proposal penelitian_mella rosa s_111710101022

Upload: mella-rosa-sebifera

Post on 21-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Proposal Penelitian_Mella Rosa S_111710101022

    1/14

    PROPOSAL PENELITIAN

    KARAKTERISTIK BUAH MANGGA GADUNG (Mangifera indica L.)YANG DIKALENGKAN DENGAN VARIASI WAKTU EXHAUSTING

    DAN STERILISASI

    Oleh :

    Mella Rosa SebiferaNIM. 111710101022

    JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2015

  • 7/24/2019 Proposal Penelitian_Mella Rosa S_111710101022

    2/14

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Produksi buah mangga di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 2.131.139

    ton, tahun 2012 2.376.333 ton, dan tahun 2013 sebanyak 2.192.928 ton (BPS).

    Mangga adalah buah bernilai ekonomi tinggi dan merupakan bahan makanan

    penting setelah pisang bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan buah mangga

    memiliki kandungan vitamin A dan C yang cukup tinggi, masing-masing sebesar

    1.000 IU (International Unit) per 100 gr bobot segar dan 20 mg per 100 gr bobot

    segar. Selain itu, dalam satu buah mangga berukuran sedang diketahui

    mengandung serat dalam jumlah yang mencukupi hingga 40% kebutuhan serat

    harian tubuh manusia (Medina, 2002). Sehingga buah mangga sangat baik untuk

    dikonsumsi. Mangga termasuk salah satu buah tropis yang bersifat musiman

    (Djubaedah dan Nurlaelyah, 1986). Mangga tidak tahan lama untuk disimpan

    pada kondisi suhu kamar. Buah mangga yang telah matang hanya tahan 2 sampai

    3 hari pada kondisi suhu kamar (Winarno, 1993). Oleh karena itu, perlu

    ditemukan inisiasi baru untuk mengawetkan buah mangga. Salah satunya dengan

    menerapkan teknologi pengalengan pada buah mangga.

    Menurut Murniyati dan Sunarman (2000), bahan pangan yang dikalengkan

    dan disimpan dengan baik dapat bertahan selama dua tahun. Beberapa keuntungan

    penggunaan kaleng sebagai kemasan bahan pangan diantaranya makanan bersifat

    aman dari kontaminasi mikroba, cemaran serangga dan bahan asing, menjaga dari

    perubahan kadar air, menjaga dari penyerapan oksigen maupun gas-gas lain yang

    dapat mempengaruhi aroma bahan pangan.

    Mangga yang dikalengkan dapat mengalami kerusakan. Penyebab utama

    kerusakan mangga kaleng adalah kurang sempurnanya proses pengolahan seperti

    exhausting yang kurang, pengisian yang berlebihan, reaksi kimia dari bahan

    misalnya reaksi pencoklatan, dan sterilisasi yang kurang. Tanda yang paling

    mudah untuk menunjukkan adanya pembusukan pada makanan kaleng adalah

  • 7/24/2019 Proposal Penelitian_Mella Rosa S_111710101022

    3/14

    penggembungan pada bagian ujung kaleng (Buckle. et al,1987). Maka dari itu,

    upaya menghindari hal tersebut dengan menerapkan proses exhausting dan

    sterilisasi waktu yang tepat untuk mencegah kerusakan mutu produk.

    1.2.Perumusan Masalah

    Mangga yang dikalengkan dapat mengalami kerusakan. Penyebab utama

    kerusakan produk mangga kaleng adalah kurang sempurnanya proses pengolahan

    seperti exhausting, pengisian yang berlebihan, reaksi kimia dari bahan misalnya

    reaksi pencoklatan, dan sterilisasi yang kurang. Tanda yang paling mudah untuk

    menunjukkan adanya pembusukan pada makanan kaleng adalah penggembungan

    pada bagian ujung kaleng (Buckle. et al, 1987). Oleh karena itu, perlu

    dikembangkan cara exhausting dan sterilisasi yang tepat dengan menentukan lama

    waktu yang sesuai untuk mencegah kerusakan mutu produk. Menurut Larousse

    (1997) tujuan dari exhausting adalah menghilangkan udara sehingga tekanan di

    dalam kaleng setelah perlakuan panas dan pendinginan sehingga tekanan di dalam

    kaleng lebih rendah daripada tekanan atmosfer. Kondisi vakum menjaga tutup

    kaleng tertutup sehingga mengurangi tingkat oksigen dalam head space. Hal ini

    juga akan memperpanjang umur simpan dari produk makanan dan mencegah

    penggembungan kaleng pada daerah yang tinggi. Pengurangan jumlah udara

    bertujuan mengurangi oksigen dan kesempatan oksidasi dari bahan. Vakum dalam

    kaleng menurut Larousse (1997) sudah dapat dihasilkan dari pemanasan kaleng

    menggunakan steam pada suhu 80-90 0C selama 5-7 menit. Pengukuran

    penerapan variasi waktu exhausting dan sterilisasi diharapkan mampu

    menciptakan desain exhausting dan sterilisasi yang tepat bagi produk mangga

    kaleng.

    1.3.Tujuan

    Tujuan dari penelitian ini adalah :

    a.

    Mengetahui pengaruh lama exhausting dan sterilisasi terhadap sifat fisik

    dan kimia produk mangga gadung kaleng

  • 7/24/2019 Proposal Penelitian_Mella Rosa S_111710101022

    4/14

    b. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kerusakan pada buah mangga

    gadung kaleng setelah dilakukan penyimpanan

    1.4.

    Manfaat

    Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi,

    meningkatkan daya simpan buah mangga (Mangifera indica L.) dan agar

    masyarakat dapat tetap mengkonsumsi buah mangga ketika buah mangga sedang

    tidak musim.

  • 7/24/2019 Proposal Penelitian_Mella Rosa S_111710101022

    5/14

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2.1.Mangga

    2.1.1.

    Komposisi Kimia Buah Mangga

    Daftar komposisi kimia dan nilai gizi buah mangga dapat diliat pada Tabel 2.1

    Tabel 2.1 Komposisi kimia dan nilai gizi buah mangga

    Sumber : Laroussihe, LE MANGUIER, dalam Pracaya, (2011)

    Buah mangga sebagai bahan makanan terdiri dari 80% air dan 15-20%

    gula serta berbagai macam vitamin, antara lain vitamin A, B2, dan C. Kandungan

    vitamin C dalam buah mangga kira-kira 13-80 mg vitamin C setiap 100 gram dan

    kandungan ini tergantung dari varietasnya (AAK, 1991). Kadar vitamin C sangat

    dipengaruhi oleh varietas, lingkungan, tempat tumbuh, pemakaian berbagai jenis

    pupuk, tingkat kematangan buah dan sebagainya (Winarno, 2004).

    2.2.Teknologi Pengalengan Buah

    Terdapat beberapa proses pengalengan buah yang cukup berpengaruh

    terhadap kualitas mutu produk pengalengan diantaranya :

  • 7/24/2019 Proposal Penelitian_Mella Rosa S_111710101022

    6/14

    a. Blanching

    Menurut Winarno (1980), blanching adalah pemanasan pendahuluan dalam

    pengolahan pangan. Blancing merupakan tahap pra proses pengolahan bahan

    pangan yang biasa diakukan dalam proses pengalengan, pengeringan sayuran

    dan buah-buahan. Mulanya proses termal dalam pengolahan merupakan suatu

    cara untuk menghilangkan aktivitas biologi yang tidak diinginkan.

    Keuntungan yang diperoleh dari proses ini adalah mampu memperpanjang

    umur simpan bahan pangan dalam wadah tertutup dan dapat mempertahankan

    nutrisi dan mampu mempertahankan mutu yang ada dalam bahan.

    Menurut Praptiningsih (1999) blancing bertujuan untuk inaktivasi enzim,

    pembersihan bahan-bahan mentah dan mengurangi kadar bakterinya,

    membuat jaringan berkerut sehingga membuat pengisian bahan mentah

    menjadi mudah, mempertahankan dan memperbaiki warna dan memprbaiki

    tekstur. Blanching dapat menyebabkan kerugian pada bahan, yaitu kehilangan

    zat gizi yang larut dalam air dan peka terhadap panas, menghambat proses

    pengeringan bahan-bahan yang mengandung pati menyebabkan kerusakan

    tekstur bila waktu blanching terlalu lama.

    Proses blanching mempunyai beberapa tujuan. Namun demikian tidak dapat

    diaplikasikan untuk semua buah dan sayuran yang diperlakukan. Ada

    beberapa reaksi yang merugikan yang dapat mempengaruhi kualitas produk

    (Larousse, 1997).

    b. Pengisian (filling)

    Tahap ketiga yaitu memasukan bahan kupang ke dalam masing-masing

    kaleng yang steril dan dilakukan secara manual. Kupang putih yang

    sebelumnya telah ditimbang dan memiliki takaran yang sama dimasukkan kedalam kaleng dan kemudian disiram dengan larutan bumbu. Selama

    pengalengan perlu ditentukan seberapa besar bagian head space-nya. Head

    space merupakan bagian kosong pada kaleng yang disisakan untuk

    memberikan rongga pada kaleng. Tujuannya yaitu memberikan kapasitas

    terjadi pemuaian bahan selama pemanasan. Pada umumnya, ukuran head

    spacekira-kira 1cm dari penutup. UkuranHead spaceyang terlalu besar atau

  • 7/24/2019 Proposal Penelitian_Mella Rosa S_111710101022

    7/14

    terlalu kecil akan mengganggu proses pengalengan sehingga menunrunkan

    mutu bahan. Ukuran yang terlalu besar mengakibatkan kesulitan selama

    penghampaan udara (exhausting). Sedangkan ukuranHead spaceyang terlalu

    kecil menyebabkan kerusakan permanen akibat bahan pangan padat yang

    memuai akan memberikan penekanan penuh pada kaleng sehingga tidak

    kembali ke asal. Harry Z (1999) menyatakan kondisi kepadatan bahan pangan

    tentu akan mempersulit panas mengalir dengan membutuhkan waktu yang

    lebih lama, selain itu juga mempersulit pengeluaran udara dari rongga

    rongga bahan pangan selama exhausting. Tahap pengisian dapat dilakukan

    dengan dua metode diantaranya metode panas (hot filling) dan metode dingin

    (cold filling). Metode panas (hot filling) digunakan pada bahan berprotein

    tinggi seperi ikan dan daging. Bahan pangan ini dapat secara langsung

    dikonsumsi, karena protein yang ada tidak berubah. Metode kedua adalah

    dingin (cold filling) yang digunakan pada buah. Kelebihan dalam penggunaan

    metode ini yaitu dapat mempertahankan kandungan vitaminnya tanpa

    mengalami pengurangan.

    c. Penghampaan Udara (Exhausting)

    Vakum di dalam kaleng dihasilkan dari penggunaan panas atau dengan cara

    mekanis. Vakum dalam kaleng dapat dihasilkan dari pemanasan kaleng

    menggunakan steam pada suhu 80-90 0C selama 5-7 menit, diikuti dengan

    sealing kaleng panas. Alternatif lain adalah dengan mechanical high vacuum

    seamer pada suhu kamar. Beberapa produk, khususnya jus, dipanaskan

    terlebih dahulu selama preparasi dan pengisian ke dalam kaleng. Kadang,

    sebelum pengisian kaleng, udara dalam head space dihilangkan dengan steam,

    yang terkondensasi setelah proses dan dengan cara demikian menyebabkankondisi vakum. Tingkat vakum dalam proses, pendinginan kaleng tergantung

    dari ukuran kaleng dan jenis produk (Larousse, 1997).

    d. Penutupan kaleng (seaming)

    Penutupan kaleng merupakan satu tahap penting dalam proses pengalengan.

    Penutupan kaleng bertujuan untuk menjaga dari cemaran maupun

    kontaminasi mikroorganisme sehingga perlu dilakukan secara otomatis

  • 7/24/2019 Proposal Penelitian_Mella Rosa S_111710101022

    8/14

    setelah penghampaan udara. Apabila penutupannya kurang sempurna dapat

    mengakibatkan kebocoran selama sterilisasi. Kemudian Seamer akan

    menyatukan badan kaleng dan lempeng tutup secara double seam. Pripnsip

    penyambungan double seam dengan menyambung lipatan pada tutup

    bersama dengan tepi badan kaleng. Bagian ruang kosong diantara lipatan

    logam diisi dengan seaming compound. Pada dasarnya Double seam terdiri

    atas 3 lapisan tutup dan 2 lapisan kaleng (body) yang semuanya dilipat

    bersama-sama dengan seaming compound untuk membentuk lipatan yang

    hermetis.

    Penciptaan sambungan ganda (double seam) pada kaleng akan menghasilkan

    desain penutupan yang hermetis (tahan bocor) diantara badan kaleng dan

    tutupnya. Sambungan ganda terbentuk dari lipatan yang saling mengunci

    antara lekukan (curl), tutup (lid) dengan lekukan bibir (flange) badan kaleng.

    Bagian kaleng yang saling mengunci tersebut dipres bersama perekat

    (seaming comound) yang terdapat dalam tutup mengisi ruang kosong antara

    lipatan-lipatan metal yang terdapat didalam sambungan ganda tersebut.

    e. Sterilisasi

    Sterilisasi merupakan proses pemberian panas menggunakan uap panas

    bertekanan atau air panas selama kurun waktu tertentu terhadap wadah

    beserta isinya. Sterilisasi bertujuan untuk mematikan seluruh mikroorganisme

    isian kaleng yang menyebabkan pembusukan serta menginaktivkan enzim

    sehingga dapat mengoptimalkan pemasakan bahan dan menghasilkan produk

    yang mempunyai tekstur, aroma, gizi dan penampilan yang baik.

    Keamanan dan stabilitas makanan menjadi kepentingan utama dalam

    menciptakana produk kaleng. Faktor-faktor penentu keamanan dan stabilitasmakanan diantaranya efisiensi selama penutupan kaleng yang menciptakan

    kondisi penutupan yang hermetis (tahan bocor) dan seberapa besar

    pemberian panas sterilisasi dapat menginaktifkan mikroorganisme yang

    menyebabkan pembusukan makanan dalam kaleng.

    Pemberian panas sterilisasi harus didesain cukup untuk menekan seminimal

    mungkin kerusakan dan penurunan mutu produk. Pemberian panas sterilisasi

  • 7/24/2019 Proposal Penelitian_Mella Rosa S_111710101022

    9/14

    yang tidak mencukupi akan meningkatkan resiko kerusakan diakibatkan

    kontaminasi mikroba baik yang masih dan hampir mati akan menjadi aktif

    kembali dan tumbuh di dalam produk. Keberadaan mikroba menyebabkan

    produk menjadi busuk dan beracun. Ciri-ciri produk kaleng yang telah

    ditumbuhi mikroba yaitu kemasan kaleng mengembung karena telah

    terbentuk gas di dalamnya.

    f. Pendinginan cepat (Cooling)

    Proses pendinginan cepat bertujuan untuk mencegah panas yang berlebihan

    (over cooking) setelah proses sterilisasi yang dapat menyebabkan perubahan

    pada bahan, baik perubahan warna, rasa, tekstur ataupun kandungan beberapa

    zat yang ada didalamnya. Selain itu juga mencegah pertumbuhan dan

    perkembangan bakteri termofilik pada suhu optimumnya (60-70C) dan juga

    memperkecil terjadinya karat

    Air yang digunakan selama pendinginan harus bersih dan telah mengalami

    khlorinasi untuk menjaga agar tidak tercemar kembali pada bahan pangan

    dalam kaleng. Penggunaan air mengalir dianggap lebih baik karena suhu air

    akan tetap dan tidak memungkinkan spora dapat bertahan. Keberadaan

    sterilisator harus diatur sedemikian rupa untuk berada dekat dengan mesin

    pendingin. Keterkaitan coolingdengan sterilisasi yaitu sterilisasi melibatkan

    panas untuk destruksi total semua mikroorganismenya. Hal ini dikarenakan

    spora mikroorganisme seperti Clostiridium Botulinium membungkus diri

    seperti kepompong saat sterilisasi. Pada saat kaleng baru keluar dari

    sterilisator langsung dimasukkan air, maka kepompong tersebut akan

    langsung pecah.

    g.

    KarantinaKarantina adalah tahap penyimpanan produk hasil pengalengan yang

    selanjutnya akan diuji ketahanan produknya serta untuk mengetahui apakah

    proses tersebut gagal, dan produk tidak dapat dikonsumsi. Proses karantina

    dilakukan setelah proses sterilisasi yang dilanjutkan dengan penyimpanan

    selama 14 hari.

  • 7/24/2019 Proposal Penelitian_Mella Rosa S_111710101022

    10/14

    BAB 3 METODE PENELITIAN

    3.1.Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di UPT Balai Pengembangan Proses dan

    Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (UPT BPPTK LIPI),

    Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Waktu

    penelitian dimulai bulan Oktober 2015selesai.

    3.2.Alat dan Bahan

    3.2.1.Alat

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaleng jenis jenis two

    pieces can berukuran 301 mm x 205 mm berfungsi sebagai wadah pangan,

    Seam micrometer digital califer merk Mitutoyo, Can washer MH-8600

    (pencuci kaleng), Exhaust box (penghampaan udara), Automatic double

    seamer (penutup kaleng), timbangan analitik, alat-alat gelas untuk analisis,

    dan penetronometer.

    3.2.2.Bahan

    Bahan yang digunakan terdiri dari buah mangga gadung muda, gula pasir,

    asam sitrat, garam, air kapur, dan bahan-bahan kimia untuk analisa.

    3.3.Metode Penelitian

    Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu 1) penelitian

    pendahuluan dan 2) penelitian utama sebagai berikut :

    3.3.1 Penelitian Pendahuluan

    Pelaksanaan penelitian pendahuluan terdiri dari dua tahap yaitu peninjauanproses pengalengan bahan pangan secara umum dan percobaan membuat

    buah mangga gadung kaleng.

    3.3.2 Penelitian Utama

    Penelitian utama terdiri dari tiga tahap yaitu 1) proses pengalengan

    mangga, dan 2) Analisa fisik (tekstur) dan kimia (kadar vitamin C).

  • 7/24/2019 Proposal Penelitian_Mella Rosa S_111710101022

    11/14

    Tahap 1. Diagram alir pengalengan buah mangga dapat dilihat pada Gambar 3.1

    Gambar 3.1 Proses pengalengan buah mangga

    Buah mangga

    gadung muda

    Pengupasan

    Pembelahan daging buah

    Blanching 100oC, 2 menit

    Pengisian

    Exhausting 100oC,

    selama 1 menit, 3 menit,

    5 menit

    Penutupan kaleng

    Sterilisasi 100oC selama 1 menit,

    3 menit, 5 menit

    Pendinginan cepat

    Karantina

    Buah mangga

    gadung kaleng

    Air 1L, gula

    150gr, asam sitrat

    2gr, garam 5gr

    Kulit

    Perendaman dengan air kapur selama 1 malam

    Pencucian

  • 7/24/2019 Proposal Penelitian_Mella Rosa S_111710101022

    12/14

    Tahap 2. Analisa fisik dan kimia

    Analisa fisik

    Analisa tekstur (kekerasan) bahan pangan menggunakan alat yakni

    Pnetometer. Alat ini merupakan alat yang digunkan untuk mengukur

    tingkat kekerasan atau tekstur suatu bahan dengan prinsip mengukur

    kedalaman jarum penusuk. Oleh karena itu, pnetometer dilengkapi jarum

    penusuk dan penyangga beban maka kedalaman tusukan semakin keras

    demikian sebaliknya semakin dalam jarum masuk kedalam bahan semakin

    lunak bahannya (Bird, 2001).

    Analisa kimia

    Prinsip analisis kadar vitamin C metode titrasi 2,6-diklorofenol yaitu

    menetapkan kadar vitamin C pada bahan pangan berdasarkan titrasi

    dengan 2,6-diklorofenol indofenol dimana terjadi reaksi reduksi 2,6

    diklorofenol indofenol dengan adanya vitamin C dalam larutan asam.

    Asam askorbat mereduksi 2,6-diklorofenol indofenol dalam suatu larutan

    yang tidak berwarna. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna

    menjadi merah muda dalam kondisi asam (Bintang, 2010). Dengan

    persamaan sebagai berikut:

    3.4.Rancangan Percobaan

    Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah RAL

    (Rancangan Acak Lengkap) dengan tiga kali ulangan dari perlakuan lama waktu

    exhausting dan sterilisasi.Faktor A : Lama Exhausting Faktor B : Lama Sterilisasi

    A1 = 1 menit B1= 1 menit

    A2 = 3 menit B2= 3 menit

    A3= 5 menit B3= 5 menit

  • 7/24/2019 Proposal Penelitian_Mella Rosa S_111710101022

    13/14

    Tabel 3.1 Kombinasi perlakuan

    Perlakuan B1 B2 B3

    A1 A1B1 A1B2 A1B3

    A2 A2B1 A2B2 A2B3

    A3 A3B1 A3B2 A3B3

    Rancangan diatas menggunakan model persamaan umum sebagai :

    Yij = + +j + ij

    Keterangan :

    Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam kelompok ke- j

    = Nilai tengah populasi (populasi mean)

    = pengaruh aditif dari perlakuan ke-i

    j = pengaruh aditif dari perlakuan ke-j

    ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dalam kelompok ke-j

  • 7/24/2019 Proposal Penelitian_Mella Rosa S_111710101022

    14/14

    DAFTAR PUSTAKA

    AAK. 1991.Budidaya Tanaman Mangga. Yogyakarta : Kanisius

    Bintang, M. 2010.Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Penerbit Erlangga

    Bird, Tony. 2001.Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia

    Buckle,K.A.,1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press.Jakarta.

    Djubaedah, E dan E. Nurlaelyah. 1986. Penelitian Pengemasan Buah-Buahan

    Segar. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian.

    Proyek Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian. Jakarta

    Larousse, Jean., Brown, Bruce. E., 1997.Food Canning Technology. Wiley-VHC,

    Inc. Canada.

    Murniyati, A.S. & Sunarman. 2000. Pendinginan Pembekuan dan Pengawetan

    Bahan Pangan. Yogyakarta : Kanisius.

    Pracaya. 2011.Bertanam Mangga. Jakarta: Penebar Swadaya

    Pratiningsih, Y. 1999. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. Jember: Universitas

    Jember.

    Winarno, F.G. 1993. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka

    Utama._________. 1980. Pengantar Teknologi Pengolahan. Jakarta: PT Gramedia

    Pustaka Utama

    _________. 2004.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.