makalah gangguan orientasi realita klp i

21
BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan. Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik. Dalam makalah ini kami akan membahas gangguan orientasi realita yaitu waham dan halusinasi B. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengertian gangguan orientasi realita. 2. Mengetahui factor penyebab gangguan orientasi realita 3. Mengetahui macam-macam gangguan orientasi realita 4. Mengetahui akibat dari gangguan orientasi realita 5. Mengetahui rentang respon dari klien dengan gangguan orientasi realita 6. Mengetahui epidemiologi dari pasien gangguan orientasi realita

Upload: suhir-nak-poorboys

Post on 02-Jan-2016

309 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

BAB I

PENDAHULUHAN

A. Latar Belakang

Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan

berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan

eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu

memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti

dan mungkin menakutkan.

Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu

fungsi kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan

fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan

kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan

sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu yang tampak dari perilaku

non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan

hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi

otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik.

Dalam makalah ini kami akan membahas gangguan orientasi realita yaitu

waham dan halusinasi

B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian gangguan orientasi realita.

2. Mengetahui factor penyebab gangguan orientasi realita

3. Mengetahui macam-macam gangguan orientasi realita

4. Mengetahui akibat dari gangguan orientasi realita

5. Mengetahui rentang respon dari klien dengan gangguan orientasi realita

6. Mengetahui epidemiologi dari pasien gangguan orientasi realita

Page 2: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Orientasi Realita

Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons

pada realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak

dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons

secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin

menakutkan. Gangguan orientasi realita dibagi menjadi beberapa macam, dan dalam

makalah ini kami akan membahas 2 macam saja, yakni gangguan orientasi realita

Waham dan Halusinasi.

Waham adalah suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan

dengan kenyataan (dunia realitas), serta dibangun atas unsur-unsur yang tak

berdasarkan logika, namun individu tidak mau melepaskan wahamnya walaupun ada

bukti tentang ketidakbenaran atas keyakinan itu. Akan tetapi keyakinan dalam bidang

agama dan budaya tidak dianggap sebagai waham.

Halusinasi adalah persepsi yang kuat atas suatu peristiwa atau objek yang

sebenarnya tidak ada. Halusinasi dapat terjadi pada setiap panca indra (yaitu

penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, atau perabaan). Meskipun halusinasi

adalah bagian dari banyak penyakit, ada juga saat-saat di mana ia dianggap normal

atau umum, misalnya ketika tertidur atau selama pengalaman religius. Halusinasi

dapat terjadi dalam berbagai bentuk yang paralel dengan indra manusia. Halusinasi

visual melibatkan indra penglihatan, atau “melihat sesuatu.” Halusinasi pendengaran

umumnya melibatkan “pendengaran suara”, jenis paling umum dari halusinasi.

Kadang-kadang, halusinasi dapat mencakup pengalaman suara dan visual; profesional

kesehatan mental menggambarkannya sebagai “halusinasi auditori-visual.” Mencium

adanya bau atau merasakan ada sesuatu di kulit seseorang yang sebenarnya tidak ada

adalah bentuk-bentuk halusinasi somatik (berasal dari soma, kata Yunani untuk

tubuh). Perbedaan halusinasi dengan delusi adalah bahwa delusi merupakan

kesalahpahaman atas hal-hal yang secara objektif hadir.

B. Faktor Penyebab Gangguan Orientasi Realita

A.    Waham

Waham merupakan salah satu contoh dari gangguan orientasi realita. Yang

disebabkan oleh perubahan pada fungsi otak terutama fungsi kognitif dan isi pikir

yang meliputi fungsi presepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi social.

Page 3: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

Namun, ada factor predisposisi yang mendukung seseorang menderita gangguan

orientasi realita waham, yakni :         Faktor Biologis

-Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal-Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbic-Gangguan tumbuh kembang-Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur

         Faktor GenetikGangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia

         Faktor Psikologis-Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitive-Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan-Konflik perkawinan-Komunikasi “double bind”

         Sosial budaya-Kemiskinan-Ketidakharmonisan sosial -Stress yang menumpukSelain predisposisi, factor presipitasi yang mencetus seorang klien mengalami gangguan orientasi waham, di antaranya :

         Stressor sosial budayaStres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok.

         Faktor biokimiaPenelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realita

         Faktor psikologiIntensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realita.

B.     Halusinasi

Halusinasi merupakan contoh lain dari gangguan orientasi realita yang kami bahas.

Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami persepsi yang salah

terhadap stimulus. Salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus

eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata bagi

pasien.

Menurut Stuart (2007), factor penyebab terjadinya halusinasi juga dibedakan menjadi

factor predisposisi dan presipitasi.

Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber

yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari

klien maupun keluarganya, factor predisposisi yang dapat membuat seseorang terkena

gangguan orientasi realita halusinasi antara lain :

Page 4: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

         Faktor perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan Interpersonal terganggu

maka individu akan mengalami stres dan kecemasan.         Faktor sosiokultural

Berbagai factor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.

         Faktor biokimiaMempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya stres yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dhasilkan suatu zay yang dapat bersifat halusinogenik neuorokimia seperti buffofenon dan dimitytranferase (DMP)

         Faktor psikologisHubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stres, kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.

         Faktor geneticGen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu diajak komunikasi, objek yang ada dilingkungan suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

C. Macam-macam gangguan orientasi realita

a.       Waham

Menurut  Mayer Gross, waham dibagi 2 macam :

         Waham Primer

Timbul secara tidak logis sama sekali serta tanpa disertai penyebab apapun dari luar.

Misal seseorang merasa istrinya sedang selingkuh sebab ia melihat seekor cicak

berjalan dan berhenti dua kali.

         Waham Sekunder

Biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk

menerangkan gejala-gejala skizofrenia lainnya.

Menurut beberapa referensi yang kami baca ada beberapa jenis waham yakni :

         Waham Kejar

Klien mempunyai keyakinan ada orang atau komplotan yang sedang mengganggunya

atau mengatakan bahwa ia sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya

sedang dibicarakan

         Waham Somatik

Page 5: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

Keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak mungkin benar, umpamanya bahwa

ususnya sudah busuk, otaknya sudah cair, ada seekor kuda didalam perutnya.

         Waham Kebesaran

Klien meyakini bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian atau kekayaan

yang luar biasa, umpamanya ia adalah Ratu Kecantikan, dapat membaca pikiran

orang lain, ataupun mempunyai puluhan rumah atau mobil.

         Waham Agama

Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan secara

berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

         Waham Dosa

Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar, yang tidak dapat

diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu kejadian yang tidak baik,

misalnya kecelakaan keluarga, karena pikirannya yang tidak baik.

         Waham Pengaruh

Yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh

orang lain atau suatu kekuatan yang aneh

         Waham Curiga

Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusah

merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang-ulang

dan tidak sesuai dengan kenyataan

         Waham Nihilistik

Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal yang dinyatakan

secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan

         Delusion of reference

Pikiran yang salah bahwa tingkah laku seseorang ada hubunganya dengan dirinya

b.      Halusinasi

         Halusinasi Pendengaran

Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian dari halusinasi pendengaran:Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara

sederhana sampai suara berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut( kliat, 2006 ).

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan, mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keaadan sadar tanpa adanya rangsangan apapun (maramis, 2005).

Halusinasi pendengaran adalah persepsi sensorik yang keliru melibatkan panca indra pendengaran (isaac,2002).

         Halusinasi Penglihatan

stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar geometric, gambar

karton, dan/atau panorama yang luasdan kompleks. Penglihatan dapat berupa

Page 6: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

sesuatu yang menyenangkan atau yang menakutkan seperti monster. ( Stuart and

Sundeen, Alih bahasaAchir Yani S. Hamid, 1998 : 306 )

         Halusinasi Penciuman

 Halusinasi yang seolah-olah mencium bau busuk, amis atau bau yang menjijikan

(darah,urine,atau feces).

         Halusinasi Pengecap

Halusinasi yang seolah-olah merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan.

         Halusinasi Raba/TaktilHalusinasi yang seolah-olah mengalami sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang

terlihat, merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati, atau orang lain.

D. Akibat gangguan orientasi realita

Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai

dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-

kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang

ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Sedangkan pada pasien dengan gangguan orientasi halusinasi dapat berakibat adalah

kehilangan kontrol dirinya. Dimana pasien mengalami panik dan perilakunya

dikendalikan oleh halusinasinya. Dalam situasi ini pasien dapat melakukan bunuh

diri  (suicide), membunuh orang lain  (homicide), bahkan

merusak lingkungan. Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan, dibutuhkan

penanganan halusinasi yang tepat (Hawari 2009, dikutip dari Chaery 2009).

E. Rentang respon pada klien dengan gangguan orientasi realita

Gangguan isi pikir merupakan ketidakmampuan individu memproses stimulus eksternal

dan internal secara akurat. Gangguannya adalah dapat berupa waham, dan juga dapat

berupa halusinasi. Berikut kami akan memaparkan rentang respon pada klien dengan

gangguan orientasi baik itu waham atau halusinasi.

Adaptif                                                                                        Maladaptif

Pikiran logis                      Proses pikir                              Gangguan proses pikir :

waham

Persepsi akurat                  Kadang ilusi                            PSP : halusinasi

Emosi konsisten                Emosi+/-                                  Kerusakan emosi

Perilaku sesuai                   Perilaku tidak sesuai               Perilaku tidak sesuai

Hubungan sosial                Menarik diri                            Isolasi sosial terorganisir

Page 7: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

F. Epidemiologi

Pasien-pasien (cenderung berusia 40 thn) mungkin tidak dapat dikenali sampai

waham mereka dikenali oleh keluarga dan teman temannya. Ia cenderung mengalami

isolasi baik karena keinginan mereka sendirian atau akibat ketidakramahan mereka

(misalnya pasangan mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan

sosial,biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka. Isi

waham bergantung pula pada latar belakang sosio – kultural dan taraf pendidikan

seseorang. misalnya seorang pasien suku dayak mempunyai waham

kebesaran,tidaklah mungkin pasien itu mengatakan ia adalah sisingamangaraja. Oleh

karena dalam kultur kaya kita tidak dikenal seseorang yang bernama sisingamangaraja

tersebut. Lain halnya kalau pasien tadi telah tinggal lama di daerah tapanuli atau

pasien ini pernah membaca tentang sisingamangaraja. Contoh lainnya yaitu pasien

yang tidak pernah sekolah yang mempunyai waham kebesaran,tidaklah mungkin ia

mengatakan kalau sinar X itu dialah yang menemukan.

Page 8: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

BAB IIIAsuhan Keperawatan

Pada Pasien Dengan Gangguan Orientasi Realita

A. Waham

Dalam bab asuhan keperawatan ini, pertama-tama kami akan mengangkat masalah

keperawatan perubahan proses pikir “Waham”.

Yang meliputi data subjektif berupa klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya

(tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan

tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.sedangkan data objektifnya klien tampak curiga,

panik, bermusuhan, merusak diri sendiri, lingkungan maupun orang lain. Terkadang

terlihat sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan atau realitas serta menunjukan

ekspresi wajah tegang.

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham

2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah

Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1 : Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

         Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.

         Tujuan khusus : klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Rasional : hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan

interaksi.

Tindakan :

         Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan

interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu,

tempat).

         Jangan membantah atau mendukung waham klien. Katakan perawat menerima

keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai dengan ekspresi menerima,

katakana perawat tidak mendukung disertai dengan ekspresi ragu dan empati, serta

tidak membicarakan isi waham klien.

         Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan

menemani klien dan klien berada di tempat yang aman. Gunakan keterbukaan dan

kejujuran serta jangan pernah tinggalkan pasien sendiri.

         Observasi apakah waham yang diderita klien ini mengganggu aktivitas harian dan

perawatan diri.

2.      klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Page 9: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

Rasional : dengan kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat

untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien daripada hanya

memikirkannya.

Tindakan :

         beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

         Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini

realistis.

         Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini

(kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan perawatan diri).

         Jika klien selalu berbicara mengenai wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham

tidak ada, dan perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

3.      klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Rasional : dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat

merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut

sehingga klien merasa aman dan nyaman.

Tindakan 

Observasi kebutuhan klien sehari-hari

Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di

rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah)

Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu

dan tenaga (buat jadwal jika mungkin)

Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.4.      klien dapat berhungan dengan realita.Rasional : menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu benar daripada

apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada.Tindakan :         berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri. Orang lain, tempat dan waktu).         Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.         Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.5.      klien dapat menggunakan obat dengan benar.Rasional : penggunaan obat secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses

penyembuhan.Tindakan :         Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping

minum obat.         Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara

dan waktu).         Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.         Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.6.      klien dapat dukungan dari keluarga.Rasional : dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan membantu proses

penyembuhan klien.

Page 10: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

Tindakan :         Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara

merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.         Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

Diagnosa 2 : perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan proses pikir : waham dan klien akan meningkat harga dirinya.Tujuan khusus :

1.      klien dapat membina hubungan saling percaya.Tindakan :

         Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)

         Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya         Sediakan waktu untuk mendengarkan klien         Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung

jawab serta mampu menolong dirinya sendiri2.      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Tindakan :         Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki         Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian

yang realistis         Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3.      Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.Tindakan :

         Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki         Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

4.      Klien dapat menetapkan atau merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.Tindakan :

         Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan

         Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien         Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5.      Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan.Tindakan :

         Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan         Beri pujian atas keberhasilan klien         Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6.      Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.Tindakan :

         Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.         Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

Page 11: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

         Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.         Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

Evaluasi

1. Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham.2. Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham)

saat ini.3. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham.4. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien.5. Klien menggunakan obat sesuai program.

B. Halusinasi

A. Pengkajian

Sangat penting untuk mengkaji perintah yang diberikan lewat isi halusinasi klien.

Karena mungkin saja klien mendengar perintah menyakiti orang lain, membunuh, atau

loncat jendela. Maka dari itu pengkajian pada klien halusinasi dilakukan dengan cara :

1.      Membina hubungan saling percaya

Tindakan pertama dalam melakukan pengkajian klien dengan halusinasi adalah

membina hubungan saling percaya, sebagai berikut :

         Awali pertemuan dengan selalu mengucapkan salam. Misalnya: Assalamu’alaikum,

selamat pagi/siang atau sesuai dengan konteks agama pasien.

         Berkenalan dengan pasien. Perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan perawat

termasuk peran, jam dinas, ruangan, dan senang dipanggil dengan apa.

         Buat kontrak asuhan. Jelaskan kepada paien tujuan kita merawat klien, aktivitas

apa yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujua itu, kapan aktivitas akan

dilaksanakan, dan berapa lama akan dilaksanakan aktivitas tersebut.

         Bersikap empati yang ditunjukkan dengan: Mendengar keluhan paasien dengan

penuh perhatian; Tidak membantah dan tidak menyokong halusinasi pasien; Segera

menolong pasien jika pasien membutuhkan perawat.’

2.      Mengkaji data objektif dan subjektif

Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan mengobservasi perilaku pasien dan

menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami pasien. Data objektif dikaji perawat

dengan cara mengobservasi perilaku pasien, memeriksa, mengukur, sedangkan data

subjektif didapatkan dengan cara wawancara, curahan hati, ungkapan-ungkapan klien,

apa-apa yang dirasakan dan didengar klien secara subjektif.

3.      Mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi

Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang

dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu

terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.

Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi

Page 12: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya

halusinasi.

4.      Mengkaji respon terhadap halusinasi

Untuk mengetahui dampak halusinasi pada klien dan apa respons klien ketika

halusinasi itu muncul, perawat dapat menanyakan pada klien hal yang dirasakan atau

dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau

orang terdekat dengan klien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi dampak

halusinasi pada klien jika halusinasi timbul. Selain mengkaji mengenai halusinasinya

perawat juga mengkaji factor predisposisi, perilaku, fisik dan status emosi.

B. Diagnosa Keperawatan

1.      Resiko tinggi perilaku kekerasan

2.      Perubahan persepsi sensori halusinasi

3.      Isolasi social

4.      Harga diri rendah kronis

C.       Tindakan Keperawatan

1.      Membantu klien mengenali halusinasi

Perawat mencoba menanyakan pada klien tentang isi halusinasi, waktu terjadi

halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi

muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.

2.      Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara :

         Menghardik halusinasi

Yaitu upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi

yang muncul. Tahapan tindakannya meliputi menjelaskan cara menghardik halusinasi,

memperagakan cara meghardik halusinasi, meminta pasien memperagakan ulang,

memantau penerapan cara ini dengan menguatkan perilaku pasien, bercakap-cakap

dengan orang lain, melakukan aktifitas yang terjadwal, menggunakan obat secara

teratur.

         Melatih bercakap-cakap dengan orang lain

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; focus perhatian

pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan orang lain. Sehingga

salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap

dengan orang lain.

         Melatih klien beraktivitas secara terjadwal

Libatkan klien dalam terapi modalitas, untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi

adalah dengan menyibukan diri dengan membimbing klien membuat jadwal yang

Page 13: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, klien tidak akan mengalami banyak

waktu luang yang seringkali mencetuskan halusinasi. Tahapan intervensinya sebagai

berikut : menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur, mendiskusikan aktivitas yang

teratur, mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien, melatih pasien melakukan

aktivitas, menyusun jadwal aktivitas sehari-hari, memantau pelaksanaan jadwal

kegiatan.

         Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Agar klien mampu mengontrol halusinasi maka perlu dilatih untuk menggunakan obat

secara teratur sesuai program. Klien yang mengalami putus obat seringkali mengalami

kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula

akan lebih sulit.  Tahapan intervensinya sebagai berikut : jelaskan pentingnya

penggunaan obat, jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program, jelaskan

akibat bila putus obat, jelaskan cara mendapat obat, jelaskan cara menggunakan obat

dengan prinsip 6 benar.

         Pemberian psikofarmaterapi

Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala skizofernia biasanya diatas dengan

menggunakan obat-obatan anti psikotik antara lain : haloperidol. Haldol,

serenance, dan chlorpromazine.

         Memantau efek samping obat

Perawat perlu memahami efek samping yang sering ditimbulkan oleh obat-obat

psikotik seperti : mangantuk, tremor, kaku otot, otot bahu tertarik sebelah, hipersalivasi.

Biasanya dokter memberikan obat untuk mengatasinya dengan obat anti parkinsone

yaitu Trihexyphenidile.

         Melibatkan keluarga dalam tindakan

Di antara penyebab kambuh yang paling sering adalah factor keluarga dan klien itu

sendiri. Keluarga adalah support system terdekat. Keluarga yang mendukung klien

secara konsisten akan membuat klien mandiri dan patuh mengikuti pengobatan.

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga, informasi yang

perlu disampaikan kepada keluarga meliputi : pengertian halusinasi, jenis halusinasi

yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, cara

merawat pasien halusinasi, cara berkomunikasi, pengaruh pengobatan dan tata cara

pemberian obat, pemberian aktivitas kepada klien, sumber-sumber pelayanankesehatan

yang bisa dijangkau, pengaruh stigma masyarakat terhadap kesembuhan klien.

BAB VPENUTUP

Page 14: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

a) Kesimpulan

Halusinasi adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa melibatkan

sumber dari luar yang meliputi semua system panca indra. Factor predisposisi penyebab

halusinasi seperti factor perkembangan, sosialcultural, biokimia, psikologis, genetic dan

pola asuh. Sedangkan factor prepitasi dilihat dari perilaku dari segi dimensi fisik,

emosional, intelektual, social dan spiritual. Tipe halusinasi ada beberapa macam yaitu

halusinasi dengar, halusinasi penglihatan, halusinasi penghidu, halusinasi perabaan,

halusinasi pengecapan dan halusinasi kinestik. Sedangkan tahap terjadinya halusinasi

terdiri dari empat fase. Tindakan dalam melakukan pengkajian klien dengan halusinasi

adalah membina hubungan saling percaya, mengkaji data objektif dan subjektif,

mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi dan mengkaji respons

terhadap halusinasi. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien halusinasi seperti

membantu klien mengenali halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik halusinasi, melatih bercakap-cakap, melatih beraktivitas, melatih

menggunakan obat secara teratur dan melibatkan keluarga dalam tindakan.

Sedangkan gangguan waham merupakan salah satu gangguan spesifik pada isi pikiran.

Waham adalah keyakinan palsu yang didasarkan  pada kesimpulan yang salah tentang

kenyataan eksternal yang tidak sejalan denganintelegensia pasien dan latar belakang

kultural yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan. Waham dari seorang pasien

tidak boleh ditentang secara langsung. Waham mungkin merupakan pikiran sebagai

suatu pertahanan dan perlindungan diri pasien untukmelawan kecemasan,penurunan

harga diri,dan kebingungan. Waham mungkin sangat terfiksasi,tetap dan kronis atau

mungkin merupakan subjek pertanyaan dan keraguan dari pasien dan dapat berlangsung

hanya dalam waktu relatif singkat. Pasien mungkin dipengaruhi atau tidak dipengaruhi

oleh keyakinan waham dan mungkin mampu mengenali efeknya.

Waham serta sebagian besar gejala psikatri ini terjadi dalam spektrum dari berat sampai

ringan dan harus diperiksa tentang derajat beratnya terfiksasinya,kerumitannya, kekuatan

untuk mempengaruhi tindakan pasien dan penyimpangannya dari perilaku normal.

Gangguan waham ditandai keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan

dalam kenyataan

b) Saran

Page 15: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

Sebagai mahasiswa keperawatan, suatu saat nanti mungkin kita akan dihadapkan pada

pasien jiwa dengan gangguan orientasi realita, entah itu waham ataupun halusinasi. Pada

pasien waham kita diharapkan untuk bisa menyadarkan dan membawa keyakinan klien

kita ke realita tanpa membuat klien tersebut merasa digurui. Kita dianjurkan untuk tidak

membenarkan waham klien tapi kita mengajak klien untuk berfikir sesuai dengan logika.

Sedangkan untuk klien dengan gangguan orientasi realita berupa halusinasi, kita

diharapkan mampu membantu klien mengatasi halusinasi yang sering dialaminya, dan

ada beberapa metode pengobatan yang dapat dipraktekan seperti yang sudah dibahas di

atas. Akan tetapi, salah satu kunci agar kita bisa sukses dalam membantu klien dengan

masalah kejiwaan adalah adanya rasa percaya yang harus ada antara pasien dengan

perawat, dan rasa percaya tersebut timbul melalui komunikasi terapeutik yang dilakukan

perawat. Jika rasa percaya sudah timbul antara pasien dan perawar, maka rencana

keperawatan akan dapat dilakukan secara lebih optimal lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Makalah Gangguan Orientasi Realita Klp I

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

 Depkes, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia

III.1995.Jakarta; depkes