proposal metopel(reni dahar 1021221021)

Download Proposal Metopel(Reni Dahar 1021221021)

If you can't read please download the document

Upload: reni-dahar

Post on 04-Aug-2015

151 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

1PROPOSAL PENELITIANPENGARUH PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS, BESARAN PAJAK PENGHASILAN, DAN BIAYA OPERASIONAL (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BEIOleh: Reni Dahar 1021221021MAGISTER (S2) ILMU AKUNTANSI PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN ..4 A. Latar Belakang Masalah.4 B. Identifikasi ...11 C. Pembatasan ..11 D. Perumusan Masalah.11 E. Tujuan 12 F. Manfaat ..12 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS..14 A. Kajian Teori Penelitian Penelitian Masalah Masalah14 1. Pengungkapan Tanggung Jawab SosialPerusahaan..14 2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)..17 a. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) ..173 b. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) ..........17 c. Penilaian terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) ..21 3. Profitabilitas ..27 4. Pajak Penghasilan.30 a. Pengertian Pajak Penghasilan....30 b. Insentif Pajak untuk CSR..30 c. CSR dalam Perpajakan Indonesia.32 d. Pemotongan Pajak Penghasilan Perusahaan dengan Diterapkannya CSR 365. Biaya .37 1. Pengertian BiayaoperasionalOperasional37 2. Macam-macam biaya operasional..37B. Penelitian .39 C. KerangkaTerdahuluKonseptual43 D. Hipotesis ...44 BAB III METODE PENELITIAN.45 A. Desain Penelitian ..45 B. Sampel ..45 C. Jenis dan Sumber Data .45 D. Teknik Pengumpulan Data ..46 E. Variabel dan Pengukuran Variabel ..46 1. Variabel Penelitian ..46 2. Pengukuran Variabel... 46 F. Uji asumsi klasik...49 G. Teknik Analisis Data50 H. Uji Hipotesis51 I. Definisi Operasional5 52 DAFTAR PUSTAKABAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis modern saat ini, istilah CSR tidak asing lagi kita dengar. Hampir setiap perusahaan, baik perusahaan jasa, perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur melaksanakan CSR di perusahaannya. Pada saat industri berkembang setelah terjadi revolusi industri, kebanyakan perusahaan menfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari keuntungan belaka. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab secara sosial. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi munculnya konsep corporate social responsibility (CSR). Menurut Clement (2002) dalam Bambang (2007:209) corporate social responsibility adalah komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dan keluarganya, komunitas lokal dan komunitassecara lebih luas. Menurut Yusuf (2007:52) corporate social responsibility merupakan konsep ketika perusahaan memutuskan secara sukarela untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat dengan lebih baik dan lingkungan yang lebih lestari. Perkembangan aktivitas CSR di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan trend yang positif. Sebuah research study oleh Sihotang dan Margareth (2007) mendokumentasikan adanya peningkatan yang signifikan dalam kualitas pengungkapan (disclosure) aktivitas CSR (ekonomi, sosial , dan lingkungan) dalam annual report 30 (tiga puluh) emiten terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2003s.d. 2005. Standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial, terutama mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan atau akibat lain yang terjadi dari kegiatannya. Namun, bagi perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, pengungkapan kegiatan sosial seperti Corporate Social Responsibility telah diatur dalam Peraturan Bapepam No. KEP-13/BL/2006 tanggal 7 Desember 2006 sebagai pengganti Peraturan Bapepam No. KEP-38/PM/1996. Sampai saat ini di Indonesia belum memiliki standar laporan tanggung jawab sosial perusahaan seperti halnya laporan keuangan sehingga salah satu cara menilai implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu melalui pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang terdapat pada annual report perusahaan. Eddy (2005) mengartikan pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan proses pengkomunikasian sosial dan lingkungan dari kegiatan7 ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dengan masyarakat secara keseluruhan. Tanggung jawab sosial perusahaan kini menjadi momok bagi dunia usaha. Itulah kesan yang timbul ketika kalangan pengusaha dilanda keresahan terkait dengan diusulkannya penetapan CSR sebagai salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan dalam Rancangan Undang-Undang Perseroan Terbatas (RUU PT) dimana selama ini aktivitas CSR diasumsikan sebagai aktivitas berdasarkan kerelaan dan bukannya paksaan. Tanggung jawab sosial perusahaan tercantum dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Susanto, 2007:3). Adanya UU PT tersebut sebagai bukti bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial belum dijalankan oleh perusahaan dengan baik dan wajar. Untuk itu, perusahaan diwajibkan untuk melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dan hal ini dapat dilihat dari banyak kasus ketidakpuasan publik yang bermunculan. Jackie (2008) mengemukakan ada beberapa kasus yang terkait dengan ketidakpuasan publik atas aktivitas perusahaan di Indonesia seperti yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo akibat aktivitas perusahaan yang sudah melewati batas menyebabkan terjadinya semburan lumpur panas sehingga merusak sistem lingkungan dan berbagai fasilitasumum. PT. Newmont Minahasa Raya yang dituduh mencemari teluk Buyat. Selain itu, PT. Freeport Indonesia di Irian Jaya dinilai tidak memberikan keuntungan yang adil bagi warga lokal.Akan tetapi, tidak semua perusahaan menimbulkan ketidakpuasan publik atas aktivitas perusahaannya diantaranya PT.Unilever yangmenghadirkan program CSR bertajuk Markas Petualangan Taro dimana program ini mengharapkan masyarakat ikut berperan secara aktif dalam menanamkan kepedulian akan pentingnya membentuk karakter anak melalui aktivitas petualangan di lahan sekitar. PT. Kaltim Prima Coal juga sukses menjalankan program baik bidang lingkungan, ekonomi maupun bidang sosial sehingga menerima penghargaan tertinggi dalam CSR Award05. PT. HM Sampoerna Tbk menerima penghargaan khusus bidang lingkungan melalui program kemitraan dengan petani tembakau. Atau program pertanian terpadu yang digalakkan PT. Riau Andalan Pulp and Paper (Jackie, 2008:8). Pada hakikatnya program-program CSR juga merupakan aplikasi dari praktik bisnis yang bertanggungjawab (responsible business practices) yang selaras dengan diposisikan sebagai warga Negara dengan hak dan kewajiban yang sama dengan warga Negara lainnya. Program-program CSR juga merupakan implementasi dari prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), yang mengharuskan perusahaan tidak hanya mempertimbangkan faktor ekonomi semata seperti profit dan dividen, tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka menengah dan jangka panjang dalam aktivitas bisnisnya terhadap kondisi sosial dan lingkungan untukmempertahankan kepercayaan dan loyalitas stakeholder-nya. Ini tentu saja demi mencapai kinerja keuangan yang berkelanjutan. Belakangan ini, aktivitas CSR telah berkembang menjadi bagian dari9 strategi bisnis perusahaan, utamanya terkait dengan fungsi pemasaran, public relation, dan investment-decision making. Praktik tanggung jawab sosial pada umumnya akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Walaupun akan menambah biaya bagi perusahaan, namun pasti akan timbul suatu brand image perusahaan di mata masyarakat, yang secara tidak langsung akan menarik masyarakat untuk menggunakan produk perusahaan tersebut. Sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Untuk mengukur sejauh mana perubahan tingkat profitabilitas setelah menerapkan CSR dapat digunakan dengan menghitung rasio Return on Asset perusahaan sebelum dan sesudah penerapan CSR. ROA dianggap memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Disamping berpengaruh terhadap profitabilitas, CSR juga berpengaruh pada besaran pajak penghasilan dan biaya operasional. Oleh karena itu, untuk dapat menghasilkan program CSR yang dapat menghasilkan program business value sekaligus tax favorable, ada baiknya jika wajib pajak mempertimbangkan aspek perpajakan saat merancang program CSR-nya. Pemerintah juga telah membuat suatu peraturan perpajakan dalam PMK-02/PMK.03/2010 pasal 2 dimana besarnya biaya promosi dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sehingga dapat mengurangi jumlah pajak pengahasilan yang dibayar perusahaan. Hal ini merupakan insentif pajak yang diberikan pemerintah kepada perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan praktik Corporate Social Responsibility secara konsisten.Dengan peraturan tersebut diharapkan perusahaan akan menerima timbal balik yang positif setelah menerapkan CSR. Menurut Kotler dan Lee (Ismail, 2009:35) penerapan CSR dapat menurunkan Biaya operasional suatu perusahaan. Hal tersebut dikarenakan setelah diterapkannya CSR, perusahaan akan mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran produk dan menggantinya dengan biaya CSR. Walaupun biaya CSR yang dikeluarkan pada awalnya merupakan biaya pertanggungjawaban perusahaan terhadaplingkungan sekitar, tidak dapat di pungkiri bahwa kegiatan CSR tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap kegiatan promosi perusahaan dan akhirnya akan meningkatkan penjualan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan mengurangi biaya promosi produknya yang akan berpengaruh pada penurunan Biaya operasional perusahaan. Berdasarkan penelitian Dewa Sancahya Nistantya,2010 yang melakukan penilitian terhadap perusahaan perbankan yang listing di BEI tahun 2007-2009. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh profitabilitas dari aktivitas CSR yang dilakukan. Dalam penelitian ini dilihat pengaruh profitabilitas terhadap biaya kemitraan, biaya kesejahteraan karyawan dan biaya bina lingkungan. Dari hasil penelitian tersebut terdapat adanya perbedaan pengaruh CSR dari masingmasing aktivitas terhadap profitabilitas perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang sama tetapi pada perusahaan yang berbeda dan untuk melihat pengaruh profitabilitas tidak menggunakan ROA saja. Di samping itu penulis juga memperluas penelitian dengan mengukur pengaruh11 CSR terhadap besaran pajak penghasilan dan biaya operasional perusahaan. Penelitian ini juga merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Mirra Permanasari,2010, Pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Tingkat Profitabilitas, Besaran Pajak Penghasilan, Dan Biaya Operasi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek. Hasil penetiannya yaitu adanya pengaruh CSR terhadap profitabilitas dan biaya operasional tetapi tidak berpengaruh terhadap besaran pajak penghasilan. Oleh karena permasalahan ini penulis tertarik untuk melakukan penilitian yang sama tetapi pada perusahaan yang berbeda. Dari banyak jenis perusahaan, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh CSR terhadap profitabilitas, besaran pajak penghasilan dan biaya operasional pada perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang jasa telekomunikasi.Sebelumnya Lailatul Istiqomah,2011, juga melakukan penelitian pada perusahaan telekomunikasi yaitu melakukan analisis profitabilitas perusahaan sebelum dan setelah melaksanakan program CSR (Corporate Social Responsibility) yang diukur dari ROA, ROE dan NPM tetapi tidak merinci pengaruh aktivitas CSR secara terperinci terhadap profitabilitas, besaran pajak penghasilan dan biaya operasional perusahaan. Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan tersebut dalam memilih aktivitas CSR yang tepat dan punya pengaruh yang cukup baik terhadap profitabilitas, besaran pajak penghasilan dan biaya operasional perusahaan. Berdasarkan permasalahan diatas penulis memberi judul penelitian ini: Pengaruh Penerapan Corporate SocialResponsibility Terhadap Profitabilitas, Besaran Pajak Penghasilan dan Biaya operasional (Studi Empiris Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar di BEI ).B. Identifikasi Masalah Berdasarkan masalah di atas maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Sejauhmana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap profitabilitas 2. Sejauhmana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap besaran Pajak Penghasilan 3. Sejauhmana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Biaya operasionalC. Pembatasan Masalah Penulis membatasi masalah dengan menfokuskan pada pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap profitabilitas, besaran Pajak Penghasilan dan Biaya operasional perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Telekonunikasi Yang Terdaftar di BEI).D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:13 1. Sejauhmana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap profitabilitas? 2. Sejauhmana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap besaran Pajak Penghasilan? 3. Sejauhmana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Biaya operasional?E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris : 1. Sejauhmana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap profitabilitas 2. Sejauhmana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap besaran Pajak Penghasilan 3. Sejauhmana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Biaya operasionalF. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Penelitian ini berguna untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pengungkapan CSR dalam perusahaan yang sesungguhnya. 2. Bagi Praktisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana dan membantu dalam pengambilan keputusan bisnis.3. Bagi Akademisi Diharapkan dapat memberikan literatur yang dapat membantu dalam pengembangan ilmu akademik. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Menambah pengetahuan dengan memberikan gambaran tentang tanggung jawab sosial perusahaan, serta bisa dijadikan sebagai referensi atau pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.15 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISA. Kajian Teori 1. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial PerusahaanMenurut Hendriksen (2002:428) pengungkapan (disclosure) adalah penyajian informasi yang diperlukan dalam laporan keuangan untuk mencapai operasi optimal pasar modal yang efisien. Hal ini menyebabkan informasi yang cukup (sufficient information) harus diungkapkan agar dasar untuk pengambilan keputusan dan prediksi terhadap pengembalian investasi di masa yang akan datang akurat dan dapat dipercaya. Informasi yang diungkapkan dikelompokkan menjadi pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang diisyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia mengungkapkan informasi yang secara sukarela, perusahaan wajib untuk mengungkapkannya. Pengungkapan sukarelamerupakan pengungkapan informasi yang melebihi dari yang diwajibkan. Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan prosespengkomunikasian dampak sosial dari kegiatan ekonomi organisasi terhadapkelompok khusus yang berkepentingan dan masyarakat secara keseluruhan (Eddy, 2005). Pratiwi dan Djamhuri (2004) mengartikan pengungkapan sosial sebagai suatu pelaporan atau penyampaian informasi kepada stakeholder mengenai segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Hasil penelitian dari beberapa negara membuktikan bahwa laporan tahunan (annual report) merupakan media yang tepat untuk menyampaikan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertanggungjawaban sosial timbul jika organisasi memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki kewajiban untuk melakukan pertanggungjawaban terhadap lingkungannya. Ramanathan (1976) dalam Puspitaningrum (2004) mengemukakan ada empat tujuan dari pengungkapan tanggung jawab sosial, yaitu: a. Mengidentifikasi dan mengukur sosial tiapkontribusi perusahaanperiode, yang tidak hanya berupainternalisasi social cost dan socialbenefit, tetapi juga pengaruh eksternalitas17 tersebut kelompok terhadap sosialyang berbeda. b. Untuk membantu menentukan apakah dan strategi praktekperusahaan secara langsung mempengaruhi sumber daya dan status individu, masyarakat kelompok sosial, kekuatandan generasi yang konsisten denganprioritas sosial di satu sisi dengan aspirasi individu di pihak lain. c. Untuk menyediakansecara informasiinformasi relevanoptimalyang denganunsur-unsur sosial dalam kebijakan, program, dan kinerja tujuan,sumbanganperusahaan terhadap sosial. d. Untuk meningkatkan keunggulan budaya saing tujuanperusahaan dalam globalisasi dan/atau perdagangan bebas. Menurut Gray et al dalam Eddy (2005) ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan19 tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapantanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus menjadi sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Praktek pengungkapan informasi CSR bervariasi di antar waktu dan antar negara. Hal ini disebabkan isu-isu yang dipandang penting oleh suatu negara mungkin akan menjadi kurang penting oleh suatu negara lain. Pengungkapan CSR perusahaan akan meningkatkan citra perusahaan dan ingin dilihat sebagai warga negara yang bertanggung jawab dan perusahaan akan mengungkapkan informasi tertentu jika ada aturan yang menghendakinya (Retno, 2006).2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) a. Pengertian Tanggung JawabSosial Perusahaan (CSR) Corporate Social Responsibility (CSR) muncul bersifat spontanitas dan belum terkelola dengan baik. Selain itu, dorongan eksternal berupa tuntutan masyarakat dan dorongan internal perusahaan agar perusahaan lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungannya. CSR merupakan konsep ketika perusahaan memutuskan secara sukarela untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat dengan lebih baik dan lingkungan yang lebih lestari (Yusuf, 2007:52). Menurut Magnan dan Ferrel (2004) dalam Susanto (2007:51) mendefinisikan CSR sebagai A business acts in socially responsible manner when its decision and account for and balance diverse stakeholders interest. Definisi ini menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggungjawab. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan telah tercantum dalam UndangUndang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Lingkungan. Adapun isi UndangUndang No.40 tahun 2007 yaitu: 1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam21 wajib melakukan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. 2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannyadilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. 3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Dalam UU PT di atas, definisi tanggung jawab sosial perusahaan dan lingkungan lebih menitikberatkan kepada pengembangan komunitas (community development). Mengenai pengertian CSR belum ada pengertian tunggal yang disepakati oleh semua pihak. Menurut Darwin (2004) dalam Retno (2006) corporate social responsibility adalah: mekanisme bagi suatu organisasi yang secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum.Belal (2001) dalam Kartika (2008) mendefinisikan corporate social responsibility sebagai berikut: ...........proses komunikasi sosial dan lingkungan dari organisasi ekonomi terhadap kelompok tertentu di masyarakat dan masyarakat luas. Perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial luas dibanding hanya untuk mencari uang bagi pemegang saham. Dari beragam definisi CSR, ada satu kesamaan bahwa CSR tidak bisa lepas dari kepentingan shareholder dan stakeholder perusahaan. Mereka adalah pemilik perusahaan, karyawan, masyarakat, negara dan lingkungan. Konsep inilah yang diterjemahkan oleh Elkington (1997) dalam Susanto (2008) yang mengemukakan bahwa sebuah perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit), masyarakat khususnya komunitas sekitar (people), serta lingkungan hidup (planet bumi). Menurut definisi yang dikemukakan oleh THE JAKARTA CONSULTING GROUP, tanggung jawab sosial diarahkan baik ke dalam (internal) maupun keluar (eksternal) perusahaan. Ke dalam tanggung jawab ini diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan. Selain itu juga diarahkan kepada karyawan karena hanya dengan kerja keras, kontribusi serta pengorbanan merekalah perusahaan dapat menjalankan berbagai macam aktivitasnya serta meraih kesuksesan. Ke luar, tanggung jawab sosial ini berkaitan dengan peran perusahaan23 sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja. b. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Menurut Yusuf (2007:71) ada tiga alasan mengapa perusahaan mesti merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial perusahaan sejalan dengan operasi usahanya yaitu: 1. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikankepentingan masyarakat. 2. Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme. 3. Kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya perusahaanmenfokuskan perhatiannya kepada tiga hal yaitu profit, lingkungan dan masyarakat. Dengan diperolehnya laba, perusahaan dapat memberikandeviden bagi pemegang saham, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh guna membiayai pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan serta membayar pajak kepada pemerintah.Dengan lebih banyak memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar, perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha-usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas kehidupan manusia dalam jangka panjang. Perhatian terhadap masyarakat, dapat dilakukan dengan cara melakukan aktivitas-aktivitas serta pembuatan kebijakan yang dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki diberbagai bidang. Dengan menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan yang dijalankannya, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang. Menurut Susanto (2007:28) dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR yaitu: 1. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan perusahaan. 2. CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan tidak pantas yang diterimadampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. 3. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan. 4. CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdersnya.25 5. Meningkatkan penjualan. 6. Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. c. Penilaian terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Kategori tanggung jawab sosial perusahaan menurut William (1999) dalam Kartika (2008) meliputi lima tema antara lain: (1) environment, (2) energy, (3) human resource and management, (4) products and customers, dan (5) community. Brammer, Brooks dan Pavelin (2006) pengukuran CSR dengan mempertimbangkan tiga parameter CSR yaitu employment, environment dan community. Dalam menjalankan aktivitas CSR tidak ada standar atau praktekpraktek tertentu yang dianggap terbaik. Setiap perusahaan memiliki karakteristik dan situasi yang unik yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka memandang tanggung jawab sosial. Dan setiap perusahaan memiliki kondisi yang beragam dalam hal kesadaran akan berbagai isu berkaitan dengan CSR serta seberapa banyak hal yang telah dilakukan dalam hal mengimplementasikan pendekatan CSR. Impelementasi CSR dilakukan oleh masing-masing perusahaansangat bergantung kepada misi, budaya, lingkungan dan profil resiko, serta kondisi operasional masing-masing perusahaan (Susanto, 2007:73). Menurut Yusuf (2007:71), implementasi CSR pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor (1) terkait dengan komitmen pimpinan, (2) ukuran dan kematangan (umur) perusahaan dan (3) regulasi dan sistem perpajakan. Sedangkan menurut Ali (2006:89) dalam pelaporan CSR harusmengungkapkan profil perusahaan, parameter yang digunakan dalam laporan, tata kelola dan komitmen-komitmen serta tata hubungan dengan stakeholder. Pelaksanaan CSR dapat dilaksanakan menurut prioritas yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Penilaian terhadap CSR bertujuan untuk mengidentifikasi masalah, peluang, tantangan yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan aktivitas CSR. Penilaian yang tepat harus memberikan pemahaman mengenai hal-hal: 1. Nilai-nilai dan etika perusahaan 2. Dorongan eksternal dan internal yang memotivasi perusahaan untukmenjalankan aktivitas CSR. 3. Isu-isu penting seputar CSR yang dapat memberikan dampak bagi perusahaan. 4. Stakeholder-stakeholder kunci. 5. Struktur pengambilan keputusan yang berlaku dalam perusahaan saat ini,kekuatan dan kelemahannya dalam hal27 mengimplementasikan program-program CSR yang terintegrasi. 6. Implikasi terhadap sumber daya manusia dan anggaran yang dimiliki. 7. Aktivitas-aktivitas berkaitan dengan CSR yang tengah berjalan. Penilaian bertujuan agar perusahaan melakukan aktivitas-aktivitas CSR secara berkesinambungan, tidak bersifat parsial. Penilaian CSR juga membantu perusahaan mengidentifikasi kesenjangan dan peluang yang ada, sehingga mampu memperbaiki kualitas pengambilan keputusan. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penilaian CSR menurut Susanto (2007:76) sebagai berikut: 1. Membentuk tim kepemimpinan CSR. 2. Merumuskan definisi CSR. 3. Melakukan kajian terhadapdokumen, proses, dan aktivitas perusahaan. 4. Mengidentifikasi danmelibatkan stakeholders kunci. Selanjutnya Eddy (2005) dengan memodifikasi bentuk pengungkapan sosial Hackson dan Milne (1996) dalam Eddy (2005) sesuai dengan kondisi di Indonesia, bentuk kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu:1. Lingkungan, pengendalian kegiatan pengeluaran pengembangan pengurangan pernyataan menunjukkanmeliputi polusi operasi; riset dan untuk polusi, yang bahwaoperasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi hukum dan ketentuan peraturanpolusi, pernyataan yang menunjukkan bahwapolusi operasi telah atau akan pencegahan perbaikan lingkungan dikurangi, atau kerusakan akibatpengolahan sumber alam, misalnya daratan atau reklamasi reboisasi;konservasi sumber alam,29 misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas; material menerima penggunaan daur ulang;penghargaanberkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan; merancangfasilitas yang harmonis dengan kontribusi yang lingkungan; dalam seni untukbertujuanmemperindah lingkungan; kontribusi pemugaran sejarah; limbah; dalam bangunan pengolahan mempelajaridampak lingkungan untuk memonitor lingkungan dampak perusahaan;perlindungan lingkungan hidup. 2. Energi, meliputipenggunaan energi secara lebih kegiatan memanfaatkan efisien dalam operasi; barangbekas untuk memproduksi energi; mengungkapkan energipenghematansebagai hasil produk daur ulang; membahas upaya perusahaan mengurangi energi; peningkatan dalam konsumsi pengungkapan efisiensienergi dari produk; riset yang mengarah pada efisiensi produk;peningkatan energi darimengungkapkan kebijakan energi perusahaan. 3. Kesehatan dankeselamatan tenaga kerja, meliputi penguranganpolusi, iritasi, atau resiko31 dalam lingkungan kerja; mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental; mengungkapkanstatistik kecelakaan kerja; mentaati peraturan standar kesehatan keselamatan menerima berkaitan keselamatan dan kerja; penghargaan dengan kerja;menetapkan suatu komite keselamatan kerja;melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan mengungkapkan pelayanan tenaga kerja. 4. Lain-lain tentang tenaga kerja, meliputi perekrutan atau memanfaatkan tenaga kesehatan kerja;kerja wanita/orang cacat; mengungkapkan persentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat managerial; mengungkapkan tujuanpenggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan; program untuk kemajuan tenaga kerja cacat; kerjawanita/orang pelatihan tenagamelalui program tertentu di tempat kerja; memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan; suatu tenaga pusat mendirikan pelatihan kerja;mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuktenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri33 atau yang telah membuat kesalahan; mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan; fasilitasmengungkapkanuntuk aktivitas rekreasi; pengungkapan persentase gaji untuk pensiun;mengungkapkan kebijakan penggajian perusahaan; mengungkapkan tenaga kerja jumlah dalam dalamperusahaan; mengungkapkan tingkatan managerial yang ada;mengungkapkan disposisi staff - di mana staff ditempatkan; mengungkapkan staff, masa jumlah dankerjakelompok usia mereka;mengungkapkan tenaga penjualan kerja; kerja, perstatistik misal tenagamengungkapkankualifikasi tenaga kerja yang mengungkapkan direkrut; rencanakepemilikan saham oleh tenaga mengungkapkan pembagian lain; informasi kerja; rencanakeuntunganmengungkapkan hubunganmanajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan kerja; informasi dan motivasimengungkapkan stabilitaspekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan; membuat laporan tenaga kerja yang terpisah; hubunganmelaporkan35 perusahaan dengan serikat buruh; melaporkangangguan dan aksi tenaga kerja; mengungkapkaninformasi bagaimana aksi tenaga dinegosiasikan; peningkatan kondisi kerja secara umum; informasi re-organisasi yang perusahaan kerjamempengaruhitenaga kerja; Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja. 5. Produk, pengungkapan pengembangan perusahaan, pengemasannya; gambaran pengeluaran meliputi informasi produk termasukriset dan pengembangan produk; informasi Pengungkapan proyek risetperusahaan memperbaiki pengungkapan produk standard Membuatuntuk Produk; bahwa memenuhi keselamatan; produk lebihaman untuk konsumen; melaksanakan riset atas tingkat produk pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan keselamatan perusahaan;penyiapan pengungkapanproduk; informasiatas keselamatan produk perusahaan; pengungkapan mutu produk informasi yang dalamdicerminkanpenerimaan penghargaan; informasi yang dapat37 diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (Misalnya ISO 9000). 6. Keterlibatan masyarakat,meliputi sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung masyarakat, aktivitas pendidikandan seni; tenaga kerja paruh waktu (part-time dariemployment) mahasiswa/pelajar; sebagai proyek masyarakat; riset medis; sponsoruntukkesehatan membantu sebagaisponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni; membiayai program membuka perusahaan beasiswa; fasilitas untukmasyarakat; Mensponsorikampanye mendukung pengembangan lokal 7. Umum, pengungkapan tujuan/kebijakannasional;industrimeliputiperusahaan secara umum berkaitan tanggung perusahaan masyarakat; berhubungan tanggung jawab jawab dengan sosial kepada informasi dengan sosialperusahaan selain yang disebutkan di atas.3. ProfitabilitasProfitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Menurut Heinze (1976); Gray et.al, (1995) dalam Mahdiyah (2008) profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Profitabilitas adalah39hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham & Houston, 2006), dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian pengukuran profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan tingkat efektifitas manajemen secara menyeluruh dan secara tidak langsung para investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis ini. Selain itu keuntungan (profitabilitas) sangat penting bagi perusahaan bukan saja untuk terus mempertahankan pertumbuhan bisnisnya namun juga memperkuat kondisi keuangan perusahaan. Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan pengaruh dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi (Brigham & Houston, 2006). Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas adalah gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, Return on Equity dan Return on Assets (Syamsudin, 1985:55, dalam Ahmar dan Kurniawan, 2007). Gross profit margin merupakan rasio profitabilitas yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Gross profit margin merupakan prosentase dari laba kotor dibandingkan dengan sales. Operating profit margin adalah rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum adanya pajak dan bunga dari penjualan yang dilakukan. Rasio ini menggambarkan apa yang biasanya disebut "pure profit" yang diterima atas setiap Rupiah dari penjualan yang dilakukan. Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebut yang benar- benar diperoleh dari hasil operasional perusahaan dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Net profitmargin adalah rasionprofitabilitas yang menghitung sejauh mana perusahaan dalam menghasilkan laba setelah dipotong pajak dan bunga dari penjualan yang dilakukan. Semakin tinggi net profit margin, maka makin baik profitabilitas suatu perusahaan. Return on equity (ROE) menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income yang tersedia bagi pemegang saham. Semakin tinggi return adalah semakin baik karena berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retained earning juga akan makin besar. Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukkan seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan asetnya. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin efektif penggunaan aktiva tersebut. Kelima rumus rasio untuk menhitung profitabilitas ini dicantumkan pada tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Rumus Rasio - rasio Profitabilitas Profitabilitas Rasio Gross Profit Margin Operating Profit Margin Net Profit Margin Return on Equity Return on Assets Rumus GPM = Sales Cost Of GoodSales Sales OPM = Operating Profit Sales NPM = Net Profit After Tax Sales ROE = NetProfitAfterTax StockholderEquity ROA = Netlncome TotalAssetsSumber : Konsep penelitian yang diolahPada penelitian ini profitabilitas perusahaan diukur dengan rasio-rasio41profitabilitas di atas yang diambil dari data keuangan perusahaan telekomunikasi yang menjadi objek penelitian, yang listing pada Bursa Efek Indonesia.4. Pajak Penghasilan a. Pengertian Pajak Penghasilan Pengertian pajak penghasilan sesuai dengan pasal 1 Undang-Undang pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima dalam tahun pajak Subjek Pajak Penghasilan: Subjek PPh adalah orang pribadi; warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak; badan; dan bentuk usaha tetap (BUT). b. Insentif Pajak untuk CSR Umumnya, ketentuan perpajakan di berbagai Negara memberikan 32insentif untuk program-program CSR, filantropi, dan aktivitas sosial lainnya. Berikut ini adalah skema insentif yang lazim digunakan. 1. Tax Exemption Yaitu, pengecualian dana program CSR dari objek pajak untuk individu atau organisasi yang menerima/mengelola dana tersebut (pada umumnya organisasi nirlaba). Tax exemption diberikan untuk kepentingan keadilan atau mempromosikan jenis aktivitas ekonomi tertentu dalam masyarakat terutama aktivitas yang bermanfaat bagi masyarakat dan membantu tugas pemerintah. 2. Tax Deduction/Tax Allowance/Tax ReliefYaitu, insentif diperbolehkannya dana CSR sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak (Ph KP) atau tax base. Kebijakan ini akan mengakibatkan Ph KP menjadi lebih kecil bagi organisasi yang melakukan aktivitas CSR, sehingga besaran pajaknya pun akan menjadi lebih kecil. 3. Tax Credit Yaitu, insentif diperbolehkannya dana CSR sebagai pengurang pajak terutang yang akan mengurangi jumlah beban pajak secara riil bagi organisasi yang melaksanakannya. Dalam praktiknya, ketiga bentuk insentif pajak di atas diterapkan dengan skema dan tingkatan yang berbeda oleh setiap Negara sesuai dengan konstitusi dan political will pemerintahnya masing-masing. Terdapat beragam alasan atau dasar pemikiran yang mendasari pemberian kebijakan insentif perpajakan untuk program CSR ini. Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC,2007), mengidentifikasi beberapa pemikiran tersebut. Pertama, negara menyadari bahwa pajak tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya instrumen untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara merata. Negara meyakini, dana yang dihasilkan dari pengumpulan pajak tidak mungkin dapat menyediakan seluruh layanan/infrastruktur sosial yang diperlukan oleh masyarakat. Oleh karena itu, negara membuka diri bagi masuknya inisiatif dan ketelibatan pihak-pihak di luar negara dalam membantu mengatasi persoalan tersebut. Kedua, pemerintah menangkap43 potensi besar dari aktivitas filantropi dan kedermawanan masyarakat dengan mengakomodasinya dalam kebijakan yang lebih konkret.Ketiga, pemerintah mencoba menggunakan skema insentif perpajakan untuk merangsang masuknya dana dari individu atau organisasi yang kemudian akan mendanai bidang-bidang tertentu yang dianggap penting. Hal tersebut sesuai dengan salah satu fungsi kebijakan perpajakan sebagai instrument reguleren. c. CSR dalam Perpajakan Indonesia Dalam batasan tertentu, ketentuan perpajakan Indonesia jugamemberikan skema insentif untuk program-program CSR. Pemberian insentif ini diusung sebagai bentuk akomodasi pemerintah atas kepentigan public dalam jangka panjang. Disini, skema insentif tax exemtion, tax deduction, atau tax credit- yang digunakan disesuaikan dengan dasar hukum yang berlaku di Indonesia serta aplikasi program-program CSR yang terjadi dalam masyarakat. Dalam ranah Pajak Penghasilan (PPh), ketentuan terkait aktivitas CSR diatur dalam Pasal 4 UU Nomor & Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh). Seperti yang dijelaskan dalam ayat (1) huruf d angka 4 pasal tersebut, Objek PPh adalah penghasilan, termasuk di dalamnya keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orangpribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri Keuangan (PMK), sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. Itu artinya, keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, bukan merupakan Objek PPh bagi yang menerima. Kemudian, dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a UU PPh juga diatur aktivitas CSR lain yang dikecualikan dari objek PPh. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah dan harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. Selain itu, dalam Pasal 4 ayat (3) huruf k UU PPh, diatur bahwa45 penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dikecualikan dari Objek PPh. Dengan catatan, badan pasangan usaha tersebut merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan PMK dan sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. Tidak berhenti sampai disitu, dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l,m, dan n UU PPh juga diatur pengecualian pengenaan PPh atas aktivitas CSR. Seperti halnya beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu, sisa lebih diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan pengembangan yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginyayang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, serta bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu. Ketentuan yang telah diuraikan di atas merupakan bentuk dari kebijakan pajak-yang berupa tax exemption untuk aktivitas CSR dalam ranah PPh. Disisi lain, dalam ranah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga diatur mengenai tax exemption terkait aktivitas CSR. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 4A ayat (3) UU Nomor 8 Tahun 1993 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas BarangMewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 (UU PPN) bahwa jasa pelayanan kesehatan medis, jasa pelayanan sosial, jasa keagamaan, jasa pendidikan, dan jasa kesenian dan hiburan tidak dikenakan PPN. Selain tax exemption, pemerintah Indonesia juga memberikan kebijakan insentif perpajakan untuk aktivitas CSR berupa tax deduction. Sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) UU PPh, terdapat sejumlah biaya terkait dengan aktivitas CSR yang diperkenakan sebagai deductible expense dalam menghitung Ph KP Wajib Pajak. Biaya tersebut adalah : Biaya pengolahan limbah; Biaya beasiswa, magang dan pelatihan; Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah (PP); Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan PP; Biaya pembangunan infrastruktur sosial yangketentuannya diatur dengan PP; Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan PP; Sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga yang ketentuannya diatur dengan PP.47d. Pemotongan Pajak Penghasilan Perusahaan dengan Diterapkannya CSR Dengan diterapkannya CSR, pemerintah telah membuat suatu peraturan perpajakan dalam PMK-02/PMK.03/2010 pasal 2 dimana besarnya biaya promosi dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto merupakan akumulasi dari jumlah : Biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media lainnya; Biaya pameran produk Biaya pengenalan produk baru; dan/atau Biaya sponshorship yang berkaitan dengan promosi produk.Penguranganbiayapromosidaripenghasilanbrutodapatmengurangi jumlah pajak pengahasilan yang harus dibayar perusahaan. Hal ini merupakan suatu insentif pajak yang diberikan pemerintah bagi perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan tanggung jawab sosialnya secara konsisten. Dalam penelitian ini untuk dapat melihat pengaruh penerapan CSR terhadap pajak penghasilan yang di bayarkan perusahaan digunakan rumus : Besaran Pajak Penghasilan: Pajak Penghasilan per tahun X 100% Pendapatan netto per tahun5. Biaya operasional 1. Pengertian Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya-biaya yang digunakan untukmemperoleh barang, menghasilkan barang, melakukan pemasaran dan melakukan penjualan serta biaya-biaya untuk operasional perusahaan lain jika perusahaan tersebut adalah manufaktur. Jika perusahaannya adalah perusahaan dagang maka biaya operasionalnya adalah biaya untuk memperoleh barang dagangan, pemasaran dan kegiatan penjualan serta biaya-biaya operasional perusahaan lain.2. Macam-macam biaya operasional Adapun macam-macam biaya operasional adalah: Biaya personil (operator, bagian administrasi, pustakawan data, pengawas data). Biaya overhead (pemakaian telpon, listrik, asuransi, keamanan, supplies). Biaya perawatan perangkat keras (reparasi, service). Biaya perawatan perangkat lunak (modifikasi program, penambahan modul program). Biaya perawatan peralatan dan fasilitas. Biaya manajemen yang terlibat dalam operasi sistem. Biaya kontrak untuk konsultan selama operasi sistem.49 Biaya depresiasi (penyusutan). Dengan diterapkannya CSR, perusahaan akan mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran produk dan menggantinya dengan biaya CSR. Walaupun biaya CSR yang dikeluarkan pada awalnya merupakan biaya pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan sekitar, tidak dapat di pungkiri bahwa kegiatan CSR tersebut juga telah membentuk suatu brand image perusahaan di mata masyarakat luas yang nantinya akan berpengaruh terhadap kegiatan promosi perusahaan dan akhirnya akan meningkatkan penjualan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan mengurangi biaya promosi produknya yang akan berpengaruh pada pengurangan biaya operasi perusahaan. Agar dapat melihat efisiensi biaya yang terjadi pada perusahaan yang telah menerapkan kegiatan CSR, maka dalam penelitian ini digunakan rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Dengan menggunakan rasio ini, efisiensi perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya dapat diukur. Rumus yang digunakan untuk menghitung adalah sebagai berikut: BOPO = Biaya Operasional X 100% Pendapatan OperasionalB. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai CSR telah banyak dilakukan di berbagai negara dan dalam kurun waktu yang berbeda. Pada umumnya penelitian tersebut meneliti karakteristik perusahaan yang diduga memiliki hubungan dengan praktek pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan yang merupakan sumber informasi penting bagi stakeholder dalam menilai kinerja.1. DewaSancahyaNistaniya,2010,PengaruhCorporateSocialResponsibility Terhadap Profitabilitas Perusahaan. (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI tahun 2007 sampai dengan tahun 2009). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama periode 20072009 untuk biaya kemitraan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dengan nilai signifikan sebesar 0.009,biaya kesejahteraan karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dengan nilai signifikan sebesar 0.000, dan biaya bina lingkungan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA dengan nilai signifikan sebesar 0.334. Untuk hasil penelitian secara simultan CSR berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA). 2. Jayanti Purnasiwi, 2011, Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Pengungkapan CSR Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009. Secara parsial size dan leverage berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR, sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR perusahaan. 3. Lailatul Istiqomah,2011, Analisis Profitabilitas Perusahaan Sebelum Dan Setelah Melaksanakan Program CSR (Corporate SocialResponsibility) Pada Industri Telekomunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk perbedaan ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), NPM51 (Net Profit Margin) sebelum dan setelah melaksanakan program corporate social responsibility pada industri telekomunikasi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji normalitas yang bertujuan untuk menguji apakah data sampel yang diambil mempunyai sebaran distribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka alat analisa yang digunakan adalah uji statistik yaitu uji paired sampel test. Namun, jika data tidak berdistribusi normal maka alat analisa yang digunakan adalah metode non-parametik Wilcoxon signed-rank test. Dari hasil analisis, terdapat perbedaan ROA (Return On Asset) sebelum dan setelah melaksanakan program corporate social responsibility pada industri telekomunikasi. Sedangkan ROE (Return On Equity) dan NPM (Net Profit Margin) tidak mengalami perbedaan sebelum dan setelah melaksanakan program corporate social responsibility pada industri telekomunikasi.4. Mirra Permanasari,2010, Pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Tingkat Profitabilitas, Besaran PajakPenghasilan, Dan Biaya operasional Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rata-rata sebelum dan setelah penerapan program Corporate Social Responsibility terhadap tingkat profitabilitas, pajak penghasilan, dan Biaya operasional perusahaan. Hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata dengan diterapkannya Corporate Social Responsibility terhadap profitabilitas dan Biaya operasional perusahaan. Namun tidakterdapat perbedaan rata-rata dengan diterapkannya Corporate Social Responsibility terhadap pajak penghasilan perusahaan.5. Yenni Mangoting, Biaya Tanggung Jawab Sosial Sebagai Tax Benefit Tujuan perusahaan tidak semata-mata hanya maksimalisasi laba untuk shareholders, tetapi perusahaan juga harus bertanggungjawab terhadap lingkungan di manaperusahaan itu berada. Tanggung jawab sosial dapat dalam bentuk yang bersifat kemanusiaan atau pengembangan komunitas (Community Development). Undang-UndangRepublik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroaan Terbatas, pada Pasal 74 mengatur tentang kewajiban perusahaan melakukan tanggung jawab sosial. Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pajak dapat memberikan insentif pajak yang memperkenankan pengeluaran-pengeluarantanggung jawab sosial sebagai pengurang penghasilan kena pajak untuk perusahaan yang konsisten menerapkantanggung jawab sosialnya.6. Artikel dari majalah : Indonesia Tax Review vol. III/edisi 19/2010, ditulis oleh : SUBAGIO EFFENDI S.S.T.CSRA (Staf Direktorat Jenderal Pajak dan Research Associate Tax Center ,UKI ). Dalam batasan tertentu, ketentuan perpajakan Indonesia juga memberikan skema53 insentif untuk program-program CSR. Pemberian insentif ini diusung sebagai bentuk akomodasi pemerintah atas kepentigan public dalam jangka panjang. Disini, skema insentif tax exemtion, tax deduction, atau tax credityang digunakan disesuaikan dengan dasar hukum yang berlaku di Indonesia serta aplikasi program-program CSR yang terjadi dalam masyarakat. Bentuk dari kebijakan pajak-yang berupa tax exemption untuk aktivitas CSR dalam ranah PPh. Dalam ranah Pajak Penghasilan (PPh), ketentuan terkait aktivitas CSR diatur dalam Pasal 4 UU Nomor & Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh). Disisi lain, dalam ranah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga diatur mengenai tax exemption terkait aktivitas CSR. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 4A ayat (3) UU Nomor 8 Tahun 1993 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 (UU PPN) bahwa jasa pelayanan kesehatan medis, jasa pelayanan sosial, jasa keagamaan, jasa pendidikan, dan jasa kesenian dan hiburan tidak dikenakan PPN. Selain tax exemption, pemerintah Indonesia juga memberikan kebijakan insentif perpajakan untuk aktivitas CSR berupa tax deduction. Sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) UU PPh.C. Kerangka Konseptual Pada penelitian ini penulis melakukan penelitian tentang PengaruhProfitabilitas Pajak Penghasilan Biaya Operasiorate Social Responsibility (CSR)Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas, Pajak Penghasilan dan Biaya operasional (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI ). Dengan adanya Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas pasal 74 mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan, maka setiap perusahaan diwajibkan untuk melakukan kegiatan corporate socialresponsibility. Keputusan ini menuai protes, karena selama ini aktivitas CSR diasumsikan sebagai aktivitas berdasarkan kerelaan dan bukan paksaan. Untuk lebih jelas kaitan antara variabel-variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan skema konseptual sebagai berikut:Gambar 1 KerangkaKonseptual D. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, kajian teoritis dan kerangka konseptual di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Profitabilitas H2: Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap pajak penghasilan.55 H3: Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Biaya operasionalBAB III METODE PENELITIANA. Desain Penelitian Adapun jenis penelitian dapat digolongkan pada penelitian pengujian hipotesis. Penelitian ini merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Sehingga tujuandari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya.B. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan jasa telekomunikasi yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang sudah melaksanakan CSR.C. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data documenter yaitu berupa laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh melalui media perantara dari dokumendokumen, laporan-laporan dan arsip-arsip seperti: ICMD (Indonesian Capital Market Directory) dan www.idx.co.idD. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Dokumentasi Yaitu mengumpulkan data-data yang diperoleh dari Lembaga atau Instansi Pemerintah yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Studi Kepustakaan Yaitu dengan mempelajari buku-buku dan literatur lainnya yang57 berhubungan dengan penelitian penulis.E. Variabel dan Pengukuran Variabel Data tersebut dianalisis secara kuantitatif, dengan menggunakan statistik parametrik (uji beda), yang kemudian dilakukan uji hipotesis (uji t). Uji hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah program CSR yang dilakukan perusahaan membawa dampak yang positif terhadap profitabilitas perusahaan, besaran pajak penghasilan dan Biaya operasional. 1) Variabel Penelitian a. Variabel DependenVariabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas (X1), pajak penghasilan (X2), dan Biaya operasional(X3).b. Variabel Independen Variabel independen adalah tipe variabel yang mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah: CSR.2) Pengukuran Variabel a. Variabel Dependen ProfitabilitasProfitabilitasmerupakankemampuanperusahaanuntukmenghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Menurut Heinze (1976); Gray et.al, (1995) dalam Mahdiyah (2008) profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkanpertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Pajak Penghasilan Pengertian pajak penghasilan sesuai dengan pasal 1 UndangUndang pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima dalam tahun pajak Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh barang, menghasilkan barang, melakukan pemasaran dan melakukan penjualan serta biaya-biaya untuk operasional perusahaan lain jika perusahaan tersebut adalah manufaktur. Jika perusahaannya adalah perusahaan dagang maka biayaoperasionalnya adalah biaya untuk memperoleh barang dagangan, pemasaran dan kegiatan penjualan serta biaya-biaya operasional perusahaan lainb. Variabel Independen Variabel dependennya adalah tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial. Pada penelitian ini pengungkapan tanggung jawab sosial59 diukur dengan instrumen Corporate Social Responsibility Indeks (CSRI). Instrumen pengukuran CSRI yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada instrumen yang digunakan Eddy (2005), yang mengelompokkan CSR dalam kategori Lingkungan, Energi, Kesehatan dan keselamatan kerja, Lain-Lain Tenaga Kerja, Produk, Keterlibatan masyarakat dan umum. Total item CSR berkisar antara 63 sampai dengan 78, tergantung pada jenis industri perusahaan. Tabel 2 Tabel total item CSR untuk masing-masing sektor industriNo 1 Industry sector Banking, Credit Agencies Other Bank, Securities, Insurance And Real estate 2 Manufacturing 3 Mining and Mining Service 4 Construction 5 Electronic And Office Equipment 6 Automotive and Allied Product 7 Holding and Investment Companies 8 Communication 9 Others Sumber : Dimodifikasi dari Eddy (2005) Total Item 63 78 78 71 78 78 78 64 78 CSRF. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian dengan analisis regresi terlebih dahulu dilakukan uji kevalidan data dengan berbagai uji asumsi klasik agar dapat dilakukan suatu kesimpulan yang benar. Adapun uji asumsi klasik yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Uji Normalitas Menurut Idris (2006: 66), uji normalitas digunakan untuk mengujiapakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normazslitas dilakukan dengan metode Kolmogorov smirnov, dengan kriteria pengujian = 0,05 sebagai berikut: 1) Jika sig berarti data sampel yang diambil terdistribusi normal. 2) Jika sig berarti data sampel yang diambil terdistribusi tidak normal.b. Uji Multikolinearitas Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan regresi berganda maka dilakukan uji multikolinearitas. Multikolinearitas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan antara variabelvariabel bebas (X) yang berarti. Analisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan SPSS, uji ini berguna melihat apakah model regresi terdapat korelasi maka dinamakan problem multikolinearitas dilakukan dengan rumus VIF (Variance Inflation Factor) yaitu:1 2 VIF = 1 rJika nilai VIF < 5, maka tidak terdapat multikolinearitas. Jika nilai VIF >5, maka variabel tersebut mempunyai multikolinearitas dengan variabel bebasnya.c. Uji Heterokedastisitas Untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi61 ketidaksamaan varians dari residual atas suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari suatu pengamatan ke pengamatan lain disebut homogenitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. UjiHeterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual atas suatu pengamatan kepengamatan lain. Untuk mendeteksi heterokedastisitas dapatmenggunakan uji Gletser. Apabila Sig > 0,05 maka tidak terdapat gejala Heterokedastisitas. Model yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2007: 108).G. Teknik Analisis Data 1. Uji Regresi Berganda Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan menggunakan regresi berganda (multiple regresion) untuk menguji pengaruh variabelvariabel independen terhadap variabel dependen.2. Adjusted R Square Koefisien determinasi Adjusted R Square intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R Square pada saat mengevaluasi mana regresi yang baik.H. Uji HipotesisUji t (t-test) Uji statistik t digunakan untuk melihat pengaruh secara parsial antara variabel bebas dengan variabel terikat. Rumusnya adalah:b S bktk =Dimana: bk adalah koefisien regresi ke k Sy.123...k ( x2k ) (1 Ri2)Sbk =Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima Dengan tingkat kepercayaan ( ) untuk pengujian hipotesis adalah 95% atau ( ) = 0,05I. Definisi Operasional 1. Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan masyarakat secara keseluruhan. Ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentangpengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suplemen dari aktivitas akuntansi63 konvensional. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi organisasi. 2. ProfitabilitasProfitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Menurut Heinze (1976); Gray et.al, (1995) dalam Mahdiyah (2008) profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang sahamdalam hubungan masyarakat dan3. Pajak Penghasilan Pengertian pajak penghasilan sesuai dengan pasal 1 Undang-Undang pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima dalam tahun pajak 4. Biaya operasionalDAFTAR PUSTAKASekaran, Umar,2006, Research Methods For Business, Jakarta: Salemba Empat Saidi, Zaim dkk,2003, Sumbangan Social Perusahaan,Jakarta: Piramedia,Ford Pondation dan PIRAC Dewa Sancahya Nistaniya,2010, Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas Perusahaan. (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI tahun 2007 sampai dengan tahun 2009)Jayanti Purnasiwi, 2011, Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Pengungkapan CSR Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Lailatul Istiqomah,2011, Analisis Profitabilitas Perusahaan Sebelum Dan Setelah Melaksanakan Program CSR (Corporate Social Responsibility) Pada Industri Telekomunikasi Mirra Permanasari,2010, Pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Tingkat Profitabilitas, Besaran Pajak Penghasilan, Dan Biaya operasional Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Yenni Mangoting, Biaya Tanggung Jawab Sosial Sebagai Tax Benefit (Jurnal) Artikel dari majalah : Indonesia Tax Review vol. III/edisi 19/2010, ditulis oleh : SUBAGIO EFFENDI S.S.T.CSRA (Staf Direktorat Jenderal Pajak dan Research Associate Tax Center ,UKI ).