proposal adek

Upload: imam-dermawan

Post on 20-Jul-2015

143 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS AWAL DI SEKOLAH DASAR 54 YAYASAN TAHIJA BANDA ACEHPROPOSAL PENELITIANDiajukan Sebagai Syarat Melakukan Penelitian Untuk Penyusunan Skripsi

Oleh

FITRIA RAUDHANA 0806104090009

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH 20111

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UU No.2 tahun 1989 bab 1 pasal 1 ayat 1). Pendidikan merupakan wadah untuk membangun dan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan mempunyai kemampuan untuk bersikap kritis, rasional, terampil dan kreatif. Dewasa ini berbagai cara dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, dilihat dari pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kompetensi guru melalui penataran,sertifikasi guru sampai pada perubahan dan pengembangan kurikulum serta pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan. Berbagai cara tersebut diharapkan pendidikan dapat mengalami perubahan yang lebih baik. Salah satu pembaharuan dalam pendidikan adalah pembaharuan metode atau meningkatkan relevansi metode mengajar. Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif, agar interaksi dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, maka disampaing dibutuhkan pemilihan bahan atau materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula, karena metode ini yang akan menentukan respon siswa terhadap materi yang diajarkan. Terkadang materi yang diajarkan disukai namun karena penerapan metode yang salah atau tidak sesuai kondisi siswa maka berakibat siswa malas megikuti pelajaran dengan serius, pada akhirnya siswa tidak paham dengan materi yang diajarkan. Pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi siswa, dalam artian metode yang digunakan harus tepat sesuai dengan materi dan kondisi siswa, karena salah dalam memilih metode maka akan berakibat pada kemampuan kognitif siswa, sehingga diharapkan semua guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi siswa didik. Salah satu usaha yang tidak pernah guru 2

tinggalkan adalah, bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian keberhasilan kegiatan belajar mengajar, ada beberapa macam metode pembelajaran yang dapat digunakan antara lain : ceramah, demonstrasi, tanya jawab, diskusi, dan masih banyak lagi. Namun selama ini metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh beberapa guru didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 54 Yayasan Tahija Banda aceh merupakan salah satu bagian dari kegiatan pendidikan. Dalam kegiatan pembelajarannya guru masih banyak didominasi menggunakan metode ceramah, sehingga siswa menjadi malas dan kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga kemampuan kognitif siswa juga belum berkembang dengan baik, termasuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajarinya, dalam kenyataannya pembelajaran IPA juga belum memadai. Hal ini didasarkan atas pengamatan sehari-hari diruang kelas yang dilakukan oleh guru kelas awal baik itu kelas I, II dan III, bahwa kualitas pemahaman kognitif siswa pada pelajaran IPA masih kurang optimal. Pembelajaran yang masih kurang optimal tersebut terindikasi dari proses pembelajaran IPA yang masih banyak mengalami kendala. Kendala dalam proses pembelajaran IPA teridentifikasi sebagai berikut: pertama, pembelajaran IPA kurang efektif; kedua, siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran; ketiga, pemahaman siswa terhadap pelajaran IPA masih rendah. Berdasarkan fakta diatas menunjukkan bahwa kemampuan kognitif dalam pembelajaran IPA yang dilaksanakan masih kurang optimal, sehingga diperlukan perbaikan yang mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran IPA. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam pembelajaran IPA adalah dengan membuat variasi pembelajaran yaitu menerapkan metode Make a Match. Metode Make a Match memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari pasangan dan merespon serta saling kerja sama satu sama lain, keunggulan metode Make a Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan khususnya materi ciri-ciri dan kegunaan benda. Berdasarkan uraian diatas penulis terdorong untuk melakukan penilitian tindakan kelas dengan judul UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE MAKE A MATCH PADA

3

SISWA KELAS AWAL PADA SEKOLAH DASAR NEGERI 54 YAYASAN TAHIJA BANDA ACEH. 1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah dengan menerapkan metode Make a Match dapat meningkatkan semangat siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas awal SDN 54 Yayasan Tahija Banda Aceh? 2. Apakah dengan menerapkan metode Make a Match dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas awal SDN 54 Yayasan Tahija Banda Aceh? 3. Apakah dengan menerapkan metode Make a Match dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas awal 54 Yayasan Tahija Banda Aceh? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan semangat siswa dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan metode Make a Match pada siswa kelas awal SDN 54 Yayasan Tahija Banda Aceh 2. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan metode Make a Match pada siswa kelas awal SDN 54 Yayasan Tahija Banda Aceh 3. Untuk mengetahui peningkatan kognitif siswa dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan metode Make a Match pada siswa kelas awal 54 Yayasan Tahija Banda Aceh 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil Penelitian ini dapat dipakai : 1. Untuk mengetahui secara nyata tentang peningkatan kemampuan kognitif dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan metode Make a Match. 2. Sebagai acuan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. 1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi Siswa 1. Dengan diterapkannya metode pembelajaran Make a Match kemampuan kognitif siswa dapat meningkat. 2. Dengan diterapkannya metode pembelajaran Make a Match siswa lebih mudah dalam memahami materi IPA serta dapat menambah semangat dalam belajar

4

Bagi Guru 1. Memberikan pengalaman pembelajaran yang kreatif dan inovatif serta dapat memotivasi siswa untuk aktif dan bekerja sama satu sama lain. Bagi Sekolah 1. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan mendorong guru lain untuk aktif melakukan pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep kognitifKognitif merupakan suatu proses untuk mengetahui sesuatu, menyangkut pemprosesan informasi melalui beberapa tahapan penginderaan dengan system syaraf sensoris yang ada dalam tubuh manusia hingga pembentukan memori jangka panjang.

2.1.1 Psikologi Kognitif Psikologi kognitif merupakan perspektif secara teori yang memfokuskan pada dunia persepsi pemikiran ingatan manusia. Ia menggambarkan pelajar sebagai proses maklumat yang aktif menyerupai metafora dunia komputer. Pada pandangan psikologi kognitif, cara pelajar menambahkan maklumat menentukan pencapaian tahap kefahaman mereka. Sebilangan konsep yang berkuasa telah muncul dalam psikologi kognitif dengan setiapnya menjelaskan pertimbangan kuasa pendidikan. Antara konsep-konsep ini termasuk skemata yaitu idea yang menggambarkan rangka kerja mental untuk pemahaman, pembentukan ingatan iaitu pandangan menyatakan pengetahuan adalah direka oleh pelajar apabila mereka menghadapi situasi baru dan tahap memproses iaitu tanggapan bahawa ingatan adalah keluaran sampingan dari proses maklumat yang diterima. Disebabkan psikologi kognitif semakin berkembang dalam bentuk yang lebih matang, ia mula memasukkan pengaruh sosial dalam perkembangan kognitif, perhubungan antara kognisi dan motivasi, kesedaran diri, strategi kognitif dan perkembangan kepakaran subjek dalam bidang matematik dan sains 2.1.2 Kemampuan Kognitif Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berkaitan dengan pengetahuan siswa. Berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi (dalam Anderson dan Krathwohl, 2001), ranah kognitif siswa dibedakan menjadi 2 dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses. Dimensi pengetahuan atau knowledge terdiri dari 4 tipe yaitu factual knowledge, procedural knowledge, conceptual knowledge, dan metacognitive knowledge. Sedangkan dimensi proses

6

kognitif terdiri dari remember (mengingat), understand (memahami), apply (mengaplikasi), analyze (menganalisis), evaluate (mengeva-luasi), dan create (mencipta). a. Factual knowledge adalah pengetahuan yang terpisah, elemen-elemen yang terisolasi, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang istilah, dan pengertianpengertian dan bagianbagian yang khusus. b. Conceptual knowledge; bersifat lebih kompleks, merupakan organisasi dari istilah-istilah, termasuk di dalamnya pengetahuan untuk mengklasifikasikan, mengelompokkan, tentang prinsip-prinsip, generalisasi, teori, model dan struktur. c. Procedural knowledge adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu termasuk di dalamnya pengetahuan tentang keahlian dan langkahlangkah, tehnik dan metode, pengetauan tentang kriteria yang digunakan untuk mengambil sebuah keputusan. d. Metacognitive knowledge yaitu pengetahuan tentang kognisi termasuk didalamnya tentang kebijaksanaan dan pengetahuan tentang apa yang dipikirkan. Pengetahuan metakognisi meliputi: pengetahuan tentang strategi berupa pengetahuan tentang garis besar uraian suatu topik pengetahuan di dalam buku teks, pengetahuan untuk menggunakan secara menyeluruh (heuristik). Pengetahuan tentang gugus tugas kognitif yang merupakan pengetahuan tentang tipe-tipe tes yang digunakan guru dalam melakukan administrasi. Pengetahuan tentang diri sendiri merupakan pengetahuan yang meneliti kekuatan, kelemahan, dan kebijakan diri dalam mengambil keputusan. 2.2 Konsep Pembelajaran 2.2.1 Definis Pembelajaran Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Sehubung dengan pengertian belajar yang telah dikemukan diatas, maka tidak lepas dari pengertian pembelajaran.dalam Undang-undang nomoe 20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi anak dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

7

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seseorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian mirip dengan pengajaran, walaupun menpunyai konotasi yang berbeda. Dalam kontek pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek efektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. 2.2.2 Istilah dalam Pembelajaran Ada beberapa istilah pembelajaran, diantaranya adalah : a. Metode Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. b. Pendekatan (Approach) Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu. Misalnya pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendidikan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.

8

c. Teknik Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan agar metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi dengan jumlah siswa yang terbatas. d. Taktik Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya lebih individual, walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain. 2.2.3 Tinjuan Tentang IPA IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan ilmu pengetahuan tentang kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi, eksperimen dan induksi. Salah satu tujuan pengajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sri Sulistyorini (2007 : 40) mengemukakan tujuan pembelajaran IPA yaitu : 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan keberadaaan, keindahan, dan keteraturan dan ciptaannya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 9

4. Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke SMP. Dari uraian diatas dapat disimpulkan tujuan IPA adalah untuk menguasai konsep, keterampilan, dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai standar kompetensinya yaitu dan kompetensi dasar 4.1. Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran, peneliti mempunyai tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran IPA kelas awal tersebut, antara lain : 1. Melalui percobaan siswa dapat menemukan macam-macam gerak benda, misalnya : menggelinding, berputar, jatuh, memantul,mengalir. 2. siswa dapat menyimpulkan hal-hal yang mempengaruhi cepat lambat gerak benda. 3. Siswa dapat mengaplikasikan dan menjelaskan manfaat gerak benda dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan IPA dalam proses pembelajaran guru harus mengetahui ruang lingkup IPA. Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 2.3 Pembelajaran Kooperatif Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu kelompok atau satu tim. Kemudian para siswapun lebih aktif sehingga pembelajaran berpusat pada mereka dengan tujuan hasil pembelajaran siswa menjadi lebih baik melalui latihan kemampuan yang mereka miliki. 10

2.3.1 Unsur-unsur Model pembelajaran kooperatif Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran harus diterapkan, yaitu: 1. Saling ketergantungan positif Dalam hal Saling ketergantungan positif, sebagai seorang pengajar diharapkan dapat menyusun tugas dengan baik agar setiap anggota kelompok (siswa) dapat menyelesaikan tugasnya masin-masing dengan baik dan tercapai tujuan pembelajaran. 2. Tanggung Jawab perorangan Tanggung jawab perorangan dalam hal ini tergantung kepada pengajar dalam persiapan dan penyusunan tugasnya. Sehingga, setiap anggota kelompok dapat melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan. 3. Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan unutk tatap muka dan berdiskusi . kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajaran untuk membentuk sinergis yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran dari satu kepala saja. 4. Komunikasi antar-anggota Pengajar perlu membekali siswa cara-cara berkomunikasi sebelum menugaskan siswa dalam kelompok. Sebab, keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendenganrkandan kemampuan mereka untuk saling mengutarakan pendapat mereka. 5. Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya dapat bekerjasama dengan lebih efektif. 2.3.2 Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk social. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; 11

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan metode pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Adapun Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah). 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. 7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. 12

9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif metode make a match berdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu: 1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan ini. 2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran. 3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai Berdasarkan kegiatan proses belajar mengajar, siswa tampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu padangan ini siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama. Pada saat guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topik tentang mencari pikiran utama dan pikiran penjelas dalam wacana untuk sesi review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban). Setelah guru memerintahkan siswa untuk mengambil kartu tampak sebagian besar siswa bersemangat dan termotivasi untuk menarik satu kartu soal. Setelah siswa mendapatkan kartu soal, masing-masing tampak memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Kelompok dengan pasangannya ingin saling mendahului untuk mencari pasangan dan mencocokkan dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang dimilikinya. Di sinilah terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa. Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa, Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.

13

Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (1994:116), Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan peningkatan keaktifan siswa yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu, dan motivasi belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan kreatif. Selanjutnya, penerapan metode make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa; mengembangkan keingintahunan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.

14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan tempat penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri 54 Yayasan Tahija

Banda Aceh. Peneliti melaksanakan di tempat tersebut dengan alasan peneliti adalah salah satu guru kelas di sekolah tersebut sehingga memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian, dapat menghemat waktu dan biaya. Penelitian dilaksanakan pada semester VII tahun pelajaran 20012/2013 mulai bulan Februari sampai Juni tahun 2012 3.2 Populasi dan Sample Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/I kelas I,II,dan III SDN 54 Yayasan Tahija Banda Aceh tahun pelajaran 2012/2013. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2006). Jadi, dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh sisw/i kelas I, II, dan III SDN 54 Yayasan Tahija Banda Aceh. 3.3 Sumber Data Data atau informasi yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini adalah dara kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari berbagai sumber data, yang meliputi : 3.3.1 Sumber data pokok (primer), yaitu : 1. Siswa, sebagai obyek penelitian 2. Guru, sebagai sumber informasi, terutama guru kelas yang lebih mengenal tentang seluk beluk siswanya dan mengetahui bagaimana perkembangan prestasi siswanya. 3. Pihak lain yang berhubungan Orang-orang di sekitar siswa yang bisa kita mintai informasi tentang siswa.

15

3.3.2 Sumber data sekunder, antara lain : 1. Arsip/dokumentasi Pengumpulan data-data tertulis, seperti jumlah siswa pada kelas I,II dan III SDN 54 Yayasan Tahija BandaAceh 2. Lembar observasi Lembar observasi digunakan dalam mengamati proses pembelajaran 3. Teks wawancara Teks wawancara digunakan peneliti untuk menggali informasi dari siswa tentang kegiatan pembelajaran di sekolah dengan menggunakan metode make a match. Lebih lanjutnya, sumber data sekunder yang meliputi arsip/dokumen, tes hasil belajar, lembar observasi dan teks wawancara akan diuraikan penulis dalam uraian teknik pengumpulan data. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Dokumentasi Pengumpulan data-data tertulis, seperti jumlah siswa pada kelas I,II dan III SDN 54 Yayasan Tahija BandaAceh 2. Observasi Observasi yang dilakukan peneliti adalah mengamati partisipasi siswa dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA siswa kelas I,II, dan III Sekolah Dasar 54 Yayasan Tahija pembelajaran dilaksanakan sesuai kompetensi dasarnya, yaitu menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukurannya. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode make a match. 3. Wawancara Wawancara digunakan peneliti untuk menggali informasi dan informan tentang kegiatan belajar IPA dengan metode make a match. Wawancara yang digunakan bersifat lentur, tidak terlalu ketat, tidak dalam suasana formal dan dilakukan berulang pada informan yang lain. Sumber informasi adalah siswa kelas III SD Negeri 54 Yayasan Tahija Banda Aceh.

16

3.5 Validitas Data Trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi dengan sumber yaitu membandingkan data hasil observasi, hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancaraterhadap subjek yang ditekankan pada penerapan metode make a match. 3.6 Teknik Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data dilakukan secara manual dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 3.6.1 Editing, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap instrumen pengumpulan data (angket), yang meliputi kelengkapan identitas responden, dan kelengkapan isian angket yang dikembalikan oleh responden. 3.6.2 Tabulating, yaitu mengelompokkan responden berdasarkan kategori yang telah dibuat untuk tiap-tiap subvariabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi. 3.7 Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Model analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verivikasi. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.

Pengumpulan Data

Sajian Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan/Verifika si Sumber HB Sutopo (1996: 87) (Model Analisis Interaktif)

Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut tentang ketiga komponen tersebut : 1. Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan. Dalam tahap ini peneliti memilahkan data dan menbuang data yang tidak perlu, kemudian 17

mengorganisasikan data dengan catatan sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik. 2. Penyajian data sebagai komponen kedua dalam kegiatan analisis data, merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan peneliti dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. 3. Verifikasi (penarikan kesimpulan) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

18

Daftar Pustaka

Hidayati, dkk.2008.Pembelajaran Pendidikan SD. Jakarta: Departemen Nasional.Dimyati dan Mudjiono.2006.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka cipta Ary, D., Jacobs, L.C., & Razavieh, A., 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan. Surabaya: Usaha nasional Djiwandono dan Siti Wuryani.2002.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Grasindo ___________. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Citra Umbaran. Kalpin. (2010). Pengaruh Permainan Modifikasi Terhadap Kemampuan Motorik Kasar dan Kognitif Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Bandung: Tesis UPI tidak diterbitkan Wasis, dkk. (2002). Beberapa Model Pengajaran dan Strategi Pembelajaran IPA Fisika. Jakarta : Depdiknas. Tarmizi dkk. (2000). Pembelajaran Koperatif. Surabaya : Unesa-University Press Srini M. Iskandar. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : CV. Maulana. Arikunto. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta HB. Sutopo. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Pers.

19