proposal cv.nila jaya
TRANSCRIPT
PROPOSAL BUDIDAYA AIR TAWAR
PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Oleh :
1. RESTU PUTRI ASTUTI (201010260311023)
2. FARIID ANDIKA LAUDZA(201010260311019)
3. SUSILAHARYANI (201010260311020)
4. IAN PRADIPTA H(201010260311006)
5. IBRAHIM R. (201010260311008)
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridhaNya
sehingga proposal “Pembesaran Ikan Nila” ini dapat terselesaikan. Maksud dari
penulisan proposal ini adalah untuk membantu mahasiswa dalam mengikuti
praktikum Budidaya Air Tawar yang merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi
Mahasiswa Jurusan Perikanan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan proposal ini. Penulis menyadari
bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, baik penulisan maupun
penyajiannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Malang, Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang
sudah lama dikenal masyarakat Indonesia dan diminati selain rasanya yang
lezat, gurih, bergizi tinggi dan harganya pun juga relatif stabil serta ikan nila
dalam pengolahannya memiliki banyak variasi sehingga peminatnya banyak.
Kelebihan ikan nila lainnya adalah selain dapat dibudidayakan
didaerah tawar juga dapat dibesarkan bahkan dilakukan polikultur di daerah
payau dengan salinitas yang rendah. Ikan nila dalam pertumbuhan dan
perkembangbiakkannya termasuk dalam ikan yang cepat tumbuh dan
berkembangbiak serta mudah untuk dipelihara. Ikan nila hampir tidak
membutuhkan perawatan air yang ekstra selain itu kebiasaan makan, ikan nila
termasuk dalam omnivora yang mempermudah dalam rangsum pakannya.
Ikan nila telah banyak di budidayakan di kelompok-kelompok tani
bahkan menjadi maskot kelompok tani tertentu salah satunya petani ikan di
Banjartengah, Dau, Malang. Sesuai dengan hasil survey yang dilakukan di
desa Banjartengah, Dau, Malang yang menyatakan bahwa ikan nila dalam
peluang bisnisnya sangat layak untuk dikembangkan hal ini dapat dilihat dari
permintaan benih maupun ukuran konsumsi yang dilakukan di Banjartengah
masih kurang memenuhi permintaan pasar di daerah Malang. Oleh karena itu,
untuk memenuhi permintaan pasar yang berarti peluang usaha baik
pembenihan dan pembesaran gurami masih sangat menjanjikan dan perlu terus
ditingkatkan.
1.2 Prospek Usaha Budidaya Ikan Nila
Ikan nila merupakan ikan air tawar yang sangat mudah dibudidayakan
baik dari segi ketersediaan benih, maupun sampai pada proses pemanenan
ikan nila. Ikan nila dikenal memiliki rasa yang enak dan harga yang terjangkau
oleh masyarakat. Prospek budidaya ikan nila yang menjanjikan di kota
Malang perlu dikembangkan mengingat untuk memenuhi kebutuhan dari pasar
itu sendiri.
1.2. Tujuan
1. Sebagai wadah pembelajaran untuk dapat membudidaya ikan nila
2. Sebagai bentuk rencana usaha budidaya ikan nila
Untuk mengetahui manajemen dalam budidaya ikan nila
1.4. Sasaran
Agar diperoleh ilmu dan keteramplan mengenai teknik budidaya ikan
nila, serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam budidaya ikan nila
serta pengetahuan tentang prospek usaha budidaya ikan nila.
1.5. Luaran
Proposal ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber ilmu dan
informasi tentang tekhnik budidaya ikan nila sehingga meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman di lapangan sehingga bisa
menjawab permasalahan yang timbul di masyarakat tentang budidaya ikan
nila.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Budidaya Perikanan
Budidaya perikanan adalah usaha pemeliharaan dan pengembang
biakan ikan atau organisme air lainnya. Budidaya perikanan disebut juga
sebagai budidaya perairan atau akuakultur mengingat organisme air yang
dibudidayakan bukan hanya dari jenis ikan saja tetapi juga organisme air lain
seperti kerang, udang maupun tumbuhan air.
Akuakultur merupakan upaya produksi biota atau organisme perairan
melalui penerapan teknik domestikasi (membuat kondisi lingkungan yang
mirip dengan habitat asli organisme yang dibudidayakan), penumbuhan
hingga pengelolaan usaha yang berorientasi ekonomi (Bardach, dkk., 1972).
2.2 Budidaya Ikan Nila
Budidaya ikan nila di Indonesia sudah banyak mengalami peningkatan
baik itu secara teknologi maupun sistem budidayanya. Hal ini terlihat dari
banyaknya strain ikan nila yang berhasil dikembangkan. Di Indonesia,
budidaya ikan nila termasuk urutan nomor dua setelah ikan mas sebagai ikan
yang paling banyak dibudidayakan. Pasar ikan nila terbuka untuk ekspor dan
pasar dalam negeri. Menurut Dr. Trewavas (1980) dalam Suyanto (2010),
klasifikasi Ikan Nila adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Ikan Nila
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
2.2.1 Sifat Biologi Ikan Nila
Komoditas ikan nila memiliki sifat biologi yaitu
a) memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap kualitas air dan
penyakit,
b) memilliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan. Nila
merupakan ikan yang dapat beradaptasi dalam perbedaan salinitas
yang cukup besar, sehingga ikan ini dapat beradaptasi di air tawar dan
air payau.
c) memiliki kemampuan yang efisien dalam membentuk protein
kualitas tinggi dari bahan organik, limbah dan pertanian,
d) memiliki kemampuan tumbuh yang baik
e) mudah tumbuh dalam sistem budidaya intensif.
f) dari segi bentuknya, ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih
yaitu lebar tubuhnya lebih kecil dari pada panjang tubuh
(Sucipto,2007)
2.2.2 Pertumbuhan
Menurut Suyanto (2010), beberapa faktor penting yang
berpengaruh
terhadap pertumbuhan ikan nila adalah
1. Kualitas air optimal
Kualitas air yang kurang baik akan berakibat pada pertumbuhan
ikan menjadi lambat. Penurunan kualitas air disebabkan oleh
adanya pencemaran limbah organik, bahan buangan zat kimia dari
pabrik serta pencemaran limbah pertanian serta rumah tangga. Air
yang kaya plankton berwarna hijau kekuningan dan hijau
kecoklatan karena banyak mengandung diatom. Pengendalian
tingkat kecerahan air antara 20-35 cm dengan piring secchi disk.
Jika kurang dari 20 cm maka akan terjadi kepekatan plankton yang
menyebabkan kekurangan oksigen lalu ikan akan mati.
2. Makanan
Ikan nila termasuk jenis ikan omnivore. Pakan alami berupa
fitoplankton dan zooplankton, dedaunan, sisa dapur dan buah-
buahan. Pakan buatan berupa pellet dengan kadar protein relative
rendah yaitu 20-25%.
3. Sistem budidaya
Ikan nila yang dibudidayakan secara tunggal kelamin (monosex
culture) jantan lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang
dipelihara secara campuran jantan dan betina. Hal ini dikarenakan,
ikan nila jantan lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan ikan nila
betina. Karena ikan nila melakukan perkawinan mencapai ukuran
dewasa (150 g) sehingga energi untuk pertumbuhan menjadi
berkurang.
4. Padat penebaran
Jika padat penebaran terlalu tinggi , maka pertumbuhan kurang
pesat karena timbul persaingan makanan dan oksigen akibat
padatnya populasi dan merusak kualitas air.
2.3 Landasan Penilaian Usaha
Dalam usaha budidaya ikan nila seperti aspek pemasaran, aspek
kelayakan teknis, aspek profitabilitas atau analisa usaha yang menjadi aspek
penentu layak atau tidaknya suatu usaha dijalankan.
2.3.1 Aspek Pemasaran
Ada beberapa hal yang sangat penting dalam aspek
pemasaran ikan hasil budidaya ini, antara lain permintaaan akan
ikan hasil budidaya air tawar, persaingan dan peluang pasar,
beserta kendala dalam pemasaran. Ketiga hal ini amat sangat
menentukan dalam penjualan ikan hasil budidaya nantinya.
Peluang pasar Ikan Nila cukup besar baik di pasar lokal
maupun ekspor. Kebutuhan pasar dalam negeri untuk ikan nila
umumnya berukuran dibawah 500 gram/ekor, dengan harga
berkisar antara Rp. 11.000-15.000/kg untuk wilayah Jawa dan
Sumatera , sedangkan untuk wilayah timur Indonesia mencapai Rp.
20.000-30.000/kg. kebutuhan pasar ekspor umumnya dalam bentuk
fillet dengan harga berkisar Rp. 30.000-40.000/kg dengan Negara
tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, dan
Hongkong. Untuk mendapatkan 1 kg fillet Nila, dibutuhkan 3 ekor
ikan nila segar.
Di wilayah Malang, kebutuhan ikan nila konsumsi di sebesar
25.000 ton/tahun dengan jumlah penduduk Kabupaten Malang 2,5
juta jiwa. Dengan harga kisaran ikan nila Rp 14.000,-/kg. Oleh
karena itu upaya pengembangan usaha budidaya Nila masih
terbuka untuk dikembangkan dalam berbagai skala usaha.
Penentuan harga ikan nila dilakukan oleh kelompok petani
ikan dan pasar. Jalur pemasaran ikan nila sangatlah sederhana.
Pembeli (baik membeli dalam jumlah besar maupun eceran) dapat
langsung mendatangi pemilik kolam yang sedang panen dan
membeli hasil panenannya setelah ditimbang di tempat. Ada
beberapa jalur pemasaran nila:
a Pembudidaya - Konsumen
b Pembudidaya – Pengecer – Konsumen
c Pembudidaya – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
2.3.2 Aspek Teknis
1. Pemilihan Lokasi
Persyaratan Lokasi Budidaya Ikan Nila
Menurut DKP (2012), Persyaratan lokasi pemeliharaan pada kolam
atau tambak sebagai berikut :
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah
liat/lembung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa
air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding
kolam;
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3 –
5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi;
3. Kualitas air untuk pemeliharaan Ikan Nila harus bersih, tidak terlalu
keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah
pabrik. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan
hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Tingkat
kecerahan air dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi
disc). Pada kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20 – 30
cm;
4. Debit air untuk kolam air tenang 8 – 15 liter/detik/ha; sumber air yamg
memadai secara teknis, tersedia sepanjang tahun.
Menurut Kordi (2010), suhu optimal untuk Nila pada suhu 25-30
derajat Celcius, pH air yang cocok adalah 6 – 8,5 dengan nilai optimal pH
7- 8, dan kebutuhan oksigen terlarut > 4 mg/liter. Salinitas nila dapat
tumbuh optimal yaitu 0 – 30 ppt. Dekat dengan sumber air, dimana sumber
air bisa berasal dari saluran irigasi, sungai, sumur ataupun umbul. Suyanto
(2010) mengemukakan ketinggian kolam terletak 500 m dpl atau kurang.
Jika ketinggian lebih dari 500 m dpl, suhu dan air rendah sehingga
memperlambat pertumbuhan ikan nila.
2. Persiapan media pemeliharaan
Persiapan media pemeliharaan dimulai dengan perbaikan
pematang, saluran air, pintu-pintu pemasukan air dan pintu-pintu
pengeluaran air. Selanjutnya, mengangkat lumpur didasar kolam , kolam
dikeringkan sampai tanahnya retak-retak sehingga hama yang ada dan
potensial pengganggu kehidupan ikan bisa musnah. Untuk meningkatkan
kesuburan tanah perlu ditebarkan pupuk kotoran ternak yang tersedia
kemudian kolam diisi air sampai ketinggian kurang lebih 70 cm. Setelah
lewat tiga hari pemupukan ulang dilakukan.
Menurut DKP (2012), Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH
tanah dan memberantas hama. Untuk itu, dapat digunakan kapur tohor
sebanyak 100 – 300 kg/ha atau kapur pertanian dengan dosis 500 – 1.000
kg/ha. Setelah itu, pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar
kolam, dengan dosis 1 – 2 ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi.
Mula-mula sedalam 5 – 10 cm dan dibiarkan 2– 3 hari agar terjadi
mineralisasi tanah dasar kolam. Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman
75 – 100 cm. Kolam siap untuk ditebari bibit ikan jika fitoplankton telah
terlihat tumbuh dengan baik.
3. Penebaran benihMenurut Kordi (2010), benih yang digunakan haruslah benih
unggul yang mencapai ukuran 10 g/ekor dengan kepadatan 5 – 10 kg/m3
atau 500 – 1.000 ekor/m3. Ciri-ciri benih ikan yang sehat adalah tubuhnya
berwarna cerah, gerakan lincah dan respon terhadap pakan. Penebaran
benih dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu udara rendah.
Tujuannya untuk menghindari terjadi stres pada benih ikan, ukuran benih
yang ditebar diusahakan seragam dan kondisinya sehat.
4. Pakan Ikan Nila
Selama kegiatan budidaya pakan yang diberikan berupa pellet.
Menurut Kordi(2010), kandungan protein 25% pada pellet sudah cukup untuk
memacu pertumbuhan ikan nila. Pemberian pellet sebanyak 3 -5 % dari bobot
biomassa yang diberikan sebanyak 3 – 5 kali sehari. Frekuensi pemberiannya,
3 kali sehari pada pagi, siang dan sore dengan rasio konversi pakan (FCR)
1,3. Suyanto (2010), berpendapat bila padat tebar tinggi, maka diberikan
pakan tambahan dalam jumlah mencukupi.
5. Hama dan Penyakit Ikan Nila
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa,
membunuh dan mempengaruhi produktifitas, baik secara langsung ataupun
bertahap. Hama ini bisa berasal dari aliran air masuk, udara maupun darat.
Ada 2 (dua) cara yang biasanya digunakan untuk mencegah hama:
1. Dengan melakukan pengeringan dan pemupukan kolam.
2. Dengan memasang saringan pada pintu pemasukan air (inlet).
Penyebaran penyakit dari satu ikan ke ikan lainnya dapat melalui:
1 Aliran air yang masuk ke kolam.
2 Media tempat ikan tersebut hidup
3 Kontak langsung antara ikan yang sakit dan ikan yang sehat.
4 Kontak tidak langsung yaitu melalui peralatan yang terkontaminasi
(selang air, gayung, ember dsb).
5 Agent atau carrier perantara atau pembawa).
Beberapa tindakan untuk mengatasi serangan penyakit dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1 Penambahan bahan kimia ke air. Cara ini dilakukan dengan merendam
ikan yang sakit ke dalam air yang telah diberi larutan senyawa kimia.
Setelah direndam beberapa saat kemudian ikan dikembalikan ke
kolam. Selain itu dapat juga dengan menambahkan larutan senyawa
kimia ke dalam air kolam secara langsung.
2 Penambahan bahan kimia ke dalam pakan. Prinsip pengobatan dengan
cara ini adalah dengan mencampurkan obat ke dalam pakan.
Tujuannya adalah selain untuk membunuh organisme penyebab
penyakit juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
3 Aplikasi obat langsung ke ikan. Pengobatan ini dapat dilakukan
melalui penyuntikan. Tindakan pengobatan melalui penyuntikan ini
hanya efektif jika ikan yang terserang penyakit jumlahnya sedikit.
Bakteri, jamur dan parasit merupakan sumber utama penyakit pada
ikan nila, walaupun demikian masih ada penyakit lain yang belum
diketahui penyebabnya.
6. Pemanenan
Panen dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi resiko
kematian ikan. Penanganan panen dilakukan dengan cara penanganan ikan
hidup maupun ikan segar. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut
sampai ke konsumen dalam keadaan hidup dan segar antara lain:
(1) pengangkutan menggunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 0C;
(2) waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari:
(3) jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
BAB III
OPERASIONALISASI USAHA
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktek usaha ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2012 sampai
dengan bulan Januari 2013. Kegiatan ini bertempat di Laboratorium Perikanan
Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.2 Materi
3.2.1 Bahan
• Bahan
• Bibit ikan Nila ukuran 4-5 cm
• Air tawar
• Pellet
• Alat
• Jala
• Waring
• Hapa
• Ember
• Timbangan Skala besar dan kecil
• Cangkul
• Pisau
3.3 Teknis Pelaksanaan
3.3.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan pada usaha ini meliputi survey lokasi
budidaya, harga dan kebutuhan bahan baku serta penyiapan bahan dan alat
yang dibutuhkan untuk budidaya ikan nila. Berikut ini pemilihan lokasi
didasari dengan pertimbangan :
a. Secara teknis pemilihan lahan sebaiknya dekat dengan sumber air dan
bukan daerah banjir, air berkualitas baik dan tidak tercemar limbah
industri, ketersediaan air kontinyu, tanahnya subur.
b. Secara sosial kelestarian alam dapat dijaga, Sumberdaya alam dapat
digunakan, berdampak positip bagi masyarakat sekitar, keamanan
lokasi dapat dijaga.
c. Secara ekonomis lokasi dekat dengan daerak pemasaran, sarana
produksi mudah didapat dan harganya murah, lokasi ada prasarana
jalan yang baik dan mudah dijangkau, sarana perhubungan lancar
3.3.2 Pelaksanaan
A. Produksi nila
Persiapan kolam pembesaran ikan nila meliputi
o Pengeringan kolam selama beberapa hari
o Pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar dengan
kebutuhan kapur 25-200 gram/m2
o Pengisian air setinggi 10 cm selama 3 hari
o Pemupukan dapat menggunakan pupuk kandang berkisar 50-700
gram/m2 tergantung tingkat kesuburan tanah. Sedangkan
penggunaan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-
masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/m2. Hal ini bertujuan
untuk menumbuhkan pakan alami.
o Pengisian air hingga 80 – 100 cm
Aklimatisasi dan penebaran benih.
Menentukan biomassa ikan dan kebutuhan pakan ikan
Memisahkan ikan berdasarkan ukuran (greeding) dan menempatkan
pada hapa
Setelah 3-4 bulan memanen ikan
B. kegiatan budidaya
Pemberian pakan ikan setiap hari sebanyak 2-3 kali sehari
Menentukan biomassa ikan setiap dua minggu sekali untuk
menentukan banyaknya pakan yang diberikan
Pengontrolan kualitas air dan kesehatan ikan
Pemeriksaan saluran air untuk menjamin pemasukan air yang terus
menerus karena menggunakan sistem air mengalir
C. Pemasaran
Promosi dilakukan dengan menggunakan media cetak seperti
pembuatan selebaran atau brosur, kemudian menggunakan media
komunikasi seperti telepon dan penyebaran sms dan juga melalui
media internet seperti facebook.
Pemasaran dilakukan secara langsung kepada konsumen dengan
menawarkan ikan ke warung-warung lalapan, tengkulak maupun
secara personil.
3.3.3 Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap minggu. Evaluasi meliputi biaya
produksi dan strategi pemasaran serta kendala dan solusi dalam budidaya.
Selain itu juga mengevaluasi kinerja kekompakan kelompok.
3.4 Analisis Usaha
Untuk mengetahui kelayakan suatu usaha pembesaran ikan Nila
perlu dilakukan analisis usahanya. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan keuntungan dalam usahanya. Selain itu mendapatkan
gambaran jelas tentang modal , penerimaan , gambaran keuntungan dan
kerugian dari kegiatan usaha yang dijalankan serta kelayakan usaha untuk
melanjutkan usaha tersebut. Analisis usaha untuk kegiatan budidaya adalah
sebagai berikut :
3.4.1 Sumber Dana
Sumber Dana usaha ini berasal dari swadaya masing-masing
anggota kelompok dengan besar Rp. 400.000, sehingga dana yang terkumpul
dari 5 anggota kelompok ialah Rp. 2.000.000,-
3.4.2 Pengeluaran
Pengeluaran dana antara lain untuk biaya investasi, biaya tetap, biaya
variabel yang meliputi persiapan, pemeliharaan dan pemanenan, transportasi,
biaya pemasaran dan lain-lain.
a. Biaya Investasi :
No
Nama Alat Harga Satuan(Rp.)
Jumlah Harga Total(Rp.)
1 Scop net 25.000 1 unit 25.000
2 Plastik 5.000 9 m 45.000
3 Waring 5.000 10 m 50.000
4 Selang 4.000 15 m 60.000
5 Sikat 5.000 1 unit 5.000
6 Kuas cat 8.000 1 unit 8.000
7 Ember 15.000 1 unit 15.000
Sub Total 208.000
b. Biaya tetap
Penyusutan peralatan/bulan Rp. 208.000/24 = Rp. 8.600
Sub Total = Rp. 8.600
c. Biaya Variabel :
No Nama Bahan Harga Satuan(Rp.)
Jumlah Harga Total(Rp.)
1 Sewa Kolam 100.000 4 bulan 400.000
2 Ikan Nila ukuran 4-5 cm
jumlah 875 ekor
300 875
ekor
262.500
3 Pakan Pellet 250.000 2 sak 500.000
4 Pupuk Kandang 8.000 10 kg 80.000
5 Kapur 20.000 1 sak 20.000
6 Pemasaran, promosi, dan transportasi
150.000 1 paket 150.000
Sub Total 1.412.500
Total 1.620.500
3.4.3 Proyeksi Pendapatan
Pendapatan dari usaha ini diperoleh dari penjualan penjualan ikan has il
budidaya. SR ikan nila ialah 80% dari jumlah tebar sebesar 875 ekor dengan
asumsi FCR 1,3. Perkiraan panen ikan nila perkilo ialah 6 ekor. Adapun
perhitungan pendapatan sebagai berikut :
Nama barang Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp.)
Total harga (Rp.)
Ikan Nila Kg 117 18.000 2.106.000
Total 2.106.000
3.4.4 Analisa Usaha
a. Keuntungan = Pendapatan – Total biaya
= Rp 2.106.000 – Rp 1.620.500
= Rp 485.500
b. Benefit Cost Ratio(B/C Rasio) = Pendapatan : Total Biaya
= Rp 2.106.000 : Rp 1.620.500
= 1,3
Artinya dengan penggunaan biaya produksi sebesar Rp.1,00 akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 1,3
c. Break Event Point (BEP)
BEP Produksi
BEP Harga Produksi
= Total Biaya : Harga Satuan
= Rp 1.620.500 : Rp 3.000
= 540, 16
= Total Biaya : Total Produksi
= Rp 1.620.500 : 117 Kg
= Rp. 13.850,4
Artinya titik impas produksi nila dicapai pada produksi 540, 16 ekor. Sedangkan titik impas harga produksi dicapai pada harga produksi Rp. 13.850,4
d. Payback Period = Total Biaya : Keuntungan
= Rp 1.620.500 : Rp 485.500
= 3,34
Artinya dalam jangka waktu 3,34 siklus atau 10,02 bulan modal usaha yang
diinvestasikan pada usaha budidaya ikan akan kembali.
e. Efisiensi penggunaan modal = Keuntungan : Total Biaya X 100%
= Rp 485.500 : Rp 1.620.500 X 100%
= 29,9%
Artinya keuntungan usaha budidaya ikan nila yang diperoleh mencapai 29,9% dari total biaya yang di keluarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bardach, J.E., Ryther, J.H., and W.L.Mc. Larney.1972. Aquaculture .
Birmingham, Alabama: Alabama Agricultural Experiment Station. Auburn
University
DKP .2012. Petunjuk Teknis Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila. http://
www.dkp.sulteng.go.id, diakses 11 Oktober 2012.
Effendi, Rizal. 2004.Pengantar Akuakultur.Penebar Swadaya : Jakarta.
Kordi,M. Ghufran. 2010. Buku Pintar Pemeliharaan 14 Ikan Air Tawar
Ekonomis. Lily Publisher. Jakarta.
Suyanto, S. Rachmatun. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Penebar
Swadaya. Jakarta
Sucipto Adi. 2007. Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis sp.). Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Sukabumi.