penghitungan pdrb regional

61
Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari masyarakat dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran adalah suatu keadaan di mana manusia dapat memenuhi kebutuhannya, baik barang-barang maupun jasa (M. Manulung, 1981). Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomeia, yang merupakan gabungan kata, yaitu oikos artinya rumah tangga dan nomos artinya aturan/norma atau hukum. Jadi secara etimologi (asal kata) ekonomi atau oikonomeia berarti “ilmu yang mengatur rumah tangga”. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengertian ekonomi pun mengalami pergeseran, yaitu ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat dalam usaha mencapai kemakmuran yang diharapkan (Winardi, 1979). Ilmu ekonomi mengandung pengetahuan yang luas. Ilmu ekonomi akan timbul karena adanya kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Kebutuhan manusia tidak Kelompok 13 Yudhi Anin Sintha Isna Sari 1

Upload: muhammad-afnan-muammar

Post on 25-Dec-2015

270 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Ekonomi Mikro

TRANSCRIPT

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Ilmu Ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari masyarakat

dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran adalah

suatu keadaan di mana manusia dapat memenuhi kebutuhannya, baik

barang-barang maupun jasa (M. Manulung, 1981). Kata ekonomi berasal

dari bahasa Yunani, yaitu oikonomeia, yang merupakan gabungan kata,

yaitu oikos artinya rumah tangga dan nomos artinya aturan/norma atau

hukum. Jadi secara etimologi (asal kata) ekonomi atau oikonomeia berarti

“ilmu yang mengatur rumah tangga”. Sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, pengertian ekonomi pun mengalami

pergeseran, yaitu ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di

masyarakat dalam usaha mencapai kemakmuran yang diharapkan

(Winardi, 1979).

Ilmu ekonomi mengandung pengetahuan yang luas. Ilmu ekonomi

akan timbul karena adanya kebutuhan manusia yang tidak terbatas.

Kebutuhan manusia tidak terbatas karena secara biologis untuk bisa

bertahan hidup manusia membutuhkan sandang, pangan, dan papan.

Selain itu, ekonomi juga timbul karena adanya faktor produksi yang

terbatas sehingga jumlah barang dan jasa juga terbatas. Faktor produksi

tersebut meliputi tanah, tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan.

Sehingga manfaat manusia mempelajarinya adalah untuk mengatasi

masalah ekonomi karena manusia selalu dihadapkan oleh masalah

kebutuhan, di antaranya adalah kebutuhan manusia bersifat tidak

terbatas, beraneka ragam, dan terus menerus sedangkan sumber-

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

1

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENsumber alam sebagai alat pemenuh kebutuhan manusia itu bersifat

terbatas.

Proses perencanaan wilayah dan kota meliputi elemen fisik dan

nonfisik, untuk elemen nonfisik membutuhkan analisis yang tidak dapat

terlepas dari disiplin ilmu ekonomi, karena dalam pengembangan suatu

wilayah tidak hanya melihat hasil jadinya, melainkan juga bagaimana

proses yang bermain di dalamnya, sebagai contoh analisis yang dilakukan

adalah analisis indikator pengembangan ekonomi di suatu wilayah.

Penerapan ilmu ekonomi yang optimal dalam proses perencanaan suatu

wilayah membantu pembangunan wilayah tersebut karena bertambahnya

pendapatan daerah tersebut.

Di dalam perencanaan pembangunan ekonomi, untuk mengukur

pertumbuhan ekonomi suatu daerah memerlukan data-data statistik

sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi

hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Salah satu cara yang

digunakan adalah dengan melakukan perhitungan PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto). PDRB adalah total nilai produksi barang dan

jasa yang diproduksi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu

tertentu biasanya dalam satu wilayah. Besar kecilnya angka PDRB suatu

daerah dipengaruhi oleh tersedianya potensi sumber daya alam dan

faktor-faktor produksi yang berhasil dimanfaatkan. Sehingga dengan

adanya berbagai keterbatasan dalam mengelola dan memanfaatkan

faktor-faktor tersebut, menyebabkan besaran PDRB antara wilayah satu

dengan lainnya sangat bervariasi. Seperti halnya dengan PDRB Provinsi

Banten sebagai wilayah studi kami, untuk mengetahui indikator

perkembangan ekonomi makro terutama PDRB di provinsi tersebut, maka

dilakukan analisis PDRB dalam kurun waktu empat tahun terakhir (Tahun

2005-2008).

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

2

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN1.2Perumusan Masalah

Pertumbuhan perekonomian yang berkembang di negara Indonesia

didukung dengan adanya kontribusi perekonomian seluruh provinsi yang

ada, salah satunya adalah Provinsi Banten. Namun perekonomian

Provinsi Banten belum menunjukkan kontribusi besar dalam

perkembangan ekonomi Indonesia. Untuk itu perlu dikaji bagaimana

konstribusi tiap sektor ekonomi terutama PDRB Provinsi Banten dan

bagaimana PDRB dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi di

Provinsi Banten dari tahun 2005 sampai tahun 2008.

1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

Laporan ini bertujuan untuk memberikan suatu analisis dengan

mendeskripsikan perkembangan PDRB dalam empat tahun (tahun 2005-

2008) di wilayah studi yaitu Provinsi Banten dalam bentuk grafik dan tabel.

1.3.2 Sasaran

Adapun sasaran dari penulisan laporan ini adalah untuk

mengidentifikasi dan menganalisis aspek-aspek indikator ekonomi makro

dari Provinsi Banten dan diperoleh gambaran mengenai potensi dan

permasalahan yang terdapat di wilayah tersebut. Sasaran yang akan

dicapai dari laporan ini adalah :

Menentukan wilayah studi yakni Provinsi Banten.

Mengamati indikator ekonomi makro (terutama PDRB) di Provinsi

Banten, dengan mencari data dari BPS dan sumber data lainnya.

Menganalisis data-data dan informasi yang telah dikumpulkan

kemudian dievaluasi dari sudut pandang ekonomi.

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

3

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN1.4 Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup pada laporan ini terbagi menjadi dua, yaitu

ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi.

1.4.1 Ruang Lingkup wilayah

Ruang lingkup wilayah studi pada laporan ini adalah Provinsi

Banten yang terletak di Pulau Jawa, memiliki luas wilayah 9.160,70 km2,

dengan batas wilayah sebagai berikut:

Utara : Laut Jawa

Barat : Selat Sunda

Selatan : Samudera Indonesia

Timur : DKI Jakarta dan Jawa Barat

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam laporan ini menitikberatkan pada

perkembangan indikator ekonomi makro terutama Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) dalam kurun waktu lima tahun terakhir yang

meliputi letak perkembangan total PDRB, laju pertumbuhan ekonomi,

struktur ekonomi, laju pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi,

perkembangan pendapatan perkapita dan kontribusi ekonomi kota yang

terdapat di Provinsi Banten.

1.5 Sistematika Penulisan

Laporan Pengantar Ekonomi ini memiliki lima bab yaitu, Bab I

Pendahuluan, Bab II Pendekatan dan Metode Pendekatan, Bab III

Gambaran Umum Wilayah Studi Provinsi Banten, Bab IV Analisis Ekonomi

Makro Provinsi Banten, Bab V Penutup. Hal-hal tersebut telah tersusun

secara sistematik sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

4

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENMeliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang

lingkup pembahasan yaitu Provinsi Banten, dan bagian yang terakhir dari

bab ini adalah sistematika penulisan.

BAB II PENDEKATAN DAN METODE PENDEKATAN

Bab ini berisikan tentang kajian teori-teori yang berhubungan dengan

metode penghitungan perkembangan PDRB dan hal-hal yang berkaitan

dengan PDRB.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI PROVINSI BANTEN

Meliputi kondisi fisik alam, yaitu letak geografis yang berupa keadaan

alam, iklim, pembagian administrasi. Serta kondisi penduduk, yaitu jumlah

penduduk dan mata pencaharian dan sistem pemerintahan Provinsi

Banten.

BAB IV ANALISIS EKONOMI MAKRO PROVINSI BANTEN

Mencakup analisis tingkat inflasi, ketenagakerjaan, dan PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto)

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi studi.

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

5

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

BAB IIPENDEKATAN DAN METODE PERHITUNGAN

2.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB adalah total nilai produksi barang dan jasa yang di produksi

di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu biasanya dalam

satu tahun. (PDRB Banten 2005-2008).

2.1.1 Pembagian PDRB

PDRB secara berkala dapat disajikan dalam 2 bentuk, yaitu atas

dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan pada suatu tahun

dasar, yang dapat di jelaskan berikut ini :

1. PDRB atas dasar harga berlaku yaitu mengambarkan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada

setiap tahun. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk

melihat pergeseran dan struktur ekonomi.

2. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah

barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun

tertentu sebagai tahun dasar, dimana dalam perhitungan ini

menggunakan tahun 2000. PDRB atas dasar harga konstan

digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke

tahun.

2.1.2 Ukuran-Ukuran PDRB

PDRB dapat diturunkan ke dalam ukuran-ukuran penting lainnya,

yaitu:

1. Produk Regional Bruto

Merupakan produk domestik regional bruto ditambah dengan

pendapatan neto dari luar propinsi. Pendapatan neto ini sendiri

merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

6

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

modal) milik penduduk suatu propinsi yang diterima dari luar

propinsi dikurangi pendapatan propinsi lain/asing yang diperolah

di propinsi tersebut.

2. Produk Regional Netto

Merupakan produk regional bruto dikurangi dengan seluruh

penyusutan atas barang-barang modal tetap selama setahun.

3. Produk Regional Bruto atas dasar biaya faktor produksi

(pendapatan regional) Adalah produk regional netto atas dasar

harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung netto. Pajak

tidak langsung netto merupakan pajak tidak langsung yang

dipungut pemerintah dikurangi subsidi pemerintah. Pajak tidak

langsung maupun subsidi,keduanya dikenakan pada barang dan

jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat

menaikkan harga jual. Sedangkan subsidi adalah kebalikkannya.

4. Angka-angka perkapita

Adalah ukuran-ukuran indikator ekonomi seperti pada butir-butir

diatas dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun.

2.2 Pendekatan Perhitungan Pendapatan Regional

Untuk menghitung angka-angka Pendapatan Regional (PDRB), ada

empat pendekatan yang digunakan, yaitu :

2.2.1 Pendekatan Produksi (Production Approach)

Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang

dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada

disuatu wilayah dalam periode tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit

produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan

usaha, yaitu:

1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan,

2. Pertambangan dan penggalian,

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

7

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

3. Industri pengolahan,

4. Listrik, gas dan air bersih,

5. Konstruksi,

6. Perdagangan, hotel dan restoran,

7. Pengangkutan dan komunikasi,

8. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan,

9. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan Pemerintah.

Kesembilan sektor di atas secara lebih khusus dapat

diklasifikasikan menjadi 3 sektor berdasarkan tingkat kepentingannya,

yaitu:

1. Sektor Primer

Sektor primer merupakan sektor PDRB yang berbasis sumber

daya alam. Sektor primer meliputi:

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

2. Sektor Sekunder

Sektor sekunder merupakan sektor yang berbasis pengolahan.

Sektor sekunder terdiri atas:

Industri dan Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Konstruksi / Bangunan

3. Sektor Tersier

Sektor tersier merupakan sektor yang berbasis jasa. Sektor

tersier yang terdiri atas:

Perdagangan

Pengangkutan

Keuangan

Jasa

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

8

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

Produk barang dan jasa dinilai dengan harga produsen, tidak

termasuk biaya transport dan pemasaran. Penggunaan harga produsen

dimaksudkan untuk mengetahui nilai (pendapatan) yang benar-benar

diterima oleh produsen. Biaya transport dan pemasaran tidak dimasukkan

ke dalam perhitungan, sebab biaya transport dan pemasaran akan

dihitung sebagai pendapatan pada sektor Angkutan dan Perdagangan.

Nilai barang dan jasa pada harga produksi ini merupakan nilai

produsen bruto (output) sebab masih terkandung di dalamnya biaya

barang dan jasa yang dipakai dan dibeli dari sektor lain. Oleh sebab itu

untuk menghindari perhitungan dua kali, maka biaya barang dan jasa

yang dibeli dan dipakai dari sektor lain dikeluarkan hingga diperoleh nilai

produksi netto. Nilai produksi netto ini yang disebut sebagai nilai tambah

(added value). Dalam nilai tambah ini terkandung upah/gaji, bunga atas

modal, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tidak langsung

netto.

Apabila dalam nilai tambah tersebut masih mencakup faktor

penyusutan dan pajak tak langsung netto, maka nilai tambah tersebut

masih merupakan nilai tambah bruto atas dasar harga pasar. Jumlah

seluruh nilai tambah bruto atas dasar harga pasar dari seluruh sektor

ekonomi merupakan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga

pasar dan apabila penyusutan serta pajak tak langsung netto dikeluarkan

akan diperoleh Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor.

2.2.2 Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

Menurut pendekatan pendapatan, PDRB adalah balas jasa yang

diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi

di suatu wilayah dalam waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi adalah

upah/gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; sebelum dipotong

pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dengan menjumlahkan

balas jasa semua faktor produksi yang dibayarkan oleh unit-unit yang

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

9

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENberoperasi di suatu wilayah, hasil yang diperoleh merupakan nilai tambah

netto atas dasar biaya faktor. Apabila seluruh nilai tambah dari seluruh

sektor ekonomi dijumlahkan akan didapatkan Produk Domestik Regional

Netto atas dasar biaya faktor. Jika diinginkan sampai konsep bruto atas

dasar harga pasar masih harus ditambahkan penyusutan dan pajak tak

langsung netto.

2.2.3 Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah seluruh

komponen pengeluaran akhir seperti :

1. pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba,

2. konsumsi pemerintah,

3. pembentukan modal tetap bruto,

4. perubahan stok, dan

5. ekspor netto dalam waktu tertentu (ekspor merupakan ekspor

dikurangi impor).

Barang-barang yang digunakan ini ada yang berasal dari produksi

daerah dan ada pula yang berasal dari luar daerah. Oleh karena itu dalam

pendekatan pengeluaran yang dihitung hanya nilai barang dan jasa yang

berasal dari produk domestik saja, karena komponennya seperti nilai

konsumsi oleh rumah tangga, pemerintah, yayasan-yayasan sosial,

pembentukan modal dan ekspor adalah netto. Dengan menghitung

komponen-komponen ini kemudian dijumlahkan akan diperoleh Produk

Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar.

2.2.4 Metode Alokasi (Alocation Method)

Metode alokasi merupakan bentuk dari metode tidak langsung.

Maksud metode Alokasi Pendapatan Regional adalah menghitung

pendapatan regional yang lebih kecil (misalnya kecamatan) dengan cara

mengalokir angka pendapatan regional yang lebih tinggi (misalnya

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

10

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENkabupaten) untuk tiap-tiap kecamatan dengan menggunakan alokator

tertentu. Alokator yang dipergunakan dapat didasarkan atas :

a. nilai produksi bruto atau netto,

b. jumlah produksi,

c. tenaga kerja,

d. penduduk, dan

e. alokator tidak langsung.

Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari alokator

tersebut, dapat diperhitungkan prosentase bagian masing-masing

kecamatan terhadap nilai tambah setiap sektor atau sub sektor. Manfaat

lain dari metode alokasi adalah apabila data yang tersedia tidak

memungkinkan untuk menghitung pendapatan regional dengan

menggunakan ketiga metode tersebut seperti di atas, sehingga terpaksa

dipakai metode alokasi. Hal ini terjadi misalnya bila suatu unit produksi

yang mempunyai kantor pusat dan kantor cabang.

Kantor pusat berlokasi di wilayah lain sedangkan kantor cabang

tidak dapat memberikan data secara lengkap misalnya data tentang

keuntungan yang diperoleh, karena memang penghitungan neraca rugi

laba dikerjakan oleh kantor pusat. Untuk mengatasi hal seperti itu perlu

dilakukan dengan metode alokasi, yaitu dengan mengalokasikan angka

nasional, propinsi atau wilayah yang diurusi oleh kantor pusat tersebut ke

dalam wilayah yang sedang dihitung.

Pada kenyataanya, angka-angka yang dihasilkan oleh metode

langsung (Pendekatan Produksi, Pendekatan Pendapatan dan

Pendekatan Pengeluaran) akan lebih mendekati kenyataan dibandingkan

dengan metode tidak langsung (Metode Alokasi). Oleh karena itu sedapat

mungkin harus diupayakan penggunaan metode langsung, jika tidak

mungkin baru digunakan metode tidak langsung.

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

11

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN2.3Cara Penilaian Harga Konstan

Penghitungan PDRB atas dasar harga tahun dasar tertentu (dalam

hal ini dipakai tahun 1993) sangat penting untuk mengetahui

perkembangan riil agregat ekonomi yang diamati dari tahun ke tahun.

Agregat yang dimaksud dapat berupa PDRB secara keseluruhan maupun

PDRB sektoral. Dalam penghitungan nilai tambah atas dasar harga

konstan dikenal empat cara, yaitu :

2.3.1 Revaluasi

Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya

antara pada masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar (tahun

2000). Selisih nilai produksi dan biaya antara atas dasar harga konstan

merupakan nilai tambah atas dasar harga konstan. Berikut adalah

persamaan dari reluvasi:

Nilai Produksi Adhk = Qny X Po

Dimana:

Qny = jumlah kuantum komoditi y pada tahun berjalan (tn)

Po = harga komoditi y pada tahun dasar (to)

2.3.2 Ekstrapolasi

Metode ini di dapat dari nilai tambah suatu tahun atas dasar tahun

dasar harga konstan tahun 2000 yang diperoleh dengan cara

mengekstrapolasi nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi.

Indeks produksi ini merupakan indeks dari masing-masing atau

sekelompok komoditas hasil produksi (output), atau indeks dari berbagai

indikator produksi seperti tenaga kerja, kapasitas produksi (mesin,

kendaraan dan sebagainya) dan lain-lain sesuai dengan jenis kegiatan

ekonomi yang ada. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap

penghitungan nilai produksi atas dasar harga konstan. Hal yang perlu

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

12

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENdiperhatikan dalam cara ini ialah penentuan ekstrapolatornya. Kuantitas

produksi dari masing-masing sektor/sub sektor merupakan ekstrapolator

yang terbaik.

Indeks kuantum yang dipakai adalah Indeks LASPAYERS, yaitu:

IK LASPAYER =

Qn×PoQo×Po

Nilai Tambah Bruto tahun berjalan (tn) Adhk adalah sebagai berikut:

NTB Adhk y=NTB

oy×IK

n y

100

Dimana:

NTB Adhky = Nilai Tambah Bruto komoditi y pada tahun berjalan (tn)

NTBoy = Nilai Tambah Bruto komoditi y pada tahun dasar (to)

Ikny = Indeks Kuantum Lanspayers komoditi y pada tahun

berjalan (tn)

Qn = Jumlah/ Kuantum pada dasar tahun berjalan (tn)

Qo = Jumlah/ Kuantum pada tahun dasar (to)

Po = Harga pada tahun dasar

2.3.3 Deflasi

Metode ini dilakukan dengan membagi nilai tambah atas dasar

harga berlaku dengan indeks harga dari barang yang bersangkutan.

Indeks harga ini dapat berupa harga perdagangan besar, indeks harga

produsen dan indeks harga konsumen. Indeks harga yang dipakai sebagai

deflator harus disesuaikan denga tahun dasarnya(2000).

NTB Adhk yang diperoleh dengan cara ini dengan mendeflate NTB

Adhb dengan indeks harga dari barang yang bersangkutan. Perlu

diketahui bahwa yang dimaksud MENDEFLATE adalah membagi nilai

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

13

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENtambah Adhb dengan indeks harga dari masing-masing sektor atau

subsektor. Sehingga NTB Adhk tahun berjalan komoditi y adalah :

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

14

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

NTB Adhbyn

NTB Adhkyn = X 100

IHyn

Dimana:

NTB Adhkyn = nilai tambah bruto atas dasar harga konstan komoditi

y pada tahun berjalan (tn)

NTB Adhbyn = nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku komoditi

y pada tahun berjalan

Hyn = nilai harga komoditi y pada tahun berjalan (tn)

2.3.4 Deflasi Berganda

Pada metode deflasi berganda ini, yang diseflasikan adalah nilai

produksi dan biaya antara pada masing-masing tahun, sedangkan nilai

tambahnya diperoleh dari selisih keduanya yang merupakan hasil deflasi.

Indeks harga yang digunakan sebagai deflatornya dalam penghitungan

nilai produksi atas dasar harga konstan biasanya adalah indeks harga

produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan

komoditinya. Sedangkan indeks harga yang dipakai untuk memperoleh

biaya antara atas dasar harga konstan adalah indeks harga dari

komponen biaya terbesar komoditinya.

2.4 Penyajian Produk Domestik Regional Bruto

PDRB secara berkala dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu atas

harga berlaku dan atas dasar harga konstan pada suatu tahun dasar.

Pada penyajian atas dasar harga berlaku, semua angka-angka

pendapatan regional dinilai atas dasar harga berlaku pada masing-masing

tahun, baik untuk output (keluaran), biaya antara maupun komponen nilai

tambah. Sedangkan pada penyajian atas dasar harga konstan (harga

pada tahun dasar) semua angka-angka pendapatan regional dinilai atas

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

15

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENdasar harga tetap yang terjadi pada tahun dasar tertentu. Karena

menggunakan harga konstan maka perkembangan angka-angka

pendapatan regional dari tahun ke tahun merupakan perkembangan riil

yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga. PDRB juga disajikan dalam

bentuk:

2.4.1 Peranan Sektoral

Peranan sektoral diperoleh dengan cara membagi nilai masing-

masing sektor dengan nilai total seluruh sektor PDRB dikalikan 100 pada

tahun yang bersangkutan. Perhitungan peranan sektoral dapat

dirumuskan sebagai berikut :

2.5 Manfaat Statistik Pendapatan Regional

Manfaat yang diperoleh dari Statistik Pendapatan Regional antara

lain:

1. PDRB harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya

ekonomi dalammenghasilkan barang dan jasa disuatu kabupaten.

Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya

ekonomi yang besar.

2. PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang

memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk.

3. PDRB harga konstan digunakan untuk menunjukkan laju

petumbuhan ekonomi secara keseluruhan/ setiap sektor dari

tahun ke tahun.

4. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan

besarnya struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

16

PDRBi Pi = x 100

Nilai Total seluruh sektor PDRB

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai

peranan besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.

5. PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan

bagaiman produksi barang dan jasa digunakan untuk tujuan

konsumsi, investasi, dan diperdagangkan dengan pihak luar.

6. Distribusi PDRB menurut penggunaan menunjukkan peranan

kelembagaan menggunakan barang/jasa yang dihasilkan sektor

ekonomi.

7. PDRB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk

pengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi, dan

diperdagangkan dengan pihak luar negeri, perdagangan antar

pulau/propinsi.

8. PDRB dan PRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan

nilai PDRB dan PRB per kapita atau per satu orang penduduk.

9. PDRB dan PRB perkapita atas dasar harga konstan berguna

untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita.

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

17

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

BAB IIIGAMBARAN UMUM PROVINSI BANTEN

3.1 Aspek Fisik

Aspek Fisik dari Provinsi Banten sebagai berikut:

3.1.1 Luas dan Letak Wilayah

Provinsi Banten adalah sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia.

Provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun

dipisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2000. Pusat pemerintahannya berada di Kota Serang. Secara

geografisnya wilayah Banten terletak di antara 5º7'50"-7º1'11" Lintang

Selatan dan 105º1'11"-106º7'12" Bujur Timur. Batas-batas wilayah

Provinsi Banten adalah:

Utara : Laut Jawa

Timur : DKI Jakarta dan Jawa Barat

Selatan : Samudera Indonesia

Barat : Selat Sunda

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun

2000 luas wilayah Provinsi Banten adalah 9.160,70 km². Provinsi Banten

terdiri dari 4 kota, 4 kabupaten, 140 kecamatan, 262 kelurahan dan 1.242

desa. Berikut 4 kabupaten dan 4 kota beserta ibu kotanya yang berada di

Provinsi Banten:

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

18

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

Tabel III.1Luas Wilayah Kabupaten dan Kota

Propinsi Banten

No. Kabupaten/Kota Ibu Kota

1. Kabupaten Lebak Rangkasbitung

2. Kabupaten Pandeglang Pandeglang

3. Kabupaten Serang Ciruas

4. Kabupaten Serang Tigaraksa

5. Kota Cilegon Cilegon

6. Kota Serang Serang

7. Kota Tangerang Tangerangi

8. Kota Tangerangi Selatan Ciputat

Sumber: Profil Daerah dan Kabupaten Kota Indonesia

3.1.2 Keadaan Alam

Berdasarkan kondisi topografinya, Propinsi Banten adalah terdiri

dari Wilayah datar (kemiringan 0 - 2 %) seluas 574.090 Ha, wilayah

bergelombang (kemiringan 2 - 15%) seluas 186.320 Ha, dan wilayah

curam (kemiringan 15 - 40%) seluas 118.470,50 Ha. Kondisi penggunaan

lahan yang perlu dicermati adalah menurunnya wilayah hutan dari

233.629,77 hektare pada tahun 2004 menjadi 213.629,77 hektare.

3.1.3 Keadaan Cuaca dan Iklim

Iklim wilayah Banten sangat dipengaruhi oleh Angin Monson

(Monson Trade) dan Gelombang La Nina atau El Nino. Saat musim

penghujan (bulan Nopember-Maret) cuaca didominasi oleh angin barat

(dari Sumatera, Samudra Hindia sebelah selatan India) yang bergabung

dengan angin dari Asia yang melewati Laut Cina Selatan. Agustus), cuaca

didominasi oleh angin Timur yang menyebabkan wilayah Banten

mengalami kekeringan yang keras terutama di wilayah bagian pantai

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

19

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENutara, terlebih lagi bila berlangsung El Nino. Temperatur di daerah pantai

dan perbukitan berkisar antara 22º C dan 32º C, sedangkan suhu di

pegunungan dengan ketinggian antara 400 –1.350 m dpl mencapai antara

18º C –29º C.

Curah hujan tertinggi sebesar 2.712 – 3.670 mm pada musim

penghujan bulan September – Mei mencakup 50% luas wilayah

Kabupaten Pandeglang sebelah barat dan curah  335 – 453 mm pada

bulan September – Mei mencakup 50% luas wilayah Kabupaten Serang

sebelah Utara, seluruh luas wilayah Kota Cilegon, 50% luas wilayah

Kabupaten Tangerang sebelah utara dan seluruh luas wilayah Kota

Tangerang. Pada musim kemarau, curah hujan tertinggi sebesar 615 –

833 mm pada bulan April – Desember mencakup 50% luas wilayah

Kabupaten Serang sebelah utara, seluruh luas wilayah Kota Cilegon, 50%

luas wilayah Kabupaten Tangerang sebelah utara dan seluruh luas

wilayah Kota Tangerang, sedangkan curah hujan terendah pada musim

kemarau sebanyak 360 – 486 mm pada bulan Juni – September

mencakup 50% luas wilayah Kabupaten Tangerang sebelah selatan dan

15% luas wilayah Kabupaten Serang sebelah Tenggara.

3.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Provinsi Banten tahun 2006 sebanyak 9.351.470

jiwa, dengan dengan perbandingan 3.370.182 jiwa (36,04%) anak-anak,

240.742 jiwa (2,57%) lanjut usia, sisanya 5.740.546 jiwa berusia di antara

15 sampai 64 tahun.

Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2001 – 2004 sebesar

3,16% pertahun. Berikut adalah tabel jumlah populasi pada tahun 2000,

2005, dan 2009 beserta luas areanya.

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

20

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

Tabel III.2Luas Wilayah Kabupaten dan Kota

Propinsi Banten

Provinsi/ Kabupaten Luas Area

Populasi

Tahun

2000

Populasi

Tahun

2005

Populasi

Tahun 2009Proyeksi

Tahun 2010

Propinsi Banten 9.662,92 9.098.277 9.008.151 9.782.800 10,6 juta

Kabupaten Pandeglan 2.746,90 1.011.788 1.011.788

Kabupaten Lebak 2.859,96 1.030.040 1.154.890

Kabupaten Tangerangi 1.110,09 2.781.428 3.259.063

Kabupaten Serang 1.1724,09 1.652.763 1.755.491

Kota Tangerangi 184,00 1.325.854 1.451.595

Kota Cilegon 175,50 294.936 324.143

Kota Serang

Kota Tangerang

Selatan

Sumber: Profil Daerah dan Kabupaten Kota Indonesia

3.3 Pemerintahan

Provinsi Banten merupakan provinsi baru, pada tahun 2000

menjadi provinsi ke-28 di Negara Indonesia. Bapak Hakammudin Djamal

menjadi penjabat gubernur pada tahun 2000-2002 sebelum ditentukan

gubernur dan wakil gubernur. Kemudian pada tahun 2002 dipilih Djoko

Munandar dan Ratu Atut Chosiyah sebagai gubernur dan wakil gubernur,

lalu Djoko Munandar dinonaktifkan dari jabatannya karena terkait dengan

kasus korupsi. Maka Wakil Gubernur Ratu Atut Chosiyah menggantikan

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

21

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENposisi Djoko Munandar menjadi gubernur. Pada tanggal 6 Desember 2006

dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah langsung, yang dimenangkan oleh

pasangan Ratu Atut Choisiyah dan Mohammad Masduki. Keduanya

menjabat pada periode 2007-2011. Kota Serang merupakan Ibukota

Provinsi Banten, seiring dengan terbentuknya Provinsi Banten, Kota

Serang menjadi kota yang maju dilihat dari sarana dan prasarana untuk

menjadikan Kota Serang layak disebut ibukota provinsi. Provinsi Banten

memiliki empat kabupaten dan empat kota.

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

22

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

BAB IVANALISIS EKONOMI MAKRO PROVINSI BANTEN

4.1 Perkembangan Total PDRB

Secara keseluruhan kinerja perekonomian Provinsi Banten

mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat

dilihat dari pendapatan regional Propinsi Banten baik atas dasar harga

berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000 yang mengalami

kenaikan dan penurunan.

Salah satu indikator ekonomi penting untuk mengetahui

pertumbuhan pendapatan daerah dalam hubungannya dengan kemajuan

sektor ekonomi daerah tersebut, adalah pendapatan regional yang

biasanya dipakai sebagai indikator perkembangan kesejahteraan rakyat.

Berikut adalah tabel perkembangan PDRB Propinsi Banten:

Tabel IV.1PDRB Propinsi Banten Tahun 2005-2008

Tahun

PDRB atas dasar Harga Berlaku PDRB atas dasar Harga

Konstan Tahun 2000

Jumlah

(Milyar Rp)

Perkembangan

( % )

Jumlah

(Milyar Rp)

Perkembangan

( % )

2005 84.622.803,32 114,8 58.106.948,2

2

105,88

2006 97.867.273,39 115,65 61.341.658,6 105,57

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

23

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

4

2007 107.499.652,42 109,84 65.046.775,7

7

106,04

2008 122.497.457,07 113,95 68.830.644,8

0

105,82

Sumber : PDRB Propinsi Banten Tahun 2005- 2008

Grafik IV.1Perkembangan Total PDRB(Rp)

Propinsi BantenTahun 2005-2008

Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder Kelompok 13, 2010

Grafik IV.2Perkembangan Total PDRB(%)

Propinsi BantenTahun 2005-2008

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

24

2005 2006 2007 20080.00

25,000,000.00

50,000,000.00

75,000,000.00

100,000,000.00

125,000,000.00

150,000,000.00

PERKEMBANGAN TOTAL PDRB (Rp)PROPINSI BANTEN TAHUN 2005-2008

PDRB atas dasar Harga BerlakuPDRB atas dasar Harga Konstan Tahun 2000

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder Kelompok 13, 2010

Berdasarkan tabel dan grafik diatas, dapat diketahui bahwa dalam

periode lima tahun terakhir ini (2005-2008), perkembangan total PDRB

Propinsi Banten mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 pendapatan

regional atas dasar harga berlaku sebesar Rp 84.622.803,32 milyar

kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 122.497.457,07 milyar.

Peningkatan yang terjadi adalah sebesar 54,24%.

Kemudian jika ditinjau dari penyajian atas dasar harga konstan

2000, oendapatan regional tahun 2005 adalah sebesar Rp 58.106.948,22

milyar kemudia pada tahun 2008 meningkat menjadi sebesar Rp

68.830.644,80 milyar. Peningkatan yang terjadi adalah sebesar 23,31%.

Pada harga berlaku menunjukkan peningkatan yang lebih besar

dibandingkan dengan harga konstan. Ini membuktikan bahwa

pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Perkembangan total PDRB Propinsi Banten ini tidak terlepas dengan

adanya peningkatan PDRB di masing-masing sektor.

4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Banten dan Nasional

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

25

2005 2006 2007 2008100

102

104

106

108

110

112

114

116

118

PERKEMBANGAN TOTAL PDRB (%)PROPINSI BANTEN TAHUN 2005-2008

PDRB atas dasar Harga BerlakuPDRB atas dasar Harga Berlaku Konstan Tahun 2000

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

Pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata sudah

semakin membaik dengan angka 6.28%. Perekonomian pada tahun 2005

tercatat angka pertumbuhan sebesar 3,64%.sedangkan pertumbuhan

ekonomi di Propinsi Banten sendiri yang paling tertinggi adalah 6.04%

pada tahun 2007. Perbandingan pertumbuhan ekonomi antara Banten

dengan pertumbuhan ekonomi nasional dapat dilihat dalam tabel dan

grafik berikut ini:

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

26

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

Grafik IV.3Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Banten dan Nasional

Tahun 2005-2008

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 20083

3.5

4

4.5

5

5.5

6

6.5

Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Banten dan Nasional Tahun 2001-2008

Banten Nasional Dengan Migas

Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder Kelompok 13, 2010

4.3 Struktur Ekonomi Propinsi Banten

4.3.1 Atas Dasar Harga Berlaku

Perekonomian propinsi banten didukung oleh beberapa sektor

ekonomi. Sektor-sektor penting yang menjadi penyangga perekonomian

propinsi banten adalah pertanian, pertambangan dan penggalian, industri

pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel,

dan, restaurant, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan,

dan jasa perusahaan, jasa-jasa / service. Berdasarkan data Propinsi

Banten sektor yang paling signifikan didominasi oleh sektor industri

pengolaan yaitu sebesar 45,25% pada tahun 2008. Ini dapat dilihat dari

sumbangannya terhadap PDRB.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah

barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun.

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

27

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENPDRB ini digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.

Selama lima tahun terakhir yakni tahun 2005 sampai dengan tahun 2008,

peranan sektor industri mengalami penurunan sebesar 4,50%. Untuk

mengetahui sektor-sektor yang menghidupi perekonomian Propinsi

Banten dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel IV.4Struktur Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku

Propinsi Banten Tahun 2005-2008 (%)

No Sektor / SubsektorTahun

2005 2006 2007 2008

1 Pertanian 8,53 7,77 7,93 8,38

2 Pertambangan dan Penggalian 0,10 0,10 0,11 0,12

3 Industri Pengolahan 49,75 49,70 47,80 45,25

4 Listrik, gas, dan air bersih 4,87 4,33 43,05 4,06

5 Bangunan 2,73 2,89 3,03 3,25

6Perdagangan, Hotel, dan

Restaurant17,13 17,45 18,98 20,10

7 Pengangkutan dan Komunikasi 8,58 9,38 9,24 9,30

8Keuangan, Persewaan, dan

Jasa Perusahaan3,29 3,35 3,55 3,83

9 Jasa-jasa / service 5,02 5,13 5,32 5,72

Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : PDRB Propinsi Banten 2005-2008

Dari tabel di atas dapat dilihat struktur ekonomi Propinsi Banten

yang bervariasi. Sisi demand ekonomi Banten pada tahun 2008

mengalami penurunan yang cukup signifikan terutama akibat adanya

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

28

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENkenaikan BBM domestik yang menimbulkan inflasi tinggi dan kebijkan

uang ketat atau tight money yang ditempuh oleh Bank Indonesia.

Kedua hal ini dapat mengancam perkembangan daya beli

masyarakat serta mempengaruhi sisi domestic demand dan sekaligus sisi

supply ekonomi Banten. Lebih-lebih krisis ekonomi dan finansial global

yang mulai merembet ke Banten sejak tahun 2008 yang sangat jelas

mempengaruhi kinerja ekspor atau sisi foreign demand dan sekaligus sisi

suply ekonomi Banten, khususnya Sektor Industri Pengolaan.

Sektor-sektor lainnya sedikit demi sedikit mengalami kenaikan

sehingga dapat mendukung perekonomian propinsi jawa timur, seperti

dalam sektor pertambangan dan penggalian, bangunan, perdagangan,

hotel, dan restaurant, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,

persewaan, dan jasa.

Selain itu, jika dilihat secara kelompok sektor (sektor primer,

sekunder, dan tersier) pergeseran struktur ekonomi dari tahun 2005 ke

tahun 2005 akan tampak lebih nyata. Sektor primernya meliputi pertanian,

pertambangan dan penggalian, sektor sekundernya meliputi industri

pengolahan, listrik, gas dan air bersih, serta sektor tersiernya meliputi

perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa.

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

29

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

30

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

Grafik IV.4Struktur Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku

Propinsi Banten Tahun 2005-2008 (%)

8% 0%

45%

4%3%

20%

9%

4% 6%

tahun 2008Pertanian Pertambangan dan

PenggalianIndustri Pengolahan Listrik, gas, dan air

bersihBangunan Perdagangan, Hotel,

dan RestaurantPengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Jasa-jasa / service

Sumber: hasil olahan data sekunder kelompok 13 propinsi banten,2010

4.3.2 Atas Dasar Harga Konstan

Struktur ekonomi Propinsi Banten atas dasar harga konstan pada

tahun 2000 hampir irip dengan harga berlaku. Dimana sektor pertanian

dan industri yang mendominasi Propinsi Banten mengalami penurunan,

sedangkan sektor-setor lainnya seperti sektor jasa, transportasi dan

komunikasi mengalami kenaikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel dan grafik di bawah ini yang akan menunjukkan struktur ekonomi

Propinsi Banten menurut sektor-sektornya dalam kurun waktu lima tahun

terakhir.

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

31

9%0%

50%5%

3%17%9%

3%5%

tahun 2005 8%0%

50%4%

3%17%9%

3%5%

tahun 20066%0%

34%

31%2%

14%7%

3%4%

tahun 2007

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

Tabel IV.2Struktur Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan

Propinsi Banten Tahun 2005-2008 (%)

No Sektor / SubsektorTahun

2005 2006 2007 2008

1 Pertanian 8,71 8,19 8,05 7,85

2 Pertambangan dan Penggalian 0,1 0,1 0,1 0,11

3 Industri Pengolahan 49,8 49,8 48,4 46,8

4 Listrik, gas, dan air bersih 4,41 4,09 4,14 4,1

5 Bangunan 2,71 2,71 2,89 2.92

6Perdagangan, Hotel, dan

Restaurant18,4 18,7 19,64 20,63

7 Pengangkutan dan Komunikasi 8,45 8,83 8,88 9,08

8Keuangan, Persewaan, dan

Jasa Perusahaan3,1 3,11 3,28 3.61

9 Jasa-jasa / service 4,32 4,47 4,62 4,9

Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: PDRB Propinsi Banten 2005-2008

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

32

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

Grafik IV.5Struktur Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan

Propinsi Banten Tahun 2005-2008 (%)

Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder Kelompok 13, 2010

4.4 Laju Pertumbuhan Masing-masing Sektor Ekonomi

4.4.1 Atas Dasar Harga Berlaku

Sektor ekonomi Propinsi Banten meliputi: Pertanian, Pertambangan

dan penggalian, Industri pengolahan ,Listrik, gas, dan air bersih,

Konstruksi, Perdagangan, hotel, dan restoran, Pengangkutan dan

komunikasi, Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa.

Laju pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi Propinsi Banten

menunjukkan suatu prospek yang baik, Semua sektor ekonomi Propinsi

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

33

8%0%

50%

4%3%

19%

9%3% 4%

tahun 2006

8%

0%

50%

4%

22%

10%

5%

tahun 2008

Pertanian Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air bersihBangunan Perdagangan, Hotel, dan

RestaurantPengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Jasa-jasa / service

9%0%

50%

4%3%

18%

8%3% 4%

tahun 20058% 0%

48%

4%3%

20%

9%3% 5%tahun 2007

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENBanten mengalami kenaikan, peningkatan tiap sektor ekonomi propinsi

Banten dapat dilihat dari tabel dan grafik laju pertumbuhan masing-masing

sektor ekonomi dalam lima tahun terakhir berikut ini:

Tabel IV.6Laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Ekonomi

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000Propinsi Banten 2005-2008

(Juta Rupiah)

No Sektor / SubsektorTahun

2005 2006 2007 2008

1 Pertanian 7.219.036,22 7.604.853,80 8.523.310,07 10.260.784,37

2Pertambangan dan

Penggalian88.457,21 95.648,58 115.127,47 141.132,31

3 Industri Pengolahan 42.098.680,26 48.642.336,74 51.386.344,95 55.426.962,88

4Listrik, gas, dan air

bersih4.119.922,21 4.137.473,81 4.351.693,67 4.871.296,49

5 Bangunan 2.306.353,89 2.828.380,78 3.259.394,62 3.984.436,32

6Perdagangan, Hotel,

dan Restaurant14.499.930,60 17.081.607,50 20.400.505,50 24.621.928,03

7Pengangkutan dan

Komunikasi7.257.845,03 9.182.131,34 9.929.409,84 11.395.083,12

8

Keuangan,

Persewaan, dan

Jasa Perusahaan

2.782.823,49 3.278.935,87 3.814.970,56 4.690.484,45

9 Jasa-jasa / service 4.249.754,41 5.015.904,41 5.718.895,75 7.005.349,09

Produk Domestik Regional

Bruto84.622.803,32 97.867.273,39 107.499.652,42

122.497.457,0

7

Sumber: PDRB Propinsi Banten 2005-2008

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

34

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

Grafik IV.6Laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Ekonomi

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000Propinsi Banten 2005-2008

(Juta Rupiah)Sumber : Hasil Olahan Data Kelompok 13, 2010

Dari tabel dan grafik di atas terlihat bahwa dalam lima tahun

terakhir ini, masing-masing sektor ekonomi di Propinsi Banten mengalami

kenaikan. Sektor yang menunjukkan kenaikan drastis yaitu sektor industri

pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran. Sektor perdagangan, hotel,

dan restoran dan sektor industri ini membuktikan bahwa pariwisata dan

industri membawa peranan besar bagi peningkatan PDRB Propinsi

Banten. Dapat di lihat pula adanya kenaikan Produk Domestik Regional

Bruto yang sangat signifikan. Pada tahun 2005, PDRB Banten sejumlah

Rp 84.622.803,32 dan pada tahun 2008 neningkat menjadi Rp

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

35

2005 2006 2007 20080.00

5,000,000.00

10,000,000.00

15,000,000.00

20,000,000.00

25,000,000.00

30,000,000.00

35,000,000.00

40,000,000.00

45,000,000.00

50,000,000.00

55,000,000.00

60,000,000.00

Laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Ekonomi

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, gas, dan air bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel, dan Restaurant

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Jasa-jasa / service

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN122.497.457,07 atau naik sekitar 44,7%. Hal ini menunjukkan bahwa

perekonomian di Propinsi Banten mengalami peningkatan yang sangat

baik dan merata di berbagai sektor ekonomi.

4.4.2 Atas Dasar Harga Konstan

Pertumbuhan ekonomi sektoral di Propinsi Banten dari tahun 2005-

2008 menurut harga konstan tahun 2000 mengalami pertumbuhan

ekonomi yang sangat baik pada seluruh sektor ekonomi seperti terlihat

pada tabel IV.8, kecuali pada sektor pertanian yang sempat turun 0,6%

pada tahun 2006. Namun, kembali naik dan pada tahun 2007 mengalami

kenaikan sekitar 4,2% dari tahun 2006. Tingginya pertumbuhan ekonomi

pada semua sektor ekonomi di Banten menunjukkan adanya kemajuan

ekonomi yang pesat di Popinsi Banten. Laju pertumbuhan masing-masing

sektor atas dasar harga konstan dapat dilihat dari tabel dan grafik di

bawah ini:

Tabel IV.8Laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Ekonomi

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000Propinsi Jawa Timur Tahun 2005-2005

(Juta Rupiah)

No Sektor / SubsektorTahun

2005 2006 2007 2008

1 Pertanian 5.061.650,42 5.031.011,59 5.242.350,48 5.408.861.73

2Pertambangan dan

Penggalian59.286,02 61.508,86 69.292,77 79.151,12

3 Industri Pengolahan28.975.547,0

8

30.548.566,6

2

31.496.751,7

5

32.225.075,2

0

4Listrik, gas, dan air

bersih2.567.049,93 2.510.895,12 2.629.581,32 2.833.527,01

5 Bangunan 1.580.487,69 1.622.420,23 1.880.273,94 2.010.388,56

6Perdagangan, Hotel,

dan Restaurant

10.699.437,6

5

11.478.134,1

9

12.800.800,8

6

14.202.996,5

0

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

36

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

7Pengangkutan dan

Komunikasi4.910.855,75 5.417.133,59 5.780.569,93 6.200.675,31

8Keuangan, Persewaan,

dan Jasa Perusahaan1.744.477,29 1.888.037,80 2.138.061,77 2.489.875,78

9 Jasa-jasa / service 2.508.156,40 2.744.950,65 3.009.092,96 3.380.093,59

Produk Domestik Regional

Bruto

58.106.948,2

2

61.341.658,6

4

65.046.775,7

7

68.830.644,8

0

Sumber: PDRB Jawa Timur 2005-2005.

Grafik IV.7Laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Ekonomi

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000Propinsi Jawa Timur Tahun 2005-2005

(Juta Rupiah)Sumber : Hasil Olahan Data Kelompok 13, 2010

4.5 Perkembangan Pendapatan Perkapita

Secara keseluruhan kinerja perekonomian Banten semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

37

2005 2006 2007 20080.00

5,000,000.00

10,000,000.00

15,000,000.00

20,000,000.00

25,000,000.00

30,000,000.00

35,000,000.00

Laju Pertumbuhan EkonomiAtas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

PertanianPertambangan dan PenggalianIndustri PengolahanListrik, gas, dan air bersihBangunanPerdagangan, Hotel, dan RestaurantPengangkutan dan KomunikasiKeuangan, Persewaan, dan Jasa PerusahaanJasa-jasa / service

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENregional perkapita atas dasar harga konstan pada tahun 2007 sebesar Rp

6.902.711 dan kemudian pada tahun 2008 terjadi peningkatan sebesar

3,8% yaitu sebesar Rp 7.168.033

Indikator perekonomian yang penting untuk mengetahui

pertumbuhan pendapatan daerah dalam hubungannya dengan kemajuan

sektor ekonomi yaitu dengan melihat pendapatan regional. Pendapatan

regional pada umumnya ditampilkan berdasarkan atas dasar harga

berlaku, ini dikarenakan pendapatan tersebut dipengaruhi oleh faktor

produksi yang berkaitan dengan barang dan jasa. Kegiatan ekonomi yang

dapat menghasilkan nilai tambah dapat ditunjukkan dalam PDRB

perkapita. Hal inilah yang menunjukkan perbedaan antara PDRB

perkapita berbeda dengan pendapatan perkapita. Dalam pendapatan

perkapita dapat menunjukkan besarnya pendapatan yang didapatkan oleh

masyarakat atas pengguanan faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja,

modal dan kewirausahaan) di suatu wilayah dan waktu tertentu.

4.5.1 Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB perkapita ini merupakan salah satu indikator yang biasa

digunakan dalam mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu

daerah tertentu secara berkala. Produk Domestik Regional Bruto

perkapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa dihasilkan oleh

masing-masing penduduk sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan produksi

yang mereka lakukan. Apabila data ini disajikan secara berkala akan

menunjukkan adanya perubahan kemakmuran.

Pendapatan regional perkapita Banten atas dasar harga berlaku

adalah sebesar Rp 165.210.000,- dan kemudian pada tahun 2008

meningkat menjadi Rp 224.870.000,- atau dengan kata lain terjadi peningkatan

antara tahun 2005-2008 sebesar 36,11%.

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

38

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

Table IV. 10Perkembangan Pendapatan Regional Provinsi Banten

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2008

No. Tahun Pendapatan Regional (juta)

1 2005 165,21

2 2006 187,03

3 2007 201,09

4 2008 224,87

Sumber: PDRB Banten 2005-2008.

Grafik IV.8Perkembangan Pendapatan Regional Provinsi Banten

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2008

Sumber : Hasil Olahan Data Kelompok 13, 2010

4.5.2 Atas Dasar Harga Harga Konstan

Pendapatan regional yang disajikan berdasarkan atas dasar harga

konstan 2000, pendapatan regional pada tahun 2005 adalah sebesar Rp

113.440.000,- dan kemudian pada tahun 2008 mencapai sebesar Rp

126,350.000,- ini menunjukkan peningkatan yang terjadi antara tahun

2001-2005 mencapai 11,38%. Peningkatan jumlah ini juga dipengaruhi

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

39

2005 2006 2007 20080

50

100

150

200

250

Pendapatan Regional (milyar)

Pendapatan Regional (milyar)

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENoleh inflasi yang pada dasarnya juga disebabkan oleh kegiatan ekonomi

yang menggunakan faktor-faktor ekonomi.

Tabel IV.12Perkembangan Pendapatan Regional BantenAtas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2008

No. Tahun Pendapatan Regional (juta)

1 2005 113,44

2 2006 117,23

3 2007 121,68

4 2008 126,35

Sumber: PDRB Jawa Timur 2005-2008

Grafik IV.9Perkembangan Pendapatan Regional BantenAtas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2008

2005 2006 2007 2008105

110

115

120

125

130

Pendapatan Regional (juta)

Pendapatan Regional (juta)

Sumber : Hasil Olahan Data Kelompok 13, 2010

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

40

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

4.6 Peranan Sektor Dalam PDRB Banten Atas Dasar Harga Berlaku

Perekonomian Provinsi Banten pada saat ini sepenuhnya bertumpu

pada sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel, dan restoran.

Pusat perdagangan di Provinsi Banten adalah Kota Serang, dimana Kota

Serang merupakan target para investor. Kota Serang memberikan

kontribusi terbesar dalam perkembangan total PDRB Provinsi Banten di

sektor industri.

Grafik IV.10Peranan Sektor Dalam PDRB Banten Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2006-2008 (persen)

Pertan

ian

Pertam

banga

n & P

Industri P LP

G

Bangu

nan

Perdag

., H &

R

Penga

ngkutan

& Kom

Keuan

gan, P

& JP

Jasa-j

asa0

10

20

30

40

50

60

Peranan Sektor Dalam PDRB Banten Atas Dasar Harga Berlaku

20062008

Sumber : Hasil Olahan Data Kelompok 13, 2010

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

41

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTEN

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

PDRB Propinsi Banten dalam rentang 2005-2008 cenderung

mengalami peningkatan. Secara umum perekonomian Propinsi Banten

terus berkembang walaupun pada tahun 2008 sempat menghadapi

tekanan yang cukup berat terutama akibat adanya kenaikan harga BBM

domestik yang menimbulkan inflasi tinggi dan kebijakan uang ketat atau

tight money yang ditempuh oleh Bank Indonesia. Propinsi Banten

tergolong wilayah yang sedikit kebal dengan gejolak internal maupun

eksternal, meskipun pernah mengalami keterpurukan akibat adanya krisis

ekonomi beberapa tahun lalu.

Dibandingkan keadaan setelah goncangan krisis tahun 1999 lalu,

saat ini struktur ekonomi secara nyata mulai bergeser dari sektor primer

ke sektor sekunder dan tertier. Sektor pertanian yang mulai

memperlihatkan kinerja yang impresif seiring membaiknya perekonomian

Banten cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Sektor penting dalam membentuk besaran PDRB Banten adalah

sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor

perdagangan. Jika dilihat dari sisi perannya sektor industri terlihat

mengalami peningkatan terutama pada tahun 2006, hal ini lebih

diakibatkan oleh tingginya kenaikan harga barang-barang industri

terutama dengan kelompok industri makanan dan minuman. Peranan

sektor listrik, gas dan air bersih saat ini terus bergerak, terutama akibat

peningkatan kebutuhan bahan energi yang juga diikuti dengan lonjakan

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

42

Tugas Besar Ilmu Pengantar ekonomi

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BANTENtarif yang cukup besar. Selain itu, sektor perdagangan juga disebut-sebut

sebagai motor penggerak perekonomian Banten.

Secara keseluruhan kinerja perekonomian Banten makin meningkat

dari tahun ke tahun. Hal ini antara lain dapat dilihat dari pendapatan

regional Banten baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga

konstan 2000 yang makin meningkat dari tahun ke tahun.

5.2 Saran

Berdasarkan data dan grafik pada bab analisis dapat diperoleh

beberapa saran untuk Propinsi Banten antara lain:

Pemerintah Daerah hendaknya lebih mengoptimalkan sektor-

sektor perekonomian di Propinsi Banten yang mengalami

penyusutan, penurunan, dan kurang berkembang, agar dapat

memperkuat PDRB Propinsi Banten.

Untuk mengembangkan perekonomian daerah jangan tergantung

pada salah satu sektor ekonomi saja dan meninggalkan sektor

ekonomi yang lain, karena ada potensi tertentu dari sektor lainnya

yang perlu digali.

Perlunya koordinasi dan kerjasama yang sinergis antara

Pemerintah Daerah dengan masyarakat Propinsi Banten untuk

lebih meningkatkan perkembangan PDRB dan laju pertumbuhan

ekonomi.

Pengoptimalan tata guna lahan Propinsi Banten untuk

memaksimalkan dan mengoptimalkan ekonomi makro Propinsi

Banten.

Kelompok 13Yudhi Anin Sintha Isna Sari

43