proposal (revisi) iqbal 1

53
Karakteristik Geologi Teknik dan Analisis daya dukung tanah pondasi dalam Cekungan Bandung Timur dengan Metode CPTU PROPOSAL TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Geologi Jurusan Teknik Geologi Disusun Oleh : MUHAMAD IQBAL WAHYUDIN H1F011050

Upload: iqbal-wahyudin

Post on 07-Dec-2015

277 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

proposal lipi revisian

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Karakteristik Geologi Teknik dan Analisis daya dukung tanah

pondasi dalam Cekungan Bandung Timur dengan Metode CPTU

PROPOSAL TUGAS AKHIRDisusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Teknik Geologi

Jurusan Teknik Geologi

Disusun Oleh :

MUHAMAD IQBAL WAHYUDIN

H1F011050

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOLOGI

PURWOKERTO2015

Page 2: Proposal (Revisi) Iqbal 1

BIODATA

1. Nama lengkap : Muhamad Iqbal Wahyudin

2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Tempat dan tanggal lahir : Cirebon, 08 Januari 1994

4. Nama ayah : H.Sumardi

5. Nama Ibu : Hj.Sukaerah

6. Alamat rumah : Blok Kadiwangsan Rt.003/Rw.005 Desa Kebarepan, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

7. Hobi : Olahraga, jalan-jalan.

8. Riwayat pendidikan

SD (tahun lulus ……) : SDN 2 Kebarepan (2005)

SLTP (tahun lulus ……) : SMPN 1 Plumbon (2008)

SMU/SMK (tahun lulus ……) : SMAN 6 Cirebon (2011)

9. Prestasi : a. Juara 1 Bulutangkis SMP se-kabupaten cirebon

b. Asisten KL dan Praktikum

MOTO DAN PERSEMBAHAN

ii

Page 3: Proposal (Revisi) Iqbal 1

MOTO :

Meminta RidoNya dan restu dari orangtua.

Sekali Layar Terkembang Surut Kita Berpantang.

Doa dan ikhtiar sangat penting sekali.

PERSEMBAHAN :

Ibu dan Bapak serta keluarga atas semua motivasi dan dukungan nya.

Teman-teman seperjuangan “Euhedral”

Teman-teman HMTG ‘dr’ Bumi UNSOED

iii

Page 4: Proposal (Revisi) Iqbal 1

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan Judul :

Karakteristik Geologi Teknik dan Analisis daya dukung tanah

pondasi dalam Cekungan Bandung Timur dengan Metode CPTU

Disusun Oleh:

Muhamad Iqbal WahyudinNIM H1F011050

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelarSarjana Teknik pada Jurusan Teknik Geologi

Fakultas TeknikUniversitas Jenderal Soedirman

Diterima dan disetujui Tanggal :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr.Ir. Adrin Tohari M.Eng Siswandi Kastari , S.T.,M.T. NIP. 19730822.200012.1.001

Wakil Dekan bidang Akademik Fakultas TekniK

Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. NIP. 1980021520021210

iv

Page 5: Proposal (Revisi) Iqbal 1

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karyayang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Purbalingga, 19 Juni 2015

Muhamad Iqbal WahyudinNIM. H1F011050

v

Page 6: Proposal (Revisi) Iqbal 1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanawata’ala yang

telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini yang berjudul “ Karakteristik Geologi

Teknik dan Analisis daya dukung tanah pondasi dalam Cekungan Bandung

Timur dengan Metode CPTU ”.

Penyusunan Proposal Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa dan motivasi

serta fasilitas.

2. Bapak Dr.Ir. Adrin Tohari M.Eng, selaku pembimbing 1 yang telah

memberikan bimbingannya serta motivasi dan ide-ide.

3. Bapak Siswandi Kastari, S.T., M.T, selaku Pembimbing 2 yang telah

memberikan bimbingannya serta motivasi dan ide-ide.

4. Pimpinan, Seluruh Dosen dan Staf karyawan Jurusan Teknik Geologi,

Fakultas Teknik, Universitas Jendral Soedirman.

5. Teman-teman mahasiswa HMTG ‘dr.bumi’ Unsoed yang telah memberikan

dukungan moral dan ide-ide yang mendukung untuk penyelesaian Proposal

Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan Proposal Tugas Akhir ini

masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik

dan saran yang membangun dari berbagai pihak penulis harapkan untuk perbaikan

di masa yang akan datang. Amin Yaa Robbal’Alamin.

Purbalingga, Juni 2015

Penulis

vi

Page 7: Proposal (Revisi) Iqbal 1

RINGKASAN USULAN PENELITIAN

Judul : Karakteristik Geologi Teknik dan Analisis daya

dukung tanah pondasi dalam Cekungan Bandung

Timur dengan Metode CPTU

Pengusul : Muhamad Iqbal Wahyudin

NIM : H1F011050

Pembimbing : 1. Dr. Ir. Adrin Tohari M.Eng,

2. Siswandi Kastari, S.T.,M.T.

NIP: 19760827.200801.1.009

Letak Daerah : Secara Administratif daerah penelitian termasuk

kedalam Kabupaten Bandung

Luas Daerah : -

Alokasi Waktu : Mei – Agustus 2015

Batasan Masalah :

- Studi Khusus mengenai karakteristik geologi teknik

dan analisis daya dukung tanah pondasi dalam

Tujuan penelitian : Memberikan informasi geologi teknik dan daya

dukung tanah untuk pembangunan pada daerah

penelitian.

Tahapan Penelitian : Tahap Persiapan ( Mei 2015 )

Tahap ini dilakukan sebelum dilakukannya

pengambilan data secara langsung di lapangan. Tahap

ini dimulai pada bulan Januari 2015 yang meliputi

pembuatan proposal, surat perizinan, dan penyediaan

perlengkapan yang diperlukan dalam tahap

pengambilan data.

vii

Page 8: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Tahap ini juga meliputi pengenalan geologi daerah

penelitian melalui studi khusus yang diambil dari

referensi, jurnal geologi, paper dan prosiding, serta

data lainnya. Pada tahap ini dilakukan interpretasi

awal dari citra Shuttle Radar Topographic Mission

(SRTM), Citra Landsat dan peta topografi yang

selanjutnya akan dibuktikan pada tahap lapangan,

khususnya mengenai lokasi dan penyebaran batuan,

hubungan stratigrafi antar satuan batuan yang ada,

serta struktur geologi yang berkembang di dalamnya.

Tahap Pengambilan Data ( Mei - Juni 20 1 5 )

Tahap ini meliputi, pengumpulan data di lapangan

seperti Sondir, Standar Penetrasi, Pengeboran inti,

Cone penetrasi tes (cptu). Tahap ini sangat penting

untuk memperoleh data yang akan digunakan untuk

menguji hipotesis dan interpretasi yang dilakukan

pada tahap sebelumnya.

Tahap Analisis Laboratorium dan Studi Khusus (Juni

2015)

Tahap ini meliputi analisis dan pengolahan data

setelah data dari lapangan dirasa telah cukup. Pada

tahap ini juga dilakukan pencocokan antara data

lapangan dengan konsep-konsep geologi yang sudah

ada sebelumnya. Penulis juga dapat berdiskusi dengan

pembimbing serta menggunakan software dalam

pengolahan data struktur agar analisis yang dihasilkan

menjadi lebih baik.

Tahap Akhir ( Agustus 2015 )

Tahap ini berupa penulisan laporan yang merupakan

rangkuman serta sintesis data hasil penelitian, yang

nantinya akan dipresentasikan dalam bentuk

kolokium, ujian sidang, dan laporan ilmiah.

viii

Page 9: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Hasil yang diharapkan : 1. Profil Tanah

2. Korelasi data cptu dengan data bor

3. Grafik cptu

4. Penampang sayatan

5. Daya Dukung Tanah

6. Laporan ilmiah

ix

Page 10: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Daftar Isi

BIODATA………………………………………………………………... ii

MOTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………. iii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……………………….………… v

KATA PENGANTAR……………………………………………………. vi

RINGKASAN USULAN PENELITIAN………………………………… vii

Daftar Isi…………………………………………………………….......... x

Daftar Gambar……………………………………………………………. xi

Daftar Tabel………………………………………………………………. xii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………. 1

1.2 Maksud dan Tujuan………………………………………. 2

1.3 Batasan Masalah………………………………………….. 2

1.4 Lokasi Penelitian………………………………………….. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 4

2.1 Fisiografi Regional……………………………………….. 4

2.2 Stratigrafi Regional……………………………………….. 4

2.3 Struktur Geologi Regional………………………………... 7

BAB 3 METODE PENELITIAN…………………………………..…….. 15

3.1 Tahan Persiapan Awal……………………………………. 15

3.2 Tahap Persiapan Peralatan Lapangan…………………….. 15

3.3 Tahap Pengambilan Data Lapangan……………………… 16

3.4 Tahap Analisis dan Pengolahan Data…………………….. 17

3.5 Tahap Penyusunan Tugas Akhir………………………….. 18

BAB 4 RENCANA KEGIATAN………………………………………… 20

4.1 Alokasi Waktu…………………………………………… 20

4.2 Anggaran Biaya Penelitian………………………………... 21

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 22

x

Page 11: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Peta zonasi ancaman gerakan tanah di Indonesia oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)…….. 1

Gambar 1.2 Peta Pulau Jawa dan Peta Indeks lokasi peneliti (Peta Rupa Bumi Indonesia, Pulau Jawa, BAKOSURTANAL, 1993)………………………………. 3

Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949)…… 4

Gambar 2.2 Kesebandingan Stratigrafi Regional daerah penelitian menurut van Bemmelen (1949), Kartanegara dan Djuri dkk. (1966)…………………………………………. 6

Gambar 2.3 Pola Struktur Pulau Jawa (Pullunggono dan Martodjojo,1994)………………………………………… 8

Gambar 2.4 Zona Transpresi pada Jawa Tengah bagian barat (Dardji Noeradi, dkk.,AAPG 2006 International Conference and Exhibition)……………………………… 10

Gambar 3.1 Skema Diagram Alir Penelitian…………………………... 19

xi

Page 12: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Klasifikasi longsoran oleh Stewart Sharpe (1938, dalam Hansen, 1984)…………………………………………….. 11

Tabel 2.2 Klasifikasi longsoran (lanslide) oleh Coates (dalam Hansen, 1984)…………………………………………….. 12

Tabel 2.3 Klasifikasi longsoran (lanslide) oleh Varnes (1978, dalam Hansen, 1984) yang digunakan oleh Highway Research Board Lanslide Comitte, 1978…………………. 12

Tabel 4.1 Alokasi Waktu Penelitian………………………………… 20

xii

Page 13: Proposal (Revisi) Iqbal 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian upaya yang

dilakukan terus menerus untuk mencapai suatu tingkat kehidupan masyarakat

yang sejahtera. Sejalan dengan semakin pesatnya pembangunan dan dimulainya

era perbaikan di segala bidang, baik industri, perdagangan maupun pariwisata

tentunya akan disertai dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan,

perkantoran dan sebagainya.

Dalam setiap bangunan, diperlukan pondasi sebagai dasar bangunan yang

kuat dan kokoh. Hal ini disebabkan pondasi sebagai dasar bangunan harus mampu

memikul seluruh beban bangunan dan beban lainnya yang turut diperhitungkan,

serta meneruskannya kedalam tanah sampai kelapisan atau kedalaan tertentu.

Bangunan teknik sipil secara umum meliputi dua bagian utama yaitu struktur

bawah (sub structure) dan struktur atas (upper structure). Struktur atas didukung

oleh struktur bawah sebagai poondasi yang berinteraksi dengan tanah dan akan

memberikan keamanan bagi struktur atas. Struktur bawah sebagai pondasi juga

secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pondai dangkal dan pondasi

dalam. Pemilihan jenis pondasi ini tergantung kepada jenis struktur atas, apakah

termasuk konstruksi beban ringan atau beban berat dan juga jenis tanahnya. Untuk

konstruksi beban ringan dan kondisi lapisan permukaan yang cukup baik,

biasanya jenis pondasi dangkal sudah cukup memadai. Tetapi untuk konstruksi

beban berat (high-rise building) bisanya jenis pondasi dalam adalah menjadi

pilihan, dan secara umum permasalahan perencanaan pondasi dalam lebih rumit

dari pndasi dangkal. Untuk menunjang pembangunan tersebut, diperlukan berbagai

data dan informasi, salah satunya adalah data geologi teknik. Data geologi teknik,

memberikan informasi mengenai kekuatan serta karakteristik lapisan tanah/batuan yang

berguna di dalam perencanaan dan penataan ruang. Selain itu akan sangat membantu

pemerintah daerah dalam mengontrol pembangunan fisik di daerahnya.

1

Page 14: Proposal (Revisi) Iqbal 1

            Data dan informasi geologi teknik tersebut dapat diperoleh dengan cara

melakukan pemetaan  maupun penyelidikan geologi teknik. Dengan tersedianya

data geologi teknik pada suatu daerah yang akan dikembangkan, diharapkan

terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pengembangan wilayah maupun

perencanaan konstruksi bangunan teknik dapat dihindarkan atau diperkecil.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah :

Sebagai syarat wajib untuk menempuh gelar Strata 1 di Jurusan Teknik

Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman.

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Studi karakteristik geologi teknik dan analisis daya dukung tanah

untuk pondasi dalam ini dimaksudkan untuk mengumpulkan berba-

gai data dan informasi geologi teknik permukaan dan bawah

permukaan yang mencakup: sebaran serta sifat fisik tanah/batuan,

kondisi air  tanah,  morfologi  dan bahaya  beraspek geologi. Hasil

pemetaan dan penyelidikan diharapkan dapat berguna sebagai

data dasar dalam menunjang perencanaan pembangunan maupun

penataan ruang di daerah.

1.3 Batasan Masalah

Bahasan utama dalam penelitian ini adalah mengetahui Karakteristik

Geologi Teknik dan Analisis daya dukung tanah pondasi dalam Cekungan

Bandung Timur dengan Metode CPTU di daerah penelitian.

1.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di daerah kabupaten bandung. Lokasi penelitian

dapat di tempuh dengan menggunakan Mobil dengan jarak ± 20 Km dari kota

Bandung.

2

Page 15: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Gambar 1.2 Lokasi penelitian (Google Maps).

3

Page 16: Proposal (Revisi) Iqbal 1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional Bandung

2.1.1 Geomorfologi

Cekungan Bandung sebagai daerah penelitian dikelilingi oleh kompleks

pegunungan Tangkubanparahu, di bagian utara ditandai oleh puncak-puncak

antara lain G. Burangrang (2076 mdpl), G. Tangkubanparahu (2064 mdpl), G.

Manglayang (1800 mdpl), dan G. Bukit Jarian (1282 mdpl). Di bagian selatan

oleh kompleks pegunungan Patuha-Malabar dengan puncak-puncak G. Malang

(1256 mdpl), G. Cakra (1807 mdpl), G. Malabar (2321 mdpl), dan G.

Tanjaknangsi (1514 mdpl). Untuk bagian timur ditempati oleh kompleks

pegunungan Krenceng (1736 mdpl), dan G. Mandalawangi (1676 mdpl).

Satuan geomorfologi yang menutupi daerah Cekungan Bandung secara

umum dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi yakni: satuan

geomorfologi dataran aluvial, satuan geomorfologi perbukitan volkanik dan

satuan geomorfologi kerucut volkanik.

Satuan geomorfologi dataran aluvial, menempati kisaran elevasi antara (600 –

650) mdpl, kelerengan (0-3)%, ditempati oleh litologi berupa lumpur, pasir,

kerikil dimanfaatkan penduduk sebagai ladang, pesawahan dan pemukiman.

Sebaran satuan tersebut diketahui menempati bagian tengah Cekungan Bandung,

dikelilingi perbukitan untuk bagian selatan, timur dan utaranya, dengan litologi

yang menempati berupa endapan danau, pasir fluvial dan endapan aluvial.

Satuan geomorfologi perbukitan bergelombang, menempati daerah dengan

ketinggian antara (650–1000) mdpl. Kelerengan antara 3o s/d 15o dengan puncak-

puncak perbukitan diantaranya G. Guha (2391 mdpl), G. Tilu (2043 mdpl), G.

Tanjaknangsi (1514 mdpl). Litologi pembentuk berasal dari satuan batuan hasil

gunungapi tak teruraikan, berumur Kuarter Awal sampai Kuarter Akhir dan terdiri

atas breksi gunungapi, lava, lahar, batupasir tuf dan konglomerat yang berasal dari

Formasi Cikidang, Formasi Cibereum, Formasi Cikapundung serta batuan intrusi

andesit dan basalt.

4

Page 17: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Satuan geomorfologi kerucut volkanik, menempati elevasi > 1000 mdpl dengan

sebaran pada bagian selatan CAT Bandung-Soreang, memiliki bentuk tonjolan

bukit kecil-kecil terisolasi di bagian timur dan timur laut, memperlihatkan

kenampakan kontur topografi melingkar dengan pola pengaliran radial, menyebar

dari satu arah bukit. Kemiringan lereng lebih dari 15o. Puncak bukit yang

menempati satuan geomorfologi kerucut volkanik adalah: G. Malabar (2321

mdpl) di selatan. Bukit Jarian (1282 mdpl) dan G. Manglayang (1612 mdpl) di

bagian timur, dengan litologi penyusun terdiri atas satuan batuan Gunungapi tak

Teruraikan berumur Kuarter Akhir. serta endapan alluvial. Pola aliran sungai

yang ada di daerah penelitian dibentuk oleh daerah aliran sungai (DAS) dan

cabang-cabangnya sebagai sub DAS yakni: S. Citarum merupakan sungai utama,

mengalir ke arah barat, dengan anak sungai di bagian utara antara lain S. Cimahi,

S. Cibereum. S. Cikapundung. S. Cipamokolan, S. Cikeruh dan S. Citarik.

Sedangkan di bagian selatan yaitu S. Ciwidey, S. Cisangkuy dan S. Citarum Hulu.

Masing – masing sub DAS memiliki pola pengaliran sama yaitu angular,

membentuk sudut dengan sungai utama. Kondisi tersebut diduga ada peran dan

kontrol kekar/rekahan ataupun patahan.

2.1.2 Stratigrafi

Satuan batuan pembentuk daerah kajian ditunjukkan oleh beberapa

peneliti, antara lain Koesoemadinata (1956), Sudjatmiko (1972) Silitonga (1973),

Koesoemadinata dan Djoko Hartono (1981), Dam (1994), dan Alzwar.M,

Akbar.N dan Bachri.S (1992). Berdasarkan ciri litologi dan batuan penyusun,

secara singkat stratigrafi daerah Cekungan Bandung dari tua ke muda diuraikan

sebagai berikut :

5

Page 18: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Endapan Tersier (Te), oleh Silitonga, (1973) merupakan satuan batuan

tertua, terbentuk oleh perselingan napal, lempung, batupasir kuarsa dan

batugamping terumbu. Singkapannya dijumpai di sekitar daerah Cimahi ke arah

Padalarang, berumur (Miosen Akhir – Pliosen Awal). Koesoemadinata dan

Hartono, 1981 secara umum menyatakan satuan batuan ini memiliki kelulusan

kecil sampai kedap air, sumber airtanah berupa mata air dapat dijumpai pada

daerah pelapukan dan batugamping berkekar sebagai contoh mataair di G. Masigit

– Tagogapu, Padalarang.

Endapan Gunungapi Tua, oleh Silitonga, (1973) disebutkan disusun

oleh perselingan breksi gunungapi, lahar dan lava, memiliki pelamparan ke arah

timur dan singkapannya dijumpai di daerah G. Putri, Maribaya ke selatan. Satuan

batuan ini oleh Koesoemadinata dan Hartono, (1981) dikenal dengan nama

Formasi Cikapundung (Qyt) dengan umur Plistosen, menunjukkan kisaran

ketebalan antara (5 hingga 350) m. Ke arah barat satuan ini memperlihatkan

penyebaran tidak selaras di atas satuan batuan Tersier dan singkapannya dapat

diikuti di daerah Pasirkuda, Cipogor ke arah barat, berupa perselingan breksi

gunungapi dan lahar.

Hasil Endapan Gunungapi Muda (Qvu), oleh Silitonga, (1973), terdiri

dari breksi gunungapi, lapili, lava dan pasir tufan hasil endapan gunungapi, G.

Tangkubanperahu, G. Tampomas, dan G. Mandalawangi berumur Holosen.

Satuan batuan ini oleh Koesoemadinata, (1981) dikenal dengan nama Formasi

Cibereum dan Formasi Cikidang dengan uraian sebagai berikut :

Formasi Cibereum atau oleh Silitonga, (1973) dikenal dengan (Qyd)

tersusun oleh perulangan breksi gunungapi sampai tuf, memiliki ketebalan (0–

180) m, umur (Pliosen Akhir – Holosen). Penyebaran ke arah selatan

memperlihatkan bentuk kipas dan secara menjemari menjadi lapisan batulanau

tufan dan batupasir tufan. dengan sumber G. Tangkubanperahu, meluas melalui S.

Cikapundung ke arah selatan dan singkapannya dapat diikuti mulai Cimareme-

Cimahi-Leuwigajah-Cicukang, Bandung

Formasi Cikidang atau oleh Silitonga, (1973) disebut (Qvu), terdiri

atas batuan konglomerat gunungapi, tuf kasar dan breksi gunungapi, aliran lava

basal, dan singkapannya dapat dijumpai mulai daerah Cisarua-Lembang melalui

6

Page 19: Proposal (Revisi) Iqbal 1

lembah Cikapundung ke selatan, berumur Pleistosen dengan ketebalan (8 – 16) m.

Sebaran di lokasi lain juga dijumpai di sekitar G. Manglayang, G. Malabar dan G.

Mandalawangi.

Formasi Kosambi atau dikenal dengan Endapan Danau oleh Silitonga,

(1973) disebut (Ql), dan oleh Koesoemadinata dan Hartono, (1981), memiliki

batuan penyusun terdiri atas batulempung tufan, batulanau tufan,dan batupasir

tufan yang memiliki ketebalan berkisar antara 10 – 125 m. Berumur Pleistosen

Akhir sampai dengan Holosen. Memiliki sebaran batuan di daerah tengah CAT.

Bandung - Soreaang

Kolovium atau Qc, terbentuk oleh hasil rombakan batuan gunungapi,

tersusun oleh bongkah–bongkah batuan beku, batupasir tufan, dan lempung tufan.

Satuan ini berumur Pleistosen hingga Holosen.

2.1.3 Struktur Geologi

Struktur geologi yang berkembang dan dijumpai adalah kekar//rekahan

dan patahan yang berarah hampir baratlaut – tenggara dan baratdaya – timur laut .

Gambar 2.1 Peta cekungan Bandung (Dam, 1994).

7

Page 20: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Gambar 2.2 Peta pola struktur patahan di cekungan Bandung (Gumilar, 2012).

8

Page 21: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Gambar 2.3 Peta geologi di cekungan Bandung (Silitonga, 1973).

Gambar 2.4 Peta geologi teknik di cekungan Bandung (Djaja dan Hermawan, 1996).

9

Page 22: Proposal (Revisi) Iqbal 1

2.14 Tata Ruang

Rencana pola ruang di kota Bandung dan Kabupaten Bandung seperti pada

gambar 8 dan 9. Hasil kajian aspek kebencanaan dan mitigasinya diharapkan

dapat memberikan rekomendasi pentingnya aspek tersebut dimasukkan dalam

rencana pola ruang.

Gambar 2.5 Peta rencana pola ruang kota Bandung (Bappeda Kab.Bandung,

2013).

10

Page 23: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Gambar 2.6 Peta rencana pola ruang Kabupaten Bandung (Bappeda

Kab.Bandung, 2013).

2.2 Dasar Teori

Tanah selalu mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu lokasi

pekerjaan konstruksi. Tanah merupakan pondasi pendukung suatu bangunan atau

bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul atau bendungan, atau

kadang-kadang sebagai sumber penyebab gaya luar pada bangunan seperti

tembok/dinding penahan tanah.

Mengingat hampir semua bangunan itu dibuat diatas tanah maka harus dibuat

suatu pondasi yang dapat memikul beban bangunan itu atau gaya yang bekerja

melalui bangunan itu atau gaya yang bekerja melalui bangunan itu. Umpamanya

jika permukaan tanah cukup keras dan mampu untuk memikul beban bangunan,

maka pondasi dapat dibangun secara langsung diatas permukaan tanah tersebut.

Bila dikhatirkan akibat tanha itu akan rusak atau turun akibat gaya yang bekerja

melalui permukaan tanah tersebut maka kadang-kadang diperlukan suatu

konstruksi seperti tiang pancang atau caisson untuk meneruskan gaya tersebut

kelapisan tanah yang mamapu memikul gaya itu sepenuhnya. Untuk mengadakan

11

Page 24: Proposal (Revisi) Iqbal 1

prakiraan dan penilaian teknis tentang daya dukung tanah pondasi maka

diperlukan pengertian mengenai karakteristik mekanis dari tanah.

2.2.1 Penyelidikan Tanah

Untuk memperkirakan daya dukung lapisan tanah tersebut dapat dilakukan

dengan melakukan percobaan seperti SPT (Standard Penetrasi Test), Sondir,

Boring

dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan data yang cukup teliti dan lengkap harus

dilakukan penyelidikan tanah yang terperinci, yang berarti tidak hanya

berdasarkan

satu jenis percobaan saja. Sebaiknya penyelidikan tersebut diperoleh dengan

membandingkan beberapa percobaan seperti yang tersebut diatas. Disamping

untuk

mendapatkan data yang teliti tergantung pada ketepatan pemilihan alat yang

dipakai

misalnya sondir tidak tepat digunakan pada lapisan tanah yang mengandung

lapisan

kerikil dan batuan. Sedangkan boring tidak dapat dilaksanakan pada lapisan tanah

yang lunak dan mudah lepas, yang akan mengalami keruntuhan yang dapat

menutupi lubang yang telah ada.

2.2.2 Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah dapat memberikan gambaran sepintas mengenai sifat-

sifat

tanah. Dengan mengetahui sifat-sifat tanah, dapat ditaksir atau ditentukan

beberapa

parameter yang menentukan dalam perencanaan pondasi seperti daya dukung

(bearing capacity), penurunan (besar dan lajunya penurunan), tekanan tanah

(vertikal dan lateral) dan tekanan air pori serta kwalitas pengeluaran air.

Klasifikasi tanah dapat diperoleh dengan mengadakan penyelidikan tanah.

Sehingga untuk merencanakan pondasi suatu lokasi harus diadakan penyelidikan

tanah.

2.2.3 Boring (Boring Test)

12

Page 25: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Bilamana sesudah mendapatkan hasil penyelidikan kekuatan tanah

berdasarkan penyondiran dan masih dinginkan hasilnya yang lebih teliti, maka

penyelidikan tanah harus dilengkapi dengan pengambilan contoh tanah dari

lapisan bawah. Indikator yang berhubungan dengan karakteristik mekanika tanah

pondasi harus dicari dengan melakukan pengujian–pengujian di laboraturium

yang sesuai dengan latak asli tanah tersebut. Untuk maksud ini biasanya dibuatkan

suatu lobang bor kedalam lapisan tanah pondasi dan kemudian dilakukan

pengujian. Pemboran beserta pengambilan contoh eksplorasi tanah atau pengujian

pada letak asli dapat memberikan informasi yang lebih teliti dan terpercaya

mengenai karakteristik fisik dan mekanis tanah pondasi dibandingkan dengan cara

lain. Maksud diadakan pemboran ini adalah untuk mengetahui kedalaman lapisan

tanah dibawah yang akan menjadi pondasi, menetapkan kedalaman untuk

pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli, mengumpulkan data/informasi untuk

menggambarkan profil tanah, pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli untuk

penyelidikan lanjutan di laboraturium. Pemboran ini hanya memberikan informasi

kondisi tanah dalam arah vertikal pada titik pemboran sehingga untuk

memperkirakan luas dan penyebaran karakteristik dalam arah horizontal,

diperlukan suatu rencana survey yang menggabungkan pengujian pemboran

dengan metode survei lainnya seperti penyelidikan geofisika.

Pengambilan contoh tanah dibagi dalam pengambilan contoh tanah yang

tidak terganggu (undisturbed sample) yang dipergunakan untuk penentuan berat

isi,

kekuatan dan penurunan. Pengembilan contoh tanah terganggu (disturbed sampel)

digunakan untuk pengujian tanah yang sederhana seperti pengamatan contoh

tanah

secara visual, pemadatan dan sebagainya.

2.3. Penyelidikan Lapangan dengan Standard Penetration Test (SPT)

Uji penetrasi standar (SPT) adalah penyelidikan tanah dengan uji dinamis

yang berasal dari Amerika Serikat. SPT adalah metoda pengujian di lapangan

dengan memasukkan (memancangkan) sebuah Split Spoon Sampler (tabung

pengambilan contoh tanah yang dapat dbuka dalam arah memanjang) dengan

diameter 50 mm dan panjang 500 mm. Split spoon sampler dimasukkan

13

Page 26: Proposal (Revisi) Iqbal 1

(dipancangkan) ke dalam tanah pada bagian dasar dari sebuah lobang bor. Metoda

SPT adalah metoda pemancangan batang (yang memiliki ujung pemancangan) ke

dalam tanah dengan menggunakan pukulan palu dan mengukur jumlah pukulan

perkedalaman penetrasi.

Alat ini sudah populer penggunaanya di dunia karena sederhana, praktis,

cepat dan dapat mengetahui jenis tanah secara langsung. Alat ini perlu

distandarisasi karena hasil yang didapat berupa nilai N (jumlah pukulan/30 Cm)

sangat bergantung pada tipe alat yang digunakan.

2.3.1. Faktor Penyebab SPT perlu Distandarisasi

1. Dengan menggunakan tipe hammer yang berbeda, ternyata mentransfer energi

yang berbeda.

2. Dengan tipe panjang tabung (rod) yang berbeda, akan menyebabkan pengaruh

energi yang ditransfer ke batang juga berbeda.

3. Dengan tinggi jatuh yang berbeda akan mempengaruhi besarnya energi hammer

yang berbeda yang ditransfer ke batang.

4. Tali yang telah lapuk dapat mengurangi kelancaran terjadinya tinggi jatuh

bebas.

5. Penggunaan tali hammer yang berbeda mempengaruhi perlawanan SPT.

2.3.2. Kegunaan Hasil Penyelidikan SPT

Kegunaan Hasil Penyelidikan SPT adalah untuk menentukan kedalaman

dan tebal masing-masing lapisan tanah, contoh tanah terganggu dapat diperoleh

untuk identifikasi jenis tanah, berbagai korelasi empiris dengan parameter tanah

dapat diperoleh dan dapat dilakukan pada semua jenis tanah Kelebihan

penyelidikan SPT ini antara lain test ini dapat dilakukan dengan cepat dan

operasinya relatif sederhana, biaya relatif murah. Kekurangan penyelidikan SPT

ini antara lain hasil yang didapat contoh tanah terganggu, interpretasi hasil SPT

bersifat empiris dan ketergantungan pada operator dalam menghitung

2.3.3. Interpretasi N-SPT

14

Page 27: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Interpretasi hasil SPT bersifat empiris. Untuk tanah pasir, maka nilai N-

SPT

mencerminkan kepadatannya yang dapat pula diprediksi besar sudut geser dalam

(φ) dan berat isi tanah (γ), kapasitas daya dukung pondasi dan penurunan pondasi.

Sedangkan pada tanah lempung, hasil SPT dapat menentukan secara empiris

konsistensi tanah, kapasitas daya dukung pondasi dan penurunan pondasi. Hasil

SPT pada tanah lempung ini tidak begitu dapat diandalkan karena umumnya tanah

lempung mempunyai butiran halus dengan penetrasi yang rendah, sehingga pada

tanah lempung ditentukan berdasarkan kekuatan gesernya yang dapat diperoleh

dari uji tekan bebas (Unconfined Compression Test).

2.4. Penyelidikan Lapangan dengan Sondir

Teknik pendugaan lokasi atau kedalaman tanah keras dengan suatu batang

telah di praktekkan sejak zaman dahulu. Teknik ini dinamakan “Sounding”.

Metoda Sounding terdiri dari penekanan suatu tiang pancang untuk meneliti

penetrasi atau tahanan gesernya. Alat pancang dapat berupa suatu tiang bulat atau

pipa bulat tertutup dengan ujung yang berbentuk kerucut dan atau suatu tabung

pengambil contoh tanah, sehingga dapat diperkirakan (diestimasi) sifat-sifat fisis

pada strata dan lokasi dengan variasi tahanan pada waktu pemancangan alat

pancang itu.

Metoda ini berfungsi untuk eksplorasi dan pengujian di lapangan. Ada 3

(tiga) metoda sounding yaitu : metoda statik, metoda dinamik dan metoda statik

dengan perputaran.

Di Indonesia alat sondir sebagai alat tes di lapangan adalah sangat terkenal

karena di negara ini banyak dijumpai tanah lembek (misalnya lempung) hingga

kedalaman yang cukup besar sehingga mudah ditembus dengan alat sondir Di

dunia

penggunaan Sondir ini semakin populer terutama dalam menggantikan SPT untuk

test yang dilakukan pada jenis tanah liat yang lunak dan untuk tanah pasir halus

sampai tanah pasir sedang/kasar. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui

perlawanan penetrasi konus (qc) dan hambatan lekat (fs) tanah

2.4.1. Interpretasi Hasil Uji Sondir

1. Tahanan Ujung (qc)

15

Page 28: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Tahanan ujung diperoleh dari penekanan ujung konus untuk memperoleh

perlawanan tanah yang dipenetrasi. Tahanan ujung diukur sebagai gaya penetrasi

persatuan luas penampang ujung konus (qc). Besarnya nilai ini menunjukkan

identifikasi jenis tanah. Pada tanah pasiran, perlawanan ujung yang besar

menunjukkan tanah pasir padat. Sedangkan perlawanan ujung kecil menunjukkan

pasir halus. Perlawanan ujung yang kecil juga menunjukkan tanah lempung

karena kecilnya kuat geser dan pengaruh tekanan air pori saat penetrasi.

2. Gesekan selimut (fs)

Gesekan selimut (fs) diperoleh dari hasil pengukuran perlawanan ujung

konus dan selimut bersama-sama ditekan ke dalam tanah dikurang hasil

pengukuran tahanan ujung konus dengan kedalaman penetrasi yang sama.

Gesekan selimut diukur sebagai gaya penetrasi persatuan luas selimut konus (fs).

Gesekan selimut digunakan untuk menginterpretasikan sifat-sifat tanah untuk

klasifikasi tanah dan memberikan data yang dapat langsung digunakan untuk

perencanaan pondasi tiang.

3. Friction Ratio (rf)

Friction Ratio merupakan perbandingan antara gesekan selimut (fs)

dengan

tahanan ujung (qc). Rasio gesekan (fs/qc) dari hasil sondir dapat digunakan untuk

membedakan tanah berbutir halus dengan tanah yang berbutir kasar

(memperkirakan jenis tanah yang diselidiki).

♦ Harga Friction Ratio < 1 % biasanya adalah untuk tanah pasir.

♦ Harga Friction Ratio > 1 % biasanya adalah untuk tanah Lempung

♦ Harga Friction Ratio > 5 % atau 6 % untuk jenis tanah organik (peat)

2.5 Daya dukung pondasi dalam

Tiang (Pile) adalah bagian dari suatu bagian konstruksi pondasi yang

berbentuk batang langsing yang dipancang hingga tertanam dalam tanah dan

berfungsi untuk menyalurkan beban dari struktur atas melewati tanah lunak dan

air kedalam pendukung tanah yang keras yang terletak cukup dalam. Penyaluran

beban oleh tiang pancang ini dapat dilakukan melalui lekatan antara sisi tiang

dengan tanah tempat tiang dipancang (tahanan samping), dukungan tiang oleh

16

Page 29: Proposal (Revisi) Iqbal 1

ujung tiang (end bearing). Besar kapasitas tahanan ujung dan tahanan samping

akan bergantung dari bentuk geometrik tiang pancang dan jenis tanah

pendukungnya.

2.5.1 Daya Dukung Aksial Tiang

Seperti kita ketahui bahwa daya dukung aksial suatu pondasi dalam pada

umumnya terdir atas dua bagian yaitu daya dukung akibat gesekan sepanjang

tiang dan daya dukung ujung (dasar) tiang sebagaimana diformulasikan dalam

bentuk persamaan sebagai berikut :

Dimana :

= u Q Daya dukung batas tiang

= all Q Daya dukung ijin tiang

= p Q Daya dukung ujung batas tiang

s Q = Daya dukung gesekan batas sepanjang tiang

SF = Faktor keamanan

Berdasarkan sumber data yang digunakan pada dasarnya terdapat dua cara

untuk memperkirakan daya dukung aksial tiang. Cara pertama adalah dengan

menggunakan parameter-parameter kuat geser tanah, yaitu yang didapat dari hasil

pengujian di laboraturium yaitu nilai kohesi (c ) dan sudut geser dalam φ. Cara

kedua yaitu dengan menggunakan data uji lapangan, antara lain dengan

menggunakan uji SPT (Standard Penentarsi Test) dan Sondir (Cone Penetration

Test atau CPT).

Di dalam aplikasinya, ketepatan perkiraan daya dukung menggunakan

caracara diatas sangat tergantung kepada keakuratan data yang diperoleh dari hasil

penyelidikan tanah serta parameter-parameter empiris yang digunakan. Dibawah

ini diuraikan beberapa teori tersebut.

2.5.2 Perkiraan daya dukung dengan menggunakan data Uji Laboraturium

Sebagaimana diketahui sebelumnya untuk memperkirakan daya dukung

tiang dengan menggunakan hasil data uji laboraturium digunakan parameter kuat

17

Page 30: Proposal (Revisi) Iqbal 1

geser undrained dan sudut geser dalam tanah. Untuk tanah lempung menurut

Meyerhof, persamaan daya dukung ujung tanah digunakan sebagai berikut :

Dimana Su adalah kekuatan geser

undrained tanah, Nc adalah faktor daya dukung tiang yang biasanya diambil 9

(sembilan) dan Ap adalah luas dasar ujung tiang. Terzaghi berpendapat bahwa

untuk tanah berbutir halus, maka kapsitas daya dukung ujung dapat ditentukan

sebagai berikut :

Dimana q adalah tegangan vertikal efektif tanah pada ujung tiang dan Nq

adalah faktor daya dukung tiang yang tergantung kepada sudut geser dalam tanah

(φ). Gambar 3.1. menunjukkan contoh nilai Nq yang diturunkan oleh Simos &

Manziles, 1977).

Sedangkan persamaan dasar untuk memperkirakan daya dukung gesekan

pondasi tiang adalah sebagai berikut :

Dimana f adalah gaya gesekan antara tanah

dengan tiang sedangkan As adalah luas badan selimut tiang. Untuk tanah

lempung, biasanya koefisient gesekan ini diperkirakan dengan menggunakan

beberapa cara diantaranya metoda Alpha (α), metoda Lamda (λ) dan Metoda

Betha (β).

2.6 Perkiran Daya Dukung Dengan Menggunakan Data Uji Lapangan

Yang dimaksud dengan perkiraan daya dukung dengan menggunakan data uji

lapangan disini adalah perkiraan dengan langsung menggunakan data-data uji

tersebut dengan tanpa terlebih dahulu mengkorelasikannya dengan

parameterparameter

laboraturium seperti yang dibahas diatas. Uji lapangan yang banyak

digunakan untuk memperkirakan daya dukung suatu tiang pancang antara lain

adalah : Standard Penetration Test (SPT), Sondir (Cone Penetration Test) dan

Pressuremeter test (PMT). Untuk kita di Indonesia uji Pressuremeter belum begitu

18

Page 31: Proposal (Revisi) Iqbal 1

meluas penggunaannya. Karena itu pada tulisan ini hanya akan dibahas mengenai

perkiraan daya dukung dengan menggunakan data SPT dan Sondir saja.

2.6.1 Daya dukung hasil Pondasi Hasil Sondir

Uji sondir telah lama populer di Indonesia karena relatif mudah pemakaiannya,

ekonomis dan dapat memberikan profil tanah secara kontinu meskipun masih

dalam

taraf kualitatif. Uji ini memberikan perlawanan ujung qc dan gesekan selimut fs.

Nilai

perlawanan ujung dengan gesekan selimut ini dapat memberikan indikasi jenis

tanah

dana beberapa parameter tanah seperti konsistensi tanah lempung, kuat geser,

kepadatan relatif dan sifat kemampatan tanah meskipun hanya didasarkan pada

korelasi empiris. Parameter-parameter tersebut amat bermanfaat untuk

perancangan

pondasi.

Penggunaan uji sondir untuk menganalis daya dukung tiang telah cukup lama

dilakukan mengingat dalam sejarah perkembangannya memang alat uji ini

dimaksudkan sebagai model mini dari suatu pondasi tiang. Demikian pula

berbagai

metoda analisis telah mengalami perkembangan sesuai dengan pengalaman

melalui

usaha-usaha empiris maupun elaborasi analitis.

19

Page 32: Proposal (Revisi) Iqbal 1

BAB 3

METODE PENELITIAN

Untuk mencapai tujuan penelitian Tugas Akhir ini digunakan tahapan dan

berbagai metode pendekatan, sebagai berikut :

3.1 Tahap Pendahuluan

Tahap ini merupakan tahapan awal dalam analisis yang meliputi:

Penyusunan Proposal Penelitian dan Kelengkapan Admisnistrasi

Pada tahap ini dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan dengan

penyusunan proposal sebagai syarat dan informasi kelengkapan untuk

melaksanakan tugas akhir yang ditunjukkan kepada Universitas Jenderal

20

Page 33: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Soedirman, dan membuat surat pengantar dari Universitas sebagai surat

permohonan untuk melakukan penelitian di sebuah instansi.

Studi Pustaka

Studi literatur meliputi kajian publikasi ilmiah baik nasional dan

internasional, kajian text book, dan kajian data sekunder yang relevan dengan

topik penelitian. Untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian, maka beberapa

tahapan dan kegiatan antara lain : Studi pustaka, persiapan dan perencanaan, yang

meliputi kegiatan pengumpulan data sekunder berupa data geologi permukaan dan

bawah permukaan, data kegempaan, data hidrologi yang akan digunakan untuk

menentukan lokasi-Iokasi investigasi geoteknik.

3.2 Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer yang

berupa peta lokasi pengeboran, data inti bor, data N-SPT, data CPTu, dan data

kedalaman muka air tanah (MAT). Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis

dan diintegrasikan. Investigasi geoteknik lapangan, yang meliputi kegiatan

pengujian sondir/CPTu menggunakan alat manual berkapasitas 2.5 ton dan alat

digitatlelektrik sehingga meng-hasilkan gambaran bawah permukaan sifat

keteknikan secara kontinyu. Grafik yang dihasH1<:an dari uji insitu ini

menggambarkan hubungan penampang kedalaman dengan stratifikasi klasifikasi

jenis tanah, tekanan konus (qc), friction ratio (fr), tekanan airpori (U2) dan Rf.

Pemetaan dan investigasi lapisan tanah dan batuan bawah permukaan,

bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik geoteknik dan dinamika lapisan

tanah dan batuan bawah permukaan, dengan menggunakan metode sebagai

berikut:

Uji Penetrasi Konus (CPTu)

Pengujian CPTu dilakukan untuk mengetahui profil jenis lapisan tanah,

konsistensi tanah dan tekanan air-pori tanah, yang akan dipergunakan untuk

analisis mikrozonasi potensi amblesan tanah. Uji CPTu telah dilakukan pada 9

titik pada daerah yang tersusun oleh endapan tanah lunak dengan menggunakan

peralatan piezocone. Dalam uji penetrasi konus (CPT), sebuah konus pada

serangkaian batang didorong ke dalam tanah dengan laju yang konstan.

Pengukuran dilakukan dari tahanan kombinasi untuk penetrasi konus dan tahanan

21

Page 34: Proposal (Revisi) Iqbal 1

permukaan luar selimut. Dalam uji penetrasi piezocone (CPTu), tekanan pori

diukur biasanya pada satu, dua atau tiga lokasi. Tekanan pori ini terletak: pada

konus (u1), belakang konus (u2) dan di belakang tahanan selimut (u3).

Uji Penetrasi Dilatometer (DMT)

Pengujian DMT dilakukan untuk mengetahui profil jenis lapisan tanah,

kekuatan lapisan tanah dan kecepatan gelombang geser (Vs), yang akan

dipergunakan untuk mikrozonasi ancaman seismik. Uji DMT akan dilakukan pada

9 titik pada daerah yang tersusun oleh endapan tanah lunak dengan menggunakan

peralatan flat dilatometer.

Pemboran Teknik

Pemboran teknik dalam akan dilakukan pada 2 titik hingga kedalaman

maksimum 80 m (belum dilakukan) dan pemboran teknik dangkal hingga

kedalaman maksimum 40 m telah dilakukan pada 1 titik untuk mendapatkan jenis

dan ketebalan lapisan tanah batuan. Uji SPT akan dilakukan dengan interval 1.5 m

untuk mendapatkan kekuatan lapisan tanah. Sedangkan pengambilan conto tanah

tak terganggu akan dilakukan pada lapisan tanah dengan konsistensi lunak.

Uji karakteristik geoteknik di laboratorium

Pengujian laboratorium dilakukan pada contoh-contoh tanah terganggu

dan tak terganggu untuk menentukan sifat indeks (batas cair, batas plastis, berat

isi, porositas), sifat hidrologis (koefisien permeabiltas) dan keteknikan tanah (kuat

geser, koefisien konsolidasi) kurang lebih sebanyak 10 – 12 contoh.

3.3 Tahap Pembahasan

Merupakan tahap yang dilakukan dengan menjelaskan hasil-hasil

penelitian berdasarkan penelitian dan teori yang telah ada. Dalam tahap ini hasil

penelitian berupa interpretasi dan analisis yang sebelumnya telah dilakukan dibuat

sebuah pembahasan detail mengenai hal tersebut, kemudian akan dikaitkan

berdasarkan teori-teori dasar dan juga penelitian-penelitian yang telah ada

sebelumnya pada daerah tersebut. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang

dijelaskan dengan teori dasar yang ada, apakah terdapat kesamaan dengan

penelitian-penelitian regional sebelumnya ataukah berbeda. Apabila sama maka

22

Page 35: Proposal (Revisi) Iqbal 1

akan dijelaskan lebih detail pada lapisan Miosen-Pliosen. Namun apabila berbeda

akan dijelaskan perbedaannya. Kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan hasil

penelitian yang sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini

3.4 Tahap Penyusunan Tugas Akhir

Pada tahap ini dilakukan setelah tahapan diatas telah selesai dengan

membuat sebuah laporan tertulis mengenai hasil penelitian, kemudian

dikonsultasikan dengan pembimbing terkait mengenai kesesuaian teori-teori yang

ada. Lalu hasil laporan tersebut dipresentasikan.

23

Page 36: Proposal (Revisi) Iqbal 1

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

24

PENDAHULUAN

PENYUSUNAN PPROPOSALSTUDI PUSTAKA

GEOLOGI REGIONAL PENELITIAN TERDAHULU KONSEP GEOLOGI TEKNIK KONSEP DAYA DUKUNG

TANAH PONDASI DALAM

PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER

Data CPT Data Bor teknik Data DMT Sampel tanah SPT

DATA SEKUNDER

Hidrologi Hidrogeologi Data Sondir

Data Pendukung

Peta geologi teknik Peta geologi

regional

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

PENULISAN LAPORAN

Page 37: Proposal (Revisi) Iqbal 1

3.5 Alokasi Waktu

Tabel 3.1 Rincian waktu kegiatan.

25

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Interpretasi dan Penyusunan

Presentasi dan

Desember JanuariJenis Kegiatan

Oktober NovemberMinggu

Studi LiteraturPengumpulan Data

Analisis Data

MEI JUNI JULI AGUSTUS

Page 38: Proposal (Revisi) Iqbal 1

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, S., 1992. Diktat Struktur (tektonik) Indonesia. Kelompok Bidang

Keahlian (KBK) Geologi Dinamis, Jurusan Teknik Geologi ITB

BAKOSURTANAL, 1993. Peta Rupa Bumi Indonesia, Pulau Jawa, skala

1:4.000.000.

van Bemmelen, R. W. ., 1949. The Geology of Indonesia. Vol I-A, The Hague,

Martinus Nijhoff, V, I-A.

Condon, W.H., Pardyanto, L., Ketner, K.B., Amin, T.C., Gafoer, S.

H.Samodra. 1996. Peta Geologi Lembar Banjarnegara-Pekalongan, skala

1:100.000. Direktorat Geologi, Bandung., Edisi ke-2.

Martodjojo, S. 1994. Data Stratigrafi Pola Tektonik dan Perkembangan

Cekungan Pada Jalur Anjakan-Lipatan di Pulau Jawa. Proceeding

Geologi dan Geoteknik Pulau Jawa.

Pulunggono. A dan S. Martodjojo. 1994. Data Stratigrafi Pola Tektonik dan

Perkembangan Cekungan Pada Jalur Anjakan-Lipatan di Pulau Jawa.

Kumpulan Makalah Seminar Geologi dan Geoteknik Pulau Jawa Sejak

Akhir Mesozoik Hingga Kuarter: UGM, Yogyakarta.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 2010. Peta Ancaman

Gerakan Tanah di Indonesia. Jakarta.

Baham bacaan lain :

01_Lanslide_Classification (Varnes Lanslide Classification) .pdf

Zufialdi_Zakaria_ Analisis_Kestabilan_Lereng_Tanah_2009 .pdf

http://doddysetiagraha.blogspot.com/2012/09/lempung.html diakses pada Selasa,

06 Januari 2015.

26