program pascasarjanan pendidikan biologieprints.ulm.ac.id/477/1/semnas_pend_bio_unlam 1...

115
Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011 Banjarmasin, 7 Maret 2011 i KATA PENGANTAR Seminar Nasional dengan tema “Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan” merupakan forum ilmiah yang pertama kali diselenggarakan oleh Program Studi Magister Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat sejak didirikan pada tahun 2009. Seminar ini adalah sarana komunikasi ilmiah dan bertukar pikiran tentang hasil-hasil penelitian serta transfer pengetahuan dan teknologi, terutama berkaitan dengan pembelajaran biologi yang berkarakter dan berbasis lingkungan. Pada seminar tersebut disajikan 2 makalah dari narasumber kunci, yaitu Dr. Yuni Sri Rahayu dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc dari Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM). Makalah narasumber pertama tidak dimuat dalam prosiding ini. Selain itu, disajikan juga 11 makalah lain. Makalah-makalah ini berkaitan dengan pendidikan biologi dan lingkungan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada Rektor Universitas Lambung Mangkurat yang memfasilitasi penyelenggaraan seminar. Penghargaan disampaikan juga kepada Panitia Seminar diketuai oleh Drs. Juhrian dan dibantu oleh mahasiswa Program Magister Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat serta mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkuratyang menyukseskan kegiatan seminar. Semoga prosiding ini bermanfaat dan diharapkan seminar dapat diselenggarakan secara regular. Banjarmasin, 20 Juli 2011 Ketua Prodi Magister Pendidikan Biologi

Upload: dinhcong

Post on 15-May-2018

254 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    i

    KATA PENGANTAR

    Seminar Nasional dengan tema Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan

    Berbasis Lingkungan merupakan forum ilmiah yang pertama kali diselenggarakan

    oleh Program Studi Magister Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana Universitas

    Lambung Mangkurat sejak didirikan pada tahun 2009. Seminar ini adalah sarana

    komunikasi ilmiah dan bertukar pikiran tentang hasil-hasil penelitian serta transfer

    pengetahuan dan teknologi, terutama berkaitan dengan pembelajaran biologi yang

    berkarakter dan berbasis lingkungan.

    Pada seminar tersebut disajikan 2 makalah dari narasumber kunci, yaitu Dr.

    Yuni Sri Rahayu dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan Prof. Dr. Ir. H.

    Yudi Firmanul Arifin, M.Sc dari Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM).

    Makalah narasumber pertama tidak dimuat dalam prosiding ini.

    Selain itu, disajikan juga 11 makalah lain. Makalah-makalah ini berkaitan

    dengan pendidikan biologi dan lingkungan.

    Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada Rektor

    Universitas Lambung Mangkurat yang memfasilitasi penyelenggaraan seminar.

    Penghargaan disampaikan juga kepada Panitia Seminar diketuai oleh Drs. Juhrian

    dan dibantu oleh mahasiswa Program Magister Pendidikan Biologi, Program

    Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat serta mahasiswa Program Studi

    Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung

    Mangkurat yang menyukseskan kegiatan seminar.

    Semoga prosiding ini bermanfaat dan diharapkan seminar dapat

    diselenggarakan secara regular.

    Banjarmasin, 20 Juli 2011

    Ketua Prodi

    Magister Pendidikan Biologi

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    ii

    Panitia Seminar Nasional PEMBELAJARAN BIOLOGI YANG BERKARAKTER DAN BERBASIS

    LINGKUNGAN

    Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Biologi (MPPB ) Universitas Lambung Mangkurat

    Aula Rektorat Universitas Lambung Mangkurat

    tanggal 7 Maret 2011

    1. Ketua : Drs. Juhrian

    2. Sekretaris : 1. Ahmad Ready

    2. Fathul Jannah, S.Pd.

    3. Bendahara : Octa Belawati, S.Pd.

    4. Seksi Persidangan : 1. Mujiman H.W., S.Pd.

    2. Noraini, S.Pd.

    3. Rahmi Widiati, S.Pd.

    5. Seksi Penerima Tamu : 1. Irawati, S.Pd.

    2. Salasiah, S.Pd.

    3. Indah Rosmalina, S.Pd.

    6. Seksi Konsumsi : 1. Amalia Rezeki, S.Pd.

    2. Siti Norhasanah, S.Pd.

    3. Hj. Misnawati, S.Pd.

    4. Nadya Huda, S.Pd.

    7. Seksi Pembawa Acara :

    8. Seksi Publikasi/Dokumentasi : 1. Octa Belawati, S.Pd.

    2. Nana Citrawati Lestari, S.Si.

    3. Syahbudin, S.Pd.

    9. Seksi Keamanan : 1. Guntariadi, S.Pd.

    2. M. Arsyad, S.Pd.

    3. Sarmadi, S.Pd.

    10. Seksi Perlengkapan : 1. Yuseran, S. Pd.

    2. Mujiman H.W, S.Pd.

    11. Pembawa Acara Umum : 1. Ernawati, S.Pd.

    2. Ida Zulfiati, S.Pd.

    12. Moderator Umum : Pahmi Rohliansyah, S.Pd.

    13. Pembawa Acara Ruang A : Masnurul Sholehah, S.Pd.

    14. Moderator Ruang A : Nana Citrawati Lestari, S.Si.

    15. Pembawa Acara Ruang B : Octa Belawati, S.Pd.

    16. Moderator Ruang B : Syahbudin, S.Pd.

    17. Pembawa Acara Ruang C : Fathul Jannah, S.Pd.

    18. Moderator Ruang C : Mujiman H.W., S.Pd.

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................................. i

    Panitia Seminar Nasional ............................................................................ ii

    DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

    Lingkungan dan Permasalahannya Yudi Firmanul Arifin .......................... 1 - 6

    Implementasi Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Inkuiri dengan

    Setting Kooperatif Tipe Penyelidikan Kelompok pada Konsep Jenis-Jenis

    Limbah dan Daur Ulang Limbah terhadap Hasil Belajar dan Perilaku

    Berkarakter Siswa di SMA Najimatul Ilmiyah .........................................

    7 - 22

    Keefektifan Pembelajaran Biologi Melalui Inkuiri Terbimbing pada

    Konsep Ekosistem di SMA Norhasanah; H. Muhammad Zaini ...............

    23 - 35

    Pemahaman, Keterampilan Berpikir Kritis dan Etika Lingkungan Siswa

    pada Pembelajaran Konsep Ekosistem Melalui Pendekatan Inkuiri di

    SMPN I Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Dini Pusparini ................

    36 - 40

    Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan

    Pendekatan Lingkungan Rosita ..................................................................

    41 - 49

    Pola Kebiasaan Masyarakat di Sekitar Kawasan Suaka Margasatwa Pulau

    Kaget dalam Pelestarian Suaka Margasatwa Pulau Kaget sebagai Habitat

    Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) Finna Rahmiati, Mochamad Arief

    Soendjoto, Dharmono ..................................................................................

    50 - 57

    Pemahaman Konsep Keanekaragaman Hayati dan Etika Lingkungan Siswa

    SMAN 3 Banjarbaru Melalui Pendekatan Lingkungan Wahyuli

    Dwindiasih ....................................................................................................

    58 - 65

    Pengaruh Penerapan Model-model Pembelajaran Konstruktivistik terhadap

    Proses IPA di Sekolah Dasar Rusdiyana; Supramono .............................

    66 - 74

    Pengembangan Iklan di Televisi sebagai Media Pembelajaran Sistem

    Pencernaan terhadap Penguasaan Keterampilan Proses Sains Komunikasi

    Siswa SMP Rina Herawaty Nihe ...............................................................

    75 - 81

    Akumulasi Timbal (Pb) dan Struktur Daun Angsana (Pterocarpus

    indicus Willd) sebagai Tumbuhan Peneduh Jalan di Kota Banjarmasin Sri

    Amintarti ......................................................................................................

    82 - 88

    Pengaruh Pemberian Pellet Ikan Inkonvensional terhadap Pertumbuhan

    Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Suriani ................................................

    89 - 97

    Menggoda Minat Sains melalui Ice Breaking dalam Pembelajaran

    Aminuddin Prahatamaputra ........................................................................

    98 - 112

  • 1

    LINGKUNGAN DAN PERMASALAHANNYA

    Yudi Firmanul Arifin

    (Guru Besar Ekologi Hutan pada Fakultas Kehutanan Unlam)

    Abstrak

    Istilah lingkungan diartikan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang

    mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak

    langsung. Lingkungan juga bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik.

    Aktifitas manusia berhubungan dengan lingkungan dan manusia diberi hak seluas-

    luasnya untuk memanfaatkan lingkungan karena memang sebagai makhluk yang

    berakal tentunya hanya manusia yang mampu melakukan pengelolaan terhadap

    lingkungan. Cara pandang antroposentrisme inilah yang menyebabkan manusia

    mengekploitasi sumberdaya alam demi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sikap

    perilaku rakus dan tamak itulah yang menyebabkan manusia mengambil semua

    kebutuhan hidupnya tanpa mempertimbangkan kelestariannya. Berbagai peristiwa

    bencana alam yang terjadi dan melanda umat manusia di seluruh dunia telah banyak

    terjadi, seperti; gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung berapi, awan panas,

    angin topan, dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa itu pun akhir-akhir ini juga terjadi di

    Indonesia dengan menelan banyak jiwa, termasuk rusaknya unsur fisik yang

    mendukung lingkungan hidup. Peristiwa alam tersebut tidak dapat dicegah, akan

    tetapi dengan ilmu pengetahuan dapat diketahui gejala-gejalanya, sehingga dapat

    segera dilakukan evakuasi penduduk untuk mengurangi korban dan upaya mengatasi

    kalau bencana itu terjadi.

    Kata kunci: lingkungan, antroposentrisme, sikap, perilaku.

    PENGERTIAN LINGKUNGAN

    Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah sangat sering mendengar istilah

    lingkungan atau pun membaca referensi yang berkaitan dengan lingkungan. Kita

    sering mendengar istilah lingkungan alam dan lingkungan sosial, tentunya istilah

    lingkungan ini sudah melekat dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kita sadar

    bahwa kita tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan, karena makanan yang

    dimakan, minuman yang diminum, kesehatan tubuh kita sangat tergantung pada

    lingkungan. Lingkungan yang sehat dan jauh dari pencemaran akan membuat

    makanan dan minuman yang diperlukan oleh tubuh pun akan sehat.

    Dalam referensi istilah lingkungan diartikan segala sesuatu yang ada di sekitar

    manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara

    langsung, maupun tidak langsung. Lingkungan juga bisa dibedakan menjadi

    lingkungan biotik dan abiotik. Jika kita berada di kampus, maka teman sejawat

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    2

    sesama dosen, karyawan, dan mahasiswa adalah lingkungan biotik, sedangkan tanah,

    udara, meja, kursi, dan lain-lain yang berada di sekitar kita di kampus sebagai

    lingkungan abiotik.

    Seringkali segala aktifitas manusia berhubungan dengan lingkungan, dan

    manusia diberikan hak seluas-luasnya untuk memanfaatkan lingkungan karena

    memang sebagai makhluk yang berakal tentunya hanya manusia yang mampu

    melakukan pengelolaan terhadap lingkungan. Akan tetapi karakter manusia di bumi

    ini sangatlah beragam, ada yang bijaksana dalam mengelola dengan prosedur yang

    jelas dan taat kepada hukum-hukum alam, akan tetapi tidak sedikit manusia yang

    serakah dalam memanfaatkan sumberdaya alam sehingga merusak lingkungan.

    Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai

    pusat dari sistem alam semesta (Keraf, 2002; Soemarwoto, 2004). Lebih lanjut

    dikatakan nilai tertinggi pada lingkungan adalah manusia dan kepentingannya. Teori

    ini juga dipakai sebagai teori filsafat yang mengatakan bahwa nilai dan prinsip moral

    hanya berlaku pada manusia, dan kepentingan manusia mempunyai nilai paling

    tinggi. Cara pandang antroposentrisme inilah yang menyebabkan manusia

    mengekploitasi sumberdaya alam demi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sikap

    perilaku rakus dan tamak itulah yang menyebabkan manusia mengambil semua

    kebutuhan hidupnya tanpa mempertimbangkan kelestariannya. Menurut Keraf

    (2002), teori antroposentrisme disebut juga sebagai etika theologies.

    Kalau dalam teori antroposentrisme dikatakan lingkungan dan alam semesta

    dibutuhkan manusia demi memuaskan kepentingannya. Adapun pandangan teori

    etika biosentrisme justru bertolak belakang dengan antroposentrisme. Dalam teori

    etika biosentrisme dikatakan bahwa setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai

    nilai pada dirinya sendiri. Dalam pandangannya alam perlu diperlakukan secara

    moral, terlepas apakah ia bernilai bagi manusia atau tidak. Sehingga secara harfiah,

    biosentrisme juga dikenal sebagai teori lingkungan yang berpusat pada kehidupan.

    Inti teori ini adalah manusia mempunyai kewajiban moral terhadap alam. Teori inilah

    yang berkembang hingga saat ini dan dianut oleh sebagian besar manusia di bumi ini.

    Akan tetapi tidak semua manusia tahu bagaimana mengelola sumberdaya alam

    sehingga tetap lestari dan bermanfaat bagi generasi yang akan datang.

    Sebagai pendidik tentunya merubah sikap manusia tentang sesuatu merupakan

    tugas utama yang harus dilakukan. Bagaimana anak-anak didik dapat memahami arti

    dan peran lingkungan bagi mereka, dan apa yang akan terjadi kalau lingkungan itu

    rusak? pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalu ada, mudah dijawab tetapi

    implementasinya sangat sulit dilakukan. Semua orang tahu bahwa rokok dapat

    merusak kesehatannya, tetapi sulit mengendalikan orang untuk tidak merokok. Sama

    saja seorang dokter melarang pasiennya untuk tidak merokok, tetapi dokter itu sendiri

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    3

    sulit menghentikan dirinya untuk tidak merokok dengan berbagai alasan. Jadi

    tauladan merupakan contoh yang terbaik dalam kehidupan.

    LINGKUNGAN HIDUP

    Sering kita secara khusus menggunakan istilah lingkungan hidup dalam

    menyebut segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup semua

    makhluk hidup di bumi. Berdasarkan UU RI No. 32 tahun 2009 tentang

    Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan lingkungan hidup

    adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,

    termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,

    kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

    lainnya.

    Unsur-unsur lingkungan hidup dibagi atas 3 (tiga), yaitu.

    1) Unsur hayati (biotik): manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik.

    2) Unsur sosial budaya: lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia; sistem

    nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial.

    3) Unsur fisik (abiotik): tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain, yang keberadaannya

    sangat penting dalam mendukung kelangsungan kehidupan di bumi.

    MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

    Secara umum dapat dikatakan bahwa penyebab kerusakan lingkungan hidup

    ada dua faktor, yaitu 1) peristiwa alam, dan 2) manusia. Berbagai peristiwa bencana

    alam yang terjadi dan melanda umat manusia di seluruh dunia telah banyak terjadi,

    seperti; gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung berapi, awan panas, angin

    topan, dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa itu pun akhir-akhir ini juga terjadi di

    Indonesia dengan menelan banyak jiwa, termasuk rusaknya unsur fisik yang

    mendukung lingkungan hidup. Peristiwa alam tersebut tidak dapat dicegah, akan

    tetapi dengan ilmu pengetahuan dapat diketahui gejala-gejalanya, sehingga dapat

    segera dilakukan evakuasi penduduk untuk mengurangi korban dan upaya mengatasi

    kalau bencana itu terjadi.

    Adapun rusaknya lingkungan hidup akibat manusia banyak sekali

    penyebabnya, antara lain karena ketidaktahuan, keserakahan, kemajuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, globalisasi informasi yang begitu pesat

    yang dapat merubah cara berpikir manusia, dan lain-lain. Kemajuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi memang bertujuan untuk memudahkan manusia dalam

    melakukan berbagai hal, akan tetapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

    dapat berdampak negatif bagi perubahan sikap manusia, sebagai contoh; dengan

    kemajuan teknologi dibidang otomotif, menyebabkan semakin meningkatnya

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    4

    pemanfaatan kendaraan bermotor untuk keperluan sehari-hari, dari sisi

    pemanfaatanya memang akan memudahkan manusia dalam melakukan aktifitas,

    tetapi dari gas CO yang keluar dari kendaraan itu menyebabkan semakin

    meningkatkan gas rumah kaca yang berdampak pada peningkatan pemanasan bumi,

    serta peningkatan polusi udara.

    Kemajuan teknologi merupakan tuntutan bagi manusia yang semakin tinggi

    dalam memanjakan kehidupan sehari-harinya termasuk penggunaan pendingin

    ruangan (AC), hampir semua kantor menggunakan AC, bahkan rumah pribadi sekali

    pun, yang mana dampaknya pada penggunaan energi yang semakin meningkat dan

    peningkatan emisi yang dikeluarkan oleh penggunaan AC tersebut juga meningkat.

    Globalisasi informasi sekarang juga mengakibatkan keinginan manusia untuk meniru

    sesuatu semakin meningkat, yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan

    selanjutnya mencari jalan pintas bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut, sekali pun

    berdampak pada lingkungan, seperti; penebangan kayu ilegal, penambangan ilegal,

    perburuan liar, dan lain-lain.

    Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, adalah

    1) terjadinya pencemaran/polusi (udara, air, tanah, dan suara), sebagai dampak

    industri, kebakaran hutan dan lahan, pembuangan sampah, 2) terjadinya banjir,

    sebagai dampak dari buruknya drainase, kesalahan dalam menjaga daerah aliran

    sungai, dan pengrusakan hutan, 3) terjadinya tanah longsor, sebagai dampak rusaknya

    hutan.

    Beberapa perbuatan manusia yang baik secara langsung maupun tidak

    langsung membawa dampak bagi kerusakan lingkungan:

    a) Penebangan hutan secara ilegal

    b) Perburuan liar

    c) Penimbunan kawasan rawa untuk dijadikan pemukiman

    d) Pembuangan sampah tidak pada tempatnya

    e) Mendirikan bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS)

    f) Ekploitasi sumberdaya alam yang berlebihan

    g) Penggunaan bahan kimia dalam pertanian

    h) Penggunaan bahan kimia dalam pengolahan tanah

    Semua kerusakan yang diakibatkan oleh manusia di atas berpangkal pada

    lemahnya etika terhadap lingkungan. Etika bermuara pada pendidikan dan tauladan

    yang diberikan kepada manusia. Pendidikan dan tauladan tidak hanya di sekolah,

    tetapi juga di rumah dan di masyarakat. Penulis pernah membaca suatu artikel yang

    ditulis oleh Tina Afiatin dari Fakultas Psikologi UGM, dia mengungkapkan bahwa

    banyak siswa yang tahu dan hafal materi pelajaran, tetapi tidak mampu

    mengaflikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh, siswa

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    5

    tahu tentang makanan sehat, tetapi perilaku makannya tidak menunjukkan perilaku

    makan yang sehat, mereka lebih menyukai fast food dan soft drink dari pada makan

    nasi dengan sayur dan buah, serta minum susu. Siswa tahu bagaimana berperilaku

    sosial yang baik, tetapi mereka kurang mampu menghargai orang lain, berperilaku

    sopan dan bertoleransi. Sehingga makin banyak sekarang anak-anak terlibat tawuran

    dan melakukan kekerasan kepada orang lain. Kalau kita cermati, proses belajar yang

    diperoleh siswa lebih pada belajar tentang (learning about thing) dari pada belajar

    menjadi (learning how to be). Siswa belajar tentang hidup sehat, apa pengertian dan

    ciri-cirinya serta cara perilaku sehingga mencapai hidup sehat, tetapi siswa tidak

    belajar bagaimana mengubah perilaku untuk mencapai hidup sehat itu. Siswa

    diajarkan agar membuang sampah pada tempatnya dan diajarkan dampak yang terjadi

    kalau mereka membuang disembarang tempat, tetapi mereka tidak diajarkan

    bagaimana merubah kebiasaan agar selalu membuang sampah pada tempatnya.

    Memang kita pernah belajar tentang Student Centered Learning, dimana

    proses pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) menjadi

    pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) yang mana diharapkan

    dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan,

    sikap, dan perilaku. Akan tetapi mengapa tetap saja belum bisa merubah sikap siswa

    sesuai dengan yang diharapkan.

    Perubahan sikap harus dimulai dari kesadaran tentang pentingnya nilai-nilai

    yang akan ditanamkan pada siswa. Menurut penulis, siswa perlu tauladan, prosedur

    yang benar, aturan, dan sanksi yang tegas bagi yang melanggar, tidak hanya teori dan

    berbagai tetek bengeknya. Tauladan itu bisa berasal dari teman-temannya yang sudah

    baik, guru, orang tua, dan masyarakat termasuk pemimpinnya. Hal ini yang sudah

    dilakukan di negara-negara maju. Penulis pernah ditanya oleh teman yang sama-

    sama sekolah di Jerman, ketika kamu pulang ke tanah air dan masuk kembali ke

    kampus, apa yang pertama-tama kamu rasakan ? jawabannya sangat sederhana masih

    banyak sampah yang bertebaran di sekitar kampus, walaupun hampir setiap hari

    disapu, tetapi masih saja ada sampah yang dibuang tidak pada tempatnya. Hal ini

    sangat berbeda ketika saya masih sekolah di Jerman, kampus selalu bersih dari

    sampah dan kesadaran mereka sangat tinggi akan pentingnya kebersihan, Bagaimana

    meningkatkan pentingnya etika lingkungan itulah salah satu kuncinya.

    Pemerintah menerbitkan berbagai aturan tentang pengelolaan lingkungan

    hidup, antara lain.

    Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

    Pengelolaan Lingkungan Hidup.

    Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL

    (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    6

    Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan,

    dengan tujuan pokoknya 1) Menanggulangi kasus pencemaran, 2) Mengawasi

    bahan berbahaya dan beracun (B3), 3) Melakukan penilaian analisis mengenai

    dampak lingkungan (AMDAL).

    UU RI No. 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

    Hidup

    Pertanyaan yang sering muncul di benak kita, mengapa masih saja terjadi

    pencemaran lingkungan dan bencana lingkungan, tentunya berbagai aturan dan sanksi

    belumlah cukup bagi kita manusia. Yang dibutuhkan adalah bagaimana agar kita

    semua sadar akan pentingnya lingkungan bagi kehidupan. Bencana lingkungan hanya

    dipandang seperti pemadam kebakaran, artinya kalau terjadi bencana dan menelan

    korban barulah gencar dibicarakan, tetapi ketika bencana sudah reda tidak dilakukan

    upaya-upaya penanggulangan selanjutnya.

    Pernahkah kita berpikir bahwa melakukan pengurukan lahan rawa untuk

    pemukiman dan jalan akan berdampak pada rusaknya habitat berbagai makhluk hidup

    lainnya? Sebenarnya makhluk hidup itu berperan dalam ekosistem di rawa.

    Pernahkan kita berpikir bahwa menebang pohon di hutan akan berdampak pada

    rusaknya habitat berbagai satwa, meningkatnya CO2 di udara yang berdampak pada

    meningkatnya pemanasan global, dan hilangnya sumber plasma nutfah? Memang

    terkadang dampak tidak dirasakan dalam jangka pendek, tetapi jangka panjang.

    Menumbuhkan kesadaran itulah yang harus kita tanamkan kepada siswa, dalam

    bentuk tauladan. Bagaimana guru bisa menegur muridnya untuk tidak merokok, kalau

    gurunya sendiri merokok? Bagaimana murid disuruh membuang sampah pada

    tempatnya, kalau gurunya sendiri tidak melakukannya?

    DAFTAR PUSTAKA Keraf S., A. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Soemarwoto, O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:

    Penerbit Djambatan. Tina, Afiatin. Pembelajaran Berbasis Student-Centered Learning. www.inparametric.

    com

    http://www.inparametric/

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    7

    IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS INKUIRI DENGAN SETTING KOOPERATIF TIPE PENYELIDIKAN KELOMPOK PADA KONSEP JENIS-JENIS LIMBAH DAN DAUR ULANG LIMBAH TERHADAP HASIL

    BELAJAR DAN PERILAKU BERKARAKTER SISWA DI SMA

    (Penelitian Eksperimen melalui Pengamatan dan Penyelidikan di Kawasan Pasar Amuntai)

    Najimatul Ilmiyah

    (Dosen STKIP Banjarmasin; Alumni Program Studi Magister Pendidikan Biologi PPs Unlam Banjarmasin)

    Abstrak

    Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh implementasi perangkat

    pembelajaran berbasis inkuiri dengan setting kooperatif tipe penyelidikan kelompok

    terhadap hasil belajar siswa, mendeskripsikan perilaku berkarakter, kinerja siswa,

    aktivitas guru selama proses pembelajaran dan respon siswa terhadap proses

    pembelajaran. Rancangan kuasi eksperimen melibatkan kelas eksperimen dan kelas

    kontrol dengan rancangan penelitian The Nonequivalent Control Group Design.

    Teknik pengumpulan data menggunakan hasil belajar siswa yang diambil dari tes-

    awal dan tes-akhir, observasi perilaku berkarakter siswa, observasi kinerja siswa,

    observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran, dan respon siswa terhadap

    proses pembelajaran. Rerata hasil belajar meningkat dari 50,97 menjadi 82,58 pada

    pertemuan I dan dari 60,65 menjadi 95,16 untuk pertemuan II. Rerata hasil belajar

    produk antara kelas perlakuan dengan menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri

    dengan setting kooperatif tipe penyelidikan kelompok lebih baik daripada kelas

    kontrol. Perilaku berkarakter yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar

    berlangsung meningkat dari pertemuan I ke pertemuan II. Kinerja siswa

    menunjukkan perubahan yang sangat baik dan skor rerata secara umum meningkat

    dari pertemuan I ke pertemuan II. Aktivitas guru (kualitas, kemampuan) meningkat

    pada pertemuan II dibanding pertemuan I. Respon siswa terhadap pembelajaran yang

    disajikan guru sangat positif. Siswa sangat termotivasi dan berminat untuk mengikuti

    pembelajaran berikutnya dengan model serupa.

    Kata kunci: inkuiri, setting kooperatif, hasil belajar, berkarakter, limbah.

    PENDAHULUAN

    Pasal I UU Sisdiknas Tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan

    pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki

    kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Amanah Undang-Undang itu bermaksud

    agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, tetapi juga

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    8

    berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang

    tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta

    agama (Suyanto, 2009). Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses

    untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses

    pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan

    pengawasan proses pembelajaran.

    Proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

    dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

    cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

    perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Nur, 2011b). Oleh karena itu,

    seorang guru perlu membuat perangkat pembelajaran yang salah satu di dalamnya

    adalah memuat perilaku berkarakter bagi siswa. Perangkat pembelajaran merupakan

    syarat utama dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Salah satu pendekatan

    yang digunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah pendekatan

    konstruktivis.

    Pembelajaran biologi yang didominasi oleh guru selama proses

    pembelajaran seperti ceramah, bersifat hafalan, dan kurang mementingkan proses

    masih dijumpai di kelas-kelas. Siswa pasif mendengarkan penjelasan guru dan konsep

    yang ada di buku kurang dikaitkan dengan lingkungan sekitar siswa. Hal ini membuat

    pembelajaran tidak efektif dan cenderung membosankan. Kemampuan awal yang

    dimiliki siswa pelajaran IPA di SD merupakan dasar pelajaran biologi di SMP dan

    selanjutnya di SMP merupakan dasar pelajaran di SMA sangat perlu diperhatikan

    dan digali oleh guru, agar siswa dapat menghubungkan materi yang telah dipelajari

    dengan materi yang akan dipelajari. Model pembelajaran ini mengaktifkan siswa dan

    menjadikan lingkungan sebagai salah satu sumber belajar, sehingga siswa sendiri

    yang aktif menemukan kajian isi pembelajaran dan mengkaitkan konsep yang sedang

    dipelajari dengan kondisi nyata di lingkungan sekitar Dengan demikian, konteks

    pembelajaran menjadi bermakna.

    Penanaman konsep, misalnya konsep biologi pokok bahasan jenis-jenis

    limbah dan daur ulang limbah pada siswa tidak cukup hanya sekedar melalui

    ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna, jika siswa diberi kesempatan tahu dan

    terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari

    lingkungan dengan cara mengamati dan bereksperimen dengan bimbingan guru.

    Manusia merupakan bagian dari lingkungan. Lingkungan berfungsi penting untuk

    semua makhluk hidup. Pembelajaran biologi tidak saja menuntut siswa mampu

    mengaitkan materi biologi dengan perkembangan teknologi, tetapi juga harus mampu

    mengaplikasikannya di lingkungan sekitar. Biologi adalah ilmu yang mempelajari

    segala hal terkait dengan hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya.

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    9

    Penyajian materi yang bernuansa lingkungan dapat dilakukan dengan

    berbagai macam model pembelajaran; misalnya, melalui model inkuiri yang

    dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif. Biologi sebagai salah satu bidang

    IPA menurut Subandi (2007), menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk

    memahami konsep dan proses sains. Di dalam KTSP salah satu KD yang

    berhubungan dengan keterampilan proses adalah menganalisis jenis-jenis limbah dan

    daur ulang limbah. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati,

    mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan

    selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,

    menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara

    lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk

    menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Ini semua

    merupakan proses-proses yang terdapat dalam pembelajaran berbasis inkuiri.

    Hasil tes ketuntasan belajar siswa bidang studi IPA/Biologi kelas X SMA

    Negeri 1 Amuntai menunjukkan masih ada siswa berada di bawah garis

    ketuntasan/tidak tuntas. Pembelajaran menggunakan model inkuiri dengan setting

    kooperatif tipe penyelidikan kelompok, khususnya pada konsep jenis-jenis limbah

    dan daur ulang limbah belum pernah dilakukan di SMAN 1 Amuntai. Pembelajaran

    konsep limbah dan daur ulang limbah biasa diajarkan dengan menggunakan metode

    ceramah, sehingga rerata kelas masih berada pada standar yang telah ditentukan.

    Pembelajaran dengan metode ceramah lebih banyak menuntut keaktifan guru

    dari pada siswa. Akhirnya, hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru ke siswa,

    sehingga pelajaran menjadi kurang bermakna. Di samping itu, keaktifan siswa sangat

    kurang dan siswa kurang tertarik pada pembelajaran.

    Trianto (2009) menegaskan bahwa inkuiri merupakan bagian inti dari

    kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang

    diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi

    hasil menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada

    kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. Tahap pembelajaran yang

    digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi dari tahap pembelajaran inkuiri yang

    dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (1996), yaitu mengajukan pertanyaan tentang

    fenomena alam yang dihadapi, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan

    percobaan untuk memperoleh informasi, mengumpulkan data dan membuat

    kesimpulan.

    Di dalam kurikulum SLTA tahun 2006 yang dikenal dengan KTSP, materi

    limbah dan daur ulang limbah diajarkan pada kelas X semester genap dan dituangkan

    dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai siswa dalam

    pembelajaran biologi. Standar Kompetensinya adalah menganalisis hubungan

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    10

    komponen ekosistem, perubahan materi dan energi, serta peranan manusia dalam

    keseimbangan ekosistem. Kompetensi Dasarnya adalah menganalisis jenis-jenis

    limbah dan daur ulang limbah.

    METODE

    Penelitian kuasi eksperimen The Nonequivalent Control Group Design

    (Gage, 1996) melibatkan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Data kuantitatif

    diperoleh dari tes hasil belajar (tes-awal dan tes-akhir). Pengukuran deskriptif

    kualitatif adalah 1) mendeskripsikan perilaku berkarakter siswa, 2) mendeskripsikan

    kinerja siswa, 3) mendekripsikan aktivitas guru selama pembelajaran, dan 4)

    mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran berbasis inkuiri dengan setting

    kooperatif tipe penyelidikan kelompok pada konsep jenis-jenis limbah dan daur ulang

    limbah.

    Data hasil belajar diperoleh dari tes-awal dan tes-akhir siswa. Data perilaku

    berkarakter siswa diperoleh dari lembar pengamatan perilaku berkarakter. Data

    kinerja siswa diperoleh dari lembar pengamatan efektifitas pembelajaran (adaptasi

    dari Borich, 2005). Data aktivitas guru diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru.

    Respon siswa terhadap pembelajaran diperoleh dari instrumen respon siswa.

    Data tes diolah dengan teknik persentase. Formulanya

    P = %100N

    f

    Dalam hal ini, P = angka persentase, f = frequensi yang sedang dicari, N = jumlah

    frekuensi/banyaknya individu.

    Data kuantitatif diolah dengan teknik persentase dan ketuntasan belajar diolah

    menurut kriteria.

    Secara klasikal, presentasi = %100%75

    xnkeseluruhasiswaJumlah

    nilaidengansiswaJumlah

    Secara individual, presentasi = %100XseluruhnyasoalJumlah

    benaryangsoaljawabanJumlah

    Kriteria Ketuntasan Belajar:

    1. Ketuntasan Individual (KI); jika siswa mencapai ketuntasan 75%

    2. Ketuntasan Klasikal (KK); jika 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan

    75% (Usman dan Setiawati, 2003).

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    11

    3. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis

    inkuiri dengan setting kooperatif tipe penyelidikan kelompok dikatakan baik,

    apabila minimal 65% siswa menjawab Ya

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1) Hasil Belajar

    Di kelas perlakuan pada tes-awal pertemuan I hanya 2 orang siswa yang

    mencapai nilai 75 (KI), sedangkan secara klasikal mencapai 6,45%. Ini

    menunjukkan bahwa secara klasikal hasil tes-awal pada pertemuan I belum tuntas.

    Setelah pembelajaran berbasis inkuiri dengan setting kooperatif tipe penyelidikan

    kelompok, hasil tes-akhir pada pertemuan I meningkat; 28 orang siswa mencapai nilai

    75 dan secara klasikal mencapai ketuntasan 90,32%.

    Peningkatan nilai siswa berada pada rentang 20-80 pada tes-awal dengan

    nilai rerata 50,97. Pada tes-akhir nilai berada pada rentang 60-100 dengan rerata

    82,58. Ini meningkat 31,61. Hasil pembelajaran sudah mencapai KK, tetapi

    peningkatan masih terbilang minim (5,32%). Diharapkan pengalaman pada

    pertemuan I sangat membantu selama pembelajaran pada pertemuan II.

    Di kelas kontrol pada tes-awal pertamuan I tidak ada siswa yang mencapai

    nilai 75 (KI). Secara klasikal pada tes-awal kelas kontrol semua siswa tidak tuntas

    atau 0%. Nilai siswa kelas kontrol pada tes-awal berada pada rentang 20-60 dengan

    nilai rerata 39,38. Pada tes-akhir nilai siswa berada pada rentang 40-80 dengan nilai

    rerata 65,63. Ini meningkat 26,25. Hasil belajar dengan pembelajaran konvensional

    menunjukkan KK 25%, tetapi ini masih jauh dari KK.

    Pada tes-awal pertemuan II di kelas perlakuan, 4 orang mencapai nilai 75,

    sedangkan secara klasikal mencapai ketuntasan sebesar 12,90%. Secara klasikal hasil

    tes-awal pertemuan II belum tuntas. Setelah pembelajaran, hasil tes-akhir pada

    pertemuan II meningkat. Semua siswa (31 orang) mencapai nilai 75 dan secara

    klasikal mengalami ketuntasan 100%.

    Nilai siswa berada pada rentang 30-80 dengan nilai rerata 60,65. Pada tes-

    akhir nilai yang diperoleh siswa berada pada rentang 80-100 dengan nilai rerata

    95,16. Secara keseluruhan hasil belajar siswa pada pertemuan II meningkat dari nilai

    rerata 60,65 menjadi 95,16 pada tes-akhir. Data hasil pembelajaran mencapai KK.

    Di kelas kontrol pertemuan II pada tes-awal, 4 orang siswa mencapai nilai

    75, sedangkan secara klasikal 12,50%. Nilai berada pada rentang 30-80 dengan rerata

    50, 94. Pada tes-akhir nilai nilai berada pada rentang 50-80 dengan rerata 70,94. Ini

    meningkat 20,00. Pembelajaran konvensional menunjukkan KK 28,13% dan ini

    masih jauh dari KK 85%.

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    12

    Berdasarkan pada peningkatan dari hasil tes-awal dan tes-akhir baik di kelas

    perlakuan maupun kelas kontrol, dapat diketahui bahwa hasil belajar pada kelas

    perlakuan lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Peningkatan nilai hasil belajar terjadi

    pada semua siswa kelas perlakuan, karena siswa sudah bisa mengikuti pelajaran

    dengan baik, lebih antusias, dan termotivasi mengikuti pembelajaran berbasis inkuiri

    dengan setting kooperatif tipe penyelidikan. Materi pembelajaran yang dikaitkan

    dengan keadaan lingkungan sekitar siswa mampu membawa siswa ke dalam kajian isi

    pembelajaran dan konsep relevan bagi mereka dan memberi makna dalam kehidupan

    sehari-hari, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar atau. Dengan

    kata lain, guru hanya sebagai fasilitator bukan orang yang mendominasi

    pembelajaran.

    Suparno (1997) berpendapat ciri atau prinsip belajar berarti mencari makna.

    Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

    Sardiman (2006) menegaskan bahwa seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau

    pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama

    dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar

    inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi meliputi dua hal: (1) mengetahui apa

    yang akan dipelajari; dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua

    unsur motivasi inilah dasar permulaan yang baik untuk belajar. Tanpa motivasi,

    kegiatan belajar mengajar sulit berhasil.

    Pembelajaran berbasis inkuiri dengan setting kooperatif dapat meningkatkan

    hasil belajar siswa, karena pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan

    pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi kegiatan yang memungkinkan siswa

    merekonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya (teori konstruktivisme).

    Siswa juga mencari sendiri makna dari yang mereka pelajari. Menurut Hisyam dkk.

    (2008), belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil

    belajar maksimum. Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima dari pengajaran,

    ada kecenderungan untuk cepat melupakan yang telah diberikan. Oleh sebab itu

    diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru saja diterima

    dari guru/dosen.

    Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu

    dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari

    lingkungan dengan cara mengamati dan bereksperimen dengan bimbingan guru. Pada

    dasarnya penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran dapat meningkatkan

    proses dan hasil belajar siswa. Hal serupa juga dijumpai pada pembelajaran dengan

    menggunakan pendekatan lingkungan dan kooperatif. Bila ketiga pendekatan ini

    digunakan dalam pembelajaran, proses dan hasil belajar siswa meningkat serta guru

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    13

    mudah mengajarkan konsep khususnya jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah agar

    memberi makna dalam kehidupan sehari-hari siswa.

    Murtiani (2008) melaporkan bahwa penggunaan pendekatan inkuiri dapat

    meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa SMP Negeri 1 Batu Ampar pada

    materi difusi dan osmosis. Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan

    mencapai batas KK ( 85%). Pada siklus 1 hasil tes-awal 31,03% dan tes-akhir

    96,55%, sedangkan pada siklus 2 58,62% pada tes-awal dan 86,20% pada tes-akhir.

    Pengetahuan siswa tergolong baik menjadi cukup baik, sedangkan hasil keterampilan

    tergolong baik. Rosmalina (2010) menunjukkan bahwa penerapan bahan ajar berbasis

    inkuiri berpengaruh positif terhadap pemahaman konsep saling ketergantungan di

    sekolah dasar Kecamatan Beruntung Baru, Kabupaten Banjar. Penerapan bahan ajar

    berbasis inkuiri ini dapat dijadikan pilihan yang baik dalam pembelajaran, karena

    pendekatan inkuiri memberi pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

    Arisuweni (2006) menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan

    lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan penguasaan

    konsep, serta dapat meningkatkan sikap siswa terhadap lingkungannya. Kesan dan

    tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan lingkungan pun

    meningkat dan positif.

    Kualitas pembelajaran siswa dalam memperoleh pengetahuannya melalui

    pengamatan dan penyelidikan di kawasan pasar sekitar sekolah dapat diketahui dari

    hasil pikiran yang mereka tuangkan dalam mengisi lembar kerja siswa (LKS) yang

    sudah di siapkan guru sebelumnya. Hasil lembar kerja siswa proses dan psikomotor

    melalui pembelajaran pada pertemuan I yang membahas jenisjenis limbah mencapai

    88% dan pada pertemuan II yang membahas daur ulang limbah 99,40%. Hasil lembar

    kerja siswa kelas perlakuan pada pertemuan I masih terdapat 1 kelompok siswa

    dengan kategori sedang (56-75%). Pada pertemuan II meningkat. Semua kelompok

    menunjukkan kategori baik (76-100%).

    Belajar menggunakan model inkuiri selain berorientasi kepada hasil belajar

    juga berorientasi pada proses belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi, baik

    interaksi antara siswa maupun interaksi dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan

    lingkungan. Menurut Dharma (2008), pembelajaran berbasis inkuiri menekankan

    kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara

    langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri

    materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa

    untuk belajar. Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan rangkaian kegiatan

    pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari

    dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    14

    sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi

    pemberlajaran ini juga dinamakan strategi heuristic, yang berarti saya menemukan.

    Hasil belajar siswa berupa proses dan psikomotor pada kelas kontrol tidak

    ada, karena siswa pada kelas kontrol hanya belajar di dalam kelas dengan bantuan

    bahan ajar dan buku paket pegangan siswa. Dari proses belajar tersebut siswa kelas

    perlakuan diharapkan memperoleh pengetahuannya sendiri dari data-data yang telah

    diperoleh dari lingkungan tempat belajarnya; dalam penelitian ini tempat belajarnya

    adalah lingkungan kawasan pasar di sekitar sekolah. Ahli konstruktivis Piaget,

    Vygotsky dalam Ibrahim dkk. (2000) menekankan kebutuhan siswa menyelidiki

    lingkungan dan membangun sendiri pengetahuan bermakna pada diri siswa.

    Menurut Susilo (2003), siswa melakukan serangkaian kegiatan intelektual

    agar pengalaman (masalahnya) dapat dipahami. Inkuiri menekankan pada adanya

    inisiatif siswa untuk mengalami proses belajarnya sendiri. Melalui pendekatan ini

    siswa diberi kesempatan mencari dan menemukan keteraturan-keteraturan dan hal-hal

    yang berhubungan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri. Selain itu belajar

    melalui inkuri memperpanjang proses ingatan. Dengan kata lain, hal-hal yang

    dipelajari melalui inkuri lebih lama diingat oleh siswa (Dahar dan Liliasari, 1886).

    Steven dan Slavin (1995) menyatakan bahwa dengan pembelajaran

    kelompok/kooperatif, hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa

    yang diorganisasikan secara tradisional/konvensional.

    2) Perilaku Berkarakter Siswa

    Perilaku berkarakter siswa dalam kegiatan belajar mengajar pertemuan I

    pada konsep jenis-jenis limbah menunjukkan skala kemajuan dan memerlukan

    perbaikan. Hal ini terlihat dari penilaian observer terhadap 7 perilaku berkarakter

    yang seharusnya ditunjukkan oleh siswa dalam pembelajaran: ketelitian, kejujuran,

    peduli, komunikasi, kerjasama, terbuka, menghargai teman, dan bertanggungjawab.

    Perilaku berkarakter yang diharapkan ada pada diri siswa secara umum

    menunjukkan peningkatan dari pertemuan I ke pertemuan II. Ini dapat dilihat dari

    kondisi siswa yang sudah mulai termotivasi dan merasa senang, ketika teman

    memperlakukannya dengan baik. Seyogyanya teman itu pun menginginkan perlakuan

    yang sama olehnya. Di sini siswa dapat mengontrol dan mempertimbangkan

    perilakunya agar satu sama lain merasa nyaman dan berjalan ke arah yang lebih baik.

    Tujuh perilaku berkarakter yang diamati selama kegiatan belajar mengajar dengan

    jumlah siswa 31 orang sudah tergolong dalam skala sangat baik dan memuaskan.

    Artinya, pembelajaran ini mampu meningkatkan perilaku berkarakter siswa.

    Pembelajaran ini tidak hanya meningkatkan hasil belajar, tetapi juga

    meningkatkan perilaku berkarakter siswa. Anitah dkk. (2008) berpendapat bahwa

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    15

    pembelajaran kooperatif yang dipadukan dengan pembelajaran berbasis inkuiri

    memberi siswa kesempatan untuk membina rasa tanggung jawab, rasa toleransi.

    Lebih jauh siswa akan memahami materi pelajaran yang bersifat problematik dengan

    alternatif penyelesaiannya. Secara langsung siswa akan belajar berpikir logis, kritis,

    dan kooperatif dalam memberikan alternatif penyelesaian masalah melalui

    kesempatan kelompok. Oleh karena itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran agar

    siswa memiliki kemampuan sosial, seperti bekerja sama, berkomunikasi,

    bermusyawarah, dan berinteraksi yang dibentuk melalui kelompoknya.

    Melalui belajar kelompok siswa tidak hanya mendapat kesempatan untuk

    mengembangkan konsep, tetapi juga kesempatan untuk mengembangkan aktivitas

    sosial, sikap dan nilai (Depdikbud, 1990 dalam Anitah dkk, 2008). Menurut

    Kunandar (2007), di dalam pembelajaran berbasis inkuiri yang mengikuti metode

    sains, siswa belajar menjadi seorang ilmuwan. Siswa tidak hanya belajar tentang

    konsep atau fakta, tetapi juga proses dan sikap.

    Dalam buletin Character Educator, yang terbitan Character Education

    Partnership diuraikan hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri-

    St. Louis yang menunjukkan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih

    prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter.

    Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter

    menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat

    menghambat keberhasilan akademik (Suyanto, 2009).

    3) Kinerja Siswa

    Skor rerata setiap perilaku siswa yang menunjukkan kinerja secara umum

    meningkat. Peningkatan skor rerata kinerja yang paling banyak dilakukan oleh siswa

    dari pertemuan I ke pertemuan II adalah interaksi antar-siswa dan juga penyelidikan

    (rerata sama, 1,84), menggabungkan instruksi di kelas dengan konteks realistis (rerata

    1,00), standar yang kompoten di dunia nyata (rerata 0,83), kriteria proses (kreativitas,

    kerapian, penggunaan sumber daya, dan lain-lain) dan mewakili kehidupan nyata

    bukan buku kerja (nilai rerata sama, 0,67), integrasi pengetahuan (rerata 0,66),

    mendiskusikan ide/materi ajar dan mengkritik/menganalisis respon siswa lain serta

    melakukan hal-hal rutin dengan menggunakan informasi yang diperoleh (rerata 0,50),

    menulis tugas dan memberi pendapat secara informal (rerata 0,34), identifikasi peran

    siswa, kinerja oral, membaca/mempresentasikan tugas, membaca teks/bahan

    pembelajaran, kriteria produk (keakuratan, keterpakaian, dan lain-lain) (rerata sama,

    0,33), interaksi guru dan siswa serta identifikasi tugas terhadap bahan pendukung atau

    bahan ajar (rerata 0,17), dan pertanyaan-pertanyaan lisan (0,16).

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    16

    Kinerja siswa dalam pembelajaran pada pertemuan I dan pertemuan II

    berubah sangat baik dan skor rerata setiap kategori perilaku siswa yang menunjukkan

    kinerja secara umum meningkat. Pada pertemuan I masih banyak aktivitas siswa yang

    kinerjanya kurang. Hal ini, karena siswa belum terkondisi dengan keadaan yang

    dibentuk dari perbedaan latar belakang dan taraf pengetahuan, lingkungan sosial

    ekonomi, dan gaya belajar. Siswa belum memahami cara belajar dari guru, sehingga

    masih banyak yang kurang melakukan aktivitas yang seharusnya, kurang motivasi

    dalam diri siswa sendiri untuk melaksanakan pembelajaran karena pembelajaran ini

    masih baru bagi mereka. Siswa masih bingung dan belum bisa melaksanakan

    sepenuhnya proses belajar mengajar.

    Belajar memerlukan motivasi. Hasilnya akan optimal, kalau ada motivasi.

    Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pula pelajaran. Motivasi berarti

    serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang

    mau dan ingin melakukan sesuatu. Bila tidak suka, siswa akan berusaha meniadakan

    atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor

    dari luar, tetapi tumbuh di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

    menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan

    belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. Jadi motivasi

    akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar para siswa (Sardiman, 2006).

    Pada pertemuan II semua kategori kinerja siswa dapat dimaksimalkan. Dari

    semua kategori kinerja siswa tersebut peningkatan skor rerata kinerja yang paling

    menonjol adalah interaksi siswa dengan siswa dan juga melakukan penyelidikan

    (rerata sama, 1,84), menggabungkan instruksi di kelas dengan konteks realistis (rerata

    1,00), standar yang kompoten didunia nyata (rerata 0,83), kriteria proses (kreativitas,

    kerapian, penggunaan sumber daya, dan lain-lain) dan mewakili kehidupan nyata

    bukan buku kerja (rerata sama, 0,67), dan integrasi pengetahuan (rerata 0,66).

    Pada pertemuan II ini siswa sudah terkontrol dan lebih fokus terhadap

    masalah pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa pun mengerti dan menyadari

    pentingnya pemahaman konsep jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah, bukan

    sekedar teori, melainkan kebermaknaan nyata di lingkungan sekitar siswa sehingga

    mereka sudah mulai terpusat pada pembelajaran yang disajikan guru. Hal ini

    menggambarkan bahwa siswa bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan lebih

    termotivasi mengikutinya.

    Dengan demikian, pembelajaran berbasis inkuiri dengan setting kooperatif

    tipe penyelidikan kelompok dapat meningkatkan kinerja siswa selama proses belajar

    mengajar. Mulyanto (2005) menegaskan bahwa KTSP memberikan sinyal dalam

    implementasinya menggunakan strategi dengan menekankan pada aspek kinerja

    siswa (Contextual Teaching and Learning). CTL menyampaikan pesan yang

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    17

    menekankan pada (1) menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, (2)

    mempelajari konsep-konsep abstrak dengan melakukan aktivitas-aktivitas praktis, dan

    (3) menghubungkan pelajaran sekolah dan dunia nyata. Peran sentral ini memiliki arti

    bahwa belajar dengan melakukan sesuatu membuat hubungan-hubungan

    menghasilkan makna, dan pada saat melihat makna, pengetahuan dan keterampilan

    diperoleh dan diserap. Jadi, fungsi dan peranan guru hanya sebagai mediator-siswa

    untuk lebih proaktif merumuskan sendiri fenomena berkaitan dengan fokus kajian

    secara kontekstual, bukan tekstual.

    Pendekatan yang digunakan dalam implementasi perangkat pembelajaran ini

    adalah pendekatan konstruktivis, pendekatan yang berciri student centered yang

    ditekankan kepada learning, juga memerhatikan prinsip-prinsip Contextual Teaching

    and Learning (Mulyanto, 2005). Salah satu bentuk pembelajaran yang disarankan

    dari KTSP adalah pembelajaran berbasis inkuiri (Kunandar, 2007). Inkuiri merupakan

    kegiatan inti dari pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning.

    Pengetahuan dari keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat

    seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

    Berlyne dalam Slavin (2008) menyatakan bahwa belajar menggunakan

    pendekatan inkuiri akan memacu kehendak-tahuan siswa, memotivasi untuk

    melanjutkan pekerjaan hingga menemukan jawaban. Selain itu, siswa juga dapat

    memecahkan masalah secara mandiri dan keterampilan berfikir kritis karena harus

    selalu menganalisis dan menangani informasi. Dengan demikian, jika pembelajaran

    dengan pendekatan inkuiri sudah dilaksanakan baik, tiga tujuan dapat dicapai

    sekaligus, yaitu (a) merangsang rasa ingin tahu pada siswa, (b) menemukan informasi

    atau pengetahuan yang merupakan jawaban pertanyaan dan masalah yang diajukan,

    dan (c) melatih keterampilan metode ilmiah melalui kerja ilmiah sehingga sekaligus

    menghayati bagaimana kerja keras dilakukan oleh para ilmuwan (Ibrahim, 2005).

    Pembelajaran berbasis inkuiri dengan setting kooperatif tipe penyelidikan

    kelompok merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang

    diajarkan dengan lingkungan siswa, sehingga menjadi konteks pembelajaran yang

    bermakna, yang akan mampu membawa siswa ke dalam kajian isi pembelajaran dan

    konsep yang relevan bagi mereka dan memberi makna dalam kehidupan sehari-hari.

    4) Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

    Pada pertemuan I hasil observasi aktivitas guru dari dua orang pengamat

    mulai dari tahap persiapan hingga tahap pelaksanaan hanya ada 3 aspek yang

    mendapat nilai cukup baik yaitu persiapan secara keseluruhan, selalu mengingatkan

    siswa untuk melakukan perilaku berkarakter dan keterampilan sosial dan suasana

    kelas. Guru belum maksimal melaksanakan pembelajaran (seperti pada pendahuluan

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    18

    dalam bertanya jawab dengan siswa) serta kurang mengorganisasi dengan baik tahap

    kegiatan inti (terutama dalam hal meminta siswa memberi hipotesis, membimbing

    siswa dalam mendiskusikan hasil penyelidikan serta pengelolaan waktu).

    Keterbatasan waktu menjadi alasan, karena pelaksanaan pembelajaran ini

    membutuhkan waktu yang relatif banyak. Guru perlu memperhatikan alokasi waktu

    yang disediakan agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal.

    Pada pertemuan II, aktivitas guru sudah berkategori baik dan sesuai dengan

    prosedur. Terlihat jelas penurunan dominansi aktivitas guru. Sebaliknya, siswa

    terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa antusias mengikuti pelajaran. Pengelolaan

    waktu sudah baik, karena guru dan siswa sudah mulai termotivasi dan mampu

    melaksanakan tahapan-tahapan pembelajaran. Guru lebih memosisikan dirinya

    sebagai fasilitator, yang memberi kemudahan belajar kepada siswa. Peserta didik

    terlibat aktif dalam pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberi arahan dan

    bimbingan serta mengatur sirkulasi dan jalannya pembelajaran.

    Sardiman (2006) menegaskan bahwa yang terpenting dalam pembelajaran

    adalah bagaimana guru menciptakan kondisi atau proses yang mengarahkan siswa

    melakukan aktivitas belajar. Sudah barang tentu peran guru sangat penting. Guru

    melakukan usaha-usaha untuk menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak

    didik melakukan aktivitas belajar dengan baik. Untuk belajar dengan baik diperlukan

    proses dan motivasi yang baik pula. Motivasi belajar siswa akan muncul apabila guru

    dapat memberikan suasana belajar yang kondusif, menyenangkan, dan efektif (Anitah

    dkk., 2008). Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa.

    Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan dan

    siswa diminta merumuskan hipotesis. Menurut Anitah dkk. (2008), umumnya tujuan

    bertanya adalah memperoleh informasi. Namun, kegiatan bertanya guru juga

    meningkatkan interaksi guru dengan siswa serta siswa dengan siswa. Dengan

    demikian, pertanyaan guru tidak hanya mendapat informasi tentang pengetahuan

    siswa, tetapi juga mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

    Suparno (2001) mengemukakan bahwa sebelum mengajar (tahap persiapan),

    guru diharapkan mempersiapkan bahan ajar, mempersiapkan alat peraga/praktikum

    yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing

    siswa aktif belajar, mempelajari keadaan dan mengerti kelemahan dan kelebihan

    siswa, serta mempelajari pengetahuan awal siswa. Semuanya akan terurai

    pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran.

    5) Respon Siswa terhadap Pembelajaran

    Data terakhir yang juga sangat mendukung dalam peningkatan hasil belajar

    dan perilaku berkarakter siswa selama mengikuti proses belajar mengajar adalah

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    19

    angket respon siswa terhadap pembelajaran. Siswa sangat menyukai proses belajar

    mengajar yang diterapkan karena pembelajaran tidak monoton, tidak membosankan

    dan memberikan respon positif, serta merasa termotivasi karena pelaksanaan

    pembelajaran yang menyenangkan dan jauh dari rasa tertekan. Siswa diberi

    kebebasan untuk mengeluarkan pendapat.

    Sardiman (2006) menegaskan belajar akan lebih efektif, bila didorong

    dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam/dasar kebutuhan/kesadaran atau

    intrinsic motivation. Lain halnya bila belajar dengan rasa takut atau dengan rasa

    tertekan dan menderita. Menurut Anitah dkk. (2008), siswa akan termotivasi,

    bersemangat, dan tidak takut mengajukan pendapat, karena diberi keleluasaan

    menyampaikan pendapat kepada siswa lain, bisa bekerjasama dengan teman, peduli

    terhadap siswa lain, saling menghargai pendapat, tidak saling mencela (menunjukkan

    perilaku berkarakter dan keterampilan sosial). Penghargaan dari guru dan teman-

    teman yang diberikan memotivasi siswa untuk tidak takut mengajukan pendapat.

    Penggunaan media yang dapat diproyeksikan (projected visual) berupa LCD

    dengan menayangkan macromedia flash tentang konsep pembelajaran jenis-jenis

    limbah dan daur ulang limbah digunakan untuk memotivasi siswa agar mengarah

    kepada tujuan pembelajaran. Menurut Anitah dkk. (2008), alat proyeksi berupa LCD

    bisa dimanfaatkan untuk menata pembelajaran lebih menarik lagi, karena bisa

    menampilkan berbagai hal terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran dibanding

    dengan alat proyeksi lain.

    Sistem pembelajaran dalam pandangan konstruktivis menurut Hudojo (1998)

    dalam Trianto (2009) mempunyai ciri-ciri (a) siswa terlibat aktif belajar dan belajar

    materi (pengetahuan) secara bermakna dengan bekerja dan berpikir serta (b)

    informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu

    dengan skema yang dimiliki siswa. Implikasi ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan

    konstruktivis adalah penyediaan lingkungan belajar yang konstruktif. Lingkungan

    belajar yang konstruktif (1) menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan

    pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga belajar

    merupakan proses pembentukan pengetahuan, (2) menyediakan berbagai alternatif

    pengalaman belajar, (3) mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan

    relevan dengan melibatkan pengalaman kongkrit, (4) mengintegrasikan pembelajaran

    yang memungkinkan interaksi dan kerjasama antara siswa, (5) memanfaatkan

    berbagai media agar pembelajaran lebih menarik, dan (6) melibatkan siswa secara

    emosional dan sosial sehingga biologi lebih menarik bagi siswa.

    AECT (1997) dalam Anitah dkk. (2008) menegaskan sumber belajar berupa

    lingkungan sekitar dapat dimanfaatkan menunjang kegiatan belajar mengajar secara

    optimal. Penyajian materi bernuansa lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    20

    macam pendekatan; misalnya, pendekatan inkuiri dengan pendekatan kooperatif tipe

    penyelidikan kelompok yang dipadukan dengan pendekatan lingkungan. Pendekatan

    lingkungan adalah strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai

    sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan

    untuk memecahkan masalah lingkungan dan menanamkan sikap cinta lingkungan.

    Lingkungan dapat digunakan untuk merangsang dan menarik perhatian siswa.

    Meningkatkan kualitas pembelajaran memerlukan perangkat pembelajaran

    yang berorientasi pada model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar

    siswa serta memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif membangun

    pengetahuannya sendiri (Woolfolk, 1993 dalam Nur, 1996). Berdasarkan pemahaman

    tersebut, teori pembelajaran kontekstual berfokus pada multiaspek lingkungan

    belajar; dalam penelitian ini berupa ruang kelas yang dipadukan dengan pemanfaatan

    lingkungan sekitar sekolah (kawasan pasar) sebagai sumber belajar pada konsep

    jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah.

    SIMPULAN DAN SARAN

    1. Rerata hasil belajar produk kelas perlakuan meningkat, baik pada pertemuan I

    maupun pertemuan II, rerata hasil belajar produk dengan pembelajaran ini lebih

    baik daripada hasil belajar produk tanpa perangkat pembelajaran.

    2. Pembelajaran ini berhasil dengan baik dalam peningkatan perilaku berkarakter.

    3. Pembelajaran ini berhasil dengan baik dalam peningkatan kinerja siswa.

    4. Aktivitas (keterlibatan) guru menurun. Sebaliknya, siswa terlibat aktif dalam

    pembelajaran pada pertemuan II dibanding dengan pada pertemuan I.

    5. Respon siswa terhadap pembelajaran ini menunjukkan hasil positif. Artinya,

    pembelajaran ini dapat diterima sebagai alternatif model pembelajaran lain.

    Siswa sangat termotivasi dan senang terhadap pembelajaran yang dilatihkan dan

    berminat untuk mengikuti pembelajaran berikutnya dengan model serupa.

    Disarankan kepada guru

    1) mempersiapkan perangkat pembelajaran beserta persyaratan lain sedini mungkin,

    agar pembelajaran bisa diterapkan dengan baik,

    2) mempersiapkan dan mengelola waktu pembelajaran dengan sebaik-baiknya,

    karena pembelajaran berbasis inkuiri dengan setting kooperatif tipe penyelidikan

    kelompok ini berpusat pada siswa sehingga menuntut manajemen waktu baik.

    DAFTAR PUSTAKA Anitah W, Sri. dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas

    Terbuka.

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    21

    Arisuweni. 2006. Penggunaan Pendekatan Lingkungan dalam Pembelajaran Saling

    Ketergantungan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa: Penelitian Tindakan Kelas di SLTP Kelas I (http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1123106-151053/). Diakses tanggal 10 Mei 2011.

    Borich, G.D. 2005. Observation Skill for Effective Teaching. New York: Merrill

    Publishing Company. Dahar, Ratna Wilis, dan Liliasari. 1986. Interaksi Belajar Mengajar IPA. Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Universitas Terbuka. Dharma, Surya. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Direktorat Tenaga

    Kependidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal. Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional.

    Eggen, P.D. and D.P. Kauchack. 1996. Strategies for Teachers Teaching Content and

    Thinking Skills. Boston: Allyn and Bacon. Gage, N.L. 1966. Handbook of Research On Teching Project of The American

    Educational Research Association. Chicago: A Departement of The National Education Association.

    Hisyam, Z., M. Bermawy, dan A.S. Ayu. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif.

    Yogyakarta : Pustaka Insan Madani. Ibrahim, Muslimin, Fida Rachmadiati, Mohamad Nur, dan Ismono. 2000.

    Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya University Press.

    Ibrahim, Muslimin. 2005. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

    Learning) Hakikat, Filosofi, dan Contoh Implementasinya. Banjarmasin: Jurusan PMIPA FKIP UNLAM.

    Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

    Mulyanto, H. 2005. Biologi SMA dan Madrasah Aliyah Kelas X Semester 2.

    Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Unesa. Murtiani. 2008. Penggunaan Pendekatan Inkuiri Dengan Pendekatan Kooperatif

    Untuk Meningkatkan Pemahaman Difusi dan Osmosis Pada Siswa SMP Negeri Batu Ampar. Skripsi. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNLAM (tidak dipublikasikan).

    Nur, M. 1996. Pola Pembelajaran dan Sosok Tenaga Kependidikan yang Sesuai

    dengan Tantangan dan Tuntutan Kehidupan Tahun 2020. Makalah Konvensi Pendidikan Indonesia III. Ujung Pandang.

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    22

    Rosmalina, I. 2010. Penerapan Bahan Ajar Berbasis Inkuiri terhadap Pemahaman Konsep Saling Ketergantungan di Sekolah Dasar Kecamatan Beruntung Baru Kabupaten Banjar. Skripsi. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNLAM.(tidak dipublikasikan).

    Sardiman, A.M. 2006. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada. Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Edisi Kedelapan

    Jilid 1. Jakarta: PT Indeks. Steven, R.J. dan R.E. Slavin. 1995. The Cooperative Elementary School Effect on

    Student Achievement, Attitudes, and Social Relations. American Educational Research journal, 32: 321+

    Subandi, A. 2007. KTSP Biologi SMA/MA. (http: //aansma11. blogspot. com/ 2007/

    06/ ktsp-biologi-sma/ma. html). Diakses 13 Mei 2011. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:

    Kanisius. Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.Yogyakarta:

    Kanisius. Susilo, Herawati. 2003. Kapita Selekta pembelajaran Biologi. Jakarta: Universitas

    Terbuka. Suyanto. 2009. Urgensi Pendidikan Karakter. (http://www. mandikdasmen.

    depdiknas. go. id/web/pages/urgensi. html). Diakses 1 Desember 2011. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya:

    Kencana Prenada Media Group. Usman, M.U. dan L. Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar

    Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    http://aansma11.blogspot.com/2007/06/ktsp-biologi-smama.htmlhttp://aansma11.blogspot.com/2007/06/ktsp-biologi-smama.html

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    23

    KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI INKUIRI TERBIMBING PADA KONSEP EKOSISTEM DI SMA

    Norhasanah 1); H. Muhammad Zaini 2)

    (1. Dosen FKIP Uvaya Banjarmasin; Alumni Magister Pendidikan Biologi Program Pascasarjana, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

    2. Dosen S1 dan S2 Pendidikan Biologi, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin)

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran biologi melalui

    inkuiri terbimbing pada konsep ekosistem di SMA. Metode penelitian kuantitatif ini

    menggunakan rancangan The Counterbalanced Design dengan dua kali pembelajaran.

    Populasi adalah siswa kelas X SMA Negeri 4 Barabai (157 orang siswa yang terbagi

    menjadi 6 kelas). Sampelnya 4 kelas yang terdiri atas dua kelas perlakuan dan dua

    kelas kontrol. Siswa kelas XA 25 orang, XB 28 orang, XE 25 orang, XF 22 orang.

    Pembelajaran biologi melalui inkuiri terbimbing tergolong efektif. Keterampilan

    inkuiri terbimbing berkategori baik (skor rerata 3,07), keterampilan menggunakan

    termometer berkategori baik (rerata 3,32), keterampilan sosial berkategori baik (rerata

    3,04), dan perilaku berkarakter berkategori cukup baik (rerata 2,99). Hasil belajar

    proses dengan skor rerata 76,65% (baik). Hasil belajar kognitif produk antara

    kelompok perlakuan dan kelompok kontrol berbeda secara signifikan; pada

    pembelajaran 1 (F = 93,31; p = 0,0001) dan pada pembelajaran 2 (F = 87,53; p =

    0,0001). Pembelajaran prototipe ini perlu didesiminasikan dalam konteks yang lebih

    luas sesuai dengan lingkungan belajar yang setara dengan pelaksanaan penelitian.

    Kata kunci: inkuiri, lingkungan, keefektifan, pembelajaran

    PENDAHULUAN

    Kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru adalah merencanakan

    dan melaksanakan pembelajaran serta merencanakan dan melaksanakan penilaian.

    Wujud nyata kompetensi tersebut adalah kemampuan guru untuk mengembangkan

    perangkat pembelajaran kemudian mengimplementasikannya di dalam proses belajar

    mengajar di kelas. Menurut Susilo (2009), guru masa depan perlu memiliki

    pemahaman mendasar yang cukup mengenai materi yang akan diajarkan. Oleh karena

    itu, guru perlu berlatih agar tertarik dan termotivasi untuk mempelajari dan memiliki

    pengetahuan yang memadai.

    Perangkat pembelajaran adalah salah satu wujud persiapan yang dilakukan

    oleh guru sebelum melakukan pembelajaran. Menurut Supramono (2005), perangkat

    pembelajaran merupakan faktor yang ikut berperan menentukan keberhasilan sebuah

    pembelajaran di sekolah. Perangkat pembelajaran merupakan salah satu prasyarat

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    24

    terlaksananya proses kegiatan belajar mengajar dengan baik dan benar. Oleh karena

    itu, perlu dikembangkan perangkat pembelajaran yang betul-betul cocok dengan

    kondisi karakteristik dan kebutuhan siswa, sehingga perlu penelitian dalam

    mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk

    mengefektifkan pembelajaran dan hasil belajar pada konsep ekosistem di SMA.

    Pembelajaran biologi dengan konsep ekosistem merupakan salah satu

    pendekatan lingkungan di SMA. Pembelajaran biologi di SMA pada konsep

    ekosistem merupakan salah satu contoh pembelajaran di luar kelas (lingkungan

    alami) untuk memberikan mendorong siswa mampu membangkitkan aktivitas dan

    kreativitas siswa, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif.

    Guru sebagai agen pembelajar harus mampu menyajikan pembelajaran secara

    kontekstual dengan melibatkan langsung peran serta siswa secara aktif.

    Diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berimplikasi cukup

    luas dan kompleks terhadap pembelajaran, pengalaman belajar, dan sistem penilaian.

    KTSP merupakan kurikulum yang mengharapkan pembelajaran di sekolah

    berorientasi pada penguasaan kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan secara

    integratif. Salah satu bentuk pembelajaran yang disarankan KTSP adalah

    pembelajaran berbasis inkuiri (Kunandar, 2009).

    Pendekatan inkuiri merupakan pembelajaran yang dapat diadaptasikan dengan

    kemampuan siswa, dapat membangun struktur kognitif, dan dapat memotivasi siswa

    untuk berpikir kritis. Pendekatan inkuiri adalah strategi yang berpusat pada siswa.

    Kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban

    terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang

    digariskan secara jelas (Hamalik, 2004). Menurut Gulo (Trianto, 2007), pendekatan

    inkuiri adalah rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh

    kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,

    analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya dengan penuh

    percaya diri. Dengan demikian, siswa akan terbiasa dengan sikap para ilmuwan sains,

    yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, dan menghormati pendapat orang lain.

    Pendekatan inkuiri terbimbing, menurut Bonnstetter (Ibrahim, 2007)

    merupakan tingkatan inkuiri yang ke-3. Siswa diberi kesempatan untuk bekerja

    merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri,

    sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditemukan

    siswa dalam buku petunjuk. Guru hanya berperan sebagai fasilitator.

    Teori belajar yang melandasi pembelajaran berbasis inkuiri adalah teori

    belajar konstruktivis. Teori belajar ini dikembangkan oleh Piaget. Menurut Piaget

    (Ansori, 2008), pengetahuan akan bermakna bila dicari dan ditemukan sendiri oleh

    siswa. Siswa tingkat SMA mampu menalar hal-hal yang abstrak. Mereka mampu

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    25

    bergerak bebas dari satu sudut pandang ke sudut pandang lain. Mereka mampu

    berpikir secara sistematis dan logis serta bersikap cukup objektif dalam menilai

    peristiwa. Mereka juga mampu memusatkan perhatian pada beberapa sifat objek atau

    peristiwa secara serentak dan mengerti hubungan antara dimensi-dimensi.

    Pembelajaran berbasis inkuiri banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif.

    Menurut aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir

    dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal.

    Belajar lebih dari sekedar menghafal dan memupuk ilmu pengetahuan, tetapi

    memeroleh pengetahuan bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir

    (Sanjaya, 2008).

    Kubicek (2005) melaporkan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri dapat

    meningkatkan pemahaman siswa melalui pelibatan siswa dalam kegiatan

    pembelajaran secara aktif, sehingga konsep yang dicapai lebih baik. Nurgiyanto

    (2011) melaporkan bahwa penerapan pembelajaran siklus belajar berbantuan media

    animasi komputer dapat meningkatkan keterampilan kerja ilmiah dan hasil belajar

    IPA. Amilasari dan Sutiadi (2008) melaporkan bahwa model pembelajaran inkuiri

    terbimbing dapat meningkatkan kecakapan akademik siswa, sedangkan menurut Rozi

    (2010), terdapat interaksi antara strategi inkuiri dan kemampuan kerja ilmiah terhadap

    kemampuan pemahaman konsep siswa.

    Menurut Nugroho (2010), ada pengaruh penerapan pembelajaran strategi

    inkuiri dengan teknik praktikum terhadap hasil belajar siswa. Menurut Ristanto

    (2010), terdapat perbedaan pengaruh pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing

    dengan multimedia dan lingkungan riil. Pembelajaran dengan lingkungan riil

    memberi pengaruh positif pada prestasi dibandingkan dengan multimedia.

    Pembelajaran dengan menerapkan lingkungan riil sebagai wahana dalam belajar

    ekosistem cenderung lebih baik daripada menggunakan multimedia.

    Bilgin (2009) melaporkan bahwa siswa dengan kelompok inkuiri terbimbing

    yang belajar secara kooperatif mempunyai pemahaman yang lebih baik terhadap

    penguasaan konsep materi pelajaran dan menunjukkan sikap yang positif. Menurut

    Hidayat (2005), pendekatan Guide Inquiry dapat meningkatkan pemahaman konsep

    siswa serta pengembangan sikap afektif dan psikomotor pada setiap kelompok.

    Pembelajaran biologi pada konsep ekosistem di SMA kelas X semester 2

    melalui pendekatan inkuiri terbimbing belum pernah dilaksanakan. Berdasarkan pada

    alasan di atas muncul pertanyaan; bagaimana keefektifan pembelajaran biologi

    melalui inkuiri terbimbing pada konsep ekosistem di SMA?

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    26

    METODE

    Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan The Counterbalanced Design

    (Campbell & Stanley, 1966). Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 4

    Barabai (157 orang siswa yang terbagi dalam 6 kelas). Sampel penelitian 4 kelas.

    Pada pembelajaran 1 kelas perlakuan adalah kelas XB (28 siswa) dan XF (22 siswa),

    sedangkan kelas kontrol XA (25 siswa) dan XE (25 siswa). Pada pembelajaran 2

    kelas perlakuan adalah kelas XA dan XE dan kelas kontrol XB dan XF.

    Instrumen penelitian adalah prototipe perangkat pembelajaran berupa Silabus,

    RPP, LKS, Kunci LKS, Tabel Spesifikasi atau Kisi-kisi Lembar Penilaian, Lembar

    Penilaian Kognitif, Lembar Penilaian Psikomotor, Lembar Penilaian Afektif (perilaku

    berkarakter dan keterampilan sosial), Kunci Lembar Penilaian, Media, dan Bahan

    Ajar. Prototipe perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan berdasarkan pada

    Permendiknas No. 41 Tahun 2007 dan berbasis pendidikan karakter pada konsep

    ekosistem kelas X di SMA.

    Langkah-langkah pengembangan prototipe perangkat pembelajaran dirincikan

    sebagai berikut.

    (1) Mengembangkan bahan ajar sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

    (2) Menetapkan indikator pencapaian kompetensi berdasarkan kompetensi dasar.

    (3) Menyusun silabus berdasarkan rambu-rambu dalam KTSP Biologi SMA.

    (4) Menyusun RPP sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

    (5) Menyusun LKS sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

    (6) Menyusun soal evaluasi berdasarkan indikator pencapaian kompetensi dan kisi-

    kisi yang dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penskoran.

    (7) Menyusun instrumen penilaian (kognitif, psikomotor, dan afektif).

    (8) Menguji coba soal-soal tes kognitif, yang selanjutnya divalidasi dengan

    menggunakan Tabel FAN.

    (9) Merevisi prototipe perangkat pembelajaran sesuai dengan saran-saran ahli

    sehingga dapat diujikan/diterapkan.

    (10) Menguji/menerapkan prototipe perangkat pembelajaran yang telah divalidasi

    pada sekolah yang telah ditentukan.

    (11) Menganalisis data hasil penelitian untuk mengetahui hasil uji coba penerapan

    prototipe perangkat pembelajaran.

    (12) Merevisi prototipe perangkat pembelajaran sesuai dengan saran-saran ahli,

    sehingga dapat menghasilkan produk sebuah prototipe perangkat pembelajaran

    yang dapat diujikan pada penelitian berikutnya.

    Teknik pengumpulan data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Data

    keefektifan pembelajaran diperoleh dari hasil observasi keterampilan inkuiri

    terbimbing, keterampilan menggunakan termometer (LP 3), perilaku berkarakter (LP

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    27

    4) dan keterampilan sosial (LP 5). Data hasil belajar proses diperoleh dari LKS

    dengan menggunakan instrumen kinerja proses (LP 2). Data hasil belajar kognitif

    produk diperoleh dari tes individual yang merupakan tes awal sebelum pembelajaran

    dan tes akhir setelah pembelajaran diberikan (LP 1).

    Teknik analisis data keefektifan pembelajaran terlihat dari keterampilan

    inkuiri terbimbing, keterampilan menggunakan termometer, perilaku berkarakter,

    keterampilan sosial di analisis secara deskriptif dengan menggunakan kategorikal.

    data hasil belajar proses dalam kegiatan inkuiri terbimbing diperoleh dari laporan

    LKS di analisis secara deskriptif dengan menggunakan kategorikal. Data hasil belajar

    kognitif produk diperoleh dari tes individual (tes awal dan tes akhir) dan dianalisis

    dengan teknik analisis kovarian (ANACOVA). Skor rerata tes awal digunakan sebagai

    kovarian dan diolah dengan Program SAS Release 6.03.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil Penelitian

    Keterampilan siswa dalam menganalisis dan menyimpulkan hasil pengamatan

    cukup baik, sedangkan merumuskan prosedur kerja dalam pengamatan dan

    menyelidiki melalui pengamatan baik (Tabel 1). Keterampilan inkuiri terbimbing

    siswa adalah baik (3,07).

    Tabel 1. Hasil observasi keterampilan siswa pada pembelajaran 1 dan 2

    Keterampilan

    Inkuiri Terbimbing

    Pembelajaran 1 Pembelajaran 2

    Rerata Kategori Rerata

    kelas X.B

    Rerata

    kelas X.F

    Rerata

    kelas X.A

    Rerata

    kelas X.E

    Merumuskan prosedur

    kerja dalam pengamatan 3,00 3,00 3,20 3,10 3,08 Baik

    Menyelidiki melalui

    pengamatan 3,20 3,30 3,30 3,50 3,33 Baik

    Menganalisis hasil

    pengamatan 2,90 3,10 2,90 2,80 2,93 Cukup Baik

    Menyimpulkan hasil

    pengamatan 2,90 2,90 3,10 3,00 2,95 Cukup Baik

    Nilai Rerata 3,07 Baik

    Keterangan: (1-1,99) = Kurang; (2 2,99) = Cukup Baik; (3 3,99) = Baik; (4 4,99) = Sangat Baik

    Keterampilan siswa menggunakan termometer (cara memegang, cara

    membaca skala sejajar, dan ketelitian membaca skala) baik (Tabel 2). Keterampilan

    siswa menggunakan termometer siswa adalah baik (3,32).

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    28

    Perilaku berkarakter siswa seperti peduli, kerja sama, terbuka dan menghargai

    teman rerata cukup baik (Tabel 3). Jujur, teliti, tekun, rasa ingin tahu dan tanggung

    jawab adalah rerata baik dengan skor rerata keseluruhan 2,99 (cukup baik).

    Tabel 2. Hasil observasi keterampilan menggunakan termometer pada pembelajaran 1

    Keterampilan Menggunakan Termometer

    Pembelajaran 1

    Rerata Kategori Rerata

    kelas X.B

    Rerata

    kelas X.F

    Cara memegang termometer 3,27 3,47 3,37 Baik

    Cara membaca skala sejajar dengan mata 3,47 3,33 3,40 Baik

    Ketelitian membaca skala 3,13 3,27 3,20 Baik

    Nilai Rerata 3,32 Baik

    Keterangan: (1-1,99) = Kurang; (2 2,99) = Cukup Baik; (3 3,99) = Baik; (4 4,99) = Sangat Baik

    Tabel 3. Hasil observasi perilaku berkarakter siswa pada pembelajaran 1 dan 2

    Perilaku Berkarakter

    Pembelajaran 1 Pembelajaran 2

    Rerata Kategori Rerata

    kelas X.B

    Rerata

    kelas X.F

    Rerata

    kelas X.A

    Rerata

    kelas X.E

    Jujur 3,00 2,91 3,32 3,32 3.14 Baik

    Teliti 3,02 3,07 2,98 3,10 3.04 Baik

    Tekun 2,66 3,14 3,06 3,16 3.01 Baik

    Peduli 2,64 2,89 3,20 3,00 2.93 Cukup Baik

    Rasa ingin Tahu 3,04 2,95 3,30 3,08 3.09 Baik

    Tanggung Jawab 2,72 2,84 3,34 3,10 3.00 Baik

    Kerja Sama 2,60 3,00 3,04 2,74 2.85 Cukup Baik

    Terbuka & Menghargai

    Teman 2,42 3,25 3,02 2,70 2.85 Cukup Baik

    Nilai Rerata 2.99 Cukup Baik

    Keterangan: (1-1,99) = Kurang, (2 2,99) = Cukup Baik, (3 3,99) = Baik, (4 4,99) = Sangat Baik

    Keterampilan sosial siswa seperti menyumbang ide/pendapat adalah rerata

    cukup baik (Tabel 4). Bertanya, sebagai pendengar yang baik, dan berkomunikasi

    adalah rerata baik. Dengan skor rerata keseluruhan 3,04, kegiatan inkuiri adalah baik.

    Menganalisis hasil pengamatan adalah rerata sedang (Tabel 5). Merumuskan

    prosedur kerja dalam melakukan pengamatan, melakukan penyelidikan melalui

    pengamatan, dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan adalah rerata

    baik. Dengan skor rerata keseluruhan 76,65%, hasil belajar keterampilan proses

    dalam kegiatan inkuiri terbimbing siswa adalah baik.

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    29

    Tabel 4. Hasil observasi keterampilan sosial siswa pada pembelajaran 1 dan 2

    Keterampilan Sosial

    Pembelajaran 1 Pembelajaran 2

    Rerata Kategori Rerata

    kelas X.B

    Rerata

    kelas X.F

    Rerata

    kelas X.A

    Rerata

    kelas X.E

    Bertanya 3,00 3,00 3,16 3,14 3,08 Baik

    Menyumbang Ide / Pendapat 2,86 3,00 3,08 2,98 2,98 Cukup Baik

    Menjadi Pendengar yang Baik 3,00 3,00 3,08 2,96 3,01 Baik

    Komunikasi 2,78 3,05 3,54 2,96 3,08 Baik

    Nilai Rerata 3,04 Baik

    Keterangan: (1-1,99) = Kurang; (2 2,99) = Cukup Baik; (3 3,99) = Baik; (4 4,99) = Sangat Baik

    Tabel 5. Hasil belajar proses pada pembelajaran 1 dan 2.

    Hasil Belajar Keterampilan

    Proses

    Pembelajaran 1 Pembelajaran 2 Rerata

    (%) Kategori Rerata

    kelas X.B

    Rerata

    kelas X.F

    Rerata

    kelas X.A

    Rerata

    kelas X.E

    Merumuskan prosedur kerja 75,20 75,20 78,40 76,80 76,40 Baik

    Melakukan penyelidikan 76,80 78,40 82,40 80,00 79,40 Baik

    Menganalisis hasil pengamatan 75,20 76,80 74,40 72,80 74,80 Sedang

    Membuat kesimpulan 76,00 75,20 78,40 74,40 76,00 Baik

    Nilai Rerata 76,65 Baik

    Keterangan: Baik (76-100%); Sedang (56-75%); Kurang (40-55%); Buruk (

  • Seminar Nasional Pembelajaran Biologi yang Berkarakter dan Berbasis Lingkungan Tahun 2011

    Banjarmasin, 7 Maret 2011

    30

    Tabel 7. Hasil analisis kovarian pada pembelajaran 1.

    Sumber DF JK/SS RK/MS F Probabilitas ( = 0,05)

    Keterangan

    Regresi 2 12262,30 6131,14 93,31 0,0001 Signifikan Residual 97 6373,70 65,70

    Total 99 1863,00 Keterangan: R-Square = 0,657990, C.V = 11,88573

    Pada pembelajaran 2 (konsep aliran en