program studi ilmu pemerintahan fakultas ilmu … · 2020. 2. 6. · 1 bab i pendahuluan a. latar...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAKASSAR
ANDI MUH. AGUS MAULANA Nomor Stambuk : 105640174313
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAKASSAR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
ANDI MUH. AGUS MAULANA
Nomor Stambuk : 105640174213
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
i
PERSETUJUAN
Judul Skripsi Penelitian : Evaluasi Kebijakan Peraturan Derah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Makassar
Nama Mahasiswa : Andi Muh. Agus Maulana Nomor Stambuk : 105640174313 Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyetujui :
Mengetahui :
Pembimbing I
Dr. Hj. Fatmawati, M.Si
Pembimbing II
Handam, S.Ip., M.Si
Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
Dr. Nuryanti Mustari,S.IP, M.Si
Dekan Fisipll Unismuh Makassar
Dr.Hj, Ihyani Malik, S.Sos, M.Si
ii
PENERIMAN TIM
Telah diterima oleh TIM penguji skripsi Fakultas Ilmu Solial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan surat Keputusan / undangan
menguji ujian skripsi Dekan Fakultas Ilmu Solial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar, Nomor 0072/FSP/A.3-VIII/I/41/2020 sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) dalam Program Studi
Ilmu Pemerintahan di Makassar pada hari rabu tanggal 8 januari tahun 2020.
TIM PENILAI
TIM PENGUJI
1. Dr. Hj. Fatmawati, M.Si (Ketua) ( )
2. Drs. Alimuddin Said, M.Pd ( )
3. Dra. Hj. Djuliati Saleh, M.Si ( )
4. Hamrun, S.IP, M.Si ( )
Ketua
Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M. si
Sekertaris
Dr. Burhanuddin, S.Sos, M. si
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Andi Muh. Agus Maulana
Nomor Stambuk : 105640174313
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis / dipublikasikan orang lain atau
melaksanakan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 26 maret 2018
Yang Menyatakan,
Andi Muh. Agus Maulana
iv
ABSTRAK
ANDI MUH. AGUS MAULANA 2019. Evaluasi Kebijakan Peraturan Daeran Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Makassar (di bimbing oleh Fatmawati dan Handam).
Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi Kebijakan Peraturan Daeran Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Makassar dan faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam evaluasi Kebijakan Peraturan Daeran Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Makassar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. dengan informan sebanyak 6 orang yang dipilih berdasarkan pandangan bahwa informan memiliki pengetahuan dan informasi mengenai permasalahan yang diteliti yaitu : Seksi Pengembangan dan Pengendalian Persampahan dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar 1 Orang, Kepala Seksi Pengelola Kebersihan dan Pertamanan Kecamatan Manggala 1 Orang, Kepala Seksi Pengelola Kebersihan dan Pertamanan Kecamatan Panakkukang 1 Orang, Masyarakat 3 Orang .teknik pengeumpulan data yang dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa :Observasi , Dokumentasi dan dikembangkan wawancara terhadap informan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Evaluasi Kebijakan Peraturan Daeran Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Makassar, dari beberapa indikator yaitu indikator efektivitas,efesiensi,,kecukupan, perataan ,ketepatan sudah dilaksanakan sesuai Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang pengelolaan sampah, dan untuk responsifitas belum terlaksana secara optimal. sedangkan faktor pendukung dalam evaluasi kebijakan Peraturan Daeran Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota makassar adalah, adanaya sarana dan prasarana yang menunjang terlaksanana Perda Nomor 4 Tahun 2011, Sedangkan faktor penghambatnya adalah belum optimalnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak kecamatan yang bertugas untuk mengawasi jalannya sanksi, dan masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sampah.
Kata Kunci :Evaluasi Kebijakan Peraturan Daeran Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelasaikan penyusunan skripsi yang
berjudul“Evaluasi Kebijakan Peraturan Daeran Nomor 4 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Makassar” Skripsi ini dibuat sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah melibatkan banyak
pihak yang tentunya sepenuh hati meluangkan waktu dengan ikhlas memberikan
informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga terkhusus kepada dosen
pembimbing Ibu Dr. Hj. Fatmawati, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak
Handam, S.Ip., M.Si selaku Pembimbing II yang dengan tulus membimbing
penulis, meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan masukan. Selainitu,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof Dr. H. Abd. Rahman Rahim, M.M selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos.M.Si. selaku Dekan Fisipol Universitas
Muhammadiyah Makassar.
vi
3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari,S.IP, M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf FASIPOL Universitas
Muhammadiyah Makakssar.
5. Kedua orang tua tercinta yang telah mendidik, mengarahkan dan
sanantiasa mendoakan serta memberi dukungan yang tiada ternilai baik
moral maupun materi serta nasehat dan pengorbanan yang tak terhingga
dalam melalui hari dalam kehidupan ini.
6. Pihak Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar
7. Pihak Kecamatan Panakkuang dan Kecamatan Manggala
8. Serta teman-teman yang telah membantu memberikan semangat dalam
penulisan skripsi
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi penelitian ini bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, 11 Desember 2019
Andi Muh. Agus Maulana
vii
DAFTAR ISI
HALAM JUDUL
PERSETUJUAN .............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH .............................. ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kebijakan Publik ................................................................... 8
B. Konsep Evaluasi Kebijakan ............................................................... 13
C. Konsep Pengelolaan Sampah .............................................................. 25
D. Kerangka Pikir ..................................................................................... 28
E. Fokus Penelitian ................................................................................... 30
F. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................................. 30
viii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................... 33
B. Jenis dan Tipe Penelitian ..................................................................... 33
C. Sumber Data ........................................................................................ 34
D. Informan Penelitian .............................................................................. 34
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 35
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 36
G. Keabsahan Data ................................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................. 39
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 39
a. Letak geografis kota Makassar .................................................. 39
b. Letak Demografi ........................................................................ 41
2. Profil Kecamatan Panakkukang dan Kecamatan Manggala ........ 42
a. Kecamatan Panakkukang ...................................................... 42
b. Kecamatan Manggala ................................................................ 45
B. Evaluasi Kebijakan Perda No 4 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Sampah di Kota Makassar ................................................................... 48
1. Efektifitas ....................................................................................... 49
2. Efesiensi ......................................................................................... 54
3. Kecukupan ...................................................................................... 57
4. Perataan .......................................................................................... 60
ix
5. Responsifitas .................................................................................. 63
6. Ketepatan ........................................................................................ 66
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Evaluasi Kebijakan Peraturan
Daerah nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah .............. 69
1. Faktor pendukung ........................................................................... 69
2. Faktor penghambat ......................................................................... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 75
B. Saran .................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77
x
DAFTAR TABEL
Kriteria Evaluasi Kebijakan ............................................................................ 20
Tabel 3.1 Tabel informan penelitian ............................................................... 34
Tabel 4.1 jumlah penduduk Kota Makassar. .............................................. 41
Tabel 4.2 Nama Pejabat Struktural Pemerintah Kecamatan Panakkukang
Tahun 2017 ..................................................................................... 44
xi
DAFTAR GAMBAR
Bagan Kerangka Fikir ..................................................................................... 30
Gambar 4.1 Peta administrasi kota Makassar ................................................. 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Makassar yaitu kota metropolitan terbesar di kawasan Indonesia
Timur dan pada masa lalu pernah menjadi ibukota Negara Indonesia Timur dan
Provinsi Sulawesi. Makassar terletak di pesisir barat daya Pulau Sulawesi dan
berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Kepulauan
Pangkajene di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur dan Kabupaten
Gowa di sebelah selatan. Dari aspek pembangunan dan infrastruktur, kota
Makassar tergolong salah satu kota metropolitan di Indonesia, yaitu kota
terbesar di luar pulau Jawa setelah kota Medan. Dengan memiliki wilayah
seluas 199,26 km² dan jumlah penduduk lebih dari 1,6 juta jiwa.
Sebuah kebijakan publik tidak bisa lepas begitu saja, tanpa dilakukan
evaluasi. Evaluasi kebijakan dilakukan untuk menilai sejauhmana keefektifan
kebijakan publik untuk dipertanggung jawabkan kepada publiknya dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Dye dalam Nawawi
(2009) Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan.
Dan kebijakan baru dapat dilakukan apabila suatu kebijakan sudah berjalan
cukup waktu. Memang tidak ada batasan waktu yang pasti kapan suatu
kebijakan harus di evaluasi, untuk mendapat outcomedan dampak suatu
kebijakan sudah tentu diperlukan waktu tertentu, misalnya 5 tahun semenjak
kebijakan itu diimplementasikan, sebab kalau evaluasi dilakukan terlalu
2
dinamika outcome dan dampak dari suatu kebijakan belum nampak. Semakin
strategis suatu kebijakan, maka diperlukan tenggang waktu yang lebih panjang
untuk melakukan evaluasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan evaluasi
adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sampai
dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan.
Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut
estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup subtansi, implementasi dan
dampak. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan dipandang sebagai kegiatan
fungsional. Artinya , evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap
akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan
demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah
kebijakan,program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan. Menurut
Mustopadidjaja (2002) evaluasi kebijakan merupakan kegiatan untuk menilai
atau melihat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan publik,
oleh karena itu, evaluasi merupakan kegiatan pemberian nilai atas sesuatu
“fenomena” didalamnya terkandung pertimbangan nilai (valuejudgment)
tertentu.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mengurangi masalah sampah di
Indonesia.Sesuai dengan amanah UUD RI No. 18 Tahun 2008, maka
pemerintah membuat peraturan tentang pengelolaan sampah rumah tangga
3
dansampah sejenis sampah rumah tangga dengan Peraturan Pemerintah (PP)
No. 81 tahun 2012.
Muatan pokok yang utama diamanatkan oleh peraturan pemerintah ini,
yaitu: 1) memberikan landasan yang kuat bagi pemerintah daerah dalam
menyelenggarakan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan dari
berbagai aspek antara lain legal formal, manajemen, teknis operasional,
pembiayaan, kelembagaan, dan sumber daya manusia. 2) memberikan
kejelasan perihal pembagian tugas dan peran seluruh para pihak terkait dalam
pengelolaan sampah mulai dari kementerian/lembaga ditingkat pusat,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dunia usaha, pengelola
kawasan samapi masayarakat. 3) memberikan landasan operasional bagi
implementasi 5 R (reduce, reuse, recycle, replace, replant) dalam pengelolaan
sampah mengantikan paradigma lama kumpul-angkut-buang. 4) memberikan
landasan hukum yang kuat bagi pelibatan dunia usaha untuk turut bertanggung
jawab dalam pengelolaan sampah sesuai dengan perannya. (Haerul, 2016)
Permasalahan-permasalahan lingkungan hidup pemukiman sekarang ini
telah menjadi perhatian khusus yang harus segera diatasi.Keadaan ini
tergambar dari pengelolaan sampah perkotaan yang kurang efektif. Sampah
merupakan bagian dari sisa aktifitas manusia perlu dikelola dengan efektifagar
tidak menimbulkan berbagai permasalahan terhadap kehidupan manusia
maupun gangguan pada lingkungan. Pengelolaan sampah selama ini yang
digunakan oleh masyarakat pemukiman menggunakan metode pengumpulan,
4
pengangkutan, dan penimbunan (collecting, transporting, and dumping)serta
metode pembakaran (incenerasi,namun belum mencapai hasil yang optimal).
Berbagai kendala masih dihadapi dalam melaksanakan pengelolaan
sampah tersebut baik kendala ekonomi, sosial budaya maupun penggunaan
teknologi. Pengelolahan samapah perlu dilakukan secara komprhensif, terpadu
dari hulu ke hilir dan ada kejelasan tanggung jawab, kewenangan pemerintah
kota, serta peran masyarakat sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan
secara profesional,efektif, dan efisien. Aspek utama yang perlu menjadi
perhatian khusus dalam pengelolaan sampah yaitu: 1) Aspek hukum, dalam
upaya mewujudkan pengelolahan sampah yang terpadu, dibutuhkan regulasi
yang mengaturnya. Baik dalam lingkungan yang luas seperti negara, maupun
lingkup yang sederhana seperti rumah tangga. 2) Aspek kelembagaan, dalam
kelembagaan harus jelas siapa yang membuat peraturan (regulator) dan siapa
yang melaksanakan peraturan tersebut (operator). Saat ini peran regulator dan
operator pada umumnya masih dijalankan oleh istansi yang sama yaitu dari
dinas kebersihan. Sebaiknya peran operator dapat diberikan kepada swasta,
sehingga peran regulator dapat optimal dilaksanakan oleh dinas pertamanan
dan kebersihan. Berdasarkan pembagian tugas tersebut, pelaksanaan tugas
masing-masing lembaga diharapkan dapat lebih optimal. 3) Aspek pendanaan.
Pengadaan teknologi serta pelaksanaan pengelolaan sampah pada akhirnya
membutuhkan pendanaan yang memadai.Paradigma yang harus dirubah oleh
kita semua sesungguhnya, bahwa kebersihan itu adalah investasi. Sebagaiman
halnya investasi, kebersihanlah yang akhirnya menjadikan negara nyaman dan
5
banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. 4) Aspek sosial budaya.
Masyarakat lebih senang mempercantik rumah atau membeli alat rumah tangga
dibanding mengeluarkan aggaran untuk membayar biaya pengelolaan sampah.
( Haerul, 2016)
Manuasia setiap harinya dapat menghasilakan dua jenis sampah setiap
harinya yaitu samapah organic dan smapah anorganik, adapaun tahapan
tahapan dalam pengelolahan samapah dalam kehidupan sehari-hari dibagai
menjadi beberapa tahapan, Tahapan pertama yaitu timbulan dan tahap kedua
ialah perwadahan tahap ketiga iyalah pengumpulan tahap keempat iyalah
pengangkutan dan tahap pengelolaan kembali serta tahap kelima iyalah tahap
pembuanagan akhir. Seiring dengan berkembangnya kota makassar menjadi
salah satu kota tebesar di Indonesia dan pertambahan jumlah penduduk pun
makin meningkat dan hal tersebut tentu saja meningkatkan jumlah timbulan
sampah yang dihasilakan oleh masyarakat kota makassar, system persampahan
yang akan digunakan di kota makassar harus disesuaikan dengan
perkembanagan sampah di kota makassar, berangkat dari permasalahan tentang
pengelolaan sampah maka Kebijakan tentang pengelolaan persampahan di
Kota Makassar sudah tertuang dalam rencana Strategis (Renstra) Dinas
Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar. Adapun peraturan daerah tentang
pengelolaan persampahan Kota Makassar, merujuk pada Peraturan Daerah
Kota Makassar Nomor 4 Tahun 2011 Tentang pengelolahan sampah.
Munculnya beberapa ketentuan yang mengatur tentang persampahan tidak
otomatis penanganannya menjadi tuntas sebagaimana harapan pemerintah kota
6
dan masyarakat. Melihat kenyataan lingkungan di Kota Makassar saat ini di
beberapa wilayah tertentu, mulai dari daerah permukiman, daerah
perdagangan, pusat pemerintahan lokasi kegiatan sosial dan pendidikan,
seperti; ruas jalan raya, kawasan industri, kawasan perumahan, kawasan
perkantoran, pelabuhan, terminal, sarana ibadah, sekolah-kolah, ruko-ruko,
sekitar pusat perbelanjaan (mall), pasar-pasar tradisional dan kanal, masih
sering ditemukan sampah yang menumpuk karena tidak terangkut semua setiap
hari. Tentu keadaan ini menimbulkan ketidaknyamanan pemandangan,
menimbulkan bau tidak sedap. Selain itu dalam penerapan Perda No 4 tahun
2011 masih banyak kebijakan yang belum sesuai dengan apa yang di inginkan
seperti masih banyaknya tumpukan sampah yang tidak berada dalam lokasi
tempat pembuangan sampah sementara dan kurangnya kesadaran masyarakat
dalam membuang sampah pada tempatnya serta masih banyak masyarakat
yang membuang sampah pada pinggiran kanal beberapa dampak yang dapat di
timbulkan ialah akan menimbulkan bau yang kurang sedap dan khusus pada
daerah kanal dapat menimbulkan air kanal naik sewaktu waktu
Berdasarkan penjabaran di atas maka peneliti tertarik meneliti dan
mengangkat judul penelitian sebagai berikut :“Evaluasi kebijakan peraturan
daerah nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah di kota makassar.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat merumuskan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini yaitu
7
1. Bagaimana evaluasi kebijakan peraturan daerah nomor 4 tahun 2011 tentang
pengelolaan sampah di kota makassar?
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi evaluasi kebijakan peraturan daerah
nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah di kota makassar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana evaluasi kebijakan peraturan daerah nomor 4 tahun
2011 tentang pengelolaan sampah di kota makassar
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan peraturan
daerah nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah di kota makassar
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dilakukan untuk meninjau dan menganalisis
bagaimana Bagaimana evaluasi kebijakan peraturan daerah nomor 4 tahun
2011 tentang pengelolaan sampah di kota makassar untuk itu penelitian ini
diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis adalah untuk memperkaya dan menambah pengetahuan
penulis tentang “Evaluasi kebijakan peraturan daerah nomor 4 tahun 2011
tentang pengelolaan sampah di di kota makassar sehingga dengan penelitian
ini dapat berguna dan sebagai masukan bagi penulis yang berminat untuk
meneliti lebih jauh tentang program pengelolaan sampah di kota makassar.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan dan penyempurnaan teori-teori di dalam ilmu pengetahuan
perda nomor 4 tahun 2011tentang pengelolaan sampah.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kebijakan Publik
Pada dasarnya, suatau kebijakan sangat berbeda dengan kebijaksanaan
maupun kebajikan. Winarno dan wahab dalam Suharno (2013:3) menyepakati
bahwa dalam penggunaan istilah kebijakan kerap kali terjadi pertukaran
dengan istilah istilah lain seperti halnya tujuan ,program,keputusan , undang-
undang, ketentuan-ketentuan, dan standar. Bagi para pembuat kebijakan
mungkin istilah-istilah tersebut tidaklah menjadi masalah. Namun bagi orang-
orang yang berada diluar struktur pembuat atau pengambil kebijakan mungkin
hal ini akan sangat membingungkan . menurut suharno (2013:3) terdapat
batasan atau definisi mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan (policy)
bahwa pada dasarnya setiap ahli memiliki pendapat yang berbeda mengenai
setiap kebijakan. Dan dari pengerian tersebut menghasilakan penafsiran yang
berbeda-beda dan perbedaan ini timbul karena para ahli memiliki latar
belakang yang beebeda-beda pula.
1. Pengertian Kebijakan Publik
Menurut Sulistio (2012:3) kebijakan public adalah serangkaian
keputusan dan tindakan yang dilakuakan oleh pemerintah bersama dengan
elit politik dalam rangka menyelesaikan permasalah public demi
kepentingan masyarakat. Sedangkan menurut Nugroho (2011:96)
menjelakan bahwa kebijakan publik dapat diartikan sebagai starategi untuk
mengantar masyarakat menuju masyarakat yang lebih baik. Sedangkan
9
menurut Laswell dan Kaplan dalam Nugroho (2011:93) kebijakan publik
adalah suatau program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu,
nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu.
Dari berbagai pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa kebijakan
publik adalah serangkaian tindakan atau keputusan yang di buat oleh
pemerintah bersama dengan para elit politik guna untuk mengatasi
permaslahan-permaslahan publik demi tercapainya kepentingan bersama.
2. Tahap- tahap Kebijakan Publik
Telah diuraikan di atas mengenai apa itu kebijakan publik. Secara
sederhana dijelaskan bahwa kebijakan publik merupakan sebuah produk
(output) pemerintah pusat maupun daerah dalam rangka pemecahan
masalah-masalah publik yang dianggap urgent demi kesejahteraan
masyarakat. Pengadaan sebuah produk yang dalam hal ini adalah sebuah
kebijakan publik, bukanlah barang instan yang serta-merta hadir seketika
ketika datang sebuah permasalahan publik, tentu terdapat proses 14 atau
tahapan-tahapan dalam pembuatan sebuah kebijakan. Seperti yang
dijelaskan William Dunn (1998:24) bahwa tahap-tahap kebijakan publik
adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan Agenda
Agenda adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam
tahapan kebijakan publik. Dalam fase inilah nantinya akan ditentukan mana
permasalahan publik yang menjadi permaslahan pokok pada saat itu. Jika
sebuah isu publik mendapatkan kedudukan sebagai masalah publik dan
10
mendapat priorias dalam agenda publik, maka isu publik tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih dari pada isu publik
lainnya. Dalam fase ini sangat penitng untuk dapat menentukan isu
kebijakan yang akan dijadikan masalah kebijakan dalam suatu agenda
pemerintah. Isu kebijakan biasanya muncul ketika terjadi perang pendapat
antar aktor mengenai tindakan yang akan maupun yang telah ditempuh,
maupun pertentangan mengenai nilai pandang dari karakter masalah
tersebut.
b. Formulasi Kebijakan
Masalah yang telah berhasil masuk dalam agenda pemerintah,
kemudian diolah dan didefinisikan oleh para pembuat kebijakan untuk dapat
ditemukan alternatif-alternatif kebijakan sebagai solusi dari masalah
kebijakan tersebut. Sama halnya dengan pemilihan isu masalah, pemilihan
alternatif kebijakan sebagai solusi pemecahan masalah kebijakan juga
dipilih dan diseleksi agar didapat pilihan alternatif terbaik untuk
memecahkan masalah kebijakan.
c. Adopsi/Legitimasi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses
dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur
oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah.
Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah adalah
tindakan yang sah, yaitu dengan mendukung. Dukungan untuk rezim
cenderung berdifusi-cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap
11
tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir pemerintahan
disonansi. Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol
tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung
pemerintah.
d. Implementasi Kebijakan
Semua program hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika
program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program
kebijakan yang telah diambil sebagai altermatif pemecahan masalah harus
diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi
maupun agen-agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan yang telah
dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasi sumberdaya
finansial dan manusia. Pada implentasi ini berbagai kepentingan akan saling
bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para
pelaksana (implementers), namun beberapa yang lain mungkin akan
ditentang oleh para pelaksana.
e. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan
Secara umum, evaluasi merupakan fase atau tahapan fungsional yang
berkaitan dengan estimasi dan nilai dari sebuah kebijakan. Evaluasi bukan
hanya sekedar 16 sebuah tahapan yang akan dilakukan pada agenda terakhir
sebuah proses kebijakan. Namun juga mencakup seluruh aspek dalam
sebuah kebijakan. Mulai dari perumusan masalah-masalah kebijakan,
program-program yang diusulkan untuk memecahkan masalah kebijakan,
12
implementasi kebijakan hingga dampak yang ditimbulkan dari kebijakan itu
sendiri.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Publik
Menurut suharno (2010:40) proses pembuatan kebijakan proses
dalam membuat suatau kebijakan merupakan pekerjaan yang snagat rumit
dan juga kompleks, walaupun demikian para pembuat kebijakan dituntut
memiliki tanggung jawab dan kemauan serta kemampuan dalam membuat
atau merumuskan suatau kebijakan dengan resiko yang diharapkan maupun
yang tidak.
Pembuatan kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal penting
yang patut untuk diwaspadai dan selanjutnya dapat diantisipasi adalah
dalam pembuatan kebijakan sering terjadi kesalahan kesalahn umum. Dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut adalah:
a. Adanya pengaruh tekanan dari luar
Tak jarang dalam pembuatan suatu kebijakan memiliki hambatan dan
salah satu hambatan tersebut adalah hambatan dari luar sehingga dalam
pembutan keputusan harus melibatkan banyak sumber untuk
merumuskan suatau kebijakan.
b. Adanya pengaruh kebiasaan lama (konservatisme)
Kebiasaan lama yang oleh Nigiro disebutkan dengan istilah “sunk cost”
seperti kebiasaan investasi modal yang hingga saat ini belum provesional
cenderung kebiasaan itu akan diikuti oelh para pembuat kebijakan
meskipun kebiajakan yang berkaitan dengan hak tersebut di kritik karena
13
sebagai suatu yang slah dan perlu di ubah. Kebiasaan lama tersebut
sering secara terus menerus pantas dikuti terlebih suatau kebijakan
tersebut dipandang memuaskan.
c. Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi
Berbagai keputusan atau kebijakan yang dibuat oleh para pencetus
kebijakan banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadi dari si pembuat
kebijakan tersebut. Sifat pribadi merupakanfaktor yang snagat berperan
besar dalam pembuatan kebijakan.
d. Adanya pengaruh dari kelompok luar
Lingkungan social dari para pembuat keputusan atau kebijakan juga
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pengambilan suatu kepusan
atau kebijakan.
e. Adanya pengaruh keadaan masa lalu
Maksud dari faktor yang satu ini adalah bahwa pengalaman sejarah
pekerjaan masa yang terdahulu berpengaruh pada pembuatan suatau
kebijakan.
B. Konsep Evaluasi kebijakan
1. Pengertian Evaluasi kebijakan
Berbicara mengenai “kebijakan (policy)” hendaknya dibedakan
dengan “kebijaksanaan (wisdom)”, meskipun dalam penerapan dan
penggunaan keduanya sering dipersamakan. Kebijakan merupakan
kesepakatan bersama dari berbagai persoalan yang timbul dalam masyarakat
dan sudah disahkan oleh masyarakat itu sendiri melalui lembaga yang
14
berwenang untuk dilaksanakan.Sedangkan kebijaksanaan merupakan suatu
rangkaian tindakan dari aturan yang sudah ditetapkan sesuai dengan situasi
dan kondisi setempat oleh personal/individu pejabat yang berwenang
(Syafi’ie 1999: 105).
Menurut Lasswell dan Kaplan (dalam Thoha, 2002: 60-61) bahwa
kebijakan merupakan suatu program yang diproyeksikan dari tujuan-tujuan,
nilai-nilai, dan pratika-pratika.
Evaluasi kebijakan publik menurut Muhadjir dalam Widodo (2008:
112) merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan
publik dapat membuahkan hasil, yaitu dengan membandingkan antara hasil
yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan publik yang ditentukan.
Menurut Dunn (2003: 21) paling tidak ada lima prosedur yang lazim
dilakukan dalam melakukan analisis kebijakan:
1. Perumusan masalah (definisi), menghasilkan informasi mengenai
kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan.
2. Peramalan (prediksi), menyediakan informasi mengenai konsekuensi
dimasa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan termasuk tidak
melakukan sesuatu.
3. Rekomendasi (preskripsi), menyediakan informasi mengenai nilai atau
kegunaan relatif dari konsekuensi dimasa depan dari suatu pemecahan
masalah.
4. Pemantauan (deskripsi), menghasilkan informasi tentang konsekuensi
sekarang dan masa lalu dari diterapkannya anternatif kebijakan.
15
5. Evaluasi (evaluation), yang mempunyai nama sama dengan yang dipakai
dalam bahasa sehari-hari, menyediakan informasi mengenai nilai atas
kegunaan dari konsekuensi pemecahan atau pengatasan masalah.
Menurut Mustopadidjaja (2002) Evaluasi kebijakan merupakan
kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan suatu kebijakan publik. oleh karena itu, evaluasi merupakan
kegiatan pemberian nilai atas atas sesuatu “fenomena” di dalamnya
terkandung pertimbangan nilai (valuejudgment) tertentu.
2. Model –model evaluasi kebijakan
William Dunn (dalam House, 1978: 45) mengemukakan beberapa model
evaluasi kebijakan yang terdiri dari:
1. The Advedsary Model
Para evaluator dikelompokkan menjadi dua, yang pertama bertugas
menyajikan hasil evaluasi program yang positif, hasil dampak kebijakan
yang efektif yang baik, tim kedua berperan untuk menemukan hasil evaluasi
program negative, tidak efektif, gagal dan yang tidak tepat sasaran. Kedua
kelompok ini dimaksudkan untuk menjamin adanya netralitas serta
obyektivitas proses evaluasi. Menurut model dari evaluasi ini tidak ada
efisiensi data yang dihimpun.
2. The Transaction Model
Model ini memperhatikan penggunaan metode studi kasus, bersifat
naturalistic dan terdiri dari dua jenis, yaitu: evaluasi responsif yang
dilakukan melalui kegiatan – kegiatan secara informal, berulang – ulang
16
agar program yang telah direncanakan dapat digambarkan dengan akurat;
dan evaluasi iluminatif (Iluminative Evaluation) bertujuan untuk mengkaji
program inovatif dalam rangka mendeskripsikan dan menginterpretasikan
pelaksanaan suatu program atau kebijakan.
3. Jenis- jenis evaluasi kebijakan
Howlet dan Ramesh (1995) (dalam Nugroho, 2011: 676 - 677)
menge-lompok kan evaluasi menjadi tiga, yaitu:
a. Evaluasi administratif
yang berkenaan dengan evaluasi sisi administrati -anggaran,
efisiensi, biaya dari proses kebijakan di dalam pemerintah yang berkenaan
dengan:
1. Effort evaluation, yang menilai dari sisi inputprogram yang
dikembangkan oleh kebijakan
2. Performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari program
yang dikembangkan oleh kebijakan.
3. Adequacy of performance evaluation atau effectiveness evaluation,yang
menilai apakah program dijalankan sebagaimana yang sudah ditetapkan.
4. Efficiency evaluation, yang menilai biaya program dan memberikan
penilaian tentang keefektifan biaya tersebut.
5. Process evaluations, yang menilai metode yang dipergunakan oleh
organisasi untuk melaksanakan program.
17
b. Evaluasi Judical
yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu keabsahan hukum tempat
kebijakan diimplementasikan, termasuk kemungkinan pelanggaran terhadap
konstitusi, sistem hukum,etika, aturan administrasi negara, hingga hak asasi
manusia.
c. Evaluasi Politik
Yaitu menilai sejauh mana penerimaan konstituen politik terhadap
kebijakan publik yang diimplementasikan.
Evaluasi kebijakan memiliki beberapa tujuan yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat
diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran.
2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat
diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
3. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu tujuan
evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran atau
output dari kebijakan.
4. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut, evaluasi
ditujukan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak
positif maupun negatif.
5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan.
6. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang.
Tujuan akair dari evalusai adalah memberikan masukan bagi proses
kebijakan ke depan agar lebih baik.
18
Sedangkan menurut Suharno (2013: 224-227) mengungkapkan
bahwa terdapat 3 (tiga) pendekatan besar dalam evaluasi kebijakan, yakni:
a. Evaluasi semu (pseudo evaluation) adalah pendekatan yang
menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi
yang valid tentang hasil kebijakan, tanpa mempersoalkan lebih jauh
tentang nilai dan manfaat dari hasil kebijakan tersebut bagi individu,
kelompok sasaran, dan masyarakat dalam skala luas. Analisis yang
menggunakan pendekatan ini berpendapat bahwa nilai dan manfaat suatu
kebijakan akan dirasakan secara otomatis dan terbukti dengan sendirinya
oleh individu, kelompok, maupun masyarakat.
b. Evaluasi Formal (formal evaluation) adalah pendekatan yang digunakan
untuk menghimpun informasi valid dengan metode-metode deskriptif
mengenai hasil kebijakan dengan tetap melakukan evaluasi atas hasil
tersebut berdasarkan tujuan yang telah diumumkan secara formal oleh
pembuat kebijakan dan tenaga administratif lainnya. Pendekatan ini
berasumsi bahwa pencapaian dari tujuan yang telah diumumkan secara
formal adalah ukuran yang tepat untuk menilai dan mengevaluasi dari
manfaat dari sebuah kebijakan. Evaluasi formal terdiri dari evaluasi
sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi yang bersifat sumatif adalah
evaluasi yang segera dilakukan setelah sebuah kebijakan selesai
dilaksanakan yang telah ditetapkan jangka waktunya,baik itu jangka
pendek 20 maupun menengah. Sedangkan evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
19
relatif panjang agar dapat terus memantau pencapaian target dan tujuan
dari sebuah kebijakan.
c. Evaluasi keputusan teoritis (decision-theoretic evaluation) adalah
kegiatan evaluasi yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk
mengumpulkan informasi yang valid dan akuntabel mengenai hasil
kebijakan, yang dinilai secara eksplisit oleh para pelaku kebijakan.
Evaluasi jenis ini bertujuan untuk menghubungkan antara hasil kebijakan
dengan nilai-nlai dari para pelaku kebijakan. Perbedaan mendasar
evaluasi ini dengan dua jenis pendekan evaluasi sebelumnya adalah
bahwa evaluasi ini berusaha untuk menemukan dan mengeksplisikan apa
yang menjadi target dan tujuan dari para pelaku kebijakan, baik itu yang
nyata maupun tersembunyi. Sehingga,individu maupun lembaga yang
melaksanakan kebijakan baik dari level terendah hingga yang paling
tinggi dilibatkan dalam mengukur keberhasilan pencapaian target dan
tujuan suatu kebijakan.
4. Kriteria Evaluasi Kebijakan
Menurut Dunn, (2003:610) Mengevaluasi suatu program atau
kebijakan publik diperlukan adanya suatu kriteria untuk mengukur
keberhasilan program atau kebijakan publik tersebut. Mengenai kinerja
kebijakan dalam menghasilkan informasi terdapat kriteria evaluasi sebagai
berikut:
20
TIPE KRITERIA PERTANYAAN ILUSTRASI
Efektivitas Apakah hasil yang
diinginkan telah dicapai?
Unit pelayanan
Efisiensi Seberapa banyak usaha
diperlukan untuk
mencapai hasil yang
diinginkan?
Unit biaya Manfaat
bersih Rasio biaya-
manfaat
Kecukupan Seberapa jauh pencapaian
hasil yang diinginkan
memecahkan masalah?
Biaya tetap (masalah tipe
I) Efektivitas tetap
(masalah tipe II)
Perataan Apakah biaya dan manfaat
didistribusikan dengan
merata kepada kelompok-
kelompok tertentu?
Kriteria Pareto Kriteria
kaldor-Hicks Kriteria
Rawls
Resposivitas Apakah hasil kebijakan
memuaskan kebutuhan,
preferensi atau nilai
kelompok-kelompok
tertentu?
Konsistensi dengan
survai warga negara
Ketepatan Apakah hasil (tujuan)
yang diinginkan benar-
benar berguna atau
bernilai?
Program publik harus
merata dan efisien
21
Kriteria-kriteria di atas merupakan tolak ukur atau indikator dari
evaluasi kebijakan publik. Dikarenakan penelitian ini menggunakan metode
kualitatif maka pembahasan dalam penelitian ini berhubungan dengan
pertanyaan yang dirumuskan oleh William N. Dunn untuk setiap kriterianya.
Sedangkan untuk ilustrasi dilihat dari tabel di atas pembahasannya lebih
kepada metode kuantitatif. Untuk lebih jelasnya setiap indikator tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas disebut juga hasil guna. Efektivitas selalu terkait dengan
hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya
dicapai. William N. Dunn dalam bukunya yang berjudul Pengantar Analisis
Kebijakan Publik: Edisi Kedua, menyatakan bahwa:
Efektivitas (effectiveness) berkenaan dengan apakah suatu alternatif
mencapai hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari
diadakannya tindakan. Yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas
teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan atau nilai moneternya”
(Dunn, 2003:429).
2. Efesiensi
Efesiensi berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efesiensi yang merupakan
sinonim dari rasionalitas ekonomi, merupakan hubungan antara efektivitas
22
dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter. Efesiensi
biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit produk atau layanan.
Adapun menurut Dunn (2003:430) berpendapat bahwa:
“Efisiensi (efficiency) berkenaan dengan jumlah usaha yang
diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi yang
merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan
antara efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos
moneter. Efisiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit
produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi dengan
biaya terkecil dinamakan efisien”
3. Kecukupan
Kecukupan dalam kebijakan publik dapat dikatakan tujuan yang
telah dicapai sudah dirasakan mencukupi dalam berbagai hal. William N.
Dunn mengemukakan bahwa kecukupan (adequacy) berkenaan dengan
seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau
kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah (Dunn, 2003:430). Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecukupan masih berhubungan
dengan efektivitas dengan mengukur atau memprediksi seberapa jauh
alternatif yang ada dapat memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan
dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.
Hal ini, menurut Dunn, (2003:430-431) dalam kriteria kecukupan
menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil
23
yang diharapkan. Kriteria tersebut berkenaan dengan empat tipe masalah,
yaitu:
1) Masalah Tipe I. Masalah dalam tipe ini meliputi biaya tetap dan
efektivitas yang berubah dari kebijakan. Jadi, tujuannya adalah
memaksimalkan efektivitas pada batas risorsis yang tersedia.
2) Masalah Tipe II. Masalah pada tipe ini menyangkut efektivitas yang
sama dan biaya yang berubah dari kebijakan. Jadi, tujuannya adalah
untuk meminimalkan biaya.
3) Masalah Tipe III. Masalah pada tipe ini menyangkut biaya dan efektivitas
yang berubah dari kebijakan.
4) Masalah Tipe IV. Masalah pada tipe ini mengandung biaya sama dan
juga efektivitas tetap dari kebijakan. Masalah ini dapat dikatakan sulit
dipecahkan karena satu-satunya alternatif kebijakan yang tersedia
barangkali adalah tidak melakukan sesuatu pun.
4. Perataan
Perataan dalam kebijakan publik dapat dikatakan mempunyai arti
dengan keadilan yang diberikan dan diperoleh sasaran kebijakan publik.
Dunn, (2003:434) menyatakan bahwa kriteria kesamaan (equity) erat
berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada
distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam
masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan
yang akibatnya atau usaha secara adil didistribusikan. Suatu program
24
tertentu mungkin dapat efektif, efisien, dan mencukupi apabila biaya-
manfaat merata. Kunci dari perataan yaitu keadilan atau kewajaran.
5. Responsivitas
Responsivitas dalam kebijakan publik dapat diartikan sebagai respon
dari suatu aktivitas. Yang berarti tanggapan sasaran kebijakan publik atas
penerapan suatu kebijakan. Menurut Dunn (2003:437) menyatakan bahwa
responsivitas (responsiveness) berkenaan dengan seberapa jauh suatu
kebijakan dapat memuaskan 27 kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-
kelompok masyarakat tertentu. Suatu keberhasilan kebijakan dapat dilihat
melalui tanggapan masyarakat yang menanggapi pelaksanaan setelah
terlebih dahulu memprediksi pengaruh yang akan terjadi jika suatu
kebijakan akan dilaksanakan, juga tanggapan masyarakat setelah dampak
kebijakan sudah mulai dapat dirasakan dalam bentuk yang positif berupa
dukungan ataupun wujud yang negatif berupa penolakan.
Dunn, (2003:437) pun mengemukakan bahwa:
“Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat
memuaskan semua kriteria lainnya (efektivitas, efisiensi, kecukupan,
kesamaan) masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari
kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan”
6. Ketepatan
Dalam proses ini keberhasilan suatu kebijakan dapat dilihat dari
tujuan kebijakan yang benar-benar tercapai berguna dan bernilai pada
25
kelompok sasaran, mempunyai dampak perubahan sesuai dengan misi
kebijakan tersebut.
C. Konsep Pengelolaan Sampah
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatau proses produksi baik
itu industri maupun rumah tangga (domestik). Sementara dalam UU No 18
tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,disebutkan sampah adalah sisa
kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi
padatberupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai maupun tak
teruraiyang di anggap sudah tidak ternilai lagi dan dibuang kelingkungan.
Sampah berasal dari berbagai tempat yakni:
a. Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya
sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau
asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti
sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan
lainnya.
b. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat-tempat umum
adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan
melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang
cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan
seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa
sisa-sisa makanan,sayuran busuk, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan
kaleng-kaleng serta sampah lainnya.
26
Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah
sebagian kecil saja dari sumber- sumber sampah yang dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak
akan pernah lepas dari sampah. Terutama penumpukan sampah yang terjadi di
tempat-tempat umum seperti di pasar-pasar.
Pengelolaan sampah menurut Undang-Undang No. 18 tahun 2008 Pada
Pasal 1 angka 5 menyebutkan: “Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah.”Sampah yang merupakan sisa dari kegiatan manusia
harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan
dan gangguan kesehatan. Pengelolaan sampah terkait dengan pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material
sampah yang mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan
manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap
kesehatan, lingkungan atau keindahan. Jadi yang dimaksud dengan pengelolaan
sampah ialah usaha untuk mengelola sampah dengan tujuan untuk
menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan untuk
mencapai tujuan yaitu lingkungan yang bersih, sehat, dan teratur.
Penanganan sampah (Peraturan Derah No 4 Tahun 2011). Kegiatannya
meliputi:
a. Pengurangan sampah
Penaganan sampah meliputi penyediaansarana dan prasarana penurangan
dan penanganan smapah mulai dari sumber sampah hingga TPA, dan
27
melakuakan pengengembangan dan memanfaatkan hasil daur ulang,
pemasaran hasil produk daur ulang dan guna ulang sampah.
b. Penaganan sampah
1. Pemilahan sampah dilakukan dengan memilah sampah dari sumbernya
berdasarkan jenisnya dan pemilahan sampah dilakukan dengan
menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan sampah anorganik di
setiap rumah tangga dan fasilitas social lainnya.
2. Pengumpulan, berupa kegiatan pengambilan dan pemindahan sampah
dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu
3. Pengangkutan yaitu kegiatan membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.
4. Pengelolaan , berupa kegiatan mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah
5. Pemrosesan akhir sampah, dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara umum
Menurut Sukandarrumidi (2009: 62) bahwa kuantitas maupun kualitasnya
sampah, sangat dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia. Beberapa faktor
yang mempengaruhinya antara lain adalah:
28
a. Jumlah Penduduk
Yang perlu dipahami adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk maka
semakin tinggi pula tingkat konsumsinya. Padahal jumlah atau volume sampah
sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang atau material
yang digunakan sehari-hari.
b. Keadaan sosial dan ekonomi
Kegiatan ekonomi yang terpusat hanya di kota membuat arus urbanisasi yang
tidak dapat terhindarkan dari tahun ke tahun. Keadaan sosial ini membuat kota-
kota besar menjadi padat penduduk. Seperti halnya jumlah penduduk diatas,
maka makin banyak manusia yang menempati suatu daerah, makin banyak dan
variasi sampah dan limbah yang dihasilkan.
c. Kebudayaan masyarakat
Semakin maju penguasaan teknologi dan industri serta semakin modern
budaya, semakin banyak sampah yang diproduksi. Dengan demikian, rasional
bila volume produksi sampah di kota besar jauh lebih banyak dibandingkan
kota kecil atau pedesaan.
D. Kerangka Fikir
Evaluasi kebijakan dilakukan untuk menilai hasil yang dicapai oleh
suatu kebijakan setelah terlaksananya kebijakan tersebut. Hasil yang dicapai
dapat diukur dalam ukuran jangka pendek, dan jangka panjang.Untuk menilai
keberhasilan suatu kebijakan perlu dikembangkan beberapa indikator, sehingga
dapat dinilai untuk melihat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu
kebijakan publik. Dengan demikian, evaluasi kebijakan sangat diperlukan
29
untuk mengetahui sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk
mengetahui kebijakan tersebut telah dijalankan sesuai dengan dampak yang
diinginkan.
Pengelolaan sampah merupakan suatau kegiatan yang sistematis dan
menyeluruh meliputi pengurangan dan penanganan Sampah yang merupakan
sisa dari kegiatan manusia harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Pengelolaan sampah terkait
dengan pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau
pembuangan dari material sampah yang mengacu pada material sampah yang
dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi
dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Jadi yang
dimaksud dengan pengelolaan sampah ialah usaha untuk mengelola sampah
dengan tujuan untuk menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
lingkungan untuk mencapai tujuan yaitu lingkungan yang bersih, sehat, dan
teratur.
30
Bagan Kerangka Fikir
E. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian dari kerangka fikir diatas, maka fokus penelitian
yang akan diteliti yaitu: (1) efektifitas (2 )efesisensi (3) kecukupan (4)
perataan (5) responsifitas (6) ketepatan beserta faktor pendukung dan
penghambat Evaluasi kebijakan peraturan daerah nomor 4 tahun 2011 tentang
pengelolaan sampah di kota makassar.
F. Deskriptif fokus Penelitian
1. Evaluasi kebijakan peraturan daerah nomor 4 tahun 2011 tentang
pengelolaan sampah di kota makassar. dalam penerapannya di lapanagan
masih mengalami banyak kekurangan yang harus dibenahi, kekurangan
tersebut yaitu masih banyaknya sampah di buanng bukan pada tempatnya
dan cenderung di buang di bahu jalan , sampah yang di buang di bahu jalan
Evaluasi Kebijakan peraturan daerah nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah di Kota Makassar
Faktor pendukung
1. adanya sarana dan prasarana yang menunjang terlaksananya pengelolaan sampah
Indikator Evaluasi Kebijakan
1. Efektivitas
2. Efesiensi 3. Kecukupan
4. Perataan 5. Responsifitas 6. Ketepatan
Tercapainya lingkungan yang bersih
Faktor Penghambat
1. Belum optimalnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak kecamatan yang bertugas untuk mengawai pelanggaran
2. masih kurangnya kesadaran masyarakat
31
tidak dikemas sehingga menyusahkan dalam proses pengangkutan serta
banyak sampah yang di buang di sepanjang pinggitan kanal sehingg
menimbulkn penumpukan sampah di sepanjang daerah tersebut serta
menimbulakan bau yang kurang sedap dan kurangnya penerapan sangsi bagi
masyarakat yang membuang sampah sembarangan.
2. Efektivitas
Efektivitas yang dimaksud disini adalah seberapa efektif penerapan Perda
No 4 Tahun 2011 dalam pengelolaan sampah yang di kota makassar
sehingga dapat menciptakan lingkungamn yang bersih dan nyaman
3. Efesiensi
Efesiensi yang dimaksudkan di sini adalah seberapa banyak usaha yang
diperlukan dalam penerapan Perda No 4 tahun 2011 dalam pengelolaan
sampah yang ada di kota makassar
4. Kecukupan
Kecukupan yang dimaksudkan disini adalah seberapa banyak armada
pengangkut smapah yang telah beroprasi serata petugas pengangkut sampah
dan ketersediaan tempat sampah d tempat tempat keramaian di kota
makassar sehingga Perda No 4 Tahun 2011 tentang pengelolaan sampah
dapat terwujud
5. Perataan
Perataan yang dimaksudkan adalah perataan biaya atau manfaat dari
kebijakan tersebut telah merata dan dapat di nikmatai oleh masyarakat yang
membutuhkan.
32
6. Responsivitas
Responsivitas yang di maksud dalam Perda No 4 Tahun 2011 adalah apakah
kebijakan tersebut telah memuaskan kebutuhan masyarakat mengenai
pengelolaan sampah yang ada di kota makassar dan bangaimna respon
pemerintah dalam pengelolaan sampah .
7. Ketepatan
Ketepatan yang dimakasudkan adalah apakah hasil dan tujuan dari Perda No
4 Tahun 2011 telam mencapai hasil atau tujuan dari apa yang di inginkan
dan benar benar berguna bagi masyarakat
8. Tercapainya lingkungan yang bersih
Diharapkan dengan adanya Perda No 4 tahun 2011 dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah dan mampu memberikan
masyarakat edukasi mengenai pengelolaan sampag serta dampak dampak
yang di timbulkan dari membuang sampah sembarangan.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Rencana awal penelitian berlangsung kurang lebih 2 bulan di Kota
Makassar .Namun untuk pengambilan informasi dan data akuratnya
dilaksanakan di dinas kebersihan kota makassar
B. Tipe dan Jenis Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penilitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan cara
melakukan wawancara lansung terhadap informan (Sugiyono, 2013)Tujuan
digunakannya penelitian deskriptif kualitatif yaitu untuk memberikan
gambaran mengenai evaluasi kebijakan peraturan daerah nomor 4 tahun
2011 tentang pengelolaan sampah kota makassar
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian adalah fenomologi. Maksud dari fenomenologi itu
sendiri adalah dalam penelitian ini akan digambarkan dan dijelaskan
masalah-masalah dalam proses penerapan peraturan daerah nomor 4 tahun
2011 tentang pengelolaan sampahdi kota makassar. Selain masalah yang
ditemukan oleh peneliti sendiri tentunya masalah yang dialami oleh
informan sebagai pendukung penelitian berdasarkan apa yang diketahui dan
dialami oleh informan.
34
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer, yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung
(observasi), dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
implementor dan masyarakat yang berpengaruh tentang bagaimana prosesm
akassar tidak rantasa Data primer juga dimaksudkan untuk pengenalan
kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah kota secara langsung melalui
kunjungan ke semua bagian wilayah kota.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data pendukung yang diperlukan untuk
melengkapi data primer yang dikumpulkan.Hal ini dilakukan sebagai upaya
penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan yang terkait dengan objek
yang dikaji.Data sekunder terutama diperoleh melalui dokumentasi.
D. Informan Penelitian
Teknik penentuan informan dilakukan secara purposive yaitu sengaja
memilih orang-orang yang dianggap paling mengetahui dan dapat memberikan
informasi sesuai dengan tujuan penelitian.Berikut merupakan jumlah informan
dalam penelitian.
Tabel 3.1 Tabel informan penelitian
No Nama Jabatan Inisial Jumlah
1. KAHFIANI, S.Hut Seksi pengembangan
dan pengendalian
KF 1 Orang
35
persampahan dan
limbah bahan
beracun dan
berbahaya
2. ZULFIKAR
LUTHFI, SH
Kepala Seksi Pengelola Kebersihan & Pertanaman
ZL 1 orang
3. Drs. MUH. SALEH Kepala Seksi
Pengelola
Kebersihan &
Pertanaman
MS 1 orang
4. RAHIM MASYARAKAT RM 1 orang
5. SUARDI MSYARAKAT SI 1 orang
6. ISKANDAR MASYARAKAT IS 1 orang
Jumlah 6 orang
E. Tekhnik Pengumpulan Data
Guna memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian, maka
digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Yaitu pengamatan yang dilakukan peneliti secara langsung
dilapangan untuk memperoleh data mengenai evaluasi kebijakan peraturan
daerah nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah di kota makassar
36
2. Wawancara
Peneliti akan melakukan wawancara langsung secara mendalam
kepada informan yang menjadi obyek dari penelitian ini yaitu, Kepala Dinas
kebersihan , camat panakukang, camat manggala , petugas kebersihan
beserta Masyarakat. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi
penelitian mengenai evaluasi kebijakan peraturan daerah nomor 4 tahun
2011 tentang pengelolaan sampah di kecamatan panakukang dan kecamatan
manggala
F. Teknik Analisis data
Analisis data ialah langkah selanjutnya untuk mengelola data dimana
datayang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa
untukmenyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil
penelitian.Dalam model ini terdapat 3 (tiga) komponen pokok. Menurut
Sugiyono (2013) ketiga komponen tersebut yaitu:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan makin lama
peneliti di lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan
rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi
data.Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu.
37
2. Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.
3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)
Langkah ketiga dalam analisis data kulitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi.Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.Tetapi apabila data
kesimpulan data yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh kembali
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
G. Keabsahan Data
Salah satu cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengujian
kredibilitasdata adalah dengan triangulasi. Menurut sukri (dalam Sugiyono,
2013) mengemukakan bahwa triangulasi diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, danberbagai waktu. Lebih lanjut
Sugiyono membagi triangulasi ke dalam tiga macam, yaitu:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan
pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil
pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada.Kemudian
38
peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, dan
membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini data yang diperoleh
dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen.Apabila
dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data
yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada
sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana
yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut
pandangnya berbeda-beda.
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar,
belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,
observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil
uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang
sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak geografis kota makassar
Kota Makassar Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di
bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang, terletak
antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan yang
berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur
Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat
adalah Selat Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan
kemiringan lahan 0-2°(datar) dan kemiringan lahan 3-15° (bergelombang).
Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi. Kota Makassar
memiliki kondisi iklim sedang hingga tropis memiliki suhu udara rata-rata
berkisar antara 26,°C sampai dengan 29°C.
Kota Makassar adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang
membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai
“Waterfront City” yang didalamnya mengalir beberapa sungai (Sungai
Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang) yang kesemuanya
bermuara ke dalam kota. Kota Makassar merupakan hamparan daratan
rendah yang berada pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut.
Dari kondisi ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami genangan
40
air pada musim hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan
naiknya air pasang.
Gambar 4.1 Peta administrasi kota makassar
Secara administrasi Kota Makassar dibagi menjadi 15 kecamatan
dengan 153 kelurahan. Di antara 15 kecamatan tersebut, ada tujuh
kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu Kecamatan Tamalate,
Kecamatan Mariso, Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan
Tallo, Kecamatan Tamalanrea, dan Kecamatan Biringkanaya.
Batas-batas administrasi Kota Makassar adalah:
a) Batas Utara: Kabupaten Maros
b) Batas Timur: Kabupaten Maros
c) Batas Selatan: Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar
d) Batas Barat: Selat Makassar
41
Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu :
1) Bagian Barat ke arah Utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai.
2) Bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan
Antang Kecamatan Panakukang.
Perkembangan fisik Kota Makassar cenderung mengarah ke bagian
Timur Kota. Hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan di
Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Mangggala, Panakkukang
b. Letak Demografi
Berdasarkan data dari BPS kota makassar tahun 2016,jumlah
penduduk kota makassar mencapai 1,469,601 jiwa DiSulawesi Selatan, dan
kota makassar menempati posisi pertama jumlah penduduk terbanyak di
susul Kabupaten Bone dan kabupaten Gowa.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar
(2016) Kecamatan Bringkanaya merupakan kecamatan terluas dengan
wilayah yakni 48 ,22 Km2 dengan jumlah penduduk 202, 520 jiwa.
sedangkan yang paling rendah penduduknya adalah Kecamatan Ujung
Tanah dengan jumlah penduduk 49, 223 jiwa Selanjutnya dapat kita lihat
sesuai tabel berikut. Jumlah penduduk menurut Kecamatan dan jenis
kelamin di Kota Makassar tahun 2016
Tabel 4.1 jumlah penduduk Kota Makassar.
No Kecamatan Jenis kelamin Jumlah L P
1 Mariso 29,856
29,436
59,292
42
2 Mamajang 29,884
31,123
61,007
3 Tamalate 96,516
97,977
194,493
4 Rappocini 79,660
84,903
164,563
5 Makassar 42,048
42,710
84,758
6 Ujung Pandang 13,453
15,044
28,497
7 Wajo 15,164
15,769
30,933
8 Bontoala 27,579
28,957
56,536
9 Ujung Tanah 24,794
24,429
49,223
10 Tallo 69,739
69,428
139,167
11 Panakkukang 73,114
74,669
147,783
12 Manggala 69,541
69,118
138,659
13 Biringkanaya 100,978
101,542
202,520
14 Tamalanrea 54,988
57,182
112,170
Jumlah 727,314
742,287
1,469,601
2. Profil Kecamatan Panakkukang dan Kecamatan Manggala
a. Kecamatan Panakkukang
1) Sejarah Singkat
Kota Makassar (Makassar, kadang dieja Macassar, Mangkasar;
dari 1971 hingga 1999 secara resmi dikenal sebagai Ujung Pandang atau
Ujung Pandang) adalah sebuah kota madya dan sekaligus ibu kota
provinsi Sulawesi Selatan. Kota madya ini adalah kota terbesar
pada 5°8′S 119°25′E Koordinat: 5°8′S 119°25′E, di pesisir barat daya
43
pulau Sulawesi, berhadapan dengan Selat Makassar. Makassar
berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten
Kepulauan Pangkajene di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah
timur dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan.
Kota ini tergolong salah satu kota terbesar di Indonesia dari aspek
pembangunannya dan secara demografis dengan berbagai suku bangsa
yang menetap di kota ini. Suku yang signifikan jumlahnya di kota
Makassar adalah suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa,
dan Tionghoa. Makanan khas Makassar yang umum dijumpai
seperti Coto Makassar, Lumpia, Jalangkote, Kue Tori, Pallubutung,
Pisang Ijo, Sop Saudara dan Sop Konro.
Kecamatan Panakkukang merupakan salah satu dari 14
Kecamatan yang berada dikota Makassar. Panakkukang sendiri berasal
dari kata Nakku’ dalam bahasa Makassar artinya “Rindu”, berarti
Panakkukang dapat diartikan sebagai “Tempat Yang Dirindukan” atau
“Yang Selalu Dirindukan”.
Kecamatan Panakkukang puluhan tahun silam merupakan sebuah
pelataran sawah yang luas yang semakin tahun berkembang pesat
menjadi gedung-gedung yang menculam tinggi hingga akhirnya kini
menjadi salah satu pusat perekonomian yang paling berperan dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar
44
2) Visi dan Misi Kecamatan Panakkukang
a) Visi
“Terwujudnya Pelayanan Publik Yang Optimal”
b) Misi
(a) Meningkatnya Sumber Daya Pelayanan dan Sumber Daya
Aparat Kecamatan.
(b) Menata Infrastruktur Lingkungan Yang Nyaman Untuk Semua.
3) Lokasi Kecamatan Panakkukang
Kecamatan Panakkukang berlokasi di Kota makassar dengan data
sebagai berikut:
Nama : Kantor Camat Panakkukang
Alamat : Jl. Batua Raya No. 168, Paropo, Kecamatan Panakkukang,
Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90233
Fax : 0411-456054
4) Pejabat Struktural Kecamatan Panakkukang
Tabel 4.2
Nama Pejabat Struktural Pemerintah Kecamatan Panakkukang Tahun 2017
NO NAMA / NIP PANGKAT / GOL
JABATAN
1 MUH. THAHIR RASYID. S.IP
Pembina Tk. I Camat
NIP. 19700102 199101 1 002 (IV/b)
2
ANDI PANGERANG NUR AKBAR,S.STP
Penata Sekcam
NIP. 19840314 200212 1 001 (III/c)
3 Drs. ABD.AZIS NOMPO, M.Si Pembina Kepala Seksi
Ekbang & Pengembangan NIP. 19610605 198503 1 021 (IV/a)
45
Sistem Manajemen Informasi
4
ANDI HASLINDAH, SE, M.Si Pembina Kepala Seksi Pemerintahan Kinerja Lurah & RT/RW
NIP. 19710710 199003 2 002 (IV/a)
5
Dra. Ec. ST. ASMA HAMRA Penata Tk.I Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat & Kesejahteraan Sosial
NIP.19651211 199103 2 007 (III/d)
6
ZULFIKAR LUTHFI, SH Penata Kepala Seksi Pengelola Kebersihan & Pertanaman
NIP. 19681122199003 1 004 (III/c)
7.
ROSNANI, SH. Penata Tk I Kepala Sub Bagian Umum & Kepegawaian
NIP. 19621231 199007 2 001 (III/d)
8.
FARIDAWATI, S.Sos Penata Tk.I Kepala Sub Bagian Perencanaan & Keuangan
NIP. 19770502 200502 2 005 (III/d)
5) Maklumat Pelayanan
“Dengan In, Kami Sanggup Menyelenggarakan Pelayanan Sesuai
Standart Pelayanan Yang Telah Ditetapkan, Dan Apabila Tidak Menepati
Janji, Kami Siap Menerima Sanksi Sesuai Peraturan Perundang-
undangan Yang Berlaku”
6) Janji Pelayanan
“Terdepan Dalam Pelayanan”
b. Kecamatan Manggala
1) Profil kecamatan manggala
Kecamatan Manggala merupakan salah satu dari 14 Kecamatan
dikota Makassar dengan luas wilayah 24,14 kilometer persegi atau
46
sekitar 13.17% dari luas wilayah Kota Makassar yang tebagi kedalam 6
wialyah Kelurahan. Kantor Kecamatan Manggala terletak di Jalan
Bitowa Raya No 3 yang dapat dengan mudah diakses menggunakan
sarana angkutan umum, selain dengan mengunjungi Kantor Kecamatan
Manggala,warga juga dapat memperoleh informasi baik melalui telepon
ke Nomor (0411) 493542 atau dengan mengirimkan Email ke
[email protected], serta melalui Social Media berupa Twitter
@infomanggala dan Facebook kecamatan manggala.
Kecamatan manggala dibatasi oleh:
a) Utara : Kec.Tamalanrea
b) Selatan : Kabupaten Gowa
c) Barat : Kec.Panakukang
d) Timur : Kabupaten Maros
Sejak Tahun 2017 Kecamatan ini memiliki 7 kelurahan dengan
luas 24,14 km2. Kelurahan yang paling luas adalah Tamanggapa yaitu
7,62 km2, sedangkan kelurahan yang wilayahnya paling kecil di
Kecamatan Manggala adalah Kelurahan Borong dan Batua.
Jika dilihat dari ketinggian masing-masing kelurahan dari
permukaan laut, maka Kelurahan Antang yang paling tinggi yaitu 24
meter diatas permukaan laut sedangkan yang terendah adalah kelurahan
Borong dan kelurahan Bangkala yang memiliki ketinggian dari
permukaan laut yaitu kurang lebih 7 meter.
47
2) Struktur Pemerintahan Kecamatan Manggala
Kecamatan Manggala dibawah kepemimpinan Camat Drs Anshar
Umar M.Si dan A. Fadly, S.STP, M, Si sebagai Sekretaris Camat
membawahi 2 Kepala Sub Bagian, yakni Iin Nurfadillah Basri,
S.STP sebagai Kasubag Umum Dan Kepegawaian dan Hj. Sitti Rosling
S.Ip sebagai Kasubag Perencanaan dan Keuangan, serta 5 Kepala Seksi,
antara lain Sofiawati, Se Sebagai Kepala Seksi Pemerintahan kinerja
lurah dan RT/RW, Hasanuddin L Sebagai Kepala Seksi TRANTIB dan
Penegakan Peraturan daerah, A. Mulfarianti, S.STP, MAP Sebagai
Kepala Seksi Perekonomian, pembangunan dan SPMI, Dra. Putriani Etna
Sebagai Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan dan
Drs. Muh. Saleh Sebagai Kepala Seksi Pengelolaan Kebersihan dan
pertamanan, bersama para Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi Kecamatan
dan Aparatur Kelurahan. mewujudkan Visi Kecamatan Manggala yaitu:
VISI
“MEWUJUDKAN PELAYANAN PUBLIK YANG PROFESIONAL DAN
PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA LOKAL MENUJU KOTA DUNIA”
Dalam meujudkan Visi tersebut, kecamatan manggala memiliki 7
Misi penting, yakni
MISI
1. Menciptakan pelayanan prima terhadap seluruh elemen masyarakat
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
ketentraman dan ketertiban umum
48
3. Mewujudkan tata ruang Kota yang ramah lingkungan
4. Mendorong partisipasi masyarakat dalam mewujudkan lingkungan
yang bersih, sehat, indah, aman dan nyaman
5. Mendukung program sunber daya lokal melalui pelatihan
keterampilan life skil yang bernilai ekonomi
6. Meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berbasis industri rumah
tangga
7. Pembinaan mental dan spritual antar umat beragama
B. Evaluasi Kebijakan Perda No 4 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Makassar
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses, sampah dibagi atas dua macam yaitu sampah organic
dan samapah non organic sampah organic adalah sampah yang yang mudah
membusuk seperti sampah sisa makanan, daun sayuran dan sebagainya dan
samapah ini dapat dikelola menjadi kompos sedangkan samapah non organic
adalah sampah yang susah untuk diurai oleh alam contohnya botol plastic
wadah makanan yang terbuat dari plastic serta kaleng bekas minuman, sampah-
sampah tersebut merupakan sampah terbanyak yang dihasilakan oleh manusia
setiap hari berangkat dari permasalah sampah tersebut maka pemerintah
membuat sebuah regulasi yaitu perda No 4 tahun 2011.
Perda No 4 tahun 2011 merupakan sebuah regulasi yang di buat
pemerintah Kota Makassar guna untuk mengurangi sampah di Kota Makkasar ,
seperti yang telah kita ketahui bahwa permasalah sampah di Kota Makkasar
telah menjadi permasalah yang cukup rumit karena jumlah pertumbuhan
49
jumlah sampah dimasyarakat tiap tahun terus bertambah oleh karena itu
pemerintah membuat sebuah regulasi untuk memecahkan masalah tersebut di
mana dalam perda no 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah telah mengatur
tentang bagaimna pengelolaan sampah dilakukan mulai dari pemilahan
samapah hingga pengangkutan sampah ke TPA ( tempat Pembuangan Akhir).
Untuk mengetahui bahwa sebuah kebijakan itu berhasil atau tidak
diperlukan evaluasi kebijakan untuk melihat sebab-sebab kegagalan suatu
kebijakan atau mengetahui suatu kebijakan sesuai dengan dampak yang
diinginkan. Untuk menilai suatu keberhasilan kebijakan perlu adanya beberapa
indikator menjadi penunjang dari Kebijakan Perda No 4 tahun 2011 tentang
pengelolaan sampah di Kota Makkasar. Beberapa karakteristik Evaluasi
kebijakan yang dikemukan oleh William N Dunn (1994) . Untuk mengetahui
tahap yang dapat dijalankan suatu Evaluasi kebijakan yaitu:
1. Efektifitas
Tercapainya hasil serta tujuan evaluasi kebijakan program yang telah
disusun dan telah dilaksanakan. Dan menurut hidayat (2003) yang
menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Sebagaimana
semakin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya
yang dilihat adalah (kinerjanya).
Efektifitas berkenaan apakah suatu alternatif mencapai hasil (akibat)
yang diharapkan atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Dalam
setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, patut untuk diukur,
50
sejauhmana tingkat efektivitas kebijakan tersebut, agar secara bersamaan
tidak terjadi kerugian dalam melaksanakan program, perlu ada ukuran agar
tujuan tercapai dengan tepat dan dapat menyusun perencanaan yang baik
untuk hasil yang lebih berkualitas.
Dalam rangka mewujudkan lingkunagan yang sehat dan bersih dari
sampah perlu dilakukan penaganan sampah secara komperhensif dan
terpadu dengan melibatkan peran serta masyarakat maka dalam Perda
Nomor 4 tahun 2011 yang menjadi tujuan utama dari regulasi tersebut
bagaimna pemerintah Kota Makkasar dalam mengurangi sampah yang ada
dilakukan cara pembatan timbunan sampah serta pendaur ulangan samapah
atau pemenfaatan kembali sampah. dan yang menjadi ruang lingkup dari
perda no 4 tahun 2011 yaitu sampah rumah tangga , sampah sejenis sampah
rumah tangga dan smapah spesifik. Pengelolaan sampah bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kulaitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumber daya serta dalam perda nomor 4 tahun
2011 tersebut mengatur tentang ruang lingkup, asas dan tujuan,tugas dan
wewenang, hak dan kewajiban, penyelenggaraan pengelolaan sampah,
kerjasama kemitraan, jasa pelayanan sampah, peran serta masyarakat,
pembinaan,pengawasan dan pengendalian, ketentuan larangan, mekanisme
pengaduan dan penyelesaian sengketa persampahan, pembiayaan dan
kompensasi, sangsi administrative ,ketentuan pidana dan ketentuan
peraliahan.
51
Berdasarkan dari isi Perda Nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan
sampah maka peneliti mewawancarai seksi pengembangan dan
pengendalian system persampahan dan limbah bahan beracun dan
berbahaya dinas lingkungan hidup kota makassar mengatakan bahwa
“penerapan pengelolaan sampah sendri telah telaksana dan untuk pengelolaan sampah di kota makassar yang memiliki wewenang dalam melakukan pengelolaan sampah iyalah pihak kecamatan hal ini didasari pada perda nomor 5 tahun 2015 tentang pelimpahan wewenang dari dinas kebersihan dan pertamanan kepada camat dalam lingkup pemerintah kota makassar guna meningkatkan pelayanan pengelolaan sampah/ kebersihan dan efektifitas pemungutan retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan. (wawancara KF 1 juli 2019) Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa penerapan
pengelolaan sampah di Kota Makkasar telah terlaksana dan yang memiliiki
wewenang dalam melakukan pengelolaan sampah di Kota Makasar adalah
pihak kecamatan berdasar pada perda nomor 5 tahun 2015 tentang
pelimpahan wewenang dimana yang dululunya memeliki wewenang dalam
melakukan pengelolaan ssampah adalah dinas lingkungan hidup seksi
pengembangan dan pengendalian system persampahan dan limbah B3.
Berangkat dari penjelasan tersebut peneliti juga mewawancarai
Kepala Seksi Pengelolaan Kebersihan dan pertamanan kecamatan maggala
kota makassar
“untuk penerapan Perda nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan
sampah telah terlaksana dengan baik dan dapat dirasakan lansung dampaknya oleh masyarakat dan apa yang menjadi tujuan dari perda tersebut yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya telah berjalan akan tetapi masih perlu di tingkatkan ”(wawancara MS 11
juli 2019)
52
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa perda nomor 4
tahun 2011 di kecamatan manggala telah dilaksanakan dan dapat dirasakan
lansung dampaknya oleh masyarakat dan apa yang menjadi tujuan dari
perda tersebut yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya telah berjalan
akan tetapi masih perlu di tingkatkan
Hal senada juga disampaiakan oleh kepala Seksi Pengelolaan
Kebersihan dan pertamanan kecamatan pankukkang Kota Makkasar
“pengelolaan sampah di kecamatan Panakukkang sendiri telah dilaksanakan mulai dari pemberian edukasi kepada masyarakat tentang bagaimna pengelolahhan sampah dilakukan dan bagaimna memanfaatkan kembali sampah menjadi barang yang memiliki nilai jual dan mengarahkan masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan sampai melakukan pengangkutan sampah ke TPA itu semua dilakukan demi tercapainya lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah.”(wawancara ZL 10 juli 2019) Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa perda nomor 4 tahun
2015 di kecamatan panakkukang telah dilaksanakan hal tersebut di dasari
dari usaha yang dilakukan dalam pemerintah kecamatan dalam
mengurangi timbunan sampah yang ada seperti memberikan edukasi
kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah sembaranagan.
Pernyataan yang sama juga diberikan oleh salah satu masyarakat
yang ada di kecamatan Manggala
“saya selaku masyarakat yang merasakan dampak lansung kebijakan
tersebut karena kami diberikan edukasi oleh pemerintah bagaimana memanfaatkan kembali sampah menjadi barang yang berguna dan yang dulunya kami membuang sampah harus membuang sendiri ke TPA sekarang sudah ada petugas yang datang ke rumah rumah warga sehingga sangat membatu warga”(wawancara SI 17 juli 2019)
53
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa masyarakat merasakan
lansung dampak dari perda nomor 4 tahun 2011 tersebut.
Hal berbeda diungkapkan oleh salah satu warga yang tinggal
kecamatan panakkukang
“Menurut saya pengelolaan sampah masih belum berjalan dengan efektif karena saya masih menjumpai banyak smapah yang berserakan dan juga Masih ada masyarakat yang tidak membuang sampah pada tempatya dan dari mobil yang mengangkut sampah itu sendiri sering menjatuhkan sampah di tengah jalan karena muatan yang dibawa olehmobil pengangkut sampah sering melebihi kapasitas sehingga banyak yang jatuh di tengah jalan dan mengganggu arus lalulintas “( wawancara RM 17 juli 2019) Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pengeleloaan
sampah masih belum optimal karena masih banyak dijumpai sampah yang
berserakan dan dari mobil pengangkut sampah sering melebihi batas dalam
melakukan pengangkutan sampah.
Berdasarkan isi dari Perwali Nomor 4 Tahun 2011 tentang
pengelolaan sampah dan hasil wawancara di berbagai pihak yang terkait
maka dapat disimpulkan bahwa Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang
pengelolaan sampah telah berjalan dengan baik akan tetapi masih perlu
ditingkatkan hal itu didasari oleh masih banyaknya masyarakat yang
membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemilahan sampah
sebelum dibuang ketempat sampah dan dalam melakukan pengangkutan
mobil pengangkut sampah sering melebihi batas dalam melakukan
pengangkutan sampah sehingga banyak dijumpai sampah yang jatuh dan
berserakan di jalanan sehingga membuat lingkungan menjadi tidak bersih
dan terkesan berantakan hal itu juga yang masih menjadi kendala dalam
54
penerapan Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang pengelolaan sampah
tersebut.
2. Efesiensi
Efesiensi berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efesiensi yang merupakan
sinonim dari rasionalitas 25 ekonomi, merupakan hubungan antara
efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter.
Efesiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit produk
atau layanan.
Adapun menurut Dunn (2003:430) berpendapat bahwa:
“Efisiensi (efficiency) berkenaan dengan jumlah usaha yang
diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi yang
merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan
antara efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos
moneter. Efisiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit
produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi dengan
biaya terkecil dinamakan efisien”
Dalam pengelolaan sampah dibutuhkan usaha yang yang besar unruk
mendapatkan hasil yang di inginkan, dalam perda Nomor 4 tahun 2011
diatur mengeni jumlah denda yang akan diterima oleh para pelaku yang
membuang sampah, melakukan pelanggaran dan ketentuan pengelolaan
sampah dan melakukan pengelolaan sampah secara illegal maka di kenakan
denda sebesar Rp 50.000.000 ( lima puluh juta rupiah) dan hukuman penjara
55
paling lama 3 bulan hal tersebut diatur dalam Perda Nomor 4 tahun 2011
bab XVII ketentuan pidanan pasal 45.
Berdasarkan data dari Perda No 4 Tahun 2011 tentang pengelolaan
sampah maka peneliti mewawancarai Kepala Seksi Pengelolaan Kebersihan
dan pertamanan kecamatan maggala kota makassar
“untuk penerapan denda dan sanksi kepada para pelaku itu masih belum biasa dilaksanakan kerana yang bertugas untuk mengawasi penerapan denda belum ada sehingga dari pihak kecamatan belum menerapkan kebijakan tersebut”(wawancara MS 11 juli 2019) Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa untuk penerapan
denda bagi para pembuang sampah sembarangan masih belun terlaksana
karena belum ada lembaga yang bertugas untuk mengawasi penerapan
denda tersebut.
Hal serupa juga di katakana oleh Kepala Seksi Pengelolaan
Kebersihan dan pertaman an kecamatan panakkukang kota makassar
“ kalau penerapan denda dan sanksi seperti hukuman penjara itu
masih belum biasa dilaksanakan karena masih banyak masyarakat yang belum paham betul mengenai pentingnya kebersihan lingkungan karena masih banyak yang kita jumpai pengendara roda empat maupun pengendara roda dua masih membuang sampah di area jalan dan yang bertugas untuk melakukan pengawasan bagi masyarakat yang membuang sampah sembarangan masih belum ada sehingga untuk persoalan denda masih belum bias dilakasanakan.(wawancara ZL 10 juli 2019) Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa untuk
penerapan dendabagi para pembuang sampah belum dapatn dilaksanakan
dikarenakan masih kurangnya pemahaman masyarakat mengenai
56
pengelolaan sampah dan belum adanya lembaga pengawas untuk
menerapkan denda tersebut.
Hal serupa juga diungkapkapkan oleh salah seorang masyarakat
mengatakan
“Penerapan denda sangat bagus untuk diterapkan karena jika hal tersebut diterapkan maka akan membuat masyarakat merasa takut untuk membuang sampah sembarangan jadi dengan perlahan maka persoalan sampah dapat diatasi akan tetapi untuk penerapan nya sendiri belum ada karena saya belum pernah melihat masyarakat yang di denda karena membuang sampah sembarangan “(wawancara RM 17 juli 2019) Berdasarkani hasil wawancara dapat diketahui dalam penerapan
denda bagi masyarakat yang membuang sampah sembarangan belum
terlaknana hal tersebut dapat dilihat dari belum adanya masyarakat yang di
berikan sanksi denda karena membuang sampah sembarangan.
Penjelasan Lain dari salah seorang masyarakat kecamatan manggala
mengatakan
“saya tidak setuju jika sanksi diberlakukan karena untuk tempat sampahnya sendiri masih belum memadai dan masih belum banyak tersedia di tempat keramain dan kalau memang ingin diterapkan maka tempat sampah yang harus diperadakan dulu di tempat tempat keramaian” (wawancara SI 17 juli 2019) Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan
bahawa untuk penerapan denda belum terlasana karena masih kurangnya
tempat sampah di beberapa lokasi keramaian dan yang harus di tingkatkan
pemerintah adalah penyedian tempat sampah di tempat- tempat keramaian.
Berdasarkan dari hasil wawancara mengenai penerapan denda atau
sanksi yang diatur dalam BAB XVII tentang ketentuan pidana pasal 45
57
Perda No 4 Tahun 2011 tentang pengelolaan sampah maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan sanksi bagi masyarakat yang membuang
sampah sembarangan belum optimal dikarenakan belum adannya pegawas
yang bertugas untuk menindaki pelanggaran tersebut sehingga penerapan
perda nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah bab XVII ketentuan
pidanan pasal 45 yang mengatur tentang penerapan pidana bagi masyarakat
yang membuang sampah sembarangan belum berjalan.
3. Kecukupan
Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektitas memuaskan
kebutuhan, nilai atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah.
kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif
kebijakan dan hasil yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa sebelum suatu
produk kebijakan disahkan dan dilaksanakan harus ada analisis kesesuaian
metode yang akan dicapai apakah caranya sudah benar atau menyalahi
aturan atau teknis pelaksanaannya yang benar.
Tujuan utama dibuatnya regulasi Perda No 4 tahun 2011 tentang
pengelolaan sampah diharapkan nantinya permasalahan sampah dikota
makasar dapat di atasi karena jumlah timbunan sampah di kota makasaar
mencapai 3.270 meter kubik per hari dan sampah yang berhasil ditangani
oleh pemerintah dan pihak terkait mengenai persampahan yaitu 3.270 meter
kubik, sebanyak 410 meter kubik lainya belum terangkut dari tempat
pembuangan sampah dan untuk data tahun 2018 sampah yang telah
ditangani oleh pihak kecamatan panakkukang dengan volume sebanyak
58
23.486.597 dan kecamatan manggala dengan volume sebanyak 24.211.777
data tersebut berdasarkan data dari dinas lingkungan hidup kota makassar.
Dana yang di keluarkan oleh pemkot Kota Makassar untuk mendukung
tercapainya makassar yang bersih sebanyak Rp 2,8 miliar untuk pengelolaan
sampah.
Berangkat dari data diatas maka peneliti mewawancarai kepala Seksi
Pengelolaan Kebersihan dan pertamanan kecamatan maggala kota makassar
“usaha yang dilakukan oleh pemerintah kecamatan manggala dalam
mengatasi permaslahan sampah disini kita menggerakkan beberapa armada pengangkut sampah mulai dari mobil pengangkut sampah yang setiap hari bertugas mengangkut sampah dari rumah masyarakat ke tempat pembuangan sampah akhir dan motor fukuda tiga roda untuk menjeput sampah yang tidak bias di jangkau oleh mobil dan untuk masyarakat kami berikan himbauan untuk memilah sampah peastik di rumah masing masing dan membawa sampah pelastik tersebut ke bank sampah kecamatan dan di kecamatan maggala sendiri terdapat sebuah inovasi yang dibuat oleh bank sampah kecamatan untuk mengurangi sampah pelastik yaitu sampah tukar emas dan sedekah sampah yang diharapkan mampu menjadi jalan keluar dari permasalahan sampah di kecamatan maggala itu sendiri dan inovasi tersebut mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat.(wawancara MS 11 juli 2019) Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa
dalam rangka mengurangi timbunan sampah yang ada dikota makassar
khususnya di kecamatan manggala maka pemerintah kecamatan manggala
melakukan inovasi sampah tukar emas dan sedekah sampah yang nantinya
dihaparkan dapat mengurangi timbunan sampah yang ada dan membuat
masyarakat menjadi lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitar
sehingga dapat menciptakan lingkungan yang bersih.
59
Hasil wawancara dengan kepala Seksi Pengelolaan Kebersihan dan
pertamanan kecamatan panakkukang kota makassar
“Untuk dikecamatan panakukang sendiri langkah yang dilakukan oleh pemerintah kecamatan yaitu memberikan himbauan kepada masayarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan melakukan pengangkutan sampah menggunakan truk pengangkut sampah dan fukuda roda tiga sehingga sampah dapat diangkut tampa terkecuali sampai lorong lorong kelil dan untuk sampah pelastik yang telah dipilh oleh masyarakat di bawa ke bank sampah pusat sehingga hasil penjualan dari sampah tersebut dapat membantu perekonomian masyarakat.”(wawancara ZL 10 juli 2019) Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa langkah yang diambil
oleh pihak kecamata manggala untuk mengurangi timbunan sampah yaitu
dengan cara melakukan himbauan kepada masyarakat untuk melakukan
pemilahan sampah pelastik dengan sampah bukan pelastik sebelum di buang
ketempat pembuangan sampah dan untuk sampah pelastik dapat dijual ke
bank sampah sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat.
Selanjutnya wawancara dengan masyarakat.
“ya memang dari pihak kecamatan dalam setiap kesempatan memeberikan himbuan kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan melakukan pemilahan sampah sebelum di buang ke tempat sampah dan untuk sampah pelastik di bawa ke bank sampah.”(wawancara SI 17 juli 2019)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa dalam rangka
melakukan pengurangan terhadap timbunan sampah yang ada maka salah
satu langkah yang dilkuakan oleh pemerintah kecamatan adalah
memberikan himbauan kepada masyarakat untuk melakukan pemilahan
sampah plastik dengan sampah non plastik sebelum membuang sampah dan
sampah plastic yang telah di pilah di bawa ke bank sampah untuk di jual.
60
Tambahan dari salah satu masyarakat panakkukang
“dengan adanya program ini masyarakat merasa terbantu karena
sampah yang dulunya harus masyarakat sendiri yang membuang sampah ke temapat pembuangan sampah sekarang telah ada petugas yang mengangkut sampah dari rumah rumah warga sehingga masyarakat sangat merasa terbantu dan saya harap kedepanya inovasi-inovasi untuk mengurangi sampah dapat di tingkatkan sehingga nantinya makassar menjadi kota yang bersih dan nyaman bagi warganya.(wawancara RM 17 juli 2019) Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa masyarakat
merasakan lansung dampak dari usaha yang dilakukan oleh pemerintah
dalam mengurangi timbuna sampah
Dari data tentang Perda Nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan
sampah dan hasil wawancara di beberapa pihak yang terkait dan masyarakat
maka dapat disimpulkan bahwa program ini telah berjalan dan usaha yang
dilakukan untuk mengurangi timbunan sampah yang ada dengan cara
melakukan beberapa inovasi yang mampu membuat masyarakat ikut ambil
bagian dalam pengelolaan sampah dan membuat masyarakat mengetahui
bagaimna mengelola sampah dari barang yang tidak terpakai menjadi
barang yang mempunya nilai ekonomis yang tinggi.
4. Perataan
Perataan dalam kebijakan publik dapat dikatakan mempunyai arti
dengan keadilan yang diberikan dan diperoleh sasaran kebijakan publik.
Dunn, (2003:434) menyatakan bahwa kriteria kesamaan (equity) erat
berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada
distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam
masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan
61
yang akibatnya atau usaha secara adil didistribusikan. Suatu program
tertentu mungkin dapat efektif, efisien, dan mencukupi apabila biaya-
manfaat merata. Kunci dari perataan yaitu keadilan atau kewajaran.
Dalam Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang pengelolaan sampah
terdapat tugas dan wewenag yang terkandung dalam Bab IV pasal 5 dan
pasal 6 di mana pemerintah menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah
yang baik dan berwawasan lingkungan dan pemerintah memeliki tugas
menyediakan sarana dan prasarana berupa tempat pembuangan sampah
sementara , tempat pembuangan sampah akhir pengangkutan sampah,
pengangkutan sampah dari tempat pengangkutan sampah sementara ke
tempat pengangkutan sampah akhir dan tempat pembuangan sampah
ditempat-tempat umum yang dianggap perlu. Berdasarkan dari isi Perda
nomor 4 Tahun 2011 tentang pengelolaan sampah maka peneliti
mewawancarai
Berikut hasil wawancara dari kepala seksi Pengelolaan Kebersihan
dan pertamanan kecamatan manggala
“untuk pemerataan dalam hal ini pengelolaan sampah di kecamatan
maggala kami telah mengusahakan untuk semua warga kecamatan manggala merasakan semua dampak dari regulasi ini dan untuk pengangkutan sampah sendiri kami telah mengerahkan armada pengangkut sampah yang ada di kecamatan baik itu mobil tangkasaki dan motor fukuda roda 3 untuk mengangkut semua sampah yang ada di kecamatan manggala hal ini dilakukan suapay masyarakat menikmati dampak dari regulasi ini ”( wawancara MS
11 juli 2019) Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa untuk perataan
pengelolaan sampah maka pemerintah pmerintah dalam melakukan
62
pengangkutan sampah menugaskan mobil dan motor pengangkut sampah
jadi masyarakat lansung merasakan dampak dari dampak regulasi tersebut.
Hal senada juga di sampaikan kepala seksi Pengelolaan Kebersihan
dan pertamanan kecamatan panakkukang
“untuk perda mengenai pengelolaan sampah ini kami rasa semua masyarakat sangat menikmati hasil dari program ini karena mereka lansung melihat keberadaan mobil pengangkut sampah di lingkungan mereka dan untuk daerah yang tidak dapat di jangkau oleh mobil pengangkut sampah kami memiliki motor tiga roda yang akan mengankut semua sampah yang ada di lorong- lorong kecil sehingga masyarakat lansung merasakan hasil dari regulasi tersebut”(wawancara ZL 10 juli 2019)
Dari wawancara diatas diketahui bahwa pengelolaan sampah telah
dirasakan lansung oleh masyarakat melauli pengangkutan sampah yang
dilakukan oleh pihak kecamatan dan pengangkutan sampah dilakukan
menggunakan kendaraan roda tiga maupun roda empat.
Tamabahan dari salah satu warga kecamatan manggala
“ dengan adanya petugas dan mobil pengangkut sampah yang datang
kesetiap pemukiman warga yang telah memiliki jadwal tetap yaitu pukul 16:00 sampai pukul 18.00 sangat membantu warga untuk membuang sampah rumah tangga”( wawancara SI 17 juli 2019) Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa dalam rangka
pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pihak kecamatan masyarakat telah
merasakan lansung penerapan perda pengelolaan sampah dalam hal ini pada
pengangkutan sampah.
63
Senada dengan warga kecamatan maggala mengatakan
“kami merasa sangat terbantu dengan adanya layanan pengangkutan sampah dari pihak kecamatan kareana kami tinggal menunggu mobil pengangkut sampah datang untuk mengambil sampah yang ada dirumah sehingga kami tidak perlu lagi ke tempat pembuangan sampah sementara yang jaraknya cukup jauh dari rumah”(wawancara RM 17 juli 2019) Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa masyarakat merasakan
lansung dampak dari pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pihak
kecamatan karena masyarakat sudah tidak perlu lagi menempuh jarak yang
jauh untuk membuang sampah rumah tangga.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada seluruh pihak
yang terkait dengan Perda nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk pemerataan program ini
telah terlaksna dengan baik karena dapat dilihat dari usaha yang dilakukan
oleh pemerintah kecamatan dalam hal pengangkutan sampah telah
dilakukan dengan baik terbukti dari di adakanya mobil pengangkut sampah
dan motor pengangkut sampah untuk mengangkut sampah sampah yang ada
di pem ukiman masyarakat srta respon yang positif dari mansyarakat yang
merasa terbantu dengan adanya layanan tersebut.
5. Responsifitas
Responsivitas dalam kebijakan publik dapat diartikan sebagai respon
dari suatu aktivitas. Yang berarti tanggapan sasaran kebijakan publik atas
penerapan suatu kebijakan. Menurut Dunn (2003:437) menyatakan bahwa
responsivitas (responsiveness) berkenaan dengan seberapa jauh suatu
kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-
64
kelompok masyarakat tertentu. Suatu keberhasilan kebijakan dapat dilihat
melalui tanggapan masyarakat yang menanggapi pelaksanaan setelah
terlebih dahulu memprediksi pengaruh yang akan terjadi jika suatu
kebijakan akan dilaksanakan, juga tanggapan masyarakat setelah dampak
kebijakan sudah mulai dapat dirasakan dalam bentuk yang positif berupa
dukungan ataupun wujud yang negatif berupa penolakan.
Responsifitas yang dimaksudkan disini adalah bagaimana tingkat
kepuasan masyarakat dengan adanya Perda Nomor 4 tahun 2011 tentang
pengelolaan sampah ini apakah dengan adanya kebijakan ini dapat
mengurangi permasalahan sampah yang ada di kota makassar khususnya di
kecamatan panakukkang dan kecamatan manggala karena didalam Perda
Nomor 4 tahun 2011 terdapat tuntunan dalam melakukan pengelolaan
sampah dikota makassar berangkat dari Perda Nomor 4 tahun 2011 peneliti
mewawancari beberapa pihak yang terkait dengan pengelolaan sampah
dikota Makassar
Berikut hasil wawancara dari kepala seksi Pengelolaan Kebersihan
dan pertamanan kecamatan manggala
“untuk respon masyarakat sendiri mengenai perda nomor 4 tahun
2011 ini sangat antusias karena masyarakat sudah banyak yag sadar mengenai pentingnya pegelolaan sampah senhingga masyarakat dengan suka rela membuattempat sampah masing-masing disekitar rumah sehingga memudahkan dalam melakukakan pengangkutan sampah yang dilakukan oleh petugas”(wawancara MS 11 juli 2019) Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarak merespon
dengan baik hal tersebut dapat dilihat dari partisipasi masyarakat membuat
65
tempat sampah di sekitar rumah masing- masing sehingga sampah dapat
tertampung dan tidak berserakan dihalaman rumah .
Wawancara dengan kepala seksi pengelolaan kebersihan dan
pertamanan kecamatan panakukkukang
“untuk wilayah kecamatan panakkukang cukup antusias karena sudah tidak ada ditemui tumpukan tumpukan sampah yang berserakan di sembarang tempat semua telah terkumpul di tempat yang telah di tentukan dan untuk pengemasan sampah telah menggunakan kantong plastic sehingga sampah tidak berserakan dan mudah dalam proses pengangkutan”(wawancara ZL 10 juli 2019) Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa masyarakat cukup
antusias dalam mersepon pengelolaan sampah ini dilihat dari
berkurangnya tumpukan sampah di sekitaran aliran sungai dan masyarakat
telah sadar dalam membuang sampah.
Wawancara dengan warga kecamatan manggala
“kami selaku masyarakat sangat mengapresiasi kebijakan
pemerintah mengenai pengelolaan sampah karena dengan adanya program ini sedikit banyaknya telah membantu masyarakat karena telah membantu masyarakat dalam mengatasi permasalahan sampah yang ada karena sampah dulunya kebanyakan di buang di sepanjang aliran sungai sehingga ketika musim penghujan dapat menyebabkan banjir dengan adanya kebijakan ini masyarakat sudah tidak membuang sampah di sekitar aliran sungai”(wawncara
SI 17 juli 2019)
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa masyarakat merespon
dengan baik pengelolaan sampah dan merasa terbantu dalam mengatasi
permasalahan sampah yang ada di sekitar aliran sungai sehingga
menciptakan sungai yang bersih dan bebeas dari sampah.
66
Hasil wawancara dengan warga kecamatan panakkukang
Dengan adanya kebijakan ini sangat membantu karena dulunya masyarakat kebanyakan membuang sampah di sepanjang aliran sungai sehingga menyebabkan sungai menjadi sangat kotor dan terkadang menimbulkan bau yang tidak sedap akan tetapi dengan adanya kebijakn ini lingkungan menjadi bersih dan masyarakat diberikan pengetahuan bagaimna mengelola sampah menjadi sebuah kerajinan yang memiliki nilai ekonomis seperti tas yang terbuat dari pembungkus diterjen dan kursi yang terbuat dari botol minuman bekas.”(wawancara RM 17 juli 2019)
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa masyarakat merasa
sangat terbantu dengan adanya kebijakan tersebut karena selain lingkungan
menjadi bersih masyarakat huga diberikan pengetahuan bagaimna
mengelola sampah menjadi sebuah kerajinan yang meliki nilai ekonomis
Berdasrkan dari hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan
bawa responsivitas dari masyarakat sangat baik terutama untuk perda
Nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah ini karena masyarakat
merasa sangat terbnatu dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah kota makassar tersebut dan masyarakat diberikan pengetahuan
bagaimana cara mengelola sampah menjadi barang yang memiliki nilai
ekonomis seperti kursi yang terbuat dari sampah botol pelastik dan tas yang
terbuat dari sampah pelastik bekas diterjen .
6. Ketepatan
Dalam proses ini keberhasilan suatu kebijakan dapat dilihat dari
tujuan kebijakan yang benar-benar tercapai berguna dan bernilai pada
kelompok sasaran, mempunyai dampak perubahan sesuai dengan misi
kebijakan tersebut.
67
Dalam perda nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah
memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya, dan ruang
lingkup dari perda nomor 4 tahun 2011 ini yaitu pertama sampah rumah
tangga, yang dimaksud sampah rumah tangga dalam perda ini adalah
sampah yang berasal dari kegiatan sehari- hari dalam rumah tangga tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik.dan yang kedua adalah sampah sejenis
sampah rumah tangga, yang dimaksud sampah sejenis sampah rumah tangga
dlam perda ini adalah sampah yang berasal dari kawasan komersil, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosisal fasilitas umum dan fasilitas
lainyadan yang terakhir adalah sampah spesifik yaitu sampah yang
mengandung barang berbahaya dan beracun, sampah yang mengandung
limbah dan bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat
bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum
dapat dikelola dan sampah yang timbul secara tidak preodik.
Berdasarkan dari perda nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan
sampah maka peniliti melakukan wawancara dengan beberapa pihak yang
terkait dengan pengelolaan sampah ini.
Berikut wawancara dari kepala seksi Pengelolaan Kebersihan dan
pertamanan kecamatan manggala
“dengan adanya perda nomor 4 tahun 2011 ini menunjukkan adanya
perhatian pemerintah mengenai permasalahan sampah yang ada di kota makassar dimana permaslahan sampah sudah menjadi permasalahan yang cukup serius dan harus segera di tanggulangi dengan cepat berkat adanya perda nomor 4 tahun 2011 ini
68
memberikan pedoman kepada masyarakat dan pemerintah dalam menanggulangi permasalahan sampah”(wawancara MS 11 juli 2019)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pemerintah
melalui perda nomor 4 tahun 2011 tentang pengeloaan sampah berupaya
mengurangi timbunan sampah yang ada dikota Makassar sehingga
nantintya masyarakat kota makassar memnjadi masyarakat yang sadar
akan kebersihan dan mampu mengelola sampah menjadi sesuatu yang
memiliki nilai ekonomis.
Berikut wawancara wawancara dari kepala seksi Pengelolaan
Kebersihan dan pertamanan kecamatan panakkukang
“perda nomor 4 tahun 2011 ini memberikan dapak yang sangat
positif bagi permaslahan lingkungan yang dihadapi kerena dalam perrda nomor 4 tahun 2011 ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya sehingga masyarakat di berikan pengetahuan bagaimna memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. (wawancara ZL 10 juli 2019) Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dampak dari
kebijakan ini sangat bagus bagi permasalahan persampahan yang ada karena
perda nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah menjadi rujukan
dalam melakukan pengelolaan sampah yang ada di kota Makassar.
Pernyataan juga datang dari kepala seksi pengembangan dan
pengendalian system persampahan dan limbah B3 dinas lingkungan hidup
kota makassar mengatakan bahwa
“Dengan adanya perda nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah ini memberikan dampak yang sangat besar karena memberikan pedoman pedoman kepada seluruh pihak terkait mengenai bagaimna sampah dikelola dan bagaimna di angkut tempat pembuangan sampah dan adanya perda ini timbunan sampah yang
69
ada di kota makassar sedikit demi sedikit mulai mengalami pengurangan meskipun belum terlalu signifikan” (wawncara KF 1 juli 2019) Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui berkat diterapkanya
perda nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah timbunan sampah
yang ada dikota Makassar mengalami pengurangan akan tetapi belum
terlalu signifikan .
Berdasarkan dari Hasil wawancara dengan pihak yang terkait dengan
pengelolaan sampah dapat dimpulkan bahwa perda nomor 4 tahun 2011
tentang pengelolaan sampah telah berjalan dengan baik dilihat dari
kurangnya tumpukan sampah yang berada di TPA dan telah berjalanya bank
sampah baik itu di kecamatan maupun bank sampah pusat serta telah
berjalanya pengangkutan sampah baik itu sampah yang ada di loronh
maupun di jalan jalan protocol sehingga menjadikan makassar sebagai kota
yang bersih dan bebas dari sampah nantinya.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Evaluasi Kebijakan Peraturan Daerah nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah
1. Faktor pendukung
a. Sarana dan prasarana pendukung yang telah memadai.
Adanya sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya Perda
Nomor 4 Tahun 2011 tantang Pengelolaan Sampah.
Wawancara dari kepala seksi Pengelolaan Kebersihan dan
pertamanan kecamatan manggala
“dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung seperti mobil pengangkut sampah dan motor roda tiga tentu akan mempermudah dalam pengangkutan sampah ke tempat pembuangan sampah akhir
70
sehingga dapat mengurangi timbunan sampah yang ada di tempat pembuangan sampah akhir”(wawancara MS 11 juli 2019) Dari hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa dalam
rangaka mengurangi timbunan sampah dikota Makassar pemerintah kota
telah memiliki sarana dan prasarana yang memadai dalam melakukan
pengelolaan sampah.
Hal senada juga disampaikan kepala seksi Pengelolaan Kebersihan
dan pertamanan kecamatan panakkukang
“dengan adanya sarana dan prasarana seperti mobil pengangkutan
sampah dan motor roda tiga ini sangat membantu dalam pengimplementasian dari perda nomor 4tahun 2011 ini mengenai pengelolaan sampah karena dengan adanya fasilitas tersebut maka sampah dapat di angkut dan adanya petugas kebersihan yang membatu membersihkan sampah yang berserakan”(wawancara ZL
10 juli 2019) Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui sarana dan prasarana
yang ada sangat membatu dalam melakukan pengelolaan sampah sehingga
dalam pelaksanaan nya tidak memiliki kenda yang berarti.
Wawancara dengan masyarakat
“ menurut saya dengan adanya sarana dan prasarana pengangkut
sampah dan tepat sampah yang telah disediakan pemerintah membuat masyarakat lebih mudah dalam melakukan pembuangan sampah “(wawancara IS 17 juli 2019) Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa masyarakat
merasakan lansung dampak dari pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat juga lebih dimudahkan dalam pembuangan
sampah.
71
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat dismpulkan bahwa
sarana dan prasarana pengelolaan sampah ini sangat memberikan dampak
yang sangat besar terhadap terlaknanya Perda nomor 4 tahun 2011, dengan
adanaya sarana dan prasarana seperti mobil pengangkut sampah dan tempat
sampah yang telah disediakan dan bank sampah yang ada maka kebijakan
ini dapat berjalan dengan baik dan tanpa adanya sarana pendukung tersebut
perda ini tidak akan berjalan dengan baik.
2. Faktor penghambat
a. Belum adanya pihak terkait yang bertugas untuk mengawasi pelanggaran
Pelangaran yang dimaksudkan disini adalah pelanggaran yang diatur
dalam Perda Nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah BAB XVII
tentang ketentuan pidana.
Wawancara dari kepala seksi Pengelolaan Kebersihan dan
pertamanan kecamatan manggala
“ yang menjadi kedala dalam penerapan perda ini adalah belum adanya pihak yang berugas unuk memberikan sangsi berupa denda kepada para pelanggar yang membuang sampah sampah sembarangan sehingga masih banyak oknum- oknum yang masih membuang sampah sembarang tempat”(wawancara MS 11 juli 2019) Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa tampa penerapan
denda kepada para oknum yang membuang sampah sembarangan ini maka
masyarakat akan terus membuang sampah sembarangan karena kurangnya
efek jerah yang diberikan.
72
Hal serupa juga di sampaikan oleh kepala seksi Pengelolaan
Kebersihan dan pertamanan kecamatan manggala
“ untuk meminimalisir timbunan sampah yaitu dengan cara di
berlakukannya denda kepada para para oknum yang membuang sampah sembarangan dan didalam perda nomor 4 tahun 2011 ini telah diatur jumlah dan sangsi pidana untuk yang telah membuang sampah sembarangan akan tetapi belum da pihak atau dinas terkait yang memiliki wewnang untuk meneggakkan hal tersebut”
(wawancara ZL 10 juli 2019) Dari hasil wawancara diatas maka dapat diketahui bahwa penerapan
denda perlu di belakukan untuk menekan jumlan sampah yang ada dan
dengan diberlakukannya system denda ini diharakan sampah di kota
Makassar dapat berkurang
Wawancara dengan masyarakat
“Untuk penerapan denda untuk yang membuang sampah sembarangan atau yang membuang sampah bukan pada tempatnya menurut sya sampai saat ini belu berlaku karena masih banyak pengendara roda dua maupun pengguna kendaraan roda empat yang masih membuang sampah di jalan dan belum ada tindakan yang dilakukan oleh pemerinah unuk menanggulangi permasalahan tersebut”(wawncara IS 17 juli 2019) Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa penerapan denda
dipandang perlu dilaksanakan karena masyarakat masih banyak yang
membuang sampah sembaranagan dengan adanya penerapan denda ini
diharapkan masyarakat yang membuang sampah sembarangan berkurang.
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulakan
bahwa penerapan denda bagi masyarakat yang membuang sampah
se,mbarangan maupun melakukan pengelolaan sampah dan tidak memiliki
73
izin belum dapat di berlakukan karena belum ada lembaga yang bertugas
untum mnindak para pelaku tersebut
b. Kurangnya kesadaran masyarakat
Kendala lain yang dihdapi oleh pemerintah dalam menerapkan Perda
Nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah yaitu masih kurangnya
kesadaran masyarakat mengenai permasalah lingkunan dalam hal ini
mengenai pengelolaan sampah sehingga masih banyak didapati masyarakat
yang membuang sampah di sembarangan tempat.
Mewawancara Kepala Seksi Pengelolaan Kebersihan dan
pertamanan kecamatan maggala.
“kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah memang masih
sangat kuraang karena masih sering didapati banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan baik itu di pinggir jalan maupun di sekitar aliran sungai langkah yang di ambil oleh pemerintah guna menyadarkan masyarakat mengenai pengelolaan sampah maka dilakukan sosialisasi kepada masyarakat agar nantinya masyarakat menjadi mengerti dan tidak membuang sampah lagi disembarang tempat” (wawancara MS 11 Juli 2019) Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kendala lain
yang dihadapi oleh pemerintah dalam melakukan pengelolaan sampah
adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat hal tersebut dapat dilihat
masih banyak masyarkat yang membuang sampah tidak pada tempatnya.
Wawanca dengan Kepala Seksi Pengelolaan Kebersihan dan
pertamanan kecamatan panakkukang
“kendala lain yang dihadapi dilapangan yaitu mengenai kesadaran masyarakat yang masih kurang tentang bagaimna menjaga lingkungan hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah sembarangan sehingga membuat lingkungan menjadi tidak bersih dan terkesan kumuh dan langkah
74
yang di ambil pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai cara menjaga lingkungan maka pemerintah melakukakan sosialisai kepada masyarakat dan memberikan himbauan kepada setiap RT maupun RW untuk melakukan kerja bakti”(wawancara ZL 10 Juli 2019) Dari hasil wawancara adapat diketahui bahwa dalam membangun
kesadaran masyarakat langakah yang diambil oleh pemerintah adalah
melakukan sosialisai kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga
lingkungan.
Hal senada juga di sampaikan oleh salah seorang warga
“memang yang menjadi kendala dalam pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah salah satunya yaitu mengenai kesadaran masyarakat itu sendiri karena kalua bukan dari masyarakat sendiri yang sadar maka usaha yang dilakukan oleh pemerintah juga dapat dikatakan sia-sia karena semua juga bergantung pada kesadaran masyarakat itu sendiri dan untuk mencegah hal tersebut sya rasa pemerintah masih harus melakukan sosialisasi sehingga kami selaku masyarakat dapat memahami dengan lebih jelas”(wawancara IS 17
juli 2019) Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa masyarakat
menyadari betul pentingnya menjaga kebersihan sehingga langak yang di
ambil oleh pemerintah berupa sosialisasi sudah tepat sasaran agar
masyarakat lebih memahami pentingnya mengelola sampah.
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan Perda Nomor 4 tahun 2011 tentang
pengelolaan sampah ini telah dirasakan lansung oleh masyarakat namun
masih memiliki kendala dari segi kesadaran masyarakat yang masih kurang
sehingga menjadi penghambat berjalanya program ini.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan pada bab sebelumnya
terkait Evaluasi Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang
pengelolaan sampah di kota makassar maka dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Untuk mengetahui bagaimana Evaluasi kebijakan Peraturan Daerah Nomor
4 Tahun 2011 tentang pengelolaan sampah di kota makassar, untuk
mewujudkan hal tersebut dilakukan evaluasi kebijakan efektifitas,efesiensi,
kecukupan, perataan, responsifitas ketetapan. Dilihat dari beberapa indikator
diatas dapat disimpulkan bahwa: a. efektifitas hasil yang ingin di capai
sudah terlaksna akan tetapi masih ada 1 praturan yang belum terlaksna yaitu
penerapan denda bagi yang membuang sampah sembaranagan, b. efesiensi
penerapan perda nomor 4 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah sudah
efesien karena memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap
pengelolaan sampah dikota makassar c. kecukupan dengan adanya perda
nomor 4 tahun 2011 maka jumlah timbunan sampah sedikit banyaknya telah
dapat diatasi dengan cara melakukan pembianaan kepada masyarakat untuk
mengelola sampah menjadi sebuah kerajianan d. perataan dampak dari
perda nomor 4 tahun 2011 te;lah dirasakan oleh semua kalangan masyarakat
melauli pengangkutan sampah yang dilakukan ileh petugas kebersihan e.
responsifitas masyarakat telah merasakan lansung dampak dari kebijakan
76
tersebut dan respon masyarakat terhadap perda ini masih kurang
memuaskan karena masih banyak masyarakat yang membuang sampah
sembarangan f. ketepatan dalam hal ini telah tepat sasaran karena yang
dulunya masih banyak sampah yang berserakan dan berkat adanaya perda
nomor 4 tahun 2011 ini semua sampah yang ada sudah dapat diatasi dengan
cara pengangkutan sampah ke tempat pembuangan sampah dan dilakukan
pengelolaan sampah di tempat pembua gan sampah akhir dan bank sampah.
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi evaluasi Perda Nomor 4 Tahun 2011
Tentang pengelolaan sampah dikota makassar adalah faktor pendukung
yaitu adanya sarana dan prasarana yang menunjang terlaksananya
pengelolaan sampah dan faktor penghambat Belum optimalnya pengawasan
yang dilakukan oleh pihak kecamatan yang bertugas untuk mengawai
pelanggaran dan masih kurangnya kesadaran masyarakat
B. Saran
Adapun saran-saran yang penulisan berikan dari hasil penelitian yang
dilakukan selama penelitian adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya di bentuk sebuah lembaga/organisasi yang bertugas untuk
melakukan pengawasan serta menerapkan sanksi denda kepada masyarakat
yang melakukan pelanggaran dalam hal ini seperti membuang sampah
sembarangan
2. Sebaiknya pemerintah lebih meningkatkan sosialisai kepada masyarakat
tentang pengelolaan sampah dan pemerintah menyiapkan tempat
pembuangan sampah di tempat tempat umum.
77
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Akhmad. 2015. Peranan Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya dalam Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bulukumba. Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol V, No 2 Oktober 2015.di Akses Pada Tanggal 09 juni 2017.Pukul07:30. .http://journal.unismuh.ac.id/index.php/Otoritas/search/search?query pengelolaan&authors.
Anggraeni, Ratih, 2012. Evaluasi Kebijakan Publik (Evaluasi Terhadap Proses Pengadaan Anjungan Mandiri Kepegawaian Berdasarkan Perpres No. 54 Tahun 2010 di BadanKepegawaianDaerah Kota Malang) Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.1 di Akses Pada Tanggal 24 mei 2018. Pukul 22:00. https://media.neliti.com/media/publications/72713-ID-evaluasi-kebijakan-publik-evaluasi-terha.pdf
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Ed.Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dunn, W N. (2003).Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Faisah Nur, 2015. Good Environmental Governance ( Studi Kasus Pengelolaan Taman Macan di Kota Makassar ), Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol V, No 2. Di Akses Pada Tanggal 6 Juni 2017. http://journal.unismuh.ac.id/index. php/Otoritas/search/search?query pengelolaan&authors.
Haerul,2016. Implementasi Kebijakan Program Makassar Tidak Rantasa (MTR) di Kota Makassar, Jurnal Administrasi Publik, Volume 6 No. 2 Thn. 2016,di Akses Pada Tanggal 24 mei 2018. Pukul 22:00. https://media.neliti.com/media/publications/97315-ID-implementasi-keb ijakan-program-makassar.pdf
Jabar, Abdul. ; Cepi Safruddin; Arikunto, Suharsimi. 2007. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jumran,s.2017.efektifitas pengelolaan samapah dikota makassar,juranal teknik lingkungan.
Jenkins, Smith. 1990. Democraic politich and polcy Analiysis. California : Brooks/Cole, Pacifif Grove
M. Chabib Thaha, Teknik Evaluasi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, 1996
78
Nugoho,riant, 2004, Kebijakan Public,Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: PT Gramedia.
Nurgiyantoro, Winarno,B. (2012). Kebijakan Publik, Teori, Proses, dan Studi Kasus edisi & Revisi Terbaru. CAPS. Yogyakarta
Pranadjaja, M.R. 2015. Hubungan antara instansi pemerintah. Jakarta: Balai Pustaka
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
Syafiie, I.K. 2013.Ilmu Pemerintahan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wahab, Sholichin Abdul. 2004. Analisis kebijaksanaan:dari Formulasi Ke IMplementasi Kebijaaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahab, A, S. (2005). Analisis Kebijaksanaan dan Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009,
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009,
Undang-undang
Undang-Undang Republik Inonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Walikota (Perwali) Makassar Nomor 3 Tahun 2015 tentang pelimpahan kewenangan pemungutan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan kepada camat dalam lingkup pemerintah Kota Makassar
75
76
75
75
RIWAYAT HIDUP
ANDI MUH. AGUS MAULANA, lahir pada tanggal 17
Agustus 1995 di Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi
Selatan. Penulis adalah anak pertama dari dua
bersaudara, buah cinta dari pasangan Bapak ANDI
SOFYAN dan ibunda ANDI NURLAELA.
Penulis memulai pendidikan dasar di SD Inpres 12/79
carima kecamatan Kahu kabupaten Bone pada tahun 2001 dan tammat pada tahun
2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Kahu
Kabupaten Bone provinsi Sulawesi selatan dan tammat pada tahun 2010.
Kemudian ditahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1
Kahu dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjtkan
pendidikan pada program strata satu (S1) program studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Berkat perjuangan dan kerja keras yang disertai iringan doa dari kedua orang tua
dan saudara, perjuangan panjang penulis dalam mengikuti pendidikan di
perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah Makassar berhasil dengan
tersusunnya skripsi yang berjudul:
“Evaluasi Kebijkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Sampah di Kota Makassar”