proposalx ratna
TRANSCRIPT
1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Geografi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-
gejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang
fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup serta permasalahannya melalui
pendekatan keruangan, ekologi dan regional untuk kepentingan program, proses
dan keberhasilan pembangunan. Geografi mencakup dua bidang yang harus
dikaji yaitu geografi fisik dan geografi manusia termasuk di dalamnya aktivitas
manusia di permukaan bumi, oleh karena itu budaya (kebudayaan) merupakan
hasil daya cipta manusia bersifat konkret maupun bersifat abstrak yang juga
dipelajari dalam ilmu geografi khususnya geo budaya (Bintarto,1983).
Manusia sebagai penghuni permukaan bumi dengan segala aktivitas yang
dilakukannya baik alamiah maupun sosial kemasyarakatan atau tingkah laku dan
usaha manusia untuk meningkatkan taraf hidupnya. Kehidupan manusia di
pelajari dalam cabang geografi manusia yaitu mengkaji permukaan bumi sebagai
objek studinya dimana manusia termasuk aspek kependudukan, aspek aktivitas
yang meliputi aktivitas ekonomi, politik, sosial dan budaya (Sumaatmadja,1988).
Kesejahteraan sosial merupakan suatu tata kehidupan sosial geo budaya
baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan
dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan di antaranya kebutuhan
jasmani, rohani bagi keluarga, lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga
Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani,
rohani bagi keluarga dan masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi
serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila (Depsos RI Jakarta, 1993).
Salah satu usaha pemenuhan kebutuhan bagi keluarga adalah program KB.
Berdasarkan asumsi di atas maka, Pemerintah menetapkan peraturan dan
kebijaksanaan dalam berbagai bidang pembangunan dalam mencapai tujuan KB.
1
pemerintah tidak hanya memperhatikan bidang fisik, tetapi juga bidang mental,
sosial, budaya dalam mensejahterakan kehidupan masyarakat. Pembangunan
sosial bertujuan untuk memajukan masyarakat adil dan makmur, merata baik
material maupun spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Keluarga Berencana (KB) sebagai suatu gerakkan khusus yang
dihubungkan dengan usaha pengaturan besar kecilnya keluarga, dengan motivasi
yang lebih luas dan demi kepentingan kesehatan, maka KB sebagai program
nasional telah ditetapkan merata di seluruh tanah air dengan didukung oleh
penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai, tetapi didukung dari segenap
warga masyarakat khususnya Pasangan Usia Subur (PUS) dalam program KB
adalah faktor yang sangat penting.
Pentingnya pembangunan di bidang kesejahteraan serta program KB telah
berhasil meningkatkan harapan hidup dan telah menekan laju pertambahan
penduduk yang didukung oleh perumahan dan permukiman yang layak. Bidang
kesehatan masih harus ditingkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dan masyarakat yang hidup di daerah terpencil. Tahap
awal gerakan Keluarga Berencana (KB) memfokuskan perhatian pada penekanan
laju pertumbuhan keluarga dan membatasi jumlah kelahiran anak dalam
keluarga. Pengendalian penduduk telah berhasil dengan baik melalui gerakan
Keluarga Berencana (KB) sesuai dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera telah dilaksanakan melalui program yang menyeluruh dan terpadu,
sehingga selain telah berhasil menurunkan tingkat kelahirannya telah membantu
menurunkan angka kematian. Perbaikan ekonomi dan selanjutnya akan bermuara
pada perbaikan nasib umat manusia.
Kesadaran Para akseptor pada prinsipnya menyangkut perubahan perilaku
yaitu setiap Pasangan Usia Subur di wilayah pedesaan yang tidak atau belum
berperan dalam gerakan KB nasional dengan menjadi akseptor KB, hal ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor
2
pendidikan, sosial dan budaya yang melatarbelakangi setiap Pasangan Usia
Subur.
Desa Weulun Kecamatan Wewiku Kabupaten Belu. Berdasarkan hasil
penelitian pendahulu dengan jumlah Pasangan Usia Subur yang ikut program
Keluarga Berencana (KB) sebanyak 249 Pasangan Usia Subur yang tidak
sebanyak 169 Pasangan Usia Subur yang tidak atau belum menjadi akseptor KB.
Jelasnya dapat di lihat pada tabel 1.1.
Rekapitulasi PUS yang mengikuti KB
No Dusun Jumlah
PUS
Ikut KB Tidak ikut KB
F Persentase (%) F Persentase(%)
1
2
3
4
Wesukabi
Laenkaletek
Umafeto ra
Umarawan
65
62
67
55
20
20
30
10
3,25
3,1
2,23
5,5
47
30
50
42
1,38
2,06
1,34
1,30
Jumlah 249 80 14.08 169 6.08
Sumber : Data primer, 2012
Dari tabel 1.1 diatas maka di ketahui PUS yang ikut program KB sangat
kecil, hal ini diakibatkan oleh faktor sosial budaya yang dimiliki oleh masyarakat
Desa Weulun kecamatan Wewiku kabupaten Belu.
Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian dengan judul “PARTISIPASI PASANGAN USIA SUBUR
(PUS) DALAM MENGIKUTI PROGRAM KB DI DESA WEULUN
KECAMATAN WEWIKU KABUPATEN BELU “
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi masalah
pokok dalam penelitian ini adalah Rendahnya partisipasi Pasangan Usia Subur
3
(PUS) dalam mengikuti program keluarga berencana (KB) di Desa Weulun
Kecamatan Wewiku Kabupaten Belu.
Bertolak dari masalah pokok tersebut diatas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : Faktor – faktor apakah yang menyebabkan
rendahnya partisipasi pasangan usia subur (PUS) dalam mengikuti Keluarga
Berencana (KB) di Desa Weulun Kecamatan Wewiku Kabupaten Belu?
1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejauh mana partisipasi masyarakat dalam mengikuti
program KB.
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan sosial dan budaya
terhadap partisipasi Pasangan Usia Subur dalam mengikuti program
Keluarga Berencana (KB).
1.3.2 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah desa dan masyarakat di dalam
menyebarluaskan gerakan Keluarga Berencana (KB) khususnya yang
berkaitan dengan Pasangan Usia Subur (PUS).
2. Sebagai salah satu usaha penulis dalam memberikan pandangan kepada
masyarakat untuk memahami gerakan Keluarga Berencana (KB).
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian
ini.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah pustaka
Muhajir, (1991) mengatakan bahwa hasil penyelidikan di bidang
kependudukan menunjukkan bahwa pesatnya perkembangan penduduk
reproduksi tinggi pada PUS terjadi di Negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Di sisi lain kemampuan untuk meningkatkan kemampuan produksi,
pangan berjalan lancar seiring dengan rendahnya kualitas produksi. Untuk
mengantisipasi rendahnya kualitas penduduk pemerintah telah mengambil
kebijaksanaan kependudukan antara lain dengan adanya Keluarga Berencana
(KB) yang merupakan bagian integral dari kebijaksanaan pembangunan di
bidang kependudukan dengan penciptaan pendewasaan PUS. Pelaksanaan KB
sangat di pengaruhi individu yang termasuk di dalam kebijaksanaan program,
norma-norma (norma hukum,norma agama, norma perkawinan, selain itu juga
berkaitan erat dengan status ekonomi, elemen-elemen biologis dan ciri-ciri
demografis. Kebijaksanaan yang di tempuh untuk mengendalikan pertumbuhan
yaitu dengan program Keluarga Berencana (KB), pendidikan kependudukan,
motivasi keluarga kecil melalui kegiatan pemberian penyuluhan dan tunjangan
terbatas serta menunjang harapan hidup yang lebih nyata. Keikutsertaan dalam
Keluarga Berencana (KB) dapat dikaji melalui kontes pengetahuan, sikap, minat
dan perilaku masyarakat dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB)
(Syarief, 1990).
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu cara untuk mencegah
kehamilan dan menjarakkan kelahiran adalah dengan memanfaatkan gejala
mengetahui bahwa : sebagian besar waktu perempuan adalah tidak subur (masa
subur dan tidak subur) dalam siklus wanita. Selanjutnya pengertian program KB
adalah suatu kelangsungan hidup keluarga yang didasarkan atas rencana suami
istri yang bersangkutan dengan memperhatikan beberapa faktor yaitu : fisik,
mental, sosial, spiritual untuk mencapai kesejahteraan ibu dan anak serta
5
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran dan atau
kelahiran yang hubungan dengan ibu menentukan jumlah anak dalam keluarga
melalui penggunaan alat kontrasepsi atau dengan cara KB apapun yang
diperkenankan dengan sangat memperhatikan kesehatan ibu karena kesehatan ibu
merupakan kunci keberhasilan terhadap cara kontrasepsi yang digunakan serta
keberhasilan pembangunan itu sendiri (Anonimous , 1993).
Partisipasi adalah setiap proses identifikasi atau menjadi peserta proses
komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu atau dalam
arti mengambil bagian (Soekanto ,1981). Kumpulan manusia yang sangat bergaul
atau saling berinteraksi satu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana
melalui apa warga-warganya saling berinteraksi. Masyarakat pada hakekatnya
tidak terlepas dari pola budaya yang mewarnai, sehubungan dengan itu maka
masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan. Keluarga Berencana (KB) adalah suatu usaha untuk
mensejahterakan keluarga dengan menunda usia perkawinan, menjarangkan
kelahiran anak dengan bantuan alat kontrasepsi atau dengan cara-cara lain. KB
mandiri adalah pelayanan KB baik dalam penerangan motivasi maupun
pelayanan kontrasepsi dari masyarakat (Koenjaraningrat, 1986).
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliknya dengan
belajar. mengemukakan bahwa kebudayaaan adalah keseluruhan yang
didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh
manusia sebagai anggotanya. Kebudayaan merupakan semua yang dapat di
pelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat kebudayaan terdiri dari segala
sesuatu yang di pelajari dari pola-pola perilaku yang normatif artinya mencakup
segala cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak. Tylor dalam
Soekanto (1990)
6
Aspek aktivitas manusia di permukaan bumi termasuk didalamnya
adalah aspek kependudukan yang meningkatkan adanya keluarga bahagia dan
sejahtera. Keluarga Berencana yang digiatkan oleh pemerintah Indonesia adalah
merupakan salah satu cara yang di tempuh untuk mencapai keluarga bahagia dan
sejahtera. Oleh karena kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga akan merupakan
dasar bagi kesejahteraan dan kemakmuran Negara. Keluarga batih yang
berintikan ayah, ibu dan anak-anak merupakan unsur penting dalam pembinaan
keluarga bahagia dan sejahtera. Oleh karena itu jumlah anak yang banyak dengan
kemampuan ekonomi yang terbatas sangat menghambat tercapainya keluarga
sejahtera dan bahagia. Tidak saja anak yang banyak, tidak terjamin hidup
ekonominya secara baik. Juga pembinaan dan kesehatan ibu dan anak-anak
terganggu. Tetapi pada kenyataannya tersirat dalam adat di anggap bahwa
“Banyak anak banyak rejeki “.
Menurut Effendi (1989) pendidikan kesehatan merupakan salah satu
kompetensi yang di tuntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu
peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan,
baik itu terhadap indivdu, keluaga, kelompok maupun masyarakat.
Memang di kalangan suku-suku bangsa anak di NTT secara tradisional
mengenal pula sistem pembatasan dan penjarangan kelahiran dengan ramuan
tradisional. Namun cara yang dikenal tersebut tidak dipergunakan secara umum
hanya pada kasus-kasus tertentu secara adat dianggap perlu di pergunakan
program KB belum hidup di kalangan suku-suku bangsa yang ada. Namun
demikian dengan dikenalnya sistem penjarangan kelahiran secara tradisional
merupakan suatu modal yang sangat penting. Artinya apabila program KB nanti
dilaksanakan secara resmi di NTT, NTT secara formal belum termasuk dalam
program kerja KB nasional yang walaupun di beberapa kota telah ada klinik-
klinik KB yang mulai dirintis melalui program Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI).
7
Keluarga Berencana (KB) memiliki nilai-nilai yang sangat tinggi dan
luhur karena tidak hanya terbatas pada pembatasan jumlah kelahiran melainkan
meliputi seluruh aspek kehidupan keluarga dan masyarakat. Hal ini ditegaskan
dalam UU No.10 tahun 1992 ayat 6 bahwa KB merupakan upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga untuk mewujudkan
keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Keluarga kecil merupakan norma yang baik, keluarga menurut
pendekatan ini adalah : bapak, ibu dan jumlah anak sedikit yang para anggotanya
merupakan unit-unit yang bebas berinteraksi satu sama lain. Struktur jumlah
keluarga inti merupakan basis yang menopang fungsi suatu masyarakat dalam
mengambil kebijakan yang mudah demi kesejahteraan keluarga. Untuk itu perlu
ditingkatkan peran serta masyarakat terutama melalui institusi masyarakat. Peran
serta masyarakat dalam gerakan KB nasional perlu ditingkatkan atas dasar
kesadaran dan rasa tanggung jawab secara sukarela, sehingga pelaksaan dan
pengelolaan gerakan KB nasional berhasil diterapkan di masyarakat dan
berlangsung secara mandiri. (Liliweri, 1994)
Pembangunan KB mandiri menuju keluarga sejahtera adalah suatu
gagasan atau konsep untuk membangun dan menata jaringan KB di tingkat desa
dengan mendayagunanakan seluruh potensi yang ada pada masyarakat setempat
sehingga potensi yang ada dapat memberikan pelayanan KB yang berlangsung
secara terus menerus. Kegiatan dalam pengembangan KB mandiri menuju
keluarga sejahtera pada dasarnya adalah semua kegiatan baik secara langsung
dalam menumbuhkan dan membina serta mengembangkan institusi masyarakat
dalam mengelola gerakan KB nasional dan pembangunan keluarga sejahtera baik
masyarakat sebagai penerima pelayanan maupun institusi masyarakat sebagai
pengelola gerakan KB nasional.
8
2.2 Landasan Teori
Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka, maka yang menjadi
landasan teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hubungan antara pendidikan terhadap Partisipasi Pasangan Usia Subur
(PUS).
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting sebab
melalui pendidikan bisa timbul perubahan, pembaharuan baik, dalam
masyarakat secara luas maupun bagi orang yang bersangkutan.
Pendidikan akan berpengaruh terhadap beberapa aspek penghidupan
lainnya : umur kawin yang pada gilirannya berpengaruh pada penerimaan
ide keluarga berencana, dalam masyarakat penduduk. Seseorang
diharapkan dapat merubah cara hidup, sikap dan tingkah lakunya,
demikian pula perubahan perilaku akseptor keluarga berencana dimana
sikap akseptor akan mudah pula menerima ide dan perubahan terutama
pengetahuan tentang Keluarga Berencana. Peningkatan dibidang
pendidikan akan berdampak pada pembatasan jumlah anak yang
dilahirkan, terutama disebabkan meningkatnya kesadaran dan tanggung
jawab dalam hidup berumah tangga. Supratinah dan Suradji (1979).
Masyarakat pada dasarnya adalah salah satu kumpulan yang dapat
menentukan berhasil atau tidak berhasilnya kegiatan Partisipasi Pasangan
Usia Subur (PUS) suatu daerah, oleh karena itu partisipasi aktif dari
masyarakat sangat dibutuhkan. Partisipasi masyarakat dalam berbagai
kegiatan khususnya kegiatan partisipasi pasangan usia subur suatu daerah
berbeda dan tergantung sejauh mana pengetahuan serta pemahaman
tentang tujuan dan manfaat dari program Keluarga Berencana (KB),
dimana pemahaman seseorang juga tergantung dari pendidikan yang
dicapai. Seseorang yang pendidikannya tinggi dengan mudah memahami
tujuan dan manfaat dari pada setiap kegiatan, sehingga akan berpengaruh
pada partisipasinya dalam mengikuti program Keluarga Berencana (KB).
9
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula
partisipasinya.
2. Hubungan antara keadaan sosial terhadap Partisipasi Pasangan Usia
Subur (PUS).
Keluarga Berencana (family planning, planned parenthood) :
Suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Yeti anggraini dan Martini
(2012).
Keadaan sosial merupakan pengaruh yang sangat kuat dan besar
sehingga menimbulkan akibat mengenai masyarakat yang peduli terhadap
kepentingan umum. Keikutsertaan Pasangan Usia Subur adalah keadaan
atau sifat Pasangan Usia Subur yang responsif terhadap suatu program
yang dapat membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Keputusan mengikuti program KB adalah sikap suami istri Pasangan Usia
Subur dan kedua belah pihak orang tua mereka dalam menentukan atau
mengambil keputusan untuk mengikuti program KB berdasarkan
pertimbangan tertentu.
3. Hubungan antara budaya terhadap Partisipasi Pasangan Usia Subur
(PUS).
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
miliknya dengan belajar. mengemukakan bahwa kebudayaaan adalah
keseluruhan yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang
lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggotanya.
Kebudayaan merupakan semua yang dapat di pelajari oleh manusia
sebagai anggota masyarakat kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
di pelajari dari pola-pola perilaku yang normatif artinya mencakup segala
10
Program KB
MasyarakatPUS
cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak. Tylor dalam
Soekanto (1990)
Faktor sosial, budaya dan tradisi mengakibatkan masalah yang
dihadapi dalam menerima program Keluarga Berencana. Oleh karena itu,
diupayakan agar KB diketahui, di mengerti dan di hargai. Dari proses ini
di harapkan terjadinya perubahan tingkah laku masyarakat dalam
menerima program KB menjadi suatu kebutuhan hidup. Melihat begitu
besarnya nilai KB karena melalui program ini dapat mensejahterakan
kehidupan rumah tangga namun pada kenyataan yang terjadi seperti
dalam anggapan adat mengatakan bahwa banyak anak banyak rejeki,
banyak anak dapat menambah pendapatan rumah tangga, ini adalah suatu
kebisaan yang terjadi pada masyarakat Desa Weulun.
1.4 Kerangka Berpikir
Partisipasi masyarakat Pasangan Usia Subur( PUS) dalam mengikuti
program KB di desa sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
pendidikan, sosial, tradisi. Dengan demikian kerangka berpikir dalam penelitian
ini dapat di tunjukkan pada skema berikut ini.
11
Faktor sosialPartisipasi PUS dalam
KB
Ikut
Tidak ikut
Faktor pendidikan
Faktor budaya
Keterangan :
Program KB merupakan suatu inovasi pembangunan dalam bidang
kependudukan khususnya dan bidang sosial umumnya. Inovasi ini di
introvensikan kepada masyarakat khususnya Pasangan Usia Subur (PUS)
memiliki kondisi sosial dan budaya yang bervariasi. Perbedaan kondisi sosial,
dan budaya ini mempengaruhi pola pikir masyarakat (PUS) dalam mengadopsi
atau berpartisipasi dalam program KB. Dengan demikian ada anggota
masyarakat (PUS) yang berpartisipasi (ikut) dan ada yang tidak berpartisipasi
(tidak ikut) dalam program KB.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah , tinjauan pustaka dan landasan teori
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah tidak keikutsertaan PUS dalam
program KB dipengaruhi oleh faktor pendidikan, sosial, dan budaya masyarakat
dijabarkan menjadi beberapa hipotesis kerja yaitu :
1. Ada hubungan antara faktor pendidkan dengan partisipasi PUS dalam KB
2. Ada hubungan antara faktor sosial dengan PUS dalam KB
3. Ada hubungan antara faktor budaya dengan PUS dalam KB
12
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Weulun Kecamatan Wewiku
Kabupaten Belu. Dengan menggunakan metode survey. Pemilihan lokasi ini
didasarkan pada kenyataaan bahwa di desa Weulun sebagian besar masyarakat
yang belum mengikuti PUS dalam program KB di pengaruhi oleh faktor
pendidika, sosial, dan budaya.
3.2 Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua PUS yang
belum mengikuti pelaksanaan program KB yang berumur 20-49 tahun yang
sudah menikah. PUS dalam penelitian ini sebanyak 169 responden.
3.3 Sampel penelitian
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara acak random
sampling. Menurut sifat populasinya tersebut yang ada pada 4 dusun ,
selanjutnya untuk memperoleh satuan sampel digunakan metode pendugaan
populasi menurut Yamane (dalam Rahmat , 1989) dengan rumus sebagai berikut
N= N
N (d2 )+1
Dimana : n= besar sampel
N= banyaknya populasi
d²= presensi yang diambil dalam penelitian ini adalah 10%
dalam penelitian ini N=169 PUS
d=0,1
Dari jumlah populasi yang berjumlah 169 PUS maka dipilih menjadi sampel
penelitian ini adalah dengan perhitungan sebagai berikut :
n= N
N ( d2)+1
13
n=169
169 (0,12)+1
n=169169 (0 , 01 )+1
n=1691 , 69+1
n=1692 , 69
n=62,82 atau 63
Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 63 Pasangan Usia Subur
berhubungan dengan sampel tersebar pada dusun di desa Weulun maka besar
sampel per dusun ditarik secara proporsional dengan menggunakan rumus :
n (dusun )=n (dusun)×n (total )n (total )
dimana n(dusun) = besar sampel dusun
N(dusun) =populasi dusun
n(total) = jumlah populasi
N(total) = besar sampel seluruhnya
Selanjutnya untuk memperoleh besar sampel pada dusun I,II,III,IV dapat
ditentukan secara proporsional seperti yang disajikan pada matriks sebagai
berikut :
No Dusun Yang ikut KB Yang tidak ikut
KB
Populasi Sampel
1
2
3
4
Wesukabi
Laenkalete
k
Umafeto ra
Umarawan
65
62
67
55
47
30
50
42
69
43
30
27
26
16
11
10
14
Jumlah 249 169 169 63
3.4 Operasional variabel
1. Faktor pendidikan sangat penting maka Sikap dan pelayanan petugas
berencana yaitu tingkah laku emosional yang ditampilkan pelayanan atau
petugas KB serta cara-cara pelayanan yang sesuai dengan prosedur dan
secara klinik oleh petugas KB pada ibu rumah tangga berusia subur yang
telah mengikuti program KB.
2. Faktor sosial adalah tingkat pengetahuan tentang KB oleh seorang ibu
rumah tangga :
a. Hakekat program manfaat ber KB oleh seorang ibu rumah tangga
b. Komunikasi dengan petugas penyuluhan tentang program KB
c. Komunikasi dengan sesama PUS yang tidak ikut dalam program
KB.
3. Faktor budaya adalah unsur-unsur yang di anut oleh masyarakat tertentu
untuk menerima status perubahan.
a. Sistem kekerabatan dalam masyarakat desa Weulun sistem
kekerabatan yang dianut oleh masyarakat, apakah patrilineal atau
matrilineal.
b. Status perempuan dalam kaitan dengan anak, yaitu perempuan yan
tidak memiliki anak atau seorang perempuan yang memiliki anak
mempunyai status sosial tertentu dan dihargai keluarga dan
sebaliknya.
c. Jumlah anak yang diinginkan oleh masyarakat banyak anak berguna
untuk membantu orang tua dalam usaha tani banyak anak sangat
bermanfaat untuk pembesar pendapatan rumah tangga banyak anak
banyak rejeki.
15
3.5 Sumber data
Data yang di kumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif yang bersumber dari data primer dan data sekunder.
a. Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari responden dengan
menggunakan kuesioner
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen atau catatan
yang tersedia dari instansi pemerintah desa, kecamatan, kabupaten dan
kantor BKKBN yang berhungan dengan obyek penelitian.
3.6 Teknik pengumpulan data
a. Teknik wawancara dilakukan dengan mewawancarai responden secara
langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan
sebelumnya.
b. Studi pustaka yaitu penelitian mempelajari buku-buku serta tulisan ilmiah
lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
c. Mengadakan pengamatan langsung oleh penelitian sekaligus
membandingkan data dengan keadaan yang ada.
3.7 Teknik analisis data
Dalam penelitian ini data penelitian yang telah di kumpulkan, di analisis
secara deskriptif kualitatif. Analisis ini digunakan karena beberapa
pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan ganda : kedua, metode ini menyajikan secara
langsung hakekat pembangunan antara peneliti dengan responden: ketiga,
metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri pengaruh bersama-
sama dari pola-pola nilai yang dihadapi, Surya Brata(1983).
Pertimbangan pokok penggunaan analisis deskriptif kualitatif penelitian
ini adalah penyesuaian penajaman faktor-faktor pengaruh dalam penelitian
dengan permasalahan penelitian yang tidak memiliki pola nilai atau konsep
16
yang bervariasi. Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum ikut dalam
program KB, permasalahan ini hanya merupakan sebuah konsep bukan
merupakan variable.
DAFTAR PUSTAKA
Acok ,1987, Teknik Pengumpulan Skala Pengukuran, Yogyakarta : pusat
penelitian UGM
Anonymous, 1993, Pedoman Institusi Masyarakat Dalam Program KB
nasional, Jakarta.
Azwar, Saefudin, 1988, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta:
Liberty.
Bintarto , 1983 , Kebijakan Kependudukan Dan Ketenagakerjaan Di Indonesia,
Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
BKKBN , 1997 ,Dua Dasawarsa KB Nasional , Jakarta
BKKBN,2002 , Operasionalisasi Program dan Kegiatan Strategis Peningkatan
Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi,Jakarta .
Dana J, Bogue , 1998 , Tentang Komunikasi Dalam KB
Depsos RI Muhajir , 1993 , Pedoman Instansi Masyarakat Dalam Program KB
Nasional ,Jakarta
Koenjaraningrat , 1986 , Manusia Dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta :
jamatan.
17
Liliweri , Alo , 1981 ,Komunikasi Mengatasi Konflik Dalam Keluarga , makalah
seminar NKKBS , UMK Kupang.
Malena , Delsi ,1998 , Keluarga Berencana Oleh PUS Di Kelurahan Kalabahi
Kabupaten Dati II Alor , Skripsi Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan PIPS FKIP Undana , tidak diterbitkan.
Muhajir , 1991 , Peran Wanita Dalam Pembangunan Indonesia , Jakarta
Notoatmojo, 2000, Soekidjo, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan, Jakarta : Andi Offset.
Notoatmojo, Soekidjo,2007 , Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Jakarta :
Rineka Cipta.
Soekanto , 1981, Sosiologi Suatu Pengantar , Jakarta.
Supratinah dan Suradji, 1979, Pendidikan dan Masalah KB di Indonesia,
Jakarta : Arieslima.
Tim dosen IKIP Malang UU RI No 10 Tahun 1992 , Tentang Perkembangan
Penduduk Dan Perkembangan Keluarga Sejahtera , Jakarta.
Yetti Anggraini, Martini, 2012, Pelayanan Keluarga Berencana Yogyakarta :
Rohima Press.
18
USULAN PROPOSAL UNTUK SKRIPSI
PARTISIPASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM MENGIKUTI
PROGRAM KB DI DESA WEULUN KECAMATAN WEWIKU
KABUPATEN BELU
OLEH
RA TNA TIUMLAFU 0801100542
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
19
2012
20