strategi wartawan dalam menggali informasi ...repository.uinjambi.ac.id/2988/1/uk150263_marina...

98
STRATEGI WARTAWAN DALAM MENGGALI INFORMASI DARI NARASUMBER YANG SULIT UNTUK DIDAPATI (Studi di Batanghari Ekspres) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Konsentrasi Ilmu Jurnalistik Fakultas Dakwah Oleh: MARINA OKTAVIA UK150263 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM KONSENTRASI ILMU JURNALISTIK FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

51 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • STRATEGI WARTAWAN DALAM MENGGALI INFORMASI

    DARI NARASUMBER YANG SULIT UNTUK DIDAPATI

    (Studi di Batanghari Ekspres)

    SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

    Strata Satu (S.1) dalam Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

    Konsentrasi Ilmu Jurnalistik

    Fakultas Dakwah

    Oleh:

    MARINA OKTAVIA

    UK150263

    PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    KONSENTRASI ILMU JURNALISTIK

    FAKULTAS DAKWAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

    JAMBI

    2019

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    MOTTO

    “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang

    mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa

    yang tidak diketahuinya”. (QS. Al ‘Alaq: 1-5)1

    1“Surat Al-Alaq 1-5” diakses melalui alamat https://rumaysho.com/3505-tafsir-surat-iqro-

    1-bacalah-dan-bacalah.html

    https://rumaysho.com/3505-tafsir-surat-iqro-1-bacalah-dan-bacalah.htmlhttps://rumaysho.com/3505-tafsir-surat-iqro-1-bacalah-dan-bacalah.html

  • vi

    ABSTRAK

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Wartawan dalam menggali informasi

    pada peliputan berita. Dalam menggali informasi pada peliputan berita wartawan

    banyak menemukan narasumber yang tidak ingin diwawancara karena beberapa

    faktor. Idealnya wartawan tetap menggali informasi pada narasumber meskipun

    narasumber tidak ingin diwawancarai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    bagaimana strategi wartawan dalam menggali informasi dari narasumber serta

    strategi wartawan dalam menghadapi narasumber yang sulit untuk didapati (Studi

    di Batanghari Ekspres).

    Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Kualitatif) dengan metode

    deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi,

    wawancara, dan dokumentasi. Dan dalam pengumpulan data menggunakan teknik

    penyajian data, reduksi data, dan verifikasi data dalam penelitian ini sehingga

    mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan.

    Hasilnya penulis mengatahui strategi atau trik yang digunakan oleh

    wartawan Batanghari Ekspres dalam menggali informasi dari narasumber serta

    dalam menghadapi narasumber yang sulit untuk didapati untuk tetap mendapatkan

    informasi yang sesuai dengan fakta yang ada menggunakan pola komunikasi,

    keterampilan komunikasi serta stategi komunikasi. Adapun upaya yang dilakukan

    dalam hal ini wartawan Batanghari Ekpres mempunyai strategi tersendiri agar

    mendapatkan informasi dari narasumber meskipun narasumber tidak ingin

    didapati dengan teknik penelusuran secara mendalam serta bersikap sopan santun,

    dan mempunyai komunikasi yang baik dengan narasumber mempunyai pola

    komunikasi yang baik serta keterampilan komunikasi yang baik pula. Akhirnya

    penulis merekomendasikan kepada wartawan selain bersikap sopan santun,

    menjalin hubungan baik, penulis juga menyampaikan untuk tetap selalu sabar

    dalam menghadapi narasumber serta tetap menjalin silaturahmi yang baik dengan

    narasumber agar mempermudah dalam menggali informasi yang diinginkan.

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan Skripsi ini

    Untuk orang-orang yang sangat berarti dalam hidupku.

    Terutama untuk kedua orang tuaku

    Orang tua terhebat. Terimakasih sudah membesarkanku dengan penuh rasa

    ikhlas, penuh cinta dan do’a restu yang tiada henti. Terimakasih sudah mendidiku

    tanpa rasah keluh. Terimakasih selalu menjadi penyemangat dan penguat untuk

    ku dalam meraih kesuksesan di dunia maupun akhirat. Suatu anugrah yang luar

    biasa untukku terlahir sebagai anak dari ayah dan ibu. Aku bangga pada ayahku

    Ishak dan ibuku Asnaini

    Untuk kedua Kakakku tersayang Dena Silvia dan Ramalia. Terimakasih atas

    dukungan dan do’amu untukku

    Dan untuk ia yang selalu memberiku nasehat dan motivasi serta dukungan yang

    penuh terimakasih untuk Erik Afriyansyah

    Dan untuk kedua pembimbing skripsiku

    Untuk bangsa dan Negara

    Untuk almamater kebanggaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

    Kupersembahkan semua ini untuk kalian

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb

    Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT.

    Penulis panjatkan karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya serta hanya

    kepada-Nya penulis berserah diri memohon hidayah dan pertologan-Nya sehingga

    terselesaikan penulisan skripsi ini.

    Selanjutnya sholawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi

    Muhammad SAW, seterusya kepada semua keluarga, sahabat dan segenap

    pengikut beliau sampai hari kiamat.

    Tulisan yang berjudul “STRATEGI WARTAWAN DALAM

    MENGGALI INFORASI DARI NARASUMBER YANG SULIT DIDAPATI

    (STUDI DI BATANGHARI EKSPRES)” ini adalah skripsi yang disusun dan

    diajuakan untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan memperoleh gelar

    Sarjana Starta Satu (S1) dalam ilmu Jurnalistik pada Fakultas Dakwah Sulthan

    Thaha Saifuddin Jambi.

    Selanjutnya selama penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis

    menyampaikn ucapan terimakasih yang tiada terhingga kepada yang terhormat :

    1. Bapak Drs. Suruddin, M.Pd selaku Dosen pembimbing I yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan.

    2. Ibu Dra. Jamilah, M.Pd.I selaku Dosen pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan.

    3. Bapak Drs. Sururudin, M.Pd selaku Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    4. Bapak Samsu, S.Ag, M.Pd.I.Ph.D selaku Dekan Fakultas DAKWAH UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    5. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH,M.Hum selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi.

    6. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    7. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asyari, MA, Ph.D selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga UIN Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi.

    8. Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Perencanaan dan Keuangan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    9. Ibu Dr. Hj Fadillah, M.Pd selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    10. Bapak dan Ibu Dosen dan Asisten Dosen di lingkungan Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    11. Karyawan dan Karyawati Perpustakaan di lingkungan Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    12. Karyawan dan Karyawati di lingkungan Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    13. Kepada Pimpinan Batanghari Ekspres serta para Wartawan-wartawan Batanghari Ekspres

  • ix

    14. Kepada teman-teman seperjuagan Ilmu Jurnalistik angkatan 2015 dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

    banyak memberikan bantua dan dukungan penulis selama penelitian dan

    penulisan skripsi ini.

    Penulis panjatkan do‟a kepada ALLAH SWT. Semoga segala bantuan

    pengorbanan jasa baik yang diberikan kepada penulis secara langsung maupun

    tidak langsung serta amal shaleh dari beliau-beliau mendapat balasan dari Allah

    SWT.

    Akhirnya, jika dalam penulisan ini terdapat kekurangan dan kekhilafan

    baik teknik maupun strategi serta materi-materiyang disajikan, penulis

    mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi

    ini.Terima kasih penulis haturkan kepada para pembaca, semoga tulisan ini

    bermanfaat nantinya.

    Amin yaa rabbal alamin

    Jambi, 19 Juni 2019

    Penulis,

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

    NOTA DINAS ........................................................................................................ ii

    PENGESAHAN .................................................................................................... iv

    MOTTO .................................................................................................................. v

    PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi

    ABSTRAK ........................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

    PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ....................................................................... ...1 B. Permasalahan .......................................................................... ...5 C. Batasan Masalah ..................................................................... ...5 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ ...5 E. Kerangka Teori ....................................................................... ...6 F. Metode Penelitian ................................................................... .30 G. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................ .35 H. Studi Relevan ......................................................................... .36

    BAB II GAMBARAN UMUM MEDIA CETAK BATANGHARI

    EKSPRES

    A. Sejarah berdirinya Batanghari Ekspres dan Perkembangannya dari Tahun Ketahun ................................. .39

    B. Visi dan Misi Batanghari Ekspres .......................................... .40 C. Manajemen Redaksional Batanghari Ekspres ....................... .40 D. Letak Geografis Batanghari Ekspres ...................................... .44

    BAB III STRATEGI DAN IMPLEMENTASI WARTAWAN

    BATANGHARI EKSPRES DALAM PELIPUTAN BERITA

    A. Bagaimana Pola Komunikasi Wartawan dalam Menggali Informasi dari Narasumber yang Sulit untuk didapati ........... .45

    BAB IV STRATEGI WARTAWAN DALAM MENGHADAPI

    NARASUMBER YANG SULIT UNTUK DIDAPATI

    A. Bagaimana Keterampilan Komunikasi Wartawan dalam Menggali Informasi dari Narasumber yang Sulit untuk

    Didapati .................................................................................. .56

    B. Bagaimana strategi komunikasi wartawan dalam menggali informasi dari narasumber yang sulit didapati ....................... .58

  • xi

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................. .70 B. Implikasi Penelitian ................................................................ .71

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    CURRICULUM VITAE

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 : Struktur Organisasi Perusahaan Batanghari Ekspres ........................ 38

    Tabel 2 : Daftra Nama Karyawan-Karyawati Batanghari Ekspres .................. 39

  • xiii

    PEDOMAN TRANSLITERASI2

    A. Alfabet

    Arab Indonesia Arab Indonesia

    ا

    A ط Tj

    ة

    B ظ Zj

    ت

    T ع

    ث

    Th غ Gh

    ج

    J ف F

    ح

    Hj ق Q

    خ

    Kh

    K ك

    د

    D ل L

    ذ

    Dh م M

    ر

    R ن N

    ز

    Z ه H

    ش

    S و W

    ش

    Sh ء

    ص

    Sj ي Y

    ض

    Dj

    2Arifullah Dkk, Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi

    (Muaro Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016). 149.

  • xiv

    B. Vokal dan Harkat

    Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

    َا

    A َب a ِاى I

    ُا

    U َاى A َاو Aw

    ِا

    I ُاو u َاى Ay

    C. Ta>’ Marbu>t}ah

    Transliterasi untuk ta>’marbu>t}ahini ada tiga macam:

    1. Ta>’ Marbu>t}ahyang mati atau mendapat harakat sukun, maka

    transliterasinya adalah /h/.

    Arab Indonesia

    ة صال

    S}ala>h

    ة ا مر

    Mir‟ a>h

    2. Ta>’ Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,

    maka transliterasinya adalah /t/.

    Arab Indonesia

    بية التر وزارة

    Wiza>rat al-Tarbiyah

    من الس اة مر

    Mir‟ a>t al-zaman

    3. Ta Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah /tan/tin/tun/.

    Arab Indonesia

    فجئة

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Saat ini kita hidup dizaman dimana teknologi menjadi yang paling utama,

    kecanggihan teknologi tidak dapat dipungkiri kehebatannya. Perkembangan

    teknologi dari tahun ketahun begitu pesat, hingga saat ini yang kita rasakan.

    Dalam hal ini media menjadi sebuah pendukung bagi suatu usaha. Media adalah

    alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator

    kepada khalayaknya.1

    Menurut Hafied Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi,

    “[M]edia massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari

    sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis,

    seperti surat kabar, film, radio, dan televisi”.2 Pada dasarnya, media massa terbagi

    menjadi dua kategori, yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak yang

    memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah.

    Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio

    siaran, televisi, film, dan media online.

    Menurut Apriadi Tamburaka dalam bukunya menjelaskan “[D]alam

    perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan kepada khalayak, bukan saja

    harus benar, jelas dan akurat. Melainkan juga harus menarik, membangkitkan

    minat dan selera baca (surat kabar majalah), selera dengar (radio siaran), dan

    selera menonton (televisi)”.3

    Ketertarikan pembaca pada suatu media tergantung pada isi berita yang ada

    disebuah media tersebut, jika disebuah media tersebut memberikan tampilan dan

    isi berita yang menarik, aktual dan tentunya berkualitas, maka pembaca akan

    tertarik untuk membaca berita dari suatu media tersebut. Dalam hal ini upaya

    menarik minat pembaca setiap media haruslah memberikan yang terbaik bagi

    1Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik (Jakarta: PT Logos

    Wacana Ilmu, 1996), 123. 2Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

    1998), 126 . 3Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

    2012), 4.

  • 2

    pembacanya. Dalam hal ini wartawan dituntut untuk mencari informasi yang jelas

    pada narasumber melalui wawancara walaupun terkadang narasumber sulit untuk

    diwawancarai, dan wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan berita

    serta bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu

    masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau

    orang yang diwawancarai. Dewasa ini wawancara tidak hanya dipandang sebagai

    salah satu metode jurnalistik untuk mengumpulkan informasi, tetapi juga sudah

    merupakan bagian dari penyajian informasi itu sendiri yang kerap disebut dengan

    “wawancara eksklusif”. Hasil wawancara disajikan dalam bentuk tanya jawab,

    seolah hendak membawa pembaca turut bertanya pada narasumber atau orang

    yang diwawancarai tentang satu atau berbagai masalah, atau memberi tahu

    pembaca bagaimana pewawawancara menggali informasi dari narasumber. Hal

    inilah yang menjadi tugas penting bagi wartawan selain mencari berita wartawan

    juga harus pandai dalam berkomunikasi dengan narasumber agar infomasi data

    atau fakta yang didapat melalui narasumber sesuai dengan apa yang diinginkan.

    Namun pada kenyataanya ternyata pada wartawan Batanghari Ekspres yang

    merupakan Media Lokal Kabupaten Batanghari yang beralamatkan di Jl. Gajah

    Mada Kecamatan Muara Bulian tidak maksimal dalam mendapatkan atau

    menggali informasi dari narasumber dikarenakan narasumber terlalu berdiam diri

    dan tidak mau di wawancarai. Idealnya wartawan harus mendapatkan atau

    menggali informasi walaupun narasumber tidak mau diwawancarai, dan

    kewajiban wartawan dimanapun tetap sama, yaitu menemukan fakta-fakta demi

    kepentingan umum yang harus diberitakan.

    Karena bagi seorang wartawan ketika mencari informasi, diharuskan untuk

    mendapatkan informasi yang benar dan fakta agar dapat memberitakan kebenaran.

    Untuk itu, sebelum wartawan menyebarluaskan informasi yang didapat,

    adakalanya seorang wartawan terlebih dahulu memilih narasumber mana yang

    sekiranya menguasai informasi atau dapat memberikan informasi yang benar apa

    yang disampaikan oleh narasumber, dan sebagai seorang wartawan harus bisa

    memeriksa dan membedakan informasi fakta dan informasi palsu/rekayasa atau.

  • 3

    Dalam hal ini wartawan dituntut untuk mencari informasi yang jelas pada

    narasumber melalui wawancara walaupun terkadang narasumber sulit untuk

    diwawancarai, dan wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan berita

    serta bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu

    masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau

    orang yang diwawancarai. Dewasa ini wawancara tidak hanya dipandang sebagai

    salah satu metode jurnalistik untuk mengumpulkan informasi, tetapi juga sudah

    merupakan bagian dari penyajian informasi itu sendiri yang kerap disebut dengan

    “wawancara eksklusif”. Hasil wawancara disajikan dalam bentuk tanya jawab,

    seolah hendak membawa pembaca turut bertanya pada narasumber atau orang

    yang diwawancarai tentang satu atau berbagai masalah, atau memberi tahu

    pembaca bagaimana pewawawancara menggali informasi dari narasumber. Hal

    inilah yang menjadi tugas penting bagi wartawan selain mencari berita wartawan

    juga harus pandai dalam berkomunikasi dengan narasumber agar infomasi data

    atau fakta yang didapat melalui narasumber sesuai dengan apa yang diinginkan.

    Namun pada kenyataanya ternyata pada wartawan Batanghari Ekspres yang

    merupakan Media Lokal Kabupaten Batanghari yang beralamatkan di Jl. Gajah

    Mada Kecamatan Muara Bulian tidak maksimal dalam mendapatkan atau

    menggali informasi dari narasumber dikarenakan narasumber terlalu berdiam diri

    dan tidak mau di wawancarai. Idealnya wartawan harus mendapatkan atau

    menggali informasi walaupun narasumber tidak mau diwawancarai, dan

    kewajiban wartawan dimanapun tetap sama, yaitu menemukan fakta-fakta demi

    kepentingan umum yang harus diberitakan.

    Karena bagi seorang wartawan ketika mencari informasi, diharuskan untuk

    mendapatkan informasi yang benar dan fakta agar dapat memberitakan kebenaran.

    Untuk itu, sebelum wartawan menyebarluaskan informasi yang didapat,

    adakalanya seorang wartawan terlebih dahulu memilih narasumber mana yang

    sekiranya menguasai informasi atau dapat memberikan informasi yang benar apa

    yang disampaikan oleh narasumber, dan sebagai seorang wartawan harus bisa

    memeriksa dan membedakan informasi fakta dan informasi palsu/rekayasa atau

  • 4

    narasumber yang memberikan saksi palsu. Sebagaimana dalam firman Allah SWT

    dalam Al-Qur‟an surah Al-Hujurat ayat 6:

    Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa

    suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu

    musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan

    kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujarat: 6).6

    Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada media Batanghari Ekspres

    kepada pemimpin perusahaan sekaligus wartawan senior membenarkan:

    [A]danya kesulitan wartawan saat menggali informasi pada narasumber dalam

    peliputan berita dikarenakan narasumber terkadang sulit untuk diwawancarai

    dan tidak memberikan respon atau berdiam diri, selain itu juga terdapat

    kendala lain mengenai wartawan Batanghari Ekspres yang kurang mengerti

    keadaan dilapangan.7

    Menurut kamus besar bahasa Indonesia, narasumber adalah orang yang

    memberi mengetahui secara jelas atau menjadi sumber informasi. Sumber

    memang penting untuk mengembangkan suatu cerita dalam memberikan makna

    dan kedalaman suatu peristiwa atau keadaan. Mutu tulisan wartawan tergantung

    pada mutu sumbernya.8

    Menurut Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat dalam buku

    karya Asti Musman dan Nadi Mulyadi menyatakan:

    [T]ugas dan fungsi pers adalah mewujudkan komunikasi dengan manusia

    lainnya agar ia dapat memepertahankan hidupnya. Ia harus mendapatkan

    informasi dari orang lain. Ia perlu mengetahui apa yang terjadi disekitarnya,

    dikotanya, di negaranya, dan bahkan kejadian di dunia. Tugas dan fungsi pers

    adalah mewujudkan keinginan ini melalui medianya baik media cetak maupun

    elektronik seperti radio, televisi, dan internet. Tetapi, tugas dan fungsi pers

    6Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Hamid (Jakarta: CV.Al-Fath, 2014),

    516. 7Jufri, Pemimpin Perusahaan Batanghari Ekspres, Wawancara dengan Penulis, 18

    Desember 2018, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio. 8Asti Musman Nadi Mulyadi, Jurnalisme Dasar (Yogyakarta: Komunika, 2007). 146

  • 5

    yang bertanggung jawab tidaklah sekedar itu, melainkan lebih dalam lagi,

    yaitu mengamankan hak-hak warga negara dalam kehidupan bernegaranya.9

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertatarik untuk

    meneliti lebih lanjut penelitian ini mengenai Strategi Wartawan dalam

    Menggali Informasi dari Narasumber yang Sulit untuk Didapati (Studi di

    Batanghari Ekspres).

    B. Pemasalahan

    Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, masalah pokok yang di angkat

    sebagai kajian utama penelitian ini adalah: Bagaimana Strategi Wartawan dalam

    Menggali Informasi dari narasumber yang sulit untuk didapati (Studi di

    Batanghari Ekspres). Dalam upaya mengkongkritkan pokok masalah tersebut,

    beberapa masalah krusial yang akan diangkat melalui karya ini adalah:

    1. Bagaimana pola komunikasi wartawan dalam menggali informasi dari

    narasumber yang sulit untuk didapati?

    2. Bagaimana keterampilan komunikasi wartawan dalam menggali informasi

    dari narasumber yang sulit untuk didapati?

    3. Bagaimana strategi komunikasi wartawan dalam menggali informasi dari

    narasumber yang sulit didapati?

    C. Batasan Masalah

    Sehubungan dengan Media Batangahari Ekspres, maka penelitian ini

    dibatasi pada lingkup bahasan yang terkait dengan bagaimana strategi wartawan

    dalam menggali informasi dari narasumber yang sulit untuk didapati. Lokasi Jl.

    Gajah Mada Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batanghari.

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Penelitian ini secara umum di usahakan untuk mengetahui wartawan dalam

    menggali informasi dari narasumber yang sulit untuk didapati . Lebih khusus

    penilitian ini ditunjukan pula untuk:

    1. Menjelaskan pola komunikasi wartawan dalam menggali informasi dari

    narasumber yang sulit didapati.

    9Asti Musman Nadi Mulyadi, Jurnalisme Dasar. 76.

  • 6

    2. Menjelaskan keterampilan komunikasi wartawan dalam menggali

    informasi dari narasumber yang sulit untuk didapati.

    3. Mengetahui faktor yang membuat wartawan harus mempunyai strategi

    dalam menggali informasi pada peliputan berita.

    Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

    1. Secara umum diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menambah

    pengetahuan untuk penulis sendiri dan wartawan Batanghari Ekspres

    khususnya.

    2. Memperkenalkan strategi wartawan media Batangahri Ekspres dalam

    menggali informasi dari narasumber pada peliputan berita.

    3. Untuk Universitas Islam Negeri STS Jambi, penelitian diharapkan dapat

    berguna dalam mengembangkan citra pendidikan Islam dalam konteks

    kejurnalistisan yang kreatif.

    E. Kerangka Teori

    Penelitian ini diikat oleh teori yang mengasumsikan adanya hubungan

    antara Strategi Wartawan dalam Menggali informasi dari narasumber yang sulit

    untuk didapati.

    1. Pola komunikasi

    Pola komunikasi terdiri dari dua kata, yakni pola dan komunikasi.

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pola berarti sistem, cara

    kerja, bentuk (struktur) yang tetap.10

    Komunikasi yang dalam Bahasa Inggris

    disebut communication, yang berasal dari kata latin, communicatio, yang

    bersumber dari kata communis yang memiliki arti „sama makna.‟ Termin ini

    merujuk pada adanya proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang

    lain.11

    Jadi, Pola komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk atau pola

    hubungan dua orang atau lebih, dalam proses pengiriman dan penerimaan

    pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

    10

    W.J.S, Poerwadarminta Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka,

    1976), 355. 11

    Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya

    Bakti, 2003), 9.

  • 7

    Dalam diskursus etnografi komunikasi, pola komunikasi didefinisikan

    sebagai model-model interaksi penggunaan kode bahasa yang didasarkan pada

    hubungan-hubungan yang khas dan berulang antarkomponen tutur yang

    dipengaruhi oleh aspek-aspek linguistik, interaksi sosial, dan kultural.12

    Jenis-

    jenis pola komunikasi sebagai berikut:

    a. Pola Komunikasi Primer

    Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian

    pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan

    suatu simbol sebagai media atau saluran. Pola ini terbagi menjadi dua

    lambang, yaitu lambang verbal dan lambang nonverbal.13

    Lambang

    verbal berupa bahasa yang di gunakan sehari-hari oleh para komunikan

    dan komunikator. Sedangkan lambang nonverbal berupa gestikulasi

    tubuh, seperti: menggerakan kepala, mata, bibir, tangan.

    b. Pola Komunikasi Sekunder

    Pola komunikasi secara sekunder adalah penyampaian pesan oleh

    komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana

    sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media pertama.

    c. Pola Komunikasi Linear

    Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan

    dari satu titik ke titik lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan

    oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.14

    Pola ini

    lebih dikenal sebagai pola komunikasi satu arah (one way traffic

    communication). Pola ini adalah proses penyampaian pesan dari

    komunikator kepada komunikan, baik menggunakan media maupun

    tanpa media, tanpa ada umpan balik dari komunikan. Dalam hal ini,

    Komunikan bertindak sebagai pendengar saja.

    d. Pola Komunikasi Sirkular

    12

    Akhmad Haryono, Etnografi Komunikasi: Konsep, Metode, dan Contoh Penelitian Pola

    Komunikasi (Jember: UPT Penerbitan UNEJ, 2005), 18. 13

    Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),

    36. 14

    Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, 37.

  • 8

    Dalam pola ini, terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu

    terjadinya arus dari komunikan ke komunikator, sebagai penentu utama

    keberhasilan komunikasi. Dalam pola komunikasi yang seperti ini

    proses komunikasi berjalan terus, yaitu adaya umpan balik antara

    komunikator dan komunikan.15

    Pola ini lebih dikenal dengan pola

    komunikasi dua arah atau timbal balik (two way traffic communication),

    yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam

    komunikasi. Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah

    komunikator utama. Prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi

    secara langsung.

    2. Keterampilan Komunikasi

    Keterampilan komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki

    untuk mampu membina hubungan yang sehat di mana saja, di lingkungan

    sosial, sekolah, usaha, dan perkantoran atau di mana saja. Keterampilan

    komunikasi seperti jurnalistik, menulis dan public speaking dibutuhkan dalam

    banyak bidang pekerjaan, bahkan menjadi karier tersendiri wartawan, penyiar,

    emsi, trainer, dan humas (public relations). Keterampilan Komunikasi

    (Communications Skill) dapat dibagi dalam tiga kategori:

    a. Keterampilan komunikasi lisan

    b. Komunikasi tulisan

    c. Komunikasi non-verbal.

    Komunikasi lisan (oral) meliputi penyajian, pemahaman karakter

    audiens, mendengar scara kritis, dan bahasa tubuh. Komunikasin oral adalah

    kemampuan untuk menjelaskan dan mempresentasikan ide secara lisan dalam

    bahasa yang jelas (mudah dimengerti) kepada khalayak yang

    beragam. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk mengemas kata-kata,

    menggunakan gaya dan pendekatan yang tepat, dan pemahaman tentang

    pentingnya isyarat non-verbal dalam komunikasi lisan. Teknik komunikasi oral

    dikembangkan dalam ilmu/teknik public speaking, presentasi, dan siaran

    radio/televisi.

    Komunikasi tertulis (written communication) adalah kemampuan menulis

    secara efektif dalam berbagai konteks dan untuk berbagai khalayak dan tujuan

    15

    Ibid, 38.

    http://romeltea.com/category/jurnalistik/http://romeltea.com/category/public-speaking/http://romeltea.com/category/humas/http://romeltea.com/category/bahasa-jurnalistik/http://romeltea.com/category/radio/http://romeltea.com/category/radio/

  • 9

    yang berbeda. Ini mencakup kemampuan untuk menulis bagi khalayak tertentu,

    dengan menggunakan gaya dan pendekatan yang tepat. Komunikasi tertulis

    memerlukan keterampilan latar belakang (background skills) seperti menulis

    akademis, mengedit, membaca secara kritis, dan pengajian data. Hal ini juga

    meliputi komunikasi elektronik, seperti SMS, email, forum diskusi online, chat

    room, dan pesan instan (instant messaging).

    Komunikasi non-verbal adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide

    dan konsep melalui penggunaan bahasa tubuh, gerak tubuh, ekspresi wajah,

    dan nada suara, juga penggunaan gambar, ikon, dan simbol. Komunikasi non-

    verbal meliputi pemahaman audiens, presentasi personal, dan bahasa tubuh.

    3. Strategi Komunikasi Wartawan

    Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai

    sasaran khusus.16

    Dan komunikasi suatu transaksi, proses simbiolik yang

    menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun

    antar sesama manusia. (2) Melalui pertukaran informasi. (3) untuk menguatkan

    sikap dan tingkah laku orang lain serta (4) berusaha mengubah sikap dan

    tingkah laku itu.17

    Sebuah definisi yang singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell bahwa cara

    yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi dalam buku karya

    Hafied Cangra menyatakan: “[K]omunikasi ialah menjawab pertanyaan, siapa

    yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa,

    dan apa pengaruhnya”.18

    Lain halnya dengan Steven justru ia mengajukan sebuah definisi yang

    lebih luas, dalam buku karya Hafied Cangr ia menyatakan:

    [B]ahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi

    trhadap suatu objek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang atau

    lingkungan sekitarnya.Misalnya seseorang berlindung pada suatu tempat

    16

    Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departement Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta:Balai

    Pustaka, 1997), 967. 17

    Hafied Cangra ,Pengantar Ilmu Komunikasi(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014),

    21. 18

    Hafied Cangra ,Pengantar Ilmu Komunikasi, 21.

  • 10

    karena diserang badai, atau kedipan mata sebagai reaksi terhadap sinar lampu,

    juga adalah peristwa komunikasi.19

    Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada

    orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi pengetahuan atau prilaku

    seseorang. Dari pengertian diatas dapat dijelaskan dalam buku karya Hafied

    Cangra yang mengatakan bahwa “[S]uatu proses komunikasi tidak akan bisa

    berlangsung tanpa didikung oleh unsur-unsur pengirim (source), pesan

    (message), saluran/media (chanel), penerima (receiver), dan akibat/pengaruh

    (effect).20

    Model komunikasi dari Harold Lasswell ini dianggap oleh pakar

    komunikasi sebagai salah satu teori komunikasi yang paling awal dalam

    perkembangan teori komunikasi. Lasswell menyatakan bahwa cara yang

    terbaik untuk menerangkan proses komunikasi dalam menjawab pertanyaan :

    Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect (siapa

    mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa). Jawaban

    bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell itu merupakan unsur-unsur proses

    komunikasi, yaitu Communicator (komunikator), Message (pesan), Media

    (media), Receiver (penerima/komuunikan) dan Effect (efek). Adapun fungsi

    komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut :

    1. The Surveillance of the invironment (pengamatan lingkungan)

    2. The correlation of the parts of society in responding to the environment

    (korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi

    lingkungan.

    3. The transmission of the social heritage from one generation to the next

    (transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain).21

    Sedangkan menurut Sondang P Siagian dalam buku Manajemen Stratejik

    menjelaskan bahwa:

    19

    Ibid, 21. 20

    Ibid, 25. 21

    Ejournal Ilmu Komunikasi, Ardy las Y. Putra, Di Akses Melalui

    https://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id. Pada Tanggal 14 April 2019, Pukul 21.50 WIB.

    https://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/

  • 11

    [S]trategi secara terminologi berasal dari kata strategi yang merupakan

    bahasa Yunani yang berarti ”The Art of General” kalimat tersebut bisa

    diartikan sebagai seni yang bisa digunakan oleh panglima dalam sebuah

    peperangan supaya kelompoknya bisa menang. Strategi adalah serangakaian

    keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan

    implementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi tersebut. Strategi

    diartikan sebagai suatu keputusan atau kebijakan yang dibuat petinggi

    organisasi dan kebijaan tersebut harus dilaksanakan oleh seluruh pihak

    dalam sebuah organisasi.22

    Strategi pada dasarnya merupakan kebijakan

    untuk mencapai tujuan yang kemudian dijabarkan kedalam sejumlah taktik

    untuk pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan.23

    Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan

    langkah atau hal hal yang akan kita persiapkan untuk memulai suatu kegiatan

    yang akan kita lakukan. Dalam hal ini strategi wartawan dalam menggali

    informasi untuk menulis berita yakni wartawan harus menemukan atau mencari

    fakta dan data peristiwa itu, peristiwa sendiri bisa berupa:

    a. Peristiwa yang diduga terjadi atau direncanakan terjadi, misalnya

    peristiwa perayaan ulang tahun, peresmian gedung, deklarasi partai,

    seminar, dll.

    b. Peristiwa yang tidak terduga kejadiannya, misalnya kebakaran,

    kriminalitas, kecelakaan lalu lintas, dsb.

    Mencari berita bisa dilakukan dengan ragam cara, misalnya dengan

    melakukan wawancara, menggunakan beat system, dan memakai follow up

    system. Wawancara adalah menggali informasi, komentar, opini data, atau

    fakta tentang suatu masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan

    kepada narasumber atau orang yang diwawancarai (interviewee). Beat system

    adalah sistem pencarian dan pembuatan berita yang mengacu pada beat (bidang

    liputan), yakni mencari berita atau meliput peristiwa (news hunting, news

    gathering) dengan mendatangi secara teratur instansi pemerintah atau swasta,

    atau tempat-tempat yang dimungkinkan munculnya peristiwa, informasi, atau

    hal-hal yang dapat menjadi berita.

    22

    Sondang P Siagian, Manajemen Stratejik (Jakarta:Bumi Aksara, 2004), 15. 23

    Yosal Iriantara, Media Relations (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), 89.

  • 12

    Dengan kata lain beat system adalah cara pencarian berita dengan

    “ngepos” atau mangkal di tempat tertentu. Wartawan Indonesia umumnya

    melakukan sistem ini dengan menjadi anggota Kelompok Kerja Wartawan

    (Pokja Wartawan), misalnya “Pokja Pemda” (kelompok wartawan yang

    meliput peristiwa dilingkungan pemerinta daerah), “Pokja Telkom”, “ Pokja

    PT. KA”, “Pokja PT. Pos”, “Pokja Polwil”, dsb.

    Adanya pokja-pokja itu memudahkan komunikasi antar wartawan dan

    antara humas dan wartawan. Tetapi disisi lain, pokja-pokja itu dapat itu dapat

    mengurangi independensi wartawan karena mereka secara tidak langsung

    dibatasi ruang geraknya dan menumbuhsuburkan budaya amplop. Humas

    sebuah instansi umumnya mengeluarkan siaran pers yang dibagikan kepada

    wartawan pokja itu disertai amplop. Follow Up System adalah cara membuat

    berita dengan menindaklanjuti atau mengembangkan berita yang sudah muncul

    dengan cara melengkapi, mempertajam, atau menekankan hal-hal khusus dari

    berita tersebut. Berita Investigasi, Berita mendalam, atau Berita penjelasan.

    Kegiatan mencari berita (news getting, news hunting) pada prinsipnya bisa

    dikerjakan setiap waktu, bergantung pada:

    a. Mood, yakni suasana rasa, kondisi psikologis, atau

    bersemangattidaknya wartawan dalam memburu berita.

    b. Peristiwa yang terjadi.

    c. Ada tidaknya penugasan dari redaksi.

    Dan dalam melaksanakan kemerdekaan pers (hak mencari, memperoleh,

    dan menyebarluaskan gagasan dan informasi (Pasal 4 ayat 3 UU No. 40/1999),

    wartawan harus memperoleh berita dengan cara yang etis (KEWI-2), yakni

    jujur, terus terang, atau memberikan identitas kepadasumber informasi,

    termasuk ketika mengutip berita dari wartawan lain (tidak plagiat, KEWI-3).

    Dalam istilah KEJPWI, wartawan harus dengan jujur menyebut sumbenya

    dalam mengutip berita atau tulisan dari suatu suratkabar atau penerbitan, untuk

    kesetiakawanan profesi.

    Jadi, wartawan harus menunjukkan identitas diri sebagai wartawan

    kepada narasumber, yang diwawancarai atau sumber informasi. Dengan

  • 13

    demikian wartawan “tidak boleh menyamar” layaknya seorang agen intelijen

    atau mata-mata juga tidak boleh berpura-pura menjadi orang biasa untuk

    memudahkan narasumber memberikan informasi atau memudahkan

    mendapatkan informasi. Dalam wawancara dengan narasumber, tidak jarang

    sumber informasi memberikan keterangan yang tidak boleh disiarkan, yakni

    hanya untuk wawancara pribadi. Sering seseorang berbicara tentang hal

    tertentu di depan wartawan, namun ia mengatakan off the record alias tidak

    boleh diterbitkan. Maka, wartawanpun harus menghargai off the record sesuai

    kesepakatan (KEWI-6) wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak, menghargai

    ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai

    kesepakatan.24

    Adapun beberapa teori Strategi yang bisa diterapkan oleh wartawan

    dalam melakukan wawancara antara lain:

    a. Strategi Kesopanan

    Yule mengatakan bahwa wajah merupakan wujud pribadi seseorang

    dalam masyarakat. Wajah juga mengacu pada makna sosial dan

    emosional itu sendiri yang setiap orang memiliki dan mengharapkan

    orang lain untuk mengetahui. Sehingga kesopanan dalam konteks

    interaksi dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk

    menunjukkan kesadaran tentang wajah orang lain.

    Maksudnya adalah, kesopanan dapat digunakan dalam situasi

    kejauhan dan kedekatan sosial dalam kaitan keakraban, persahabatan,

    atau kesetiakawanan, dalam hal ini kesopanan diasosiakan dengan jarak

    kedekatan sosial kekerabatan.Strategi kesopanan ini dapat dilakukan

    dengan melihat konteks partisipan yang terlibat dalam interaksi

    komunikasi dengan hubungan sosial diantara penutur dan mitra tuturnya.

    Dalam interaksi sosial mereka sehari-hari, orang biasanya bertingkah

    laku seolah-olah harapan-harapan mereka berkenaan dengan nama baik

    masyarakat mereka sendiri, atau keinginan wajah mereka, akan

    24

    Asep Samsul M. Romli. Jurnalistik Terapan, Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan

    (Bandung: Nuansa Cendikia, 2012), 101-102

  • 14

    dihormati. Jika seorang penutur menyatakan sesuatu yang mengandung

    suatu ancaman terhadap harapan-harapan individu lain berkenaan dengan

    nama baiknya sendiri, perntayaan ini dinamakan tindak ancaman wajah

    atau Face Threatening Act (tindak mengancam muka/wajah). Sedangkan

    jika kemungkinan tindak ancaman tersebut digunakan untuk mengurangi

    kemungkinan ancaman itu dinamakan tindak penyelamatan wajah.

    Kedua hal tersebut masuk ke dalam sebuah strategi kesopanan.

    Strategi kesopanan itu sendiri memiliki muatan positif atau pun negatif

    seperti yang dikemukakan oleh Yule bahwa, strategi kesopanan positif

    mengarahkan pemohon untuk menarik tujuan umum dan bahkan

    persahabatan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang

    menyatakan kekerabatan.

    b. Prinsip Kerja Sama

    Dalam hal ini prinsip kerja sama yang akan dibahas adalah bentuk

    kerja samayang menangani fenomena sopan santun dan daya ilokusi

    dalam sebuah tindak ujar. Menurut Grice prinsip kerja sama ini

    bertujuan agar percakapan atau komunikasi berjalan lancar, efektif, dan

    efisien. Dalam sebuah tindak ilokusi dalam komunikasi ini memiliki

    beberapa fungsi diantaranya a) fungsi kompetitif, b) fungsi

    menyenangkan, c) fungsi bekerja sama, c) fungsi bertentangan. Namun

    pada kasus wawancara ini tindak ilokusi lebih berfungsi sebagai kerja

    sama antara penutur dengan narasumbernya untuk saling memberikan

    informasi. Grice dalam Leech menjabarkan prinsip kerja sama ke dalam

    empat maksim, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim

    hubungan (relasi), dan maksim cara. Namun dalam hal ini hanya

    maksim relasi yakni memberi informasi yang relevan dengan tujuan-

    tujuan sosial (misalnya, menaati sopan santun) yang digunakan.

    c. Tindak Tutur Ilokusi

    Secara garis besar tindak tutur ilokusi menurut teori Austin dan

    Searle dalam Ibrahim, tindak ilokusi terbagi atas a) konstatif, b) direktif,

    c) komisif, d) ekspresif atau acknowledgements, e) deklarasi. Pada

  • 15

    wawancara diantara penutur dengan narasumber ini banyak

    mengandung tindak ilokusi konstatif, direktif, deklaratif serta

    representatif yang berfungsi sebagai bentuk kerja sama dan tindak

    ilokusi tersebut bermuatan kesopanan dalam percakapan antara penutur

    dengan narasumber atau mitra tuturnya.

    Tindak ilokusi konstatif merupakan ekspresi kepercayaan yang

    dibarengi dengan ekspresi maksud sehingga mitra tutur membentuk

    atau memegang kepercayaan yang serupa. Tindak ilokusi konstatif ini

    memiliki berbagai macam, yaitu a) informatif yakni mengemukakan

    sesuatu dengan ungkapan menasehati, mengumumkan,

    menginformasikan, menekankan, melaporkan, menunjukkan,

    menceritakan, b) konfirmatif yakni bentuk ungkapan menilai,

    mengevaluasi, menyimpulkan, mengkonfirmasi, menemukan,

    memutuskan, membuktikan. Tindak tutur ilokusi direktif

    mengekspresikan maksud dari penutur sehingga mitra tutur menjawab

    atau bertindak sesuai dengan maksud penutur. Tindak tutur direktif ini

    juga memiliki bermacam-macam bentuk yakni a) question atau

    bertanya, berinkuiri, menginterogasi kepada mitra tuturnya agar

    memberikan informasi tertentu yang dikehendaki mitra tuturnya, b)

    prohibitivitas (larangan) yakni melarang atau membatasi mitra tutur

    agar tidak melakukan sesuatu. Tindak tutur ilokusi deklaratif ini

    mengungkapkan sesuatu yang akan mengakibatkan adanya kesesuaian

    antara isi proposisi dengan realitas, misalnya membabtis, memecat,

    mengundurkan diri, dan sebagainya. Selain menurut Searle dan Austin,

    penelitian ini juga menggunakan teori tindak tutur ilokusi representatif

    menurut Yule bahwa jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang

    diyakini penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu fakta, penegasan,

    kesimpulan, dan pendeskripsian sesuatu yang diyakini oleh penutur saat

  • 16

    menggambarkannya. Pada waktu menggunakan sebuah representatif,

    penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya).25

    Bebarapa teknik yang mengurangi kesulitan anda dalam menemui

    narasumber yang tidak bersahabat. Edward Jay Friedlander menyatakan:

    1. Usahakan menemuinya ditempat netral. Lebih disukai ditempat umum

    seperti restaurant atau kantin. Tempat-tempat yang suasananya tidak

    menakutkan ini biasanya lebih menguntungkan ketimbang dirumah dan

    memberikan kecenderungan membuat sang wartawan dan sang

    narasumber tidak bersahabat itu lebih memiliki kerangka berfikir yang

    lebih objektif.

    2. Yakin kepadanya bahwa anda ingin memperoleh keterangan dari versi dia.

    Sering kali jika narasumber mau bicara, maka informasi dari pihak dia

    kemungkinan bias menambah perspektif baru pada berita, atau bahkan

    dapat membatalakan sama sekali berita yang dibuat.

    3. Beritahu narasumber bahwa anggapan apapun yang sebelumnya tentang

    dia sebagai hasil liputan sebelumnya bisa jadi berubah dengan mendengar

    keterangan baru dari pihak dia.

    4. Mulailah wawancara dengan mengumpulkan informasi latar belakang

    yang akan membuat narasumber merasa nyaman. Mintalah riwayat

    pekerjaan yang membuatnya bangga sebelum beranjak kepertanyaan-

    pertanyaan kunci. Simpan dulu pertanyaan yang paling sulit untuk

    psertanyaan terakhir. Dengan cara demikian, anda akan mendapat

    beberapa informasi yang diperlukan dalam hal dia dengan tiba-tiba

    menghentikan wawancara. Selalu bersikap kreatif dalam mendapatkan

    tanggapan yang berarti atas “tuduhan” yang dikemukan kepadanya. Ini

    juga berlaku untuk tanggapan-tanggapan lainnya. Jika narasumber yang

    tidak bersahabat ini menolak memberikan komentar melalui wawancara

    telepon, kirimkanlah tertulis lewat surat atau melalui faksimili untuk

    25

    Dian Karina Rachmawati, “Strategi Kesopanan Bertutur Dalam Wawancara Dengan

    Narasumber Gunung Pegat-Ponorogo”, Jurnal Stilistika, VIII No.1, 2016, 18-20.

  • 17

    meminta tanggapan. Tunjukkan bahwa anda sudah melakukan segala cara

    untuk memperoleh tanggapan dari pihak si narasumber.26

    4. Wartawan

    Wartawan (journalist) adalah orang-orang yang terlibat dalam pencarian,

    pengolahan, dan penulisan berita atau opini yang dimuat di media massa, mulai

    daeri Pemimpin Redaksi hingga Koresponden yang terhimpun dalam Bagian

    Redaksi. Menurut UU No.40/1999 tentang pers (pasal 1 poin 4), wartawan

    adalah “orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik”.27

    Wartawan adalah suatu profesi yang penuh dengan tanggung jawab dan

    resiko. Karenanya, ia harus memiliki idealisme dan ketangguhan. Septiawan

    Santana K. Dalam bukunya mengatakan “[P]ara wartawan dituntut untuk

    bukan hanya menyajikan fakta, melainkan juga kebenaran tentang fakta itu”.28

    Jurnalistik dipahami sebagai proses peliputan, penulisan, dan

    penyebarluasan informasi yang aktual atau berita melalui media massa. Secara

    ringkas dan praktis, jurnalistik juga bisa diartikan sebagai memberitakan

    sebuah peristwa.29

    Bagi seorang jurnalis professional, kedudukan dan kredibilitas sumber

    berita sangat penting. Ia tidak sekedar menghubungi sumber berita dan

    memperoleh berita. Ia senantiasa mengembangkan sikap kritis karena tidak

    setiap sumber berita bahan berita dapat dijadikan berita. Ia selalu dituntut

    bersikap etis, karena memperoleh bahan-bahan berita harus ditempuh melalui

    cara-cara yang benar serta tak bertentangan dengan aspek-aspek moral serta

    norma-norma sosial. Karena Persatuan Wartawan Indonesia (PWI),

    menegaskan masalah ini dalam buku karya Apriadi Tamburaka menyatakan:

    [P]asal 3 Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Dalam pasal ini, diatur tentang cara

    pemberitaan dan menyatakan pendapat. Berikut petikan pasal 3 KEJ itu:

    26

    Asep Saeful Muhtadi, JURNALISITIK PENDEKATAN TEORI DAN PRAKTEK (Jakarta:

    PT Logos Wacana Ilmu, 1999), 267. 27

    Asep Samsul M. Romli. Jurnalistik Terapan, Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan

    7. 28

    Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005),

    209. 29

    Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online

    (Bandung: Nuansa Cendikia, 2012), 11.

  • 18

    Wartawan Indonesia menempuh jalan dan cara yang jujur untuk

    memperoleh bahan-bahan berita dan tulisan dengan selalu menyatakan

    identitasnya sebagai wartawan apabila sedang melakukan tugas peliputan.

    Wartawan Indonesia meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan

    sebelum menyiarkannya, dengan juga memperhatikan kredibilitas sumber

    berita yang bersangkutan. Dalam menyusun suatu berita, wartawan

    Indonesia membedakan kejadian (fakta) dan pendapat (opini), sehingga

    tidak mencampurbaurkan fakta dan opini tersebut. Kepala berita harus

    mencerminkan isi berita. Dalam tulisan yang memuat tentang suatu kejadian

    (by line story), wartawan indonesia selalu berusaha untuk bersikap objektif,

    jujur, dan sportif berdasarkan kebebasan yang bertanggung jawab dan

    menghindarkan diri dari cara-cara penulisan yang bersifat pelanggaran

    kehidupan pribadi (privacy), sensasional, immoral, atau melanggar

    kesusilaan. Penyiaran setiap berita atau tulisan yang berisi tuduhan yang

    tidak berdasar, desas-desus, hasutan yang dapat membahayakan

    keselamatan bangsa dan negara, fitnahan, pemutarbalikan suatu kejadian,

    merupakan pelanggaran berat terhadap profesi jurnalistik. Pemberitaan

    tentang jalannya pemeriksaan perkara pidana dalam siding-sidang

    pengadilan harus dijiwai oleh prinsip praduga tak bersalah, yaitu bahwa

    seseorang tersangka baru dianggap bersalah telah melakukan tindak pidana

    apabila ia telah dinyatakan terbukti bersalah dalam putusan pengadilan yang

    telah memiliki kekuatan tetap. Penyiaran nama secara lengkap, identitas,

    dan gambar diri seorang tersangka dilakukan dengan penuh kebijaksanaan,

    dan dihindarkan dalam perkara-perkara yang menyangkut kesusilaan atau

    menyangkut anak-anak yang belum dewasa. Pemberitaan harus selalu

    berimbang antara tuduhan dan pembelaan dan dihindarkan terjadinya trial

    by thepress.30

    Dengan demikian, tidaklah mudah proses peliputan yang ditempuh oleh

    seorang jurnalis. Ia harus menempuh dan melewati sekian banyak pemindai

    (detektor) hanya untuk meyakinkan sumber berita dan bahan berita yang

    dihubungi dan diperolehnya. Benar-benar shahih, valid, kredibel dan

    sekaligus akuntabel (dapat dipertangguungjawabkan) secara teknis dan

    yuridis. Ia juga memperlakukan sumber berita sebagai manusia. Makhluk

    mulia, bukan sebagai tersangka atau terpidana yang kerap dianggap sebagai

    makhluk durjana.

    Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Sebagai salah satu organisasi pers

    paling tua dan paling berpengalaman di Indonesia merasa perlu untuk

    30

    Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa.76.

  • 19

    menekankan masalah sumber berita ini dalam pasal 5 KEJ buku karya

    Apriadi Tamburakan menyatakan:

    [W]artawan Indonesia menghargai dan melindungi kedudukan sumber

    berita yang tidak bersedia disebut namanya. Dalam hal berita tanpa

    menyebut nama sumber tersebut disiarkan, maka segala tanggung jawab

    berada pada wartawan dan atau penerbit pers yang bersangkutan.

    Keterangan-keterangan yang berikan secara off the record tidak disiarkan,

    kecuali apabila wartawan yang bersangkutan secara nyata dapat

    membuktikan bahwa ia sebelumnya memiliki keterangan-keterangan yang

    kemudian ternyata diberikan secara off the record itu. Jika seorang

    wartawan tidak ingin terikat pada keterangan yang akan diberikan dalam

    suatu pertemuan secara off the record, maka ia dapat tidak menghadirinya.

    Wartawan Indonesia dengan jujur menyebut sumbernya dalam mengutip

    berita, gambar, atau tulisan dalam suatu penerbitan pers, baik yang terbit

    didalam maupun diluar negeri. Perbuatan plagiat, yaitu mengutif berita,

    gambar, atau tulisan tanpa menyebutkan sumbernya, merupakan

    pelanggaran berat. Penerimaan imbalan atau suatu janji untuk menyiarkan

    atau tidak menyiarkan suatu berita, gambar, atau tulisan yang dapat

    menguntungkan atau merugikan seseorang, sesuatu golongan atau sesuatau

    pihak dilarang sama sekali.31

    Setidaknya ada enam standar profesi wartawan sejati ( real journalist ):

    a. Well selected, maksudnya wartawan harus terseleksi dengan baik.

    Menjadi wartawan semestinya tidak mudah karena harus memenuhi

    kriteria profesionalisme antara lain keahlian ( expertise ) atau

    keterampilan jurnalistik serta menaati kode etik jurnalistik.

    b. Well educated, artinya terdidik dengan baik. Wartawan seyogyanya

    memulai tahap pendidikan kewartawanan, setidaknya memulai

    pelatihan jurnalistik yang terpola dan terarah secara baik.

    c. Well trained, artinya terlatih dengan baik. Akibat kurang terlatihnya

    wartawan kita, banyak berita mucul di media yang bukan kurang

    cermat, tidak enak dibaca, dan bahkan menyesatkan.

    d. Well equipped, maksudnya dilengkapi dengan peralatan memadai.

    Pekerjaan wartawan butuh fasilitas deperti alat tulis, alat rekam,

    kamera, alat komunikasi, alat transportasi, dan sebagainya.

    31

    Ibid, 78.

  • 20

    Wartawan tidak akan dapat bekerja optimal tanpa dukungan fasilitas

    yang memadai.

    e. Well paid, yakni digaji secara layak. Jika tidak, jangan harap

    “budaya amplop” bisa diberantas. Kasus pemerasan dan

    penyalahgunaan profesi wartawan akan terus muncul akibat

    “tuntutan perut”.

    f. Well motivated, artinya memiliki motivasi yang baik ketika

    menerjuni dunia kewartawanan. Motivasi disini lebih pada

    idealisme, bukan materi. Jika motivasinya berlatar uang, maka tidak

    bisa diharapkan menjadi wartawan professional atau wartawan

    sejati.32

    5. Menggali Informasi

    Menggali informasi merupakan sebuah tujuan dari seorang wartawan,

    menggali sebuah fakta, alasan, dan opini atas sebuah peristiwa, baik yang

    sudah, sedang ataupun yang akan berlangsung. Dalam menggali informasi

    saat berhadapan dengan narasumber atau bercakap lewat telepon atau

    bertukar pesan lewat gadget, ingatlah bahwa tujuan seorang wartawan hanya

    satu, yaitu menggali informasi. Namun adakalanya jurnalis bersikap pasif

    karena tidak menguasai masalah, sehingga dengan posisi demikian selain

    menimpali ala kadarnya dengan tujuan agar narasumber terus bersuara, sang

    jurnalis hanya mengucapkan “Oh begitu ya”, “lantas…”, atau “tanggapan

    Anda?”

    Kenyataannnya tak hanya jurnalis pemula yang seperti itu. Dilapangan

    kerap terlihat jurnalis yang jam terbangnya sudah tahunan pun masih

    demikian. Tentu keminiman wawasanlah penyebabnya. Lihatlah

    pemandangan di layar televisi tatkala jurnalis mengerumini narasumber. Di

    antara sekian banyak yang menyorongkan alat perekam ke arah narasumber ,

    hanya sedikit saja yang mengajukan pertanyaan. Ironisnya, sepulang dari

    lapangan, semuanya akan membuat berita. Dimata narasumber yang kritis,

    jurnalis yang kurang aktif bertanya dan cenderung pasif saja pasti kurang

    32

    Ibid, 10.

  • 21

    nilainya. Bila narasumber gemar memperdaya, wartawan macam itulah

    sasaran empuk untuk diganggu dengan opini sesuai dengan kemauan

    narasumber. Bagaimanapun wawancara yang sehat adalah dialogis. Dalam

    hal ini pewawancara tidak hanya bertanya, tetapi juga menerangkan,

    mencontohkan, meluruskan, atau membantah. Modal utama pewawancara

    yang baik tentu saja adalah wawasan. Bertanya dan membaca bahan terkait,

    merupakan cara untuk meningkatkan pengetahuan. Lewat fasilitas internet, di

    masa sekarang bahan apapun dapat kita peroleh dengan mudah dan cepat.33

    Semua jenis peliputan berita memerlukan proses wawancara (interview)

    dengan sumber berita atau narasumber (interviewee). Wawancara bertujuan

    pokok menggali informasi, komentar, opini, fakta, ataupun data tentang suatu

    masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber.

    Ada beberapa hal mendasar yang harus dipahami dan dilakukan dalam

    melakukan wawancara:

    a. Wawancara hakikatnya adalah sebuah obrolan, seperti berbincang

    dengan seorang teman, namun dengan topik pembicaraan tertentu

    dan terarah.

    b. Lakukan wawncara secara alamiah, jangan dibuat-buat atau sangat

    formalistic sehingga menjadi kaku.

    c. Selain mendengarkan dengan baik, pewawancara juga menyimak,

    merekam, dan menuliskan ucapan narasumber jangan terlalu

    mengandalkan tape recorder.

    d. Lakukan persiapan! Jangan melakukan wawancara dengan “kepala

    kosong”. Carilah referensi di koran atau buku tentang topik

    wawancara.

    e. Siapakan pertanyaan!

    f. Buatlah janji dengan narasumber dan pastikan anda datang tepat

    waktu (khususnya untuk wawancara pribadi dan ekslusif).

    g. Perkenalkan diri dan media tempat anda bekerja.Jangan buru-buru

    mengambil catatan bisa membuat gugup narasumber.

    33

    Ibid, 167.

  • 22

    h. Ajukan pertanyaan pertama tentang ejaan nama narasumber dan

    tanggal lahir narasumber.

    i. Mulailah dengan pertanyaan mudah untuk membuat rileks

    narasumber anda.

    j. Ajukan pertanyaan awal dan akhir (open-ended question) yang bisa

    mengundang jawaban panjang dan bisa memunculkan anekdot serta

    opini. Jangan ajukan pertanyaan yang membuat narasumber anda

    memberikan jawaban singkat atau satu kata (one word answer).

    Jangan ajukan pertanyaan negatif.

    k. Jangan berjanji untuk membiarkan narasumber membaca dulu hasil

    wawancara sebelum diterbitkan.

    l. Tanyalah narasumber apakah ia tidak keberatan jika anda

    mengontaknya lagi secara pribadi atau via telefon untuk tindak

    lanjut.

    m. Buatlah catatan singkat dengan kalimat/kata singkatan. Misalnya,

    kata “seperti” ditulis “spt”, “bagaimana” ditulis “bgm”, dst.

    Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan bahan berita

    (data atau fakta). Pelaksanaanya bisa dilakukan secara langsung bertatap

    muka (face to face) dengan orang yang diwawancarai. Atau secara tidak

    langsung seperti telefon, internet, atau surat (wawancara tertulis termasuk

    lewat e-mail dan sms). Dewasa ini wawncara bahkan tidak hanya dipandang

    sebagai salah satu metode jurnalistik untuk mengumpulkan informasi, tetapi

    juga sudah merupakan bagian dari penyajian informasi itu sendiri yang kerap

    disebut sebagai “wawancara ekslusif”. Hasil wawancara disajikan dalam

    bentuk tanya jawab, seolah hendak membawa pembaca turut bertanya pada

    narasumber atau orang yang diwawancarai tentang satu atau berbagai

    masalah, atau memberi tahu pembaca bagaimana pewawancara menggali

    informasi dari narasumber tadi.34

    Menurut UU No. 40/1999 tentang Pers, wartawan adalah orang yang

    melakukan aktivitas jurnalistik secara rutin. Dengan demikian, ia bekerja

    34

    Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis, 33-36.

  • 23

    disebuah perusahaan penerbit pers atau sekedar menjadi wartawan lepas yang

    rutin mengirikan tulisan ke media massa.

    Dan dalam buku karya Hikmat Kusuma Ningrat dan Purnama Ningrat

    berkenaan dengan kekhususan dalam mengungkap masalah-masalah yang

    lebih bersifat pribadi, Bingham dan Dillon memberikan beberapa petunujuk

    praktis seperti:

    a. Buatlah Persiapan sebelum wawancara. Usahakan mengetahui

    terlebih dahulu masalah-masalah umum lainnya yang berkaitan

    dengan sumber sebelum memasuki masalah kehidupan yang lebih

    pribadi.

    b. Usahakan wawancara secara face to face. Cara ini akan lebih

    mempermudah sumber untuk mengungkapkan masalah-masalah

    pribadinya dari pada biacara lewat telepon.

    c. Wawancara dilakukan dalam cara yang lebih rileks. Hal ini akan

    sumber ikut rileks sehingga dapat memberikan informasi secara

    lebih terbuka dan terus terang.

    d. Bukalah suasana yang masih tampak dingin dan kaku dengan

    pertanyaan-pertanyaan yang lebih bersifat umum. Ada baiknya

    wawancara langsung tanpa catatan ataupun kamera dan tape

    recorder.

    e. Jika wawancara tape recorder , cobalah untuk tidak langsung

    menghidupkan alat bantu tersebut, berikan kesempatan jkepada

    sumber untuk menemukan suasana nyaman bagi dirinya.

    f. Kadang-kadang ada baiknya wartawan dapat membiarkan sumber

    berbicara sendiri tanpa harus dimulai dengan pertanyaan. Kalapun

    bertanya, buatlah pertanyaan yang dapat membuka jawaban lebih

    bebas. Misalnya, lebih baik bertanya “bisakah ibu menceritakan

    sedikit tentang anak ibu?” dari pada bertanya “Bagaimana anak ibu

    bias sampai meninggal dalam peristiwa itu?”

    g. Beri kata-kata pengantar sebelum langsung bertanya dalam keadaan

    seperti ini, terkadang sumber lebih mudah menjawab pertanyaan

  • 24

    pengantara dari pada pertanyaan pokok. Misalnya dengan terlebih

    dahulu meminta maaf bila kedatangannya akan menggangu atau

    bahkan menambah masalah baru.

    h. Bujuklah dengan sopan sumber berita yang tidak mau memberikan

    komentar. Jawab “No Comment” yang diberikan sumber mungkin

    disebabkan karena belum mengerti pentingnya komentar itu dalam

    berita yang akan dipublikasikannya.35

    Dan dalam buku karya Luwi Ishwara terdapat beberapa petunjuk

    membantu wartawan dalam mengumpulkan informasi seperti yang

    dikemukan oleh Eugene J,Webb dan Jerry R. Salancik: 1. “[O]bservasi

    langsung dan tidak langsung dari situasi berita, 2. Proses wawancara. 3.

    Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik dan 4.

    Partisipasi dalam Peristiwa.36

    Dan dalam buku buku karya Willing Barus

    terdapat beberapa langkah wawancara yang harus ditempuh oleh seorang

    wartawan yang baik, terutama melakukan wawancara ekslusif, antra lain:

    a. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara agar naasumber juga data

    mempersiapkan dirinya degan jawaban-jawaban yang mampu

    diberikan dan perlu.Membaca kegemaran, hobi, dan hal-hal yang

    disukai narasumber

    b. Agar pembicaraan lebih transparan atau terbuka dan tidak kaku.

    c. Menghindari pembicaraan berkembang menjadi perdebatan sebab

    wawancara bertujuan untuk mengorek keterangan, bukan beradu

    argumentasi.

    d. Menjadi pendengar yang baik, tetapi berikan juga kesan bahwa Anda

    adalah pendengar yang tidak perlu digurui.

    e. Mencatat identitas diri setiap narasumber seperti nama jelas, gelar,

    usia, pekerjaan, jabatan, tempat tinggal, dan sebagainya.

    f. Mengatur irama pembicaraan dan untuk itu, sesuaikan diri dengan

    perkembangan situasi pertemuan sebab ada bragam tipe narasumber,

    35

    Ibid, 220. 36

    Luwi Ishwara, Jurnalisme Dasar (Jakarta:PT. Kompas Media Nusantara, 2011), 92.

  • 25

    seperti narasumber yang suka berbelit-belit, bicara panjang lebar,

    teoretis, mengguru, harmonis, ekstrovert (terbuka), berhati-hati,

    tertutup (introvert), pendiam, dan bersifat selalu menunggu.

    g. Menyampaian ucapan terimakasih dengan sikap sopan dan simpatik

    selesasi mewawancarai sebelumnya mintalah kesediaan narasumber

    untuk memberi keterangan tambahan terakhir sebagai penutup seakan-

    akan bukan Anda yang menutup pembicaraan, tetapi narasumber

    sendiri.

    h. Apabila perlu dan terlebih jika diminta, Anda sebaiknya

    menyampaikan hasil resume wawancara. selain untuk konfirmasi, juga

    untuk melindungi narasumber dari kekeliruan.37

    6. Narasumber

    Menurut kamus besar bahasa Indonesia, narasumber adalah orang yang

    memberi (mengetahui secara jelas atau menjadi sumber) informasi. Sumber

    memang penting untuk mengembangkan suatu cerita dalam memberikan

    makna dan kedalaman suatu peristiwa atau keadaan. Mutu tulisan wartawan

    tergantung pada mutu sumbernya. Narasumber yang baik adalah seseorang

    yang berpengetahuan dalam suatu bidang dan memiliki perasaan yangbtajam

    yang sama dengan wartawan tentang perlunya publik mengetahui apa yang

    sedang terjadi sebenarnya.

    [D]alam konteks jurnalisme, dasar pemilihan narasumber untuk liputan

    apapun adalah kompetensi. Semakin terlibat seseorang, kian pantas dia

    dijadikan narasumber. Jadi ada derajat kompetensi narasumber, yang tolak

    ukurnya adalah intensitas keterlibatanny. Pertama, derajat tertinggi adalah

    pelaku dan korban. Kedua, yaitu saksi mata. Ketiga, pihak yang tersangkut

    tetapi tak terlihat langsung.38

    a. Kriteria Narasumber

    1) Kredibel, misalnya orang nomor satu di komunitas atau

    organisasinya, orang terkenal atau terkemuka, pakar dibidangnya,

    memiliki kewarganegaraan memberikan keterangan, berprestasi dll.,

    37

    Sedia Willing Barus, Jurnalistik , 126. 38

    Ibid, 146

  • 26

    2) Tajam dan analitis, yakni memiliki ketajaman memandanf dalam

    suatu masalah dan mampu menganalisis masalah tersebut secara

    tepat dan jelas

    3) Kaya informasi atau memiliki banyak data dan info mutakhir yang

    bisa digali atau dikembangkan.

    4) Berani bicara apa adanya, yakni jujur dan mau berterus terang

    5) Berwawawsan luas

    6) Konsisten alias tidak plin plan dalam berpendapat

    7) Gampang dihubungi, dan pahami jurnalistik.39

    Kajian Teori

    Oraganization-Public Relationships (Hubungan Organisasi-Publik)

    a. Mendefinisikan Publik

    Menurut Vasquez & Taylor istilah "publik" berasal dari "frase poplicus

    Latin atau populus, yang berarti orang-orang. Menurut Grunig dan Hunt

    mendefinisikan masyarakat sebagai sekelompok orang yang menghadapi

    masalah, dibagi atasnya solusi, dan mengatur untuk membahas itu. Orang-

    orang menjadi stakeholder karena saling ketergantungan dengan organisasi.

    Pemangku kepentingan mengorganisir publik karena masalah yang mereka

    miliki dengan sebuah organisasi atau masalah yang mereka inginkan agar

    organisasi menyelesaikannya. Publik terlibat aktif dalam perilaku komunikasi

    untuk memecahkan masalah tersebut dengan sebuah organisasi.40

    b. Mendefinisikan Organisasi

    Teori organisasi Daft mendefinisikan organisasi sebagai (1) entitas sosial

    (2) arah tujuan, (3) didesain secara sengaja berupa sistem aktivitas yang

    terstruktur dan terkoordinasi, dan (4) berhubungan dengan lingkungan

    eksternalnya. Daft menyarankan bahwa organisasi menjadi efektif mengelola

    hubungan dengan publik strategis:

    39

    Ibid 75 40

    Yang Sungun. Pengaruh Hubungan Organisasi Publik pada Reputasi Organisasi dari

    Sudut Pandang Publik. (University of Maryland, 2005), 54-55.

  • 27

    [E]lemen kunci dari sebuah organisasi bukanlah bangunan atau seperangkat

    kebijakan dan prosedur; organisasi terdiri dari orang-orang dan hubungan

    mereka dengan satu sama lain. Sebuah organisasi terjadi ketika orang

    berinteraksi dengan satu sama lain untuk melakukan fungsi penting yang

    membantu mencapai tujuan. Sebuah organisasi tidak bisa tanpa ada

    berinteraksi dengan pelanggan, pemasok, pesaing, dan unsur-unsur lain dari

    lingkungan luar.41

    c. Mendefinisikan Hubungan

    Menurut O'Hair et al mendefinisikan hubungan sebagai "saling

    ketergantungan dari dua orang atau lebih". Dan Coombs menghubungkan

    definisi ini, dari perspektif komunikasi interpersonal, dengan teori

    stakeholder. Orang-orang saling tergantung dengan satu sama lain ketika

    mereka membutuhkan orang lain untuk beberapa alasan, akibatnya, orang

    terlibat dalam hubungan yang didasarkan pada hubungan tersebut. Demikian

    juga, dalam konteks hubungan stakeholder, organisasi memiliki hubungan

    dengan para pemangku kepentingan ketika mereka memiliki koneksi dengan

    para pemangku kepentingan.

    Untuk menentukan hubungan antara organisasi dan masyarakat mereka,

    Broom et al mengulas ulasan definisi hubungan organisasi publik dari

    perspektif tersebut sebagai komunikasi interpersonal, psikoterapi, hubungan

    antar organisasi, dan teori sistem.

    Pertama, dari perspektif komunikasi interpersonal, Surra dan Ridley

    mendefinisikan hubungan sebagai "peristiwa interaksi saat demi saat "dan"

    antar subjektivitas "atau" saling ketergantungan kognitif". Anderson juga

    mencatat saling ketergantungan peserta relasional: "Hubungan adalah produk

    gabungan dan produsen dari kedua interaksi interpersonal dan kegiatan

    kognitif interaksi. Kedua, dari perspektif psikoterapi, Gelso dan Carter

    mendefinisikan hubungan konselor klien sebagai "perasaan dan sikap yang

    dimiliki oleh peserta konseling terhadap satu sama lain, dan cara dimana hal

    ini dinyatakan". Ketiga, dari perspektif hubungan antar-organisasi, perilaku

    organisasi adalah aspek fokus untuk konsep hubungan: Secara teoritis,

    41

    Yang Sungun. Pengaruh Hubungan Organisasi Publik pada Reputasi Organisasi dari

    Sudut Pandang Publik. 55.

  • 28

    organisasi memasuki hubungan karena ketergantungan mereka pada

    organisasi lain untuk sumber.42

    Grunig, et al, menyatakan bahwa hubungan dapat ditentukan dengan

    dimensi timbal balik, kepercayaan, saling melegitimasi, keterbukaan,

    kepuasan bersama, dan saling pengertian. Sebagai hasil dari tinjauan yang

    luas literatur yang relevan, Ledingham, Bruning, Thomlison, dan Lesko

    dipisahkan dari 17 dimensi literatur yang diduga menjadi pusat interpersonal,

    pemasaran, dan jenis hubungan lainnya. Selanjutnya, Ledingham dan Bruning

    dioperasionalkan lima dimensi yang relevan: kepercayaan, keterbukaan,

    keterlibatan, investasi, dan komitmen. Dalam tipologi itu, kepercayaan

    dioperasionalkan sebagai organisasi "Melakukan apa yang dikatakannya itu

    akan melakukan" dan keterbukaan dipandang sebagai "berbagi organisasi ini

    berencana untuk masa depan dengan anggota masyarakat. "Keterlibatan

    digambarkan sebagai" organisasi terlibat dalam kesejahteraan masyarakat,

    "investasi" organisasi investasi pada kesejahteraan masyarakat, "dan

    komitmen sebagai" organisasi berkomitmen untuk kesejahteraan

    masyarakat.43

    d. Mendefinisikan Hubungan Organisasi Publik

    Menurut Grunig dan Huang meskipun penggunaan umum dari istilah

    "hubungan" oleh ilmuwan dan praktisi dalam menjelaskan nilai Public

    Relations, "tak satu pun cendikiawan atau praktisi telah mendefinisikan

    konsep dengan hati-hati atau telah mengembangkan langkah-langkah yang

    reliabel dari hasil akhir sebuah hubungan. Broom at al juga menunjukkan

    tidak adanya definisi hubungan sebagai berikut: "Meskipun fungsi humas

    membangun dan memelihara hubungan organisasi dengan publik.

    Setelah meninjau definisi hubungan dalam beberapa perspektif, Broom

    at al menggambarkan hubungan antara organisasi dan masyarakat: "hubungan

    organisasi publik diwakili oleh pola interaksi, transaksi, pertukaran, dan

    hubungan antara organisasi dan publiknya”. Bruning dan Ledingham

    42

    Ibid, 56-57 43

    Ledingham, John A. Journal Of Public Relations Research (Lawrence Erlbaum

    Associates, 2003), 184.

  • 29

    mendefinisikan hubungan organisasi publik sebagai "Negara yang ada antara

    organisasi dan publik utama di mana tindakan baik entitas dampak ekonomi,

    sosial, politik, budaya kesejahteraan dan entitas lain.44

    Sedangkan menurut Broom et al mendefinisikan hubungan organisasi

    publik sebagai proses pembentukan hubungan, dan menurut Bruning dan

    Ledingham mendefinisikan sebagai konsekuensi luas, serta menurut Grunig

    dan Huang mendefinisikan hubungan sebagai organisasi-publik yang

    berfokus pada atribut hubungan, atau hubungan hasil. Huang meneliti

    hubungan organisasi publik didasarkan pada dua asumsi yang mendasari: 1)

    hubungan terdiri dari lebih dari satu fitur fundamental, dan 2) empat fitur

    relasional mewakili konstruk hubungan organisasi publik (Mengontrol

    mutualitas, kepercayaan, komitmen, dan kepuasan). Kemudian, sepanjang

    baris konseptualisasi yang sama, Huang mendefinisikan hubungan organisasi

    publik sebagai "bahwa organisasi dengan publiknya percaya satu sama lain,

    setuju pada seseorang yang mempunyai kekuatan yang sah untuk

    mempengaruhi, pengalaman menyenangkan dengan orang lain, dan komitmen

    seseorang pada orang lain.

    Dengan mengembangkan kualitas hubungan dengan publik strategis,

    Public Relations dapat memiliki nilai jangka panjang untuk

    organisasi. Tentang atribut hubungan yang baik, Grunig et al menyarankan:

    hubungan yang baik antara organisasi dengan publik mereka adalah dua arah

    dan simetris yaitu hubungan yang baik antara organisasi dan publik mereka

    adalah dua arah dan simetris hubungan menyeimbangkan kepentingan

    organisasi dengan kepentingan publik yang mana organisasi punya

    konsekuensi dan punya konsekuensi pada organisasi.

    Grunig dan Huang mengambil langkah lebih lanjut dari Broom et al.

    tiga tingkatan model dengan menguji strategi kultifasi hubungan, berikut

    Stafford dan Canary dari perspektif hubungan interpersonal. Dalam model

    ini, Grunig dan Huang mengonsep: 1) anteseden yang menggambarkan

    44

    Ledingham, John A. Journal Of Public Relations Research, 185.

  • 30

    publik dengan yang organisasi perlu hubungan, 2) strategi yang digunakan

    untuk mengolah hubungan mereka, dan 3) konsekuensi atau hasil dari

    strategi-strategi.45

    F. Metode Penelitian

    Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.

    Penelitian kualitatif mengkaji perspektif oartisipan dengan strategi-strategi yang

    bersifat interaktif dan fleksibel.46

    1. Pendekatan Penelitian

    Kajian terhadap strategi wartawan media batangahari ekspress dalam

    menggali informasi dari narasumber yang sulit untuk didapati menggunakan

    metode penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yang berupa kata-kata

    tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diminati. Metode

    deskriptif adalah penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa, dimana

    pada hakikatnya metode deskriptif ini adalah mengumpulkan data-data.47

    Penelitian deskriptif kualitatif berusaha menggambarkan suatu gejala

    sosial dapat dikatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan

    suatu gejala sosial. Dapat dikatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk

    menggambarkan sifat sesuatu yang sedang berlangsung saat penelitian.

    Terutama pada penjelasan metode deskriptif ini adalah menggunakan data

    lisan yang memerlukan informan. Pendekatan yang mengarahkan informan

    ini diarahkan pada latar dan individu yang bersangkutan secara keseluruhan

    sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh. Dengan menggunakan metode

    deskriptif ini, maka data yang diperoleh dari hasil penelitian dipaparkan

    dalam sebuah tulisan ilmiah.

    2. Setting dan Subjek Penelitian

    45

    Ibid, 68. 46

    Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif. Kualitatif, dan R&D, (Bandung:

    Alvabeta CV, 2017), 43. 47

    Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya,

    2007), 25.

  • 31

    Seting merupakan tempat atau lokasi yang akan dilakukan penelitian

    sedangkan subjek penelitian adalah orang yang akan memberikan informasi

    terkait dengan penelitian yang akan diteliti.

    Jadi, dalam penelitian ini penulis mengambil setting atau tempat

    lokasi penelitian di Batanghari Ekspres Jl.Gajah Mada Kecamatan Muara

    Bulian, Batanghari. Pemilihan setting didasarkan atas pertimbangan rasional

    bahwa Media Batanghari Ekspress merupakan media lokal yang berkembang

    dan atas dasar penglihatan, pemahaman, serta pengetahuan ingin melihat

    strategi wartawan dalam menggali informasi melalui narasumber pada

    peliputan berita. Dan subjek pada penelitian ini berpusat pada Wartawan dari

    media Batanghari ekspres. Mengingat subjek yang baik adalah subjek yang

    terlibat aktif, cukup mengetahui, memahami, atau berkepentingan dengan

    aktivitas yang akan diteliti, secara memiliki waktu untuk memberikan

    informasi secara benar.

    3. Sumber dan Jenis Data

    Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari manusia,

    situasi/peristiwa, dan dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk

    perkataan maupun tindakan orang yang bisa memberikan data melalui

    wawancara. Sumber data suasana/peristiwa berupa keadaan yang bergerak

    (peristiwa) ataupun diam (suasana), meliputi ruangan, suasana dan proses.

    Sumber data tersebut merupakan objek yang akan diobservasi. Sumber data

    dokumentasi yaitu berbagai referensi yang menjadi bahan rujukan dan

    berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti.

    Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.

    Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama

    melalui observasi atau wawancara langsung di lapangan. Dalam hal ini data

    yang diinginkan adalah mengetahui bagaimana strategi dari wartawan

    Batanghari ekspres dalam menggali informasi dari narasumber pada liputan

  • 32

    berita. Sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber

    kedua berupa dokumentasi serta peristiwa yang bersifat lisan dan tertulis.48

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

    snowball sampling. Teknik ini menentukan sampel yang mula-mula

    jumlahnya kecil kemudian membesar ibarat bola salju yang menggelinding

    yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama

    dipilih satu atau dua orang, tetapi dengan dua orang ini belum merasa

    lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain

    yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh

    dua orang sebelumnya, begitu seterusnya.49

    Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tiga

    teknik yang dilakukan secara berulang-ulang agar keabsahan datanya dapat

    dipertanggung jawabkan, yaitu:

    a. Observasi

    “[N]asution mengatakan bahwa observasi adalah dasar semua

    ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data

    yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

    observasi”.50

    Observasi merupakan pengamatan suatu objek yang

    diteliti secara langsung maupun mencari informasi disekitarnya. Yang

    dalam hal ini observasi penelitian dilakukan dengan cara mengamati

    kinerja wartawan dilapangan ketika meliput dan menggali informasi

    dari narasumber yang sulit untuk didapati. Seperti halnya dalam kasus

    asusila, narasumber sulit untuk diwawancarai karena jiwanya sedang

    terguncang, serta dalam kasus korupsi banyak narasumber yang enggan

    untuk berkomentar.

    48

    Mohd. Arifullah, et. Al, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas

    Ushuluddin IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Edisi Revisi. (Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN

    Sulthan Thaha Saifuddin Jambi), 62. 49

    Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif. Kualitatif, dan R&D, 85 50

    Ibid, 226.

  • 33

    b. Wawancara

    “[E]sterberg mendefinisikan wawancara adalah merupakan

    pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

    jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik

    tertentu”.51

    Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan

    cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandasan

    kepada tujuan penelitian. Dan dalam penelitian ini, wawancara

    dilakukan oleh peneliti dengan wartawan media Batanghari Ekspres

    Jl.Gajah Mada kecamatan Muara Bulian, Batangahari. Sebelum

    wawancara dilakukan, pertanyaan telah disiapkan terlebih dahulu sesuai

    dengan penggalian data yang diperlukan dan kepada siapa wawancara

    itu dilakukan.

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

    Dokumen bias berbentuk gambar ataun karya-karya monumental dari

    seseorang. Dokumen berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah,

    ceritera, biografi, peraturan, dsn kebijakan. Dokumen yang berbentuk

    gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.52

    Dokumen dalam penelitian ini berupa gambar, catatan lapangan, grafik

    yang diambil saat penelitian. Yang bias menjadi bukti nyata yang mampu

    mendukung kondisi yang ada.

    Ketiga teknik pengumpulan data digunakan secara simultan dalam

    penelitian ini, dalam arti digunakan untuk saling melengkapi antara satu

    data dengan data yang lain, sehingga data yang diperoleh memiliki validitas

    dan keabsahan yang baik untuk dijadikan sebagai sumber informasi.

    5. Teknik Analisis Data

    Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan yaitu

    diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang

    telah dirumuskan dalam proposal. Teknik analisis data merupakan proses

    51

    Ibid, 231. 52

    Ibid, 240.

  • 34

    mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

    wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang mudah

    dipahami dan mudah diinformasikan kepada orang lain. 53

    Adapun metode

    pengumpulan data yang digunakan adalah seperti yang dikemukan Miles

    and Huberman, mereka mengemukakan dalam analisis data kualitatif

    dimulai dari:

    a. Data Display (Penyajian Data)

    Dalam penelitian kualitatif, penyajian data yang bias dilakukan

    dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan anatar kategori

    flowchari dan sejenisnya. Miles and Huberman menyatakan yang paling

    sering digunakan utuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

    adalah teks yang bersifat naratif.

    Pada proses ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan,

    sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki

    makna tertentu dengan menampilkan dan membuat hubungan yang

    variabel.

    b. Data Reduction (Reduksi Data)

    Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

    untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah

    dikemukakan makin lama penelitian dilapangan maka jumlah data yang

    diperoleh semakin banyak dan akan semakin kompleks dan rumit.

    Untuk itu agar terhidar dari kebingungan maka perlu dilakukan analisis

    data melalui reduksi data mereduksi data berarti merangkum segala data

    yang telah diperoleh, memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan

    pada pokok penelitian.

    Reduksi data merupakan bentuk analisis yang membantu bentuk

    analisis yang membantu menggolongkan, mengarahkan, serta

    membuang yang tidak perlu. Dan mengelompokkan data sedemikian

    rupa sehingga sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan

    dierifikasi.

    53

    Ibid, 246

  • 35

    c. Conclusing Drawing (Verifikasi)

    Pada tahap ini peneliti berusaha menyimpulkan dari dsata

    sementara dan akan berubah jika data ditemukan data yang lebih kuat

    dan mendukung pada tahap pengumpulan data kedepan. Langkah ketiga

    ini menurut Miles and Huberman adalah penarikan