proposal penelitian dm

Upload: nurfitriani-ita-exo

Post on 08-Mar-2016

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Proposal DM

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang

Tubuh yang sehat dan bugar merupakan hal yang sangat diimpikan oleh setiap orang bahkan banyak orang yang sampai rela mengeluarkan biaya yang cukup besar demi memperoleh kesehatan tubuh. Kesehatan tubuh sangat penting karena dengan tubuh yang sehat kita dapat menjalani kehidupan. Namun, tidak semua orang memiliki tubuh yang sehat, banyak di antara mereka yang mengidap penyakit baik penyakit ringan maupun penyakit yang cukup parah terutama bagi orang dewasa sampai lanjut usia bahkan anak-anak pun juga sudah banyak yang terjangkit penyakit. Salah satu penyakit yang jumlahnya semakin meningkat setiap tahunnya dikalangan masyarakat yaitu Diabetes mellitus (DM). Diabetes mellitus atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis, adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara efektif, atau gabungan dari kedua hal tersebut. Pada penderita Diabetes mellitus yang tidak terkontrol, akan terjadi peningkatan kadar glukosa (gula) darah yang disebut hiperglikemia. Hiperglikemia yang berlangsung dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan serius pada sistem tubuh kita, terutama pada saraf dan pembuluh darah. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah pasien Diabetes mellitus (Digiulio dkk, 2014).

Penyakit kencing manis (Diabetes Mellitus) sudah dikenal sejak tahun 1552 SM di Mesir. Pada saat itu, di Mesir dikenal suatu penyakit yang ditandai dengan kencing yang sering dan dalam jumlah yang banyak (Poliurial), serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Kemudian pada tahun 400 SM, penulis India, Sushratha menamakan penyakit tersebut: penyakit kencing madu (honey urine disease). Penyebab Diabetes mellitus yaitu karena kekurangan produksi insulin, dimana Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pangkreas, yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi (Wijoyo, 2011).Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO) Indonesia merupakan urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2006 jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia mencapai 14 juta orang. Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan

pada tahun 2020 akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dengan asumsi prevalensi Diabetes Mellitus 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien Diabetes Mellitus. Prevalensi penyakit DM di Sulawesi Selatan juga mencapai 4,6%. (Soegondo dan Sukardji, 2008).

Dari Jumlah tersebut baru 50% penderita yang sadar mengidap dan sekitar 30% diantaranya melakukan pengobatan rutin. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas dan stress berperan sangat besar sebagai pemicu Diabetes Mellitus. Selain itu Diabetes Mellitus juga bisa muncul karena adanya faktor keturunan (Soegondo dkk, 2007).

Tingginya prevalensi DM, yang sebagian besar adalah tergolong dalam DM tipe-2 disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan paparan terhadap lingkungan. Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan faktor risiko DM tipe-2 adalah perubahan gaya hidup seseorang, diantaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang akan menyebabkan obesitas. Selain pola makan yang tidak seimbang, aktifitas fisik juga merupakan faktor risiko dalam memicu terjadinya Diabetes mellitus (Awad dkk, 2011).Menurut data dari puskesmas yang ada di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan, mulai bulan Januari sampai Desember 2015 terdapat kurang lebih 40 kasus Diabetes. Dari data diperoleh bahwa penyakit Diabetes lebih banyak diderita oleh perempuan dibanding laki-laki.Pernyataan diatas diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rita Khairani (2007), yang menyatakan bahwa prevalensi DM sebesar 15,8% didapatkan pada kelompok usia 60-70 tahun dan lansia wanita memiliki prevalensi lebih tinggi dari lansia pria. Rata-rata skor domain kondisi lingkungan lebih tinggi bermakna pada lansia yang tidak menderita DM dan rata-rata skor kesehatan fisik lebih tinggi bermakna pada lansia yang menderita obesitas. Semakin besar indeks massa tubuh maka skor domain kesehatan fisik akan semakin meningkat secara bermakna.

Penyakit Diabetes dapat diatasi atau diobati dengan beberapa cara yaitu dengan melakukan diet atau pengaturan pola makan, latihan fisik secara teratur dan kepatuhan pengobatan. Pengobatan penyakit Diabetes mellitus dilakukan dengan tujuan untuk tetap mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran normal dan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Sebagaimana yang dijelaskan dalam penelitian oleh Ayik Miranti (2010), menyatakan umur, olahraga, waktu tidur, pengetahuan, kepatuhan berobat, dukungan keluarga, diet ada hubungannya dengan status kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Dahniar dkk (2014), juga menyatakan bahwa ada hubungan gaya hidup dengan kejadian Diabetes mellitus. Gaya hidup yang dimaksud disini adalah gaya hidup sehat seperti pengaturan pola makan (diet) dan aktivitas fisik. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nia Simanjuntak (2010), yang menyatakan bahwa penderita DM dalam menjalani diet Diabetes (pengaturan pola makan) dapat menjadi sebuah pelajaran yang berarti sehingga keberhasilan pelaksanaan diet dapat lebih optimal dan kadar gula darah dapat dipertahankan dalam keadaan normal.Berdasarkan pokok permasalahan tersebut maka peneliti ingin mengetahui hubungan antara gaya hidup dan diet pada penderita Diabetes mellitus tipe-2 di Kecamatan Maniangpajo Kabupaten Wajo.B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hubungan gaya hidup dengan penderita Diabetes mellitus tipe 2 di Kecamatan Maniangpajo Kabupaten Wajo?2. Bagaimana hubungan diet dengan penderita Diabetes mellitus tipe 2 di Kecamatan Maniangpajo Kabupaten Wajo?

3. Bagaimana hubungan antara gaya hidup dan diet pada penderita Diabetes mellitus tipe 2 di Kecamatan Maniangpajo Kabupaten Wajo? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan penderita Diabetes mellitus tipe 2 di Kecamatan Maniangpajo Kabupaten Wajo.2. Untuk mengetahui hubungan diet dengan penderita Diabetes mellitus tipe 2 di Kecamatan Maniangpajo Kabupaten Wajo.3. Untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup dan diet pada penderita Diabetes mellitus tipe 2 di Kecamatan Maniangpajo Kabupaten Wajo.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan sumbangan pemikiran bagi teori keilmuan klinis dan psikologi klinis2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam mengetahui hubungan gaya hidup dan diet penderita Diabetes mellitus tipe 2.3. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang samaBAB IITINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRA. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum tentang Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan ciri sebuah negara modern, atau yang biasa disebut dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakan sendiri atau orang lain. Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam interaksi sehari-hari kita bisa menerapkan suatu gagasan tentang gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa yang dimaksud (Suratno dan Rismiati, 2001).Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai gaya hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas) apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa-apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia disekitarnya (Setiadi, 2003).

Gaya hidup menurutKotler (2002), adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Engel, Blackwel, dan Miniard (1995), mengartikan gaya hidup sebagai pola dimana manusia hidup dan menghabiskan waktu dan uang. Gaya hidup merefleksikan aktivitas, minat, dan pendapat seseorang. Selanjutnya, Chaney (1996), mengemukakan bahwa gaya hidup sebagai pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Gaya hidup membantu memahami apa yang orang lakukan, mengapa mereka melakukannya, dan apakah yang mereka lakukan bermakna bagi dirinya maupun orang lain. Sementara itu, faktor pembentuk gaya hidup menurut teori Bordieu (dalam Piliang, 2006) dicerminkan dalam sebuah rangkaian atau lingkup proses sosial yang lebih panjang atau luas, yang melibatkan modal, kondisi objektif, habitus, disposisi, praktik gaya hidup, sistem tanda, dan selera.Secara umum dapat diartikan bahwa suatu gaya hidup dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Kualitas hidup dan kesehatan akan terjaga seiring dengan konsistensi kita dalam menjalankan gaya hidup sehat selaras dengan lingkungan. Wawasan baru tentang gaya hidup sehat alami bahwa sejatinya manusia memiliki potensi untuk hidup sehat selaras alam. Namun untuk ini, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dipikirkan, apa yang dimakan, dan apa yang dilakukan berpengaruh terhadap keseluruhan status kesehatan. Untuk dapat hidup sehat, perlu dilakukan pengaturan ulang mengenai gaya hidup, misalnya dengan makan makanan yang betul-betul dibutuhkan oleh tubuh, banyak bergerak, dan berpikir positif. Gaya hidup seperti ini akan menjamin kualitas kesehatan yang lebih baik (Emille dan Kholil, 2013).

Agar tetap sehat , sejak dini seseorang perlu membiasakan gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara benar dan teratur dan tidak merokok. Hal ini tidak semudah yang dibayangkan. Gaya hidup sehat ini semestinya sudah dilakukan sejak masih muda sehingga ketika memasuki masa lansia seseorang dapat menjalani hidupnya dengan bahagia terhindar dari banyak masalah kesehatan. Demikian halnya dengan gaya hidup yang salah dapat memengaruhi kesehatan antara lain kurang minum air putih, kurang gerak, mengonsumsi makanan yang berkalori tinggi, kebiasaan istirahat yang tidak teratur dan kebiasaan merokok (Sediaoetama, 2004).

Gaya hidup yang tidak baik dapat menimbulkan berbagai penyakit. Perubahan gaya hidup seperti konsumsi makanan cepat saji, pola makan yang tidak baik, kebiasaan merokok dan kurangnya aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang serba praktis merupakan salah satu pemicu untuk timbulnya penyakit berbahaya seperti Diabetes mellitus, tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung dan stroke (Bustan, 2007).Menurut McGuire dan Anderson (2011), menyatakan bahwa pengaturan pola hidup yang sehat dapat mencegah terjadinya komplikasi penyakit khususnya pada penderita Diabetes mellitus tipe 2. Salah satu contoh pola hidup sehat bagi penderita Diabetes mellitus tipe 2 yaitu melalui diet atau pengaturan pola makan

( Frank dkk, 2001).

2. Tinjauan Umum tentang Diet

Pengertian diet adalah pengaturan pola makan, baik porsi, ukuran maupun kandungan gizinya. Kata diet berasal dari bahasa Yunani artinya cara hidup. Di Indonesia kata diet lebih sering ditujukan untuk menyebut suatu upaya menurunkan berat badan atau mengatur asupan nutrisi tertentu, sedangkan definisi diet dalam nutrisi adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme tertentu. Diet yang baik adalah diet yang menekankan pada perubahan dalam jenis makanan, jumlah dan seberapa sering seseorang makan dan ditambah dengan program (Tina, 2013).Diet menurut Hartono (2000), adalah pengaturan jenis dan jumlah makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan serta status nutrisi dan membantu menyembuhkan penyakit. Setiap diet termasuk makanan, tetapi tidak semua makanan masuk dalam kategori diet. Dalam diet jenis dan banyaknya makanan ditentukan dan dikendalikan untuk mencapai tujuan tertentu.Diet atau pengaturan makan merupakan gambaran tentang pola makan/kebiasaan makan meliputi jenis dan frekuensi makan. Pengaturan ini merupakan bagian dari penatalaksanaan Diabetes mellitus secara total. Kunci keberhasilan dalam pengaturan makan (diet) adalah keterlibatan secara menyeluruh dari seluruh tim (petugas kesehatan, keluarga dan penderita) (Putri dan Isfandiari, 2013).

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara pengaturan makan dengan rerata kadar gula darah acak. Hal ini dikarenakan pengaturan makan dapat menstabilkan kadar glukosa darah dan lipid-lipid dalam batas normal (Syahbudin, 2007). Hal ini harus diperhatikan oleh semua pihak karena semakin bertambah usia seseorang maka akan terjadi penurunan fungsi organ tubuh yaitu fungsi otak yang berhubungan dengan daya ingat. Sehingga dengan bertambahnya umur penderita Diabetes Mellitus maka kemampuan untuk melakukan perencanaan makan sehari-hari juga akan semakin menurun.

Makanan akan menaikkan glukosa darah, satu sampai dua jam setelah makan, glukosa darah mencapai angka paling tinggi. Dengan mengatur perencanaan makan yang meliputi jumlah, jenis dan jadwal, diharapkan dapat mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas normal dan penderita mendapatkan nutrisi yang optimal (Putri dan Isfandiari, 2013).

Menurut Smeltzer dan Bare (2002), tujuan utama terapi Diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe Diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penalaksanaan Diabetes mellitus salah satuya adalah diet.

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan Diabetes. Smeltzer dan Bare (2002), penatalaksanaan nutrisi pada penderita diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :

a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral)

b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

c. Memenuhi kebutuhan energi

d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis

e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

Menurut Nurmazah (2013), tujuan dilakukan terapi diet antara lain sebagai berikut :

a. Memulihkan dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran nilai yang normal sehingga mencegah terjadinya glikosuria beserta gejala-gejalanya. b. Mengurangi besarnya perubahan kadar glukosa darah postprandial. Tindakan ini bersama-sama dengan normalisasi kadar glukosa darah, akan membantu mencegah terjadinya komplikasi lanjut yang mencakup penyakit mikrovaskuler. c. Memberikan masukan semua jenis nutrien yang memadai sehinga memungkinkankan pertumbuhan normal dan perbaikan jaringan. d. Memulihkan dan mempertahankan berat badan yang normal. e. Mencapai dan mempertahankan kadar lipid serum normal. f. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal. g. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.

Menurut E Beck (2011), ada tiga jenis terapi diet untuk penderita DM antara lain :a. Diet rendah kalori

Bagi orang yang melakukan diet rendah kalori harus menyadari perlunya penurunan berat badan dan berat badan yang sudah turun tidak boleh dibiarkan naik kembali. Bagi para pasien DM tipe 2 yang mempunyai berat badan berlebih penurunan berat badan harus diperhatikan dan didorong dengan mengukur berat secara teratur.b. Diet bebas gula

Tipe diet ini digunakan untuk pasien DM yang berusia lanjut dan tidak memerlukan suntikan insulin. Diet bebas gula diterapkan berdasarkan dua prinsip yaitu 1) tidak memakan gula dan makanan yang mengandung gula, 2) mengkonsumsi makanan sumber hidrat arang sebagai bagian dari keseluruhan hidrat arang secara teratur.

Gula (gula pasir, gula jawa, aren dan lain-lain) dan makanan yang mengandung gula tidak boleh dimakan karena cepat dicerna dan diserap sehingga dapat menimbulkan kenaikan gula darah yang cepat. Makanan bagi pasien DM harus mengandung hidratarang dalam interval yang teratur selama sehari. Jumlah hidrat arang yag diperbolehkan terkandung dalam setiap hidangan tergantung kepada kebutuhan energi tiap-tiap pasien.

c. Sistem penukaran hidrat arang

Sistem penukaran hidratarang, digunakan pada pasien-pasien DM yang mendapatkan suntikan insulin atau obat-obat hipoglemik oral dengan dosis tinggi. Diet yang berdasarkan sistem ini merupakan diet yang lebih rumit untuk diikuti oleh soerang pasien DM, tetapi mempunyai kelebihan, diet ini lebih bervariasi serta lebih fleksibel daripada diet bebas gula. Tujuan dari adanya pembagian penukaran hidrat arang ini adalah untuk mengimbangi aktivitas insulin dengan makanan sehingga dapat mencegah keadaan hipoglikemia (penurunan tekanan darah) maupun hiperglikemia (peningkatan tekanan darah).

Pelaksanaan terapi diet harus memperhatikan beberapa poin penting agar terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan dalam melaksanakan diet. Menurut Nurmazah (2013), beberapa syarat yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan diet antara lain :

a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar yaitu makanan pagi (20%) siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-masing 10-15 %).

b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total. c. Kebutuhan lemak sedang, yaitu antara 20-25 % dari kebutuhan energi total. d. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70 % e. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan pemanis selain sukrosa. f. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah. g. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk gram dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari. h. Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan.

Menurut Smeltzer dan Bare (2002), pada dasarnya penyusunan program diet Diabetes mellitus adalah :

a. Penghitungan jumlah kalori perhari sesuai kebutuhan setiap penderita

b. Mengarah ke berat badan normal

c. Menunjang pertumbuhan

d. Mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal

e. Mencegah atau memperlambat berkembangnya komplikasi vaskuler

f. Sesuai dengan kemampuan daya beli setiap penderita

g. Komposisi sesuai dengan pola makan penderita sehari-hari.

Standar komposisi makanan yang dianjurkan adalah karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak 20-25%, jumlah kandungan kolesterol kurang dari 300 mg/hari, berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh, kandungan serat sekitar 25 gram/hari, kasus-kasus Diabetes dengan hipertensi sebaiknya membatasi konsumsi garam. Menurut Arisman (2004), penentuan jumlah kalori yang dibutuhkan dihitung berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang ditentukan dengan rumus IMT = berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m)2. Klasifikasi IMT sebagai berikut

a. 17,0-18,4 = kurus

b. 18,5-25,0 = normal

c. 25,1-27,0 = gemuk

Penentuan gizi penderita dilaksanakan dengan menghitung Percentage Of Relative Body Weigh (BBR) atau berat badan relatif dengan rumus :BBR = BB x 100 %

TB - 100Dalam praktek, sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan dalam

sehari pada penderita DM yang bekerja biasa menurut Darmono, (2007) adalah :

a. Kurus : BB x 40 50 kalori sehari.

b. Normal : BB x 30 kalori sehari.

c. Gemuk : BB x 20 kaloriBagi semua penderita Diabetes, perencanaan makan harus mempertimbangkan pula kegemaran pasien terhadap makanan tertentu, gaya hidup, jam-jam makan yang biasa diikutinya dan latar belakang etnik serta budayanya. Bagi pasien yang mendapatkan terapi intensif, penentuan jam makan dan banyaknya makanan mungkin lebih fleksibel dengan cara mengatur perubahan kebiasaan makan serta latihan (Almatsier, 2006).Menurut Almatsier (2006), syarat-syarat diet Diabetes mellitus adalah :

a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus. Makanan dibagi dalam tiga porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan.

b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total. Protein dapat diperoleh dari berbagai macam sereal (roti, sereal, nasi, pasta, tepung terigu) atau yang berasal dari hewani (daging, ikan, telur, dan hasil peternakan). Protein hewani relatif cenderung kaya akan lemak dan kalori serta tidak mengandung karbohidrat, sehingga hal ini perlu diperhitungkan saat

merencanakan makan.

c. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu 300 mg hari. Lemak jenuh (hewani) antara lain terdapat dalam daging berlemak, susu full cream, mentega, dan lemak babi. Jenis makanan tersebut dapat menyebabkan masalah dalam sirkulasi darah. Sangat penting mengkonsumsi jenis makanan tersebut bagi setiap orang.Lemak tak jenuh agak lebih baik dibandingkan lemak jenuh, yang terdapat dalam dua bentuk, yakni lemak tak jenuh ganda, ditemukan dalam beberapa produk, seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran murni, minyak jagung, dan margarin bunga matahari, dan lemak tak jenuh tunggal, antara lain ditemukan dalam minyak zaitun dan minyak lokal. Jenis lemak ini dapat dipakai sebagai pengganti lemak jenuh maupun lemak tak jenuh.

d. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%. Contohnya adalah roti, kentang, pasta, nasi, sereal, dan buah. Kandungan gula makanan tersebut sangat rendah dan merupakan sumber energi yang baik. Karena itu pilihlah makanan tersebut sebagai menu harian.

e. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total. Contohnya adalah gula, permen dan coklat, bolu manis, biskuit manis dan puding, minuman soda. Makanan tersebut harus dihindari karena kadar gula akan masuk ke dalam aliran darah dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan kenaikan gula darah secara tiba-tiba. Untuk itu, dapat menggunakan pemanis buatan, seperti sakarin, aspartame, dan acelsufame, ke dalam makanan dan minuman sebagai pengganti gula..

f. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan pemanis selain sukrosa. Ada dua jenis gula alternatif yaitu yang bergizii dan yang tidak bergizi. Gula alternatiff adalah fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol, manitol dan silitol, sedangkan gula alternatif tak bergizi berupa aspartam dan sakarin. Penggunaann gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan LDL.g. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbangg rata-rata memenuhi kebutuhan serat sehari. Maksud penambahan isi serat dalam makanan tidak berarti makan nasi dan yang lainnya, melainkan harus mengkonsumsi 30 gram serat setiap harinya. Sangat penting untuk membuat usus bekerja baik. Beberapa jenis serat yang dapat larut dapat membantu mengontrol kadar darah agar normal dan menjaga tingkat kolesterol darah agar turun. Makanan, seperti buncis matang, bubur kacang hijau, bubur gandum, sereal gandum lainnya, maupun kue gandum semuanya kaya akan serat dapat larut. Sedangkan sereal berkadar serat tinggi, roti, sayuran dan buah-buahan tanpa kulit, pasta, tepung terigu, dan beras merupakan makanan dengan serat yang tak dapat larut.h. Asupan Garam. Pasien Diabetes mellitus dengan tekanan normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium daam bentuk garam dapur seperti sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi. Terlalu banyak garam tidak bagi bagi siapa pun dan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Cobalah untuk memakai hanya sedikit garam saat memasak dan jangan tambahkan sedikit pun saat makan. Berbagai bumbu, rempah-rempah, dan lada dapat digunakan secukupnya untuk menambah rasa dalam makanan.i. Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan. Bila makan-makanan yang seimbang, maka tidak memerlukan tambahan vitamin atau mineral.

Tabel 2.1 Jenis diet Diabetes mellitus menurut kandungan energi,

protein, lemak, dan karbohidrat

(Sumber : Almatsier, 2006)Jenis dietEnergi kkalProtein gLemak gKarbohidrat g

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII1100

1300

1500

1700

1900

2100

2300

250043

45

51,5

55,5

60

62

73

8030

35

36,5

36,5

48

53

59

62172

192

235

275

299

319

369

396

Keterangan :

a. Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang gemuk.

b. Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita Diabetes normal tanpa komplikasi.

c. Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, Diabetes remaja (juvenile Diabetes) atau Diabetes dengan komplikasi

Tabel 2. 2 Contoh menu diet diebetes mellitus (kkal)

(Sumber : Almatsier, 2006)WaktuBahan makananPenukarTakaranMenu

Pagi Pukul 10.00

Siang

Pukul 16.00

MalamNasiTelur ayam

Tempe

Sayuran A

Minyak

Buah

Nasi

Ikan

Tempe

Sayuran B

Buah

Minyak

Buah Nasi

Ayam tanpa kulit

Tahu

Sayuran BBuah

Minyak1 1

1

2 S

2

1

2

1

1

1

1

2

1

11

1

1

121 gelas1 butir

2 ptg sedang

1 sdm

1 ptg sedang

1 gelas

1

1 ptg sdg

bh

1 bh

1 sdm

1 bh

1 gelas1 ptg sdg1 bh

1 ptg sdg

1 sdmNasi Telur dadar

Oseng-oseng tempe

Sop oyong + tomat

Pepaya

Nasi

Pepes ikan

Tempe goreng

Lalapan kacang + kol

Nanas

Pisang

Nasi

Ayam bakar bb kecap

Tahu bacam

Sup buncis + wortel

Pepaya

3. Tinjauan Umum Diabetes MellitusPenyakit Diabetes mellitus sering disebut orang awam sebagai penyakit kencing manis. Penyakit ini berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat jenis glukosa. Pada dasarnya penyakit ini terjadi karena kekurangan hormon insulin. Hormon terssebut dihasilkan sel beta di dalam pulau langerhans dari kelenjar pankreas yang bertugas mengatur metabolisme glukosa (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).

Menurut Price dan Wilson (2012), definisi dari Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskuler mikroangiopati, dan neuropati. Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tetap berisiko mengalami komplikasi metabolik Diabetes.

Menurut Taylor (1995), Diabetes mellitus adalah gangguan kronis dimana tubuh tidak dapat membuat atau menggunakan insulin dengan semestinya. Insulin adalah hormon yang disekresikan oleh pankreas yang mengontrol pergerakan glukosa ke dalam sel-sel dan metabolisme glukosa. Ketika terjadi disfungsi insulin, maka akan terjadi kelebihan insulin dalam darah dan hal ini akan dilepaskan atau dikeluarkan melalui urine. Diabetes dapat juga didefinisikan sebagai gangguan yang ditandai oleh berlebihnya gula dalam darah (hyperglycemia) serta gangguan-gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, yang bertalian dengan definisi absolut atau sekresi insulin.

Diabetes mellitus disebabkan karena virus atau bakteri yang merusak pankreas serta sel-sel yang memproduksi insulin dan membuat disfungsi autoimmune atau kekebalan tubuh. Sejak obat-obatan psikosomatik ada, terdapat kecurigaan bahwa faktor-faktor psikologis juga mempengaruhi seseorang terkena DM, misalnya depresi yang berkepanjangan atau kecemasan (Bustan, 2007).

Menurut Bustan (2007), rata-rata penderita mengetahui adanya DM pada saat kontrol yang kemudian ditemukan kadar glukosa yang tinggi pada diri mereka. Berikut beberapa gambaran laboratorium yang menunjukan adanya tanda-tanda DM yaitu:

a. Gula darah sewaktu > = 200 mg/dl

b. Gula darah puasa > 126 mg/dl (puasa = tidak ada masukan makanan/kalori sejak 10 jam terakhir) c. Glukosa plasma dua jam > 200 mg/dl setelah beban glukosa 75 grm.

Seseorang yang mengidap penyakit DM akan memiliki penderitaan yang lebih berat jika semakin banyak faktor risiko yang menyertainya. Faktor risiko munculnya DM antara lain faktor keturunan, seseorang memiliki risiko untuk diserang DM sebanyak enam kali lebih besar jika salah satu atau kedua orang tuanya mengalami penyakit tersebut. Penderita DM dapat terserang dua masalah

gula darah, yaitu hipoglikemia dan hiperglikemia. Hipoglikemia adalah kadar gula dalam darah sangat rendah, dihasilkan ketika terdapat insulin yang terlalu banyak sehingga menyebabkan penurunan gula darah. Reaksi ini biasanya terjadi tiba-tiba kulit berubah menjadi pucat dan basah, orang tersebut merasa gelisah, mudah marah dan bingung serta gampang lapar (Bustan, 2007).

Hiperglikemia adalah kadar gula darah yang sangat atau terlalu tinggi. Reaksinya terjadi secara berangsur-angsur seperti kulit kemerahan dan kering. Orang tersebut akan merasa ngantuk dan kesulitan bernafas, ingin muntah, lidah terasa kering. DM diasosiasikan dengan pengentalan pada pembuluh arteri oleh sampah-sampah atau kotoran dalam darah. Akibatnya pasien DM menunjukan tingkat yang tinggi untuk terkena resiko penyakit jantung koroner. DM juga menjadi penyebab utama kebutaan dan gagal ginjal pada orang dewasa. Selain itu, DM juga diasosiakan dengan kerusakan sistem syaraf yang meliputi kehilangan rasa sakit dan sensasi-sensai lainya. Selain hal-hal di atas, DM juga akan memperburuk fungsi tubuh yang lain misalnya gangguan makan dan sistem memori karena sistem saraf yang rusak pada orang tua (Bustan, 2007).Dalam buku Essentials of Nutrition & Diet Therapy (2007), ADA (American Diabetes Association) mengkalisifikasikan Diabetes menjadi 4 kategori yaitu :a. Diabetes tipe 1 (T1DM) , atau disebut juga insulin-dependent Diabetes mellitus.

b. Diabetes tipe 2 (T2DM), atau disebut juga non-insulin dependent Diabetes mellitus.c. Gestasional Diabetes mellitus (GDM) atau Diabetes mellitus kehamilan.d. Impaired glucose tolerance (IGT) atau gangguan toleransi glukosa dan impaired fasting glucose (IFG) atau gangguan glukosa puasa.

Tabel 2.3 Gula Darah Normal, IFG, IGT, dan Diabetes(Sumber : Tandra, 2009)Kadar Glukosa Darahmg/dlmol/dl

Normal

Puasa

2 jam sesudah makan

Impaired Fasting Glucose (IFG)

Puasa

2 jam sesudah makan

Impaired Glucose Tolerance (IGT)Puasa

2 jam sesudah makan

Diabetes Mellitus

Puasa

2 jam sesudah makan< 100

< 140

100 & > 126

< 140

< 126

140 & < 200

126

>200< 5,6

< 7,8

5,6 & < 7,0

< 7,8

< 7,0

7,8 & < 11,1

7,0

> 11,2

Diabetes tipe 1 dulu dikenal sebagai tipe juvenileonset dan tipe dependen insulin, namun kedua tipe ini dapat muncul pada sembarang usia. Insiden Diabetes tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dapat diabagi dalam dua subtipe yaitu : (1) autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta; (2) idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan kadang tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini lebih sering timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia ( Price dan Wilson, 2012). Menurut Schlenker dan Long, 2007 gejala dari penyakit Diabetes tipe 1 (T1DM) yaitu rasa haus berlebih (polydipsia), kencing berlebih (polyuria), nafsu makan meningkat (polyfagia), berat badan menurun dan lebih cepat capek. Diabetes tipe 2 dulu dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset maturitas dan tipe nondependen insulin. Insidens Diabetes tipe 2 sebesar 650.000 kasus baru setiap tahunnya. Obesitas sering kali dikaitkan dengan penyakit ini (Price dan Wilson, 2012). Adapun gejala untuk Diabetes tipe 2 menurut Schlenker dan Long (2007), yaitu biasa terdapat luka atau infeksi yang susah disembuhkan dan penglihatan kabur efek hiperglycemia terhadap kornea mata.Gejala lain yang dialami oleh penderita DM baik tipe 1 maupun tipe 2 yaitu kelihatan sensitif. Hal tersebut merupakan dampak dari stres. Pada penderita DM tipe 1 stres mungkin akan mengendap yang berdampak pada gen. Sebuah studi melaporkan ada hubungan langsung antara stress dan kurangnya kontrol diri penderita DM (Bustan, 2007).

Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6% dari orang dewasanya. Angka ini merupakan baku emas untuk membandingkan kekerapan Diabetes antar berbagai kelompok etnik di seluruh dunia, hingga dengan demikian kita dapat membandingkan prevalensi di suatu negara atau suatu kelompok etnik tertentu dengan kelompok etnik kulit putih pada umumnya. Misalnya di negara-negara berkembang yang laju pertumbuhan ekonominya sangat menonjol, seperti di Singapura. Demikian pula pada beberapa kelompok etnik di beberapa negara yang mengalami perubahan gaya hidup yang sangat berbeda dengan cara hidup sebelumnya karena memang mereka lebih makmur (Suyono, 2012).Di Indonesia, menurut penelitian epidemologi yang sampai saat ini dilaksanakan menyatakan bahwa kekerapan Diabetes khususnya Diabetes tipe 2 berkisar antara 1,4 dengan 1,6 %. Melihat tendensi kenaikan kekerapan Diabetes secara global yang tadi dibicarakan terutama disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat dimengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang kekerapan DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis. Hal ini sesuai dengan perkiraan yang dikemukakan oleh WHO bahwa Indonesia akan menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap Diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding tahun 1995 (Suyono, 2012).Menurut Suyono (2012), berdasarkan angka-anagka diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien Diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86-136% yang disebabkan oleh karena :

a. Faktor demografi : 1) jumlah penduduk meningkat, 2) penduduk usia lanjut bertambah banyak, 3) urbanisasi makin tak terkendalib. Gaya hidup yang kebarat-baratan : 1) penghasilan percapita tinggi, 2) restoran siap santap, 3) tekhnologi canggih menimbulkan sedentary life, kurang gerak badan.c. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizid. Meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien Diabetes menjadi lebih panjangKategori penyakit Diabetes yang lain menurut ADA yaitu Diabetes gestasional (GDM) adalah Diabetes yang timbul selama kehamilan meliputi 2-5% daripada seluruh Diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar. Faktor risiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat Diabetes gestasional terdahulu. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik (Price dan Wilson, 2012).Kategori penyakit Diabetes yang terakhir yaitu gangguan toleransi glukosa (IGT). Dipandang dari sudut biokimia, pasien dengan IGT menunjukkan kadar glukosa plasma puasa (110 dan