proposal erawati

56
PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DENPASAR SELATAN I KOTAMADYA DENPASAR-BALI OLEH : NI KETUT ERAWATI NIM : 010030217 B PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2001 1

Upload: kusala-putra

Post on 25-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Erawati

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP

PENCEGAHAN DEPRESI PADA LANSIA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DENPASAR SELATAN I

KOTAMADYA DENPASAR-BALI

OLEH :

NI KETUT ERAWATI

NIM : 010030217 B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2001

1

Page 2: Proposal Erawati

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------- 1

1.1 Latar Belakang Masalah --------------------------------------------------- 1

1.2 Perumusan Masalah -------------------------------------------------------- 2

1.2.1 Pernyataan Masalah ------------------------------------------------- 2

1.2.2 Pertanyaan Masalah ------------------------------------------------- 3

1.3 Tujuan Penelitian ----------------------------------------------------------- 3

1.3.1 Tujuan Umum -------------------------------------------------------- 3

1.3.2 Tujuan Khusus ------------------------------------------------------- 3

1.4 Manfaat Penelitian ---------------------------------------------------------- 4

1.5 Relevansi --------------------------------------------------------------------- 4

BAB 2 TINJAUAN TEORI -------------------------------------------------------------- 5

1.1 Konsep Keluarga ------------------------------------------------------------- 5

1.1.1 Pengertian Keluarga ------------------------------------------------- 5

1.1.2 Fungsi Keluarga ------------------------------------------------------ 5

1.1.3 Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan ---------------- 6

1.1.4 Keluarga sebagai Unit Pelayanan yang dirawat ----------------- 6

1.2 Konsep Lansia ---------------------------------------------------------------- 6

1.2.1 Batasan Lanjut Usia ------------------------------------------------- 6

1.2.2 Permasalahan Pada Lanjut Usia ----------------------------------- 7

1.2.3 Teori Proses Menua ------------------------------------------------- 7

1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketuaan --------------------- 10

1.2.5 Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia ----------------- 10

1.2.6 Penyakit yang sering dijumpai pada Lansia ---------------------- 11

1.3 Konsep Depresi -------------------------------------------------------------- 11

1.3.1 Definisi ---------------------------------------------------------------- 11

1.3.2 Jenis-jenis Depresi --------------------------------------------------- 11

1.3.3 Faktor Predisposisi -------------------------------------------------- 14

1.3.4 Faktor Pencetus ------------------------------------------------------ 15

1.3.5 Pengelolaan Depresi pada Usia Lanjut ---------------------------- 16

1.4 Kerangka Konsep ------------------------------------------------------------ 23

1.5 Hipotesa ----------------------------------------------------------------------- 23

BAB 3 METODE PENELITIAN ------------------------------------------------------- 24

1.1 Rancangan Penelitian ------------------------------------------------------- 24

1.2 Kerangka Kerja -------------------------------------------------------------- 24

2

Page 3: Proposal Erawati

1.3 Identifikasi Variabel -------------------------------------------------------- 25

1.4 Definisi Operasional Sampling ------------------------------------------- 25

1.5 Rancangan Sampling ------------------------------------------------------- 27

1.5.1 Populasi --------------------------------------------------------------- 27

1.5.2 Sampel ----------------------------------------------------------------- 27

1.5.3 Sampling -------------------------------------------------------------- 28

1.6 Pengumpulan dan Analisa Data ------------------------------------------- 28

1.6.1 Instrument Penelitian ------------------------------------------------ 28

1.6.2 Cara Pengumpulan Data ------------------------------------------- 28

1.6.3 Analisa Data ---------------------------------------------------------- 29

1.7 Etika Penelitian -------------------------------------------------------------- 29

1.8 Keterbatasan ----------------------------------------------------------------- 30

1.9 Jadwal Penelitian ------------------------------------------------------------ 30

DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------------

LAMPIRAN ---------------------------------------------------------------------------------

3

Page 4: Proposal Erawati

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan bagian

dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh

setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara

fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan

yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses

penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman panca indera, menurunnya

daya tahan tubuh merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi

mereka masih harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta

perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Kondisi diatas menyebabkan orang

usia lanjut menjadi lebih rentan untuk mengalami problem mental, salah satunya

adalah depresi (FKUI,2000:80)

Depresi merupakan suatu gangguan afektif yang ditandai dengan hilangnya

minat atau kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada waktu yang

lampau (Townsend,1998:179). Secara umum insiden depresi pada wanita dibanding

pria adalah 1.2 - 2.0 / 1.0, dengan angka morbiditas pada pria adalah 4 - 8 per 1000

kelahiran hidup (Morgan,1991:54). Pada lansia, prevalensi depresi diperkirakan 15%

dari populasi usia lanjut dan diduga sekitar 60% dari pasien di unit geriatri menderita

depresi. Pada tahun 2020 depresi akan menduduki urutan teratas di negara

berkembang, termasuk Indonesia (FKUI,2000:158,60). Menurut "The National Old

People's Welfare Council" di Inggris yang dikutip oleh Nugroho (2000:42)

menyatakan bahwa depresi merupakan salah satu penyakit atau gangguan umum

pada lansia yang menduduki ranking teratas.

Saat ini gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak

kasus depresi pada usia lanjut tidak dikenali dan tidak diobati. Terjadinya depresi

pada usia lanjut merupakan interaksi faktor biologik, psikologik dan sosial. Faktor

sosial adalah berkurangnya interaksi sosial, kesepian, berkabung dan kemiskinan

dapat mencetuskan depresi. Sedangkan faktor psikologik yang berperan dalam

timbulnya depresi adalah rasa rendah diri, kurang percaya diri, kurangnya rasa

keakraban, dan ketidak berdayaan karena menderita penyakit kronis. Dari aspek

biologik usia lanjut mengalami kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel saraf

maupun zat neurotransmiter, resiko genetik maupun adanya penyakit tertentu seperti

kanker, DM, stroke memudahkan terjadinya gangguan depresi. Semua hal tersebut

menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar.

4

Page 5: Proposal Erawati

Menurut Erikson tahap lansia sebagai tahap integrity versus dispair yakni

individu yang sukses melampaui tahap ini akan dapat beradaptasi dengan baik,

menerima berbagai perubahan dengan tulus, mampu berdamai dengan

keterbatasannya, bertambah bijak menyikapi kehidupan. Sebaliknya mereka yang

gagal akan melewati tahap ini dengan penuh pemberontakan, putus asa dan ingkar

terhadap kenyataan yang dihadapinya (FKUI. 2000 : 157). Sukses tidaknya seseorang

melewati tahap ini dipengaruhi oleh maturitas kepribadian pada fase sebelumnya,

tekanan hidup yang dihadapinya, dan dukungan dari lingkungan terdekatnya

termasuk keluarga.

Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk dari terapi keluarga yang

termasuk pada penatalaksanaan depresi pada usia lanjut, karena melalui keluarga

berbagai masalah-masalah kesehatan itu bisa muncul sekaligus dapat diatasi. Adanya

problem keluarga akan berpengaruh pada perkembangan depresi pada lansia.

Disamping itu proses penuaan yang terjadi pada lansia juga dapat mempengaruhi

dinamika keluarga. Melalui dukungan keluarga, lansia akan merasa masih ada yang

memperhatikan, ikut merasakan mau membantu mengatasi beban hidupnya. Jadi

dengan adanya dukungan keluarga yang mempunyai ikatan emosional setidaknya

akan memberikan kekuatan pada lansia untuk menjalani hari tua yang lebih baik.

1.2 Perumusan Masalah

1.2.1 Pernyataan Masalah

Depresi merupakan salah satu problem mental yang sering ditemukan

pada komunitas usia lanjut. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap

munculnya depresi pada usia lanjut baik organobiologik maupun psikososial.

Secara organobiologik depresi pada usia lanjut dikaitkan dengan menurunnya

aktivitas neurotransmiter, perubahan anatomis dan sensitivitas reseptor, dan

pemakaian obat-obat tertentu khususnya obat anti hipertensi. Dari aspek

psikososial dapat berupa respon terhadap kehilangan peran, kematian pasangan

atau kerabat dekat, pindah tempat tinggal, ataupun memasuki masa pensiun.

Sejauh pengamatan peneliti, masalah depresi pada lansia yang ada di

keluarga masih belum dipahami, sehingga banyak kasus depresi yang tidak

dikenali dan tidak diobati. Kurangnya penghargaan, menurunnya nilai-nilai

kekerabatan dan komunikasi keluarga yang merupakan suatu bentuk dukungan

terhadap lansia yang ada di keluarga akan mengakibatkan semakin

bertambahnya tingkat depresi yang terjadi pada usia lanjut.

1.2.2 Pertanyaan Masalah

5

Page 6: Proposal Erawati

Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini :

1. Seberapa besar dukungan keluarga yang diterima oleh lansia yang ada di

keluarga ?

2. Seberapa besar tingkat depresi lansia yang ada di keluarga ?

3. Adakah pengaruh dukungan keluarga terhadap pencegahan depresi pada

lansia di keluarga ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran mengenai pengaruh dukungan keluarga terhadap

pencegahan depresi pada lansia di keluarga.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.Mengidentifikasi seberapa besar dukungan keluarga yang diterima oleh

lansia yang ada di keluarga.

2.Mengidentifikasi seberapa besar tingkat depresi lansia yang ada di

keluarga.

3.Mempelajari pengaruh dukungan keluarga terhadap pencegahan depresi

pada lansia di keluarga.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam memberikan

dukungan kepada anggota keluarganya yang lansia agar tidak terjadi depresi pada

lansia.

2. Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut berkaitan dengan topik permasalahan

yang sama.

1.5 Relevansi

Depresi pada lansia seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua.

Depresi adalah suatu gangguan / penyakit, sedangkan proses penuaan bukanlah

penyakit. Oleh karena itu penting bagi keluarga sebagai lingkungan terdekat lansia

yang masih mempunyai ikatan emosional untuk mengenali dan mengelola gangguan

depresi agar para lansia dapat terbebas dari penderitaan.

Pada lansia yang ada di keluarga, adanya problem keluarga, ataupun hal-hal

yang dapat menimbulkan stress pada keluarga akan dapat mempengaruhi terjadinya

depresi pada lansia. Mengingat rentannya lansia mengalami depresi, untuk itu

dukungan keluarga yang dapat berupa komunikasi, pemberian materi, perhatian

6

Page 7: Proposal Erawati

emosional dan penghargaan jelas sangat berarti bagi para lanjut usia.

7

Page 8: Proposal Erawati

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu

atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,1988)

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup

dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya

masing-masing, menciptakan serta memperhatikan kebudayaan (Bailon &

Maglaya,1989)

2.1.2 Fungsi-Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau konsekuensi dari

struktur keluarga. Adapun fungsi keluarga tersebut adalah (Friedman,1998:100):

1. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk stabilitas

kepribadian kaum dewasa, memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggota

keluarga.

2. Fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan sosial : untuk sosialisasi primer

anak-anak yang bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota keluarga.

3. Fungsi reproduktif : untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga untuk

kelangsungan hidup bermasyarakat.

4. Fungsi ekonomis : untuk mengadakan sumber-sumber ekonomi yang

memadai dan pengalokasian sumber-sumber tersebut secara efektif.

5. Fungsi perawatan kesehatan : untuk pengadaan kebutuhan-kebutuhan fisik,

pangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan.

2.1.3 Tugas-Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Freeman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh

keluarga (Effendi ,1998:42):

1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan.

8

Page 9: Proposal Erawati

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga

kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas

kesehatan yang ada.

2.1.4 Keluarga Sebagai Unit Pelayanan yang Dirawat

Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah-masalah kesehatan

keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar sesama di sekitarnya atau

masyarakat secara keseluruhan. Melalui asuhan keperawatan yang diberikan oleh

perawat kepada keluarga diharapkan keluarga dapat lebih mengenal dan

melaksanakan tugas-tugasnya dalam bidang kesehatan.

2.2 Konsep Lansia

2.2.1 Batasan Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ,lanjut usia dikelompokkan

menjadi:

a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59

tahun.

b. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

2.2.2 Permasalahan Pada Lanjut Usia

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan

lanjut usia antara lain (Setiabudhi,1999: 40 - 42):

1. Permasalahan Umum :

- Makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.

- Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang

berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.

- Lahirnya kelompok masyarakat industri.

- Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan

lanjut usia.

- Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan

lansia.

2. Permasalahan khusus :

- Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik

fisik, mental maupun sosial.

- Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

- Rendahnya produktivitas kerja lansia.

9

Page 10: Proposal Erawati

- Banyaknya lansia yang miskin, telantar dan cacat.

- Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistik.

- Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu

kesehatan fisik lansia.

2.2.3 Teori Proses Menua

Teori-Teori Biologi

1. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-

spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia

yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya

akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari

sel-sel kelamin. (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).

2. "Pemakaian dan Rusak" kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-

sel tubuh lelah (terpakai).

3. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat

khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat

tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

4. Teori "Immunologi Slow Virus" (Immunology Slow Virus Theory)

Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan

masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ

tubuh.

5. Teori Stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

terpakai.

6. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal

bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan

organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-

sel tidak dapat regenerasi.

7. Teori Rantai Silang

Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang

kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya

10

Page 11: Proposal Erawati

elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.

8. Teori Program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah

setelah sel-sel tersebut mati.

Teori Kejiwaan Sosial

2. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

a. Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan

secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang

sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan

sosial.

b. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut

usia.

c. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar

tetap stabil dari usia pertengahan ke lnjut usia.

3. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut

usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini

menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut

usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.

4. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,

seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari

kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.

Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik

secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan

ganda (Triple Loos), yakni :

a. Kehilangan peran (Loos of Role)

b. Hambatan kontak sosial (Restraction of Contact and Relation

Ships)

c. Berkurangnya komitmen (Reduced commitment to Social

Mores and Values)

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan adalah (Nugroho, 2000:19):

Hereditas = ketuaan genetik

Nutrisi = makanan

11

Page 12: Proposal Erawati

Status kesehatan

Pengalaman hidup

Lingkungan

Stres

2.2.5 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

1. Perubahan-perubahan Fisik

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ

tubuh diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardio

vaskuler, sistem pengaturan temperatur tubuh, sistem respirasi,

muskuloskletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin dan

integumen

Perubahan-perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental

Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

Kesehatan umum

Tingkat pendidikan

Keturunan (Hereditas)

Lingkungan

Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian

Gangguan gizi akibat kehilakngan jabatan

Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-

teman dan family

Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap gambaran

diri, perubahan konsep diri.

Perkembangan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya

(Maslow, 1970).

Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat

dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner,

1970).

2.2.6 Penyakit yang sering dijumpai pada lansia

Menurut "The national Old People's Welfare Council"

Di Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum

pada lanjut usia ada 12 macam, yakni (Nugroho, 2000: 42):

12

Page 13: Proposal Erawati

1. Depresi mental

2. Gangguan pendengaran

3. Bronkitis kronis

4. Gangguan pada tungkai / sikap berjalan

5. Gangguan pada koksa / sendi panggul

6. Anemia

7. Demensia

2.3 Konsep Depresi

2.3.1 Definisi

Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan berupa hilangnya minat atau

kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada waktu yang lampau

(Townsend,1998:179). Rentang respon emosi individu dapat berfluktuasi dalam

rentang respon emosi dari adaptif sampai maladaptif. Respon depresi merupakan

emosi yang mal adaptif (Keliat,1996:2).

2.3.2 Jenis-Jenis Depresi

Penggolongan depresi dapat dibedakan (Wilkinson,1995:18 - 26):

1. Menurut gejalanya

- Depresi neurotik

Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang

menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya. Penderitanya

seringkali dipenuhi trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya

kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, milik berharga, atau seorang

kekasih. Orang yang menderita depresi neurotik bisa merasa gelisah,

cemas dan sekaligus merasa depresi. Mereka menderita hipokondria atau

ketakutan yang abnormal seperti agrofobia tetapi mereka tidak menderita

delusi atau halusinasi.

- Depresi psikotik

Secara tegas istilah 'psikotik' harus dipakai untuk penyakit depresi yang

berkaitan dengan delusi dan halusinasi atau keduanya.

- Psikosis depresi manik

Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali

disertai gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami

gangguan ini menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapi

kadang-kadang hal ini dapat diganti dengan perasaan gembira, gairah, dan

aktivitas secara berlebihan gambaran ini disebut 'mania'.

13

Page 14: Proposal Erawati

- Pemisahan diantara keduanya

Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak hanya

berdasarkan gejala lain yang ada dan seberapa terganggunya perilaku

orang tersebut.

2. Menurut Penyebabnya

- Depresi reaktif

Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar seperti

kehilangan seseorang atau kehilangan pekerjaan.

- Depresi endogenus

Pada depresi endogenous, gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor

lain.

- Depresi primer dan sekunder

Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang

disebabkan penyakit fisik atau psiatrik atau kecanduan obat atau alkohol

(depresi 'sekunder') dengan depresi yang tidak mempunyai penyebab-

penyebab ini (depresi 'primer'). Penggolongan ini lebih banyak digunakan

untuk penelitian tujuan perawatan.

3. Menurut arah penyakit

- Depresi tersembunyi

Diagnosa depresi tersembunyi (atau atipikal) kadang-kadang dibuat

bilamana depresi dianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang

tidak dapat diterangkan, misalnya rasa sakit yang lama tanpa sebab yang

nyata atau hipokondria atau sebaliknya perilaku yang tidak dapat

diterangkan seperti wanita lanjut usia yang suka mengutil.

- Berduka

Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan terhadap

suatu kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan itu mampu

menerima kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit akibat kesedihan yang

menimpa, menderita putusnya hubungan dengan orang yang dicintai dan

penyesuaian kembali.

- Depresi pascalahir

Banyak wanita kadang-kadang mengalami periode gangguan emosional

dalam 10 hari pertama setelah melahirkan bayi ketika emosi mereka masih

labil dan mereka merasa sedih dan suka menangis. Seringkali hal itu

berlangsung selama satu atau dua hari kemudian berlalu.

14

Page 15: Proposal Erawati

- Depresi dan manula

Usia tua merupakan saat meningkatnya kerentanan terhadap depresi.

Namun, kadang-kadang depresi pada manula ditutupi oleh penyakit fisik

dan cacat tubuh seperti penglihatan atau pendengaran yang terganggu.

Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengingat kemungkinan

terjadinya penyakit depresi pada orang tua.

2.3.3 Faktor Predisposisi

Terdapat 2 teori untuk menjelaskan faktor pendukung terjadinya depresii

(Townsend,1998:181 - 183):

1. Teori Biologis

a. Genetik. Dari sejumlah penyelidikan yang telah dilakukan ditemukan

bahwa terdapat dukungan keterlibatan herediter dalam penyakit depresi.

Luasnya akibat pada pokoknya tampak menjadi lebih tinggi diantara

individu-individu yang memiliki hubungan keluarga dengan kelainan

tersebut daripada diantara populasi umum (DSM-III-R, 1987).

b. Biokimia. Ketidakseimbangan elektrolit tampak memainkan peranan

dalam penyakit depresif. Suatu kesalahan hasil metabolisme dalam

perubahan natrium dan kalium di dalam neuron (Gibbons, 1960).

Teori biokimia yang lainnya menyangkut biogenik amin norepinefrin,

dopamin, dan serotinin. Tingkatan zat-zat kimia ini mengalami defisiensi

dalam individu dengan penyakit depresif (Janowsky et al, 1988).

2. Teori Psikososial

a. Psikoanalisa. Teori ini (Klein, 1934) melibatkan suatu ketidakpuasan

dalam hubungan awal ibu-bayi sebagai suatu predisposisi untuk penyakit

depresif. Kebutuhan bayi tidak terpenuhi, suatu kondisi yang digambarkan

sebagai suatu kehilangan. Respons berduka belum terpecahkan, dan

kemarahan dan permusuhan ditunjukkan kepada diri sendiri. Ego tetap

lemah, sementara superego meluas dan menjadi menghukum.

b. Kognitif. Ahli teori-teori ini (Beck et al, 1979) yakin bahwa penyakit

depresif terjadi sebagai suatu hasil dari kelainan kognitif. Kelainan proses

pikir membantu perkembangan evaluasi diri individu. Persepsi merupakan

ketidakadekuatan dan ketidakberhargaan. Pandangan untuk masa depan

merupakan suatu kepesimisan keputusasaan.

c. Teori Pembelajaran. Teori ini (seligman, 1973) mengemukakan bahwa

penyakit depresif dipengaruhi oleh keyakinan individu bahwa ada kurang

kontrol atau situasi-situasi kehidupannya. Ini dianggap bahwa keyakinan

ini muncul dari pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan kegagalan

15

Page 16: Proposal Erawati

(baik yang dirasakan atau yang nyata). Setelah sejumlah kegagalan,

individu merasa tidak berdaya untuk berhasil dalam usaha-usaha yang

keras, dan oleh karena itu berhenti mencoba. Pembelajaran

ketidakberdayaan ini digambarkan sebagai suatu predisposisi untuk

penyakit depresif.

d. Teori Kehilangan Objek. Teori ini (Bowly, 1973) menyatakan bahwa

penyakit depresif terjadi jika pribadi tersebut terpisah dari atau ditolak

orang terdekat selama 6 bulan pertama kehidupan. Proses ikatan

diputuskan, dan anak menarik diri dari orang lain dan lingkungan.

2.3.4 Faktor Pencetus

Ada empat sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam

perasaan (Sundeen,Stuart,1998:260):

1. Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk

kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena

elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi

pasien merupakan hal yang sangat penting.

2. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu

episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang

dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.

3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan

depresi, terutama pada wanita.

4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit

fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik,

dapat mencetuskan gangguan alam perasaan.

2.3.5 Pengelolaan Depresi Pada Usia Lanjut (FKUI,2000:60 - 76)

1. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada usia lanjut :

a. Obat-obatan

Beberapa jenis obat seperti digoksin, L-dopa, steroid, penyekat beta

dan anti hipertensi lainnya, pemberian benzodiazepin jangka

panjang, fenobarbiton, dan pemakaian neuroleptik jangka lama dapat

mengakibatkan depresi.

b. Neurobiologik

Perubahan neuroendokrinologik seperti hormon, neurotransmiter

(serotonin, dopamin, dll) menyebabkan usia lanjut rentan terhadap

depresi. Depresi pada usia lanjut dapat diakibatkan oleh proses

16

Page 17: Proposal Erawati

neurodegeneratif, misalnya depresi sebagai gejala dari demensia.

c. Psikososial

- Kepribadian pasien sebelum sakit turut berperan dalam

manifestasi gejala depresi, misalnya orang yang pencemas semasa

mudanya ketika mengalami depresi di usia lanjut memperlihatkan

gambaran depresi neurotik yang menyolok.

- Dukungan sosial yang buruk, kapasitas membina keakraban yang

lemah juga berperan dalam terjadinya depresi.

- Berbagai peristiwa kehidupan seperti kematian pasangan, problem

keuangan yang berat, pindah rumah, peringatan peristiwa sedih,

anak yang cacat menanjak dewasa, dan sebagainya lebih sering

terjadi pada pasien-pasien usia lanjut dengan depresi

dibandingkan dengan usia lanjut yang sehat.

2. Gambaran Klinis Depresi Pada Usia Lanjut

Seorang usia lanjut yang mengalami depresi kebanyakan

menyangkal adanya mood depresi. Yang terlihat adalah gejala

hilangnya tenaga (loyo), hilangnya rasa senang, tidak bisa tidur atau

keluhan rasa sakit dan nyeri. Menurut Brodaty (1991) gejala yang

sering tampil adalah ansietas (kecemasan), preokupasi gejala fisik,

perlambatan motorik, kelelahan, mencela diri sendiri, pikiran bunuh diri

dan insomnia.

Gambaran klinik depresi pada pasien berusia lanjut (dibandingkan

dengan pasien yang lebih muda), adalah mereka lebih banyak

menonjolkan gejala somatiknya disamping mengeluh tentang gangguan

memori, dan umumnya cenderung meminimalkan atau menyangkal

mood depresinya. Hal lain yang tidak menguntungkan adalah pasien

usia lanjut umumnya kurang mau mencari bantuan psikiater karena tak

dapat menerima penjelasan yang bersifat psikologis untuk gangguan

depresi yang mereka alami.

3. Diagnosis Depresi

Gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan

berat sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya

terhadap fungsi kehidupan seseorang. Menurut ICD 10, pada gangguan

depresi ada 3 gejala utama yaitu :

Mood terdepresi (suasana perasaan hati murung / sedih),

Hilang minat atau gairah,

Hilang tenaga dan mudah lelah, yang disertai dengan gejala lain

17

Page 18: Proposal Erawati

seperti :

Konsentrasi menurun,

Harga diri menurun,

Perasaan bersalah,

Pesimis memandang masa depan,

Ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri,

Pola tidur berubah,

Nafsu makan menurun.

Tabel 2.1Pedoman Berat Ringannya Depresi

Depresi Gejala

UtamaGejala lain Fungsi Keterangan

Ringan 2 2 Baik Distress +

Sedang 2 3 atau 4 Terganggu Berlangsung

minimal 2 minggu

Berat 3 4 Terganggu

berat

Intensitas gejala

sangat berat

Sumber:Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI,2000

4. Pemeriksaan pasien Depresi

Salah satu langkah awal yang penting dalam penatalaksanaan

depresi adalah mendeteksi atau mengidentifikasi. Sampai saat ini belum

ada suatu konsensus atau prosedur khusus untuk penapisan / skrining

depresi pada populasi usia lanjut. Salah satu instrumen yang dapat

membantu adalah Geriatric Depression Scale (GDS) yang terdiri atas

30 pertanyaan yang harus dijawab oleh pasien sendiri. GDS ini dapat

dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan saja.

Bilamana ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada depresi,

harus dilakukan lagi pemeriksaan yang lebih rinci sebagai berikut :

1. Riwayat klinik / anamnesis

a. riwayat keluarga

b. gangguan psikiatri yang lampau

c. kepribadian

d. riwayat sosial

e. ide / percobaan bunuh diri

f. gangguan-gangguan somatik

18

Page 19: Proposal Erawati

g. perkembangan gejala-gejala depresi

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien depresi sangat penting karena gejala-

gejala depresi sering disertai dengan penyakit fisik.

3. Pemeriksaan kognitif

Penilaian Mini Mental State Examination (MMSE) pada usia lanjut

yang menunjukkan gejala depresi bermanfaat dalam tindak lanjut

penatalaksanaan pasien. Perbaikan pada MMSE setelah dilakukan

terapi terhadap depresi, menunjukkan bahwa pasien dengan depresi

mengalami masalah konsentrasi dan memori yang mempengaruhi

fungsi kognitifnya.

4. Pemeriksaan status mental

- Penampilan dan perilaku

- Mood / suasana perasaan hati

- Pembicaraan

- Isi pikiran

- Gejala ansietas

- Gejala hipokondriakal

5. Pemeriksaan lainnya

Mengingat pasien usia lanjut rentan terhadap gangguan metabolik

sekunder akibat penyakit depresi yang berat, seperti tidak adekuatnya

asupan cairan, maka perlu dipertimbangkan pemeriksaan sebagai

berikut :

- ureum dan elektrolit

- darah lengkap dan hitung jenis

- Vitamin B12 dan Folat

- Tes fungsi Tiroid

- Foto dada

- Lain-lain : serum sifilis,Electro Cardio Graphy ( ECG),Electro

Encephalo Graphy ( EEG), CT-scan dst.

5. Prognosis

Prognosis depresi pada usia lanjut tidaklah berbeda dengan

prognosis pada usia yang lebih muda. Umumnya pasien akan sembuh

dan tetap dapat berfungsi dengan baik jika depresi diobati dan

19

Page 20: Proposal Erawati

ditatalaksana dengan baik. Hasil terapi yang kurang baik tampaknya

berhubungan dengan episode awal yang parah dan adanya komorbiditas

dengan penyakit kronik.

6. Penatalaksanaan Depresi Pada usia Lanjut

1. Terapi fisik

a. Obat

Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya.

Pemilihan jenis antidepresan ditentukan oleh pengalaman klinikus

dan pengenalan terhadap berbagai jenis antidepresan. Biasanya

pengobatan dimulai dengan dosis separuh dosis dewasa, lalu

dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala.

b. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)

Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat

bunuh diri atau retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan

terapi yang efektif dan aman. ECT diberikan 1- 2 kali seminggu

pada pasien rawat nginap, unilateral untuk mengurangi

confusion/memory problem. Terapi ECT diberikan sampai ada

perbaikan mood (sekitar 5 - 10 kali), dilanjutkan dengan anti

depresan untuk mencegah kekambuhan.

2. Terapi Psikologik

a. Psikoterapi

Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika

dilakukan bersama-sama dengan pemberian antidepresan. Baik

pendekatan psikodinamik maupun kognitif behaviour sama

keberhasilannya. Meskipun mekanisme psikoterapi tidak

sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan

terapis dalam proses terapeutik akan meredakan gejala dan

membuat pasien lebih nyaman, lebih mampu mengatasi

persoalannya serta lebih percaya diri.

b. Terapi kognitif

Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien

yang selalu negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak

berguna, tak mampu dan sebagainya) ke arah pola pikir yang

netral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut dengan depresi

dapat menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan

secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas

20

Page 21: Proposal Erawati

dan aktivitas tertentu terapi kognitif bertujuan mengubah perilaku

dan pola pikir.

c. Terapi keluarga

Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit

depresi, sehingga dukungan terhadap keluarga pasien sangat

penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, ada

perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada orang usia

lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah

untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah dan

memperbaiki sikap / struktur dalam keluarga yang menghambat

proses penyembuhan pasien.

d. Penanganan Ansietas (Relaksasi)

Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi

progresif baik secara langsung dengan instruktur (psikolog atau

terapis okupasional) atau melalui tape recorder. Teknik ini dapat

dilakukan dalam praktek umum sehari-hari. Untuk menguasai

teknik ini diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.

7. Dukungan Keluarga dalam Kaitannya dengan Depresi Pada Lansia

Keluarga memainkan suatu peranan yang signifikan dalam

kehidupan pada hampir semua orang lanjut usia (lansia). Ketika

keluarga tidak menjadi bagian kehidupan seseorang yang telah lansia,

umumnya menyebabkan orang tersebut tidak mempunyai tempat

tinggal, atau ada masalah-masalah yang telah berlangsung lama dan

keterasingan. Sebaliknya, kepercayaan yang umum, ketika orang lansia

akan membutuhkan bantuan keluarga menyediakan sekurang-kurangnya

80% dukungan / bantuan. Dibandingkan dengan "kenyamanan di hari

tua", keluarga saat ini menyediakan kepedulian yang lebih luas selama

periode waktu yang lama (Schmall, Pratt, 1993).

Walaupun anak yang telah dewasa adalah suatu sumber utama

yang memberi bantuan terhadap orangtua yang lansia, beberapa trend

demografi dan sosial mempunyai akibat / impak yang signifikan pada

kemampuan anggota keluarga dalam menyediakan dukungan. Hal ini

tidak berarti bahwa keluarga bertanggung jawab atas timbulnya depresi

pada seseorang namun sudah jelas bahwa banyak masalah depresi

21

Page 22: Proposal Erawati

berkisar di seputar kesulitan dalam cara anggota keluarga saling

berkomunikasi dan saling berhubungan.

22

Page 23: Proposal Erawati

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Faktor pendukung:

- Dukungan keluarga

- Perilaku positif

- Psikoterapi individu

/kelompok

- Penanganan ansietas

/relaksasi

Keterangan:

Variabel diteliti

A. VARIABLE TIDAK DITELITI

2.5 Hipotesa

Stres pada

lansia

Adaptasi

Fisiologis Psikologi

s

LA GA Task Ego Oriented

Adaptif Maladaptif

Faktor

pendukung:

Teori biologik:

- Genetik

- Biokimia

Teori

psikoanalisa:

- Psikoanal

Faktor

pencetus:

- Kehil

angan

keterikatan

- Perist

iwa besar

dalam

Depresi

Pencegaha

n terhadap

depresi

Faktor

penghambat:

- Kepribad

ian

- Dukunga

23

Page 24: Proposal Erawati

Ho :tidak ada pengaruh antara dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada

lansia di keluarga

24

Page 25: Proposal Erawati

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang tahap-tahap yang dibuat oleh peneliti

berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan, menyangkut

diantaranya : rancangan penelitian, kerangka kerja, identifikasi dan definisi variabel,

rancangan sampling, pengumpulan dan analisa data, etika penelitian, keterbatasan

penelitian serta jadwal penelitian.

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian pada hakekatnya merupakan suatu strategi untuk

mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau

penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian. (Nursalam, 2001). Pada penelitian

ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian yang

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,dengan cara

pendekatan,observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.Artinya tiap

subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap

status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan ( Notoatmodjo,1993:141).

3.2 Kerangka Kerja

Keterangan:

: diteliti

1

Dukungan keluarga :- Mengenal masalah- Mengambil keputusan- Merawat anggota keluarga- Mempertahankan hubungan dengan

lembaga kesehatan- Mempertahankan lingkungan

Depresi pada lansia

Kontrol:

- Tingkat social

ekonomi

- Pendidikan

- Suku/ras

- Agama

Page 26: Proposal Erawati

: tidak diteliti

3.3 Identifikasi Variabel

Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu

kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan dimiliki oleh kelompok

tersebut (Nursalam, 2001 : 41).

2. Variabel Independen

Adalah variabel yang dapat diamati dan diukur untuk diketahui pengaruhnya

dengan variabel lain, yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah

dukungan keluarga.

3. Variabel Dependen

Merupakan variabel yang akan muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu

variabel - variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

depresi pada lansia.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional memberikan pengertian suatu variabel dan

menggambarkan aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk mengukurnya.

(Brockopp,1999:150).

26

Page 27: Proposal Erawati

NOVARIABE

LDEFINISI OPERASIONAL PARAMETER

ALAT

UKURSKALA SKOR

1 Independen

Dukungan

Keluarga

Tingkat dukungan keluarga

dalam kriteria

baik,sedang,kurang yang

diberikan kepada lansia yang

berusia 60-74 th berdasarkan

pernyataan responden terhadap

kuesioner yang ada.

Lima tugas keluarga:

1.Keluarga mampu mengenal masalah

depresi pada lansia

2.Keluarga mampu mengambil

keputusan

3.Keluarga mampu merawat lansia

4.Keluarga mampu mempertahankan

lingkungan yang baik untuk lansia

5.Keluarga mampu mempertahankan

hubungan dengan fasilitas kesehatan

Kuesioner

pada

keluarga

yang

dikaitkan

dengan 5

tugas

keluarga

menurut

Freeman

Ordinal Masing-masing item yang

dijabarkan dalam lima tugas

keluarga terdiri dari lima

pertanyaan dimana jawaban

ya memiliki nilai 1 dan

jawaban tidak memiliki nilai 0

sehingga nilai total adalah:

<10:dukungan keluarga

kurang

10-15:dukungan keluarga

sedang

16-25:dukungan keluarga baik

2 Dependen :

Depresi

pada lansia

Tingkat depresi yang

digolongkan dalam kriteria

tidak depresi, kemungkinan

depresi dan depresi,yang

dialami oleh lansia berusia 60-

74 th.

Gejala-gejala Depresi:

1.Berkurangnya minat.

2.Kehilangan aktivitas.

3.Perasaan kesepian dan bosan.

4.Perasaan tidak berdaya.

5.Kehilangan semangat.

6.Kehilangan harapan.

Kuesioner

dengan

mengguna

kan GDS.

Ordinal GDS terdiri dari 15

pertanyaan dimana pada

option yang bercetak miring

memiliki nilai 1,dan yang

tegak memiliki nilai

0,sehingga nilai total adalah:

<5:tidak depresi

1

Page 28: Proposal Erawati

5-9;kemungkinan depresi

>10;depresi

28

Page 29: Proposal Erawati

3.5 Rancangan Sampling

3.5.1 Populasi

Adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang

diteliti (Nursalam, 2001 : 64). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

keluarga extended dengan lansia di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan I

Bali. Adapun alasan peneliti memilih Puskesmas tersebut adalah mengingat

Puskesmas DenSel I merupakan salah satu tempat pendidikan bagi mahasiswa

yang sedang praktek di komunitas.Disamping itu Puskesmas DenSel I sudah

memiliki program pembinaan lansia di wilayahnya.

3.5.2 Sampel

Adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan "sampling" tertentu untuk

bisa memenuhi / mewakili populasi (Nursalam, 2001 : 64). Sampel diambil

dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi dari sampel. Kriteria inklusi

adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi yang akan

diteliti. Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah :

- Umur lansia 60 - 70 tahun

- Lansia tidak menderita cacat fisik dan mental

- Lansia dan keluarga bersedia untuk diteliti

- Berada pada wilayah kerja Puskesmas ………………..

Kriteria eksklusi adalah karakteristik dari subjek penelitian yang tidak diteliti.

Kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini adalah :

- Tingkat sosial ekonomi keluarga / lansia

- Suku / ras keluarga / lansia

- Agama yang dianut keluarga / lansia

- Tingkat pendidikan keluarga / lansia

- Jenis kelamin lansia

- Lansia yang menderita cacat fisik dan mental

- Tidak bersedia diteliti

Untuk menentukan besarnya sampel yang diambil, dapat digunakan rumus

sebagai berikut : (Husaini U, 1995 : 188)

Keterangan :

S : banyaknya anggota sampel

N : banyaknya anggota populasi

1

Page 30: Proposal Erawati

P : proporsi dalam populasi = 0,5

d : derajat ketelitian = 1,96

X2 : harga tabel chi - kuadrat untuk tertentu = 0,05

Oleh karena keterbatasan waktu dan jumlah sampel, maka besarnya sampel yang

diambil adalah 30 sampel dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi

sampel sehingga dianggap telah mewakili (representatif) dari seluruh populasi.

3.5.3 Sampling

Adalah suatu proses dalam menyeleksi proses dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam, 2001 : 66). Teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan cara memilih

sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (purposive

sampling).

3.6 Pengumpulan dan Analisa Data

3.6.1 Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner adalah self report informasi form yang disusun untuk mendapatkan

informasi yang diharapkan dari responden sesuai dengan pertanyaan. (Nursalam,

2001 : 72). Untuk mengukur dukungan keluarga, peneliti menggunakan alat

ukur kuesioner pada keluarga yang dikaitkan dengan 5 tugas keluarga dalam

bidang kesehatan menurut Freeman. Sedangkan untuk mengukur depresi pada

lansia digunakan kuesioner berupa Geriatric Depresion Scale.

3.6.2 Cara pengumpulan Data

Peneliti akan mengajukan permohonan untuk mendapatkan ijin meneliti

kepada Kepala Puskesmas, setelah terlebih dahulu mengadakan diseminasi

rencana penelitian. Setelah mendapat ijin peneliti mulai mengadakan penjajakan

jumlah populasi dan sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Dalam pelaksanaan

nya peneliti mulai mengadakan pendekatan pada keluarga dan lansia untuk

mendapatkan persetujuan sebagai responden. Selanjutnya data dikumpulkan

dengan menggunakan kuesioner.

3.6.3 Analisa Data

Dari hasil pengisian kuesioner, data akan ditabulasikan dan dikumpulkan

secara kuantitatif untuk mengetahui apakah ada pengaruh dukungan keluarga

terhadap pencegahan depresi pada lansia. Data yang dikumpulkan kemudian

30

Page 31: Proposal Erawati

diuji dengan menggunakan tabulasi silang "chi - square" dengan tingkat

kemaknaan 5% atau p = 0,05.

3.7 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian peneliti akan mengajukan permohonan ijin

kepada Kepala Puskesmas Denpasar Selatan I untuk mendapatkan proses tujuan.

Kemudian setelah mendapatkan persetujuan barulah melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika yang meliputi :

3.7.1 Lembar Persetujuan Penelitian

Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti dalam hal

ini adalah keluarga dan lansia. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset

yang dilakukan. Jika keluarga dan lansia bersedia diteliti maka mereka harus

menanda tangani lembar persetujuan tersebut. Jika keluarga dan lansia menolak

untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-

haknya.

3.7.2 Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas keluarga dan lansia, peneliti tidak

akan mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup

dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut.

3.7.3 Confidentiallity

Semua informasi yang diberikan oleh keluarga dan lansia dijamin

kerahasiannya oleh peneliti.

3.8 Keterbatasan

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian (Nursalam,

2000 : 1973). Adapun keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam penelitian ini adalah

3.8.1 Pengumpulan data dengan kuesioner memiliki jawaban yang lebih banyak

dipengaruhi yang bersifat subyektif, sehingga hasilnya kurang mewakili

secara kualitatif.

3.8.2 Terbatasnya kemampuan peneliti, waktu penelitian sehingga sampel yang

didapatkan juga terbatas dan hasilnya kurang sempurna.

31

Page 32: Proposal Erawati

3.9 Jadwal Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan dalam kurun waktu + 3 bulan, sesuai dengan

jadwal sebagai berikut :

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan

Bulan

Nopember Desember Januari

Minggu Minggu Minggu

I II III IV I II III IV I II III IV

1.

2.

3.

Persiapan penelitian

- Penyusunan proposal

- Studi awal

- Diseminasi informasi pada

subjek penelitian

Pelaksanaan penelitian

- Pengumpulan data

- Pengolahan data dan hasil

pembahasan

Evaluasi hasil penelitian

- Penyusunan laporan

- Diseminasi hasil penelitian

Lampiran 1 : Formulir Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

Kepada Yth, ………………………. (Responden)

Nama saya Ni Ketut Erawati, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FK

Universitas Airlangga Angkatan III. Saya akan melakukan penelitian tentang

"Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pencegahan Depresi Pada Lansia". Hasil

penelitian ini akan sangat bermanfaat dalam membantu menyelesaikan masalah-

masalah psikologis pada lansia yang ada di keluarga.

Untuk itu kami mohon partisipasi saudara. Semua data yang dikumpulkan akan

dirahasiakan dan tanpa nama. Data hanya disajikan untuk kepentingan

pengembangan Ilmu Keperawatan.

Partisipasi saudara adalah secara sukarela, tanpa adanya paksaan. Bila saudara

berkenan menjadi responden, silahkan menandatangani pada tempat yang telah

disediakan.

Atas partisipasi saudara, saya sampaikan terima kasih.

1

Page 33: Proposal Erawati

Tempat dan tanggal :Tanda tangan :Nama terang :

33

Page 34: Proposal Erawati

Lampiran 2 : Lembar Identitas Respondenn

Identitas Responden

Lansia KK

(Kode) (Kode)

1. Pendidikan

a. Tidak sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Akademik / PT

2. Umur

a. 45 - 55 tahun

b. 56 - 65 tahun

c. 66 - 70 tahun

d. Lebih dari 70 tahun

3. Pekerjaan sebelumnya

a. Tidak bekerja

b. Pensiunan

c. Petani

d. Nelayan

e. Wiraswasta

f. Lain-lain

4. Agama / kepercayaan

a. Islam

b. Katholik

c. Kristen

d. Budha

e. Hindu

f. Lain-lain

5. Jenis kelamin

a. Laki-laki

b. Wanita

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Keluarga

Lembar Kuesioner

Jawablah dengan memberi tanda pada pilihan yang saudara anggap tepat !

A. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.

1. Apakah keluarga tahu salah satu anggota keluarganya telah memasuki masa tua

34

Page 35: Proposal Erawati

Ya Tidak

2. Apakah keluarga tahu masalah / penyakit yang biasa terjadi pada orang usia

lanjut ?

Ya Tidak

3. Apakah keluarga tahu sebab-sebab kenapa lansia rentan terhadap masalah

penyakit ?

Ya Tidak

4. Apakah keluarga dapat mengenali gejala-gejala yang terjadi apabila lansia

mengalami masalah / penyakit ?

Ya Tidak

5. Apakah keluarga menganggap perawatan pada orangtua itu perlu / penting ?

Ya Tidak

B. Mengambil keputusan untuk melakukan tidakan yang tepat

1. Apakah keluarga pernah memberikan aktivitas seperti senam atau kegiatan lain

sesuai kemampuan fisik lansia untuk mempertahankan kebugaran tubuhnya ?

Ya Tidak

2. Apakah keluarga menganggap lansia memerlukan tempat tinggal tertentu ?

Ya Tidak

3. Apakah keluarga tahu aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh

lansia ?

Ya Tidak

4. Apakah keluarga tahun makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh

lansia ?

Ya Tidak

5. Apakah keluarga memandang perlu untuk meminta pendapat kepada lansia

terhadap suatu permasalahan

Ya Tidak

C. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit

Pertanyaan 1 - 5 di bawah ini ditanyakan pada keluarga bila anggota keluarganya

(lansia) sakit.

35

Page 36: Proposal Erawati

1. Apakah keluarga sering mengubah posisi miring, kiri - kanan untuk mencegah

luka tekan ?

Ya Tidak

2. Apakah keluarga pernah melakukan latihan berkemih pada lansia bila lansia

sering mengompol ?

Ya Tidak

3. Aapakah keluarga pernah melatih otot-otot lengan dan kaki bila lansia tidak

mampu bergerak sendiri ?

Ya Tidak

4. Apakah keluarga selalu / pernah membentu lansia dalam merawat diri ?

Ya Tidak

5. Adakah orang tertentu / anggota keluarga lain yang menemani orang usia lanjut

atau merawatnya (care giver)

Ya Tidak

D. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

1. Apakah keluarga mampu menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk

keperluan sehari-hari lansia ?

Ya Tidak

2. Apakah keluarga mampu menyiapkan dan mengatur jenis-jenis makanan,

menyuapi atau membujuk untuk makan bila lansia tidak mau makan ?

Ya Tidak

3. Dalam berkomunikasi apakah keluarga berbicara pelan-pelan dengan suara

agak keras tetapi tetap sopan ?

Ya Tidak

4. Apakah keluarga mampu meluangkan waktunya untuk bercakap-cakap bila

lansia sedang sendiri / diam saja ?

Ya Tidak

5. Apakah keluarga mampu menciptakan lingkungan yang aman bagi lansia ?

(kamar dan tempat tidur bersih, cukup luas, penerangan cukup, tidak licin dan

terhindar dari perabotan tajam) ?

Ya Tidak

36

Page 37: Proposal Erawati

E. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-

lembaga kesehatan.

1. Apakah keluarga merasakan manfaat dengan adanya usia lanjut di keluarga ?

Ya Tidak

2. Apakah keluarga memandang perlu mengajak lansia berobat ke fasilitas

pelayanan kesehatan yang diinginkannya ?

Ya Tidak

3. Apakah keluarga memberi kesempatan kepada lansia untuk memilih sendiri

fasilitas kesehatan yang diinginkan ?

Ya Tidak

4. Apakah keluarga tahu jadwal berobat / kontrol lansia di klinik / rumah sakit ?

Ya Tidak

5. Apakah keluarga tahu obat-obat yang diminum lansia saat ini ?

Ya Tidak

Penilaian :

Masing-masing pertanyaan pada masing-masing item mempunyai skor 1.

- Skor maksimal = 25

- Skor < 10 = dukungan keluarga kurang

- Skor 11 - 15 = dukungan keluarga sedang

- Skor 16 - 25 = dukungan keluarga baik

37

Page 38: Proposal Erawati

Lampiran : 4

Geriatric Depression Scale 15 (GDS 15)

Pilihlah jawaban yang paling tepat, yang sesuai dengan perasaan anda dalam satu

minggu terakhir !

1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ?

Ya Tidak

2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan

anda ?

Ya Tidak

3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ?

Ya Tidak

4. Apakah anda sering merasa bosan ?

Ya Tidak

5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat ?

Ya Tidak

6. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ?

Ya Tidak

7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ?

Ya Tidak

8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?

Ya Tidak

9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan

mengerjakan sesuatu hal yang baru ?

Ya Tidak

10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda

dibandingkan kebanyakan orang ?

Ya Tidak

11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan ?

Ya Tidak

12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini ?

38

Page 39: Proposal Erawati

Ya Tidak

13. Apakah anda merasa penuh semangat ?

Ya Tidak

14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ?

Ya Tidak

15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari anda ?

Ya Tidak

Skor : hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal

- Skor jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1

- Skor antara 5 - 9 menunjukkan kemungkinan besar depresi

- Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi

39

Page 40: Proposal Erawati

DAFTAR PUSTAKA

Brockopp, D.Y. (1999). Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Edisi 2. Alih Bahasa

Yasmin Asih, EGC, Jakarta.

………… (1993). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas

Kesehatan I. Depkes RI. Jakarta.

………… (1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usiaa Lanjut Bagi Petugas

Kesehatan II. Depkes RI. Jakarta.

Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2,

EGC, Jakarta.

Friedman M,M. (1998). Keperawtan Keluarga. Edisi 3. Alih Bahasa Ina Debora,

EGC, Jakarta.

………… (2000). Pedoman Pengelolaan Kesehayan Pasien Geriatri. Edisi 1.

Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.

………… (2000). Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan. Edisi 1. Bagian Ilmu

Penyakit Dalam FKUI.

Gallo, J,J. (1998). Buku Saku Gerontologi. Edisi 2. Alih Bahasa James Veldman,

EGC, Jakarta.

Keliat. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta.

Keliat. (1996). Kedaruratan Pada gangguan Alam Perasaan, EGC, Jakarta.

Lueckenotte A,G. (1996). Gerontologic Nursing, Mosby Year Book, Missouri.

Morgan. (1991). Segi Praktis Psikiatri. Edisi 2. Alih Bahasa Rudy Hartanto,

Binarupa Aksara, Jakarta.

40

Page 41: Proposal Erawati

Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi 2, EGC, Jakarta.

Nursalam, Siti Pariani. (2001). Metodologi Riset Keperawatan, Sagung Seto,

Jakarta.

Setiabudhi, T. (1999). Panduan Gerontologi, Gramedia, Jakarta.

Stuart, Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Alih Bahasa

Achiryani S. EGC, Jakarta.

Townsend M,C. (1998). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.

Edisi 3. Alih Bahasa Novy Helena, EGC, Jakarta.

41