ada topik yang

diberikan untuknya. Sama halnya ketika dalam tahap persiapan ini, Dinda Natasya

tidak memerlukan banyak persiapan untuk menulis. Karena sebagai penyiar yang

sudah cukup berpengalaman selama lebih dari 25 tahun, Dinda Natasya juga

banyak menyimpan pengalaman, baik itu dari dirinya maupun dari pendengarnya

atau orang lain (“pasien-pasiennya”). Kespontanan Dinda Natasya tersebut juga

diungkapkannya dalam kutipan hasil wawancara berikut.

Jadi, ketika itu Bunda tulis peristiwanya, hal-hal yang penting apa. Nanti

kalau sudah ada waktu, tidak lama sih, maksudnya beberapa waktu kalau itu

pagi atau malamnya yang penting tidak jauh dan masih ingat langsung

dibikin. Tapi, tulisan tangan itu ya dicatatan...

Karena Bunda dipakai siaran, dipakai siaran itu tidak menganggap. Beda ya,

jadi ga pakai laptop, kalau orang kan tulis dulu di .... terus pakai laptop.

Ngomongnya kita cepat ya kalau nulis, dalam hitungan menit kita harus

sudah, ada kasus hitungan menit, Bunda harus On Air lagi. Jadi kalau ada

ide sekelebat masuk ya langsung catat, sampaikan, nanti kan kalau itu

penting ke belakangnya itu baru dikembangkan di..di apa, ditulis lebih luas

gitu kan wawasannya ditambahin supaya membaca juga itu bisa jadi ilmu

gitu (Wawancara Dinda Natasya, 31 Maret 2012).

Dinda Natasya menggunakan pemikirannya dalam mempersiapkan tahap

ini untuk menciptakan karya-karyanya dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru,

terutama persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta. Cinta dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

33

pengertian yang luas yaitu cinta kepada Tuhan, sesama mahkluk sosial, kisah

kasih pria dan wanita, orang tua kepada anak, dan sebagainya. Hal tersebut

tampak dalam kutipan berikut.

Ya Allah

Padamu bersimpuh di ujung sajadah

Menggenggam tasbih

Pejam tertunduk

Hingga basah mata

Mengigil ngilu

Merindui hadirmu di setiap waktuku

Engkaulah hidupku... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:72)

Wujud cinta kepada Tuhan sangat terlihat dalam kutipan puisi PadaMu

di atas. Dinda Natasya mengungkapkan bahwa wujud cinta itu dilakukan dengan

melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ibadah sholat yang

diakhiri dengan membaca tasbih yang tampak dalam puisi tersebut merupakan

wujud nyata kecintaan Dinda Natasya pada Tuhannya. Wujud cinta Dinda

Natasya yang lain yaitu sesama mahluk sosial tampak dalam kutipan berikut.

...Boleh kau ingatkan belenggu atasku

Dan kau rantai kehidupanku

Tapi kemanakah nurani

Jika aku merasa belenggu ini bukan milikku

Kebebasan itu terbatas tipis

Apakah aku ini bersalah?

Apakah aku ini pendosa? (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:102)

Persoalan sosial seperti yang tampak dalam kutipan puisi di atas

merupakan contoh tipisnya kecintaan antar-sesama makhluk sosial berupa

ketidakpedulian dengan bertindak sewenang-wenang menggunakan kekuasaannya

untuk menghakimi sesamanya. Cinta dalam pengertian antar sesama makhluk

sosial juga tampak dalam kutipan puisi Cinta Tak Bertuan Antara Oase, Samudra

Biru dan Pandeka, yaitu “...Dan sesungguhnya cinta tak bertuan. Ia milik siapa

saja” (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:96).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

34

Maksud dari judul dan kutipan puisi yang saling berkaitan di atas adalah

cinta Dinda Natasya, Samudra Biru, dan Pandeka dapat dimiliki oleh siapa saja.

Hal ini barkaitan dengan profesinya sebagai “dokter cinta” yang menerima dengan

tangan terbuka bagi siapa saja yang datang padanya untuk mencurahkan isi

hatinya. Dinda Natasya selain menjadi pendengar setia, ia juga mampu memberi

kenyamanan dan kedamaian serta membantu memberi solusi semampunya kepada

“pasien-pasiennya”. Sebab itulah Dinda Natasya banyak dicintai oleh “pasien-

pasiennya” dan orang-orang di sekitarnya. Begitu juga dengan Samudra Biru

sebagai penulis, karena tulisan-tulisannya yang bersifat menghibur dan dapat

memberi nasihat-nasihat atau pesan secara tidak langsung.

Sebagian besar “pasien-pasien” Dinda Natasya datang dengan membawa

persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta, termasuk persoalan

percintaan antara pria dan wanita. Hal tersebut tampak dalam kutipan puisi

Menyapa dengan Cinta (hal 93) berikut.

Aduhai

Betapa indah cinta menyapa dunia

Santunmu sesakkan dada

Bukan lembut buai angin menerpa ilalang

Senja itu milikku, biarlah kubingkai dengan hatiku...

(Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:93)

Pengertian cinta dalam kutipan di atas merupakan cerminan kisah

seseorang yang sedang jatuh cinta kepada lawan jenis atau dapat dikatakan mabuk

cinta. Mabuk adalah berbuat di luar kesadaran; sangat gemar (suka); tergila-gila;

sangat birahi; mabuk asmara (Dendy Sugono, 2008:852). Dalam kaitannya

dengan hal ini kisah percintaan tak selalu sesuai harapan, ada yang patah hati

karena cinta. Hal tersebut tampak dalam judul puisi Puisi Para Mantan, yang

mencerminkan tentang kisah cinta yang sudah berakhir sehingga orangnya disebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

35

dengan mantan (misalnya mantan kekasih). Mantan adalah bekas (Dendy Sugono,

2008:514), sedangkan kekasih merupakan (orang) yang dicintai; buah hati (Dendy

Sugono, 2008:397). Jadi sebenarnya pengertian mantan kekasih tidak hanya

ditujukan untuk pacar tetapi juga merupakan istilah penyebutan bagi bekas atau

orang yang pernah dikasihi.

Pengertian cinta yang begitu luas sehingga tidak menutup kemungkinan

cinta hadir kapan saja, kepada siapa saja, dan di mana saja. Termasuk cinta orang

tua kepada anaknya yang tidak pernah pudar dan tercermin dalam puisi berjudul

Untuk Kedua Puteraku (hal 104-106) dan Catatan Untuk Putriku Ulang Tahun

Keyko Ke 21 9 Desember 2009 (78-79).

Dari judul puisinya saja sudah sangat terlihat bahwa Dinda Natasya ingin

menunjukkan betapa besar rasa cintanya untuk kedua anaknya. Menuliskan puisi

khusus untuk anak-anak istimewanya itu. Cinta Dinda Natasya juga layaknya

cinta seorang ibu sepanjang masa, hal tersebut tampak dalam kutipan puisi

Catatan Untuk Putriku Ulang Tahun Keyko Ke 21 9 Desember 2009 (78-79),

yaitu“...May Allah bless you: little princess. Cinta ibu hidup dalam jiwamu tak

pernah mati” (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:79).

Hal tersebut juga merupakan bentuk ungkapan atau penyataan cinta

Dinda Natasya untuk kedua anaknya. Pada larik “...May Allah bless you: little

princess” memiliki arti “...semoga Allah memberkahimu: putri kecil”, bermakna

bahwa Dinda Natasya mendoakan anaknya yang pada saat itu sedang berulang

tahun di usia 21 tahun. Meski putrinya telah memasuki usia dewasa Dinda

Natasya masih menganggapnya sebagai putri kecil atau “little princess” karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

36

rasa sayangnya yang tidak pernah berkurang sejak putrinya berusia dini hingga

dewasa.

Demikian itu pengertian cinta yang luas, cinta yang tak mengenal ruang,

jarak, dan waktu. Cinta yang dapat singgah di hati siapa saja, kapan saja, dan di

mana saja. Dinda Natasya mengemas pengertian-pengertian cinta itu ke dalam

larik-larik puisi yang apik dan penuh nasihat.

Dalam tahap persiapan ini Dinda Natasya banyak mendapat dorongan

dari pendengar pada acara siaran langsungnya di PAS FM Radio Bisnis Jakarta

dan orang-orang yang sudah sering membaca beberapa petikan tulisan Dinda

Natasya di status dinding akun facebook miliknya. Tuntutan dari orang-orang

terdekatnya itulah yang sedikit memaksa Dinda Natasya untuk membukukan

tulisan-tulisannya.

2. Tahap Inkubasi (Masa Pengendapan atau Meditasi)

Pengarang melalui tahap pengendapan dalam proses penciptaan karya

sastra sebelum akhirnya menuliskan apa yang telah menjadi gambaran pengarang.

Masa pengendapan adalah tahapan yang dilakukan dengan mencari,

mengumpulkan, mengolah, sekaligus memikirkan hal-hal yang dianggap perlu

untuk memperkuat ide pengarang.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian dari tahapan-tahapan

tersebut adalah, (1) mencari adalah beusaha mendapatkan (menemukan,

memperoleh), (2) mengumpulkan adalah membawa sesuatu dan menyatukan

dengan yang lain agar dapat berkumpul, (3) mengolah adalah memasak

(mengerjakan, mengusahakan) sesuatu (barang dsb) supaya menjadi lain atau

lebih sempurna, dan (4) memikirkan di sini adalah mencari upaya untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

37

menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan akal budi; mempertimbangkan;

merenungkan (Dendy Sugono, 2008:245-1073).

Pengertian-pengertian tersebut dalam kaitannya dengan masa

pengendapan merupakan tahapan yang harus dilalui sebelum pada akhirnya

menuliskan. Tidak sulit bagi Dinda Natasya untuk mencari dalam tahapan ini,

karena ia banyak mendapat inspirasi dari pengalaman hidup baik diri sendiri

maupun orang lain. Dari pengalaman pendengar dan “pasien-pasiennya” itu

dengan tidak disadari telah terkumpul banyak hal sehingga menjadi konsep

berpikir Dinda Natasya. Kemudian Dinda Natasya mengolahnya sekaligus

memikirkan dengan memilah-milah hal-hal yang dianggap perlu dalam

membagikan konsep berpikirnya tentang pengalaman-pengalaman tersebut ke

dalam tulisan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Salah satu

yang menjadi cerminan dari hal tersebut terdapat dalam pernyataan Dinda Natasya

dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru yaitu Catatan Lain Tentang Penjara.

Terdapat suatu pernyataan tentang pengalaman Dinda Natasya yang menghasilkan

puisi Mimpi 18 Hari (hal 15) dan kisah Catatan Lain Tentang Penjara (hal 12-14)

itu sendiri, berikut kutipannya.

...Ini adalah pengalamanku ketika aku banyak mendengar suara-suara dari

balik penjara. Merasakan pahit getirnya kehidupan dan indahnya

persahabatan yang tersampaikan lewat forum curhat baik yang melalui

SMS, telepon pribadi ataupun yang online melalui acara di radio. Aku

seakan tinggal di dalam (ruang tahanan) selama 18 hari (Dinda Natasya dan

Anto HPrastyo, 2010:13).

Kedua, tahap inkubasi (masa pengendapan atau meditasi). Pada tahap ini

gagasan yang telah muncul tadi disimpannya dan dipikirkannya matang-matang,

dan ditunggunya waktu yang tepat untuk menuliskannya. Selama masa

pengendapan ini biasanya konsentrasi penulis hanya pada gagasan itu saja. Di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

38

mana saja dia berada dia memikirkan dan mematangkan gagasannya (Jakob

Sumardjo, 1997:70).

Pada beberapa karya Dinda Natasya merupakan curahan hatinya ketika

berhadapan atau merasakan suatu keadaan yang mengganggu pikirannya.

Menurutnya, menulis adalah cara pelampiasan untuk menjadikan perasaan dan

pikiran negatif menjadi lebih bermanfaat untuk orang lain dan juga dirinya secara

pribadi. Dinda Natasya mengaku tidak banyak melakukan proses pengendapan

selain membaca kembali beberapa kali sambil meneliti apakah pesan yang

disampaikan lewat tulisannya itu sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pemikiran

Dinda Natasya atau tidak. Juga apakah bisa dipahami atau dicerna dengan mudah

atau tidak oleh pembaca (Email Dinda Natasya, 3 Februari 2012 pukul 21.59

WIB).

Cara yang dilakukan Dinda Natasya tersebut merupakan kompensasi

sebagai salah satu penyeimbang untuk mendapatkan katarsis yaitu penyucian diri

yang membawa pembaruan rohani dan pelepasan diri dari ketegangan (Dendy

Sugono, 2008:635). Bentuk pelampiasan yang dilakukan Dinda Natasya ini

sebagai pengalihan dari pikiran negatifnya terhadap suatu keadaan yang kemudian

diolah dan dituangkan ke dalam tulisannya agar lebih bermanfaat untuk

pembacanya. Namun tidak semua pemikiran setiap pembaca itu sama, karena

pembaca memiliki cara pandang yang berbeda. Cara pandang tersebut juga

bergantung pada latar belakang kehidupan, wawasan, dan pengalaman hidup

pembaca sehingga mempengaruhi daya tangkap mereka. Dalam kaitannnya

dengan hal tersebut, peneliti dapat menangkap hal positif dari hasil bacaannya

sehingga dapat menjadi hal yang lebih bermanfaat dan dijadikan sebagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

39

pembelajaran tanpa mengalaminya secara langsung. Karena selain dari

pengalaman yang dialami oleh diri sendiri, kita juga dapat belajar dari

pengalaman orang lain. Bagi peneliti, orang yang tidak memiliki banyak

pengalaman bacaan, mungkin tulisan Dinda Natasya tersebut hanya sekedar

bacaan yang menghibur sehingga tetap bermanfaat.

Hal di atas tercermin dalam puisi Dinda Natasya yaitu Kalah (hal 70-71)

dan Puisi Para Mantan (hal 112-113), berikut kutipannya.

KALAH

Ya Allah

Engkau mengajariku cinta

Dalam kegalauan mencoba mencari

Apa makna yang telah kau beri

Tentang memberi dan menerima

Tentang ketulusan dan keikhlasan

Ya Allah

Hari ini aku tersesat jauh

Dalam perjalananku meraih cintamu

Seseorang datang menghadang langkahku

Aku gagal mendapatkanmu

Karena aku memberi seluruh cintaku

Dan menerima fatamorgana ini

Yang telah menjauhkanku darimu

Ya Allah

Inilah tipu muslihat cinta

Yang ku lihat adalah kesenangan dunia

Kebahagiaan semu yang ternyata membuatku menderita

Karena cintaku telah melebihi persembahanku padamu

Ya Allah

Jika akhirnya tangis dan sesal

Tak bisa lagi menolong

Siapakah yang akan selamatkanku dari siksa ini

Jika bukan karena kasih sayangmu

Ampunilah aku ya Tuhanku

Karena cinta ini telah membutakan matahatiku

Ya Allah

Bebaskan aku dari penjara cinta ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

40

Biarkan aku kembali padamu

Jangan kau hukum aku atas semua kesalahan ini

Karena mencintainya melebihi cintaku padamu

Seperti yang seharusnya (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:70-71).

Puisi di atas merupakan curahan hati Dinda Natasya yang menuliskan

tentang kekalahan manusia, ketika manusia itu kalah dalam menempatkan dirinya

di posisi sebagai manusia. Karena hidup, mati, rezeki, dan terutama jodoh adalah

milik Tuhan artinya manusia semestinya tunduk dan patuh terhadap takdir yang

menjadi kehendak Tuhan. Kemudian dalam puisi Kalah (hal 70-71), Dinda

Natasya mengemas bentuk kekalahan tersebut berupa kalahnya intuisi manusia

terhadap nafsunya sendiri. Dalam menulis puisi tersebut, Dinda Natasya banyak

melihat “kekalahan” orang-orang dalam menjalin hubungan, meski taat dalam

agamanya namun cinta mereka bisa mengalahkan keimanan. Misalnya manusia

lebih berani meninggalkan Tuhan untuk kekasihnya daripada meninggalkan

kekasihnya untuk Tuhan sehingga sama halnya dengan nekat meninggalkan

agama. Demikian yang diungkapkan Dinda Natasya dalam kutipan hasil

wawancara melalui telepon berikut.

Kalau di Kalah itu Bunda menuliskannya itu kekalahan manusia ketika ia

kalah menempatkan dirinya di posisinya sebagai manusia. Karena kalau

jodoh, mati, rejeki, itu milik Tuhan artinya kan manusia tunduk patuh sama

takdir sama kehendak-Nya kan. Nah, ketika kekalahan itu adalah kalah

karena intuisinya ya kalah sama nafsunya sendiri maka kekalahan itu kan

kekalahan mutlak. Karena ia tidak mungkin tidak bangkit, kecuali kalau

Tuhan sendiri yang datang menolong ya, ...

...Kalau bicara tentang menganalisa permasalahan remaja, percintaan yang

gagal, dan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan ketuhanan yang

kemudian menjadi abu-abu ketika cinta masuk dan manusia menjadi Kalah

tadi kan. Ee akhirnya itu lebih berani meninggalkan Tuhan daripada ee apa

ya namanya, berani meninggalkan kekasihnya untuk Tuhan. Kan lebih pada

nekat ninggalin agama (Wawancara Dinda Natasya, 31 Maret 2012).

Dinda Natasya merasa banyak manusia telah “mengkhianati” Tuhan

dengan mencintai seseorang melebihi cintanya kepada Tuhan sehingga ia merasa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

41

tertekan dan bersalah atas apa yang terjadi dengan hatinya. Maka dari itu, puisi

tersebut juga merupakan doa yang disampaikan Dinda Natasya dalam memohon

ampun dan petunjuk kepada Tuhan agar manusia tersebut dapat kembali menjadi

makhluk yang bertakwa, yaitu terpeliharanya sifat diri untuk tetap tata

melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya; kesalehan hidup

(Dendy Sugono, 2008:1382). Seperti yang diungkapkan Dinda Natasya dalam

kutipan wawancara berikut.

Kemudian mungkin bisa menyerahkan, menyerah kalah „Ya Tuhan aku

kalah, dan aku kembalikan lagi kepada-Mu gitu, jangan sampai aku

meneruskan ini tapi dengan kemenangan yang salah‟ kan gitu. Jadi intinya

begitu (Wawancara Dinda Natasya, 31 Maret 2012).

Dari pergulatan pikiran negatif Dinda Natasya itulah, yang kemudian

Dinda Natasya mengolahnya ke dalam tulisan sehingga lebih bermanfaat untuk

pembacanya atau orang lain. Hal tersebut tentunya dengan tujuan agar pembaca

dapat mengambil sisi positif dari tulisan Dinda Natasya dan dapat dijadikan

sebagai pembelajaran dan doa. Seperti yang diungkapkan Dinda Natasya berikut.

“Semuanya itu adalah doa untuk pembicaraan permohonan pencerahan ya,

merujuk pada Tuhan. Untuk puisi Kalah semuanya begitu.” (Wawancara

Dinda Natasya, 31 Maret 2012)

Dalam pengetikan puisi Kalah tersebut, peneliti juga mengkritisi

penggunaan ejaan yang salah pada kata ganti “-Mu” dalam larik: “…Dalam

perjalananku meraih cintamu”, “…Aku gagal mendapatkanmu”, “…Yang telah

menjauhkanku darimu”, “…Karena cintaku telah melebihi persembahanku

padamu”, “…Jika bukan karena kasih sayangmu”, “…Biarkan aku kembali

padamu”, dan “…Karena mencintainya melebihi cintaku padamu” (Dinda

Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:70-71). Kata ganti “-Mu” dalam larik-larik

puisi tersebut dituliskan dengan ejaan “m” kecil dan tanpa tanda hubung (-) di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

42

depan huruf “m”. Hal tersebut merupakan kesalahan editor dalam menafsirkan

puisi dari rekaman siar Dinda Natasya ke dalam tulisan saat menyusun buku

Dialog Cinta Oase Samudra Biru. Karena seharusnya kata ganti tersebut ditulis

menggunakan huruf “m” kapital dengan tanda hubung (-) di depan huruf “m”

kapital. Jadi, kata ganti “-Mu” tersebut sebenarnya dimaksudkan untuk semua

kebesaran dan segala milik Tuhan, sehingga “-Mu” adalah Tuhan. Hal tersebut

juga karena penulisan “Mu” tanpa tanda hubung (-) yang dilakukan oleh Dinda

Natasya dapat diartikan sebagai penyatuan yang sangat antara mahluk dan

Tuhannya. Berikut kutipan ungkapan hasil wawancara dengan Dinda Natasya.

Kalau dipenulisan, sorry, kalau Bunda itu kan menulis gunanya untuk

disiarkan ya. Di siaran itu tidak bisa dibaca antara “Mu” besar “Mu” kecil,

jadi kalau misalnya kitanya sudah disiarkan direkam kemudian di, ee

sesuatu yang direkam kemudian ditulis. Ejaan dibaca sama ejaan ditulis kan

tidak, tidak bisa dimengerti oleh orang yang mengedit...”

Bunda kan biasa menggunakan tulisan untuk siaran, untuk audio bukan

visual jadi karena kebiasaan bekerja di radio kadang-kadang orang selalu

akan salah menafsirkan kata-kata “Mu” besar “Mu” kecil kecuali kalo diapa

ya, ditunjukkan dalam kalimat yang memang diartinya ada perbedaan antara

menulis “Mu” besar dan “Mu” kecil. Semua kata “Nya”, “Mu” atau yang

menjadi nama dengan huruf besar pasti adalah katakan di Tuhan, kan gitu.

Ya, penafsiran editornya saya rasa yang berbeda (Wawancara Dinda

Natasya, 31 Maret 2012).

Kompensasi lain yang dilakukan oleh Dinda Natasya sebagai salah satu

penyeimbang untuk mendapatkan katarsis terdapat dalam puisi berikut.

PUISI PARA MANTAN

Untuk yang patah hati

: Bangun!

Dulu aku ada

Kau puja kau sayang kau cinta

Kini ku tak ada

Kau buang kau hina kau nista

Roda memang telah berputar

Musim telah berganti

Mana janji manismu, cinta setia sampai mati

Kini tak ada tersisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

43

Pergimu disaat ku jatuh sendiri terpuruk

Aku memang pantas

Hanya mantanmu

Sakit teriris hati, sepi saat cinta pergi

Tapi aku sudah berusaha

Tak apa

Sendiri tanpamu tak buatku takut

Luka yang kau toreh tak membunuhku

Sedih itu tak sesatkan langkah

Memang mantanmu

Masih sang juara

Tak apa

Dulu kau tiada

Kujaga kubawa kuserta

Kini kau tiada

Kuterjaga kuasa kuberusaha

Roda kembali berputar

Musim kini milikku

Biarkan janji, tak harus setia untuk mati

Biarkan janji, tak perlu mati untuk setia

Semua hanya ada asa

Pergimu bangunkanku dari jatuh

Aku tak pantas

Memang tak pantas jika hanya meratap

Tak akan terkikis hati. Cinta sudah pergi

Aku selalu terjaga asa

Tak apa

Sendiriku kan salut taklukkanmu

Duka menoreh semangat, ini hidupku!

Sedih bawaku tempatkan lebih baik

Walau dulu mantanmu

Aku masih juara

Sungguh, tak apa! (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:112-113)

Dari puisi di atas Dinda Natasya mencoba mencurahkan pemikirannya

tentang kisah cinta seseorang yang sedang patah hati. Dinda Natasya

mengemasnya dalam bahasa yang ringan dan menyelipkan pesan di dalamnya

sehingga mampu membangkitkan semangat meski telah patah hati. Seperti dalam

kutipan berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

44

...Sendiri tanpamu tak buatku takut

Luka yang kau toreh tak membunuhku

Sedih itu tak sesatkan langkah

Memang mantanmu

Masih sang juara

Tak apa... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:112)

Masa pengendapan yang dialami oleh Dinda Natasya memang

diasumsikan tidak memakan waktu yang lama, karena pengalamannya sebagai

penyiar selama lebih dari 25 tahun menjadi pendukung utama dalam terciptanya

Dialog Cinta Oase Samudra Biru. Hal tersebut diakuinya karena bahasa yang

digunakan seorang penyiar adalah bahasa tutur, sehingga jarang menulis. Dinda

Natasya juga mengakui bahwa Dialog Cinta Oase Samudra Biru adalah buku

pertama dan untuk pertama kalinya ia menulis dan mencoba memindahkan apa

yang biasa disampaikan di udara ketika sedang siaran ke dalam tulisan (Dinda

Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:viii).

Pernyataan Dinda Natasya dalam bukunya tersebut juga didukung

dengan pernyataannya dalam email yang dikirimkan kepada peneliti. Berikut

kutipannya.

...Saya lebih cepat bicara dari pada menulis. Bisa seketika saya lakukan

begitu ada topik yang menggelitik pikiran saya. Mungkin kebiasaan saya

siaran yang menyebabkan saya terlatih untuk bereaksi spontan terhadap

suatu masalah. (Email Dinda Natasya, 3 Februari 2012 pukul 21.59 WIB).

Hal tersebut juga yang melatarbelakangi kespontanitasan gaya menulis

Dinda Natasya. Banyaknya pengalaman yang mengendap dalam diri dan

pikirannya sehingga membuat Dinda Natasya seperti memiliki gudang gagasan

atau dapat dikatakan juga memiliki wawasan yang luas. Maka saat Dinda Natasya

ingin menulis atau diberi suatu topik sebagai bahan pembahasan, ia akan dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

45

cepat mengutarakan dan mengeluarkan satu per satu pendapat dan curahan

hatinya.

3. Tahap Inspirasi atau Munculnya Ide

Karya sastra merupakan satu hal yang tidak terlepas dari proses kreatif

pengarangnya. Seorang pengarang melahirkan suatu karya sastra dengan

pemikirannya tentang suatu realitas objektif yang ada di sekitarnya. Setelah

melalui tahap persiapan dan pengendapan, maka dari pemikiran pengarang

tentang suatu realitas objektif tersebut akan memunculkan inspirasi atau ide untuk

kemudian dituangkan melalui tulisan-tulisannya. Seperti yang tampak pada

kutipan Kisah Seorang Pramuria berikut.

BERJALAN DI SEPANJANG Hayam Wuruk semua ada dijual. Termasuk

harga diri! Penjaja cinta mereka yang terpaksa menjual diri, terpaksa apa

terpaksa? Lha kok wajahnya senang dan menikmati profesi begitu to ya! Ya

Allah HambaMu ini berjalan di tengah malam bekerja karena ibadah

kepadamu. Saya hanya ingin mencari makanan untuk sahur, bukan ingin

melihat kehidupan malam yang muram di Jakarta. Kuatkan langkahku...

(Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:19).

Puisi di atas merupakan contoh salah satu realitas objektif sebagai

inspirasi yang dituangkan ke dalam karya oleh Dinda Natasya. Realitas objektif

merupakan suatu kenyataan mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa

dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi (Dendy Sugono, 2008:975).

Realitas objektif tersebut tampak dalam Kisah Seorang Pramuria di atas yaitu

menggambarkan seorang pekerja seksual yang pada awalnya terpaksa melakukan

pekerjaan itu karena tuntutan ekonomi. Namun pada akhirnya menikmati

pekerjaan tersebut karena mudah dan cepat mendapatkan uang serta tidak capek.

Tahapan inspirasi, inilah tahap yang menggelisahkan. Inilah saat

“Eureka” yakni saat yang tiba-tiba seluruh gagasan menemukan bentuknya yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

46

amat ideal. Gagasan dan bentuk ungkapnya telah jelas dan padu. Ada desakan

kuat untuk segera menulis dan tak bisa ditunggu-tunggu lagi. Kalau saat inspirasi

ini dibiarkan lewat, biasanya bayi gagasan akan mati sebelum lahir. Gairah

menuliskannya lama-lama akan mati. Dalam tahap inspirasi atau munculnya ide

ini, Dinda Natasya juga melakukannya dengan spontan seperti pada tahapan-

tahapan sebelumnya. Hal tersebut tampak dalam kutipan hasil wawancara melalui

telepon berikut (Jakob Sumardjo, 1997:71).

Engga, biasanya ada ide dikit, ada ide langsung sedikit baru ditulis, ditulis

bentuk puisinya sesudahnya, jadi engga seketika. Yang seketika itu biasanya

ide, karena kan disaat seketika muncul. Kalo Bunda tuh ngeliat orang,

bicara sama orang, terus melihat berita atau wajah-wajahnya, kebetulan

mengalami sesuatu Bunda bisa merasakannya secara emosional jadi otak

masuk secara emosi seolah ikut terlibat, merasakan betul gitu, gitu kan. Jadi,

ketika itu Bunda tulis peristiwanya, hal-hal yang penting apa. Nanti kalo

sudah ada waktu, engga lama sih, maksudnya beberapa waktu kalau itu pagi

atau malamnya yang penting tidak jauh dan masih inget langsung dibikin.

Tapi, tulisan tangan itu ya dicatatan... (Wawancara Dinda Natasya, 31 Maret

2012).

Karya Dinda Natasya dan Anto HPrastyo dalam bukunya Dialog Cinta

Oase Samudra Biru banyak dipengaruhi dari orang-orang di sekitarnya. Awal

mula ketertarikan Dinda Natasya dalam dunia kepenulisan adalah bermula dari

pertemuannya dengan Anto HPrastyo atau dikenal dengan nama Samudra Biru

dalam buku Dinda Natasya melalui situs jejaring sosial facebook. Anto telah

banyak memberi perubahan cara pandang Dinda Natasya terhadap dunia tulis

menulis. Dalam siaran langsungnya di PAS FM Radio Bisnis Jakarta, cinta adalah

pokok bahasan utama yang harus selalu ada dalam setiap pembicaraan Dinda

Natasya. Tulisan-tulisan Anto dalam status akun facebooknya juga menggelitik

Dinda Natasya untuk merespon dan mulai terpengaruh untuk menuliskan

beberapa komentar dalam bahasa cinta (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

47

2010:viii). Bahasa cinta hanya merupakan istilah yang digunakan oleh Dinda

Natasya, karena yang dimaksudkan bahasa cinta adalah isi tulisan-tulisan Dinda

Natasya yang berkaitan erat dan membahas semua hal tentang cinta.

Dinda Natasya juga mendapatkan banyak inspirasi dari para pendengar

dan teman-teman facebooknya. Persoalan-persoalan yang diangkat oleh Dinda

Natasya sebagian besar merupakan persoalan dalam masa pubertas yang

kebanyakan mengenai persoalan tentang cinta. Persoalan-persoalan cinta inilah

yang kemudian berbias pada persoalan-persoalan sosial. Dinda Natasya banyak

mendapatkan pesan melalui SMS dan facebook dari pendengar dan teman-teman

facebooknya yang berisi tentang seputar kisah kasih mereka. Kisah-kisah itulah

yang menjadi salah satu inspirasi Dinda Natasya dalam memunculkan ide untuk

setiap karyanya. Dalam proses pemunculan ide Dinda Natasya juga banyak

membaca beraneka ragam status teman-teman facebooknya terutama para penulis

dan penyair yang sudah cukup dikenal banyak orang dan telah menerbitkan buku

(Email Dinda Natasya, 3 Februari 2012 pukul 21.59 WIB).

Masa pubertas biasanya terjadi di usia 13 tahun pada remaja putri dan 14

tahun pada remaja putra. Pada masa ini seorang anak mengalami masa peralihan

dari anak-anak ke masa remaja. Dalam masa peralihan ini anak-anak juga

mengalami pencarian jati diri dan melewati proses sebagai pendewasaan bagi

anak-anak. Pencarian jati diri biasa dilakukan dengan mencoba segala hal yang

berasal dari rasa ingin tahunya yang besar. Pendewasaan adalah proses, cara

perbuatan mendewasakan (Dendy Sugono, 2008:323). Sumber asli pengertian

masa pubertas menyebutkan seperti berikut.

Puberty: the achievement of full generative pouers, together with the

secondary sex characteristics assosiated therewith.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

48

Puberty age: roughly, about age 14 in boys and 13 in girls, though with wide

variations.

Puberty rites: in cultural anthropology, the ceremonies of initiation whereby

the elders of tribe recognize the new status of these who have reached the

puberal growh stage (Harriman, 1963:146).

Pengertian masa pubertas di atas juga tercermin dalam puisi Dinda

Natasya berikut.

PUISI PARA MANTAN

Untuk yang patah hati

: Bangun!

Dulu aku ada

Kau puja kau sayang kau cinta

Kini ku tak ada

Kau buang kau hina kau nista

Roda memang telah berputar

Musim telah berganti (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:112)

Dari judulnya saja puisi tersebut sebenarnya dapat diperuntukkan secara umum,

karena kata “mantan” di atas tidak hanya dimaksudkan sebagai “mantan

kekasih”, tapi dapat juga sebagai “mantan istri/suami”. Namun pada larik-lariknya

tampak Dinda Natasya ingin mempersembahkan puisinya untuk para remaja

“...Untuk yang patah hati : Bangun!” bahwa yang sedang mengalami kegagalan

dalam percintaan dan dirundung patah hati. Karena dalam masa pubertas tersebut,

remaja lebih mudah patah semangat hidupnya setelah mengalami patah hati oleh

karena pada usia ini mereka cenderung masih labil. Namun Dinda Natasya

mengemas nasihatnya dengan apik bahwa justru dengan patah hati seseorang

dapat kembali bangkit menjadi pribadi yang kuat. Seperti dalam kutipan “…Roda

memang telah berputar. Musim telah berganti” bahwa kesedihan akan berganti

dengan kebahagiaan karena roda kehidupan terus berputar. Pada larik tersebut

juga menunjukkan bahwa kesedihan pun dapat diolah menjadi power atau

kekuatan untuk menghadapi ujian hidup. Meski demikian, saat sedih tidak lantas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

49

seseorang dapat kembali bahagia, namun ada proses yang harus dilalui untuk

bahagia, tergantung orang tersebut memilih larut dalam kesedihan atau segera

bangkit. Dinda Natasya menggunakan puisi ini sebagai pengingat untuk remaja

agar mampu mengendalikan diri sehingga tidak lari pada hal-hal negatif dan dapat

segera bangkit dari kesedihan.

Dari judul puisi di atas juga dapat dilihat penggunaan tanda baca yang

belum lazim digunakan oleh kebanyakan penulis yaitu tanda titik dua (:) seperti

dalam larik “...Untuk yang patah hati : Bangun!”. Tanda titik dua (:) seharusnya

digunakan yaitu (1) pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian

atau pemerian, (2) tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu

merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan, (3) dipakai sesudah kata atau

ungkapan yang memerlukan pemerian, (4) dipakai dalam teks drama sesudah kata

yang menunjukkan pelaku dalam percakapan, (Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 1993:43). Namun Dinda Natasya menuliskannya dalam

judul puisi yang berbeda dengan kefungsian tanda titik dua (:). Dinda Natasya

menggunakannya dengan maksud untuk memperkuat atau mempertegas kata-kata

“Bangun”, karena menurutnya itu adalah hal yang paling penting dari

keseluruhan isi puisi tersebut yaitu bangun dari keterpurukan yang disebabkan

oleh cinta. Dinda Natasya mengeksplorasi tanda titik dua (:) sebagai jeda

sekaligus penekanan untuk mempertegas kata setelahnya dan ia menjadikan itu

sebagai kekhasan kepenulisannya. Hal tersebut juga dapat dibuktikan dari

beberapa puisi berikut yang menggunakan tanda baca titik dua (:) secara tidak

lazim.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

50

DIALOG OASE DAN SAMUDRA BIRU 3

Ia Symphoni agung dari langit

Bersahut merdu melagukan

: Cinta… (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:46)

SAMUDRA BIRU

: Sungguh Kumerasa ini ada (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:89)

MEMILIH CINTA

Walau hati berkata

Lillahita‟ala: kupilih dia karena agamanya

Bagaimanapun pilihan harus diambil… (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,

2010:98)

Dinda Natasya merupakan salah satu penulis yang dapat melahirkan

karya dengan spontan. Hal ini disebabkan dari kebiasaan Dinda Natasya sebagai

penyiar yang telah terlatih untuk bereaksi spontan terhadap suatu masalah. Jadi,

saat ide muncul Dinda Natasya dapat melakukannya dengan cara spontan pula.

Bahkan ia mengaku dirinya lebih cepat berbicara daripada menulis. Bagi Dinda

Natasya, begitu ada topik yang “dilemparkan” untuknya maka dengan cepat sajak-

sajak akan mengalir dari ucapannya (Email Dinda Natasya, 3 Februari 2012 pukul

21.59 WIB).

Kespontanan Dinda Natasya yang terjadi pada tahap persiapan juga

terjadi pada tahap ini. Namun dalam tahap ini kespontanan Dinda Natasya lebih

diolah untuk memunculkan ide. Kespontanan tersebut tentu tidak terjadi begitu

saja, melainkan telah banyak pengalaman yang mengendap dalam pemikiran

Dinda Natasya sehingga ketika ada topik yang berkaitan dengan pengalamannya,

maka ia akan dengan cepat mengutarakan pemikiran-pemikirannya tersebut. Hal

itu terbukti dalam beberapa puisi Dinda Natasya yaitu Dialog Cinta Oase dan

Samudra Biru 1 sampai dengan 4 (hal 27-57). Dinda Natasya memposisikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

51

dirinya sebagai Oase dan Anto HPrastyo sebagai Samudra Biru. Berikut kutipan

salah satu dari puisi-puisi tersebut.

SAMUDRA BIRU:

Hai! Gadis di awan malam, kemarilah!

Agar kudapat berenang di telaga matamu

Lelahku luluh hilang terangkan terangkum angan malam

Hingga jelang di sepertiga jalan nanti

Kan kukecup nafasmu hingga didih darah dalam nadiku

OASE:

Kan kujawab segera wahai yang menunggu

Berenanglah engkau malam ini di telaga mataku

Tenggelamlah engkau di malamku

Sebab kini kupenuhi dunia dengan roh cinta jika saja kau mau... (Dinda

Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:27)

Begitu banyak remaja mengalami stress dan depresi. Tanpa disadari

mereka sudah terjebak di ranah kegilaan. Banyak remaja kehilangan konsentrasi,

pikiran kalut, mudah emosi, suka berbohong, berani dan durhaka kepada orang

tua, putus sekolah dan hamil di luar nikah, kehilangan masa depan dan semangat

hidup sehingga ingin bunuh diri. Banyak pula perbuatan mereka melanggar

kesusilaan serta hukum. Semua disebabkan oleh putus cinta (Dinda Natasya dan

Anto HPrastyo, 2010:1).

Hal-hal yang berkaitan dengan hal di atas tampak dalam kutipan puisi

Jatuh Hati (hal 74), yaitu “...Itulah kenapa aku tak mau. Jatuh hati..!” (Dinda

Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:74). Dari larik tersebut dapat dilihat bahwa

pengalaman buruk tentang percintaan di masa lalu dapat membuat seseorang atau

anak remaja menjadi berpikiran sempit, tidak bersemangat atau lemah sehingga

hampir kehilangan masa depan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

52

Dinda Natasya juga merefleksikan persoalan tersebut dalam kisah

Tentang Cinta dan Persahabatan 1 (hal 5-6) dan kisah Tentang Cinta dan

Persahabatan 2 (hal 7-9). Berikut kutipannya.

...cemburu karena merasa diduakan. Kekhawatiran karena dikhianati. Kau

akan sakit hati karena ditinggalkan. Cinta membuatmu ingin memiliki. Cinta

menyuruhmu untuk menguasai. Cinta membuatmu ingin mengatur. Dan

cinta bisa membuatmu buta... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:5-6)

...Mencintai bukan harus memiliki

Apakah maksud ungkapan tersebut adalah tindakan penyelewengan,

perselingkuhan atau perbuatan dosa, jika kata „memiliki‟ diartikan sebagai

suatu ikatan hubungan... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:7)

Kutipan-kutipan kisah di atas mengungkapkan beberapa hal yang terjadi karena

cinta. Perasaan cinta mampu menguasai orang yang merasakannya sehingga hal-

hal tersebut dapat terjadi. Perasaan cinta yang dapat menimbulkan hal-hal negatif

berupa sakit hati, lemah sehingga patah semangat, dsb. Dari kutipan “Cinta

membuatmu ingin mengatur. Dan cinta bisa membuatmu buta...”, tampak sekali

bahwa perasaan cinta yang menguasai seseorang dapat membuat orang tersebut

menjadi buta atau tidak dapat melihat kebenaran atau kebaikan dalam suatu

hubungan. Orang yang sedang dibutakan oleh cinta juga menjadi over protective

atau terlalu melindungi pasangannya dan membatasi ruang gerak pasangan

sehingga terkadang akan menimbulkan cemburu yang berlebihan.

Namun perasaan cinta yang terkesan negatif tersebut tidak melulu buruk,

melainkan ada juga sisi positif darinya. Kesan negatif yang dimunculkan sesudah

orang merasa sakit hati dan lemah, maka akan timbul semangat baru dalam

kehidupan orang tersebut. Seperti yang tampak dalam kutipan puisi Puisi Para

Mantan (hal 112-113) berikut.

...Sendiriku kan salut taklukkanmu

Duka menoreh semangat, ini hidupku!

Sedih bawaku tempatkan lebih baik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

53

Walau dulu mantanmu

Aku masih juara

Sungguh, tak apa! (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:113)

Puisi di atas menyampaikan pesan bahwa kegagalan dalam suatu hubungan tidak

lantas membuat hidupnya berhenti. Karena semangat hidupnya orang akan dapat

segera bangkit dari keterpurukan.

Hasil dari “pembacaan” Dinda Natasya tentang realitas di sekitarnya

itulah yang dijadikannya sebagai pendukung pemikirannya. Kemudian hal

tersebut membuatnya selalu tergelitik untuk menuangkan segala hal yang menjadi

“kegelisahan” hatinya itu ke dalam karya sastra. Kegelisahan tersebut tertuang

dalam kutipan puisi Sombong (hal 68-69) berikut.

Wahai

Tak berotakkah kau

Bengis dan sombong

Keji picik menghujam perih

Di setiap laku dan ucapmu

Bak sumpah serapah

Pendusta penjilat nista

Jika tak disebut munafik

Sungguh kesal...

...Sisakan jiwa suci

Agar hidup lebih berarti

Bertobatlah segera

Sungguh mulia (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:68-69).

Dinda Natasya merasa gelisah atas realitas objektif yang terjadi di

sekitarnya, yaitu orang-orang yang sombong dengan harta dan kekuasaannya agar

segera bertobat. Karena, harta dan kekuasaan tidak lantas menjadikan hidup

seseorang bahagia. Kutipan puisi tersebut juga mencerminkan persoalan-persoalan

sosial lain, Dinda Natasya merasa gelisah dan menyampaikan pesan agar segera

bertobat. Persoalan sosial lain yang tampak dalam puisi tersebut berupa

penggambaran orang yang munafik, pendusta, dan dari kutipan “...Keji picik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

54

menghujam perih. Di setiap laku dan ucapmu...” juga mencerminkan orang yang

licik karena kesombongannya akan harta dan kekuasaan yang dimilikinya.

Hal tersebut menggerakkan hati Dinda Natasya untuk mempersembahkan

seluruh waktu dan pikirannya untuk mereka. Tidak lain agar mereka mampu

berpikir positif, bermental andal dan selalu memiliki semangat, cita-cita yang

tinggi dengan segudang prestasi serta tidak mudah menyerah dalam berbagai

rintangan kehidupan. Dinda Natasya ingin memberikan sumbangsih untuk negeri

ini demi terciptanya generasi penerus bangsa yang lebih baik lewat tulisan dan

perannya (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:2).

4. Tahap Penulisan sampai Proses Penyempurnaan

Pada tahap ini, Dinda Natasya menuliskan dengan cepat dan spontan.

Barangkali jika tidak, maka kemungkinan besar ide yang baru saja muncul akan

cepat hilang atau mati. Bagi Dinda Natasya tidak perlu waktu berlama-lama lagi

untuk menuliskan ide atau gagasannya. Karena seperti yang telah dibahas dalam

tahapan inspirasi bahwa kespontanitasan Dinda Natasya yang lantas membuatnya

tidak membutuhkan waktu yang lama dalam penulisan sampai penyempurnaan.

Hal tersebut juga dikarenakan profesinya sebagai penyiar yang dituntut serba

cepat dalam berpikir dan lebih banyak bicara. Berikut kutipan hasil wawancara

Dinda Natasya yang mencerminkan hal di atas.

Iya, kayak gini, kadang-kadang kayak gini, kalau puisi seketika itu pada,

pada artinya mungkin bisa langsung lebih tajam ya karena kan seketika itu

kan murni, orisinil gitu. Tapi kalau digubah, kepentingannya kan estetika

untuk kepenyiarannya. Harus ada suara yang, untuk cara membacanya di

radio itu didengarkan itu nyaman, enak, lurus tidak kudruh atau ruwet gitu

loh. Jadi, sesuatu yang mudah dicerna dan enak untuk dinikmati walaupun

itu sebuah kalimat yang dibaca dengan bergaya kan gitu. Jadi kalo, puisi

mungkin Bunda kan tidak berpuisi seperti para puitis ee apa ya itu para ee

itulah seniman yang begitu puitis di panggung seperti itu ya karakternya.

Kalo Bunda kan suaranya betul-betul hanya karakter suaranya karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

55

menampilkan orang tanpa ee apa namanya ee figur ya, sosok, jadikan benar-

benar hanya duduknya sangat santai ya jadi penguasaan suara itu yang

penting (Wawancara Dinda Natasya, 31 Maret 2012).

Pada tahap penulisan, kalau saat inspirasi telah muncul maka segeralah

lari ke mesin tulis atau computer atau ambil bolpoin dan segera menulis.

Keluarkan segala hasil inkubasi selama ini. Tuangkan semua gagasan yang baik

atau kurang baik, muntahkan semuanya tanpa sisa dalam sebuah bentuk tulisan

yang direncanakannya. Rasio belum boleh bekerja dulu. Bawah sadar dan

kesadaran dituliskan dengan gairah besar. Hasilnya masih suatu karya kasar,

masih sebuah draft belaka. Spontanitas amat penting di sini (Jakob Sumardjo,

1997:71-72).

Namun bagi Dinda Natasya, dirinya tidak banyak melakukan proses

penyempurnaan selain membaca kembali beberapa kali sambil meneliti. Apakah

pesan yang disampaikan lewat tulisannya itu sesuai dengan yang dimaksudkan

oleh pemikiran Dinda Natasya atau tidak dan bisa dipahami atau dicerna dengan

mudah atau tidak oleh pembaca. Proses penyempurnaan yang dilakukan Dinda

Natasya ini juga terkait dengan tahap inkubasi atau pengendapan. Hal tersebut

tampak dalam kutipan email yang dikirimkan oleh Dinda Natasya kepada peneliti

berikut.

Saya termasuk orang yang bisa menulis secara spontan. Saya tak banyak

melakukan proses pengendapan selain membaca kembali beberapa kali

sambil meneliti apakah pesan yang saya tulis sesuai dengan maksud saya

atau tidak dan apakah bisa dipahami atau dicerna dengan mudah atau tidak.

Saya lebih cepat bicara dari pada menulis. Bisa seketika saya lakukan begitu

ada topik yang menggelitik pikiran saya. Mungkin kebiasaan saya siaran

yang menyebabkan saya terlatih untuk bereaksi spontan terhadap suatu

masalah (Email Dinda Natasya, 03 Februari 2012 pukul 21.59 WIB).

Seperti yang telah dikemukakan dalam pembahasan tahap persiapan dan

dari kutipan email di atas, bahwa Dinda Natasya dapat menulis dengan spontan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

56

Dinda Natasya menulis karena apa yang dilihat dan apa yang didengarnya. Dinda

Natasya mengaku kadang menempatkan dirinya sebagai mereka yang menjadi

objek pemikirannya dan berusaha ikut merasakan apa yang sedang mereka

rasakan. Terkadang Dinda Natasya menjadikan menulis hanya sebagai

kebiasaannya dalam memotret peristiwa, tetapi bukan menggunakan kamera

melainkan mata pena (Email Dinda Natasya, 3 Februari 2012 pukul 21.59 WIB).

Kespontanan dari gaya kepenulisan Dinda Natasya tersebut telah menjadi

kekhasan tersendiri bagi Dinda Natasya sebagai seorang penulis yang berprofesi

penyiar dan konsultan persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta. Sedikit banyak

profesinya tersebut sangat mempengaruhi karena sebagai penyiar dan konsultan,

Dinda Natasya selain memiliki banyak pengalaman dan bertemu banyak orang, ia

juga banyak mendengarkan pengalaman-pengalaman atau kisah-kisah dari orang

lain tentang kehidupan mereka. Dari hal tersebut Dinda Natasya juga banyak

belajar dari pengalaman orang lain tanpa harus mengalaminya sendiri.

Pengalaman Dinda Natasya tersebut telah mengendap lama dalam batin

dan pikirannya sehingga saat Dinda Natasya diberi topik atau pertanyaan maka

akan dengan cepat Dinda Natasya mengekspresikan dalam bentuk puisi. Selain

itu, Dinda Natasya juga mengolah pengalaman-pengalaman tersebut menjadi

karya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembacanya seperti yang telah

dibahas dalam pembahasan sebelumnya.

Tidak banyaknya bahkan relatif tidak adanya proses penyempurnaan bagi

Dinda Natasya dalam tahap ini tampak dalam ungkapannya pada kutipan hasil

wawancara berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

57

ee..apa..ee ada sih, catetannya kalo tak copyin, tapi kalo diKalah itu ga ada

gantinya gitu, Kalah itu asli, asli sekali tulis langsung jadi tanpa ralat. Kalo

ga salah ada, kalau ga salah ada...

...atau mungkin satu aja, satu aja udah cukup kalo „Kalah‟ paling karena itu

coretan tangan ya. Kalau misalnya garis-garis atau apa itu (Wawancara

Dinda Natasya, 31 Maret 2012).

Kemudian berikut juga peneliti mencantumkan tulisan asli beberapa

puisi yang digunakan sebagai bukti kerelatifan tidak adanya proses

penyempurnaan, yaitu puisi Kalah (hal 70-71), Puisi Penjara Cinta, Lewat

Tengah Malam (17-18), dan puisi KPK Untuk Siapa Kau Ada? (hal 101-103).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

58

KALAH

Ya Allah

Engkau yang mengajariku cinta

Dalam kegalauan mencoba mencari

Apa makna yang telah kau beri

Tentang memberi dan menerima

Tentang ketulusan dan keikhlasan

Ya Allah

Hari ini aku tersesat jauh

Dalam perjalananku meraih cintamu

Seseorang datang menghadang

langkahku

Aku gagal mendapatkanmu

Karena aku memberi seluruh cintaku

Dan menerima fatamorgana ini

Yang telah menjauhkanku darimu

Ya Allah

Inilah tipu muslihat cinta

Yang kulihat adalah kesenangan dunia

Kebahagiaan semu yang ternyata

membuatku menderita

Karena cintaku telah melebihi

persembahanku padamu

Ya Allah

Jika akhirnya tangis dan sesal

Tak bisa lagi menolong

Siapakah yang akan menyelamatkanku

dari siksa ini

Jika bukan karena kasih sayangmu

Ampunilah aku ya Tuhanku

Karena cinta ini telah membutakan

matahatiku

Ya Allah

Bebaskanlah aku dari penjara cinta ini

Biarkan aku kembali padamu

Jangan kau hokum aku atas semua

kesalahan ini

Karena mencintainya melebihi cintaku

padamu

Seperti yang seharusnya

(Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,

2010:70-71)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

59

PENJARA CINTA, LEWAT

TENGAH MALAM

Jam satu lewat tengah malam

Ruang itu begitu sunyi

Kepala berat karena kantuk

Hatiku melayang entah kemana

Mencoba berjalan menembus lorong

Dinding tebal yang basah

Pintu yang terkunci

Gembok menggantung

Bisu

Angin kepayahan menyusup diantara

jeruji besi

Menghitung waktu yang terbuang di

kamat ini

Berapa lama lagi?

Wajah-wajah asing dating dan pergi

Cerita pilu anak manusia silih berganti

Aku merenung wajah siapa yang

masih kuingat

Samar-samar semua gambar memudar

Perasaanku bercampur aduk

Hampir hilang kesadaran

Antara mimpi dan kenyataan

Aku melihat neraca keadilan bergerak

Seiring robohnya tembok penjara

Jeruji besi meleleh

Pintu-pintu terbuka

Aku merasa tubuhku melayang di

atasnya

Hatiku bebas tak ada lagi beban

Ringan melepaskan pasungan

Terbang membawa kemenangan dan

kebenaran

Didalam tidurku wajah-wajah

tersenyum

Menyambut pejuang yang pulang

Jam satu dini hari

Diruang ini lewat tengah malam

Aku bahagia dengan keikhlasanku

Jakarta 9 Januari 2008

***

(Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,

2010:17-18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

60

KPK UNTUK SIAPA KAU ADA?

KPK, oh KPK

Apakah engkau ini sebenarnya

Seperti tsunami memporak-porandakan

tatanan

Begitu banyak kehidupan yang engkau

renggut

Begitu banyak harapan kau sirnakan

Apakah engkau ini musibah

Apakah engkau ini anugerah?

KPKku malang

Kemanakah nurani jika mata tak lagi

melihat

Kemanakah serunai jika telinga tak lagi

mendengar

Apakah engkau ini buta

Apakah engkau ini pekak?

Jika mulut tak lagi bicara

Inilah saatnya tangan menyeru hati

Lewat lukisan dalam belenggu kanvas

Tak bisa pergi tak bisa berlari

Namun anganku bebas mengembara

KPK, oh KPK

Aku bicara atas nama cinta

Ketika gerhana tiba dan gelap melanda

Kau tak akan mengalahkanku

Boleh kau ikatkan belenggu atasku

Dan kau rantai kehidupanku

Tapi kemanakah nurani

Jika aku merasa belenggu ini bukan

milikku

Kebebasan itu berbatas tipis

Apakah aku ini bersalah?

Apakah aku ini pendosa?

KPK, oh KPK

Jubah mana yang kau kenakan

Apakah kau ini malaikat

Apakah kau ini petunjuk

Kemanakah perginya sang penyeru

Pemberi ingat jiwa yang lupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

61

Jika hari ini aku di sini terkunci

Kau ada di sana

Jika hari ini aku ada di sana

Kau di sini terkunci

Siapakah yang kuasa atas kebebasan?

Saat kau kalah maka aku yang menang

Saat kau meresa menang, maka aku

tetap menang

Karena hatiku bebas dari tekanan

Karena kebenaranku suci dari politisi

Karena kebebasanku adalah nurani

KPK, oh KPK

Kemanakah hatimu

Jika nurani terbelenggu jeruri besi

Dimanakah tempatmu?

Jika saja engkau bermata

Maka siapakah engkau ini sebenarnya

6 Januari 2008

(Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,

2010:101-103)

Tampak jelas dari perbandingan ketiga puisi di atas dan dari pemaparan

sebelumnya bahwa tidak banyak perubahan atau penyempurnaan yang dilakukan

oleh Dinda Natasya. Ada beberapa perubahan dalam teknis penulisan yaitu berupa

penggunaan tanda baca, eksplorasi tanda baca titik dua (:), dan perubahan kata.

Seperti pada judul puisi Kalah, yang dilakukan penghilangan dua tanda seru (!!)

dan tanda tiga titik (…) dari tulisan asli yaitu pada larik “Ya Allah…” pada saat

dicetak menjadi “Ya Allah”, hal tersebut merupakan perbedaan penulisan pada

tulisan asli dan pada saat dicetak. Tanda tiga titik (…) sebenarnya merupakan

tanda baca yang penting dalam larik puisi karena tanda tiga titik (…) dapat

dikatakan juga sebagai pendukung estetika dalam puisi. Dalam tulisan aslinya,

puisi Kalah dituliskan tidak berjarak atau tidak ada pembaitan, namun pada saat

dicetak lariknya ditulis dengan pembaitan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

62

Begitu juga pada tulisan asli puisi Penjara Cinta, Lewat Tengah Malam,

judul dalam tulisan asli dituliskan tanpa tanda koma (,) namun pada cetakan

ditulis dengan tanda koma (,) yaitu ada di antara kata “Penjara Cinta” dan “Lewat

Tengah Malam”. Kemudian juga terdapat perbedaan pada judul tulisan asli dan

cetakan yaitu dalam tulisan asli “Penjara Cinta”dituliskan hanya pada huruf “P”

dan “C” saja yang menggunakan hurul kapital, sedangkan pada cetakan judulnya

ditulis dengan menggunakan huruf kapital semua “PENJARA CINTA, LEWAT

TENGAH MALAM”. Pada tulisan asli puisi tersebut lajur baitnya dituliskan tidak

berjarak atau dapat dikatakan tidak ada pembaitan, sedangkan pada cetakan

dituliskan berjarak atau terdapat pembaitan. Dalam puisi tersebut juga terdapat

penghilangan tanda tiga titik (…) pada larik “hatiku melayang entah kemana…”

dan “bisu…”, hal tersebut merupakan hal yang sama seperti pada puisi Kalah.

Kemudian dalam puisi tersebut terdapat penggantian kata yaitu pada larik tulisan

aslinya “…aku merasa diriku melayang di atasnya…” lalu pada saat dicetak

diganti dengan “aku merasa tubuhku melayang di atasnya…”. Penambahan kata

pada beberapa larik puisi, yaitu (a) pada larik tulisan aslinya “…hatiku bebas tak

ada beban…” lalu pada saat dicetak lariknya mengalami penambahan kata “lagi”

“…hatiku bebas tak ada lagi beban…”. (b) pada larik tulisan aslinya “…di ruang

ini…” lalu pada saat dicetak lariknya mengalami penambahan yaitu “…di ruang

ini lewat tengah malam…”. Selain itu juga terdapat penghilangan kata dalam

larik tulisan aslinya “…jam satu pagi dini hari…” lalu pada saat dicetak lariknya

mengalami penghilangan kata “pagi” yaitu menjadi “…jam satu dini hari”.

Sama halnya dengan kedua puisi di atas, puisi KPK Untuk Siapa Kau

Ada? ada penambahan tanda tanya (?) setelah pada kata “ada” yaitu “KPK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

63

UNTUK SIAPA KAU ADA?”. Pada puisi tersebut juga terdapat penghilangan

tanda tiga titik (…) dalam beberapa larik puisi yang dapat dilihat pada halaman

depan dan terdapat pembaitan pada cetakan, tidak seperti tulisan aslinya yang

tidak terdapat pembaitan. Pada judul puisi tersebut juga terdapat perubahan yaitu

penghilangan tanda titik dua (:) yang seharusnya ada di antara kata “KPK” dan

“Untuk” saat dicetak. Kemudian dalam puisi tersebut juga terdapat satu

penggantian kata, yaitu pada larik sebelumnya adalah “…apakah engkau ini

anugerah…” kemudian diganti dengan “…apakah engkau ini pekak”.

Digantinya kata “anugerah” yang pada mulanya Dinda Natasya berkesan positif,

lalu karena persoalan sosial yang dicerminkan oleh puisi tersebut berkesan

mengkritisi kemudian Dinda Natasya mengubah arah berpikirnya menjadi

berkesan negatif dengan menggantinya menjadi “pekak”. Pada larik “KPK..oh

KPK” dalam tulisan asli dituliskan dengan tanda dua titik (..) setelah kata “KPK”,

namun terjadi perubahan pada saat dicetak yaitu diganti dengan tanda koma (,)

yaitu “KPK, oh KPK”. Terdapat juga penambahan kata dan tanda, larik dalam

tulisan aslinya “…Jubah mana kau kenakan…” kemudian ditambah dengan kata

“yang” di antara kata “mana” dan “kau” yaitu “…Jubah mana yang kau

kenakan…”. Selain itu juga terdapat kata yang diganti dalam tulisan aslinya yaitu

“…Boleh kau timpakan belenggu atasku…”, kemudian saat dicetak diganti

dengan “…Boleh kau ikatkan belenggu atasku…”. Demikianlah perbedaan-

perbedaan yang peneliti temukan saat membandingkan kedua tulisan, yaitu tulisan

asli dan tulisan yang telah dicetak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

64

B. Konkretisasi Persoalan-Persoalan Sosial dalam Dialog Cinta Oase

Samudra Biru

Sebagai pengarang, Dinda Natasya hidup di masyarakat beserta

kehidupan sosialnya. Dinda Natasya juga berhadapan dengan suatu kenyataan

yang ada dalam masyarakat (realitas objektif) berupa peristiwa-peristiwa, norma-

norma dan pandangan hidup. Banyaknya interaksi Dinda Natasya dalam

kehidupan sosialnya tersebut, seperti yang telah dikemukakan pada pembahasan

di halaman depan, membuatnya menjadi sangat peka terhadap realitas objektif

yang ada di sekitarnya. Terlebih lagi profesinya sebagai penyiar dan “dokter

cinta” yang banyak memberinya pengalaman dan inspirasi dari kisah-kisah

pendengar maupun “pasien-pasiennya. Persoalan-persoalan sosial yang diangkat

oleh Dinda Natasya dalam karyanya yaitu berupa persoalan-persoalan remaja

khususnya yang disebabkan oleh cinta, konflik keluarga, abnormalitas masyarakat

karena himpitan ekonomi serta ketidakadilan hukum negara. Persoalan-persoalan

sosial itulah yang kemudian dimunculkan sebagai karya sastra oleh Dinda

Natasya.

Dinda Natasya mengungkapkan apa yang dilihat dan didengarnya

melalui tulisan ke dalam karya. Dinda Natasya juga menuliskan pengalaman dan

pemikirannya tentang realitas objektif yang ada di sekitarnya. Persoalan sosial

atau masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur

kebudayaan atau masyarakat, yang menghambat kehidupan kelompok sosial

(Soerjono Soekanto, 2002:358).

Masalah sosial juga timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri

manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

65

(kemiskinan, pengangguran, dll), biologis (penyakit menular, keracunan makanan,

dsb), biopsikologis (penyakit syaraf, aliran sesat, dsb), dan kebudayaan

(perceraian,kenakalan remaja, kejahatan, dll). Setiap masyarakat mempunyai

norma yang bersangkut-paut dengan kesejahteraan kebendaan, kesehatan fisik,

kesehatan mental, serta penyesuaian diri individu atau kelompok sosial.

Penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma tersebut merupakan gejala

abnormal yang merupakan masalah sosial (Soerjono Soekanto, 2002:360).

Masalah sosial muncul karena sebab-sebab dari individu sendiri

(intrinsik) dan luar individu (ekstrinsik). Masalah yang mula-mula

menggambarkan kondisi individu kemudian menjadi masalah yang menjelaskan

kondisi dari sistem di tempat masyarakat hidup yang mengancam nilai-nilai suatu

masyarakat sehingga berdampak pada sebagian besar anggota masyarakat. Sebab-

sebab ekstrinsik berasal dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Misalnya

persoalan individu sendiri (intrinsik) yang berupa persoalan konflik batin

seseorang dengan Tuhannya atau persoalan kebutuhan berupa desakan ekonomi.

Kemudian luar individu (ekstrinsik) misalnya persoalan sosial masyarakat di

mana pada suatu kondisi tertentu kedua persoalan tersebut dapat saling

mempengaruhi. Seperti perceraian, kemiskinan, pelanggaran, kejahatan, dan

abnormalitas masyarakat yang dapat pula penyebabnya berawal dari persoalan

individu (intrinsik) kemudian berkembang menjadi persoalan luar individu

(ekstrinsik). Misalnya himpitan ekonomi yang menuntut seseorang untuk dapat

melakukan kejahatan apa saja termasuk abnormalitas masyarakat, seperti yang

tampak dalam Kisah Seorang Pramuria (hal 19-22) berikut yang juga merupakan

cerminan persoalan sosial yang ada di lingkungan Dinda Natasya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

66

...Setiap malam bertemu dengan mereka. Dari sekedar pemandu karaoke,

tukang pijat (plus), hostess di klub malam dan diskotik serta pekerja sex dari

yang di hotel sampai yang tercecer di sepanjang jalan Hayam Wuruk (belum

yang nyelip di sudut warung gelap yang kumuh)... (Dinda Natasya dan Anto

HPrastyo, 2010:19-20).

Kisah di atas merefleksikan suatu realitas objektif tentang kehidupan

penjaja seks yang terjadi dalam masyarakat di jalan Hayam Wuruk. Sebagian

besar dari mereka terdesak oleh kebutuhan ekonomi atau karena kemiskinan dan

sebagian lain karena tidak memiliki pekerjaan. Seperti yang tampak dalam

kutipan “...kebanyakan perempuan yang saya temui, 90% terjun sebagai penjaja

cinta karena faktor ekonomi...” (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:20).

Dari pekerjaan menjadi penjaja seks itu mereka juga tidak terhindarkan dari

penyakit-penyakit biologis maupun biopsikologis seperti dalam kutipan “(walau

resikonya juga besar, dari mulai penyakit kelamin, ancaman garukan dan juga

pemerasan dari germok masing-masing)” (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,

2010:20). Penyakit biologis berupa penyakit kelamin dan biopsikologis berupa

kejahatan pemerasan dari germo atau muncikari mereka masing-masing.

Hal di atas merupakan karya Dinda Natasya yang merasa gelisah akan

ketidakpuasannya terhadap suatu realitas objektif. Berangkat dari kegelisahannya

itulah, Dinda Natasya dengan caranya sendiri memprotes, memberontak,

mendobrak realitas yang menurutnya tidak memuaskan atau penuh dengan

ketidakadilan. Berikut pengetian-pengertian hal di atas: (a) memprotes adalah

menyatakan tidak setuju; menyangkal menentang, (b) memberontak adalah

melawan; tidak mau menurut perintah; melawan pemerintah (kekuasaan dsb)

secara serentak, (c) mendobrak adalah menembus pertahanan; menghapuskan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

67

secara berani dan tegas (tentang tradisi, adat, kebiasaan) (Dendy Sugono,

2008:180-1107).

Dinda Natasya mengekspresikan semua hal tersebut melalui beberapa

kutipan karyanya dalam puisi Mimpi 18 Hari (hal 15-16), puisi Sombong (hal 68-

69), dan puisi KPK Untuk Siapa Kau Ada? (hal 101-103) berikut.

MIMPI 18 HARI

Suatu hari terasa tubuh begitu letih

Deru kehidupan dunia membuat perih tak berasa lagi

Mata telinga mulut terkunci

Jantung berdegup kencang saat prahara datang

Aksi dorong mendorong memaksaku menyerah pada nasib

Dilorong kehidupan antara mimpi dan kenyataan

Dipintu kematian antara hukuman dan pengampunan

Kubiarkan tubuh ini terbaring

Menikmati mimpi 18 hari... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:15)

SOMBONG

Wahai

Tak berotakkah kau

Bengis dan sombong

Keji picik menghujam perih

Di setiap laku dan ucapmu

Bak sumpah serapah

Pendusta penjilat nista

Jika tak disebut munafik

Sungguh kesal

Wahai

Berlari menghindar maut

Sembunyilah dari kematian jika kau bisa

Bawa anak istrimu serta

Kemas semua harta benda dan tahta

Bawa jika kau bisa

Jika kau pergi akankah ada yang turut

Sungguh sombong… (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:68)

KPK UNTUK SIAPA KAU ADA?

KPK, oh KPK

Apakah engkau ini sebenarnya

Seperti tsunami memporak-porandakan tatanan

Begitu banyak kehidupan yang kau renggut

Bagitu banyak harapan kau sirnakan

Apakah engkau ini musibah

Apa engkau ini anugerah? (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:101)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

68

Melalui puisi-puisi di atas Dinda Natasya menyuarakan kegelisahannya

dengan memprotes, memberontak, dan mendobrak menggunakan bahasa sebagai

media. Dinda Natasya memprotes karena merasa ada ketidakadilan dalam hukum

negara yang ditunjukkan dalam puisi Mimpi 18 Hari (hal 15-16) berikut “Dipintu

kematian antara hukuman dan pengampunan...”. Karena puisi tersebut juga

menggambarkan kepasrahan seseorang atas ketidakberdayaannya melawan hukum

yang tidak adil. Persoalan sosial lain yaitu adanya kesenjangan sosial berupa

kesombongan atas kekayaaan dan kekuasaan sehingga membuat seseorang

bersikap sewenang-wenang. Kekayaan dan kekuasaan itu tercermin dalam kutipan

“...Kemas semua harta benda dan tahta. Bawa jika kau bisa...”. Dinda Natasya

mengekspresikannya dengan memberontak atau melawan penguasa melalui

puisinya yang juga digunakan untuk mengingatkan para penguasa yang sombong

agar segera bertaubat. Kemudian juga persoalan sosial mengenai peran KPK yang

masih dipertanyakan dalam masyarakat luas. Peran Lembaga Pemberantasan

Korupsi yang seharusnya memberantas para koruptor, dewasa ini banyak media

mengabarkan justru menjatuhkan orang-orang yang sebenarnya tidak melakukan

kesalahan atau tidak terlibat dalam skandal korupsi menjadi tersangka. Maka dari

itu Dinda Natasya mencoba mendobrak atau menghapuskan tatanan yang sudah

ada secara berani untuk mengulas tentang peran KPK.

Selain mencoba untuk mengutarakan sesuatu terhadap realitas objektif

yang ditemukannya. Dinda Natasya juga ingin berpesan kepada pihak-pihak lain

tentang sesuatu yang dianggap sebagai masalah atau persoalan manusia tersebut.

Hal ini bertujuan agar pihak-pihak yang bersangkutan dapat mendengar dan

melihat kebenaran dengan benar. Namun bagi Dinda Natasya, ia hanya sekedar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

69

menuliskan dan meluapkan apa yang ada di sekitarnya dengan ikut merasakan apa

yang terjadi. Dinda Natasya juga tidak banyak berharap tulisannya akan dibaca

oleh pihak-pihak bersangkutan, namun dengan mengutarakan pendapatnya dengan

menuliskan ke dalam sebuah karya ia sudah merasa cukup.

Berkaitan dengan hal tersebut, telah diketahui dalam penelitian ini Dinda

Natasya menggunakan pemikirannya terhadap realitas objektif yang merupakan

cerminan perilaku masyarakat. Berikut terdapat 4 (empat) persoalan-persoalan

sosial yang disebabkan oleh cinta dan konkretisasinya dalam Dialog Cinta Oase

Samudra Biru yang dapat menentukan keekspresifan Dinda Natasya.

1. Hubungan Manusia dengan Tuhannya

Pada suatu kondisi tertentu seseorang akan dapat merasakan kedekatan

yang intim dengan Tuhannya. Hubungan ini termasuk ke dalam persoalan sosial

karena seperti yang telah dikemukan di atas bahwa masalah sosial muncul dari

individu sendiri (intrinsik) yang kemudian menjadi masalah dan berdampak besar

bagi luar individu (ekstrinsik). Misalnya ketika dalam keadaan sedang sendiri di

malam hari yang hening seseorang merasa sedih, bersyukur dan bahkan bahagia,

ia tidak lagi merasa tertekan oleh persoalan hidupnya maka orang-orang di

sekitarnya pun akan merasa nyaman berkomunikasi dengannya.

Hal tersebut juga karena pada hakikatnya manusia memiliki hubungan

yang vertikal atau garis tegak lurus dari bawah ke atas atau sebaliknya dengan

Tuhannya sebagai mahluk ciptaan-Nya. Hubungan manusia dengan Tuhan dalam

posisi secara pribadi adalah cinta yang oleh kalangan ahli sufi dikategorikan

sebagai buah mahabbah (cinta) adalah rasa mahabbah (cinta) kepada Allah atau

Al-Uns yaitu puncak rasa suka cita dalam jiwa. Pada hakikatnya Uns adalah rasa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

70

suka dan kegembiraan yang tiada tara karena terjadinya mukasyafah kepada

Tuhan dengan segala keindahan dan keparipurnaan-Nya saat taqarrub

(berdekatan) dengan Tuhan (Asrifin, 2001:195).

Kemudian karena cinta di sini kaitannya dengan keyakinan maka akan

berpengaruh terhadap kehidupan sosialnya. Menurut Al-Ghazali, manakala

seorang hamba dibukakan pesona Al-Haq dan ia tenggelam di dalamnya maka itu

disebut wushul. Karena ia memandang kepada yang dipandang, maka tiada lain

kecuali Tuhan. Jika memandang pada cita-cita tujuannya, tiada pula cita-cita itu,

selain Tuhan. Hal tersebut karena wushul adalah buah dari musyahadah yaitu satu

penyaksian seorang hamba pada Al-Haq setelah terbukanya tirai (mukasyafah)

dan merasakan betapa terpesonanya hamba tersebut atas keagungan dan

keindahan-Nya. Kedua hal tersebut akan melahirkan satu keterpukauan,

ketertakjuban, keterpesonaan, dan keindahan yang merupakan satu kata yang

memiliki hubungan dekat dengan kata cinta (Asrifin, 2001:197). Itulah secara

teori, cinta di antara hubungan manusia dengan Tuhannya dalam posisi sosial.

Hubungan sosial yang melahirkan cinta karena Tuhan.

Tidak terlepas dengan Dinda Natasya juga merasakan hal yang sama.

Dinda Natasya adalah seseorang yang suka tirakat dan ia akan merasa teramat

dekat dengan Tuhannya saat melaksanakan dua rakaat pada sepertiga malam.

Karena di saat itulah ia merasa dapat berdoa dengan khusyuk untuk memohon

ampunan dan pertolongan sehingga Tuhan akan mengabulkan doa-doanya.

Kesehariannya itulah yang juga tercermin dalam beberapa karya-karyanya.

Tirakat merupakan menahan hawa nafsu (seperti berpuasa, berpantang);

mengasingkan diri ke tempat yang sunyi (di gunung dsb) (Dendy Sugono,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

71

2008:1472). Dinda Natasya menjadi suka tirakat saat dirinya masih bekerja sama

dengan Padepokan Lindu Aji seperti yang telah di bahas pada pembahasan

sebelumnya. Dinda Natasya melakukan ritual pengasingan diri dan berendam di

air untuk mencari ketenangan dengan berusaha menyatukan jiwanya dengan alam.

Dinda Natasya menuliskan semua curahan hatinya itu ke dalam karyanya

sebagai kisah-kisah inspiratif yang mengandung motivasi perubahan, terutama

tentang sifat dasar manusia, ajaran budi luhur, dan keyakinan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dalam pengaruhnya terhadap cara orang bertahan hidup dan

menyelesaikan masalah (Email Dinda Natasya, 3 Februari 2012 pukul 21.59

WIB). Hubungan Dinda Natasya dengan Tuhannya tampak dalam puisi Kalah

(hal 70-71) dan PadaMu (hal 72). Dalam sepenggal puisi Kalah, Dinda Natasya

tampak merasa resah karena banyak “kekalahan” orang-orang dalam menjalin

hubungan yang nekat meninggalkan agama untuk kekasihnya, berikut kutipannya.

...Ya Allah

Bebaskan aku dari penjara cinta ini

Biarkan aku kembali padamu

Jangan kau hukum aku atas semua kesalahan ini

Karena mencintainya melebihi cintaku padamu

Seperti yang seharusnya (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:71)

Barangkali Dinda Natasya ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain

yaitu mencintai sesuatu atau seseorang melebihi cintanya kepada Tuhan. Maka

dari itu, Dinda Natasya merasa telah ikut bersalah dan puisi tersebut dijadikan

sebagai doa olehnya untuk memohon ampunan bagi dirinya maupun orang lain.

Karena tidak seharusnya manusia mencintai sesuatu melebihi cintanya kepada

Sang Penciptanya.

Bagi Dinda Natasya, mencintai sesuatu atau seseorang melebihi cinta kita

kepada Tuhan, maka hanya akan ada penderitaan dan air mata di sepanjang hidup

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

72

kita. Oleh karena bahagia hanya dapat diraih dengan pemahaman cinta yang benar

dan harus bermuara pada sang pemilik cinta sejati yaitu Tuhan. Sebab Dialah

hakikat cinta yang sesungguhnya (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:x).

Rasa cinta Dinda Natasya pada Tuhannya juga tampak dalam puisi

PadaMu (hal 72) berikut.

Ya Allah

Padamu bersimpuh di ujung sajadah

Menggenggam tasbih

Pejam tertunduk

Hingga basah mata

Mengigil ngilu

Merindui hadirmu di setiap waktuku

Engkaulah hidupku

Bila nafas terucap namamu

Bila mati pula untukmu

Di sajadah biruku

Dalam tidur yang panjang

Biarlah jangan bangunkan

Karena hanya engkau yang bisa (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,

2010:72)

Dari puisi di atas, Dinda Natasya terlihat ingin menjadi manusia yang pandai

bersyukur, taat, dan menjadi muslimah sejati. Hatinya dipenuhi kepiluan akan

kerasnya kehidupan yang sedang dihadapinya, namun ia ikhlas menjalaninya.

Puisi tersebut mencerminkan keseharian Dinda Natasya yang merasa dapat begitu

dekat dengan Tuhannya ketika melaksanakan perintah dan kewajibannya sebagai

seorang muslim yaitu salat. Salat adalah salah satu cara terbaik yang

dilakukannya, kemudian melafazkan bacaan tasbih dan berdoa. Semua itu karena

Dinda Natasya sangat mencintai Tuhannya sebagai seorang hamba.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

73

2. Hubungan Cinta Kasih antara Remaja

Dinda Natasya mendapat banyak pengetahuan dari pengalaman para

pendengar dan “pasien-pasiennya” tentang kisah seputar percintaan remaja yang

sedang mengalami masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa

remaja yang mencari jati diri. Mereka mengirimkan banyak pesan kepada Dinda

Natasya melalui SMS dan inbox di facebooknya yang berisi seputar kisah

percintaan mereka seperti hubungan antar teman dan kekasih. Selain itu kisah

tersebut tidak hanya didapat dari para remaja, tetapi juga kisah cinta dari

kehidupan rumah tangga suami istri, antara anak kepada orang tua dan sebaliknya.

Pada suatu kondisi seseorang yang sedang mengalami kegagalan dalam urusan

percintaan, maka akan sangat mempengaruhi suasana hati sehingga menjadi

“gelap” dan tidak dapat berpikir dengan baik. Mata juga tidak bisa melihat dengan

baik, jika tidak menemukan orang-orang yang bisa dipercaya dan tidak ada lagi

solusi yang ditemukan. Maka hal-hal yang muncul justru akan semakin

memperburuk keadaan.

Hal tersebut yang membuat Dinda Natasya terdorong untuk peduli dan

membantu meringankan beban mereka. Dinda Natasya menyediakan sebuah

rumah bagi mereka yang ingin didengar dan ingin bicara tentang kata hati. Rumah

ini adalah rumah solusi, sebuah pondok yang dipenuhi aroma cinta dan kasih

sayang. Sebuah pondok yang membiarkan semua penghuninya mencurahkan isi

hati tanpa rasa takut. Rumah ini bernama Pondok Curhat Dinda Natasya (Dinda

Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:2).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

74

Beberapa realita percintaan tersebut juga tidak luput dari sentuhan Dinda

Natasya, tampak dalam kutipan puisi Puisi Para Mantan (hal 112-113) dan

Bingung (hal 111) berikut.

PUISI PARA MANTAN

...Mana janji manismu, cinta setia sampai mati

Kini tak ada tersisa

Pergimu disaat ku jatuh sendiri terpuruk

Aku memang pantas

Hanya mantanmu

Sakit teriris hati, sepi saat cinta pergi

Tapi aku sudah berusaha

Tak apa

Sendiri tanpamu tak buatku takut

Luka yang kau toreh tak membunuhku

Sedih itu tak sesatkan langkah

Memang mantanmu

Masih sang juara

Tak apa

Dulu kau tiada

Kujaga kubawa kuserta

Kini kau tiada

Kuterjaga kuasa berusaha

Roda kembali berputar

Musim kini milikku... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:112-113)

Dari puisi tersebut, tampak Dinda Natasya ingin menyampaikan pesan

atau nasihat kepada pembacanya bahwa saat kisah cinta harus berakhir maka tidak

lantas membuat kita lemah, berhenti melangkah, meratapi yang telah terjadi, dan

terus mengingat masa lalu yang menyakitkan karena cinta. Seperti tampak dalam

larik “...Pergimu disaat ku jatuh sendiri terpuruk...” dan “Sakit Teriris hati, sepi

saat cinta pergi”. Tetapi dalam puisi tersebut juga terdapat larik menjadikan diri

kita sebagai pribadi yang tangguh terhadap cobaan sehingga dapat terus

melangkah menuju masa depan, yaitu “Tapi aku sudah berusaha”, “Sendiri

tanpamu tak buatku takut”, dan “Sedih itu tak sesatkan langkah”. Hal tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

75

juga tampak dalam bait “musim kini milikku...”, karena Dinda Natasya ingin

menunjukkan bahwa tidak ada kesedihan yang abadi, begitu juga dengan

kebahagiaan. Maka dari itu, setiap cobaan pasti akan ada hikmah sesudahnya dan

kesedihan akan berganti dengan kebahagiaan. Begitu juga dalam puisi Bingung

berikut.

Kau ini siapa sebenarnya

Memarahiku seenaknya hingga membuatku menangis

Mengatur kehidupanku hingga aku merasa terpasung

Kau, membuatku sungguh merasa takut

Kau anggap aku ini siapa

Memelukku begitu erat hingga membuatku sesak

Menyayangku begitu lembut

Hingga merasa tersanjung

Kau membuatku sungguh bingung

Kadang kau begitu cinta dan penuh perhatian

Tapi kemudian kau menghilang entah kemana

Kadang kau begitu jahat dan sombong

Tapi kemudian kau kembali dengan segenap rindu

Apa yang kau cari sebernarnya?

Apa yang kau inginkan dariku?

Aku tak tahu di manakah akan kau tempatkan diriku

Karena kau sungguh membuatku bingung (Dinda Natasya dan Anto

HPrastyo, 2010:111).

Dari puisi di atas, bait-baitnya mencerminkan kegelisahan seseorang

tentang suatu hubungan percintaan yang tidak jelas atau tanpa status yang

dialaminya. Kebimbangan yang dimunculkan disebabkan oleh suatu kehilangan

seseorang yang seolah datang dan pergi dikehidupannya. Hal tersebut membuat si

“aku” kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Hubungan cinta

kasih antara pria dan wanita semacam ini banyak terjadi di lingkungan sosial

terutama kalangan yang sedang dalam masa pubertas. Oleh karena pada masa ini,

remaja cenderung masih labil dalam menyikapi suatu permasalahan dalam

hidupnya tertutama dalam hal cinta yang masih ingin tahu dan mencoba segala hal

seperti berganti-ganti pasangan atau pacar yang menurutnya cocok dengannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

76

Dinda Natasya menyampaikannya ke dalam bahasa yang sederhana dan ingin

memperlihatkan bahwa ada hubungan percintaan yang gagal dan menjadi patah

hati. Namun setidaknya pengalaman tersebut akan membuat seseorang tidak akan

mengulang kegagalan yang sama setelahnya.

Nasihat-nasihat Dinda Natasya dalam setiap bait puisinya tersebut telah

mendapat ruang tersendiri di hati para pembacanya. Hal tersebut karena selain

sajaknya yang sederhana, juga pesan yang disampaikan merupakan realitas

objektif yang banyak terjadi dalam kehidupan setiap orang.

3. Hubungan dan Konflik Sosial antara Sesama Manusia

Konfilk sosial ini banyak terjadi di kalangan masyarakat segala lapisan,

baik secara pribadi maupun kelompok yang menyadari adanya perbedaan-

perbedaan misalnya ciri-ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, dan pola

perilaku, dan seterusnya. Hal tersebut juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,

(a) perbedaan antara individu-individu, (b) perbedaan kebudayaan, (c) perbedaan

kepentingan, dan (d) perubahan sosial (Soerjono Soekanto, 2002:98-99).

Konflik juga merupakan proses yang terjadi ketika tindakan satu orang

menganggu tindakan orang lain. Potensi konflik meningkat bila dua orang

menjadi saling interdependen. Saat interaksi lebih sering terjadi dan mencakup

lebih banyak aktivitas dan isu, ada lebih banyak peluang terjadinya perbedaan

pendapat (Taylor, Shelley E. et.al. 2009:346).

Dari perbedaan pendapat tersebut juga dapat menyebabkan hilangnya

komunikasi di antara keduanya. Namun Dinda Natasya memanfaatkan konflik-

konflik sosial ke dalam karyanya agar terarah ke arah yang lebih baik dengan

mengungkapkan konflik sosial bersamaan dengan menyampaikan pesan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

77

tersirat di dalamnya. Karena selain bergelut dalam dunia kepenyiaran, pendidikan

dan keagamaan, Dinda Natasya juga terjun dalam bidang sosial seperti

kemanusiaan. Dinda Natasya banyak berinteraksi dengan orang-orang di

sekitarnya, baik itu rekan kerja, pasien, teman, keluarga, maupun orang-orang

yang baru ditemuinya. Dinda Natasya pun akhirnya banyak mengenali pribadi

karakter dan masalah yang dihadapi seseorang. Kemudian berdasarkan hal-hal

tersebut peneliti menyatakan bahwa konflik-konflik sosial yang terjadi jika dapat

disikapi dengan baik maka akan membuat manusia dapat lebih menghargai

perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungan sosial. Sepanjang pertentangan tidak

berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur sosial yang

tertentu, maka pertentangan-pertentangan tersebut bersifat positif. Karena suatu

pertentangan dapat pula menghasilkan kerja sama, yang mana dengan terjadinya

pertentangan, masing-masing pihak akan mengadakan introspeksi dan kemudian

mengadakan perbaikan-perbaikan (Soerjono Soekanto, 2002:100-101).

Banyaknya kegiatan sosial yang dilakukan oleh Dinda Natasya dengan

berbagi, berkarya sambil beramal, membuatnya banyak belajar mendengarkan dan

mempelajari karakter orang lain (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,2010:179).

Seperti yang telah dipaparkan pada bagian depan. Beberapa hal yang berkaitan

dengan kegiatan sosial kemanusiaan yang dilakukannya dan keprihatinannya

terhadap suatu kondisi sosial yang buruk, diabadikan oleh Dinda Natasya melalui

sebagian tulisannya yaitu puisi Mimpi 18 hari (hal 15-16), Penjara Cinta, Lewat

Tengah Malam (hal 17-18), KPK Untuk Siapa Kau Ada? (hal 101-103), Kisah

Seorang Pramuria (hal 19-22), Sombong (hal 68-69), dan Untuk Kedua Puteraku

(hal 104-106).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

78

Konflik sosial yang banyak diungkap oleh Dinda Natasya merupakan

cerminan dari rusaknya moral masyarakat itu sendiri. Meski begitu, ada juga

persoalan-persoalan sosial dalam ranah politik yang dialami oleh seseorang bukan

hasil dari ulahnya sendiri melainkan menjadi korban pemfitnahan atau kambing

hitam dari kesalahan orang lain, manipulasi hukum, dedikasi yang dipertanyakan

oleh lingkungannya, dan sebagainya. Hal tersebut tampak dalam puisi-puisi Dinda

Natasya berikut.

MIMPI 18 HARI

...Suatu pagi terbangun ditengah kebingungan

Dimana tubuhku terbaring

Tidurkah aku semalam ini

Mata telingan mulut terpana

Dilorong penjara seseorang memaksaku bangun

Dipintu besi berdiri orang-orang asing

Wajah-wajah polos senyum

Menyambut tubuh lemah ditempat yang begitu pengap

Selamat datang dunia mimpi

Ku nikmati rumah asing ini 18 hari... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,

2010:15)

PENJARA CINTA, LEWAT TENGAH MALAM

...Wajah-wajah asing datang dan pergi

Cerita pilu anak manusia silih berganti

Aku merenung

Wajah siapa yang masih ku ingat

Samar-samar semua gambar memudar

Perasaanku bercampur aduk

Hampir hilang kesadaran

Antara mimpi dan kenyataan

Aku melihat neraca keadilan bergerak

Seiring robohnya tembok penjara

Jeruji besi meleleh

Pintu-pintu terbuka... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:17-18)

Tampak dalam penggalan kedua puisi di atas yang menceritakan tentang

masih adanya ketidakadilan hukum negara. Bagi yang tidak bersalah justru

dipenjara, sedangkan yang bersalah tetap bebas dengan kekuasaannya. Terlihat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

79

bahwa orang-orang yang lemah dan tidak memiliki kekuasaan, hanya dapat

menerima dengan pasrah apa yang terjadi padanya. Peristiwa buruk yang tidak

pernah disangkanya. Berharap hal itu akan segera berakhir bagaikan mimpi yang

akan segera berakhir saat kembali terjaga dari tidurnya.

Mereka yang lemah itu terus berharap, dengan berangan neraca keadilan

tetap bisa ditegakkan dan kebenaranlah yang akan menang. Oleh karena penjara

itu hampir membuat mereka lupa pada wajah-wajah di masa lalunya. Sepetak

ruang yang pengap, yang telah memupuskan harapan karena harus menjalani

hukuman yang entah kesalahan apa yang telah mereka perbuat. Lain halnya

dengan puisi berikut.

KPK UNTUK SIAPA KAU ADA?

...KPK, oh KPK

Apakah engkau ini sebenarnya

Seperti tsunami memporak-porandakan tatanan

Begitu banyak kehidupan yang kau renggut

Bagitu banyak harapan kau sirnakan

Apakah engkau ini musibah

Apa engkau ini anugerah?

....

KPK, oh KPK

Jubah mana yang kau kenakan

Apakah kau ini malaikat

Apakah kau ini petunjuk

Kemanakah perginya sang penyeru

Pemberi ingat jiwa yang lupa... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,

2010:101-102)

Suatu dedikasi dan peranan yang masih dipertanyakan oleh suatu

kalangan masyarakat tertentu. Apakah neraca keadilan yang dipegang oleh KPK

seutuhnya adalah kebenaran, hal tersebut juga masih menjadi pertanyaan. Hal ini

juga disebabkan adanya eksplorasi hukum ketika ternyata masih ada ketidakadilan

di dalam hukum yang diberlakukan oleh KPK, lalu masyarakat akan memandang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

80

bahwa adanya KPK juga merupakan musibah bagi orang-orang yang jujur.

Kekuasaan juga masih digunakan di dalamnya, karena yang paling berkuasa yang

memegang wewenang dan dapat berlaku dengan sesuka hatinya.

Hal tersebut akhirnya membuat suatu wacana bahwa KPK akan

dibubarkan karena dianggap tidak begitu penting dan tidak banyak membantu

pemberantasan koruptor di negara ini karena justru banyak memenjarakan orang-

orang yang tidak bersalah. Meski begitu, hadirnya KPK untuk membasmi para

“tikus berdasi” atau koruptor di negara ini disambut hangat oleh sebagian

masyarakat lainnya. Kekuasaan-kekuasaan itu tampak dalam larik “Jubah mana

yang kau kenakan. Apakah kau ini malaikat?. Apakah kau ini petunjuk?”. Jubah

merupakan baju panjang (sampai di bawah lutut), berlengan panjang, seperti yang

dipakai orang Arab, padri, hakim (Dendy Sugono, 2008:590). Namun dalam

konteks larik puisi ini adalah jubah hitam yang juga biasanya digunakan oleh

hakim yang menunjukkan kekuasaannya sebagai pengambil keputusan tertinggi

dalam persidangan.

Berbeda dengan persoalan sosial yang terdapat dalam penggalan kisah

berikut. Sebuah kisah yang jauh dari bau politik, namun mereka merupakan

korban perpolitikan negara. Kisah ini adalah realitas objektif yang dilihat dan

dikenal dekat oleh Dinda Natasya yang kemudian diungkapkan ke dalam

karyanya. Mereka itu juga adalah “pasien-pasien” Dinda Natasya.

KISAH SEORANG PRAMURIA

...Setiap malam bertemu dengan mereka. Dari sekedar pemandu karaoke,

tukang pijat (plus), hostess di klub malam dan diskotik serta pekerja sex dari

yang di hotel sampai yang tercecer di sepanjang jalan Hayam Wuruk (belum

yang nyelip di sudut warung gelap yang kumuh).

Bahkan mereka para profesional, istri direktur, dan pejabat yang mencari

kepuasan batin diluar rumah, dari yang normal hingga pecinta sesama jenis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

81

Mereka ini beberapa saya kenal walau tidak terlalu dekat namun saya

berusaha untuk tidak mengabaikan mereka

...

Dan mereka ini kebanyakan adalah pasien-pasien yang datang pada saya

dengan kasus yang sama yaitu masalah remaja dengan krisis kepercayaan

diri dan masalah rumah tangga dengan segala persoalan di dalamnya.

Ini bukanlah solusi yang dapat memperbaiki semua keadaan seperti yang

saya sampaikan di atas, hanya saja saya sangat berharap:

SEANDAINYA:

Semua laki-laki di dunia ini menjalankan tanggung jawab dan kewajibannya

sebagai kepala rumah tangga dengan benar dan sebaik-baiknya sesuai

tuntunan agamanya masing-masing dan konsekuen tentu tidak akan seperti

ini jadinya... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:19-20).

Dinda Natasya mengungkapkan keprihatinannya dan kepeduliannya

terhadap orang-orang yang dianggap “sampah masyarakat”. Bagi Dinda Natasya,

itu bukanlah keinginan mereka yang sebenarnya. Tuntutan ekonomi yang

mencekik keluarga mereka, memaksa para perempuan itu menjual harga diri.

Mereka memilih jalan pintas yang pada mulanya terpaksa namun pada akhirnya

pun menikmatinya karena mudah dan cepat mendapatkan uang untuk memenuhi

kebutuhan ekonominya. Seperti yang tampak dalam kutipan lain dari kisah ini

“Penjaja cinta mereka yang terpaksa menjual diri, terpaksa apa terpaksa? Lha

kok wajahnya senang dan menikmati profesi begitu to ya!” dan “Kebanyakan

perempuan yang saya temui, 90% terjun sebagai penjaja cinta karena faktor

ekonomi. Hanya sayangnya kemudian mereka malah menikmatinya karena

mudah, cepat dan tidak capek”.

Dinda Natasya berusaha untuk tidak mengabaikan mereka, menurutnya

toh mereka juga manusia yang berhak hidup. Hanya saja jalan kehidupan yang

mereka pilih itu salah di mata masyarakat. Pada larik “terpaksa apa terpaksa?

Lha kok wajahnya senang dan menikmati profesi begitu to ya!”, peneliti

menganalisisnya sebagai tuntutan profesinya sebagai “wanita penghibur” yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

82

diharuskan menunjukkan wajah cerianya untuk mempromosikan diri agar dapat

lebih menarik di hadapan lelaki “hidung belang”, meski di sisi lain sebenarnya

mereka mengalami tekanan batin akan hal tersebut. Kemudian saat mereka ingin

kembali ke jalan yang benar dan kehidupan yang normal, sebagian besar dari

mereka tidak dapat diterima kembali oleh tanggapan di masyarakat tertentu itu

sehingga mereka memilih untuk tetap melakukan pekerjaan itu. Hal tersebut

merupakan hasil eksplorasi oleh Dinda Natasya terhadap lingkungan yang ada di

sekitarnya sebagai “dokter cinta”. Eksplorasi penjelajahan lapangan dengan tujuan

memperoleh pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-

sumber alam yang terdapat di tempat itu; penyelidikan; kegiatan untuk

memperoleh pengalaman baru dari situasi yang baru (Dendy Sugono, 2008:359).

Eksplorasi yang dilakukan Dinda Natasya ini bukan dengan terjun langsung ke

lapangan, namun justru mereka para pelaku penjaja seks itulah yang mendatangi

Dinda Natasya sebagai “pasien-pasiennya”.

Persoalan sosial ini terjadi juga tidak hanya karena ekonomi, namun

justru ada juga yang hanya untuk mencari kepuasan diri seperti kutipan berikut:

“Bahkan mereka para profesional, istri direktur, dan pejabat yang mencari

kepuasan batin diluar rumah,”. Tidak adanya keharmonisan dalam sebuah rumah

tangga adalah penyebab utamanya. Percintaan antara suami-istri yang tidak

dibangun dengan pondasi komunikasi yang kuat, maka akan mudah runtuh seperti

tampak dalam kutipan di atas.

Dinda Natasya juga mengungkapkan pemikirannya dalam kutipan kisah

di atas, bahwa hal tersebut dapat terjadi karena laki-laki yang seharusnya dapat

menjadi imam dan kepala keluarga yang baik untuk istri, anak, dan keluarganya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

83

namun justru mengabaikan tugas dan kewajibannya. Begitu juga dengan seorang

perempuan yang seharusnya menyadari fitrahnya sebagai seorang istri dan ibu.

Persoalan sosial lain yang banyak terjadi di masyarakat sebagai contoh

adalah seperti dalam kutipan puisi berikut.

SOMBONG

...Wahai

Berlari menghindar maut

Sembunyilah dari kematian jika kau bisa

Bawa anak istrimu serta

Kemas semua harta benda dan tahta

Bawa jika kau bisa

Jika kau pergi akankah ada yang turut

Sungguh sombong... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:68).

Puisi di atas dapat dikatakan merupakan sebagai cerminan realitas objektif yang

terjadi dalam lingkungan sosial kemanusiaan. Harta dan kekuasaan dapat

membuat orang lupa diri dan menjadi pribadi yang angkuh dan sombong. Padahal

harta dan kekuasaan bukanlah hal yang abadi, termasuk hidup ini. Setiap manusia

akan dimintai pertanggungjawabannya atas harta dan kekuasaan yang dimiliki

semasa hidupnya. Dinda Natasya ingin menunjukkan bahwa tidak ada yang kekal

di dunia ini. Harta dan kekuasaan tidak akan dibawa mati, hanya amalan kebaikan

yang dapat menyelamatkan setiap manusia. Dinda Natasya selalu mengembalikan

segala persoalan-persoalan sosial tersebut kepada fitrah manusia dan Tuhan.

Banyaknya kegiatan-kegiatan sosial dan pekerjaan yang dilakukan Dinda

Natasya yang banyak menyita waktunya tidak lantas membuatnya melupakan

kodratnya sebagai wanita dan sebagai ibu. Karena menjadi wanita ratu rumah

tangga merupakan cita-citanya. Seperti lilin yang bersinar sampai padam walau

meleleh dan seperti karang yang tetap tegar walau diterpa ombak, itulah

semboyan hidupnya. Dinda Natasya melakukan perannya sebagai seorang ibu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

84

yang luar biasa dan mendidik kedua putranya dengan baik. Hal tersebut tampak

dalam penggalan puisi Untuk Kedua Puteraku (hal 104-106) sebagai berikut.

...Jika kini ibu hanya bisa memandangmu dari jauh

Antara ada yang tiada

Lebih bermakna dari tak ada!

Kenanglah ibu dalam jiwa kalian

Jika kalian merasa sendiri

Dan memang demikianlah hidup kalian selama ini

Ingatlah Ibu masih di sini bersama kalian

Walau hanya lewat belaian malam tanpa berwujud

Hanyalah suara

Semoga engkau dapat rasakan

Cinta dan kasih sayang Ibu selalu ada... (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo,

2010:105)

Dinda Natasya ingin menyampaikan rasa kasih untuk kedua putra yang

sangat dicintainya itu. Pekerjaan yang menuntut Dinda Natasya untuk berada di

luar kota sehingga jauh dengan keberadaan anak-anaknya, tidak membuat rasa

cinta itu luntur. Justru Dinda Natasya semakin menanamkan cintanya kepada

kedua putranya melalui tulisan dan bait-bait doa untuk kebaikan keduanya yang

dipanjatkannya meski mereka sedang berjauhan. Dinda Natasya berjuang dalam

karirnya dan kedua putranya juga sedang berjuang di kota lain untuk

menyelesaikan pendidikan mereka. Bagi Dinda Natasya, jarak bukanlah halangan

untuk saling menyayangi dan mendoakan. Itulah bentuk cinta kasih Dinda

Natasya sebagai seorang ibu kepada kedua putranya.

4. Konflik dengan Batinnya Sendiri

Konflik dengan batinnya sendiri merupakan masalah sosial yang timbul

dari individu sendiri (intrinsik). Karena pada suatu kondisi tertentu seseorang

pasti pernah mengalami tekanan batin atau dapat dikatakan sebagai konflik

dengan batinnya sendiri. Bagi sebagian besar orang, hal ini akan sangat

menganggu kondisi psikis atau kejiwaan seseorang. Misalnya seseorang yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

85

sedang dilanda kedukaan dalam perjalanan hidupnya berupa rasa bingung, merasa

sendiri, kecewa, dan putus asa yang mungkin akan menjadi penyebab utama

hancurnya sebuah kehidupan baik itu dalam hal karir, prestasi maupun rumah

tangga. Dalam kondisi frustrasi seperti itu seseorang tidak akan dapat berpikir

dengan baik dan tidak dapat menemukan solusi, kecuali dengan meminta bantuan

kepada orang lain untuk memberinya saran dan motivasi. Hal tersebut termasuk

sebagai pertentangan karena perasaan memegang peranan penting dalam

mempertajam perbedaan-perbedaan tersebut sedemikian rupa. Perasaan mana

biasanya berwujud amarah dan rasa benci yang menyebabkan dorongan-dorongan

untuk melukai atau menyerang pihak lain, atau untuk menekan dan

menghancurkan individu (Soerjono Soekanto, 2002:98).

Demikian juga dengan Dinda Natasya sebagai manusia biasa yang dapat

merasakan keresahan dan kegundahan di dalam hatinya setelah melihat dan

merasakan realitas objektif yang ada di sekitarnya. Namun Dinda Natasya dapat

melakukan pengontrolan terhadap dirinya sendiri dengan meluapkan segala yang

menjadi gangguan dalam pikirannya dengan mencurahkan ke dalam sebuah

tulisan. Hal tersebut juga merupakan sifat filantropi dari Dinda Natasya yaitu ia

lebih banyak memikirkan persoalan orang lain yang membutuhkan pemikirannya.

Dinda Natasya berharap, dengan membagi pikiran negatif dan pengalaman yang

dituliskannya tersebut dapat lebih bermanfaat untuk orang lain dan dirinya

pribadi. Karena dapat dijadikan sebagai pelajaran dan agar dapat lebih berempati

terhadap orang lain. Dinda Natasya juga selalu mengembalikan persoalan-

persoalan sosial termasuk konflik batin ini kepada Tuhan dan personal yang

mengalaminya untuk mendapat penyelesaian. Seperti yang telah diungkapkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 98: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

86

pada pembahasan sebelumnya, karena hal ini juga berkaitan dengan hubungan

manusia itu sendiri dengan Tuhannya.

Pemikiran-pemikiran Dinda Natasya tersebut dapat dilihat dalam puisi-

puisi berikut: Cinta Tak Bertuan (hal 95-96), Romansa (hal 75), Dialog Tanpa

Suara (hal 64-65), dan Menunggu Cintaku 1 & 2 (hal 84-85).

CINTA TAK BERTUAN

Antara Oase, Samudra, dan Pandeka

...Samudra birumu tlah melayariku

Ke batas bibir langit

Layarku tersapa awan nan biru

Semoga ada pelangi yang berjejak dalam

Di aksara kita

Dan sesungguhnya cinta tak bertuan

Ia milik siapa saja (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:95-96)

Puisi di atas menggambarkan sosok Dinda Natasya yang memiliki

banyak cinta untuk orang-orang di sekitarnya. Meski mungkin awalnya Dinda

Natasya merasa bahwa cintanya yang tidak bertuan atau tidak dimiliki oleh

seseorang saja itu sebenarnya milik siapa. Namun pada akhirnya Dinda Natasya

tahu kemana ia harus membagi rasa kasihnya, yaitu kepada “pasien-pasiennya”,

teman, sahabat, orang tua, dan siapa saja yang mengenal dirinya. Cinta Dinda

Natasya mungkin memang tidak bertuan namun cintanya berhak dimiliki untuk

siapa pun. Hal itu dikarenakan perannya sebagai “dokter cinta” yang dibutuhkan

banyak orang yang sedang membutuhkan “pengobatan” untuk sembuh dari

penyakit hatinya mengenai persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta.

Konflik batin lainnya yang dialami oleh Dinda Natasya juga tampak

dalam kutipan puisi berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 99: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

87

ROMANSA

Di dinding kamarku

Putih susu

Diam memandang

Kala mataku pejam.

Disudut ranjangku

Bayang keemasan

Hangat menyusup

Saat tubuhku tergetar

Di langit-langit malamku

Romansa tertinggal

Penuh bisik lirih

Saat anganku terkenang

....

Malam minggu sendiri.

Jakarta, 30 Januari 2010 (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:75)

Puisi tersebut merupakan curahan hati Dinda Natasya ketika sedang sendiri pada

malam minggu. Karena malam minggu merupakan kebudayaan para remaja untuk

mengunjungi kekasih mereka dan melewati malam bersama. Namun Dinda

Natasya melewatinya seorang diri. Dinda Natasya menyelami perasaannya untuk

merasakan indahnya kerinduan yang sedang dirasakannya. Tidak dapat dipungkiri

memang suasana malam yang hening dapat memutar kembali semua kenangan

dalam angan-angan seseorang. Episode-episode kehidupan yang telah dilewatinya

pun bisa kembali terkenang saat ia hendak tidur.

Pada suatu kondisi lain yang berbeda, Dinda Natasya mendapati konflik

batin yang luar biasa. Pergulatan batin yang dialaminya ini adalah bentuk betapa

besar cinta Dinda Natasya untuk orang-orang di sekitarnya sehingga mampu

membuat mereka jatuh cinta pada dirinya. Jatuh cinta dalam pengertian

menyayangi Dinda Natasya sebagai sosok ibu, kakak, dan sahabat atau teman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 100: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

88

dalam persaudaraan. Kebaikan hati dan keramahannya telah membuat banyak

orang jatuh hati pada sosoknya. Hal tersebut tampak dalam puisi berikut.

DIALOG TANPA SUARA

Dalam kutermangu rasanya aku mendengar seseorang bicara

padaku sepertinya marah sepertinya resah

Dindaa! Kamu ini kurang ajar!

Sungguh tak tahu malu, tak punya otak, tak punya perasaan

Apa yang ada dipikiranmu sampai kau tega melakukan ini.”

Kataku:

Oh, aku sedang malamun. Pikiranku kosong

Aku tidak melihatmu sebelumnya

Aku juga sudah berusaha menghindar

Kenapa kau berdiri di sana?

Jika tahu akan menyakitimu

Aku pun tak tega menabrakmu dengan sengaja…

…Dindaa! Kamu ini sungguh terlalu!

Dasar pencuri!...

Kataku:

Ah, jangan salahkan aku

Toh ini sebuah kecelakaan dan bukan tabrak lari

Aku juga bukan pencuri

Jika memang ada milikmu yang kubawa, itu bukan sengaja

Akan ku kembalikan jika kau minta

Dinda! Kamu memang keras kepala!

Kamu sengaja mencuri melukai

Kau pergi seenakmu tanpa merasa bersalah

Harusnya kau dihukum dan dipenjara!

Kataku:

Hhh, kenapa kau maki aku

Jika aku mencuri perhatianmu

Melukai hatimu dengan sengaja

Aku pasti akan merasa bersalah

Jika begitu, hukuman dan penjara

Justru akan membuatku ingin mencuri dan melukai

Karena itu jangan tuntut aku

Bebaskanlah aku.

Dinda!, Aku tak bisa

Karena hatiku yang terpenjara

Karena hatiku telah dihukum

Karena mencintaimu! (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:64-65)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 101: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

89

Dialog batin Dinda Natasya tersebut merupakan salah satu cerminan

konflik batin yang juga pernah dialami oleh setiap orang. Namun dengan

persoalan yang berbeda tentunya. Ada semacam pergolakan pendapat di dalam

hati seseorang yang hanya dirinya sendiri yang dapat mengatasinya. Perasaan

bersalah, menyesal, kecewa, dan sejenisnya juga menjadi penyebab dalam

persoalan-persoalan semacam ini. Imajinasi dan hati bergulat untuk

memenangkan pemikiran logis untuk memikirkan apa yang harus dilakukan untuk

mengatasi persoalan tersebut.

Dinda Natasya sebagai “dokter cinta” tentu bukan hal yang sulit untuk

mengatasi konflik batinnya sendiri. Dinda Natasya justru menampilkan konflik

batin yang dialaminya tersebut ke dalam karyanya untuk menunjukkan bahwa

pikiran negatif dapat menjadi lebih bermanfaat untuk orang lain jika disampaikan

dan diolah dengan bahasa yang apik. Agar pembaca juga dapat mengambil pesan

dari setiap bait-bait puisinya.

Masih dalam ranah persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh

cinta. Cinta dapat membuat setiap orang rela berkorban dan melakukan apa saja

untuk orang yang dicintainya termasuk menunggu dalam jangka waktu yang

cukup lama misalnya. Seperti yang tampak dalam kutipan puisi berikut.

MENUNGGU CINTAKU 1

Orang dicintai, karena dia memang dicintai!

Tak perlu ada alasan untuk mencintai

Jangan tanyakan kenapa aku menunggumu

Sebab aku melihat kau adalah bagian hidupku

Kau adalah sebagian dari takdirku

Aku ingin memberimu kebebasan

Untuk meraih mimpimu sepenuhnya

Sama seperti yang engkau berikan padaku... (Dinda Natasya dan Anto

HPrastyo, 2010:84)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 102: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

90

Pada kondisi seseorang sedang menunggu pasti terselip harapan di

dalamnya. Orang yang dicintainya tersebut akan kembali dengan membawa

kebahagiaan, misalnya kesuksesan bagi orang yang sedang merantau jauh demi

cita-citanya. Dirasa Dinda Natasya mengkhususkan kedua puisinya ini untuk

kedua putranya yang juga sedang berjuang untuk meraih cita-cita masing-masing.

Meski Dinda Natasya sangat mencintai keduanya dan sebenarnya ingin selalu

dekat dengan mereka. Tidak lantas membuat Dinda Natasya mementingkan

keinginannya, namun justru rasa cintanya mengizinkan keduanya untuk meraih

kehidupan di masa depan yang lebih baik. Hal tersebut tampak dalam kutipan

puisi berikut.

MENUNGGU CINTAKU 2

...Raihlah tujuanmu dan wujudkan mimpimu

Jika aku menjadi bagian dari hidupmu

Maka engkau akan melihatku di sepanjang perjalananmu

Jika kau membawa hatiku dalam keyakinanmu

Maka aku akan bersabar

Aku akan menunggumu, dengan penuh harap dan cinta... (Dinda Natasya

dan Anto HPrastyo, 2010:85)

Dinda Natasya mencurahkan rasa cintanya ke dalam tulisan-tulisan

tersebut untuk kedua putranya. Di balik penantian Dinda Natasya sebagai seorang

ibu juga tersimpan harapan besarnya akan kesuksesan kedua putranya. Dalam

larik “…Maka engkau akan melihatku di sepanjang perjalananmu…”, Dinda

Natasya juga menunjukkan betapa besar rasa cintanya untuk kedua putranya, rasa

cinta yang selalu ada meski tidak selalu bersama-sama.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 103: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

91

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan dua hal yang merupakan

jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Berikut

simpulan dari penelitian ini.

1. Proses kreatif kepengarangan Dinda Natasya mulai dari tahap persiapan, masa

pengendapan, munculnya ide, penulisan sampai proses penyempurnaan yang

dijabarkan sebagai berikut.

a. Tahap Persiapan

Pada tahapan ini, Dinda Natasya memiliki gambaran bagaimana

karyanya nanti. Profesi Dinda Natasya sebagai penyiar dan “dokter cinta”

banyak berpengaruh terhadap karyanya sehingga dalam hal ini pun ia tidak

banyak melakukan persiapan, karena ia menulis apa yang dilihat dan

didengarnya. Dinda Natasya mengangkat persoalan-persoalan cinta dari para

pendengar dan “pasien-pasiennya” yang berbias pada persoalan sosial. Dinda

Natasya menempatkan dirinya pada posisi mereka agar dapat ikut merasakan

apa yang mereka rasakan sehingga ia mampu melakukannya secara spontan.

Kespontanitasannya tersebut terjadi karena profesinya sebagai penyiar dan

“dokter cinta” yang terbiasa berpikir cepat. Judul dan larik yang terdapat di

dalam puisinya tergolong singkat atau pendek-pendek dibandingkan dengan

karya-karyanya yang lain, seperti tampak dalam puisi PadaMu (hal 72), Tak

Sepi (hal 73), dan Romansa (hal 75).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 104: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

92

b. Tahap Inkubasi (Masa Pengendapan atau Meditasi)

Pada masa pengendapan ini, Dinda Natasya tidak memakan waktu yang

lama. Hal itu karena profesinya sebagai penyiar selama lebih dari 25 tahun

dan perannya sebagai “dokter cinta” sehingga menyimpan banyak

pengalaman. Pengalaman ia dapatkan dari dirinya sendiri dan orang lain yaitu

pengalaman para pendengar dan “pasien-pasiennya”. Seperti tampak dalam

suatu pernyataan pada kisah Catatan Lain Tentang Penjara (hal 13-14) yang

juga menghasilkan puisi Mimpi 18 Hari (hal 15).

Banyaknya pengalaman yang mengendap dalam diri dan pikirannya

tersebut membuat Dinda Natasya seperti memiliki gudang gagasan atau dapat

dikatakan juga memiliki wawasan yang luas. Maka saat Dinda Natasya ingin

menulis atau diberi suatu topik sebagai pembahasan, ia akan dengan cepat

mengutarakan satu per satu pendapat dan curahan hatinya.

c. Tahap Inspirasi atau Munculnya Ide

Pada tahapan ini kespontanitasan Dinda Natasya juga terjadi, namun

kespontanitasan itu kemudian diolah untuk memunculkan ide. Sama halnya

dengan tahapan sebelumnya, Dinda Natasya banyak mendapatkan inspirasi

dari para pendengar dan “pasien-pasiennya”. Selain itu, inspirasi juga

didapatkan dari hasil “pembacaan” Dinda Natasya tentang realitas objektif

yang terjadi di sekitarnya. Hal itu kemudian membuatnya tergelitik untuk

menuangkan segala hal yang menjadi “kegelisahan” hatinya ke dalam karya.

Kegelisahan tersebut tertuang dalam puisi Sombong (hal 68-69). Dalam

puisi tersebut Dinda Natasya merasa gelisah kemudian menyampaikan pesan

agar orang-orang yang sombong dengan harta dan kekuasaannya segera

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 105: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

93

bertobat. Persoalan sosial lain yang tampak berupa penggambaran orang yang

munafik, pendusta, dan dari kutipan “...Keji picik menghujam perih. Di setiap

laku dan ucapmu...” juga mencerminkan orang yang licik karena kekuasaan

dan kesombongannya akan harta yang dimilikinya.

d. Tahap Penulisan sampai Proses Penyempurnaan

Pada tahapan ini, Dinda Natasya mengaku dirinya tidak banyak

melakukan proses penyempurnaan selain membaca kembali beberapa kali

sambil meneliti. Agar pesan yang disampaikan lewat tulisannya sesuai dengan

yang dimaksudkan oleh pemikiran Dinda Natasya dan bisa dipahami atau

dicerna dengan mudah oleh pembaca.

Proses penyempurnaan yang dilakukan Dinda Natasya ini juga terkait

dengan tahap inkubasi atau pengendapan. Hal tersebut tampak dalam kutipan

email yang dikirimkan Dinda Natasya kepada peneliti,“…Saya tak banyak

melakukan proses pengendapan selain membaca kembali beberapa kali

sambil meneliti…” (Email Dinda Natasya, 03 Februari 2012 pukul 21.59

WIB). Kemudian peneliti juga memaparkan hasil perbandingan naskah asli

dan naskah yang telah dibukukan sebagai bukti pada pembahasan sebelumnya.

2. Dinda Natasya mengolah pemikirannya tentang realitas objektif di sekitarnya

menjadi karya sastra. Berikut 4 (empat) konkretisasi persoalan-persoalan sosial

yang disebabkan oleh cinta dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang dapat

menentukan keekspresifan Dinda Natasya.

a. Hubungan Manusia dengan Tuhannya

Persoalan ini lebih dikaitkan dengan kecintaan Dinda Natasya kepada

Tuhannya. Karena pada hakikatnya manusia memiliki hubungan vertikal atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 106: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

94

garis tegak lurus dari bawah ke atas atau sebaliknya dengan Tuhannya. Dinda

Natasya juga suka tirakat dan mendekatkan diri kepada Tuhannya dengan

menaati segala perintah dan larangan-Nya.

Rasa cinta Dinda Natasya pada Tuhannya tampak dalam puisi Kalah (hal

70-71) dan PadaMu (hal 72). Dalam puisi PadaMu Dinda Natasya terlihat

ingin menjadi manusia yang pandai bersyukur, taat, dan menjadi muslimah

sejati. Hatinya dipenuhi kepiluan akan kerasnya kehidupan namun ia ikhlas

menjalani. Puisi tersebut juga mencerminkan keseharian Dinda Natasya yang

merasa dapat begitu dekat dengan Tuhannya ketika melaksanakan salat dan

tirakat. Hal itu karena Dinda Natasya sangat mencintai Tuhannya sebagai

seorang hamba/manusia.

b. Hubungan Cinta Kasih antara Remaja

Pada persoalan ini, Dinda Natasya banyak mengangkat pengalaman

pendengar dan “pasien-pasiennya” seputar kisah percintaan remaja dalam

melewati masa pubertas yang cenderung masih labil, yaitu masa peralihan dari

anak-anak ke masa remaja sebagai hasil karyanya.

Seperti yang tampak dalam puisi Bingung (hal 111) dan Puisi Para

Mantan (halaman 112-113). Dalam puisi Puisi Para Mantan Dinda Natasya

ingin menyampaikan pesan atau nasihat kepada pembacanya bahwa saat kisah

cinta berakhir maka tidak lantas membuat lemah, berhenti melangkah, dan

terus mengingat masa lalu yang menyakitkan karena cinta. Tetapi justru

menjadikan kesedihan sebagai kekuatan untuk diri kita menjadi pribadi yang

tangguh terhadap cobaan sehingga dapat terus melangkah menuju masa depan,

seperti dalam larik “…Sedih itu tak sesatkan langkah”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 107: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

95

Dinda Natasya mengolah nasihatnya sedemikian rupa agar pembaca

mudah memahami maksud yang terkandung di dalamnya. Kemudian mampu

menjadikan kegagalan itu sebagai kekuatan untuk melangkah menuju masa

depan yang lebih baik dan tidak mengulang kesalahan yang menyebabkan

patah hati.

c. Hubungan dan Konflik Sosial antara Sesama Manusia

Dalam hal ini, persoalan yang diungkapkan Dinda Natasya pada

karyanya yaitu, (1) cinta seorang ibu dan anak yang tidak mengenal jarak dan

waktu dalam karyanya seperti tampak pada puisi Untuk Kedua Puteraku (hal

104-106). (2) persoalan-persoalan sosial dalam ranah politik, berupa dedikasi

yang dipertanyakan oleh lingkungannya, manipulasi hukum sehingga terjadi

pemfitnahan terhadap orang yang sebenarnya tidak bersalah. Seperti yang

tampak dalam puisi Penjara Cinta, Lewat Tengah Malam (hal 17-18). (3)

Dinda Natasya juga mengungkap keabnormalan masyarakat, keprihatinan, dan

kepeduliannya terhadap orang-orang yang dianggap “sampah masyarakat”.

Abnormalitas masyarakat yang disebabkan oleh himpitan ekonomi tersebut

tampak dalam Kisah Seorang Pramuria (hal 19-22). Hal-hal itulah yang

menjadikan Dinda Natasya merasa “gelisah” sehingga membuatnya

memberontak dengan memprotes dan mengkritisi realitas objektif yang ada di

sekitarnya melalui karyanya.

d. Konflik dengan Batinnya Sendiri

Pada persoalan ini Dinda Natasya sebagai manusia biasa yang pernah

mengalami konflik dengan batinnya sendiri. Namun Dinda Natasya dapat

melakukan pengontrolan terhadap dirinya dengan meluapkan segala yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 108: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

96

menjadi gangguan dalam pikirannya dengan mencurahkan ke dalam tulisan.

Dinda Natasya berharap, dengan membagi pikiran negatif dan pengalaman

yang dituliskannya tersebut dapat lebih bermanfaat untuk orang lain dan

dirinya pribadi. Karena dapat dijadikan sebagai pelajaran dan agar dapat lebih

berempati terhadap orang lain. Itulah mengapa tulisan Dinda Natasya tidak

hanya dikhususkan untuk dirinya sendiri melainkan juga bagi orang lain. Hal

tersebut kemudian memunculkan sifat filantropi dari Dinda Natasya yaitu ia

lebih banyak memikirkan persoalan orang lain yang membutuhkan

pemikirannya. Dinda Natasya juga selalu mengembalikan persoalan-persoalan

sosial termasuk konflik batin ini kepada Tuhan dan personal untuk mendapat

penyelesaian.

Pada suatu kondisi tertentu Dinda Natasya pernah mengalami pergulatan

batin dalam bentuk betapa besar cinta Dinda Natasya untuk orang-orang di

sekitarnya sehingga mampu membuat mereka jatuh cinta pada dirinya. Jatuh

cinta dalam pengertian menyayangi Dinda Natasya sebagai sosok ibu, kakak,

dan sahabat atau teman dalam persaudaraan. Kebaikan hati dan keramahannya

telah membuat banyak orang jatuh hati pada sosoknya. Hal tersebut tampak

dalam puisi Dialog Tanpa Suara (hal 64-65). Dalam puisi tersebut ada

semacam pergolakan pendapat di dalam hatinya di mana hanya dirinya sendiri

yang dapat mengatasinya. Perasaan bersalah, menyesal, kecewa, dan

sejenisnya juga menjadi penyebab dalam persoalan-persoalan semacam ini.

Imajinasi dan hati bergulat untuk memenangkan pemikiran logis untuk

memikirkan apa yang harus dilakukan dalam mengatasi suatu persoalan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 109: PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA …/Proses... · mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya ... Pertemuan Dinda ... sajak atau puisi

97

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti memberikan saran sebagai

berikut.

1. Hasil penelitian dan pemahaman terhadap persoalan-persoalan sosial yang

disebabkan oleh cinta dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru telah memberi

dampak psikologis tersendiri kepada peneliti, yaitu peneliti dapat merasa lebih

peka terhadap lingkungan sekitar, mudah berempati, tidak menilai orang lain

hanya dari “luarnya” saja, dapat menjadikan persoalan orang lain sebagai

pembelajaran, dan memiliki semangat baru untuk menjalani hidup. Hal

tersebut diharapkan juga dapat dirasakan oleh pembaca setelah membaca

karya dan hasil penelitian.

2. Peneliti berharap akan ada peneliti lain yang juga meluaskan penelitiannya

dengan turut memberi apresiasi kepada pengarang pemula atau pengarang

yang belum “mapan”, yaitu demi membuka peluang bagi mereka dalam

memasuki ranah karya sastra dengan membantu memperkenalkan kualitas

tulisannya pada masyarakat seperti pada penelitian ini.

3. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari hasil yang sempurna, maka

peneliti berharap ada penelitian lebih lanjut mengenai buku Dialog Cinta Oase

Samudra Biru. Karena selain belum banyak yang meneliti buku ini, juga dapat

dilakukan pengembangan penelitian dengan tinjauan yang lain, misalnya dari

sisi psikologi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user