prosedur penghitungan kebutuhan sdm kesehatan

42
Lampiran 1 ANALISIS KEBUTUHAN DOKTER UMUM DAN DOKTER SPESIALIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJALENGKA TAHUN 2015 A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat social ekonominya. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh mutu sumber daya (SDM) kesehatan yang berperan sebagai pemikir, perencana dan pelaksana pembangunan kesehatan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan optimal dan berkualitas kepada masyarakat luas bukanlah perkara mudah, tetapi juga bukan

Upload: putri-fitrania

Post on 17-Sep-2015

53 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kebutuhan SDM

TRANSCRIPT

Lampiran 1

ANALISIS KEBUTUHAN DOKTER UMUM DAN DOKTER SPESIALIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJALENGKA TAHUN 2015 A. Latar BelakangPembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat social ekonominya. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan.Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh mutu sumber daya (SDM) kesehatan yang berperan sebagai pemikir, perencana dan pelaksana pembangunan kesehatan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan optimal dan berkualitas kepada masyarakat luas bukanlah perkara mudah, tetapi juga bukan merupakan hal yang mustahil untuk diwujudkan. Diperlukan program-program matang sekaligus beberapa ketetapan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, sehingga baik pemberi pelayanan ataupun penerima pelayanan sama-sama merasa diuntungkan.Menurut Juniadi, Purnawan (1994), ada dua hal yang menjadi dasar mengapa masalah ketenagaan di rumah sakit adalah jasa, yang sangat padat karya, sehingga peranan tenaga sangat besar. Kekurangan tenaga baik dalam jumlah maupun kualitas akan mengganggu kualitas produk yang ditawarkan. Hal ini akan berdampak pada citra Rumah Sakit, dan mengurangi prospek pendapatan rumah sakit. Kedua, tenaga adalah salah satu pengadaannya tidak bias seketika, seandainya tersedia, perlu adanya penyesuaian sebelum bisa digunakan secar optimal. Semua ini membutuhkan waktu, sehingga perencanaan tenaga harus dilakukan dengan baik.Rumah Sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan merupakan bagian integral dari organisasi kesehatan maupun social yang berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan berupa kuratif, rpeventif, promotif, maupun rehabilitative terhadap pasien rawat jalan maupun rawat inap. Seperti layaknya permasalahan kesehatan pada umumnya, aspek ketenagaan juga memegang peranan besar didalam rumah sakit. Kekurangan tenaga kesehatan, baik dalam arti kuantitas maupun kualitas akan sangan mengganggu kualitas produk yang ditawarkan. Dan hal ini akan berdampak kepada citra pelayanan kesehatan sebuah rumah sakit. Hal lain yang perlu juga mendapat perhatian bahwa pengadaan tenaga yang dibutuhkan oleh sebuah rumah sakit tidak dapat dilakukan dalam seketika. Kalaupun tenaga tersebut tersedia, namun perlu adanya penyesuaian dan membutuhkan waktu. Peningkatan angka kesakitan dan munculnya berbagai new-emerging disease dan re-emerging disease menjadi sebab yang mengharuskan untuk lebih berwaspada dalam menata lingkungan. Munculnya berbagai macarm kejadian alam sering kali mengakibatkan jumlah penderita meningkat begitu pula dengan kondisi lingkungan yang membuat rentannya kondisi tubuh terhadap bibit penyakit sehingga menuntut untuk lebih berbenah dalam menghadapi permasalahan kesehatan yang lebih besar. Mempersiapkan tenaga-tenaga kesehatan yang handal dengan kualitas dan kuantitas yang memadai serta mengikuti perkembangan dunia kesehatan agar nantinya mampu bersaing dengan pelayanan kesehatan di luar negeri dan tidak ada lagi pasien yang mengeluh karena merasa ditelantarkan oleh pihak rumah sakit hanya karena jumlah tenaga kesehatan yang kurang atau pelayanannya mengecewakan.Menurut Rachmat, Hapsara Habib (2007), yang dikutip dari situs resmi Pusgunakes, meski beberapa indicator kesehatan terlihat membaik, derajat kesehatan di Indonesia dianggap tertinggal dari negara tetangga, akibat masih mahal dan belum efisiensinya fasilitas kesehatan dan jumlah tenaga yang belum sesuai kebutuhan. Lebih jauh lagi menurutnya, secara bertahap pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan terus dilakukan untuk pemenuhan dan pemerataan tenaga kesehatan terutama di daerah terpencil, sangat terpencil, dan daerah perbatasan.Permasalahan kekurangan tenaga harus perlu dicermati dengan seksama, apakah memang benar memerlukan tambahan tenaga yang dikarenakan beban kerja berlebih sehingga akan mempengaruhi kualitas yang diberikan atau banyaknya waktu yang tidak produktif yang dilakukan oleh SDM pada saat waktu bertugas. Hal ini terjadi pula di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Majalengka, setelah ditelaah dan diteliti ditemukan adanya perencanaan untuk menambah tenaga SDM. Perencanaan kebutuhan tenaga SDM ini belum menggunakan perhitungan analisis kebutuhan yang disususn dalam Kep Menkes Nomor 81 tahun 2004. Perencanaan SDM di RS ini hanya berdasarkan permintaan satuan kerja dan perhitungan perbandingan antara tenaga medis dokter dengan BOR, LOS, dll atau karena kenaikan kelas RS serta belum adanya kualifikasi dari masing-masing jenis tenaga dokter. Jika dilihat dari data kunjungan rawat inap tahun 2014 dan 2015 adanya peningkatan terhadap kunjungan pasien yang datang ke RSUD Majalengka. Jumlah kunjungan pasien rawat inap RSUD Majalengka dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel aPasien Rawat Inap RSUD MajalengkaNoPerawatan201220132014

1Penyakit Dalam-1804519883

2Bedah-684310856

3Anak-58956364

4Kandungan -38706968

5Syaraf-37075871

6THT-35663895

7Mata-45095006

8Kulit Kelamin-20462280

9Jiwa-27992959

Sumber: RSUD MajalengkaJika dilihat dari data diatas, peningkatan kunjungan yang terjadi dalam kurun waktu hitungan tahun memberikan gambaran bahwa perhitungan kebutuhan tenaga medis juga harus diperhatikan. Namun dilihat dari data ketenagaan SDM yang dimiliki RSUD Majalengka, tidak ada penambahan atau pengurangan tenaga SDM. Yang menjadi pertanyaan apakah dengan tenaga yang tetap jumlahnya apakah cukup mampu menangani kunjungan pasien yang terus meningkat?. Apakah beban kerja yang diberikan pada setiap SDM yang ditugaskan sudah sesuai kapasitasnya atau berlebih? Data ketenagaan SDM di RSUD Majalengka tahun 2013-2014 dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel bJumlah Tenaga Dokter dan Perawat di Pelayanan Rawat Inap RSUD Majalengka Tahun 2013-2014NoKualifikasi Pendidikan20132014

PNSHonorPNSHonor

1Spesialis Anak1010

2Spesialis Bedah1010

3Spesialis Obgyn1111

4Sp. Penyakit Dalam1010

5Anestesi1010

6THT1010

7Kulit1010

8Jiwa0101

9Mata0101

10Dokter Umum133133

Karena SDM merupakan bagian terpenting dari sebuah pelaksanaan pelayanan, maka perhitungan ini difokuskan pada SDM yang terkait dengan jumlah kebutuhan yang diperlukan disertai dengan gambaran kualifikasi yang dibutuhkan nantinya dalam pengadaan kebutuhan tersebut. Karena dengan jumlah yang cukup dan didukung oleh kualifikasi yang tepat maka secara tidak langsung akan membantu pimpinan atau manajemen untuk mengoptimalikasikan SDM melalui asas the right man in the right place. Metode yang digunakan dalam perhitungan ini adalah perhitungan WISN yang didapat dari referensi Kementrian Kesehatan pada tahun 2004 yang mulai diterapkan saat ini. Selain itu, perhitungan ini meliputi banyak unsur yang berkaitan dengan SDM. Sehungga dirasakan lebih mendekati perhitungan jumlah kebutuhan SDM yang real.

B. Prosedur Penghitungan Kebutuhan SDM Kesehatan dengan menggunakan METODE WISN (Work Load Indikator Staff Need/ Kebutuhan SDM Kesehatan Berdasarkan Indikator Beban Kerja) RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

WISN (Work Load Indicator Staffing Need), dapat digunakan untuk semua unit kerja, metode lebih riil kare berdasarkan pekerjaan yang nyata. Dari hasil analisa data dapat menggambarkan mutu pelayanan kesehatan yang ada dan dapat digunakan untuk mengusulkan tambahan tenaga/ penempatan tenaga berdasarkan kompetensi. Metode ini juga diperoleh WISN ratio makan akan semakin berat beban kerja yang ada dibandingkan dengan ketersediaan tenaga. Kelemahan metode ini antara lain membutuhkan standar pelayanan untuk masing-masing kategori tenaga, membutuhkan uraian tugas yang rinci, membutuhkan standar waktu untuk melaksanakan tugas dan membutuhkan data (absensi, jumlah kunjungan, kuantitas kegiatan, BOR, LOS) pada tahun-tahun sebelumnya, sehingga sulit bila akan menghitung kebutuhan tenaga untuk unit baru. Metode ini dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan tingkat institusi.Metode penghitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu metode penghitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di pasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis. Adapun langkah penghitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah, yaitu:1. Menetapkan waktu kerja tersedia2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM3. Menyusun standar beban kerja4. Menyusun standar kelonggaran5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerjaPada dasarnya metode WISN ini dapat digunakan di rumah sakit, puskesmas dan sarana kesehatan lainnya, atau bahan dapat digunakan untuk kebutuhan tenaga di kantor tenaga dinas kesehatan.

1. Menetapkan waktu kerja tersediaData yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia adalah sebagai berikut:a. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah Setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja. Dalam 1 tahun 250 hari kerja (5 hari x 50 minggu). (A)b. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja setiap tahun. (B)c. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di RS untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/ profesionalisme setiap kategori SDM memiliki hak untuk mengikuti pelatihan/ kursus/ seminar/ lokakarya dalam 6 hari kerja. (C)d. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2014 adalah 16 hari keja, 4 hari kerja untuk cuti bersama. (D)e. Ketidak hadiran kerja, sesuai dengan data rata-rata, ketidak hadiran kerja (selama kurun waktu 1 tahun) karena alas an sakit, tidak masuk dengan atau tanpa pemberitahuan/ ijin. (E)f. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah, pada umumnnya waktu kerja dalam 1 hari untuk hari adalah 8 jam. (5 hari kerja/ minggu). (F).Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan penghitungan untuk menetapkan waktu tersedia dengan tumus sebagai berikut:

Waktu Kerja Tersedia = {A (B+C+D+E)} x F

Keterangan:A = Hari Kerja C = Pendidikan dan PelatihanE = Ketidakhadiran KerjaB = Cuti Tahunan D = Hari Libur NasionalF = Waktu KerjaApabila ditemukan adanya perbedaan rata-rata ketidak hadiran kerja atau RS menetapkan kebijakan untuk kategori SDM tertentu dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan lebih lama disbanding kategori SDM lainnya, maka perhitungan waktu kerja tersedia dapat dilakukan perhitungan menurut kategori SDM. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat simulasi perhitungan berdasarkan rumus waktu kerja tersedia sebagaimana diuraikan pada tabel di bawah ini.Tabel 1KodeFAKTORKATEGORI SDM DOKTERKETERANGAN

AHari Kerja260Hari/ Tahun

BCuti Tahunan12Hari/ Tahun

CPendidikan dan Pelatihan10Hari/ Tahun

DHari Libur Nasional20Hari/ Tahun

EKetidak hadiran Kerja12Hari/ Tahun

FWaktu Kerja8Jam/Hari

Waktu Kerja Tersedia1648Jam/ tahun

Hari Kerja Tersedia206Hari kerja/ tahun

Waktu kerja tersedia untuk kategori SDM Dokter adalah Uraian perhitungannya adalah sebagai berikut:a. Hari kerja tersedia untuk kategori SDM:Dokter= {260-(12+10+20+12)}= 206 hari kerja/ tahunb. Waktu Kerja tersedia untuk kategori SDM:Dokter= (206 hari kerja/ tahun) x 8 (jam/hari)= 1.648 jam kerja/ tahun

2. Menetapkan Unit Kerja dan Kategori SDMMenetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah diperolehnya unit kerja dan kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan masyarakat di dalam dan di luar RS.Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja da kategori SDM adalah sebagai berikut:1. Bagan struktur organisasi RS dan uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing unit dan subunit kerja2. Keputusan direktur RS tentang pembentukan unit kerja structural dan fungsional, misalnya: komite medik, komite pengendalian miti RS. Bidang/ bagian informasi3. Data pergawai bersasarkan pendidikan yang bekerja pada tiap unt kerja di RS.4. PP 32 tahun 1996 tentang SDM Kesehatan5. Peraturan perundang undangan berkaitan dengan jabatan fungsional SDM kesehatan6. Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) pada tiap unit kerja RS.

Analisa OrganisasiFungsi utama rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan kesehatan kuratif, rehabilitatif secara serasi dan terpadu dengan pelayanan preventif dan promotif. Berdasarkan fungsi utama tersebut, unit kerja RS dapat dikelompokkan sebagai berikut:1. Unit kerja fungsional langsung, adalah unit dan sub-unit kerja yang langsung terkait dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan di dalam dan di luar RS, misalnya: instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawar Darurat, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi/ Apotik, Unit Pelayanan Home Care dll.2. Unit kerja Fungsional Penunjang, adalah unit dan sub unit kerja yang tidak langsung berkaitan dengan penyelenggaraan: Pelayanan kesehatan perorangan di RS, misalnya: instalasi tata usaha rawat inap/ jalan, instalasi pemeliharaan sarana RS. Pelayanan kesehatan promotif di dalam dan diluar RS, misalnya: unit penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM-RS).Apabila ditemukan unit atau sub unit kerja fungsional yang belum diatur atau ditetapkan oleh direktur, depkes, pemda (pemilik RS) perlu ditelaah terlebuh dahulu sebelum disepakati ditetapkan keberadaannya. Selanjutnya apakah fungsi, kegiatan-kegiatannya dapat digabung atau menjadi bagian unit kerja yang telah ada.Setelah unit kerja dan sub unit kerja di RS telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi atau pendidikan untuk menjamin mutu, efisiensi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan/ pelayanan di tiap unit kerja RS.Data kepegawaian, standar profesi, standar pelayanan, fakta dan pengalaman yang dimiliki oleh penanggung jawab unit kerja adalah sangat membantu proses penetapan kategori SDM di tiap unit kerja RS.Untuk menghindari hambatan atau kesulitan perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja, sebaiknya tidak menggunakan metode analisis jabatan untuk menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi yang dipersyaratkan dalam melaksanakan suatu pekerjaan/ kegiatan di tiap unit kerja RS.Tabel 2NoUnit KerjaSub Unit KerjaKategori SDM

AInstalasi Rawat JalanPoli Penyakit Dalam1. Dr. Sp. PD

2. Perawat

Poli Kebidanan dan Kandungan1. Dr. Sp. OG

2. Bidan

Poli Bedah1. Dr. Sp. B

2. Perawat

Poli Anak1. Dr. Sp. A

2. Perawat

Poli THT1. Dr. Sp. THT

2. Perawat

Poli Mata1. Dr. Sp. M

2. Perawat

Poli Saraf1. Dr. Sp. S

2. Perawat

Poli Kulit dan Kelamin1. Dr. Sp. KK

2. Perawat

Poli Jiwa1. Dr. Sp. KJ

2. Perawat

Klinik Akupuntur1. Dokter Umum

2. Perawat

Klinik TB1. Dokter Umum

2. Perawat

Klinik VCT1. Dokter Umum

2. Perawat

BRawat InapRawat Inap Bedah1. Dr. Sp. B

2. Dr. Sp. Anestesi

3. Penata Anestesi

4. Perawat

Rawat Inap Penyakit Dalam1. Dr. Sp. PD

2. Perawat

Rawat Inap Kebidanan dan Kandungan1. Dr. Sp. OG

2. Dr. Sp. Anestesi

3. Penata Anestesi

4. Perawat

Rawat Inap Anak1. Dr. Sp. A

2. Perawat

Rawat Inap THT1. Dr. Sp. THT

2. Dr. Sp. Anestesi

3. Penata Anestesi

4. Perawat

Rawat Inap Mata1. Dr. Sp. M

2. Dr. Sp. Anestesi

3. Penata Anestesi

4. Perawat

Rawat Inap Saraf1. Dr. Sp. S

2. Perawat

Rawat Inap Kulit1. Dr. Sp. KK

2. Perawat

Rawat Inap Jiwa1. Dr. Sp. KJ

2. Perawat

ICU1. Dr. Sp. An

2. Perawat

3. Menyusun Standar Beban KerjaStandar beban kerja adalah volume/ kuantitas beban kerja selama 1 tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia per-tahun yang dimiliki oleh masing-masing kategori tenaga.Pelayanan kesehatan di RS bersifat individual, spesifik dan unik sesuai karakteristik pasien (umur, jenis kelamin), jenis berat ringannya penyakit, ada tidak nya komplikasi. Disamping itu harus mengacu pada standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) serta penggunaan teknologi kedokteran dan prasarana yang tersedia secara tepat guna. Oleh karena itu pelayanan kesehatan RS membutuhkan SDM yang memiliki berbagai jenis kompetensi, jumlah dan distribusinya tiap unit kerja sesuai beban kerja.Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan beban kerja masing-masing kategori SDM utamanya adalah sebagai berikut:1. Kategori SDM yang bekerja pada tiap unit kerja RS sebagaimana hasil yang telah ditetapkan pada langkah kedua.2. Standar profesi, standar pelayanan yang berlaku di RS3. Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh tiap kategori SDM untuk melaksanakan/ menyelesaikan berbagai pelayanan RS.4. Data dan informasi kegiatan pelayanan pada tiap unit kerja RS.

Beban kerja masing-masing kategori SDM di tiap unti kerja RS adalah meliputi:1. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori SDM2. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok3. Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing SDM

Kegiatan PokokKegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) untuk menghasilkan pelayanan kesehatan/ medik yang dilaksanakan oleh SDM kesehatan dengan kompetensi tertentu.Langkah selanjutnya untuk memudahkan dalam menetapkan beban kerja masing-masing kategori SDM, perlu disusun kegiatan pokok serta jenis kegiatan pelayanan, yang berkaitan langsung/ tidak langsung dengan pelayanan kesehatan perorangan.Tabel 3

Kegiatan Pokok Dokter Spesialis Di Instansi Rawat Jalan RSUD MajalengkaUnit Kerja/ Kategori SDMKegiatanKegiatan Pokok

Instalasi Rawat Jalan

Poli Penyakit DalamDr. Sp. PDPasien Baru: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan Hasil Lab/ Rontgen Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Baru

Pasien Lama: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen Penulisan resep/ rujukan

Pemeriksaan Pasien Lama

Poli Penyakit KandunganPasien Baru: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Ultrasonografi (USG) Pemeriksaan Khusus Kandungan/ Kebidanan Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Baru

Pasien Lama: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Ultrasonografi (USG) Pemeriksaan Khusus Kandungan/ KebidananPenulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Lama

Poli BedahPasien Baru: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Baru

Pasien Lama: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Lama

Poli AnakPasien Baru: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Baru

Pasien Lama: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Lama

Poli THTPasien Baru: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen, dll Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Baru

Pasien Lama: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen, dll Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Lama

Poli MataPasien Baru: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen, dll Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Baru

Pasien Lama: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen, dll Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Lama

Poli SarafPasien Baru: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen, dll Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Baru

Pasien Lama: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen, dll Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Lama

Poli KulitPasien Baru: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen, dll Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Baru

Pasien Lama: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen, dll Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Lama

Poli JiwaPasien Baru: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen, dll Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Baru

Pasien Lama: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen, dll Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Lama

Klinik AkupunturPasien Baru: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Tindakan

Pemeriksaan Pasien Baru

Pasien Lama: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Tindakan

Pemeriksaan Pasien Lama

Klinik TBPasien Baru: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Baru

Pasien Lama: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen Penulisan Resep/ Rujukan

Pemeriksaan Pasien Lama

Klinik VCTPasien Baru: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Konseling VCT

Pemeriksaan Pasien Baru

Pasien Lama: Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pembacaan hasil lab/ rontgen Konseling VCT

Pemeriksaan Pasien Lama

Rata-rata WaktuRata-rata waktu adalah suatu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan pokok, oleh masing-masing kastegori SDM pada tiap unit kerja. Kebutuhkan waktu untuk menyelesaikan kegiatan sangat bervariasi dan dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional prosedur (SOP), sarana dan prasarana medik yang tersedia serta kompetensi SDM.Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama bekerja dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh data dan rata-rata waktu yang cukup akurat dan dapat dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM yang memiliki kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar pelayanan, standar operasional prosedur (SOP) dan memiliki etos kerja yang baik.Secara bertahap RS dapat melaukan studi secara intensif untuk menyusun standar waktu yang dibutuhkan menyelesaikan tiap kegiatan oleh masing-masing kategori SDM.

Standar Beban KerjaStandar beban kerja adalah volume/ kuantitas beban kerja selama 1 tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (waktu rata-rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh masing-masing kategori SDM.Adapun rumus perhitungan standar beban kerja adalah sebagai berikut:

Waktu Kerja TersediaStandar Beban Kerja = Rata-rata waktu Peraturan Kegiatan Pokok

Hasil perhitungan standar beban kerja kategori SDM Dokter Spesialis berdasarkan kegiatan pokok di Instalasi rawat Inap dan Rawat Jalan serta rata-rata waktu yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:Tabel 4KEGIATAN POKOK DAN RATA-RATA WAKTU KERJANoKATEGORI SDMUNIT KERJA/ KEGIATAN POKOKRATA-RATA WAKTUSTANDAR BEBAN KERJA

ADokter Sp. PDPOLI PENYAKIT DALAM

Pemeriksaan pasien lama714125

Pemeriksaan pasien baru910986

RAWAT INAP PENYAKIT DALAM

Visite pasien lama424720

Visite pasien baru616479

Tindakan medik kecil156591

BDr. Sp. BPOLI BEDAH

Pemeriksaan pasien lama714125

Pemeriksaan pasien baru910986

Tindakan medik kecil156591

Tindakan medik sedang253955

RAWAT INAP BEDAH

Visite pasien lama424720

Visite pasien baru156591

Tindakan medik kecil156591

Tindakan medik sedang253955

CDr. Sp. OGPOLI KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

Pemeriksaan pasien lama714125

Pemeriksaan pasien baru910986

Tindakan medik kecil156591

RAWAT INAP KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

Visite pasien lama424720

Visite pasien baru156591

Tindakan medik kecil156591

DSp. APOLI ANAK

Pemeriksaan pasien lama714125

Pemeriksaan pasien baru910986

Tindakan Medik109888

RAWAT INAP ANAK

Visite pasien lama424720

Visite pasien baru616479

ESp. THTPOLI THT

Pemeriksaan pasien lama714125

Pemeriksaan pasien baru910986

Tindakan Medik156591

RAWAT INAP THT

Visite pasien lama424720

Visite pasien baru156591

Tindakan medik kecil156591

Tindakan medik sedang253955

FSp. MPOLI MATA

Pemeriksaan pasien lama714125

Pemeriksaan pasien baru910986

Tindakan Medik156591

RAWAT INAP MATA

Visite pasien lama424720

Visite pasien baru156591

GSp. SPOLI SYARAF

Pemeriksaan pasien lama714125

Pemeriksaan pasien baru910986

Tindakan Medik156591

RAWAT INAP SYARAF

Visite pasien lama424720

Visite pasien baru156591

HSp. KKPOLI KULIT KELAMIN

Pemeriksaan pasien lama714125

Pemeriksaan pasien baru910986

RAWAT INAP KULIT KELAMIN

Visite pasien lama424720

Visite pasien baru156591

ISp. KJPOLI JIWA

Pemeriksaan pasien lama714125

Pemeriksaan pasien baru910986

RAWAT INAP JIWA

Visite pasien lama424720

Visite pasien baru156591

JPOLIKLINIK AKUPUNTUR

Pemeriksaan pasien lama714125

Pemeriksaan pasien baru910986

Tindakan Medik204944

KPOLIKLINIK TB

Pemeriksaan pasien lama714125

Pemeriksaan pasien baru910986

LKLINIK VCT

Pemeriksaan pasien lama109888

Pemeriksaan pasien baru156591

Kategori SDM dokter Spesialis Penyakit Dalam memiliki standar beban kerja pertahun sebesar pemeriksaan 10986 pasien baru poli rawat jalan. Hal ini tidak berarti seorang dokter spsialis dalam diharapkan mengerjakan sejumlah 10986 pemeriksaan pasien baru poli rawat jalan dalam 1 tahun. Namun dokter spesialis penyakit dalam juga melaksanakan berbagai kegiatan lain yang menyita jam kerja tersedia yang dimilikinya. Begitu juga dengan poli lain baik rawat jalan ataupun rawat inap.Standar beban kerja per tahun untuk SDM Dokter Spesialis Penyakit Dalam tersebut, menunjukkan bahwa pemeriksaan pasien rawat jalan membutuhkan waktu 1/ 10986 dari hari kerja tersedia selama 1 tahun.

4. Penyusunan Standar KelonggaranPenyusunan standar kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya faktor kelonggaran tiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/ pelayanan.Penyusunan faktor kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan wawancara kepada tiap kategori tentang:1. Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada pasien, misalnya; rapat penyusunan laporan kegiatan, menyusun kebutuhan obat/ bahan habis pakai2. Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan3. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatanSelama pengumpulan data kegiatan penyusunan standar beban kerja, sebaiknya mulai dilakukan pencatatan tersendiri apabila ditemukan kegiatan yang tidak dapat dikelompokkan atau sulit dihitung beban kerjanya karena tidak/ kurang berkaitan dengan pelayanan pada pasien untuk selanjutnya digunakan sebagai sumber data penyusunan faktor kelonggaran tiap kategori SDM.Setelah faktor kelonggaran tiap kategori SDM diperoleh, langkah selanjutnya adalah menyusun Standar kelonggaran dengan melakukan penghitungan berdasarkan rumus di bawah ini:

Rata-rata waktu per faktor kelonggaranStandar kelonggaran = Waktu Kerja Tersedia

Pada ummnya kategori SDM dokter spesialis memiliki faktor kelonggaran sebagai berikut:1. Pertemuan audit medik2. Bimbingan coass3. DllApabila kategori SDM dokter spesialis memiliki waktu tersedia 1648 jam/ tahun dan faktor kelonggaran pertemuan audit medik adalah 1 jam/ minggu maka standar kelonggaran yang dimilikinya adalah sebesar 0,03 SDM. Hal ini juga dapat diartikan bahwa kegiatan pertemuan audit medik membutuhkan/ menyita 3% waktu kerja tersedia spesialis penyakit dalam. Adapun uraian perhitungannya adalah sebagai berikut:1. Waktu kerja tersedia: 1648 jam/ tahun2. Faktor Kelonggaran: Pertemuan audit medik, 1 jam/ minggu (1 jam x 52 minggu = 52 jam/ tahun.3. Standar kelonggaran: 52 jam/ tahun 1648 jam/ tahun: 0,03 SDMHasil perhitungan standar kelonggaran untuk kategori SDM Dokter Spesialis adalah 0,091 dan dokter umum 0,091. Adapun besarnya standar kelonggaran tiap faktor kelonggaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini:Tabel 5NoKategori SDMFaktor KelonggaranRata-rata waktuStandar Beban Kerja

ADokter Spesialis

Pertemuan audit medik1 jam/ minggu0,031

Mengajar/ bimbingan2 jam/ minggu0,060

Jumlah0,091

BDokter Umum Pertemuan audit medik1 jam/ minggu0,031

Mengajar/ bimbingan2 jam/ minggu0,060

Jumlah0,091

5. Perhitungan Kebutuhan SDM Per Unit KerjaPerhitungan kebutuhan SDM per unit kerja tujuannya adalah diperolehnya jumlah dan jenis/ kategori SDM per unit kerja sesuai beban kerja selama 1 tahun.Sumber data yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja meliputi:1. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu:a. Waktu kerja tersediab. Standar beban kerja, danc. Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM2. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahun.

Kuantitas Kegiatan PokokKuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data kegiatan pelayanan yang telah dilaksanakan di tiap unit kerja RS selama kurun waktu satu tahun. Kuantitas kegiatan pelayanan Instalasi Rawat Jalan diperoleh dari laporan kegiatan RS (SP2RS), untuk mendapatkan data kegiatan tindakan medik yang dilaksanakan di tiap poli rawat jalan perlu dilengkapi data dari buku register yang tersedia disetiap poli rawat jalan.Pada umumnya data kegiatan rawat jalan tersedia dan mudah diperoleh, namun apabila data hanya tersedia 7 bulan, maka data kuantitas kegiatan pokok 5 bulan berikutnya ditetapkan berdasarkan angka rata-rata kegiatan pokok selama 7 bulan (ekstrapolasi)Tabel 6Kuantitas Kegiatan Pokok Instalasi Rawat JalanNoUnit Kerja/ Kategori PokokKegiatan PokokKuantitas

ABCD

APoli Penyakit Dalam Pemeriksaan Pasien Baru 279823311653963

Pemeriksaan Pasien Lama141911182591020101

BPoli Penyakit Bedah Pemeriksaan Pasien Baru 365730415205177

Pemeriksaan Pasien Lama496141320677028

Tindakan medik kecil50,427

Tindakan medik sedang1028,517119

CPoli Penyakit Kandungan Pemeriksaan Pasien Baru 23141929643278

Pemeriksaan Pasien Lama21081758782986

Tindakan Medik Kecil30,251,254,25

DPoli Anak Pemeriksaan Pasien Baru 19351618052740

Pemeriksaan Pasien Lama384332016015444

EPoli THT Pemeriksaan Pasien Baru 14771236152092

Pemeriksaan Pasien Lama21381788903028

Tindakan Medik Kecil83735118

FPoli Mata Pemeriksaan Pasien Baru 247420610303504

Pemeriksaan Pasien Lama244020310163456

GPoli Syaraf Pemeriksaan Pasien Baru 13361115561892

Pemeriksaan Pasien Lama348829014504938

HPoli Kulit kelamin Pemeriksaan Pasien Baru 15981336652263

Pemeriksaan Pasien Lama68156283964

IPoli Jiwa Pemeriksaan Pasien Baru 56547235800

Pemeriksaan Pasien Lama505042021007150

JPoli Akupuntur Pemeriksaan Pasien Baru ----

Pemeriksaan Pasien Lama----

Tindakan Medik Kecil----

KPoliklinik TB Pemeriksaan Pasien Baru ----

Pemeriksaan Pasien Lama----

LKlinik VCT Pemeriksaan Pasien Baru ----

Pemeriksaan Pasien Lama----

Keterangan:A: Jumlah kegiatan pelayanan selama 7 bulan;B: Rata kegiatan pelayanan per bulanC: Jumlah pelayanan 5 bulan berikutnya (b x 5 bulan);D: Jumlah kumulatif kegiatan pelayanan selama 1 tahun (A+C)

Untuk penyusunan kuantitas kegiatan pokok Instalasi Rawat Inap dibutuhkan data dasar sebagai berikut:1. Jumlah tempat tidur2. Jumlah pasien masuk/ keluar dalam 1 tahun3. Rata-rata sensus harian4. Rata-rata lama pasien di rawat (LOS)Berdasarkan data dasar tersebut dapat dihitung kuantitas kegiatan pokok di tiap Instalasi Rawat Inap dengan memperhatikan kebijakan operasional yang berkaitan dengan kategori SDM dan tanggung jawabnya dalam pemeriksaan pasien, tindakan medik rawat jalan, visited an tindakan pada pasien rawat inap, misalnya:1. Visite dilakukan oleh dokter spesialis bagi seluruh pasien atau hanya pasien baru (hari pertama) dan pasien pulang saja2. Tindakan kecil (sederhana, rendah resiko) dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter umum dengan tambahan kompetensi dan kesenangan tertentuKuantitas kegiatan pokok sebagaimana diurakan pada tabel merupakan contoh untuk perhitungan beban kerja Instalasi Rawat Inap yang diperoleh dengan cara ekstrapolasi.Tabel 7Kuantitas Kegiatan Pokok Instalasi Rawat InapKodeDATA RAWAT INAPINSTALASI RAWAT INAP

P. DalamBedahKandunganAnakSyarafTHTMataKulitJiwa

AJumlah TT6422364416771-

BPasien masuk rawat inap per tahun596922384883513938274921-

CRata-rata pasien per hari (sensus harian)2072123111-

DRata-rata lama hari rawat/ LOS-(Cx365)/B442146434-

EHari rawat per tahun (DxB)2417394441032713668546910152334-

FPasien baru per tahun (B)596922384883513938274921-

GPasien lama per tahun (E-B)18204720698391015545317411413-

Hasil perhitungan pada tabel dan tabel tersebut, selanjutnya dilakukan penggabungan dengan kuantitas kegiatan sebagaimana dapat di lihat pada tabel dibawah ini.Tabel 8Kuantitas Kegiatan PokokInstalasi Rawat Jalan dan Rawat InapNoUnit Kerja / Kategori SDMKegiatan PokokKuantitas Kegiatan

Instalasi Rawat Jalan

APoli Penyakit Dalam Pemeriksaan pasien baru3963

Pemeriksaan pasien lama20101

BPoli Bedah (dr. Sp. B) Pemeriksaan pasien baru5177

Pemeriksaan pasien lama7028

Tindakan Medik Kecil7

Tindakan Medik Sedang119

CPoli Kandungan (Sp.OG) Pemeriksaan pasien baru3278

Pemeriksaan pasien lama2986

Tindakan Medik Kecil4

DPoli Anak (Sp.A) Pemeriksaan pasien baru2740

Pemeriksaan pasien lama5444

EPoli THT (Sp. THT) Pemeriksaan pasien baru2092

Pemeriksaan pasien lama3028

Tindakan Medik Kecil118

F Poli Mata (Sp.M) Pemeriksaan pasien baru3504

Pemeriksaan pasien lama3456

GPoli Syaraf (Sp.S) Pemeriksaan pasien baru4938

Pemeriksaan pasien lama2263

HPoli Kulit (Sp.KK) Pemeriksaan pasien baru2263

Pemeriksaan pasien lama964

IPoli Jiwa (Sp.KJ) Pemeriksaan pasien baru800

Pemeriksaan pasien lama7150

Instalasi Rawat Inap

APenyakit Dalam Pemeriksaan pasien baru2798

Pemeriksaan pasien lama14191

BBedah (dr. Sp. B) Pemeriksaan pasien baru3657

Pemeriksaan pasien lama4961

CKandungan (Sp.OG) Pemeriksaan pasien baru2314

Pemeriksaan pasien lama2108

DAnak (Sp.A) Pemeriksaan pasien baru1935

Pemeriksaan pasien lama3843

ETHT (Sp. THT) Pemeriksaan pasien baru1477

Pemeriksaan pasien lama2138

FMata (Sp.M) Pemeriksaan pasien baru2474

Pemeriksaan pasien lama2440

GSyaraf (Sp.S) Pemeriksaan pasien baru1336

Pemeriksaan pasien lama3488

HKulit (Sp.KK) Pemeriksaan pasien baru1598

Pemeriksaan pasien lama681

IJiwa (Sp.KJ) Pemeriksaan pasien baru565

Pemeriksaan pasien lama5050

Kebutuhan SDMData kegiatan Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap yang telah diperoleh (tabel 9) dan Standar Beban Kerja (tabel 4) dan Standar Kelonggaran (tabel 8) merupakan sumber data untuk perhitungan kebutuhan SDM di setiap instalasi dan unit kerja dengan menggunakan rumus sebagai berikut:Kuantitas Kegiatan Pokok

Kebutuhan SDM Kelonggaran = + Standar

Standar Beban kerja

Berdasarkan rumus perhitungan tersebut, kebutuhan SDM untuk tiap kegiatan pokok terlebih dahulu dijumlahkan sebelum ditambahkan dengan Standar Kelonggaran masing-masing kategori SDM. Hasil perhitungan kebutuhan SDM dapat dilihat pada tabel 9.Kebutuhan SDM Dokter Spesialis untuk pelayanan di Instalasi Rawat Inap dan Rawat Jalan adalah sebagai berikut:1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam: Kebutuhan SDM Rawat Jalan= 1,72 (0,3+1,42) Kebutuhan SDM Rawat Inap= 0,96 (0,1+0,86) Standar kelonggaran= 0,091Jumlah= 2,771 SDM2. Dokter Spesialis Penyakit Bedah: Kebutuhan SDM Rawat Jalan= 0,8 (0,4+0,4) Kebutuhan SDM Rawat Inap= 0,7 (0,5+0,2) Standar kelonggaran= 0,091Jumlah= 1,591 SDM3. Dokter Spesialis Penyakit Kebidanan dan Kandungan: Kebutuhan SDM Rawat Jalan= 0,4 (0,2+0,2) Kebutuhan SDM Rawat Inap= 0,38 (0,3+0,08) Standar kelonggaran= 0,091Jumlah= 0,871 SDM4. Dokter Spesialis Anak: Kebutuhan SDM Rawat Jalan= 0,62 (0,24+0,38) Kebutuhan SDM Rawat Inap= 0,26 (0,11+0,15) Standar kelonggaran= 0,09Jumlah= 0,97 SDM5. Dokter Spesialis THT: Kebutuhan SDM Rawat Jalan= 0,39 (0,19+0,2) Kebutuhan SDM Rawat Inap= 0,3 (0,22+0,08) Standar kelonggaran= 0,09Jumlah= 0,78 SDM6. Dokter Spesialis Mata: Kebutuhan SDM Rawat Jalan= 0,54 (0,3+0,24) Kebutuhan SDM Rawat Inap= 0,39 (0,3+0,09) Standar kelonggaran= 0,09Jumlah= 1,02 SDM7. Dokter Spesialis Syaraf: Kebutuhan SDM Rawat Jalan= 0,54 (0,3+0,24) Kebutuhan SDM Rawat Inap= 0,46 (0,37+0,09) Standar kelonggaran= 0,09Jumlah= 1,09 SDM8. Dokter Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin: Kebutuhan SDM Rawat Jalan= 0,26 (0,2+0,06) Kebutuhan SDM Rawat Inap= 0,26 (0,24+0,02) Standar kelonggaran= 0,09Jumlah= 0,61 SDM9. Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa: Kebutuhan SDM Rawat Jalan= 0,57 (0,07+0,5) Kebutuhan SDM Rawat Inap= 0,28 (0,08+0,2) Standar kelonggaran= 0,09Jumlah= 0,94 SDM

Hasil perhitungan tersebut diperoleh kebutuhan Dokter SpesialisTabel 9Kebutuhan SDM Dokter SpesialisKategori SDM Unit Kerja

NoUnit KerjaKegiatan PokokKGSBKKT

Spesialis Peny. Dalam

APoli Penyakit Dalam Pemeriksaan pasien lama3963141250,3

Pemeriksaan pasien baru20101109861,42

BRawat Inap P. Dalam Visite pasien baru2798247200,1

Visite pasien lama14191164790,80

Spesialis Bedah

APoli Bedah Pemeriksaan pasien lama5177141250,4

Pemeriksaan pasien baru7028109860,4

BRawat Inap Bedah Visite pasien baru3657247200,5

Visite pasien lama496165910,2

Spesialis Kandungan dan Kebidanan

APoli Kandungan Pemeriksaan pasien lama3278141250,2

Pemeriksaan pasien baru2986109860,2

BRawat Inap Kandungan Visite pasien baru2314247200,3

Visite pasien lama210865910,08

Spesialis Anak

APoli Anak Pemeriksaan pasien lama2740141250,24

Pemeriksaan pasien baru5444109860,38

BRawat Inap Anak Visite pasien baru1935247200,11

Visite pasien lama3843164790,15

Spesialis Syaraf

APoli Syaraf Pemeriksaan pasien lama4938141250,19

Pemeriksaan pasien baru2263109860,2

BRawat Inap Syaraf Visite pasien baru1336247200,22

Visite pasien lama348865910,08

Spesialis Mata

APoli Mata Pemeriksaan pasien lama350435040,3

Pemeriksaan pasien baru345634560,24

BRawat Inap Mata Visite pasien baru247424740,3

Visite pasien lama244024400,09

Spesialis THT

APoli THT Pemeriksaan pasien lama2092141250,3

Pemeriksaan pasien baru3028109860,24

BRawat Inap THT Visite pasien baru147714770,37

Visite pasien lama213821380,09

Spesialis Kulit dan Kelamin

APoli Kulit Kelamin Pemeriksaan pasien lama2263141250,2

Pemeriksaan pasien baru964109860,06

BRawat Inap Kulit Visite pasien baru1598247200,24

Visite pasien lama68165910,02

Spesialis Kesehatan Jiwa

APoli Kesehatan Jiwa Pemeriksaan pasien lama800141250,07

Pemeriksaan pasien baru7150109860,5

BRawat Inap Jiwa Visite pasien baru565247200,08

Visite pasien lama505065910,2

Keterangan: KG = Kualitas Kegiatan Selama 1 tahun SBK = Standar Beban Kerja KT= Kebutuhan SDM ( KG / SB )Mengacu pada hasil perhitungan dengan metode WISN (Work Load Indicator Staffing Need), maka perhitungan kategori bidang pelayanan kesehatan di RSUD Majalengka adalah sebagai berikut:Tabel 10Perhitungan Kebutuhan SDM di RSUD MajalengkaKategoriJumlah Perhitungan SDM Menurut WISNDokter Yang Tersedia di RSUD MajalengkaKebutuhan Tambahan

SpesialisDokter UmumSpesialisDokter Umum

Penyakit Dalam2,771 = 32200

Bedah1,59 = 22101

Kandungan0,87 = 12101

Anak0,97 = 12200

Syaraf0,78 = 11101

Mata1,02 = 11100

THT1,09 = 11100

Kulit0,61 = 11100

Jiwa0,94 = 11100