proposal terapi aktivitas kelompok orientasi realita halusinasi

20
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA HALUSINASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya. Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Therapy Aktivitas Kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti therapy ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain. 1.2 Tujuan · Mengenal Halusinasi · Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik · Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan · Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-Cakap

Upload: kadek-eddy-kurniawan

Post on 06-Aug-2015

575 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA HALUSINASI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan

persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik

diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga

semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.

Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Therapy Aktivitas Kelompok (TAK)

klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan

sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti therapy ini adalah klien yang sudah mampu

mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak

mengganggu anggota kelompok yang lain.

1.2  Tujuan

·         Mengenal Halusinasi

·         Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik

·         Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan

·         Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-Cakap

·         Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat

BAB II

Page 2: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

PEMBAHASAN

2.1 Topik

            Mengenal Halusinasi

2.2   Tujuan

·         Umum

Klien mampu melakukan TAK persepsi sensori

·         Khusus

Ø  Klien dapat mengenal halusinasi

Ø  Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi

Ø  Klien mengenal situasi terjadiinya halusinasi

Ø  Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi

2.3 Peran Perawat

·         Leader

Ø Menyusun rencana terapi aktivitas kelompok

Ø Mengarahkan kelompok sesuai tujuan

Ø Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok dengan tertib

Ø Memotivasi anggota untuk aktif selama kegiatan terapi aktivitas kelompok

Ø Menetralisir masalah yang mungkn timbul pada saat pelaksanaan

·         Co-leader

Ø Membantu leader mengoraganisasikan kelompok

Ø Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader atau sebaliknya

Ø Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang

·         Fasilitator

Ø Memfasilitasi media dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok

Ø Mengatur jalannya aktivitas kelompok

Ø Membantu kelompok berperan aktif

Ø Berperan sebagai role model bagi klien selama proses aktivitas kelompok

Page 3: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

Ø Mengantisipasi masalah yang akan terjadi

·         Observer

Ø Mengobservasi respon klien

Ø Mencatat perilaku klien selama dinamika kelompok

Ø Mencatat semua proses yang terjadi dan melaporkannya

2.4 Landasan Teori

a. Defenisi Halusinasi

Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang

(stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing, 1987).

b. Klasifikasi Halusinasi

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu,

diantaranya :

1)      Halusinasi pendengaran

Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien

mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan

memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

2)      Halusinasi penglihatan

Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran

geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa

menyenangkan atau menakutkan.

3)      Halusinasi penghidu

Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah,

urine atau feses. Kadang–kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke,

tumor, kejang dan dementia.

4)      Halusinasi peraba

Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.

Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

5)      Halusinasi pengecap

Page 4: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.

6)      Halusinasi sinestetik

Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau

arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

c. Tahapan Halusinasi, Karakteristik Dan Perilaku Yang Ditampilkan

 TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN

Tahap I

·       Memberi rasa nyaman

tingkat ansietas sedang

secara umum, halusinasi

merupakan suatu

kesenangan

·       Mengalami ansietas, kesepian,

rasa dan ketakutan.

·       Mencoba berfokus pada pikiran

yang dapat menghilangkan ansietas

·       Fikiran dan pengalaman sensori

masih ada dalam kontol kesadaran,

nonpsikotik.

         Tersenyum, tertawa

sendiri

         Menggekan bibir tanpa

suaraPergerakkan mata

         yang cepat

         Respon verbal yang

lambat

         Diam dan berkonsentrasi

Tahap II

·      Menyalahkan

·      Tingkat kecemasan

berat secara umum

halusinasi menyebabkan

perasaan antipati

·       Pengalaman sensori menakutkan

·       Merasa dilecehkan oleh

pengalaman sensori tersebut

·       Mulai merasa kehilangan kontrol

·       Menarik diri dari orang lain non

psikotik.

         Terjadi peningkatan

denyut jantung, pernafasan

dan tekanan darah

         Perhatian dengan

lingkungan berkurang

         Konsentrasi terhadap

pengalaman sensori kerja

         Kehilangan kemampuan

membedakan halusinasi

Page 5: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

dengan realitas

Tahap III

         Mengontrol

         Tingkat kecemasan

berat

         Pengalaman

halusinasi tidak dapat

ditolak lagi

          Klien menyerah dan menerima

pengalaman sensori (halusinasi).

          Isi halusinasi menjadi atraktif.

          Kesepian bila pengalaman

sensori berakhir psikotik.

         Perintah halusinasi

ditaati.

         Sulit berhubungan

dengan orang lain.

         Perhatian terhadap

lingkungan berkurang

hanya beberapa detik.

         Tidak mampu mengikuti

perintah dari perawat,

tremor dan berkeringat

Tahap IV

         Klien sudah dikuasai

oleh Halusinasi.

         Klien panik.

         Pengalaman sensori mungkin

menakutkan jika individu tidak

mengikuti perintah halusinasi, bisa

berlangsung dalam beberapa jam

atau hari apabila tidak ada

intervensi terapeutik.

         Perilaku panik.

         Resiko tinggi

mencederai.

         Agitasi atau kataton.

         Tidak mampu berespon

terhadap lingkungan.

d. Hubungan Schizoprenia dengan Halusinasi

Page 6: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi

pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara–suara

bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata–kata yang tersusun dalam bentuk

kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu

seperti: bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan.

Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan

penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran

merupakan suatu tanda mayor dari gangguan schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor

untuk metankolia involusi, psikosa mania depresif dan syndroma otak organik.

Gangguan persepsi yang utama pada skizoprenia adalah halusinasi, sehingga halusinasi

menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh kecemasan, halusinasi menghasilkan

tingkah laku yang tertentu, gangguan harga diri, kritis diri, atau mengingkari rangsangan

terhadap kenyataan.

Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara – suara biasanya

berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini menghasilkan tindakan/perilaku pada

klien seperti yang telah diuraikan tersebut di atas (tingkat halusinasi, karakteristik dan perilaku

yang dapat diamati)

Page 7: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

BAB III

ISI

3.1 Persiapan

1. Kriteria Peserta Kelompok

a)      Klien yang mengalami halusinasi

b)      Klien halusinasi yang sudah terkontrol

c)      Klien yang dapat diajak kerjasama

d)     Klien dapat mengidentifikasi halusinasinya

2. Proses Seleksi

a)      Berdasarkan observasi dan wawancara

b)      Menindak lanjuti asuhan keperawatan

c)      Informasi dan keterangan dari klien sendiri dan perawatan

d)     Penyelesian masalah berdasarkan masalah keperawatan

e)      Klien cukup kooperatif dan dapat memahami pertanyaan yang diberikan

f)       Mengadakan kontrak dengan klien

3. Jumlah Anggota dan Nama Anggota

     Anggota 6 orang

1.     Tn. Brian Ananda Dwi Saputra

2.      Tn. Romdoni

3.      Ny. Susanti

4.      Ny. Eka Purwaningsih

5.      Ny. Ayu Wiharti

6.      Tn. M.Saiful bakhri

Page 8: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

4. Media dan Alat yang digunakan

a)         Spidol

b)        Papan tulis/ whiteboard/flipchart

5. Gambaran Struktur Kelompok

CL

 

L

 

     

 

O

 

CL

 

Keterangan :            : Leader                       : Klien                         : fasilitator

F1

 

F2

 

O

 

L

 

F

 

Page 9: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

: Co.Leader                 : Observer       

6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

·      Hari /Tanggal       : Kamis, 29 November 2012

·      Tempat                 : Di Ruang Pasien

·      Waktu                  : 09.00- selesai

7. Tata Tertib dan Metode TAK

Metode

·      Dinamika kelompok.

·      Diskusi Tanya jawab.

·      Role Play/bermain peran/simulasi.

Tata Tertib

·      Apabila ada klien yang ingin meninggalkan kelompok , harus minta izin dengan para terapis.

·      Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

8.    Program Antisipasi

Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas

·         Memanggil klien.

·         Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien lain.

Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin

·         Panggil nama klien.

·         Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan.

Bila klien lain ingin ikut

·         Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang telah dipilih.

·         Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti oleh klien tersebut.

·         Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi pesan pada kegiatan

ini.

Page 10: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

3.2 Pelaksanaan

1.      Orientasi

a.       Salam terapeutik

·         Salam dari terapis kepada klien

·         Perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama )

·         Menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama ).

b.      Evaluasi/validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

c.       Kontrak

·         Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal suara-suara

yang didengar.

·         Terapis menjelaskan aturan main, yaitu :

1)      Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis

2)      Lama kegiatan 45 menit

3)      Setiap klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

2.      Tahap kerja

a.       Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-suara yang didengar

(halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat

terjadi

b.      Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang membuat

terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Mulai dari klien yang sebelah kanan, secara

berurutan sampai semua klien mendapat giliran. Hasilnya tulis di whiteboard.

c.       Beri pujian kepada klien yang melakukan dengan baik.

d.      Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara yang biasa didengar.

3.      Fase terminasi

a.       Evaluasi

·         Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

·         Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok TAK

b.      Tindak lanjut

Page 11: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

·         Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaannya jika terjadi

halusinasi kepada perawat jaga.

c.       Kontrak yang akan datang

·         Terapis membuat ke5sepakatan dengan klien untuk TAK yang berikutnya, yaitu cara

mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

·         Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.

STRATEGI PELAKSANAAN

TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI

SESI 1 : MENGENAL HALUSINASI

PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN ( Strategi Komunikasi )

1.      Fase orientasi

a.       Salam terapeutik

Leader       :  Selamat pagi Bapak dan Ibu semuanya. Perkenalkan nama saya I Wayan

Krisnananda, saya biasa dipanggil Krisna, saya dari STIKES Bina Usada Bali

yang akan memimpin jalannya permainan sampai dengan selesai, dan tak lupa

rekan disamping kiri saya Gusti, berurutan dari Sari, dan disebelah sana Ida Ayu.

b.      Evaluasi / validasi

Leader       :  “Bagaimana perasaan Bapak Ibu pagi ini?

c.     Kontrak

Leader       : “Pagi ini kita akan melakukan suatu kegiatan, tujuannya agar

Bapak/Ibu semuanya dapat mengenal halusinasi

Leader        : “Saya akan menjelaskan peraturan kegiatan hari ini, yaitu :

1.   Apabila Bapak/Ibu ingin meninggalkan kelompok, Bapak/Ibu harus memberi

tahu saya.

Page 12: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

2.      Lamanya kegiatan kita ini adalah 45 menit

3.      Bapak/Ibu harus mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir

2.      Fase kerja

Leader             :“Baiklah Bapak dan Ibu, kegiatan kita ini yaitu untuk mengenal suara-suara yang di dengar

(halusinasi) oleh bapak dan ibu, lalu nanti coba Bapak dan Ibu ceritakan tentang isinya, waktu

terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan Bapak dan Ibu ketika ada suara tersebut”

Leader             : ”Baiklah sekarang kita mulai dari sebelah kanan untuk bercerita dan dan berurutan searah

jarum jam, karena bapak yang paling kanan silahkan bapak pertama menceritakan. Silahkan

Bapak.. bapak boleh memperkenalkan diri dulu. Bapak mendengar apa? Isi suara itu apa?

Waktunya kapan muncul?  Berapa kali pak? Bapak sedang apa saat suara itu muncul? Lalu

bagaimana perasaan Bapak?

Leader             :”Bagus Bapak telah menceritakan halusinasi yang Bapak rasakan, sekarang mari kita

melanjutkan ke giliran berikutnya. (secara bergantian menceritakan halusinasinya). Wah Bapak-

bapak dan Ibu yang ada disini semuanya hebat ya,,sudah dapat menceritakan halusinasi yang

dialami. Mari kita bertepuk tangan bersama semuanya….”.

3.      Fase terminasi

a.       Evaluasi

·         Subjektif  

Leader             : “Bagaimana perasaan Bapak-bapak dan mas setelah mengikuti   TAK hari ini?”.

·         Objektif       

Leader             : “Coba Bapak-bapak dan Ibu sebutkan kembali suara apa saja yang tadi kita dengar? Bagus

sekali Bapak-bapak dan ibu”.

b.      Rencana tindak lanjut

Leader        :“Saya harap Bapak-bapak dan Ibu yang ada disini melatih kemampuan mengartkan suara-suara

yang Bapak dan Ibu dengar serta jika halusinasi Bapak-bapak dan Ibu muncul kembali, Bapak

dan Ibu dapat melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaannya dengan perawat”

c.       Kontrak yang akan datang

Page 13: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

Leader        :“TAK untuk mengenal halusinasi telah selesai, namun masih ada TAK untuk mengajarkan

Bapak-bapak dan Ibu yang ada disini mengenai cara mengontrol halusinasi bapak dan ibu

dengan menghardik.

Leader       :“TAK tersebut akan dilanjutkan oleh teman saya sodara Gusti. Kegiatan TAK tersebut akan

dilakukan besok pukul 08.30 selama 30 menit dan tempat dilakukannya TAK tetap disini ya

Bapak dan Ibu,. Apa Bapak-bapak dan Ibu semua setuju?? Baiklah, selamat siang ,,,”.

                      

BAB IV

PENUTUP

Page 14: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

4.1 Kesimpulan

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untuk

menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang evaluasi adalah kemampuan klien

sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi perepsi halusinasi sesi 1, kemampuan yang

diharapkan adalah mengenal isi hlusinasi, waktu terjadinya halusinasi, situasi terjadinya

halusinasi dan perasaan saat terjadi halusinasi. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 1 : TAK

Stimulasi persepsi : halusinasi

Kemampuan mengenal halusinasi

No Nama Klien Menyebut isi

halusinasi

Menyebut waktu

terjadi halusinasi

Menyebut

situasi terjadi

halusinasi

Menyebut

perasaan saat

halusinasi

1

2

3

4

5

6

7

Petunjuk :

1.      Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

2.      Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi : isi, waktu, situasi, dan

perasaan. Beri tanda ceklist jika klien mampu dan tanda silang jika klien tidak mampu.

4.2 Dokumentasi

Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan

tiap klien. Contoh : klien engikuti TAK stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 1. Klien mampu

menyebut isi halusinasi ( menyuruh memukul ), waktu ( pukul 9 malam ), situasi ( jika sedang

Page 15: Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Halusinasi

sendiri ), perasaan ( kesal dan geram ). Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul

dan menyampaikan kepada perawat.