proposal as asetat
DESCRIPTION
mikrobiologiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Asam asetat atau acetic acid atau ethanoic acid adalah senyawa organic yang termasuk
dalam golongan carboxylic acid dengan gugus fungsinya (RCOOH) dan rumus kimia
(CH3COOH) (Triharto, 2010). Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak
dibutuhkan di Indonesia. Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung alkohol, yang
diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air kelapa.
Pada proses pembuatannya dengan fermentasi aerob hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan mikroba, kualitas bahan dasar, fermentasi oleh yeast, keasaman, dan suhu (Waluyo,
1984). Dalam proses fermentasi asetat memerlukan pembiakan murni Acetobacter yang disebut
juga dengan starter. Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang
siap diinokulasikan dengan biakan murni. Starter baru dapat digunakan 8 hari setelah
diinokulasikan dengan biakan murni. Pemakaian starter tidak diizinkan terlalu banyak karena
tidak ekonomis. Starter yang dapat digunakan yaitu air legen yang memiliki kandungan gula
antara 10-15 % dan air kelapa (Rukmana, 1998).
I.2 Tujuan Percobaan
1. Membuat inokulum sebagai bahan dasar pembuatan asam asetat.
2. Membiakan starter asam asetat dengan menggunakan mikroba.
3. Membuat asam asetat dengan fermentasi aerob.
4. Membandingkan produk asam asetat yang terbentuk dengan variabel sari buah, pH,
starter, serta waktu fermentasi.
I.3 Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa dapat membuat inokulum sebagai bahan dasar pembuatan asam asetat.
2. Mahasisiwa dapat membiakan starter asam asetat dengan menggunakan mikroba.
3. Mahasiswa dapat membuat asam asetat dengan fermentasi aerob
4. Mahasiswa dapat membandingkan produk asam asetat yang terbentuk dengan variabel
sari buah, pH, starter, serta waktu fermentasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Asam Asetat
Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di Indonesia.
Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung alkohol, yang diperoleh dari berbagai
macam bahan seperti buah buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air kelapa. Pada proses
pembuatannya dengan fermentasi aerob hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan
mikroba, kualitas bahan dasar, fermentasi oleh yeast, keasaman, dan suhu (Waluyo, 1984).
Dalam proses fermentasi asetat memerlukan pembiakan murni Acetobacter yang disebut juga
dengan starter. Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap
diinokulasikan dengan biakan murni. Starter baru dapat digunakan 8 hari setelah diinokulasikan
dengan biakan murni. Pemakaian starter tidak diizinkan terlalu banyak karena tidak ekonomis.
Starter yang dapat digunakan yaitu air legen yang memiliki kandungan gula antara 10-15 % dan
air kelapa (Rukmana, 1998).
Bila asam asetat difermentasi akan menghasilkan produk yang disebut vinegar atau sour
wine. Dalam keadaan murni asam asetat bebas dari air (asam asetat glasial) merupakan cairan
berwarna bening yang menyerap air dari lingkungan (bersikap higroskopis) dan membeku di
bawah suhu 16,70C (620F) menjadi sebuah kristal padat tidak berwarna (Wirtanto, 2013).
II.2 Karakteristik Asam Asetat
1. Sifat Fisika
Rumus molekul : CH3COOH
Berat molekul : 60,053 g/gmol
Titik didih : 117,87°C
Titik leleh : 16,635 ± 0,002°C
Densitas (20°C) : 1,04928 g/ml
2. Sifat Kimia
Dengan alcohol menjadi reaksi esterifikasi
2CH3OH + CH3COOH CH3COOCH3 + H2O
Pembentukan garam keasaman
2CH3COOH + Zn (CH3COO)2Zn2 + H+
II.3 Kegunaan Asam Asetat
a. Sebagai pengatur keasaman, pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan, serta untuk
menambah rasa sedap pada masakan pada industry makanan.
b. Sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Sebagian besar (40-
45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi monomer
vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM).
c. Sebagai bahan dalam pembuatan anhidrida asetat dan juga ester.
d. Sebagai reagen untuk analisa.
e. Sebagai pemutih timbal.
f. Antiseptic.
g. Mencegah tumbulnya jamur roti.
II.4 Faktor-faktor yang Diperhatikan dalam Pembuatan Asam Asetat
1. Pemilihan mikroba
Pemilihan bakteri yang tepat sangat diperlukan karena dapat menghasilkan produk yang
enak dan jumlah yang maximal. Sebagai contoh Bacterium schutzen bachil / Baterium
cuvrum biasanya dipakai untuk memproduksi asam asetat biasanya dipakai asam asetat
dari etanol dengan quick vinegar process, sedang Bacteruim orleanense pada proses
Orleans (proses lambat) (Nina, 2012).
2. Kualitas bahan dasar
Bahan dasar ialah semua bahan yang dapat difermentasikan menjadi alcohol. Misalnya
jus buah-buahan, alcohol, dan anggur/ wine.
3. Keasaman
Kadar alkohol yang tepat untuk melakukan fermentasi yakni 10-13%. Bila kadar yang
digunakan lebih besar maka oksidasi alkohol menjadi asam cuka tidak atau kurang
sempurna sebab perkembangan bakteri asam cuka terhambat. Sedangkan bila kadar
yang digunakan lebih rendah maka akan banyak vinegar yang hilang sehingga aroma
dan flavor menjadi jelek.
4. Media fermentasi
Bahan penyagga digunakan untuk memperluas permukaan yang berhubungan dengan
udara serta tempat melekatnya koloni bakteri asam cuka sehingga proses fermentasi
menjadi lebih cepat. Contoh benda yang dapat dijadikan media fermentasi yakni chips/
pasahan/ tatal kayu, arang, ranting anggur, tongkol jagung, dan sebagainya.
Media yang digunakan tidak boleh bersifat racun, serta tidak boleh mengandung
besi, tembaga, sulfur, atau ion-ion lain yang dapat mempengaruhi vinegar.
5. Suhu
Suhu yang paling sesuai dalam fermentasi asam asetat yakni berkisar 26,7-29,4oC, sebab
bila suhu terlalu rendah fermentasi akan berjalan lambat. Sedangkan bila suhu terlalu
tinggi maka akan banyak alkohol yang menguap bersama bahan volatile yang
membentuk flavor dan aroma dari asam asetat, sehingga asam asetat yang
dihasilkan akan memiliki flavor dan aroma yang kurang sedap.
6. Penambahan alcohol
Alkohol dalam konsentrasi tinggi akan melemahkan aktivitas bakteri Acetobacter aceti
pada proses fermentasi asam asetat. Adapun konsentrasi alkohol yang digunakan adalah
antara 6-12%. Pada proses pembuatan asam asetat terdapat dua tahap pembentukan yaitu
pembentukan etanol dan asam asetat. Alkohol sangat berperan aktif dalam pembentukan
etanol sehingga tahap pembentukan etanol dapat lebih cepat terjadi. Hal ini menyebabkan
asam asetat yang terbentuk juga semakin cepat (Hardoyo, 2007).
7. Waktu fermentasi
Salah satu factor pengaruh fermentasi asam asetat yaitu waktu fermentasi. Semakin lama
waktu fermentasi, maka konsentrasi gula reduksi akan semakin rendah, konsentrasi
ethanol yang dihasilkan akan semakin besar, dan semakin besar pula konsentrasi asam
asetat yang dihasilkan (Hardoyo, 2007).
II.5 Starter Asam Asetat
Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap
diinokulasikan dengan biakan murni. Pada pembuatan asam asetat dipergunakan starter air legen
dan air kelapa. Legen adalah cairan yang disadap dari bunga pohon siwalan, cairan ini
mengandung gula antara 10-15 %. Glukosa yang terkandung dalam nira menunjang pertumbuhan
aktif organisme-organisme fermentative (Rukmana, 1998). Legen (nira siwalan) yang disimpan
pada suhu kamar akan mengalami proses fermentasi atau peragian gula karena adanya proses
enzimatis. Agar starter dapat digunakan maka perlu dilakukan inokulasi dengan biakan murni
selama 8 hari.
II. 6 Mekanisme Reaksi Asam Asetat
Asam asetat dapat dihasilkan dari senyawa C2H5OH (etanol) atau buah buahan yang
mengandung senyawa tersebut melalui proses oksidasi biologis yang menggunakan
mikroorganisme. Etanol dioksidasikan menjadi acetaldehid dan air. Asetaldehid dihidrasi yang
kemudian dioksidasi menjadi
asam asetat dan air.
Mekanisme pembentukan asam asetat yaitu:
Bakteri asam asetat dapat menggunakan oksigen sebagai penerima elektron, urutan reaksi
oksidasi biologis mengikuti pemindahan hidrogen dari substrat etanol. Enzim etanol
dehidrogenase dapat melakukan reaksi ini karena mempunyai seistem sitokhrom yang menjadi
kofaktornya. Bakteri bakteri asam asetat, khususnya dari genus Acetobacter adalah
mikroorganisme aerobik yang mempunyai enzim intraselular yang berhubungan dengan sistem
bioksidasi mempergunakan sitokhrom sebagai katalisatornya.
Reaksi:
II. 7 Pembuatan Asam Asetat Secara Fermentasi
Proses Produksi
Produksi asam asetat dengan cara :
a. Fermentasi Aerob
C6H12O6 2 C2H5OH 2 CH3COOH + H2O + 116 kal
glukosa etanol cuka asam cuka
b. Fermentasi Anaerob
C6H12O6 CH3COOH + Q
glukosa cuka asam cuka
c. Sintetis
Karbonilasi methanol
CH3OH + CO → CH3COOH
Oksidasi asetaldehida
2 CH3CHO + O2 → 2 CH3COOH
Pembahasan ditekankan pada produksi asam asetat dengan cara fermentasi aerob dan
fermentasi anaerob.
Bahan Baku dalam proses fermentasi pembuatan asam asetat :
- Buah-buahan, kentang, biji-bijian, bahan yang mengandung cukup
banyak gula, atau alkohol
- Bakteri asetat (Bacterium aceti) yaitu Acetobacter untuk proses
aerob dan bakteri dari genus Clostridium
Clostridium
Gambar 1. Acetobacter aceti
Proses fermentasi pembuatan asam asetat atau vinegar :
I. Fermentasi secara Aerob
a. Metoda lambat (Slow Methods)
- Biasanya untuk bahan baku berupa buah-buahan
- Etanol tidak banyak bergerak atau mengalir karena proses
dilakukan pada suatu tangki batch
- Memasukan jus buah, yeast, dan bakteri vinegar ke dalam tangki
- Sebagian jus buah terfermentasi menjadi etanol (11-13 % alkohol)
setelah beberapa hari
- Fermentasi etanol menjadi asam asetat terjadi pada permukaan
tangki
- Bakteri vinegar di permukaan larutan yang membentuk lapisan
agar-agar tipis mengubah etanol menjadi asam asetat atau vinegar (asetifikasi)
- Proses ini memerlukan temperatur 21- 29 oC
- Jatuhnya lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar akan
memperlambat asetifikasi. Permasalahan ini bisa dicegah dengan memasang lapisan
yang dapat mengapungkan lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar
- Kelebihan Metoda lambat (Slow Methods) :
a) Proses sangat sederhana
- Kekuranagan Metoda lambat (Slow Methods) :
a) Proses relative lama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan
b) Jatuhnya lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar akan
memperlambat asetifikasi
b. Metoda cepat (Quick Methods) atau German process
- Biasanya untuk bahan baku berupa etanol cair
- Bahan baku untuk basis 1 ton asam asetat(100%) :
Alkohol(95 %) sebanyak 1.950 lb
Sedikit nutrisi
Udara sebanyak 11.000 lb
- Etanol mengalami perpindahan selama proses
- Proses fermentasi terjadi di dalam tangki pembentukan (Frings
generator) yang terbuat dari kayu atau besi.
- Bagian-bagian dari tangki pembentukan :
a) Bagian atas, tempat alkohol dimasukkan
b) Bagian tengah, terdapat bahan isian (berupa: kayu, tongkol
jagung, rottan) di bagian ini untuk memperluas bidang kontak rektan (etanol dan
oksigen). Bahan isian mula-mula disiram dengan larutan vinegar yang
mengandung bakteri asetat sehingga dipermukaan bahan isian akan tumbuh
bakteri asetat.
c) Bgian bawah, digunakan sebagai tempat mengumpulkan
produk vinegar.
- Mendistribusikan campuran etanol cair (10,5 %), vinegar(1 %),
dan nutrisi melalui bagian atas tangki dengan alat sparger
- Campuran mengalir turun melalui bahan isian dengan sangat
lambat
- Udara dialirkan secara countercurrent melalui bagian bawah
tangki
- Panas yang timbul akibat reaksi oksidasi diambil dengan
pendingin. Pendingin dipasang pada aliran recycle cairan campuran(yang
mengandung vinegar,etanol, dan air) dari bagian bawah tangki. Temperatur operasi
dipertahankan pada rentang suhu 30-35 oC
- Produk yang terkumpuk di bagian bawah tangki mengandung asam
asetat optimum sebesar 10- 10,5 %. Sebagian produk direcycle dan sebagian yang
lain di keluarkan dari tangki
- Bakteri asetat akan berhenti memproduksi asam asetat jika kadar
asam asetat telah mencapai 12-14 %
- Bahan baku 2.500 gal dengan produk 10,5 % asam asetat
memerlukan waktu proses 8-10 hari
- Kelebihan Metoda cepat (Quick Methods) atau German process :
a) Biaya proses rendah, relatif sederhana dan kemudahan
dalam mengontrol
b) Konsentrasi produk asam asetat besar
c) Tangki proses membutuhkan sedikit tempat peletakannya
d) Penguapan sedikit
- Kekurangan Metoda cepat (Quick Methods) atau German process :
a) Waktu tinggal terlalu lama bila dibandingkan Metoda
Perendaman (Submerged Method)
b) Pembersihan tangki cukup sulit
Gambar 2. Frings Generator
c. Metoda Perendaman (Submerged Method)
- Umpan yang mengandung 8-12 % etanol diinokulasi dengan
Acetobacter acetigenum
- Temperatur proses dipertahankan pada rentang suhu 24-29 oC
- Bakteri tumbuh di dalam suspensi antara gelembung udara dan
cairan yang difermentasi
- Umpan di masukan melewati bagian atas tangki
- Udara didistribusikan dalam cairan yang difermentasi sehingga
membentuk gelembung- gelembung gas. Udara keluar tangki melewati pipa
pengeluaran di bagian atas tangki
- Temperatur proses dipertahankan dengan menggunakan koil
pendingin stainless steel yang terpasang di dalam tangki
- Defoamer yang terpasang di bagian atas tangki membersihkan busa
yang terbentuk dengan sistem mekanik
- Kelebihan Metoda Perendaman (Submerged Method):
a) Hampir disemua bagian tangki terjadi fermentasi
b) Kontak antar reaktan dan bakteri semakin besar
- Kekurangan Metoda Perendaman (Submerged Method):
a) Biaya operasi relatif mahal
Gambar 3. Pengolahan secara Submerged
II. Fermentasi secara Anaerob
- Menggunakan bakteri Clostridium thermoaceticum
- Mampu mengubah gula menjadi asam asetat
- Temperatur proses sekitar 45- 65 oC; pH 2-5
- Memerlukan nutrisi yang mengandung karbon, nitrogen dan
senyawa anorganik
- Kelebihan proses anaerob :
a) Mengubah gula menjadi sama asetat dengan satu langkah
b) Bakteri tumbuh dengan baik pada temperatur 60 oC.
Perbedaan temperatur yang besar antara suhu media dengan suhu air pendingin
memudahkan dalam pembuangan panas
c) Kontaminasi dengan organisme yang membutuhkan bisa
diminimalisasi karena bekerja pada kondisi anaerob
d) Organisme yang hanya dapat hidup dalam kondisi
mendekati pH netral akan mati karena operasi fermentasi dilakukan pada kondisi
asam pH 4,5
- Kekurangan proses anaerob :
a) Kosentarasi asam asetat lebih rendah dibandingkan dengan
proses aerob
b) Biaya proses lebih mahal dibandingkan dengan proses
aerob
BAB III
METODE PERCOBAAN
III. 1. Bahan
III.1.1. Bahan Utama
1. Air Legen 600 ml
2. Sari buah tomat segar 1000 ml
3. Sari buah tomat busuk 1000 ml
4. Ragi roti (0,5% w)
III.1.2. Bahan Pendukung
1. Glukosa anhidris
2. Alkohol (etanol) @5 ml
3. Indikator PP
4. HCl
5. NaOH 0,05 N
III. 2. Alat
1. Erlenmeyer
2. Gelas ukur
3. Beaker glass
4. Buret, statif, klem
5. Aerator
6. Pipet tetes
7. Kompor listrik
8. autoclave
9. Pengaduk
III.3. Gambar Alat
III.4. Cara Kerja
1. Pembuatan Starter
a. Sterilisasi peralatan yang akan digunakan dengan menggunakan autoclave hingga
suhu 121oC
b. Air legen dipanaskan dalam beaker glass pada suhu 60oC selama 30 menit kemudian
didinginkan hingga 30oC.
c. Tambahkan glukosa anhidris dan alkohol (etanol) @5 ml ke dalamnya, atur pH = 7
dengan menggunakan HCl atau NaOH.
d. Masukkan ke dalam erlenmeyer, tutup rapat menggunakan aluminium foil, pasang
selang aerator.
e. Lakukan aerasi selama 7 hari dan jaga aerasi berjalan lancar.
2. Persiapan Bahan
a. Sterilisasi peralatan yang akan digunakan dengan menggunakan autoclave hingga
suhu 121oC
b. Sari buah tomat segar maupun tomat busuk dipanaskan dalam beaker glass pada suhu
60oC selama 30 menit, kemudian didinginkan hingga suhu 30oC.
c. Tambahkan sukrosa 5 gram dan atur pH = 4 dengan menggunakan HCl atau NaOH.
d. Tambahkan yeast sebanyak 0,5%w.
e. Tutup rapat bahan dan diamkan selama 7 hari.
3. Pembuatan Asam Asetat
a. Mengukur volume sari buah tomat segar maupun tomat busuk, alkohol, dan
starter(10%, 20%, 30%, 40%, 50% w).
b. Menambahkan alkohol ke dalam sari buah tomat sebagai media fermentasi.
c. Mengatur pH fermentasi sesuai dengan variable.
d. Mencampurkan starter ke dalam media sesuai dengan variabel.
e. Mengukur volume awal, densitas awal, serta kadar asam awal dengan titrasi asam
basa (catat volume titran) dan pH.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2012. Tentang Pengolahan Pangan. Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi .
Jakarta.
Arsyad, M. Natsir, 2001, Kamus Kimia: ArtidanPenjelasanIstilah. Jakarta:
GramediaPustakaUtama
Buckle, K. A, Edwards, R.A, Fleet, G.H. and Wooton, M. 1985. IlmuPangan. UI-Press.
Jakarta.
Hardoyo, dkk. 2007. Kondisi Optimum Fermentasi Asam Asetat Menggunakan
Acetobacter Aceti B166. Balai Besar Teknologi Pati.
Kailaku, Sari Intan, dkk. 2006. Potensi Likopen Dalam Tomat Untuk Kesehatan. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Kusnadi, dkk. 2003. Kultur Campuran dan Faktor Lingkungan Mikroorganisme yang
Berperan dalam Fermentasi “Tea-Cider”.Institut Teknologi Bandung.
Mariska, VirandaPutri. 2009. Pengujian Kandungan Fenol Total Tomat Secara In Vitro.
Universitas Indonesia.
Nina. 2012. Vinegar. http://www.slideshare.net diakses tanggal 21 Maret 2015.
Pramuka,Yudha,2013. Kegunaan Asam Asetat.
Rukmana. 1998. Ganyong Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius Triharto, Dandi
Panggih.
Triharto.,2010. Studi Ketahanan Korosi SUS 316L, SUS 317L,
SUS 329J dan Hastelloy C-276 dalam Asam Asetat yang Mengandung Ion
Bromida, Universitas Indonesia.
Waluyo, Sugeng, 1984, Beberapa Aspek Tentang Pengolahan Vinegar, Dewaruci Press:
Jakarta.
Winarno, F.G., S. Fardiaz, dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia,
Jakarta.
Wirtanto, Eric., 2013. Pembuatan N-Butyl Asetat dari Asam Asetat dan Butadiene dengan
Kapasitas 5.000 Ton/Tahun, Universitas Sumatera utara