proposal kb luzy jadi

54
GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA > 35 TAHUN MENGENAI MKJP (METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG) DI DESA CILAYUNG TAHUN 2015 PROPOSAL PENELITIAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas blok Applied Research Di Susun Oleh : Nama : Luzy Muldiani NPM : 130103120004 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI DIPLOMA KEBIDANAN JATINANGOR TAHUN 2015

Upload: farah-farhana-maren

Post on 16-Sep-2015

253 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

loliu

TRANSCRIPT

GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA > 35 TAHUNMENGENAI MKJP (METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG)DI DESA CILAYUNG TAHUN 2015

PROPOSAL PENELITIANDiajukan untuk memenuhi salah satu tugas blok Applied Research

Di Susun Oleh : Nama : Luzy Muldiani NPM : 130103120004

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEDOKTERANPROGRAM STUDI DIPLOMA KEBIDANANJATINANGOR2TAHUN 20156

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ketahun selalu meningkat. Dengan jumlah penduduk yang selalu meningkat setiap tahunnya menempatkan Indonesia menjadi Negara keempat dengan penduduk terbanyak setelah China, India, dan Amerika Serikat. Salah satu upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah dengan program Keluarga Berencana (KB).1Kontrasepsi dibutuhkan untuk membatasi jumlah penduduk dan menjamin ketersediaan sumber daya alam sehingga menjaga kualitas hidup manusia. Pemakaian kontrasepsi selain ditujukan untuk merencanakan kapan kehamilan akan berlangsung, ditujukan pula untuk mengatur jarak antara kelahiran pertama dan kelahiran berikutnya. Metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi dua cara yaitu metode kontrasepsi jangka panjang dan metode kontrasepsi non jangka panjang.1Metode jangka panjang merupakan alat kontrasepsi yang memiliki tingkat keefektifan yang tinggi, dipasang hanya satu kali untuk pemakaian yang lama, dan tingkat pengembalian kesuburannya relatif cepat. Masyarakat telah mengetahui mengenai keluarga berencana, namun rata-rata masyarakat hanya dapat mengartikan dan mengetahui jenis-jenis keluarga berencana. Hal ini serupa dengan pendapat BKKBN Tingkat pengetahuan masyarakat akan kontrasepsi sudah tinggi 97,5% namun baru sebatas mampu menyebut jenis alat dan obat

11

kontrasepsi, tetapi belum dapat menyebutkan efek samping, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan. Seperti yang diketahui bahwa informasi tersebut sangat penting dipahami sebelum memutuskan menggunakan alat kontrasepsi tertentu. Alasan inilah yang membuat para akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi belum berbasis pada rasional, efektivitas, dan efisien.2Alat kontrasepsi sangat beragam, akan tetapi tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Setiap pribadi harus bias memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena banyaknya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita, serta biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak.3Pengetahuan mengenai KB sangat penting untuk dimiliki oleh akseptor dalam memilih alat kontrasepsi yang akan dipergunakan, karena pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang. Hal ini diperkuat oleh pernyataan menurut Notoatmodjo Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.42

Berdasarkan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, pengguna kontrasepsi non MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yaitu sebesar 83,31%.5 Sedangkan berdasarkan RISKESDAS pengguna non MKJP sangat minim yaitu sebesar 51,2%. Di Jawa Barat jumlah peserta KB aktif pada tahun 2011 menurut data dari BKKBN terdata sebesar 6.381.302 (73,46%) pasangan usia subur, meningkat sebesar 184.434 (2,98%) bila dibandingkan dengan peserta KB aktif tahun 2010 terdata sebesar 6.196.868 (73,06%) dari pasangan usia subur. Pada tahun 2011 peserta KB Non Hormonal terdata sebesar 991.046 (15,53%) dari total peserta KB aktif, sedangkan peserta KB IUD pada tahun 2011 di Jawa Barat sebesar 709.745 (11,12%) dari total peserta KB aktif. Hal ini menunjukkan masih minimnya pengguna MKJP di Indonesia, khusunya Jawa Barat.6 Hal ini serupa dengan keadaan di Desa Cilayung Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang yang memiliki jumlah akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek yaitu sebesar 534 (51,08%), sedangkan jumlah akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang yaitu 364 (34,06%) dan yang tidak menjadi akseptor Kb yaitu sebesar 146 (13,96%) dari 1044 PUS (Pasangan Usia Subur) di Desa Cilayung. Berdasarkan hasil SMD (Survey Mawas Diri) oleh mahasiswi pendidikan Diploma Kebidanan Unpad, melakukan wawancara kepada pasangan akseptor KB di Desa Cilayung dan didapatkan hasil bahwa penyumbang jumlah pengguna Metode Kontrasepsi non Jangka Panjang salah satunya yaitu pasangan usia > 35 tahun.

33Hal ini menunjukkan masih banyaknya ibu yang kurang mengerti mengenai efek samping penggunaan kontrasepsi jangka pendek dalam waktu yang lama. Dalam pemilihan metode kontrasepsi sebaiknya pasangan selalu mempertimbangkan, dampak yang akan terjadi pada dirinya secara fisik, yang diharapkan tidak akan terjadi efek samping

berkepanjangan yang akan terjadi. Sesuai dengan teori bahwa penggunaan metode kontrasepsi jangka pendek (hormonal), pada wanita usia lebih dari 35 tahun ataupun dalam jangka waktu yang lama dapat memicu berbagai penyakit timbul. Tingkat pengetahuan tentang metode kontrasepsi adalah tahu tentang ragam metode kontrasepsi yang tersedia, keamanan dan cara pemakaian metode-metode tersebut, kontrasepsi yang mereka pilih, termasuk pengetahuan tentang kemungkinan efek samping dan komplikasinya.7Menurut hasil penelitian Intan Agria Ratnaningtyas, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi dengan pemakaian kontrasepsi. Dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi, maka semakin tinggi pula pemakaian metode kontrasepsi.7Berdasarkan analisis data diatas menarik minat penulis untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia > 35 Tahun Mengenai MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) di Desa Cilayung.4

1.2 Rumusan MasalahBagaimana pengetahuan pasangan usia > 35 tahun mengenai MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) di Desa Cilayung ?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui tingkat pengetahuan pasangan usia > 35 tahun mengenai penggunaan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) di Desa Cilayung.1.3.2 Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasangan usia > 35 tahun mengenai Pengertian MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang).2) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasangan usia > 35 tahun mengenai macam macam MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang).3) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasangan usia > 35 tahun mengenai keuntungan dan kerugian menggunakan macam macam MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) tersebut.4) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasangan usia > 35 tahun mengenai indikasi dan kontraindikasi pengguna MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang).5) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasangan usia > 35 tahun mengenai efek samping penggunaan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang).6) Untuk mengetahui seberapa banyak pasangan > 35 tahun yang masih menggunakan metode kontrasepsi non jangka panjang55

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat TeoritisDiharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengembangan serta dinamika ilmu kebidanan, terutama yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi yang efektif bagi ibu pasangan usia > 35 tahun.

1.4.2 Manfaat Praktis1) Bagi Masyarakat Desa CilayungDiharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya pasangan usia diatas 35 tahun mengenai pemilihan kontrasepsi yang efektif .2) Bagi Tenaga KesehatanDiharapkan hasil penelitian ini dapat membantu tenaga kesehatan yang menangani Desa Cilayung, agar lebih memantau kesejahteraan masyarakat khususnya dalam bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.3) Bagi InstitusiDiharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi praktek kebidanan terutama dalam program pendidikan kesehatan mengenai metode kontrasepsi yang efektif bagi ibu usia lebih dari 35 tahun6

1.5 Kerangka PemikiranProgram KB di Indonesia dijalankan dengan cara kontrasepsi yaitu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.6 Sejak diberlakukannya program KB di Indonesia dan sejak berkembangnya kontrasepsi di Indonesia, penggunaan kontrasepsi masih dalam taraf minimal, sampai saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang enggan untuk menggunakan kontrasepsi dengan alasan takut akan efek samping yang merugikan bahkan lebih memperihatinkan adalah bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang belum tahu apa itu kontrasepsi, terutama masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil.2Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai mehgasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda.8Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antar sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.1Berdasarkan lama efektifitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang termasuk dalam kategori MKJP adalah susuk atau implant, IUD, MOP, dan MOW. Selain terdapat non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP.957

Dengan mengenal seluk beluk alat kontrasepsi, mulai dari apa itu kontasepsi hingga efek samping yang ditimbulkan diharapkan kedepannya kontrasepsi dapat dengan mudah diterima dan dijangkau oleh seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, sebuah langkah yang baik jika pemahaman tentang kontrasepsi ditingkatkan oleh seorang calon akseptor. Sehingga nantinya diharapkan akseptor mampu memilih nnetode yang efektif dan efisien.91.6Kerangka KonsepBagan Kerangka Konsep 1.1Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia > 35 Tahun Mengenai penggunaan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) di Desa Cilayung JatinangorKabupaten SumedangTahun 2015

Faktor Predisposisi :Pengetahuan mengenai MKJP

Perilaku pasangan usia > 35 yang menjadi akseptor KB jangka pendek

Keterangan : :Variabel

: Yang Diteliti :Yang Tidak Diteliti8

1.6 Metodologi PenelitianDesain penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dengan pengambilan data primer dari data kuesioner kepada pasangan usia > 35 tahun yang masih aktif menjadi akseptor KB jangka pendek di desa cilayung.

1.7 Waktu dan Tempat PenelitianWaktu dan tempat penelitian ini yaitu di desa Cilayung kecamatan Jatinangor pada bulan febuari sampai bulan april 2015. 9

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengetahuan2.1.1Definisi PengetahuanPengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya di dunia.10Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah sesorang melakukan pengidraan terhadap suatu objek tertentu yang terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besarpengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.8Pengetahuan penggunaan pikiran dan penalaran logika serta bahasa dalam hal ini pikiran mengajukan pertanyaan yang relevan dengan persoalan sedangkan penalaran merupakan proses bagaimana pikiran menarik kesimpulan dari hal - hal yang sebelumnya diketahui. Peran logika adalah menjadi seperangkat azaz yang mengarah supaya berpikir benar.10

10

2.1.2Tingkat PengetahuanTingkat pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan menurut Notoatmodjo, yaitu :a. Tahu (Know)Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu ini merupakan tingkat yang paling rendah.b. Memahami (Comprehension)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat meninterpretasi materi tersebut secara benar. Sehingga dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan tentang objek yang dipelajarinya.c. Aplikasi (Aplication)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.d. Analisis (Analysis)Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen - komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.11

e. Sintesis (Syntesis)Sintesa menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau mengubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.f. Evaluasi (Evaluation)Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek yang berdasarkan cerita yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.11 2.1.3Kategori PengetahuanMenurut Skinner, bila seseorang mampu menjawab mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan mengetahui bidang itu sekumpulan jawaban yang diberikan seseorang itu dinamakan pengetahuan.8Menurut Arikunto mengemukakan bahwa untuk mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seorang dapat menjadi 3 tingkatan yaitu :a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 60-75%c. Tingkat pengetahuan buruk bila skor atau nilai < 60%10Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain diatas.1212

2.2Metode Kontrasepsi Jangka Panjang2.2.1Definsi MKJP Sebelum membahas pengertian dari metode jangka panjang perlu diketahui terlebih dahulu pengertian tentang kontrasepsi. Kontrasepsi berasal dari kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Dalam upaya untuk menurunkan atau mencegah terdapat berbagai macam cara, salah satunya yaitu dengan metode kontrasepsi jangka panjang.13Metode kontrasepsi jangka panjang merupakan metode kontrasepsi yang sekali pemakaiannya dapat bertahan selama 3 tahun sampai seumur hidup.1 Adapun pengertian metode kontrasepsi jangka panjang menurut Hartanto yaitu tindakan yang membantu individu atau pasangan usia subur yang sangat efektif untuk menghindari kelahiran, mengatur interval kelahiran, dan tidak mempengaruhi hubungan seksual.142.2.2Jenis Jenis MKJP1. AKDRAKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik disertai barium sulfat (Agar terlihat melalui alat sinar X atau sonografi), dan mengandung tembaga (CU T 38OA ParaGard produksi Ortho), progesterone (Progesterone T progestasert system produksi ALZA Corporation), atau levonogestrel (Mirena produksi Berlex).1513

2. ImplantImplan atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) adalah alat kontrasepsi yang di insersikan dibawah kulit di lakukan pada lengan bagian atas.2Jenis Implanta. Norplant. terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. b. Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40mm, dan diameter 2mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.c. Jadena dan indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mgLevonorgastrel dengan lama kerjanya 3 tahun.2

3. MOW/ TubektomiTubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan. Tubektomi adalah tindakan oklusi/pengambilan sebagian saluran telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi.3Menurut Hartanto, jenis-jenis tubektomi antara lain:a. Laparotomib. Minilaparotomi= Mini-lapSub-umbilikal/infra-umbilikal: post-partumSupra pubis/Mini-Pfannenstiel: post-abortus, interval14c. Laparoskopi134. MOP/ VasektomiVasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.2Menurut Saifuddin macam- macam vasektomi ada 2 yaitu :a. Vasektomi dengan pisaub. Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)2

2.2.3Indikasi dan Kontraindikasi Jenis Jenis MKJP

1. Indikasi AKDRa. Usia reproduksib. Telah memiliki anak ataupun belumc. Menginginkan kontrasepsi yang efektif jangka panjang untuk mencegah kehamiland. Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsie. Pascakeguguran dan tidak ditemukan tanda-tanda radang panggulf. Tidak boleh menggunkan kontrasepsi hormonal kombinasig. Sering lupa menggunakan pilh. Usia perimenopause dan dapat digunakan bersamaan dengan pemberian estrogeni. Mempunyai risiko rendah mendapat penyakit menular seksual1

15

2. Kontraindikisai AKDRa. Hamil atau diduga hamilb. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnyac. Menderita vaginitis, salpingitis, endometritisd. Menderita penyakit radang panggul atau pascakeguguran septice. Kelainan congenital rahimf. Miom submukosumg. Rahim yang sulit digerakkanh. Riwayat kehamilan ektopiki. Penyakit trofoblas ganasj. Terbukti menderita penyakit tuberculosis panggulk. Sering ganti pasanganl. Gangguan toleransi glukosa. Progestin menyebabkan sedikit peningkatan kadar gula dan kadar insulin13. Indikasi Implanta. Telah memiliki anak maupun yang belumb. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsic. Pasca persalinan dan tidak menyusuid. Pasca kegugurane. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah atau anemia bulan sabit (sickle cell)f. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen. g. Sering lupa menggunakan pil.316h. 4. Kontraindikisai Implanta. Hamil atau diduga hamilb. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnyac. Benjolan/kanker payudara atau riwayat kenker payudarad. Miom uterus e. Gangguan toleransi glukosa35. Indikasi MOW/ TubektomiYang dapat menjalani tubektomi menurut Saifuddin antara lain :a. Usia lebih dari 26 tahunb. Paritas lebih dari duac. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya.d. Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.e. Pascapersalinan.f. Pascakeguguran.g. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.36. Kontraindikisai MOW/ Tubektomia. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).b. Perdarahan pervaginal yang belum terjelaskan (hingga harusdievaluasi).c. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol).d. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.e. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan.f. Belum memberikan persetujuan tertulis.27. Indikasi MOP/ VasektomiVasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana fungsi reproduksi merupakkan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.28. Kontraindikisai MOP/ Vasektomia. Infeksi kulit lokal, misal Scabiesb. Infeksi traktus genitalia.c. Kelainan skrotum dan sekitarnya1) Varicocele2) Hydrocele besar3) Filariasis4) Hernia inguinalis5) Orchiopexy6) Luka parut bekas operasi hernia7) Scrotum yang sangat tebald. Penyakit sistemik1) Penyakit-penyakit perdarahan2) Diabetes mellitus3) Penyakit jantung koroner yang barue. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil918

2.2.4Efek Samping Penggunaan MKJP1. Efek Samping AKDRa. Amenoreb. Kramc. Perdarahan yang tidak teratur dan banyakd. Benang hilange. Cairan vagina/dugaan penyakit radang panggul12. Efek Samping Implanta. Amenorhea b. Perdarahan bercak (spotting) c. Infeksi pada daerah insersi d. Berat badan naik/turun33. Efek Samping MOW/ TubektomiMenurut Saifuddin efek samping yang ditimbulkan setelah prosedur bedah biasanya adalah:a. Nyeri bahu selama 12 24 jam setelah laparoskopi relatif lazim dialami karena gas (CO2atau udara)di bawah diafragma.b. Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa. (Apabila mempergunakan metode hormonal sebelum prosedur, jumlah dan durasi haid dapat meningkat setelah pembedahan).219

4. Kelebihan MOW/ Tubektomia. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan).b. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)c. Tidak bergantung pada faktor senggamad. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang seriuse. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokalf. Tidak ada efek samping dalam jangka panjangg. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium).2

5. Kekurangan MOW/ Tubektomia. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan lagi), kecuali dengan operasi rekanalisasi.b. Klien dapat menyesal dikemudian hari.c. Resiko komplikasi kecil ( meningkat apabila digunakan anestesi umum).d. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.e. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekology atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi)f. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.2

20

6. Efek Samping MOP/ VasektomiEfek samping yang ditimbulkan kontrasepsi vasektomi menurut Everett adalah :a. Infeksib. Hematomac. Granula sperma3

7. Kelebihan MOPa. Efektifb. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.c. Sederhana.d. Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.e. Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja.f. Biaya rendah.g. Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita.h. Metode permaneni. Efektivitas tinggij. Menghilangkan kecemasan akan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan.9

21

8. Kekurangan MOP/ VasektomiKerugian yang dapatditimbulkan dari kontrasepsi vasektomi adalah :a. Diperlukan suatu tindakan operatif.b. Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.c. Kontap pria belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan.d. Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria.9

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode PenelitianDesain penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.8 Pendekatan cross sectional, dengan pengambilan data primer dari data kuesioner kepada pasangan usia > 35 tahun yang masih aktif menjadi akseptor KB jangka pendek. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran pengetahuan pasangan usia lebih 35 tahun tentang MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) di Desa Cilayung Kecamatan Jatinangor Tahun 2014.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 PopulasiPopulasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang ada di wilayah penelitian.12 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang menjadi akseptor KB jangka pendek di Desa Cilayung yaitu sebanyak 534 orang.

22

3.2.3SampelSampel adalah sebagian dari populasi yang nilai atau karakteristiknya kita ukur dan yang nantinya diukur untuk menduga karakteristik dari populasi.13Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian dengan cara purposive sampling yaitu pengambilan sampel pada subjek peneliti yang didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu, sesuai dengan karakteristik populasi dan tujuan penelitian.Adapun ukuran sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:n= Ukuran sampelN= Ukuran Populasid= nilai presisi/ketepatan meramalkanDari rumus diatas diperoleh sampel pada penelitian ini sebanyak:n= n= n= 84,23n= 84 orang.Jadi, sampel pada penelitian ini sebanyak 84 orang ibu akseptor kb jangka pendek.

23

a. Kriteria sampel inklusi1) Seluruh ibu yang menjadi akseptor aktif KB jangka pendek di desa cilayung2) Ibu akseptor kb jangka pendek yang bersedia menjadi sampel dalam penelitianb. Kriteria sampel eksklusi1) Ibu yang menjadi akseptor KB jangka panjang di desa cilayung2) Pasangan usia subur yang tidak menggunakan metode kontrasepsi

24

3.3 Definisi OperasionalTabel 3.1 Definisi Operasional Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia > 35 Tahun Mengenai MKJPNOVariabelDefinisi OperasionalAlat UkurHasil UkurSkala Ukur

1Pengetahuan pasangan usia > 35 tahunPengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang pasangan usia > 35 tahun yang menjadi akseptor KB mengenai MKJP.Kuisioner tertutupBaik (76-100%)Cukup (60-75%)Kurang (< 60%)Ordinal

25

3.4 Pengumpulan DataDalam penelitian ini digunakan pengumpulan data sebagai berikut dengan menggunakan metode dokumentasi diantaranya dengan mengumpulkan sumber data menggunakan kuesioner yang diberikan kepada pasangan usia > 35 tahun yang menjadi akseptor KB jangka pendek mengenai MKJP (Metode kontrasepsi jangka panjang).143.5Pengolahan dan Analisa Data3.5.1Pengolahan DataPada penelitian ini pengolahan data diantaranya sebagai berikut :a. Melakukan pemeriksaan dataPada tahap ini dilakukan hasil pemeriksaan kuesioner yang telah dikumpulkan oleh responden. Jika terdapat data yang belum maka akan dilengkapi kembali oleh responden tersebut.b. Memberikan kode pada dataPada tahap ini peneliti memberikan kode pada setiap jawaban dari responden agar dapat membantu dalam pengolahan data.c. Tabulasi dataPada tahap ini peneliti menentukan pengelompokkan pada setiap dan menentukan hasil dari kuesioner.15

26

3.6.2Analisis DataAnalisa data langkah yang penting untuk menemukan hasil penelitian. Teknik penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan memaparkan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.16Reduksi data adalah proses pemilihan dengan melihat hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden. Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari hasil kuesioner responden dan mengembangkan pengkodean bagian dari kuesioner. Penyajian data adalah proses dalam penyusunan data yang secara sederhana. Sedangkan langkah terakhir adalah penarik kesimpulan dari hasil kuesioner.1727

DAFTAR PUSTAKA

1.Prawirohardjo S, . Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2012.2.BKKBN. Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN; 2011.3.Bari SA. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-SP; 2006.4.Adi K. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Surabaya: Andi; 2006.5.BKKBN. Analisa lanjut SDKI 2007 Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi Jangka Panjang. Jakarta: BKKBN; 2009.6.P. Noya Yunus AF, Ismoyo Andi, Utoko. Sekilas Informasi Tentang Kependudukan dan Program KB Nasional. Jakarta: BKKBN; 2009.7.RatnaningtyasIA.Hubungan Tingkat PengetahuanIbuTentangMetodeKontrasepsi denganPemakaianKontrasepsiHormonaldanNonHormonaldiRWIII DesaKARANGASRI,NGAWI. Universitas Sebelas Maret: Karya Tulis Ilmiah; 2009.8.Soekidjo N. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2010.9.Sujiatini ND. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Nuha Medika; 2009.10.Geri Morgan CH. Panduan Praktik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: EGC; 2009.11.Proverawati A IA, Aspuah S. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika; 2009.12.Suharsimi A. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2006.13.Dkk. SS. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis. Jakarta: CV Sagung Seto; 2008.14.A. I. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang: Kalimasahada; 1996.15.Hasan I. -pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia; 2002.16.M. A. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa; 1993.17.L. M. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2007.18.Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori Jakarta: PT Rineka Cipta; 2010.19.Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2010.20.Hartanto H. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 2003.