proposal tak perilaku kekerasan ya

Upload: ermawati-rohana

Post on 08-Mar-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nmk

TRANSCRIPT

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. LATAR BELAKANGSeiring dengan peradaban manusia, masalah-masalah kehidupan semakin komplek pula, masalah tersebut bisa berasal dari diri manusia sendiri maupun dari faktor luar. Manusia dapat mengalami perubahan bahkan gangguan pada fisik maupun mental akibat kemunculan masalah tersebut. Gangguan fisik mungkin sudah umum terjadi dan sarana penunjangnya juga telah banyak tersedia di berbagai tempat, sedangkan gangguan mental lebih sering dianggap tidak perlu dirawat di pelayanan kesehatan dengan alasan keterbatasan pengetahuan, sarana dan dana. Stressor atau tekanan, kecemasan, perasaan jengkel harus dihadapi oleh seseorang, tekanan dapat menimbulkan kecemasan, menimbulkan perasaan tidaknyaman, perasaan ini bisa diungkapkan baik secara adaptif (konstruktif) atau maladaptif (destruktif). Selama klien dalam kondisi stres perilaku kekerasan bisa terjadi karena klien dengan masalah utama perilaku kekerasan sebenarnya berada dalam rentang pasif, asertif, dan agresif sehingga perlu pengelolaan untuk klien dengan perilaku kekerasan dimana perawat harus mampu mengkaji klien dengan risiko perilaku kekerasan ini. Pada klien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung.

Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.Strategi penanganan pada setiap korban kekerasan akan berbeda berdasarkan tempat terjadinya kekerasan tersebut, misalkan strategi penanganan kekerasan dalam rumah tangga, akan berbeda dengan strategi penanganan terhadap kekerasan di sekolah atau di lingkungan kerja. Masyarakat juga perlu mengetahui adanya strategi penanganan secara psikologis untuk membantu korban kekerasan, yang dikenal sebagai psikoterapi. Pendekatan psikoterapi ini secara tidak langsung telah digunakan oleh para akademisi, praktisi dan masyarakat luas untuk membantu individu yang bermasalah dalam kehidupannya, termasuk terhadap korban kekerasan.

Terapi kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/petugas kesehatan yang telah dilatih.

Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan sejumlah pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok yaitu agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga pasien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain. Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) pasien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah pasien yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK pasien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.B. TUJUAN1. Tujuan Umum

Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan2. Tujuan Khusus

a. Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukanb. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisikc. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara sosiald. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan spirituale. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obatC. ISI (PERILAKU KEKERASAN)

1. Defenisi

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seorang individu mengalami perilaku-perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri dan orang lain.

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. 2. Rentang Respon Marah

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri / respon melawan dan menantang. Respon melawan dan menentang merupakan respon yang mal adaptif yaitu agresif kekerasan. Perilaku yang ditampakkan di mulai dari yang rencah sampai tinggi yaitu :

a. Agresif : Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati ornag lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.

b. Kekerasan:Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menukutkan, memberi kata-kata mengancam, melukai, disertai melukai tingkat ringan dan paling berat adalah melukai / merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

Tabel. Perbandingan antara perilaku asertif, pasif dan agresif/kekerasan

Pasif Asertif Agresif

Isi PembicaraanNegatif dan merendahkan diri, contohnya perkataan:

Dapatkah saya?

Dapatkah kamu?Positif dan menawarkan diri, contohnya perkataan:

Saya dapat

Saya akanMenyombongkan diri, merendahkan orang lain, contoh perkataan:

Kamu selalu

Kamu tidak pernah

Tekanan suaraCepat lambat, mengeluhSedang Keras dan ngotot

Posisi badanMenundukkan kepalaTegap dan santaiKaku, condong ke depan

JarakMenjaga jarak dengan sikap acuh/mengabaikanMempertahankan jarak yang amanSiap dengan jarak akan menyerang orang lain

Penampilan Loyo, tidak dapat tenangSikap tenangMengancam, posisi menyerang

Kontak mataSedikit/sama sekali tidakMempertahankan kontak mata sesuai dengan hubunganMata melotot dan dipertahankan

3. Penyebab

a. Faktor Predisposisi

1) Psikologis

Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif / amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, di hina, dianiaya atau saksi penganiayaan.

2) Perilaku

Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah / diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

3) Sosial Budaya

Budaya tertutup dan membalas secara diam (positif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan di terima. 4) Bio Neurologis

Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbic lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadi perilaku kekerasan.

b. Faktor Presipitasi

1) Klien

Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan

2) Lingkungan

Situasi yang ribut, padat

3) Orang lain

Kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan, interaksi sosial propokatif, konflik. 4. Tanda dan Gejala

a. Fisik

1) Mata melotot/pandangan tajam

2) Tangan mengepal

3) Rahang mengatup

4) Wajah memerah

5) Postur tubuh kaku

b. Verbal

1) Mengancam

2) Mengunpat dengan kata-kata kotor

3) Suara keras

4) Bicara kasar, ketus

c. Perilaku

1) Menyerang orang

2) Melukai diri sendiri/orang lain

3) Merusak lingkungan

4) Amuk/agresif

5. Perilaku marahPerilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresib. Menyatakan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri pasien.

c. Memberontak (acting out)

Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku acting out untuk menarik perhatian orang lain.

d. Perilaku kekerasanTindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.

6. Mekanisme kopingMekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk melindungi diri antara lain :

a. Sublimasi : menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketagangan akibat rasa marah.b. Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.

c. Resepsi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.

d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.

e. Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.D. JADWAL KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan, yaitu

a. Hari/Tanggal: Selasa 11 Agustus 2015 (TAK 1, 2 dan 3) dan Rabu 12 Agustus 2015 (TAK 4 dan 5)b. Waktu

: 09.00 09.40 WITAc. Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit)

Terapi kelompok (30 menit)

Penutup (5 menit)

d. Tempat

: Ruangan AgathisE. SESI YANG DIGUNAKANDalam terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi 4 sesi, yaitu :a. SESI I : Mengenal Perilaku Kekerasan yang biasa dilakukanb. SESI II : Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik

c. SESI III : Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan sosiald. SESI IV : Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan spirituale. SESI V : Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh meminum obat

F. PESERTA TAK

a. Kriteria pasien1) Pasien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas Kelompok2) Kondisi fisik dalam keadaan baik

3) Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitasb. Proses seleksi

1) Mengobservasi pasien yang masuk kriteria2) Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria3) Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria4) Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam kelompok.G. ANTISIPASI MASALAH

a. Penanganan terhadap pasien yang tidak aktif dalam aktivitas

1) Memanggil pasien2) Memberi kesempatan pada pasien untuk menjawab sapaan perawat atau pasien lain

b. Bila pasien meninggalkan kegiatan tanpa izin

1) Panggil nama pasien2) Tanyakan alasan pasien meninggalkan kegiatanc. Bila pasien lain ingin ikut

1) Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada pasien yang telah dipilih

2) Katakan pada pasien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti oleh pasien tersebutH. URAIAN TUGAS DAN SUSUNAN PELAKSANA Uraian Tugas Tim Terapisa. Leader

Uraian tugas:

1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan

2) Memimpin jalannya terapi kelompok

3) Memimpin diskusib. Co leader1) Membantu leader dalam mengorganisasi kegiatan2) Memfasilitasi anggota kelompok dalam pemainanc. Observer Uraian tugas:

1) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu, tempat dan jalannya acara

2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok dengan evaluasi kelompokc. Fasilitator

Uraian tugas:

1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok

2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan

3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan

4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi

5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan

6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

Nama-Nama Tim Terapis

a. SESI I

Leader

: Jannatur RahmahCo Leader

: Ermawati Rohana

Observer

: Nor Ella Dayani

Fasilitator

: Grace Epyfania Simarmatab. SESI II

Leader

: Jannatur RahmahCo Leader

: Ermawati RohanaObserver

: Nor Ella Dayani

Fasilitator

: Grace Epyfania Simarmata

c. SESI III

Leader

: Grace Epyfania SimarmataCo Leader

: Nor Ella Dayani

Observer

: Ermawati Rohana

Fasilitator

: Jannatur Rahmahd. SESI IVLeader

: Nor Ella DayaniCo Leader

: Jannatur RahmahObserver

: Grace Epyfania Simarmata

Fasilitator

: Ermawati Rohana

B. SESI V

Leader

: Ermawati RohanaCo Leader

: Grace Epyfania Simarmata

Observer

: Jannatur Rahmah

Fasilitator

: Nor Ella Dayani

I. RENCANA PELAKSANAAN a. Memilih pasien yang mengikuti TAK sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan di Ruangan Agathis RSJD Sambang Lihum

b. Peserta TAK 6 orang

c. Persiapan waktu yang akan digunakan ada dalam Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Rincian Alokasi Waktu TAK (Senin, 11 Agustus 2015)No.KegiatanAlokasi waktuKeterangan

1.Tahap orientasi:

Memberi salam terapeutik : salam dari terapis

Evaluasi/validasi : menanyakan perasaan pasien saat ini Kontrak5 menitDi pimpin oleh Leader

2.Tahap kerja:

Sesi I

Sesi II Sesi III15 menit

15 menit15 menitDi pimpin oleh Leader

Di pimpin oleh LeaderDi pimpin oleh Leader

3.Tahap terminasi:

Evaluasi

Rencana tindak lanjut

Kontrak yang akan datang5 menitDi pimpin oleh Leader

Tabel 2. Tabel Rincian Alokasi Waktu TAK (Selasa, 12 Agustus 2015)No.KegiatanAlokasi waktuKeterangan

1.Tahap orientasi:

Memberi salam terapeutik : salam dari terapis

Evaluasi/validasi : menanyakan perasaan pasien saat ini Kontrak5 menitDi pimpin oleh Leader

2.Tahap kerja:

Sesi IV Sesi V 15 menit

15 menitDi pimpin oleh Leader

Di pimpin oleh Leader

3.Tahap terminasi:

Evaluasi

Rencana tindak lanjut

Kontrak yang akan datang5 menitDi pimpin oleh Leader

d. Setting Tempat

: Leader

: Fasilitator

: Observer

: Co Leader

: PasienJumlah Perawat

Mahasiswa Ners: 4 Orang

CI

: 2 OrangPasien

: 6 Orang J. PROSES PELAKSANAAN

(Terlampir)K. PROSES EVALUASI

1. Evaluasi input

Tim berjumlah 4 orang dengan 1 Leader, 1 Co leader 1 Fasilitator, 1 Observer.

Lingkungan nyaman Paien dipilih sesuai kriteria Alat-alat untuk TAK sudah disiapkan 15 men`it sebelum acara dimulai2. Evaluasi Proses

Leader & co leader berada di samping pasien dan menjelaskan peraturan permainan dengan jelas.

Fasilitator menempatkan diri di samping pasien

Observer menempatkan diri di samping barisan pasien untuk mengawasi jalannya kegiatan.

Minimal 80 orang pasien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

Minimal 3 orang pasien aktif mengikuti kegiatan, maksimal 1 orang yang keluar. 80% Pasien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan de`ngan aktif dari awal sampai selesai Seluruh peserta aktif mengikuti kegiatan dan mengikuti tata tertib yang berlaku Peserta yang ingin ke toilet sebelumnya harus minta izin pada leader3. Evaluasi Hasil 70% Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 70% Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik 70 % Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara sosial 50% Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan spiritual 80% Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obata. Stimulasi persepsi perilaku kekerasan : kemampuan psikologisNo.Nama KlienPenyebab PKMemberi tanggapan tentang

tanda dan gejala PKPerilaku kekerasanakibat PK

1.

2.

3.

4.

5.

6.

b. Stimulasi persepsi perilaku kesehatan : kemampuan mengenal perilaku kekerasan fisikNo. Nama KlienMempraktikkan cara fisik yang pertamaMempraktikkan cara fisik yang kedua

1.

2.

3.

4.

5.

6.

c. Stimulasi persepsi perilaku persepsiNo. Nama KlienMemperagakan cara meminta tanpa paksaMemperagakan cara menolak yang baikMemperagakan cara mengungkapkan kekerasan yang baik

1.

2.

3.

4

5.

6.

d. Stimulasi persepsi perilaku kekerasan : kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan spiritual

No. Nama KlienMempraktikkan kegiatan ibadah pertamaMempraktikkan kegiatan ibadah kedua

1.

2.

3.

4.

5.

6.

e. Stimulasi persepsi perilaku kekerasan : kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obatNo. Nama KlienMenyebutkan 5 benar minum obatMenyebutkan keuntungan inum obatMenyebutkan tidak patuh minum obat

1.

2.

3.

4.

5.

6.

DAFTAR PUSTAKA1. Keliat, Budi Anna. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC. 2005.