proposal ptk tuk pak iwan
DESCRIPTION
ptk proposTRANSCRIPT
ProposalPenelitian Tindakan Kelas
Diajukan Oleh : Bahar Sungkowo S.Pd
SMP INTERNAT AL-KAUSAR2012
1
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) IPS KAJIAN SEJARAH
Proposal PTK
PEMANFAATAN MEDIA WARAWIRI BERMETODEKAN DALANG
WARAWIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR
IPS KAJIAN SEJARAH PADA SISWA KELAS VII
SMP INTERNAT AL-KAUSAR PARUNGKUDA
KABUPATEN SUKABUMI
Disusun Oleh :
Bahar Sungkowo S.Pd
YAYASAN AL-KAUSAR
SMP INTERNAT AL-KAUSAR
JL HABIB DS BABAKAN JAYA KAB.SUKABUMI
2012
2
I. Pendahuluan
A. Judul Penelitian :
PEMANFAATAN MEDIA WARAWIRI BERMETODEKAN DALANG
WARAWIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR
IPS KAJIAN SEJARAH PADA SISWA KELAS VII
SMP INTERNAT AL-KAUSAR PARUNGKUDA
KABUPATEN SUKABUMI
B. Latar Belakang
Pelajaran Sejarah merupakan pelajaran yang diberikan pada jenjak
pendidikan dasar. Pelajaran sejarah ini mempunyai dua aspek sasaran yang ingin
dicapai yaitu pengingatan peristiwa dan pemahaman/pemaknaan dari peristiwa
masa lalu tersebut.
Kenyataan dilapangan mata pelajaran sejarah adalah pelajaran yang
membosankan dan dipandang sebelah mata karena tidak penting, tidak diujikan
dalam ujian nasional. Sehingga keberadaannya menjadi mata pelajaran yang
dianak tirikan oleh siswa/i itu sendiri
Untuk itulah, peran guru dituntut agar pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang
penting dimata siswa.Merubah paradigm bahwa sejarah adalah pelajaran yang
merupakan kajian peradaban manusia yang maha penting. Sehingga guru dituntut
untuk menciptakan media, metode, teknik dan model yang berkaidah PAIKEM.
Peneliti menyadari bahwa kendala mengajar sejarah adalah media yang kurang.
Karena itu peneliti ingin menggunakan media dalam menyampaikan media
pembelajaran sejaran. Karena itu, peneliti membuat inovasi media yang kami
namakan “ media Warawiri dan metode Dalang Warawiri.
C. Perumusan masalah
Permasalahan yang terjadi pada mata pelajaran sejarah yaitu tidak adanya
media yang menjelaskan sejarah lokal tentang kolonialisme. Untuk mengatasi
permasalahan diatas dilakukan penggunaan media Warawiri bermetodekan dalang
warawiri. Dengan demikian waktu pertemuan dalam pengajaran sangat terbatas,
sehingga menyulitkan siswa untuk trampil memahami materi yang disampaikan.
Untuk itu perlu dilakukan inovasi – inovasi dalam ppembelajaran, sehingga
3
kemampuan siswa/i dalam pemahaman materi sejarah lokal dapat meningkat. Inovasi
yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu memanfaatkan media dan metode warawiri
semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran. Adapun inovasi yang dipilih dalam
meningkatkan prestasi atau hasil belajar dalam pelajaran IPS kajian Sejarah. Dengan
demikian diharapkan kesulitan siswa/i dalam menerima serta memahami konsep dan
materi dapat teratasi seefektif dan efisien mungkin.
D. Cara Pemecahan Masalah
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, yaitu melakukan percobaan –
percobaan dengan memggunakan media warawiri bermetodekan dalang warawiri.
Adapun langkah – langkah sebagai berikut :
a. Penyiapan dengan menyusun rencana topic materi sesuai dengan tingkat kesulitan
pada masing – masing materi pelajaran.
b. Memperlihatkan kepada siswa/i masing – masing materi sejarah lokal yang akan
disampaikan dengan menggunakan media dan metode warawiri.
c. Melakukan diskusi tentang berbagai teknik solusi permasalahan sejarah lokal.
d. Mengumpulakan dan menganalisis data.
Untuk lebih jelasnya, maka desain inovasi yang digunakan dalam pembelajaran dapat
dilihat pada bagian di bawah ini :
Bagan desain pembelajaran artikulasi II dengan CD pembelajaran bicara
4
Perkuliahan di kelas
Simulasi di Laboratorium
Pembelajaran di
kelas
Pengkajian Materi di Kurikulim
Materi pelajaran teori dan Praktek
Analisis hasil praktek 2 dari penggunaan media
pembelajaran bermetodekanDalang warawiri
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian adalah menemukan
pembelajaran yang efektif dan efisien dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas VII
SMP Internat Al-Kausar Kab. Sukabumi
F. Kontribusi/Manfaat Penelitian
Kontribusi yang ingin dicapai adalah bertambahnya wawasan pengetahuan
dalam sejarah lokal, khususnya dalam sejarah Sukabumi serta dapat diaplikasi secara
praktis di lapangan dan di kelas sebagai salah satu bentuk pembelajaran di kelas,
sehingga siswa/i tidak mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep. Dengan
demikian inovasi yang telah ditemukan dapat digunakan dalam pengajaran sejarah
lokal di sekolah.
5
Praktek ke 2 di pembelajaran
kelas bermediakan
warawiri Bermetodekan
Dalang warawiri
Analisis hasil praktek 1 dari penggunaan media warawiri
bermetodekan dalang warawiri
Praktek ke 1 Penggunaan
media warawiri bermetodekan
dalang warawirid
II. Tinjauan Pustaka dan Hipotesis Tindakan
1. Tinjauan Pustaka
1.1. Penggunaan teori permainan sebagai pendekatan pembelajaran.
Media wedus gembel yang terdiri dari wayang kardus dan tripleks, serta bermacam-
macam permainan yang menarik serta menantang antusias siswa-siswi.Dasar dari
pembuatan berbagai macam media permainan mengacu kepada teori belajar yang
berbasis bermain. Adapun beberapa teori belajar yang menjadi acuan media wedus
gembel adalah :
b.1. Teori kontruktivisme
Belajar, menurut pandangan konstruktivisme merupakan suatu proses mengonstruksi
pengetahuan yang terjadi dari dalam diri anak. Artinya, pengetahuan diperoleh
melalui suatu dialog oleh suasana belajar yang bercirikan pengalaman dua sisi
(kognitif dan afektif). Dengan demikian, belajar harus diupayakan agar anak-anak
mampu menggunakan otak mereka secara efektif dan efisien sehingga tidak ditandai
oleh segi kognitif belaka, tetapi terutama juga oleh keterlibatan emosi dan
kemampuan kreatif (Semiawan,2002)
Konsep-konsep pandangan konstruktivistik menekankan keterlibatan anak dalam
proses belajar. Menurut pandangan ini proses belajar haruslah menyenangkan bagi
anak dan memungkinkan anak berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya.
Bermain merupakan media sekaligus cara terbaik anak untuk belajar. Dalam bermain
itulah anak belajar melalui proses berbuat dan menyentuh langsung obyek-obyek
nyata. Disini anak tidak belajar banyak melalui interpretasi stimulus verbal (kata-
kata) dari orang yang lebih dewasa.
b.2. Teori bermain sambil belajar
Menurut Semiawan (2002) , manusia belajar secara terus menerus untuk mampu
mencapai kemandirian dan sekaligus mampu beradaptasi terhadap berbagai
perubahan lingkungan.
Belajar dapat diartikan sebagai suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan
tingkah laku, sebagai hasil dari pengalaman.
6
Banyak ahli yang berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif permanen yang dihasilkan oleh proses pengalaman. Hal ini tidak ditentukan
oleh kematangan atau kecenderungan bawaan saja. Tingkah laku yang dihasilkan
dari kegiatan belajar meliputi banyak hal, mulai dari masalah pengetahuan,
keterampilan, kecakapan, kreasi hingga kemampuan merasakan.
Belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara. Seperti yang kita ketahui ada beberapa
macam gaya belajar, yaitu Auditori (mendengar), Visual (melihat), dan Kinestetik
(bergerak). Belajar dapat dilakukan melalui melihat, mendengarkan, membaca,
menyentuh, bergerak, berbicara, bertindak, berinteraksi, merefleksi dan bahkan
bermain.
Untuk mencapai perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak
terampil menjadi terampil manusia tidak sekedar duduk di belakang meja. Untuk
belajar, manusia perlu melakukan berbagai aktifitas. Bagi anak-anak, belajar dapat
dilakukan dengan bermain. Aktifitas bermain itulah sesungguhnya yang merupakan
sarana belajar anak. Artinya anak-anak belajar melalui kegiatan bermain.
1.2 Media (Alat Bantu) dalam pembelajaran
Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta,
konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum
dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Metodologi pengajaran adalah
metode dan teknik yang digunakan dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar
bahan pengajaran sampai kepaad siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran.
Dalam metodologi ada dua aspek yang paling menonjol, yaitu metode mengajar dan
media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalh alat untuk
mengukur atau menentukan taraf tercapai tidaknya suatu tujuan pengajaran.
Pola pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajarn yang memanfaatkan
media pembelajaran sebagai sumber – sumber di samping guru dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 2.1 Pola pembelajaran dibantu media (Arifin,2000)
7
TujuanPenetapan Isi dan Metoda
Guru dengan Media
Siswa
Dalam praktek pembelajaran sebenarnya tidak ada pola yang kaku antar komponen
pembelajaran. Pola kombinasi yang lengkap dapat digambarkan sebagai berikut :
Salah satu gambar yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori
penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut
Pengalaman dale). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tigkatan
pengalaman yang dikemukakan oleh bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari
pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang
kemudian melalui benda tiruan sampai kepada lambing verbal (abstrak). Semakin diatas
puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Perlu dicatat bahwa urut –
urutan ini tidak berarti prosesw belajar dan interaksi mengajar belajar harus selalu
dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi
mempertimbangkan situasi belajarnya.
Gambar 2.3 Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Hamalik, 1994)
Dasar pengembanagan kerucut di atas bukanlah tingkat kesulitan, melainkan
tingkat keabstrakan, jumlah jenis indera yang turut serta selama penerimaan isi
pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan
8
paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam
pengalaman itu, oleh karena melibatkan indera pengluhatan, pendengaran, perasaan,
penciuman, dan peraba. Ini dikenal dengan Learning by doing karena memberi
dampak langsung terhadap pemerolehan dan pertumbuhan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap siswa.
1.3 Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya.
Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal,
kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom
mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang
harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik
(Sudjana, 1990:22).
2. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dari pengertian teori permainan, media(alat bantu) pembelajaran,
dan hasil belajar maka kegiatan pembelajaran diperlukan adanya keterpaduan
diantara komponen dalam belajar. Keterpadauan ini berlaku disemua jenjang
pendidikan termasuk di jenjang pendidikan dasar. Penggunaan media dan metode
pengajaran sangat membantu peserta didik audio visual salah satu media
pembelajaran memiliki peranan yang sangat membantu dalam menjelaskan hal – hal
abstrak menjadi jelas dan sederhana serta lebih efisien dalam waktu. Media warawiri
dapat dipergunakan untuk menganalisis kegiatan praktek yang dilakukan oleh masing
– masing siswa. Dengan warawiri dapat dilakukan analisis pada proses pembelajaran
yang kemudian dapat dilakukan berbagai analisis dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan dalam kelas dan menganalisis segi kelebihan dan atau kesalahan yang
dilakukan oleh siswa dalam pembentukan direkam, dapat diketahui mana yang perlu
perbaikan jika terjadi kesalahan dalam praktek. Proses pembelanjaran selanjutnya
berdasrkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan demikian hasil yang diharapkan
akan lebih baik.
9
Berdasarkan uraian diatas maka diajukan hipotesis tindakan yaitu penggunan
media warawiri bermetodekan dalang warawiri dapat meningkatkan hasil belajar IPS
kajian Sejarah pada siswa kelas VII SMP Internat Al-Kausar Sukabumi.
3. Rencana Penelitian
a. Setting penelitian
Penelitian dilakukan di kelas dengan melihat pertunjukan wayang yang di dalangi
oleh guru dan siswa mengenai pembelajaran sejarah lokal dengan aspek kearifan
lokal yang hidup di masyarakat Sukabumi.
b. Variabel
Variabel yang menjadi sasaran dalam rangka PTK adalah peningkatan keterampilan
siswa dalam memahami materi dan konsep sejarah lokal serta peningkatan hasil
belajar siswa. Di samping variable tersebut masih ada beberapa variabel yang lain
yaitu : 1) input: sarana pembelajaran, lingkungan belajar, bahan ajar, guru, siswa,
prosedur evaluasi dsb. 2) proses KMB: Interaksi belajar, gaya guru mengajar,
implementasi berbagai metode perbaikan belajar mengajar dsb. 3)Out put : Hasil
belajar siswa beruapa nilai proses dan nilai hasil, motivasi siswa, dsb.
c. Rencana Tindakan
1) Perencanaan
Untuk meningkatkan kemampuan siswa setelah memperoleh pengetahuan
secara teoritik perlu di tingkatkan dengan kegiatan pembelajaran dikelas. Kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan, menginspirasi, proaktif, dan meningkatkan
motivasi belajar adalah tujuan pembelajaran yang disusun guru diawal memulai
penelitian tindakan kelas.
2) Implementasi Tindakan
Rencana yang telah disusun dicobakan sesuai dengan langkah yang telah dibuat
yaitu proses peningkatan hasil belajar IPS Kajian Sejarah.
10
3) Observasi dan Implementasi
Observasi ini dilakaukan untuk melihat pelaksanaan apakah semua rencana
yang telah dibuat dengan baik tidak ada penyimpangan – penyimpangan yang dapat
memberikan hasil yang kurang maksimal dalam peningkatan hasil belajar IPS kajian
Sejarah siswa kelas VII SMP Internat Al-Kausar Sukabumi.
4) Analisis dan Refleksi
Hasil kegiatan PTK yang telah direkam, diputar kembali untuk dianalisis untuk
mengetahui kegagalan atau kesalahan yang dialami oleh guru dan siswa dan
kemudian didiskusikan dengan rekan sejawat di MGMP untuk mencari
penyelesaiannya yang efektif pada kegiatan peningkatan hasil belajar.
4. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui observasi baik secra manual maupun melalui
perekaman video, khususnya untuk data langsung prosedur/proses. Data ini
digunakan untuk melihat proses/prosedur pelaksanaan perbaikan gaya belajar/ situasi
belajar . Disamping itu data dikumpulkan melalui tes untuk mengukur kemampuan
siswa dalam memahami materi dan konsep sejarah.
5. Indikator kinerja
Sebagai tolak ukur keberhasilan bagi siswa yaitu meningkatnya hasil belajar.
Indikator ini merupakan tempat dari rencana yang telah dibuat dan imlikasinya dalam
rangka memperbaiki hasil belajar siswa.
5. Personalia Penelitian
1. Ketua peneliti :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Bahar Sungkowo S.Pd
b. Golongan / pangkat / NIP : -
c Jabatan Fungsional : Guru IPS
g. Waktu untuk penelitian ini : 2 jam/minggu
h. Tugas :
1. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan
2. Menyusun perencanaan PBM berbasis multi media
11
3. Terlibat dalam semua jenis kegiatan
4. Mentyusun Laporan
2. Menyusun perencanaan PBM berbasis multi media
3. Menyusun instrument
6. Jadwal pelaksanaan
No Jenis Kegiatan Bulan
1 Penyusunan Proposal Mei
2 Analisis Pokok Bahasan dan Media Mei-Juni
3 Pendesainan media pembelajaran yang digunakan Januari-Maret
4 Pelaksanaan PBM dengan media Wara wiri Juni
5 Evaluasi Hasil Belajar Siswa Juni
6 Evaluasi Proses Pembelajaran Juni
7 Analisis hasil evaluasi Juni-Juli
8 Seminar hasil penelitian -
9 Penyusunan Laporan Juli-Agustus
7. Biaya yang diusulkan
Rekapitulasi biaya
No Uraian Jumlah Biaya (Rp)
1 Honor Tukang Rp. 100.000,-
2 Bahan habis pakai Rp. 200.000,-
3 Peralatan Rp. 200.000,-
4 Perjanjian Rp. -
5 Lain – lain/konsumsi dan sewa kostom Rp. 200.000,-
Jumlah Biaya Rp. 700.000,-
12
6. Penutup
Demikian proposal yang saya ajukan kepada Bapak, semoga saja proposal ini dapat
ditindak lanjuti serta dapat rerealisasikan penelitian tindakan kelas peningkatan hasil
belajar.
Akhirnya saya ucapkan terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Bodrova, Elena & Leong, Deborah.1996. Tools of The Mind : The
Vygotskian Approach to Early Childhood Education. New Jersey:
Merill Prentice Hall.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
www. Google.co.id
Massam D Leonardo. 2000. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Surabaya. CV Karya
Utama.
Muchlas Samani 2007. Menggagas Pembalajaran Bermakna. www.goegle.com/2008
(diakses pada 22 April 2011).
Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain : Cara Mengasah
Multiple Intelligence pada Anak Sejak Usia Dini. Jakarta : PT.
Grasindo
Riadi Aris, Karya tulis : Media wayang tokoh sejarah (WTS) dalam upaya
peningkatan hasil belajar Siswa pada SMPN 1 Wirodaden Ngawi Jawa Timur 2010.
Sardiman 2009. Pembelajaran IPS Terpadu kelas VIII SMP dan MTs. Solo. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Semiawan, C.R.2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini:
Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: PT
Prenhallindo.
Sudjana N. 1996. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Sudjana .1997. Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Rosdakarya
Wikipedia.com
13
14
15