proposal kerjasama apotek dengan bpjs kesehatan.docx

Click here to load reader

Upload: nur-farahiyah-amalina

Post on 29-Jan-2016

2.616 views

Category:

Documents


706 download

DESCRIPTION

Pharmacy References

TRANSCRIPT

PARTNERSHIP PROPOSAL

Partnership Proposal12

PROPOSAL KERJASAMA APOTEK SEHATI DENGAN BPJS KESEHATAN UNTUK PELAYANAN RUJUK BALIK DALAM SISTEM PELAYANAN KESEHATAN JKN (JAMINAN KESEHATAN NASIONAL)

a. LatarBelakangBerdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 71 Tahun 2013, jaminan didefinisikan sebagai jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Dalam hal ini Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Keseh atan) merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan tersebut.Dalam penyelenggaraan sistem jaminan kesehatan nasional, BPJS bekerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan dari pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Fasilitas kesehatan milik pemerintah wajib bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sedangkan fasilitas kesehatan milik swasta pun juga dapat menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan selama memenui persyaratan (credentialing).Fasilitas kesehatan yang dimaksud meliputi fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Fasilitas kesehatan tingkat pertama meliputi puskesmas atau yang setara, praktik dokter, praktik dokter gigi, klinik, dan rumah sakit kelas D Pratama atau yang setara. Adapun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan meliputi klinik utama atau yang setara, rumah sakit umum, dan rumah sakit khusus.Fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif. Pelayanan kesehatan komprehensif tersebut berupa pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, dan pelayanan kesehatan darurat medis, termasuk pelayanan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagi fasilitas kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun jejaring dengan sarana penunjang.Menurut Perpres Nomor 12 Tahun 2013, Pasal 30 (2), fasilitas kesehatan rawat jalan yang tidak memiliki sarana penunjang, wajib membangun jejaring dengan fasilitas kesehatan penunjang untuk menjamin ketersediaan obat, bahan medis habis pakai, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan. Jejaring dan fasilitas kesehatan yang yang dimaksud antara lain apotek, laboratorium, optik, atau PMI. Sehingga, peran suatu apotek dalam penyelenggaran sistem jaminan kesehatan nasional sangat penting terutama dalam menjamin ketersediaan obat yang bermutu dan memberikan pelayanan obat yang rasional kepada pasien sesuai dengan asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Selain pola kerjasama BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan yang memiliki jejaring seperti apotek, BPJS Kesehatan juga dapat bekerjasama dengan apotek untuk pelayanan rujuk balik (PRB). Program Rujuk Balik (PRB) sendiri merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan jangka panjang. Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang dan bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama (Sarafino, 2006). Penyakit kronis merupakan penyebab kematian utama secara global. Riset kesehatan dasar yang dilakukan tahun 2013 memberikan data prevalensi nasional penyakit kronis seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan kanker masing-masing sebesar 4,5%, 3,7% dan 1,4%, sedangkan prevalensi hipertensi, stroke dan gagal ginjal kronis masing-masing sebesar 9,4%, 57,9% dan 0,6% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2013). Untuk mengatasi masalah pengelolaan penyakit kronis tersebut, saat ini pemerintah melalui sistem Jaminan Kesehatan Nasional menyediakan Program Rujuk Balik (PRB).Pelaksanaan program ini dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas, dokter umum, klinik pratama) atas rekomendasi atau rujukan dari Dokter Spesialis atau Sub Spesialis yang merawat. Penyakit kronis yang termasuk dalam PRB diantaranya adalah diabetes melitus, hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsi, stroke, schizophrenia, Systemic Lupus Erythematosus (SLE) (BPJS Kesehatan , 2014). Pada program rujuk balik pasien rutin ke apotek setiap bulannya untuk mengambil obat, sehingga pelayanan obat di apotek merupakan salah satu faktor penting keberhasilan terapi pasien.Penyakit kronis biasanya tidak bisa disembuhkan secara total (Adelman and Daly, 2001). Penderita penyakit kronis cederung mengalami stress dan putus asa karena pengobatan yang dilakukan tidak dapat menyembuhkan secara total (Sarafino, 2006). Hal inilah yang memicu penderita penyakit kronis rawan mengalami ketidakpatuhan dalam pengobatan. Berdasarkan penelitian Evadewi dan Sukmayanti (2013) menyatakan bahwa sebanyak 70,54% pasien hipertensi usia 45-51 tahun tidak patuh mengkonsumsi obat. Pada penelitian Putri (2012) dijelaskan bahwa terjadi penurunan ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat pada pasien hipertensi dari 84,4% menjadi 50% setelah diberikan konseling oleh apoteker. Masalah lain yang terjadi pada pasien penyakit kronis adalah adanya polifarmasi untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit (Rambadhe et al., 2012).Berdasarkan masalah-masalah tersebut sangat dibutuhkan peran apoteker untuk memberikan informasi dan pemahaman mendalam kepada pasien penyakit kronis yang membutuhkan perhatian khusus. Apoteker di apotek PRB dituntut untuk memberikan pelayanan kefarmasian yang optimal dan melaksanakan interaksi langsung dengan pasien rujuk balik (Permenkes, 2014). Pelayanan kefarmasian optimal yang dilakukan oleh Apoteker akan memberikan kepuasan bagi pasien. Kepuasan akan mendorong minat konsumen untuk kembali ke tempat yang sama dan menunjukkan rasa loyalitas yang tinggi (Gasperz, 2001). Hal tersebut akan berdampak positif dan memberikan keuntungan bagi apotek.Berdasarkan latar belakang tersebut, maka apotek SEHATI memberikan penawaran kerjasama dengan BPJS Kesehatan sebagai apotek pelayanan rujuk balik (PRB) dengan memberikan pelayanan kefarmasian secara mandiri dalam sistem jaminan kesehatan nasional (JKN). Sebagai unit pelayanan kesehatan, diharapkan apotek kami dapat menjamin persediaan obatobatanuntuk masyarakat pada umumnya dan terkhusus untuk peserta pelayanan rujuk balik (PRB) untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal serta menerapkan pelayanan yang berfokus pada pasien yang bertujuan untukmeningkatkan kualitas hidup pasien. Peran apoteker diharapkan dapatmenyeimbangkan antara aspek klinis dan aspek ekonomi demi kepentinganpasien sebagai aplikasi dari asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care) untuk melakukan pelayanan obat yang rasional dan cost effectiveness.

b. Dasar HukumDasar hukum yang menjadi landasan dalam pelaksanaan kerjasama antara BPJS Kesehatan dengan apotek PRB (Program Rujuk Balik) antara lain: Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor HK/ Menkes/32/I/2014 tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan bagi Peserta BPJS Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.

c. Visi dan Misi1. Visi Menjadiapotekyang menerapkan pelayanan kefarmasian yang bermutu, berkualitas dan terpercaya serta menguntungkan bagi konsumen dan karyawan. 2. Misi MisidariapotekSEHATI antara lain: Menjamin ketersediaan obat, alat kesehatan dan perbekalan kefarmasian lainnyayang bermutu danberkualitas dalam hal kerjasama ini khususnya penyediaan obat PRB (Program Rujukan Balik). Menyediakan pemeriksaan penunjang untuk penyakit-penyakit tertentu. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang tepat, cepat, ramah,informatif denganmemerapkankonsep PharmaceuticalCaresecaraprofesional. Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup seluruh karyawan danpemilik modal.

d. KomitmenKomitmen apotek SEHATI dalam pelayanan program rujuk balik (PRB) adalah: Menjamin ketersediaan dan kecukupan obat Program Rujuk Balik secara lengkap, kecuali obat dalam keadaan kosong yang dinyatakan secara tertulis oleh distributor obat yang bersangkutan, apotek wajib mencarikan obat sejenis tanpa mengenakan biaya tambahan kepada peserta. Memberikan obat-obatan kepada peserta berdasarkan resep obat yang diterima dengan tetap berpedoman kepada Formularium Nasional. Membuat dan menyampaikan kepada BPJS Kesehatan laporan bulanan yang mencakup persediaan obat Program Rujuk Balik, pencatatan atas resep-resep obat yang masuk dan bukti penerimaan obat Peserta. Mengikuti proses evaluasi dan penilaian yang dilakukan secara berkala oleh BPJS Kesehatan. Bersedia menyediakan komputer yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan untuk kebutuhan penggunaan program Aplikasi Pelayanan Apotek. Memberitahukan secara tertulis kepada BPJS Kesehatan dalam hal terjadi perubahan tempat praktik atau berhenti praktik.

e. Strategi Dalam mencapai visi dan misi apotek SEHATI memiliki beberapa strategi yakni: Menjaminbahwaseluruhprosesterapi obatyangdiberikanmerupakan terapiobatyangtepat,efektif,nyamandanamanbagipasien. Mengatasimasalahbaruyangtimbul dalamterapiobatdanmencegah timbulnyamasalahlaindimasayangakandatang. Memberikanpelayanankepadapasienataumasyarakatyanginginmelakukan pengobatanmandiri. Melakukanefisiensibiaya(cost effectiveness) kesehatanmasyarakat. Memberikan informasi, edukasi dan konsultasiobat serta melakukan monitoring obat dan evaluasipenggunaanobat. Rutin melakukan update ilmu khususnya mengenai pelayanan kefarmasian yang komprehensif. Melakukan evaluasi terhadap kepuasan pasien baik pasien yang melakukan swamedikasi melalui apotek, dan pasien yang menerima pelayanan OWA, pelayanan resep ataupun pelayanan rujuk balik. MerancangSOP(standartoperatingprocedure)danstandarorganisasikerja. Memberlakukansistamrewarddanpunishmentbagiseluruhkaryawan.

f. Tujuan Sebagaitempatpengabdianprofesiapoteker. Melayanikebutuhanobat,bahanobat,alatkesehatansertaperbekalanfarmasi lainnyasesuaidengankebutuhanmasyarakatdengan berorientasikepada kepentingandankepuasanpasiensebagaiimplementasikompetensiprofesi farmasis. Memberikan danmenyediakan informasi, edukasi dan konsultasi kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,khususnyaobatdancarapengobatanyangtepat.

g. Manfaat Kerjasama 1. Bagi Peserta Meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup akses promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dalam konteks pelayanan holistik. Memudahkan untuk mendapatkan obat yang diperlukan.2. Bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Meningkatkan fungsi Faskes selaku Gate Keeper dari aspek pelayanan komprehensif dalam pembiayaan yang rasional. Meningkatkan kompetensi penanganan medik berbasis kajian ilmiah terkini (evidence based) melalui bimbingan organisasi/dokter spesialis. Meningkatkan fungsi pengawasan pengobatan.3. Bagi Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan Mengurangi waktu tunggu pasien di poli RS. Meningkatkan kualitas pelayanan spesialistik di Rumah Sakit. Meningkatkan fungsi spesialis sebagai koordinator dan konsultan manajemen penyakit.4. Bagi apotek pelayanan rujuk balik (PRB) Kepastian pangsa pasar. Mendapatkan harga obat dengan harga yang terjangkau sesuai e-catalogue. Kepastian pembayaran. Mendapatkan edukasi peresepan obat yang rasional melalui restriksi dan peresepan Fornas (Peresepan Nasional). Mendapatkan informasi tentang program penyelenggaraan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).5. Bagi BPJS Kesehatan Optimalisasi implementasi program BPJS Kesehatan guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan. Kemudahan bagi BPJS Kesehatan dalam persediaan obat-obatan khususnya pasien BPJS yang terdaftar sebagai pasien PRB (program rujukan balik). Memperkuat kedudukan BPJS Kesehatan sebagai badan hukum publik.

h. Deskripsi Apotek Nama dan Lokasi ApotekNamaapotekyangdidirikan adalah ApotekSEHATI,lokasinya terletakdi Jl.Perintis Kemerdekaan No. 121 Makassar No. Telp (0411) 654361. Apotek ini merupakan apotek swasta yang berdiri sendiri. Apotek SEHATI memiliki lokasi strategis yang dekat dengan beberapa fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan dengan pangsa pasar mulai dari masyarakat menengah ke bawah dan menengah ke atas. Sumber Daya ManusiaUntukmencapai visi dan misi apotek, maka diperlukan sumber daya manusia yang efektif dan efisiansesuai dengan bidang masing-masing. Apotek SEHATI merekrut 6 karyawan dengan susunan sebagai berikut:- ApotekerPengelolaApotek(APA) :1orang- ApotekerPendamping :1orang- AsistenApoteker :1orang- PembantuUmum :2orang- Akuntan :1orang Job DescriptionSumber daya manusia merupakan aset terbesar dari apotek itu sendiri. Kerjasama antarkaryawanharusdijagasehinggadapatmenciptakansuasana kerja yang kondusif serta mampu memberikan kenyamanan pada pasien. Karenanya diperlukan adanya pembagian tugas, wewenang, hak dan kewajibanserta rasamemiliki terhadap apotek dariparakaryawan.Untuk itu kemempuanmanajerialdariapotekersangatdiperlukan. ApotekerPengelolaApotek(APA)Tugasdankewajibanpengelolaapotekantaralain:[1] Memimpinseluruhkegiatanapotek.[2] Berkewajibansertabertanggungjawabpenuhuntukmengelolaapotek yangmeliputibeberapabidangantaralain:a) PelayananKefarmasianb) AdministrasidanKeuanganc) Personaliad) Bidanglainnyayangberkaitandengantugasdanfungsiapotek[3] Melakukanlangkahlangkahuntukmengembangkanhasil dan kualitasapotekTanggung jawabpengelolaapotekyaitu bertanggungjawab atas kelancaran segala bidang dalam apotek serta bertanggungjawab terhadap kelancaran hidup apotek yangdipimpinnya. ApotekerPendampingTugasdankewajiban: [1] Melaksanakan seluruh tugas dan kewajiban APA, bilamana APA berhalangan selama jamkerjaapotek.[2] Dalam melaksanakan segala tindakan, terutama dalam halhal penting yang mendasar dan strategis, harus mendapatpersetujuandariAPA.Tanggungjawab dan dari apoteker pendamping adalah bertanggungjawab penuh kepada APA dan melaksanakan tugas dan fungsi sebagai apoteker pendamping sesuaidenganpetunjukdanatauinstruksidariAPA. AsistenApotekerTugasdankewajiban:[1] Melaksanakan pekerjaan yang seusai dengan profesinya sebagai asisten apoteker, yaitumeliputi:a. Pelayanankefarmasian (pelayananobatbebas danobatdengan resep)sesuaipetunjukpimpinanapotek.b. Mengerjakan pengubahan bentuk pembuatan sedan racikan danmeracik.c. Menyusun,membendeldanmenyimpanresepdenganbaik.d. Mencatat laporan penggunaan obat dan perbekalan farmasi(narkotik, psikotropik, statistik resep dan OGB, OWA) danwaktukadaluarsa.e. Mendata kebutuhan obat dalam defekta dan membantu kelancarankegiatanpembelian.f. Menerima barang pesanan, memeriksa dan menandatangani faktur, mencatat ke dalam buku pembelian (komputer) dan menjagaagardaftarhargatetapuptodate.g. Memelihara kebersihan, kerapian serta keteraturan ruang pelayanandanperacikanobat.h. Mengelompokkandanmenataobatsesuaiabjadnya.[2] Dalam keadaan tertentu dapatmenggantikan tugas kasir, reseptir danlainsebagainya.Tanggungjawab dan wewenang asisten apoteker adalah bertanggungjawab kepada pimpinan apotek atas segalakebenaran tugas yang diselesaikannya. Berwenang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai petunjuk dan atau instruksi pimpinan apotek. Pembantu UmumTugasdankewajiban:[1] Menjaminkebersihandiseluruhlingkungankerjaapotek.[2] Mengelolasampahapotekdenganpenuhtanggungjawab.[3] MembantuAAdalampengadaandanpenyiapanobatTanggungjawab dan wewenang pembantu umum adalah bertanggungjawab langsung kapada pimpinan apotek dan melaksanakan tugas sesuai instruksi dan petunjuk pimpinan apotek.

i. Cakupan Program Rujuk BalikBerikut beberapa cakupan dari program pelayanan rujuk balik (PRB) yang menjadi perihal kerjasama antara BPJS Kesehatan dengan apotek PRB:a. Jenis Penyakit 1. Diabetes mellitus 2. Hipertensi3. Jantung4. Asma5. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)6. Epilepsi7. Schizophrenia8. Stroke9. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

b. Obat Program Rujuk Balik (PRB)1. Obat utama, yaitu obat kronis yang diresepkan oleh dokter spesialis/sub spesialis di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. 2. Obat tambahan, yaitu obat yang mutlak diberikan bersama obat utama dan diresepkan oleh dokter spesialis/sub spesialis di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan untuk mengatasi penyakit penyerta atau mengurangi efek samping akibat obat utama.

c. Peserta Peserta yang berhak memperoleh obat PRB adalah peserta BPJS Kesehatan dengan diagnosa penyakit kronis yang telah ditetapkan dalam kondisi terkontrol/stabil oleh dokter spesialis/sub spesialis dan telah mendaftarkan diri untuk menjadi peserta Program Rujuk Balik.

d. Mekanisme Pendaftaran Peserta PRBMekanisme pendaftaran peserta PRB adalah sebagai berikut:1. Peserta mendaftarkan diri pada petugas Pojok PRB dengan menunjukan: Kartu Identitas peserta BPJS Kesehatan. Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis. Surat Elijibilitas Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan. Lembar resep obat/salinan resep2. Peserta mengisi formulir pendaftaran peserta PRB.3. Peserta menerima buku kontrol Peserta PRB.

e. Mekanisme Pelayanan Obat PRB1. Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertamaa. Peserta melakukan kontrol ke Faskes Tingkat Pertama (tempatnya terdaftar) dengan menunjukkan identitas peserta BPJS, SRB dan buku kontrol peserta PRB.b. Dokter Faskes Tingkat Pertama melakukan pemeriksaan dan menuliskan resep obat rujuk balik yang tercantum pada buku kontrol peserta PRB.2. Pelayanan pada apotek/depo farmasi yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk pelayanan obat PRBa. Peserta menyerahkan resep dari Dokter Faskes Tingkat Pertama.b. Peserta menunjukkan SRB dan Buku Kontrol Peserta.3. Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali berturut-turut selama 3 bulan di faskes tingkat pertama.4. Setelah 3 bulan peserta dapat dirujuk kembali oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan untuk dilakukan evaluasi oleh dokter spesialis/subspesialis.5. Pada saat kondisi peserta tidak stabil, peserta dapat dirujuk kembali ke dokter spesialis/sub spesialis sebelum 3 bulan dan menyertakan keterangan medis dan/atau hasil pemeriksaan klinis dari dokter faskes tingkat pertama yang menyatakan kondisi pasien tidak stabil atau mengalami gejala/tandatanda yang mengindikasikan perburukan dan perlu penatalaksanaan oleh dokter spesialis/sub spesialis.6. Apabila hasil evaluasi kondisi peserta dinyatakan masih terkontrol/stabil oleh dokter spesialis/subspesialis, maka pelayanan program rujuk balik dapat dilanjutkan kembali dengan memberikan SRB baru kepada peserta.

j. Standar OperatingProcedure(SOP) Pelayanan Kefarmasian di Apotek PRB SOP Pelayanan Obat PRB (Program Rujuk Balik)1. Peserta BPJS/pasien BPJS datang.2. Menyapa pasien dengan ramah.3. Melakukan proses identifikasi di mana peserta BPJS yang akan memperoleh pelayanan obat PRB harus menyerahkan resep dari dokter fasilitas kesehatan tingkat pertama serta menunjukkan Surat Rujuk Balik (SRB) dan buku kontrol peserta.4. Lakukanskriningresepmeliputiskrining administratif,farmasetik dan pertimbangan klinis lainnya.5. Menghitung hargajikalau terdapat obat PRB yang tidak termasuk dalam pembiayaan BPJS dan memintapersetujuanpasien terhadapnominalharga tersebut (optional).6. Pasiendiberinoantrian.7. Tulis nomor struk (print out) pada resep dan satukan resep dengan print out.8. Cocokkan nama, jumlah dan kekuatan obat dalam resep denganprintout.9. Siapkanobatsesuaidenganresep.10. JikaobatracikanmakapatuhiSOPmeracik.11. Buatetiketdancocokkandenganresep.12. Telitikembaliresep sebelum diserahkan pada pasien termasuk salinanresepdankuitansi(jikadimintaolehpasien).13. Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi tentang obat meliputi dosis, frekuensi pemakaian sehari, waktu penggunaan obat, cara penggunaan dan efek samping obat yang mungkin timbul setelah penggunaan obat dan jika diperlukan pengatasanpertamaterhadapefeksampingyangditimbulkan.14. Pemberian edukasi mengenai terapi non farmakologi yang dapat mendukung keberhasilan terapi untuk pasien PRB.15. Bila perlu, dengan pemberian brosur untuk sediaan yang memerlukan petunjuk penggunaan khusus seperti sediaan aerosol, insulin, nebulizer, dsb.16. Catatnamapasien,alamatdannotelppasien.17. Buatcatatankhusustentangpasien PRB.

SOPMeracik Obat1. Siapkan alat yang akan digunakan dan bersihkan meja untukmeracik.2. Buatlahinstruksimeracikmeliputi:noresep,namapasian, jumlah dancaramencampur.3. Siapkan etiket dan wadah obat sertakan bersama obat dan instruksinyauntukdiracik.4. Cucilahtanganbilaperlugunakansarungtangan,masker.5. Siapkanbat sesuai resepdan cocokkandenganyang terterapada struknya.6. Jika ada bahan yang harus ditimbang maka persiapkan lebih dahulu.7. Bacalah instruksi meracik dengan seksama dan lakukanlah hatihati.8. Pastikanhasilracikansesuaidenganinstruksinya.9. Masukkan dalam wadah yang telah disediakan dan beri etiket, kemudian serahkan pada petugas lain untuk diperiksa dan diserahkan.10. Bersihkanperalatandanmejameraciksetelahselesai dan mencuci tanganhingga bersih.

k. Sistem Pembayaran oleh BPJS Kesehatan kepada Apotek PRB Sistem pembayaran oleh BPJS kepada apotek PRB untuk pelayanan obat rujuk balik mengacu pada Pasal 3 Permenkes 69 Tahun 2013 dan Pasal 71 Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014. Obat Program Rujuk Balik (PRB) dan pemeriksaan penunjang dibayar oleh BPJS Kesehatan diluar biaya kapitasi dan ditagihkan secara kolektif melalui klaim tersendiri kepada BPJS Kesehatan. Obat utama dan obat tambahan yang bersifat non-simptomatis dibayar secara non-kapita (FSS) oleh BPJS Kesehatan. Sedangkan obat tambahan yang bersifat simptomatis termasuk dalam pembiayaan secara kapitasi oleh BPJS Kesehatan. Biaya Program Rujuk Balik (PRB) terdiri atas harga obat yang mengacu pada Formularium Nasional yang ditetapkan oleh Menteri dan ditambah dengan faktor pelayanan dan embalage. a. Tarif pelayanan obat Sesuai e-katalog + faktor pelayanan + embalageKet: e-katalog dikeluarkan oleh Kemenkes; faktor pelayanan dan embalage sesuai SE Menkes No 31/2014b. Tarif pelayanan pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang ditagihkan terpisah dengan tarif maksimal.GDS: Rp 10.000 sd 20.000 (harus dengan indikasi medis)GDP: Rp 10.000 sd 20.000 (1 kali per bulan)GDPP: Rp 10.000 sd 20.000 (1 kali per bulan)Bila diperlukan pemeriksaan lainnya dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan BPJS Kesehatan wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat tanggal 15 setiap bulan berjalan bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menggunakan cara pembayaran praupaya berdasarkan kapitasi dan 15 hari sejak dokumen klaim diterima lengkap bagi fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan. BPJS Kesehatan wajib membayar ganti rugi kepada fasilitas kesehatan sebesar 1% dari jumlah yang harus dibayarkan untuk setiap 1 (satu) bulan keterlambatan.

LAMPIRAN