proposal (revisi) iqbal 1
DESCRIPTION
proposal lipi revisianTRANSCRIPT
Karakteristik Geologi Teknik dan Analisis daya dukung tanah
pondasi dalam Cekungan Bandung Timur dengan Metode CPTU
PROPOSAL TUGAS AKHIRDisusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Teknik Geologi
Jurusan Teknik Geologi
Disusun Oleh :
MUHAMAD IQBAL WAHYUDIN
H1F011050
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PURWOKERTO2015
BIODATA
1. Nama lengkap : Muhamad Iqbal Wahyudin
2. Jenis kelamin : Laki-laki
3. Tempat dan tanggal lahir : Cirebon, 08 Januari 1994
4. Nama ayah : H.Sumardi
5. Nama Ibu : Hj.Sukaerah
6. Alamat rumah : Blok Kadiwangsan Rt.003/Rw.005 Desa Kebarepan, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
7. Hobi : Olahraga, jalan-jalan.
8. Riwayat pendidikan
SD (tahun lulus ……) : SDN 2 Kebarepan (2005)
SLTP (tahun lulus ……) : SMPN 1 Plumbon (2008)
SMU/SMK (tahun lulus ……) : SMAN 6 Cirebon (2011)
9. Prestasi : a. Juara 1 Bulutangkis SMP se-kabupaten cirebon
b. Asisten KL dan Praktikum
MOTO DAN PERSEMBAHAN
ii
MOTO :
Meminta RidoNya dan restu dari orangtua.
Sekali Layar Terkembang Surut Kita Berpantang.
Doa dan ikhtiar sangat penting sekali.
PERSEMBAHAN :
Ibu dan Bapak serta keluarga atas semua motivasi dan dukungan nya.
Teman-teman seperjuangan “Euhedral”
Teman-teman HMTG ‘dr’ Bumi UNSOED
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan Judul :
Karakteristik Geologi Teknik dan Analisis daya dukung tanah
pondasi dalam Cekungan Bandung Timur dengan Metode CPTU
Disusun Oleh:
Muhamad Iqbal WahyudinNIM H1F011050
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelarSarjana Teknik pada Jurusan Teknik Geologi
Fakultas TeknikUniversitas Jenderal Soedirman
Diterima dan disetujui Tanggal :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dr.Ir. Adrin Tohari M.Eng Siswandi Kastari , S.T.,M.T. NIP. 19730822.200012.1.001
Wakil Dekan bidang Akademik Fakultas TekniK
Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. NIP. 1980021520021210
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karyayang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Purbalingga, 19 Juni 2015
Muhamad Iqbal WahyudinNIM. H1F011050
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanawata’ala yang
telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini yang berjudul “ Karakteristik Geologi
Teknik dan Analisis daya dukung tanah pondasi dalam Cekungan Bandung
Timur dengan Metode CPTU ”.
Penyusunan Proposal Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa dan motivasi
serta fasilitas.
2. Bapak Dr.Ir. Adrin Tohari M.Eng, selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingannya serta motivasi dan ide-ide.
3. Bapak Siswandi Kastari, S.T., M.T, selaku Pembimbing 2 yang telah
memberikan bimbingannya serta motivasi dan ide-ide.
4. Pimpinan, Seluruh Dosen dan Staf karyawan Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, Universitas Jendral Soedirman.
5. Teman-teman mahasiswa HMTG ‘dr.bumi’ Unsoed yang telah memberikan
dukungan moral dan ide-ide yang mendukung untuk penyelesaian Proposal
Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan Proposal Tugas Akhir ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak penulis harapkan untuk perbaikan
di masa yang akan datang. Amin Yaa Robbal’Alamin.
Purbalingga, Juni 2015
Penulis
vi
RINGKASAN USULAN PENELITIAN
Judul : Karakteristik Geologi Teknik dan Analisis daya
dukung tanah pondasi dalam Cekungan Bandung
Timur dengan Metode CPTU
Pengusul : Muhamad Iqbal Wahyudin
NIM : H1F011050
Pembimbing : 1. Dr. Ir. Adrin Tohari M.Eng,
2. Siswandi Kastari, S.T.,M.T.
NIP: 19760827.200801.1.009
Letak Daerah : Secara Administratif daerah penelitian termasuk
kedalam Kabupaten Bandung
Luas Daerah : -
Alokasi Waktu : Mei – Agustus 2015
Batasan Masalah :
- Studi Khusus mengenai karakteristik geologi teknik
dan analisis daya dukung tanah pondasi dalam
Tujuan penelitian : Memberikan informasi geologi teknik dan daya
dukung tanah untuk pembangunan pada daerah
penelitian.
Tahapan Penelitian : Tahap Persiapan ( Mei 2015 )
Tahap ini dilakukan sebelum dilakukannya
pengambilan data secara langsung di lapangan. Tahap
ini dimulai pada bulan Januari 2015 yang meliputi
pembuatan proposal, surat perizinan, dan penyediaan
perlengkapan yang diperlukan dalam tahap
pengambilan data.
vii
Tahap ini juga meliputi pengenalan geologi daerah
penelitian melalui studi khusus yang diambil dari
referensi, jurnal geologi, paper dan prosiding, serta
data lainnya. Pada tahap ini dilakukan interpretasi
awal dari citra Shuttle Radar Topographic Mission
(SRTM), Citra Landsat dan peta topografi yang
selanjutnya akan dibuktikan pada tahap lapangan,
khususnya mengenai lokasi dan penyebaran batuan,
hubungan stratigrafi antar satuan batuan yang ada,
serta struktur geologi yang berkembang di dalamnya.
Tahap Pengambilan Data ( Mei - Juni 20 1 5 )
Tahap ini meliputi, pengumpulan data di lapangan
seperti Sondir, Standar Penetrasi, Pengeboran inti,
Cone penetrasi tes (cptu). Tahap ini sangat penting
untuk memperoleh data yang akan digunakan untuk
menguji hipotesis dan interpretasi yang dilakukan
pada tahap sebelumnya.
Tahap Analisis Laboratorium dan Studi Khusus (Juni
2015)
Tahap ini meliputi analisis dan pengolahan data
setelah data dari lapangan dirasa telah cukup. Pada
tahap ini juga dilakukan pencocokan antara data
lapangan dengan konsep-konsep geologi yang sudah
ada sebelumnya. Penulis juga dapat berdiskusi dengan
pembimbing serta menggunakan software dalam
pengolahan data struktur agar analisis yang dihasilkan
menjadi lebih baik.
Tahap Akhir ( Agustus 2015 )
Tahap ini berupa penulisan laporan yang merupakan
rangkuman serta sintesis data hasil penelitian, yang
nantinya akan dipresentasikan dalam bentuk
kolokium, ujian sidang, dan laporan ilmiah.
viii
Hasil yang diharapkan : 1. Profil Tanah
2. Korelasi data cptu dengan data bor
3. Grafik cptu
4. Penampang sayatan
5. Daya Dukung Tanah
6. Laporan ilmiah
ix
Daftar Isi
BIODATA………………………………………………………………... ii
MOTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………. iii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……………………….………… v
KATA PENGANTAR……………………………………………………. vi
RINGKASAN USULAN PENELITIAN………………………………… vii
Daftar Isi…………………………………………………………….......... x
Daftar Gambar……………………………………………………………. xi
Daftar Tabel………………………………………………………………. xii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………. 1
1.2 Maksud dan Tujuan………………………………………. 2
1.3 Batasan Masalah………………………………………….. 2
1.4 Lokasi Penelitian………………………………………….. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 4
2.1 Fisiografi Regional……………………………………….. 4
2.2 Stratigrafi Regional……………………………………….. 4
2.3 Struktur Geologi Regional………………………………... 7
BAB 3 METODE PENELITIAN…………………………………..…….. 15
3.1 Tahan Persiapan Awal……………………………………. 15
3.2 Tahap Persiapan Peralatan Lapangan…………………….. 15
3.3 Tahap Pengambilan Data Lapangan……………………… 16
3.4 Tahap Analisis dan Pengolahan Data…………………….. 17
3.5 Tahap Penyusunan Tugas Akhir………………………….. 18
BAB 4 RENCANA KEGIATAN………………………………………… 20
4.1 Alokasi Waktu…………………………………………… 20
4.2 Anggaran Biaya Penelitian………………………………... 21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 22
x
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Peta zonasi ancaman gerakan tanah di Indonesia oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)…….. 1
Gambar 1.2 Peta Pulau Jawa dan Peta Indeks lokasi peneliti (Peta Rupa Bumi Indonesia, Pulau Jawa, BAKOSURTANAL, 1993)………………………………. 3
Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949)…… 4
Gambar 2.2 Kesebandingan Stratigrafi Regional daerah penelitian menurut van Bemmelen (1949), Kartanegara dan Djuri dkk. (1966)…………………………………………. 6
Gambar 2.3 Pola Struktur Pulau Jawa (Pullunggono dan Martodjojo,1994)………………………………………… 8
Gambar 2.4 Zona Transpresi pada Jawa Tengah bagian barat (Dardji Noeradi, dkk.,AAPG 2006 International Conference and Exhibition)……………………………… 10
Gambar 3.1 Skema Diagram Alir Penelitian…………………………... 19
xi
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Klasifikasi longsoran oleh Stewart Sharpe (1938, dalam Hansen, 1984)…………………………………………….. 11
Tabel 2.2 Klasifikasi longsoran (lanslide) oleh Coates (dalam Hansen, 1984)…………………………………………….. 12
Tabel 2.3 Klasifikasi longsoran (lanslide) oleh Varnes (1978, dalam Hansen, 1984) yang digunakan oleh Highway Research Board Lanslide Comitte, 1978…………………. 12
Tabel 4.1 Alokasi Waktu Penelitian………………………………… 20
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian upaya yang
dilakukan terus menerus untuk mencapai suatu tingkat kehidupan masyarakat
yang sejahtera. Sejalan dengan semakin pesatnya pembangunan dan dimulainya
era perbaikan di segala bidang, baik industri, perdagangan maupun pariwisata
tentunya akan disertai dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan,
perkantoran dan sebagainya.
Dalam setiap bangunan, diperlukan pondasi sebagai dasar bangunan yang
kuat dan kokoh. Hal ini disebabkan pondasi sebagai dasar bangunan harus mampu
memikul seluruh beban bangunan dan beban lainnya yang turut diperhitungkan,
serta meneruskannya kedalam tanah sampai kelapisan atau kedalaan tertentu.
Bangunan teknik sipil secara umum meliputi dua bagian utama yaitu struktur
bawah (sub structure) dan struktur atas (upper structure). Struktur atas didukung
oleh struktur bawah sebagai poondasi yang berinteraksi dengan tanah dan akan
memberikan keamanan bagi struktur atas. Struktur bawah sebagai pondasi juga
secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pondai dangkal dan pondasi
dalam. Pemilihan jenis pondasi ini tergantung kepada jenis struktur atas, apakah
termasuk konstruksi beban ringan atau beban berat dan juga jenis tanahnya. Untuk
konstruksi beban ringan dan kondisi lapisan permukaan yang cukup baik,
biasanya jenis pondasi dangkal sudah cukup memadai. Tetapi untuk konstruksi
beban berat (high-rise building) bisanya jenis pondasi dalam adalah menjadi
pilihan, dan secara umum permasalahan perencanaan pondasi dalam lebih rumit
dari pndasi dangkal. Untuk menunjang pembangunan tersebut, diperlukan berbagai
data dan informasi, salah satunya adalah data geologi teknik. Data geologi teknik,
memberikan informasi mengenai kekuatan serta karakteristik lapisan tanah/batuan yang
berguna di dalam perencanaan dan penataan ruang. Selain itu akan sangat membantu
pemerintah daerah dalam mengontrol pembangunan fisik di daerahnya.
1
Data dan informasi geologi teknik tersebut dapat diperoleh dengan cara
melakukan pemetaan maupun penyelidikan geologi teknik. Dengan tersedianya
data geologi teknik pada suatu daerah yang akan dikembangkan, diharapkan
terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pengembangan wilayah maupun
perencanaan konstruksi bangunan teknik dapat dihindarkan atau diperkecil.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah :
Sebagai syarat wajib untuk menempuh gelar Strata 1 di Jurusan Teknik
Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman.
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Studi karakteristik geologi teknik dan analisis daya dukung tanah
untuk pondasi dalam ini dimaksudkan untuk mengumpulkan berba-
gai data dan informasi geologi teknik permukaan dan bawah
permukaan yang mencakup: sebaran serta sifat fisik tanah/batuan,
kondisi air tanah, morfologi dan bahaya beraspek geologi. Hasil
pemetaan dan penyelidikan diharapkan dapat berguna sebagai
data dasar dalam menunjang perencanaan pembangunan maupun
penataan ruang di daerah.
1.3 Batasan Masalah
Bahasan utama dalam penelitian ini adalah mengetahui Karakteristik
Geologi Teknik dan Analisis daya dukung tanah pondasi dalam Cekungan
Bandung Timur dengan Metode CPTU di daerah penelitian.
1.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di daerah kabupaten bandung. Lokasi penelitian
dapat di tempuh dengan menggunakan Mobil dengan jarak ± 20 Km dari kota
Bandung.
2
Gambar 1.2 Lokasi penelitian (Google Maps).
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geologi Regional Bandung
2.1.1 Geomorfologi
Cekungan Bandung sebagai daerah penelitian dikelilingi oleh kompleks
pegunungan Tangkubanparahu, di bagian utara ditandai oleh puncak-puncak
antara lain G. Burangrang (2076 mdpl), G. Tangkubanparahu (2064 mdpl), G.
Manglayang (1800 mdpl), dan G. Bukit Jarian (1282 mdpl). Di bagian selatan
oleh kompleks pegunungan Patuha-Malabar dengan puncak-puncak G. Malang
(1256 mdpl), G. Cakra (1807 mdpl), G. Malabar (2321 mdpl), dan G.
Tanjaknangsi (1514 mdpl). Untuk bagian timur ditempati oleh kompleks
pegunungan Krenceng (1736 mdpl), dan G. Mandalawangi (1676 mdpl).
Satuan geomorfologi yang menutupi daerah Cekungan Bandung secara
umum dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi yakni: satuan
geomorfologi dataran aluvial, satuan geomorfologi perbukitan volkanik dan
satuan geomorfologi kerucut volkanik.
Satuan geomorfologi dataran aluvial, menempati kisaran elevasi antara (600 –
650) mdpl, kelerengan (0-3)%, ditempati oleh litologi berupa lumpur, pasir,
kerikil dimanfaatkan penduduk sebagai ladang, pesawahan dan pemukiman.
Sebaran satuan tersebut diketahui menempati bagian tengah Cekungan Bandung,
dikelilingi perbukitan untuk bagian selatan, timur dan utaranya, dengan litologi
yang menempati berupa endapan danau, pasir fluvial dan endapan aluvial.
Satuan geomorfologi perbukitan bergelombang, menempati daerah dengan
ketinggian antara (650–1000) mdpl. Kelerengan antara 3o s/d 15o dengan puncak-
puncak perbukitan diantaranya G. Guha (2391 mdpl), G. Tilu (2043 mdpl), G.
Tanjaknangsi (1514 mdpl). Litologi pembentuk berasal dari satuan batuan hasil
gunungapi tak teruraikan, berumur Kuarter Awal sampai Kuarter Akhir dan terdiri
atas breksi gunungapi, lava, lahar, batupasir tuf dan konglomerat yang berasal dari
Formasi Cikidang, Formasi Cibereum, Formasi Cikapundung serta batuan intrusi
andesit dan basalt.
4
Satuan geomorfologi kerucut volkanik, menempati elevasi > 1000 mdpl dengan
sebaran pada bagian selatan CAT Bandung-Soreang, memiliki bentuk tonjolan
bukit kecil-kecil terisolasi di bagian timur dan timur laut, memperlihatkan
kenampakan kontur topografi melingkar dengan pola pengaliran radial, menyebar
dari satu arah bukit. Kemiringan lereng lebih dari 15o. Puncak bukit yang
menempati satuan geomorfologi kerucut volkanik adalah: G. Malabar (2321
mdpl) di selatan. Bukit Jarian (1282 mdpl) dan G. Manglayang (1612 mdpl) di
bagian timur, dengan litologi penyusun terdiri atas satuan batuan Gunungapi tak
Teruraikan berumur Kuarter Akhir. serta endapan alluvial. Pola aliran sungai
yang ada di daerah penelitian dibentuk oleh daerah aliran sungai (DAS) dan
cabang-cabangnya sebagai sub DAS yakni: S. Citarum merupakan sungai utama,
mengalir ke arah barat, dengan anak sungai di bagian utara antara lain S. Cimahi,
S. Cibereum. S. Cikapundung. S. Cipamokolan, S. Cikeruh dan S. Citarik.
Sedangkan di bagian selatan yaitu S. Ciwidey, S. Cisangkuy dan S. Citarum Hulu.
Masing – masing sub DAS memiliki pola pengaliran sama yaitu angular,
membentuk sudut dengan sungai utama. Kondisi tersebut diduga ada peran dan
kontrol kekar/rekahan ataupun patahan.
2.1.2 Stratigrafi
Satuan batuan pembentuk daerah kajian ditunjukkan oleh beberapa
peneliti, antara lain Koesoemadinata (1956), Sudjatmiko (1972) Silitonga (1973),
Koesoemadinata dan Djoko Hartono (1981), Dam (1994), dan Alzwar.M,
Akbar.N dan Bachri.S (1992). Berdasarkan ciri litologi dan batuan penyusun,
secara singkat stratigrafi daerah Cekungan Bandung dari tua ke muda diuraikan
sebagai berikut :
5
Endapan Tersier (Te), oleh Silitonga, (1973) merupakan satuan batuan
tertua, terbentuk oleh perselingan napal, lempung, batupasir kuarsa dan
batugamping terumbu. Singkapannya dijumpai di sekitar daerah Cimahi ke arah
Padalarang, berumur (Miosen Akhir – Pliosen Awal). Koesoemadinata dan
Hartono, 1981 secara umum menyatakan satuan batuan ini memiliki kelulusan
kecil sampai kedap air, sumber airtanah berupa mata air dapat dijumpai pada
daerah pelapukan dan batugamping berkekar sebagai contoh mataair di G. Masigit
– Tagogapu, Padalarang.
Endapan Gunungapi Tua, oleh Silitonga, (1973) disebutkan disusun
oleh perselingan breksi gunungapi, lahar dan lava, memiliki pelamparan ke arah
timur dan singkapannya dijumpai di daerah G. Putri, Maribaya ke selatan. Satuan
batuan ini oleh Koesoemadinata dan Hartono, (1981) dikenal dengan nama
Formasi Cikapundung (Qyt) dengan umur Plistosen, menunjukkan kisaran
ketebalan antara (5 hingga 350) m. Ke arah barat satuan ini memperlihatkan
penyebaran tidak selaras di atas satuan batuan Tersier dan singkapannya dapat
diikuti di daerah Pasirkuda, Cipogor ke arah barat, berupa perselingan breksi
gunungapi dan lahar.
Hasil Endapan Gunungapi Muda (Qvu), oleh Silitonga, (1973), terdiri
dari breksi gunungapi, lapili, lava dan pasir tufan hasil endapan gunungapi, G.
Tangkubanperahu, G. Tampomas, dan G. Mandalawangi berumur Holosen.
Satuan batuan ini oleh Koesoemadinata, (1981) dikenal dengan nama Formasi
Cibereum dan Formasi Cikidang dengan uraian sebagai berikut :
Formasi Cibereum atau oleh Silitonga, (1973) dikenal dengan (Qyd)
tersusun oleh perulangan breksi gunungapi sampai tuf, memiliki ketebalan (0–
180) m, umur (Pliosen Akhir – Holosen). Penyebaran ke arah selatan
memperlihatkan bentuk kipas dan secara menjemari menjadi lapisan batulanau
tufan dan batupasir tufan. dengan sumber G. Tangkubanperahu, meluas melalui S.
Cikapundung ke arah selatan dan singkapannya dapat diikuti mulai Cimareme-
Cimahi-Leuwigajah-Cicukang, Bandung
Formasi Cikidang atau oleh Silitonga, (1973) disebut (Qvu), terdiri
atas batuan konglomerat gunungapi, tuf kasar dan breksi gunungapi, aliran lava
basal, dan singkapannya dapat dijumpai mulai daerah Cisarua-Lembang melalui
6
lembah Cikapundung ke selatan, berumur Pleistosen dengan ketebalan (8 – 16) m.
Sebaran di lokasi lain juga dijumpai di sekitar G. Manglayang, G. Malabar dan G.
Mandalawangi.
Formasi Kosambi atau dikenal dengan Endapan Danau oleh Silitonga,
(1973) disebut (Ql), dan oleh Koesoemadinata dan Hartono, (1981), memiliki
batuan penyusun terdiri atas batulempung tufan, batulanau tufan,dan batupasir
tufan yang memiliki ketebalan berkisar antara 10 – 125 m. Berumur Pleistosen
Akhir sampai dengan Holosen. Memiliki sebaran batuan di daerah tengah CAT.
Bandung - Soreaang
Kolovium atau Qc, terbentuk oleh hasil rombakan batuan gunungapi,
tersusun oleh bongkah–bongkah batuan beku, batupasir tufan, dan lempung tufan.
Satuan ini berumur Pleistosen hingga Holosen.
2.1.3 Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang dan dijumpai adalah kekar//rekahan
dan patahan yang berarah hampir baratlaut – tenggara dan baratdaya – timur laut .
Gambar 2.1 Peta cekungan Bandung (Dam, 1994).
7
Gambar 2.2 Peta pola struktur patahan di cekungan Bandung (Gumilar, 2012).
8
Gambar 2.3 Peta geologi di cekungan Bandung (Silitonga, 1973).
Gambar 2.4 Peta geologi teknik di cekungan Bandung (Djaja dan Hermawan, 1996).
9
2.14 Tata Ruang
Rencana pola ruang di kota Bandung dan Kabupaten Bandung seperti pada
gambar 8 dan 9. Hasil kajian aspek kebencanaan dan mitigasinya diharapkan
dapat memberikan rekomendasi pentingnya aspek tersebut dimasukkan dalam
rencana pola ruang.
Gambar 2.5 Peta rencana pola ruang kota Bandung (Bappeda Kab.Bandung,
2013).
10
Gambar 2.6 Peta rencana pola ruang Kabupaten Bandung (Bappeda
Kab.Bandung, 2013).
2.2 Dasar Teori
Tanah selalu mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu lokasi
pekerjaan konstruksi. Tanah merupakan pondasi pendukung suatu bangunan atau
bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul atau bendungan, atau
kadang-kadang sebagai sumber penyebab gaya luar pada bangunan seperti
tembok/dinding penahan tanah.
Mengingat hampir semua bangunan itu dibuat diatas tanah maka harus dibuat
suatu pondasi yang dapat memikul beban bangunan itu atau gaya yang bekerja
melalui bangunan itu atau gaya yang bekerja melalui bangunan itu. Umpamanya
jika permukaan tanah cukup keras dan mampu untuk memikul beban bangunan,
maka pondasi dapat dibangun secara langsung diatas permukaan tanah tersebut.
Bila dikhatirkan akibat tanha itu akan rusak atau turun akibat gaya yang bekerja
melalui permukaan tanah tersebut maka kadang-kadang diperlukan suatu
konstruksi seperti tiang pancang atau caisson untuk meneruskan gaya tersebut
kelapisan tanah yang mamapu memikul gaya itu sepenuhnya. Untuk mengadakan
11
prakiraan dan penilaian teknis tentang daya dukung tanah pondasi maka
diperlukan pengertian mengenai karakteristik mekanis dari tanah.
2.2.1 Penyelidikan Tanah
Untuk memperkirakan daya dukung lapisan tanah tersebut dapat dilakukan
dengan melakukan percobaan seperti SPT (Standard Penetrasi Test), Sondir,
Boring
dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan data yang cukup teliti dan lengkap harus
dilakukan penyelidikan tanah yang terperinci, yang berarti tidak hanya
berdasarkan
satu jenis percobaan saja. Sebaiknya penyelidikan tersebut diperoleh dengan
membandingkan beberapa percobaan seperti yang tersebut diatas. Disamping
untuk
mendapatkan data yang teliti tergantung pada ketepatan pemilihan alat yang
dipakai
misalnya sondir tidak tepat digunakan pada lapisan tanah yang mengandung
lapisan
kerikil dan batuan. Sedangkan boring tidak dapat dilaksanakan pada lapisan tanah
yang lunak dan mudah lepas, yang akan mengalami keruntuhan yang dapat
menutupi lubang yang telah ada.
2.2.2 Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah dapat memberikan gambaran sepintas mengenai sifat-
sifat
tanah. Dengan mengetahui sifat-sifat tanah, dapat ditaksir atau ditentukan
beberapa
parameter yang menentukan dalam perencanaan pondasi seperti daya dukung
(bearing capacity), penurunan (besar dan lajunya penurunan), tekanan tanah
(vertikal dan lateral) dan tekanan air pori serta kwalitas pengeluaran air.
Klasifikasi tanah dapat diperoleh dengan mengadakan penyelidikan tanah.
Sehingga untuk merencanakan pondasi suatu lokasi harus diadakan penyelidikan
tanah.
2.2.3 Boring (Boring Test)
12
Bilamana sesudah mendapatkan hasil penyelidikan kekuatan tanah
berdasarkan penyondiran dan masih dinginkan hasilnya yang lebih teliti, maka
penyelidikan tanah harus dilengkapi dengan pengambilan contoh tanah dari
lapisan bawah. Indikator yang berhubungan dengan karakteristik mekanika tanah
pondasi harus dicari dengan melakukan pengujian–pengujian di laboraturium
yang sesuai dengan latak asli tanah tersebut. Untuk maksud ini biasanya dibuatkan
suatu lobang bor kedalam lapisan tanah pondasi dan kemudian dilakukan
pengujian. Pemboran beserta pengambilan contoh eksplorasi tanah atau pengujian
pada letak asli dapat memberikan informasi yang lebih teliti dan terpercaya
mengenai karakteristik fisik dan mekanis tanah pondasi dibandingkan dengan cara
lain. Maksud diadakan pemboran ini adalah untuk mengetahui kedalaman lapisan
tanah dibawah yang akan menjadi pondasi, menetapkan kedalaman untuk
pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli, mengumpulkan data/informasi untuk
menggambarkan profil tanah, pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli untuk
penyelidikan lanjutan di laboraturium. Pemboran ini hanya memberikan informasi
kondisi tanah dalam arah vertikal pada titik pemboran sehingga untuk
memperkirakan luas dan penyebaran karakteristik dalam arah horizontal,
diperlukan suatu rencana survey yang menggabungkan pengujian pemboran
dengan metode survei lainnya seperti penyelidikan geofisika.
Pengambilan contoh tanah dibagi dalam pengambilan contoh tanah yang
tidak terganggu (undisturbed sample) yang dipergunakan untuk penentuan berat
isi,
kekuatan dan penurunan. Pengembilan contoh tanah terganggu (disturbed sampel)
digunakan untuk pengujian tanah yang sederhana seperti pengamatan contoh
tanah
secara visual, pemadatan dan sebagainya.
2.3. Penyelidikan Lapangan dengan Standard Penetration Test (SPT)
Uji penetrasi standar (SPT) adalah penyelidikan tanah dengan uji dinamis
yang berasal dari Amerika Serikat. SPT adalah metoda pengujian di lapangan
dengan memasukkan (memancangkan) sebuah Split Spoon Sampler (tabung
pengambilan contoh tanah yang dapat dbuka dalam arah memanjang) dengan
diameter 50 mm dan panjang 500 mm. Split spoon sampler dimasukkan
13
(dipancangkan) ke dalam tanah pada bagian dasar dari sebuah lobang bor. Metoda
SPT adalah metoda pemancangan batang (yang memiliki ujung pemancangan) ke
dalam tanah dengan menggunakan pukulan palu dan mengukur jumlah pukulan
perkedalaman penetrasi.
Alat ini sudah populer penggunaanya di dunia karena sederhana, praktis,
cepat dan dapat mengetahui jenis tanah secara langsung. Alat ini perlu
distandarisasi karena hasil yang didapat berupa nilai N (jumlah pukulan/30 Cm)
sangat bergantung pada tipe alat yang digunakan.
2.3.1. Faktor Penyebab SPT perlu Distandarisasi
1. Dengan menggunakan tipe hammer yang berbeda, ternyata mentransfer energi
yang berbeda.
2. Dengan tipe panjang tabung (rod) yang berbeda, akan menyebabkan pengaruh
energi yang ditransfer ke batang juga berbeda.
3. Dengan tinggi jatuh yang berbeda akan mempengaruhi besarnya energi hammer
yang berbeda yang ditransfer ke batang.
4. Tali yang telah lapuk dapat mengurangi kelancaran terjadinya tinggi jatuh
bebas.
5. Penggunaan tali hammer yang berbeda mempengaruhi perlawanan SPT.
2.3.2. Kegunaan Hasil Penyelidikan SPT
Kegunaan Hasil Penyelidikan SPT adalah untuk menentukan kedalaman
dan tebal masing-masing lapisan tanah, contoh tanah terganggu dapat diperoleh
untuk identifikasi jenis tanah, berbagai korelasi empiris dengan parameter tanah
dapat diperoleh dan dapat dilakukan pada semua jenis tanah Kelebihan
penyelidikan SPT ini antara lain test ini dapat dilakukan dengan cepat dan
operasinya relatif sederhana, biaya relatif murah. Kekurangan penyelidikan SPT
ini antara lain hasil yang didapat contoh tanah terganggu, interpretasi hasil SPT
bersifat empiris dan ketergantungan pada operator dalam menghitung
2.3.3. Interpretasi N-SPT
14
Interpretasi hasil SPT bersifat empiris. Untuk tanah pasir, maka nilai N-
SPT
mencerminkan kepadatannya yang dapat pula diprediksi besar sudut geser dalam
(φ) dan berat isi tanah (γ), kapasitas daya dukung pondasi dan penurunan pondasi.
Sedangkan pada tanah lempung, hasil SPT dapat menentukan secara empiris
konsistensi tanah, kapasitas daya dukung pondasi dan penurunan pondasi. Hasil
SPT pada tanah lempung ini tidak begitu dapat diandalkan karena umumnya tanah
lempung mempunyai butiran halus dengan penetrasi yang rendah, sehingga pada
tanah lempung ditentukan berdasarkan kekuatan gesernya yang dapat diperoleh
dari uji tekan bebas (Unconfined Compression Test).
2.4. Penyelidikan Lapangan dengan Sondir
Teknik pendugaan lokasi atau kedalaman tanah keras dengan suatu batang
telah di praktekkan sejak zaman dahulu. Teknik ini dinamakan “Sounding”.
Metoda Sounding terdiri dari penekanan suatu tiang pancang untuk meneliti
penetrasi atau tahanan gesernya. Alat pancang dapat berupa suatu tiang bulat atau
pipa bulat tertutup dengan ujung yang berbentuk kerucut dan atau suatu tabung
pengambil contoh tanah, sehingga dapat diperkirakan (diestimasi) sifat-sifat fisis
pada strata dan lokasi dengan variasi tahanan pada waktu pemancangan alat
pancang itu.
Metoda ini berfungsi untuk eksplorasi dan pengujian di lapangan. Ada 3
(tiga) metoda sounding yaitu : metoda statik, metoda dinamik dan metoda statik
dengan perputaran.
Di Indonesia alat sondir sebagai alat tes di lapangan adalah sangat terkenal
karena di negara ini banyak dijumpai tanah lembek (misalnya lempung) hingga
kedalaman yang cukup besar sehingga mudah ditembus dengan alat sondir Di
dunia
penggunaan Sondir ini semakin populer terutama dalam menggantikan SPT untuk
test yang dilakukan pada jenis tanah liat yang lunak dan untuk tanah pasir halus
sampai tanah pasir sedang/kasar. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
perlawanan penetrasi konus (qc) dan hambatan lekat (fs) tanah
2.4.1. Interpretasi Hasil Uji Sondir
1. Tahanan Ujung (qc)
15
Tahanan ujung diperoleh dari penekanan ujung konus untuk memperoleh
perlawanan tanah yang dipenetrasi. Tahanan ujung diukur sebagai gaya penetrasi
persatuan luas penampang ujung konus (qc). Besarnya nilai ini menunjukkan
identifikasi jenis tanah. Pada tanah pasiran, perlawanan ujung yang besar
menunjukkan tanah pasir padat. Sedangkan perlawanan ujung kecil menunjukkan
pasir halus. Perlawanan ujung yang kecil juga menunjukkan tanah lempung
karena kecilnya kuat geser dan pengaruh tekanan air pori saat penetrasi.
2. Gesekan selimut (fs)
Gesekan selimut (fs) diperoleh dari hasil pengukuran perlawanan ujung
konus dan selimut bersama-sama ditekan ke dalam tanah dikurang hasil
pengukuran tahanan ujung konus dengan kedalaman penetrasi yang sama.
Gesekan selimut diukur sebagai gaya penetrasi persatuan luas selimut konus (fs).
Gesekan selimut digunakan untuk menginterpretasikan sifat-sifat tanah untuk
klasifikasi tanah dan memberikan data yang dapat langsung digunakan untuk
perencanaan pondasi tiang.
3. Friction Ratio (rf)
Friction Ratio merupakan perbandingan antara gesekan selimut (fs)
dengan
tahanan ujung (qc). Rasio gesekan (fs/qc) dari hasil sondir dapat digunakan untuk
membedakan tanah berbutir halus dengan tanah yang berbutir kasar
(memperkirakan jenis tanah yang diselidiki).
♦ Harga Friction Ratio < 1 % biasanya adalah untuk tanah pasir.
♦ Harga Friction Ratio > 1 % biasanya adalah untuk tanah Lempung
♦ Harga Friction Ratio > 5 % atau 6 % untuk jenis tanah organik (peat)
2.5 Daya dukung pondasi dalam
Tiang (Pile) adalah bagian dari suatu bagian konstruksi pondasi yang
berbentuk batang langsing yang dipancang hingga tertanam dalam tanah dan
berfungsi untuk menyalurkan beban dari struktur atas melewati tanah lunak dan
air kedalam pendukung tanah yang keras yang terletak cukup dalam. Penyaluran
beban oleh tiang pancang ini dapat dilakukan melalui lekatan antara sisi tiang
dengan tanah tempat tiang dipancang (tahanan samping), dukungan tiang oleh
16
ujung tiang (end bearing). Besar kapasitas tahanan ujung dan tahanan samping
akan bergantung dari bentuk geometrik tiang pancang dan jenis tanah
pendukungnya.
2.5.1 Daya Dukung Aksial Tiang
Seperti kita ketahui bahwa daya dukung aksial suatu pondasi dalam pada
umumnya terdir atas dua bagian yaitu daya dukung akibat gesekan sepanjang
tiang dan daya dukung ujung (dasar) tiang sebagaimana diformulasikan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut :
Dimana :
= u Q Daya dukung batas tiang
= all Q Daya dukung ijin tiang
= p Q Daya dukung ujung batas tiang
s Q = Daya dukung gesekan batas sepanjang tiang
SF = Faktor keamanan
Berdasarkan sumber data yang digunakan pada dasarnya terdapat dua cara
untuk memperkirakan daya dukung aksial tiang. Cara pertama adalah dengan
menggunakan parameter-parameter kuat geser tanah, yaitu yang didapat dari hasil
pengujian di laboraturium yaitu nilai kohesi (c ) dan sudut geser dalam φ. Cara
kedua yaitu dengan menggunakan data uji lapangan, antara lain dengan
menggunakan uji SPT (Standard Penentarsi Test) dan Sondir (Cone Penetration
Test atau CPT).
Di dalam aplikasinya, ketepatan perkiraan daya dukung menggunakan
caracara diatas sangat tergantung kepada keakuratan data yang diperoleh dari hasil
penyelidikan tanah serta parameter-parameter empiris yang digunakan. Dibawah
ini diuraikan beberapa teori tersebut.
2.5.2 Perkiraan daya dukung dengan menggunakan data Uji Laboraturium
Sebagaimana diketahui sebelumnya untuk memperkirakan daya dukung
tiang dengan menggunakan hasil data uji laboraturium digunakan parameter kuat
17
geser undrained dan sudut geser dalam tanah. Untuk tanah lempung menurut
Meyerhof, persamaan daya dukung ujung tanah digunakan sebagai berikut :
Dimana Su adalah kekuatan geser
undrained tanah, Nc adalah faktor daya dukung tiang yang biasanya diambil 9
(sembilan) dan Ap adalah luas dasar ujung tiang. Terzaghi berpendapat bahwa
untuk tanah berbutir halus, maka kapsitas daya dukung ujung dapat ditentukan
sebagai berikut :
Dimana q adalah tegangan vertikal efektif tanah pada ujung tiang dan Nq
adalah faktor daya dukung tiang yang tergantung kepada sudut geser dalam tanah
(φ). Gambar 3.1. menunjukkan contoh nilai Nq yang diturunkan oleh Simos &
Manziles, 1977).
Sedangkan persamaan dasar untuk memperkirakan daya dukung gesekan
pondasi tiang adalah sebagai berikut :
Dimana f adalah gaya gesekan antara tanah
dengan tiang sedangkan As adalah luas badan selimut tiang. Untuk tanah
lempung, biasanya koefisient gesekan ini diperkirakan dengan menggunakan
beberapa cara diantaranya metoda Alpha (α), metoda Lamda (λ) dan Metoda
Betha (β).
2.6 Perkiran Daya Dukung Dengan Menggunakan Data Uji Lapangan
Yang dimaksud dengan perkiraan daya dukung dengan menggunakan data uji
lapangan disini adalah perkiraan dengan langsung menggunakan data-data uji
tersebut dengan tanpa terlebih dahulu mengkorelasikannya dengan
parameterparameter
laboraturium seperti yang dibahas diatas. Uji lapangan yang banyak
digunakan untuk memperkirakan daya dukung suatu tiang pancang antara lain
adalah : Standard Penetration Test (SPT), Sondir (Cone Penetration Test) dan
Pressuremeter test (PMT). Untuk kita di Indonesia uji Pressuremeter belum begitu
18
meluas penggunaannya. Karena itu pada tulisan ini hanya akan dibahas mengenai
perkiraan daya dukung dengan menggunakan data SPT dan Sondir saja.
2.6.1 Daya dukung hasil Pondasi Hasil Sondir
Uji sondir telah lama populer di Indonesia karena relatif mudah pemakaiannya,
ekonomis dan dapat memberikan profil tanah secara kontinu meskipun masih
dalam
taraf kualitatif. Uji ini memberikan perlawanan ujung qc dan gesekan selimut fs.
Nilai
perlawanan ujung dengan gesekan selimut ini dapat memberikan indikasi jenis
tanah
dana beberapa parameter tanah seperti konsistensi tanah lempung, kuat geser,
kepadatan relatif dan sifat kemampatan tanah meskipun hanya didasarkan pada
korelasi empiris. Parameter-parameter tersebut amat bermanfaat untuk
perancangan
pondasi.
Penggunaan uji sondir untuk menganalis daya dukung tiang telah cukup lama
dilakukan mengingat dalam sejarah perkembangannya memang alat uji ini
dimaksudkan sebagai model mini dari suatu pondasi tiang. Demikian pula
berbagai
metoda analisis telah mengalami perkembangan sesuai dengan pengalaman
melalui
usaha-usaha empiris maupun elaborasi analitis.
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan penelitian Tugas Akhir ini digunakan tahapan dan
berbagai metode pendekatan, sebagai berikut :
3.1 Tahap Pendahuluan
Tahap ini merupakan tahapan awal dalam analisis yang meliputi:
Penyusunan Proposal Penelitian dan Kelengkapan Admisnistrasi
Pada tahap ini dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan dengan
penyusunan proposal sebagai syarat dan informasi kelengkapan untuk
melaksanakan tugas akhir yang ditunjukkan kepada Universitas Jenderal
20
Soedirman, dan membuat surat pengantar dari Universitas sebagai surat
permohonan untuk melakukan penelitian di sebuah instansi.
Studi Pustaka
Studi literatur meliputi kajian publikasi ilmiah baik nasional dan
internasional, kajian text book, dan kajian data sekunder yang relevan dengan
topik penelitian. Untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian, maka beberapa
tahapan dan kegiatan antara lain : Studi pustaka, persiapan dan perencanaan, yang
meliputi kegiatan pengumpulan data sekunder berupa data geologi permukaan dan
bawah permukaan, data kegempaan, data hidrologi yang akan digunakan untuk
menentukan lokasi-Iokasi investigasi geoteknik.
3.2 Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer yang
berupa peta lokasi pengeboran, data inti bor, data N-SPT, data CPTu, dan data
kedalaman muka air tanah (MAT). Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis
dan diintegrasikan. Investigasi geoteknik lapangan, yang meliputi kegiatan
pengujian sondir/CPTu menggunakan alat manual berkapasitas 2.5 ton dan alat
digitatlelektrik sehingga meng-hasilkan gambaran bawah permukaan sifat
keteknikan secara kontinyu. Grafik yang dihasH1<:an dari uji insitu ini
menggambarkan hubungan penampang kedalaman dengan stratifikasi klasifikasi
jenis tanah, tekanan konus (qc), friction ratio (fr), tekanan airpori (U2) dan Rf.
Pemetaan dan investigasi lapisan tanah dan batuan bawah permukaan,
bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik geoteknik dan dinamika lapisan
tanah dan batuan bawah permukaan, dengan menggunakan metode sebagai
berikut:
Uji Penetrasi Konus (CPTu)
Pengujian CPTu dilakukan untuk mengetahui profil jenis lapisan tanah,
konsistensi tanah dan tekanan air-pori tanah, yang akan dipergunakan untuk
analisis mikrozonasi potensi amblesan tanah. Uji CPTu telah dilakukan pada 9
titik pada daerah yang tersusun oleh endapan tanah lunak dengan menggunakan
peralatan piezocone. Dalam uji penetrasi konus (CPT), sebuah konus pada
serangkaian batang didorong ke dalam tanah dengan laju yang konstan.
Pengukuran dilakukan dari tahanan kombinasi untuk penetrasi konus dan tahanan
21
permukaan luar selimut. Dalam uji penetrasi piezocone (CPTu), tekanan pori
diukur biasanya pada satu, dua atau tiga lokasi. Tekanan pori ini terletak: pada
konus (u1), belakang konus (u2) dan di belakang tahanan selimut (u3).
Uji Penetrasi Dilatometer (DMT)
Pengujian DMT dilakukan untuk mengetahui profil jenis lapisan tanah,
kekuatan lapisan tanah dan kecepatan gelombang geser (Vs), yang akan
dipergunakan untuk mikrozonasi ancaman seismik. Uji DMT akan dilakukan pada
9 titik pada daerah yang tersusun oleh endapan tanah lunak dengan menggunakan
peralatan flat dilatometer.
Pemboran Teknik
Pemboran teknik dalam akan dilakukan pada 2 titik hingga kedalaman
maksimum 80 m (belum dilakukan) dan pemboran teknik dangkal hingga
kedalaman maksimum 40 m telah dilakukan pada 1 titik untuk mendapatkan jenis
dan ketebalan lapisan tanah batuan. Uji SPT akan dilakukan dengan interval 1.5 m
untuk mendapatkan kekuatan lapisan tanah. Sedangkan pengambilan conto tanah
tak terganggu akan dilakukan pada lapisan tanah dengan konsistensi lunak.
Uji karakteristik geoteknik di laboratorium
Pengujian laboratorium dilakukan pada contoh-contoh tanah terganggu
dan tak terganggu untuk menentukan sifat indeks (batas cair, batas plastis, berat
isi, porositas), sifat hidrologis (koefisien permeabiltas) dan keteknikan tanah (kuat
geser, koefisien konsolidasi) kurang lebih sebanyak 10 – 12 contoh.
3.3 Tahap Pembahasan
Merupakan tahap yang dilakukan dengan menjelaskan hasil-hasil
penelitian berdasarkan penelitian dan teori yang telah ada. Dalam tahap ini hasil
penelitian berupa interpretasi dan analisis yang sebelumnya telah dilakukan dibuat
sebuah pembahasan detail mengenai hal tersebut, kemudian akan dikaitkan
berdasarkan teori-teori dasar dan juga penelitian-penelitian yang telah ada
sebelumnya pada daerah tersebut. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang
dijelaskan dengan teori dasar yang ada, apakah terdapat kesamaan dengan
penelitian-penelitian regional sebelumnya ataukah berbeda. Apabila sama maka
22
akan dijelaskan lebih detail pada lapisan Miosen-Pliosen. Namun apabila berbeda
akan dijelaskan perbedaannya. Kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan hasil
penelitian yang sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini
3.4 Tahap Penyusunan Tugas Akhir
Pada tahap ini dilakukan setelah tahapan diatas telah selesai dengan
membuat sebuah laporan tertulis mengenai hasil penelitian, kemudian
dikonsultasikan dengan pembimbing terkait mengenai kesesuaian teori-teori yang
ada. Lalu hasil laporan tersebut dipresentasikan.
23
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
24
PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PPROPOSALSTUDI PUSTAKA
GEOLOGI REGIONAL PENELITIAN TERDAHULU KONSEP GEOLOGI TEKNIK KONSEP DAYA DUKUNG
TANAH PONDASI DALAM
PENGUMPULAN DATA
DATA PRIMER
Data CPT Data Bor teknik Data DMT Sampel tanah SPT
DATA SEKUNDER
Hidrologi Hidrogeologi Data Sondir
Data Pendukung
Peta geologi teknik Peta geologi
regional
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
PENULISAN LAPORAN
3.5 Alokasi Waktu
Tabel 3.1 Rincian waktu kegiatan.
25
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Interpretasi dan Penyusunan
Presentasi dan
Desember JanuariJenis Kegiatan
Oktober NovemberMinggu
Studi LiteraturPengumpulan Data
Analisis Data
MEI JUNI JULI AGUSTUS
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, S., 1992. Diktat Struktur (tektonik) Indonesia. Kelompok Bidang
Keahlian (KBK) Geologi Dinamis, Jurusan Teknik Geologi ITB
BAKOSURTANAL, 1993. Peta Rupa Bumi Indonesia, Pulau Jawa, skala
1:4.000.000.
van Bemmelen, R. W. ., 1949. The Geology of Indonesia. Vol I-A, The Hague,
Martinus Nijhoff, V, I-A.
Condon, W.H., Pardyanto, L., Ketner, K.B., Amin, T.C., Gafoer, S.
H.Samodra. 1996. Peta Geologi Lembar Banjarnegara-Pekalongan, skala
1:100.000. Direktorat Geologi, Bandung., Edisi ke-2.
Martodjojo, S. 1994. Data Stratigrafi Pola Tektonik dan Perkembangan
Cekungan Pada Jalur Anjakan-Lipatan di Pulau Jawa. Proceeding
Geologi dan Geoteknik Pulau Jawa.
Pulunggono. A dan S. Martodjojo. 1994. Data Stratigrafi Pola Tektonik dan
Perkembangan Cekungan Pada Jalur Anjakan-Lipatan di Pulau Jawa.
Kumpulan Makalah Seminar Geologi dan Geoteknik Pulau Jawa Sejak
Akhir Mesozoik Hingga Kuarter: UGM, Yogyakarta.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 2010. Peta Ancaman
Gerakan Tanah di Indonesia. Jakarta.
Baham bacaan lain :
01_Lanslide_Classification (Varnes Lanslide Classification) .pdf
Zufialdi_Zakaria_ Analisis_Kestabilan_Lereng_Tanah_2009 .pdf
http://doddysetiagraha.blogspot.com/2012/09/lempung.html diakses pada Selasa,
06 Januari 2015.
26