strategi wartawan dalam menggali informasi ...repository.uinjambi.ac.id/2988/1/uk150263_marina...
TRANSCRIPT
-
STRATEGI WARTAWAN DALAM MENGGALI INFORMASI
DARI NARASUMBER YANG SULIT UNTUK DIDAPATI
(Studi di Batanghari Ekspres)
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Konsentrasi Ilmu Jurnalistik
Fakultas Dakwah
Oleh:
MARINA OKTAVIA
UK150263
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
KONSENTRASI ILMU JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
MOTTO
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya”. (QS. Al ‘Alaq: 1-5)1
1“Surat Al-Alaq 1-5” diakses melalui alamat https://rumaysho.com/3505-tafsir-surat-iqro-
1-bacalah-dan-bacalah.html
https://rumaysho.com/3505-tafsir-surat-iqro-1-bacalah-dan-bacalah.htmlhttps://rumaysho.com/3505-tafsir-surat-iqro-1-bacalah-dan-bacalah.html
-
vi
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Wartawan dalam menggali informasi
pada peliputan berita. Dalam menggali informasi pada peliputan berita wartawan
banyak menemukan narasumber yang tidak ingin diwawancara karena beberapa
faktor. Idealnya wartawan tetap menggali informasi pada narasumber meskipun
narasumber tidak ingin diwawancarai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana strategi wartawan dalam menggali informasi dari narasumber serta
strategi wartawan dalam menghadapi narasumber yang sulit untuk didapati (Studi
di Batanghari Ekspres).
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Kualitatif) dengan metode
deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Dan dalam pengumpulan data menggunakan teknik
penyajian data, reduksi data, dan verifikasi data dalam penelitian ini sehingga
mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan.
Hasilnya penulis mengatahui strategi atau trik yang digunakan oleh
wartawan Batanghari Ekspres dalam menggali informasi dari narasumber serta
dalam menghadapi narasumber yang sulit untuk didapati untuk tetap mendapatkan
informasi yang sesuai dengan fakta yang ada menggunakan pola komunikasi,
keterampilan komunikasi serta stategi komunikasi. Adapun upaya yang dilakukan
dalam hal ini wartawan Batanghari Ekpres mempunyai strategi tersendiri agar
mendapatkan informasi dari narasumber meskipun narasumber tidak ingin
didapati dengan teknik penelusuran secara mendalam serta bersikap sopan santun,
dan mempunyai komunikasi yang baik dengan narasumber mempunyai pola
komunikasi yang baik serta keterampilan komunikasi yang baik pula. Akhirnya
penulis merekomendasikan kepada wartawan selain bersikap sopan santun,
menjalin hubungan baik, penulis juga menyampaikan untuk tetap selalu sabar
dalam menghadapi narasumber serta tetap menjalin silaturahmi yang baik dengan
narasumber agar mempermudah dalam menggali informasi yang diinginkan.
-
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini
Untuk orang-orang yang sangat berarti dalam hidupku.
Terutama untuk kedua orang tuaku
Orang tua terhebat. Terimakasih sudah membesarkanku dengan penuh rasa
ikhlas, penuh cinta dan do’a restu yang tiada henti. Terimakasih sudah mendidiku
tanpa rasah keluh. Terimakasih selalu menjadi penyemangat dan penguat untuk
ku dalam meraih kesuksesan di dunia maupun akhirat. Suatu anugrah yang luar
biasa untukku terlahir sebagai anak dari ayah dan ibu. Aku bangga pada ayahku
Ishak dan ibuku Asnaini
Untuk kedua Kakakku tersayang Dena Silvia dan Ramalia. Terimakasih atas
dukungan dan do’amu untukku
Dan untuk ia yang selalu memberiku nasehat dan motivasi serta dukungan yang
penuh terimakasih untuk Erik Afriyansyah
Dan untuk kedua pembimbing skripsiku
Untuk bangsa dan Negara
Untuk almamater kebanggaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Kupersembahkan semua ini untuk kalian
-
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT.
Penulis panjatkan karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya serta hanya
kepada-Nya penulis berserah diri memohon hidayah dan pertologan-Nya sehingga
terselesaikan penulisan skripsi ini.
Selanjutnya sholawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW, seterusya kepada semua keluarga, sahabat dan segenap
pengikut beliau sampai hari kiamat.
Tulisan yang berjudul “STRATEGI WARTAWAN DALAM
MENGGALI INFORASI DARI NARASUMBER YANG SULIT DIDAPATI
(STUDI DI BATANGHARI EKSPRES)” ini adalah skripsi yang disusun dan
diajuakan untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Starta Satu (S1) dalam ilmu Jurnalistik pada Fakultas Dakwah Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
Selanjutnya selama penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis
menyampaikn ucapan terimakasih yang tiada terhingga kepada yang terhormat :
1. Bapak Drs. Suruddin, M.Pd selaku Dosen pembimbing I yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan.
2. Ibu Dra. Jamilah, M.Pd.I selaku Dosen pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan.
3. Bapak Drs. Sururudin, M.Pd selaku Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Samsu, S.Ag, M.Pd.I.Ph.D selaku Dekan Fakultas DAKWAH UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH,M.Hum selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
6. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asyari, MA, Ph.D selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
8. Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Perencanaan dan Keuangan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Ibu Dr. Hj Fadillah, M.Pd selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Bapak dan Ibu Dosen dan Asisten Dosen di lingkungan Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
11. Karyawan dan Karyawati Perpustakaan di lingkungan Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
12. Karyawan dan Karyawati di lingkungan Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
13. Kepada Pimpinan Batanghari Ekspres serta para Wartawan-wartawan Batanghari Ekspres
-
ix
14. Kepada teman-teman seperjuagan Ilmu Jurnalistik angkatan 2015 dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan bantua dan dukungan penulis selama penelitian dan
penulisan skripsi ini.
Penulis panjatkan do‟a kepada ALLAH SWT. Semoga segala bantuan
pengorbanan jasa baik yang diberikan kepada penulis secara langsung maupun
tidak langsung serta amal shaleh dari beliau-beliau mendapat balasan dari Allah
SWT.
Akhirnya, jika dalam penulisan ini terdapat kekurangan dan kekhilafan
baik teknik maupun strategi serta materi-materiyang disajikan, penulis
mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi
ini.Terima kasih penulis haturkan kepada para pembaca, semoga tulisan ini
bermanfaat nantinya.
Amin yaa rabbal alamin
Jambi, 19 Juni 2019
Penulis,
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
NOTA DINAS ........................................................................................................ ii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... ...1 B. Permasalahan .......................................................................... ...5 C. Batasan Masalah ..................................................................... ...5 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ ...5 E. Kerangka Teori ....................................................................... ...6 F. Metode Penelitian ................................................................... .30 G. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................ .35 H. Studi Relevan ......................................................................... .36
BAB II GAMBARAN UMUM MEDIA CETAK BATANGHARI
EKSPRES
A. Sejarah berdirinya Batanghari Ekspres dan Perkembangannya dari Tahun Ketahun ................................. .39
B. Visi dan Misi Batanghari Ekspres .......................................... .40 C. Manajemen Redaksional Batanghari Ekspres ....................... .40 D. Letak Geografis Batanghari Ekspres ...................................... .44
BAB III STRATEGI DAN IMPLEMENTASI WARTAWAN
BATANGHARI EKSPRES DALAM PELIPUTAN BERITA
A. Bagaimana Pola Komunikasi Wartawan dalam Menggali Informasi dari Narasumber yang Sulit untuk didapati ........... .45
BAB IV STRATEGI WARTAWAN DALAM MENGHADAPI
NARASUMBER YANG SULIT UNTUK DIDAPATI
A. Bagaimana Keterampilan Komunikasi Wartawan dalam Menggali Informasi dari Narasumber yang Sulit untuk
Didapati .................................................................................. .56
B. Bagaimana strategi komunikasi wartawan dalam menggali informasi dari narasumber yang sulit didapati ....................... .58
-
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. .70 B. Implikasi Penelitian ................................................................ .71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Struktur Organisasi Perusahaan Batanghari Ekspres ........................ 38
Tabel 2 : Daftra Nama Karyawan-Karyawati Batanghari Ekspres .................. 39
-
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI2
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
ا
A ط Tj
ة
B ظ Zj
ت
T ع
ث
Th غ Gh
ج
J ف F
ح
Hj ق Q
خ
Kh
K ك
د
D ل L
ذ
Dh م M
ر
R ن N
ز
Z ه H
ش
S و W
ش
Sh ء
ص
Sj ي Y
ض
Dj
2Arifullah Dkk, Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi
(Muaro Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016). 149.
-
xiv
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
َا
A َب a ِاى I
ُا
U َاى A َاو Aw
ِا
I ُاو u َاى Ay
C. Ta>’ Marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>’marbu>t}ahini ada tiga macam:
1. Ta>’ Marbu>t}ahyang mati atau mendapat harakat sukun, maka
transliterasinya adalah /h/.
Arab Indonesia
ة صال
S}ala>h
ة ا مر
Mir‟ a>h
2. Ta>’ Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah /t/.
Arab Indonesia
بية التر وزارة
Wiza>rat al-Tarbiyah
من الس اة مر
Mir‟ a>t al-zaman
3. Ta Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah /tan/tin/tun/.
Arab Indonesia
فجئة
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini kita hidup dizaman dimana teknologi menjadi yang paling utama,
kecanggihan teknologi tidak dapat dipungkiri kehebatannya. Perkembangan
teknologi dari tahun ketahun begitu pesat, hingga saat ini yang kita rasakan.
Dalam hal ini media menjadi sebuah pendukung bagi suatu usaha. Media adalah
alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator
kepada khalayaknya.1
Menurut Hafied Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi,
“[M]edia massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari
sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis,
seperti surat kabar, film, radio, dan televisi”.2 Pada dasarnya, media massa terbagi
menjadi dua kategori, yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak yang
memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah.
Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio
siaran, televisi, film, dan media online.
Menurut Apriadi Tamburaka dalam bukunya menjelaskan “[D]alam
perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan kepada khalayak, bukan saja
harus benar, jelas dan akurat. Melainkan juga harus menarik, membangkitkan
minat dan selera baca (surat kabar majalah), selera dengar (radio siaran), dan
selera menonton (televisi)”.3
Ketertarikan pembaca pada suatu media tergantung pada isi berita yang ada
disebuah media tersebut, jika disebuah media tersebut memberikan tampilan dan
isi berita yang menarik, aktual dan tentunya berkualitas, maka pembaca akan
tertarik untuk membaca berita dari suatu media tersebut. Dalam hal ini upaya
menarik minat pembaca setiap media haruslah memberikan yang terbaik bagi
1Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik (Jakarta: PT Logos
Wacana Ilmu, 1996), 123. 2Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1998), 126 . 3Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2012), 4.
-
2
pembacanya. Dalam hal ini wartawan dituntut untuk mencari informasi yang jelas
pada narasumber melalui wawancara walaupun terkadang narasumber sulit untuk
diwawancarai, dan wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan berita
serta bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu
masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau
orang yang diwawancarai. Dewasa ini wawancara tidak hanya dipandang sebagai
salah satu metode jurnalistik untuk mengumpulkan informasi, tetapi juga sudah
merupakan bagian dari penyajian informasi itu sendiri yang kerap disebut dengan
“wawancara eksklusif”. Hasil wawancara disajikan dalam bentuk tanya jawab,
seolah hendak membawa pembaca turut bertanya pada narasumber atau orang
yang diwawancarai tentang satu atau berbagai masalah, atau memberi tahu
pembaca bagaimana pewawawancara menggali informasi dari narasumber. Hal
inilah yang menjadi tugas penting bagi wartawan selain mencari berita wartawan
juga harus pandai dalam berkomunikasi dengan narasumber agar infomasi data
atau fakta yang didapat melalui narasumber sesuai dengan apa yang diinginkan.
Namun pada kenyataanya ternyata pada wartawan Batanghari Ekspres yang
merupakan Media Lokal Kabupaten Batanghari yang beralamatkan di Jl. Gajah
Mada Kecamatan Muara Bulian tidak maksimal dalam mendapatkan atau
menggali informasi dari narasumber dikarenakan narasumber terlalu berdiam diri
dan tidak mau di wawancarai. Idealnya wartawan harus mendapatkan atau
menggali informasi walaupun narasumber tidak mau diwawancarai, dan
kewajiban wartawan dimanapun tetap sama, yaitu menemukan fakta-fakta demi
kepentingan umum yang harus diberitakan.
Karena bagi seorang wartawan ketika mencari informasi, diharuskan untuk
mendapatkan informasi yang benar dan fakta agar dapat memberitakan kebenaran.
Untuk itu, sebelum wartawan menyebarluaskan informasi yang didapat,
adakalanya seorang wartawan terlebih dahulu memilih narasumber mana yang
sekiranya menguasai informasi atau dapat memberikan informasi yang benar apa
yang disampaikan oleh narasumber, dan sebagai seorang wartawan harus bisa
memeriksa dan membedakan informasi fakta dan informasi palsu/rekayasa atau.
-
3
Dalam hal ini wartawan dituntut untuk mencari informasi yang jelas pada
narasumber melalui wawancara walaupun terkadang narasumber sulit untuk
diwawancarai, dan wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan berita
serta bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu
masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau
orang yang diwawancarai. Dewasa ini wawancara tidak hanya dipandang sebagai
salah satu metode jurnalistik untuk mengumpulkan informasi, tetapi juga sudah
merupakan bagian dari penyajian informasi itu sendiri yang kerap disebut dengan
“wawancara eksklusif”. Hasil wawancara disajikan dalam bentuk tanya jawab,
seolah hendak membawa pembaca turut bertanya pada narasumber atau orang
yang diwawancarai tentang satu atau berbagai masalah, atau memberi tahu
pembaca bagaimana pewawawancara menggali informasi dari narasumber. Hal
inilah yang menjadi tugas penting bagi wartawan selain mencari berita wartawan
juga harus pandai dalam berkomunikasi dengan narasumber agar infomasi data
atau fakta yang didapat melalui narasumber sesuai dengan apa yang diinginkan.
Namun pada kenyataanya ternyata pada wartawan Batanghari Ekspres yang
merupakan Media Lokal Kabupaten Batanghari yang beralamatkan di Jl. Gajah
Mada Kecamatan Muara Bulian tidak maksimal dalam mendapatkan atau
menggali informasi dari narasumber dikarenakan narasumber terlalu berdiam diri
dan tidak mau di wawancarai. Idealnya wartawan harus mendapatkan atau
menggali informasi walaupun narasumber tidak mau diwawancarai, dan
kewajiban wartawan dimanapun tetap sama, yaitu menemukan fakta-fakta demi
kepentingan umum yang harus diberitakan.
Karena bagi seorang wartawan ketika mencari informasi, diharuskan untuk
mendapatkan informasi yang benar dan fakta agar dapat memberitakan kebenaran.
Untuk itu, sebelum wartawan menyebarluaskan informasi yang didapat,
adakalanya seorang wartawan terlebih dahulu memilih narasumber mana yang
sekiranya menguasai informasi atau dapat memberikan informasi yang benar apa
yang disampaikan oleh narasumber, dan sebagai seorang wartawan harus bisa
memeriksa dan membedakan informasi fakta dan informasi palsu/rekayasa atau
-
4
narasumber yang memberikan saksi palsu. Sebagaimana dalam firman Allah SWT
dalam Al-Qur‟an surah Al-Hujurat ayat 6:
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa
suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujarat: 6).6
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada media Batanghari Ekspres
kepada pemimpin perusahaan sekaligus wartawan senior membenarkan:
[A]danya kesulitan wartawan saat menggali informasi pada narasumber dalam
peliputan berita dikarenakan narasumber terkadang sulit untuk diwawancarai
dan tidak memberikan respon atau berdiam diri, selain itu juga terdapat
kendala lain mengenai wartawan Batanghari Ekspres yang kurang mengerti
keadaan dilapangan.7
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, narasumber adalah orang yang
memberi mengetahui secara jelas atau menjadi sumber informasi. Sumber
memang penting untuk mengembangkan suatu cerita dalam memberikan makna
dan kedalaman suatu peristiwa atau keadaan. Mutu tulisan wartawan tergantung
pada mutu sumbernya.8
Menurut Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat dalam buku
karya Asti Musman dan Nadi Mulyadi menyatakan:
[T]ugas dan fungsi pers adalah mewujudkan komunikasi dengan manusia
lainnya agar ia dapat memepertahankan hidupnya. Ia harus mendapatkan
informasi dari orang lain. Ia perlu mengetahui apa yang terjadi disekitarnya,
dikotanya, di negaranya, dan bahkan kejadian di dunia. Tugas dan fungsi pers
adalah mewujudkan keinginan ini melalui medianya baik media cetak maupun
elektronik seperti radio, televisi, dan internet. Tetapi, tugas dan fungsi pers
6Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Hamid (Jakarta: CV.Al-Fath, 2014),
516. 7Jufri, Pemimpin Perusahaan Batanghari Ekspres, Wawancara dengan Penulis, 18
Desember 2018, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio. 8Asti Musman Nadi Mulyadi, Jurnalisme Dasar (Yogyakarta: Komunika, 2007). 146
-
5
yang bertanggung jawab tidaklah sekedar itu, melainkan lebih dalam lagi,
yaitu mengamankan hak-hak warga negara dalam kehidupan bernegaranya.9
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertatarik untuk
meneliti lebih lanjut penelitian ini mengenai Strategi Wartawan dalam
Menggali Informasi dari Narasumber yang Sulit untuk Didapati (Studi di
Batanghari Ekspres).
B. Pemasalahan
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, masalah pokok yang di angkat
sebagai kajian utama penelitian ini adalah: Bagaimana Strategi Wartawan dalam
Menggali Informasi dari narasumber yang sulit untuk didapati (Studi di
Batanghari Ekspres). Dalam upaya mengkongkritkan pokok masalah tersebut,
beberapa masalah krusial yang akan diangkat melalui karya ini adalah:
1. Bagaimana pola komunikasi wartawan dalam menggali informasi dari
narasumber yang sulit untuk didapati?
2. Bagaimana keterampilan komunikasi wartawan dalam menggali informasi
dari narasumber yang sulit untuk didapati?
3. Bagaimana strategi komunikasi wartawan dalam menggali informasi dari
narasumber yang sulit didapati?
C. Batasan Masalah
Sehubungan dengan Media Batangahari Ekspres, maka penelitian ini
dibatasi pada lingkup bahasan yang terkait dengan bagaimana strategi wartawan
dalam menggali informasi dari narasumber yang sulit untuk didapati. Lokasi Jl.
Gajah Mada Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batanghari.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini secara umum di usahakan untuk mengetahui wartawan dalam
menggali informasi dari narasumber yang sulit untuk didapati . Lebih khusus
penilitian ini ditunjukan pula untuk:
1. Menjelaskan pola komunikasi wartawan dalam menggali informasi dari
narasumber yang sulit didapati.
9Asti Musman Nadi Mulyadi, Jurnalisme Dasar. 76.
-
6
2. Menjelaskan keterampilan komunikasi wartawan dalam menggali
informasi dari narasumber yang sulit untuk didapati.
3. Mengetahui faktor yang membuat wartawan harus mempunyai strategi
dalam menggali informasi pada peliputan berita.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Secara umum diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menambah
pengetahuan untuk penulis sendiri dan wartawan Batanghari Ekspres
khususnya.
2. Memperkenalkan strategi wartawan media Batangahri Ekspres dalam
menggali informasi dari narasumber pada peliputan berita.
3. Untuk Universitas Islam Negeri STS Jambi, penelitian diharapkan dapat
berguna dalam mengembangkan citra pendidikan Islam dalam konteks
kejurnalistisan yang kreatif.
E. Kerangka Teori
Penelitian ini diikat oleh teori yang mengasumsikan adanya hubungan
antara Strategi Wartawan dalam Menggali informasi dari narasumber yang sulit
untuk didapati.
1. Pola komunikasi
Pola komunikasi terdiri dari dua kata, yakni pola dan komunikasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pola berarti sistem, cara
kerja, bentuk (struktur) yang tetap.10
Komunikasi yang dalam Bahasa Inggris
disebut communication, yang berasal dari kata latin, communicatio, yang
bersumber dari kata communis yang memiliki arti „sama makna.‟ Termin ini
merujuk pada adanya proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang
lain.11
Jadi, Pola komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk atau pola
hubungan dua orang atau lebih, dalam proses pengiriman dan penerimaan
pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
10
W.J.S, Poerwadarminta Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka,
1976), 355. 11
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003), 9.
-
7
Dalam diskursus etnografi komunikasi, pola komunikasi didefinisikan
sebagai model-model interaksi penggunaan kode bahasa yang didasarkan pada
hubungan-hubungan yang khas dan berulang antarkomponen tutur yang
dipengaruhi oleh aspek-aspek linguistik, interaksi sosial, dan kultural.12
Jenis-
jenis pola komunikasi sebagai berikut:
a. Pola Komunikasi Primer
Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian
pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan
suatu simbol sebagai media atau saluran. Pola ini terbagi menjadi dua
lambang, yaitu lambang verbal dan lambang nonverbal.13
Lambang
verbal berupa bahasa yang di gunakan sehari-hari oleh para komunikan
dan komunikator. Sedangkan lambang nonverbal berupa gestikulasi
tubuh, seperti: menggerakan kepala, mata, bibir, tangan.
b. Pola Komunikasi Sekunder
Pola komunikasi secara sekunder adalah penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media pertama.
c. Pola Komunikasi Linear
Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan
dari satu titik ke titik lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.14
Pola ini
lebih dikenal sebagai pola komunikasi satu arah (one way traffic
communication). Pola ini adalah proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan, baik menggunakan media maupun
tanpa media, tanpa ada umpan balik dari komunikan. Dalam hal ini,
Komunikan bertindak sebagai pendengar saja.
d. Pola Komunikasi Sirkular
12
Akhmad Haryono, Etnografi Komunikasi: Konsep, Metode, dan Contoh Penelitian Pola
Komunikasi (Jember: UPT Penerbitan UNEJ, 2005), 18. 13
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
36. 14
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, 37.
-
8
Dalam pola ini, terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu
terjadinya arus dari komunikan ke komunikator, sebagai penentu utama
keberhasilan komunikasi. Dalam pola komunikasi yang seperti ini
proses komunikasi berjalan terus, yaitu adaya umpan balik antara
komunikator dan komunikan.15
Pola ini lebih dikenal dengan pola
komunikasi dua arah atau timbal balik (two way traffic communication),
yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam
komunikasi. Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah
komunikator utama. Prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi
secara langsung.
2. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki
untuk mampu membina hubungan yang sehat di mana saja, di lingkungan
sosial, sekolah, usaha, dan perkantoran atau di mana saja. Keterampilan
komunikasi seperti jurnalistik, menulis dan public speaking dibutuhkan dalam
banyak bidang pekerjaan, bahkan menjadi karier tersendiri wartawan, penyiar,
emsi, trainer, dan humas (public relations). Keterampilan Komunikasi
(Communications Skill) dapat dibagi dalam tiga kategori:
a. Keterampilan komunikasi lisan
b. Komunikasi tulisan
c. Komunikasi non-verbal.
Komunikasi lisan (oral) meliputi penyajian, pemahaman karakter
audiens, mendengar scara kritis, dan bahasa tubuh. Komunikasin oral adalah
kemampuan untuk menjelaskan dan mempresentasikan ide secara lisan dalam
bahasa yang jelas (mudah dimengerti) kepada khalayak yang
beragam. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk mengemas kata-kata,
menggunakan gaya dan pendekatan yang tepat, dan pemahaman tentang
pentingnya isyarat non-verbal dalam komunikasi lisan. Teknik komunikasi oral
dikembangkan dalam ilmu/teknik public speaking, presentasi, dan siaran
radio/televisi.
Komunikasi tertulis (written communication) adalah kemampuan menulis
secara efektif dalam berbagai konteks dan untuk berbagai khalayak dan tujuan
15
Ibid, 38.
http://romeltea.com/category/jurnalistik/http://romeltea.com/category/public-speaking/http://romeltea.com/category/humas/http://romeltea.com/category/bahasa-jurnalistik/http://romeltea.com/category/radio/http://romeltea.com/category/radio/
-
9
yang berbeda. Ini mencakup kemampuan untuk menulis bagi khalayak tertentu,
dengan menggunakan gaya dan pendekatan yang tepat. Komunikasi tertulis
memerlukan keterampilan latar belakang (background skills) seperti menulis
akademis, mengedit, membaca secara kritis, dan pengajian data. Hal ini juga
meliputi komunikasi elektronik, seperti SMS, email, forum diskusi online, chat
room, dan pesan instan (instant messaging).
Komunikasi non-verbal adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide
dan konsep melalui penggunaan bahasa tubuh, gerak tubuh, ekspresi wajah,
dan nada suara, juga penggunaan gambar, ikon, dan simbol. Komunikasi non-
verbal meliputi pemahaman audiens, presentasi personal, dan bahasa tubuh.
3. Strategi Komunikasi Wartawan
Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus.16
Dan komunikasi suatu transaksi, proses simbiolik yang
menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun
antar sesama manusia. (2) Melalui pertukaran informasi. (3) untuk menguatkan
sikap dan tingkah laku orang lain serta (4) berusaha mengubah sikap dan
tingkah laku itu.17
Sebuah definisi yang singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell bahwa cara
yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi dalam buku karya
Hafied Cangra menyatakan: “[K]omunikasi ialah menjawab pertanyaan, siapa
yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa,
dan apa pengaruhnya”.18
Lain halnya dengan Steven justru ia mengajukan sebuah definisi yang
lebih luas, dalam buku karya Hafied Cangr ia menyatakan:
[B]ahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi
trhadap suatu objek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang atau
lingkungan sekitarnya.Misalnya seseorang berlindung pada suatu tempat
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departement Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta:Balai
Pustaka, 1997), 967. 17
Hafied Cangra ,Pengantar Ilmu Komunikasi(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014),
21. 18
Hafied Cangra ,Pengantar Ilmu Komunikasi, 21.
-
10
karena diserang badai, atau kedipan mata sebagai reaksi terhadap sinar lampu,
juga adalah peristwa komunikasi.19
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada
orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi pengetahuan atau prilaku
seseorang. Dari pengertian diatas dapat dijelaskan dalam buku karya Hafied
Cangra yang mengatakan bahwa “[S]uatu proses komunikasi tidak akan bisa
berlangsung tanpa didikung oleh unsur-unsur pengirim (source), pesan
(message), saluran/media (chanel), penerima (receiver), dan akibat/pengaruh
(effect).20
Model komunikasi dari Harold Lasswell ini dianggap oleh pakar
komunikasi sebagai salah satu teori komunikasi yang paling awal dalam
perkembangan teori komunikasi. Lasswell menyatakan bahwa cara yang
terbaik untuk menerangkan proses komunikasi dalam menjawab pertanyaan :
Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect (siapa
mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa). Jawaban
bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell itu merupakan unsur-unsur proses
komunikasi, yaitu Communicator (komunikator), Message (pesan), Media
(media), Receiver (penerima/komuunikan) dan Effect (efek). Adapun fungsi
komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut :
1. The Surveillance of the invironment (pengamatan lingkungan)
2. The correlation of the parts of society in responding to the environment
(korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi
lingkungan.
3. The transmission of the social heritage from one generation to the next
(transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain).21
Sedangkan menurut Sondang P Siagian dalam buku Manajemen Stratejik
menjelaskan bahwa:
19
Ibid, 21. 20
Ibid, 25. 21
Ejournal Ilmu Komunikasi, Ardy las Y. Putra, Di Akses Melalui
https://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id. Pada Tanggal 14 April 2019, Pukul 21.50 WIB.
https://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/
-
11
[S]trategi secara terminologi berasal dari kata strategi yang merupakan
bahasa Yunani yang berarti ”The Art of General” kalimat tersebut bisa
diartikan sebagai seni yang bisa digunakan oleh panglima dalam sebuah
peperangan supaya kelompoknya bisa menang. Strategi adalah serangakaian
keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan
implementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi tersebut. Strategi
diartikan sebagai suatu keputusan atau kebijakan yang dibuat petinggi
organisasi dan kebijaan tersebut harus dilaksanakan oleh seluruh pihak
dalam sebuah organisasi.22
Strategi pada dasarnya merupakan kebijakan
untuk mencapai tujuan yang kemudian dijabarkan kedalam sejumlah taktik
untuk pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan.23
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan
langkah atau hal hal yang akan kita persiapkan untuk memulai suatu kegiatan
yang akan kita lakukan. Dalam hal ini strategi wartawan dalam menggali
informasi untuk menulis berita yakni wartawan harus menemukan atau mencari
fakta dan data peristiwa itu, peristiwa sendiri bisa berupa:
a. Peristiwa yang diduga terjadi atau direncanakan terjadi, misalnya
peristiwa perayaan ulang tahun, peresmian gedung, deklarasi partai,
seminar, dll.
b. Peristiwa yang tidak terduga kejadiannya, misalnya kebakaran,
kriminalitas, kecelakaan lalu lintas, dsb.
Mencari berita bisa dilakukan dengan ragam cara, misalnya dengan
melakukan wawancara, menggunakan beat system, dan memakai follow up
system. Wawancara adalah menggali informasi, komentar, opini data, atau
fakta tentang suatu masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan
kepada narasumber atau orang yang diwawancarai (interviewee). Beat system
adalah sistem pencarian dan pembuatan berita yang mengacu pada beat (bidang
liputan), yakni mencari berita atau meliput peristiwa (news hunting, news
gathering) dengan mendatangi secara teratur instansi pemerintah atau swasta,
atau tempat-tempat yang dimungkinkan munculnya peristiwa, informasi, atau
hal-hal yang dapat menjadi berita.
22
Sondang P Siagian, Manajemen Stratejik (Jakarta:Bumi Aksara, 2004), 15. 23
Yosal Iriantara, Media Relations (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), 89.
-
12
Dengan kata lain beat system adalah cara pencarian berita dengan
“ngepos” atau mangkal di tempat tertentu. Wartawan Indonesia umumnya
melakukan sistem ini dengan menjadi anggota Kelompok Kerja Wartawan
(Pokja Wartawan), misalnya “Pokja Pemda” (kelompok wartawan yang
meliput peristiwa dilingkungan pemerinta daerah), “Pokja Telkom”, “ Pokja
PT. KA”, “Pokja PT. Pos”, “Pokja Polwil”, dsb.
Adanya pokja-pokja itu memudahkan komunikasi antar wartawan dan
antara humas dan wartawan. Tetapi disisi lain, pokja-pokja itu dapat itu dapat
mengurangi independensi wartawan karena mereka secara tidak langsung
dibatasi ruang geraknya dan menumbuhsuburkan budaya amplop. Humas
sebuah instansi umumnya mengeluarkan siaran pers yang dibagikan kepada
wartawan pokja itu disertai amplop. Follow Up System adalah cara membuat
berita dengan menindaklanjuti atau mengembangkan berita yang sudah muncul
dengan cara melengkapi, mempertajam, atau menekankan hal-hal khusus dari
berita tersebut. Berita Investigasi, Berita mendalam, atau Berita penjelasan.
Kegiatan mencari berita (news getting, news hunting) pada prinsipnya bisa
dikerjakan setiap waktu, bergantung pada:
a. Mood, yakni suasana rasa, kondisi psikologis, atau
bersemangattidaknya wartawan dalam memburu berita.
b. Peristiwa yang terjadi.
c. Ada tidaknya penugasan dari redaksi.
Dan dalam melaksanakan kemerdekaan pers (hak mencari, memperoleh,
dan menyebarluaskan gagasan dan informasi (Pasal 4 ayat 3 UU No. 40/1999),
wartawan harus memperoleh berita dengan cara yang etis (KEWI-2), yakni
jujur, terus terang, atau memberikan identitas kepadasumber informasi,
termasuk ketika mengutip berita dari wartawan lain (tidak plagiat, KEWI-3).
Dalam istilah KEJPWI, wartawan harus dengan jujur menyebut sumbenya
dalam mengutip berita atau tulisan dari suatu suratkabar atau penerbitan, untuk
kesetiakawanan profesi.
Jadi, wartawan harus menunjukkan identitas diri sebagai wartawan
kepada narasumber, yang diwawancarai atau sumber informasi. Dengan
-
13
demikian wartawan “tidak boleh menyamar” layaknya seorang agen intelijen
atau mata-mata juga tidak boleh berpura-pura menjadi orang biasa untuk
memudahkan narasumber memberikan informasi atau memudahkan
mendapatkan informasi. Dalam wawancara dengan narasumber, tidak jarang
sumber informasi memberikan keterangan yang tidak boleh disiarkan, yakni
hanya untuk wawancara pribadi. Sering seseorang berbicara tentang hal
tertentu di depan wartawan, namun ia mengatakan off the record alias tidak
boleh diterbitkan. Maka, wartawanpun harus menghargai off the record sesuai
kesepakatan (KEWI-6) wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak, menghargai
ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai
kesepakatan.24
Adapun beberapa teori Strategi yang bisa diterapkan oleh wartawan
dalam melakukan wawancara antara lain:
a. Strategi Kesopanan
Yule mengatakan bahwa wajah merupakan wujud pribadi seseorang
dalam masyarakat. Wajah juga mengacu pada makna sosial dan
emosional itu sendiri yang setiap orang memiliki dan mengharapkan
orang lain untuk mengetahui. Sehingga kesopanan dalam konteks
interaksi dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk
menunjukkan kesadaran tentang wajah orang lain.
Maksudnya adalah, kesopanan dapat digunakan dalam situasi
kejauhan dan kedekatan sosial dalam kaitan keakraban, persahabatan,
atau kesetiakawanan, dalam hal ini kesopanan diasosiakan dengan jarak
kedekatan sosial kekerabatan.Strategi kesopanan ini dapat dilakukan
dengan melihat konteks partisipan yang terlibat dalam interaksi
komunikasi dengan hubungan sosial diantara penutur dan mitra tuturnya.
Dalam interaksi sosial mereka sehari-hari, orang biasanya bertingkah
laku seolah-olah harapan-harapan mereka berkenaan dengan nama baik
masyarakat mereka sendiri, atau keinginan wajah mereka, akan
24
Asep Samsul M. Romli. Jurnalistik Terapan, Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan
(Bandung: Nuansa Cendikia, 2012), 101-102
-
14
dihormati. Jika seorang penutur menyatakan sesuatu yang mengandung
suatu ancaman terhadap harapan-harapan individu lain berkenaan dengan
nama baiknya sendiri, perntayaan ini dinamakan tindak ancaman wajah
atau Face Threatening Act (tindak mengancam muka/wajah). Sedangkan
jika kemungkinan tindak ancaman tersebut digunakan untuk mengurangi
kemungkinan ancaman itu dinamakan tindak penyelamatan wajah.
Kedua hal tersebut masuk ke dalam sebuah strategi kesopanan.
Strategi kesopanan itu sendiri memiliki muatan positif atau pun negatif
seperti yang dikemukakan oleh Yule bahwa, strategi kesopanan positif
mengarahkan pemohon untuk menarik tujuan umum dan bahkan
persahabatan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang
menyatakan kekerabatan.
b. Prinsip Kerja Sama
Dalam hal ini prinsip kerja sama yang akan dibahas adalah bentuk
kerja samayang menangani fenomena sopan santun dan daya ilokusi
dalam sebuah tindak ujar. Menurut Grice prinsip kerja sama ini
bertujuan agar percakapan atau komunikasi berjalan lancar, efektif, dan
efisien. Dalam sebuah tindak ilokusi dalam komunikasi ini memiliki
beberapa fungsi diantaranya a) fungsi kompetitif, b) fungsi
menyenangkan, c) fungsi bekerja sama, c) fungsi bertentangan. Namun
pada kasus wawancara ini tindak ilokusi lebih berfungsi sebagai kerja
sama antara penutur dengan narasumbernya untuk saling memberikan
informasi. Grice dalam Leech menjabarkan prinsip kerja sama ke dalam
empat maksim, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim
hubungan (relasi), dan maksim cara. Namun dalam hal ini hanya
maksim relasi yakni memberi informasi yang relevan dengan tujuan-
tujuan sosial (misalnya, menaati sopan santun) yang digunakan.
c. Tindak Tutur Ilokusi
Secara garis besar tindak tutur ilokusi menurut teori Austin dan
Searle dalam Ibrahim, tindak ilokusi terbagi atas a) konstatif, b) direktif,
c) komisif, d) ekspresif atau acknowledgements, e) deklarasi. Pada
-
15
wawancara diantara penutur dengan narasumber ini banyak
mengandung tindak ilokusi konstatif, direktif, deklaratif serta
representatif yang berfungsi sebagai bentuk kerja sama dan tindak
ilokusi tersebut bermuatan kesopanan dalam percakapan antara penutur
dengan narasumber atau mitra tuturnya.
Tindak ilokusi konstatif merupakan ekspresi kepercayaan yang
dibarengi dengan ekspresi maksud sehingga mitra tutur membentuk
atau memegang kepercayaan yang serupa. Tindak ilokusi konstatif ini
memiliki berbagai macam, yaitu a) informatif yakni mengemukakan
sesuatu dengan ungkapan menasehati, mengumumkan,
menginformasikan, menekankan, melaporkan, menunjukkan,
menceritakan, b) konfirmatif yakni bentuk ungkapan menilai,
mengevaluasi, menyimpulkan, mengkonfirmasi, menemukan,
memutuskan, membuktikan. Tindak tutur ilokusi direktif
mengekspresikan maksud dari penutur sehingga mitra tutur menjawab
atau bertindak sesuai dengan maksud penutur. Tindak tutur direktif ini
juga memiliki bermacam-macam bentuk yakni a) question atau
bertanya, berinkuiri, menginterogasi kepada mitra tuturnya agar
memberikan informasi tertentu yang dikehendaki mitra tuturnya, b)
prohibitivitas (larangan) yakni melarang atau membatasi mitra tutur
agar tidak melakukan sesuatu. Tindak tutur ilokusi deklaratif ini
mengungkapkan sesuatu yang akan mengakibatkan adanya kesesuaian
antara isi proposisi dengan realitas, misalnya membabtis, memecat,
mengundurkan diri, dan sebagainya. Selain menurut Searle dan Austin,
penelitian ini juga menggunakan teori tindak tutur ilokusi representatif
menurut Yule bahwa jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang
diyakini penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu fakta, penegasan,
kesimpulan, dan pendeskripsian sesuatu yang diyakini oleh penutur saat
-
16
menggambarkannya. Pada waktu menggunakan sebuah representatif,
penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya).25
Bebarapa teknik yang mengurangi kesulitan anda dalam menemui
narasumber yang tidak bersahabat. Edward Jay Friedlander menyatakan:
1. Usahakan menemuinya ditempat netral. Lebih disukai ditempat umum
seperti restaurant atau kantin. Tempat-tempat yang suasananya tidak
menakutkan ini biasanya lebih menguntungkan ketimbang dirumah dan
memberikan kecenderungan membuat sang wartawan dan sang
narasumber tidak bersahabat itu lebih memiliki kerangka berfikir yang
lebih objektif.
2. Yakin kepadanya bahwa anda ingin memperoleh keterangan dari versi dia.
Sering kali jika narasumber mau bicara, maka informasi dari pihak dia
kemungkinan bias menambah perspektif baru pada berita, atau bahkan
dapat membatalakan sama sekali berita yang dibuat.
3. Beritahu narasumber bahwa anggapan apapun yang sebelumnya tentang
dia sebagai hasil liputan sebelumnya bisa jadi berubah dengan mendengar
keterangan baru dari pihak dia.
4. Mulailah wawancara dengan mengumpulkan informasi latar belakang
yang akan membuat narasumber merasa nyaman. Mintalah riwayat
pekerjaan yang membuatnya bangga sebelum beranjak kepertanyaan-
pertanyaan kunci. Simpan dulu pertanyaan yang paling sulit untuk
psertanyaan terakhir. Dengan cara demikian, anda akan mendapat
beberapa informasi yang diperlukan dalam hal dia dengan tiba-tiba
menghentikan wawancara. Selalu bersikap kreatif dalam mendapatkan
tanggapan yang berarti atas “tuduhan” yang dikemukan kepadanya. Ini
juga berlaku untuk tanggapan-tanggapan lainnya. Jika narasumber yang
tidak bersahabat ini menolak memberikan komentar melalui wawancara
telepon, kirimkanlah tertulis lewat surat atau melalui faksimili untuk
25
Dian Karina Rachmawati, “Strategi Kesopanan Bertutur Dalam Wawancara Dengan
Narasumber Gunung Pegat-Ponorogo”, Jurnal Stilistika, VIII No.1, 2016, 18-20.
-
17
meminta tanggapan. Tunjukkan bahwa anda sudah melakukan segala cara
untuk memperoleh tanggapan dari pihak si narasumber.26
4. Wartawan
Wartawan (journalist) adalah orang-orang yang terlibat dalam pencarian,
pengolahan, dan penulisan berita atau opini yang dimuat di media massa, mulai
daeri Pemimpin Redaksi hingga Koresponden yang terhimpun dalam Bagian
Redaksi. Menurut UU No.40/1999 tentang pers (pasal 1 poin 4), wartawan
adalah “orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik”.27
Wartawan adalah suatu profesi yang penuh dengan tanggung jawab dan
resiko. Karenanya, ia harus memiliki idealisme dan ketangguhan. Septiawan
Santana K. Dalam bukunya mengatakan “[P]ara wartawan dituntut untuk
bukan hanya menyajikan fakta, melainkan juga kebenaran tentang fakta itu”.28
Jurnalistik dipahami sebagai proses peliputan, penulisan, dan
penyebarluasan informasi yang aktual atau berita melalui media massa. Secara
ringkas dan praktis, jurnalistik juga bisa diartikan sebagai memberitakan
sebuah peristwa.29
Bagi seorang jurnalis professional, kedudukan dan kredibilitas sumber
berita sangat penting. Ia tidak sekedar menghubungi sumber berita dan
memperoleh berita. Ia senantiasa mengembangkan sikap kritis karena tidak
setiap sumber berita bahan berita dapat dijadikan berita. Ia selalu dituntut
bersikap etis, karena memperoleh bahan-bahan berita harus ditempuh melalui
cara-cara yang benar serta tak bertentangan dengan aspek-aspek moral serta
norma-norma sosial. Karena Persatuan Wartawan Indonesia (PWI),
menegaskan masalah ini dalam buku karya Apriadi Tamburaka menyatakan:
[P]asal 3 Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Dalam pasal ini, diatur tentang cara
pemberitaan dan menyatakan pendapat. Berikut petikan pasal 3 KEJ itu:
26
Asep Saeful Muhtadi, JURNALISITIK PENDEKATAN TEORI DAN PRAKTEK (Jakarta:
PT Logos Wacana Ilmu, 1999), 267. 27
Asep Samsul M. Romli. Jurnalistik Terapan, Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan
7. 28
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005),
209. 29
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online
(Bandung: Nuansa Cendikia, 2012), 11.
-
18
Wartawan Indonesia menempuh jalan dan cara yang jujur untuk
memperoleh bahan-bahan berita dan tulisan dengan selalu menyatakan
identitasnya sebagai wartawan apabila sedang melakukan tugas peliputan.
Wartawan Indonesia meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan
sebelum menyiarkannya, dengan juga memperhatikan kredibilitas sumber
berita yang bersangkutan. Dalam menyusun suatu berita, wartawan
Indonesia membedakan kejadian (fakta) dan pendapat (opini), sehingga
tidak mencampurbaurkan fakta dan opini tersebut. Kepala berita harus
mencerminkan isi berita. Dalam tulisan yang memuat tentang suatu kejadian
(by line story), wartawan indonesia selalu berusaha untuk bersikap objektif,
jujur, dan sportif berdasarkan kebebasan yang bertanggung jawab dan
menghindarkan diri dari cara-cara penulisan yang bersifat pelanggaran
kehidupan pribadi (privacy), sensasional, immoral, atau melanggar
kesusilaan. Penyiaran setiap berita atau tulisan yang berisi tuduhan yang
tidak berdasar, desas-desus, hasutan yang dapat membahayakan
keselamatan bangsa dan negara, fitnahan, pemutarbalikan suatu kejadian,
merupakan pelanggaran berat terhadap profesi jurnalistik. Pemberitaan
tentang jalannya pemeriksaan perkara pidana dalam siding-sidang
pengadilan harus dijiwai oleh prinsip praduga tak bersalah, yaitu bahwa
seseorang tersangka baru dianggap bersalah telah melakukan tindak pidana
apabila ia telah dinyatakan terbukti bersalah dalam putusan pengadilan yang
telah memiliki kekuatan tetap. Penyiaran nama secara lengkap, identitas,
dan gambar diri seorang tersangka dilakukan dengan penuh kebijaksanaan,
dan dihindarkan dalam perkara-perkara yang menyangkut kesusilaan atau
menyangkut anak-anak yang belum dewasa. Pemberitaan harus selalu
berimbang antara tuduhan dan pembelaan dan dihindarkan terjadinya trial
by thepress.30
Dengan demikian, tidaklah mudah proses peliputan yang ditempuh oleh
seorang jurnalis. Ia harus menempuh dan melewati sekian banyak pemindai
(detektor) hanya untuk meyakinkan sumber berita dan bahan berita yang
dihubungi dan diperolehnya. Benar-benar shahih, valid, kredibel dan
sekaligus akuntabel (dapat dipertangguungjawabkan) secara teknis dan
yuridis. Ia juga memperlakukan sumber berita sebagai manusia. Makhluk
mulia, bukan sebagai tersangka atau terpidana yang kerap dianggap sebagai
makhluk durjana.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Sebagai salah satu organisasi pers
paling tua dan paling berpengalaman di Indonesia merasa perlu untuk
30
Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa.76.
-
19
menekankan masalah sumber berita ini dalam pasal 5 KEJ buku karya
Apriadi Tamburakan menyatakan:
[W]artawan Indonesia menghargai dan melindungi kedudukan sumber
berita yang tidak bersedia disebut namanya. Dalam hal berita tanpa
menyebut nama sumber tersebut disiarkan, maka segala tanggung jawab
berada pada wartawan dan atau penerbit pers yang bersangkutan.
Keterangan-keterangan yang berikan secara off the record tidak disiarkan,
kecuali apabila wartawan yang bersangkutan secara nyata dapat
membuktikan bahwa ia sebelumnya memiliki keterangan-keterangan yang
kemudian ternyata diberikan secara off the record itu. Jika seorang
wartawan tidak ingin terikat pada keterangan yang akan diberikan dalam
suatu pertemuan secara off the record, maka ia dapat tidak menghadirinya.
Wartawan Indonesia dengan jujur menyebut sumbernya dalam mengutip
berita, gambar, atau tulisan dalam suatu penerbitan pers, baik yang terbit
didalam maupun diluar negeri. Perbuatan plagiat, yaitu mengutif berita,
gambar, atau tulisan tanpa menyebutkan sumbernya, merupakan
pelanggaran berat. Penerimaan imbalan atau suatu janji untuk menyiarkan
atau tidak menyiarkan suatu berita, gambar, atau tulisan yang dapat
menguntungkan atau merugikan seseorang, sesuatu golongan atau sesuatau
pihak dilarang sama sekali.31
Setidaknya ada enam standar profesi wartawan sejati ( real journalist ):
a. Well selected, maksudnya wartawan harus terseleksi dengan baik.
Menjadi wartawan semestinya tidak mudah karena harus memenuhi
kriteria profesionalisme antara lain keahlian ( expertise ) atau
keterampilan jurnalistik serta menaati kode etik jurnalistik.
b. Well educated, artinya terdidik dengan baik. Wartawan seyogyanya
memulai tahap pendidikan kewartawanan, setidaknya memulai
pelatihan jurnalistik yang terpola dan terarah secara baik.
c. Well trained, artinya terlatih dengan baik. Akibat kurang terlatihnya
wartawan kita, banyak berita mucul di media yang bukan kurang
cermat, tidak enak dibaca, dan bahkan menyesatkan.
d. Well equipped, maksudnya dilengkapi dengan peralatan memadai.
Pekerjaan wartawan butuh fasilitas deperti alat tulis, alat rekam,
kamera, alat komunikasi, alat transportasi, dan sebagainya.
31
Ibid, 78.
-
20
Wartawan tidak akan dapat bekerja optimal tanpa dukungan fasilitas
yang memadai.
e. Well paid, yakni digaji secara layak. Jika tidak, jangan harap
“budaya amplop” bisa diberantas. Kasus pemerasan dan
penyalahgunaan profesi wartawan akan terus muncul akibat
“tuntutan perut”.
f. Well motivated, artinya memiliki motivasi yang baik ketika
menerjuni dunia kewartawanan. Motivasi disini lebih pada
idealisme, bukan materi. Jika motivasinya berlatar uang, maka tidak
bisa diharapkan menjadi wartawan professional atau wartawan
sejati.32
5. Menggali Informasi
Menggali informasi merupakan sebuah tujuan dari seorang wartawan,
menggali sebuah fakta, alasan, dan opini atas sebuah peristiwa, baik yang
sudah, sedang ataupun yang akan berlangsung. Dalam menggali informasi
saat berhadapan dengan narasumber atau bercakap lewat telepon atau
bertukar pesan lewat gadget, ingatlah bahwa tujuan seorang wartawan hanya
satu, yaitu menggali informasi. Namun adakalanya jurnalis bersikap pasif
karena tidak menguasai masalah, sehingga dengan posisi demikian selain
menimpali ala kadarnya dengan tujuan agar narasumber terus bersuara, sang
jurnalis hanya mengucapkan “Oh begitu ya”, “lantas…”, atau “tanggapan
Anda?”
Kenyataannnya tak hanya jurnalis pemula yang seperti itu. Dilapangan
kerap terlihat jurnalis yang jam terbangnya sudah tahunan pun masih
demikian. Tentu keminiman wawasanlah penyebabnya. Lihatlah
pemandangan di layar televisi tatkala jurnalis mengerumini narasumber. Di
antara sekian banyak yang menyorongkan alat perekam ke arah narasumber ,
hanya sedikit saja yang mengajukan pertanyaan. Ironisnya, sepulang dari
lapangan, semuanya akan membuat berita. Dimata narasumber yang kritis,
jurnalis yang kurang aktif bertanya dan cenderung pasif saja pasti kurang
32
Ibid, 10.
-
21
nilainya. Bila narasumber gemar memperdaya, wartawan macam itulah
sasaran empuk untuk diganggu dengan opini sesuai dengan kemauan
narasumber. Bagaimanapun wawancara yang sehat adalah dialogis. Dalam
hal ini pewawancara tidak hanya bertanya, tetapi juga menerangkan,
mencontohkan, meluruskan, atau membantah. Modal utama pewawancara
yang baik tentu saja adalah wawasan. Bertanya dan membaca bahan terkait,
merupakan cara untuk meningkatkan pengetahuan. Lewat fasilitas internet, di
masa sekarang bahan apapun dapat kita peroleh dengan mudah dan cepat.33
Semua jenis peliputan berita memerlukan proses wawancara (interview)
dengan sumber berita atau narasumber (interviewee). Wawancara bertujuan
pokok menggali informasi, komentar, opini, fakta, ataupun data tentang suatu
masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber.
Ada beberapa hal mendasar yang harus dipahami dan dilakukan dalam
melakukan wawancara:
a. Wawancara hakikatnya adalah sebuah obrolan, seperti berbincang
dengan seorang teman, namun dengan topik pembicaraan tertentu
dan terarah.
b. Lakukan wawncara secara alamiah, jangan dibuat-buat atau sangat
formalistic sehingga menjadi kaku.
c. Selain mendengarkan dengan baik, pewawancara juga menyimak,
merekam, dan menuliskan ucapan narasumber jangan terlalu
mengandalkan tape recorder.
d. Lakukan persiapan! Jangan melakukan wawancara dengan “kepala
kosong”. Carilah referensi di koran atau buku tentang topik
wawancara.
e. Siapakan pertanyaan!
f. Buatlah janji dengan narasumber dan pastikan anda datang tepat
waktu (khususnya untuk wawancara pribadi dan ekslusif).
g. Perkenalkan diri dan media tempat anda bekerja.Jangan buru-buru
mengambil catatan bisa membuat gugup narasumber.
33
Ibid, 167.
-
22
h. Ajukan pertanyaan pertama tentang ejaan nama narasumber dan
tanggal lahir narasumber.
i. Mulailah dengan pertanyaan mudah untuk membuat rileks
narasumber anda.
j. Ajukan pertanyaan awal dan akhir (open-ended question) yang bisa
mengundang jawaban panjang dan bisa memunculkan anekdot serta
opini. Jangan ajukan pertanyaan yang membuat narasumber anda
memberikan jawaban singkat atau satu kata (one word answer).
Jangan ajukan pertanyaan negatif.
k. Jangan berjanji untuk membiarkan narasumber membaca dulu hasil
wawancara sebelum diterbitkan.
l. Tanyalah narasumber apakah ia tidak keberatan jika anda
mengontaknya lagi secara pribadi atau via telefon untuk tindak
lanjut.
m. Buatlah catatan singkat dengan kalimat/kata singkatan. Misalnya,
kata “seperti” ditulis “spt”, “bagaimana” ditulis “bgm”, dst.
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan bahan berita
(data atau fakta). Pelaksanaanya bisa dilakukan secara langsung bertatap
muka (face to face) dengan orang yang diwawancarai. Atau secara tidak
langsung seperti telefon, internet, atau surat (wawancara tertulis termasuk
lewat e-mail dan sms). Dewasa ini wawncara bahkan tidak hanya dipandang
sebagai salah satu metode jurnalistik untuk mengumpulkan informasi, tetapi
juga sudah merupakan bagian dari penyajian informasi itu sendiri yang kerap
disebut sebagai “wawancara ekslusif”. Hasil wawancara disajikan dalam
bentuk tanya jawab, seolah hendak membawa pembaca turut bertanya pada
narasumber atau orang yang diwawancarai tentang satu atau berbagai
masalah, atau memberi tahu pembaca bagaimana pewawancara menggali
informasi dari narasumber tadi.34
Menurut UU No. 40/1999 tentang Pers, wartawan adalah orang yang
melakukan aktivitas jurnalistik secara rutin. Dengan demikian, ia bekerja
34
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis, 33-36.
-
23
disebuah perusahaan penerbit pers atau sekedar menjadi wartawan lepas yang
rutin mengirikan tulisan ke media massa.
Dan dalam buku karya Hikmat Kusuma Ningrat dan Purnama Ningrat
berkenaan dengan kekhususan dalam mengungkap masalah-masalah yang
lebih bersifat pribadi, Bingham dan Dillon memberikan beberapa petunujuk
praktis seperti:
a. Buatlah Persiapan sebelum wawancara. Usahakan mengetahui
terlebih dahulu masalah-masalah umum lainnya yang berkaitan
dengan sumber sebelum memasuki masalah kehidupan yang lebih
pribadi.
b. Usahakan wawancara secara face to face. Cara ini akan lebih
mempermudah sumber untuk mengungkapkan masalah-masalah
pribadinya dari pada biacara lewat telepon.
c. Wawancara dilakukan dalam cara yang lebih rileks. Hal ini akan
sumber ikut rileks sehingga dapat memberikan informasi secara
lebih terbuka dan terus terang.
d. Bukalah suasana yang masih tampak dingin dan kaku dengan
pertanyaan-pertanyaan yang lebih bersifat umum. Ada baiknya
wawancara langsung tanpa catatan ataupun kamera dan tape
recorder.
e. Jika wawancara tape recorder , cobalah untuk tidak langsung
menghidupkan alat bantu tersebut, berikan kesempatan jkepada
sumber untuk menemukan suasana nyaman bagi dirinya.
f. Kadang-kadang ada baiknya wartawan dapat membiarkan sumber
berbicara sendiri tanpa harus dimulai dengan pertanyaan. Kalapun
bertanya, buatlah pertanyaan yang dapat membuka jawaban lebih
bebas. Misalnya, lebih baik bertanya “bisakah ibu menceritakan
sedikit tentang anak ibu?” dari pada bertanya “Bagaimana anak ibu
bias sampai meninggal dalam peristiwa itu?”
g. Beri kata-kata pengantar sebelum langsung bertanya dalam keadaan
seperti ini, terkadang sumber lebih mudah menjawab pertanyaan
-
24
pengantara dari pada pertanyaan pokok. Misalnya dengan terlebih
dahulu meminta maaf bila kedatangannya akan menggangu atau
bahkan menambah masalah baru.
h. Bujuklah dengan sopan sumber berita yang tidak mau memberikan
komentar. Jawab “No Comment” yang diberikan sumber mungkin
disebabkan karena belum mengerti pentingnya komentar itu dalam
berita yang akan dipublikasikannya.35
Dan dalam buku karya Luwi Ishwara terdapat beberapa petunjuk
membantu wartawan dalam mengumpulkan informasi seperti yang
dikemukan oleh Eugene J,Webb dan Jerry R. Salancik: 1. “[O]bservasi
langsung dan tidak langsung dari situasi berita, 2. Proses wawancara. 3.
Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik dan 4.
Partisipasi dalam Peristiwa.36
Dan dalam buku buku karya Willing Barus
terdapat beberapa langkah wawancara yang harus ditempuh oleh seorang
wartawan yang baik, terutama melakukan wawancara ekslusif, antra lain:
a. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara agar naasumber juga data
mempersiapkan dirinya degan jawaban-jawaban yang mampu
diberikan dan perlu.Membaca kegemaran, hobi, dan hal-hal yang
disukai narasumber
b. Agar pembicaraan lebih transparan atau terbuka dan tidak kaku.
c. Menghindari pembicaraan berkembang menjadi perdebatan sebab
wawancara bertujuan untuk mengorek keterangan, bukan beradu
argumentasi.
d. Menjadi pendengar yang baik, tetapi berikan juga kesan bahwa Anda
adalah pendengar yang tidak perlu digurui.
e. Mencatat identitas diri setiap narasumber seperti nama jelas, gelar,
usia, pekerjaan, jabatan, tempat tinggal, dan sebagainya.
f. Mengatur irama pembicaraan dan untuk itu, sesuaikan diri dengan
perkembangan situasi pertemuan sebab ada bragam tipe narasumber,
35
Ibid, 220. 36
Luwi Ishwara, Jurnalisme Dasar (Jakarta:PT. Kompas Media Nusantara, 2011), 92.
-
25
seperti narasumber yang suka berbelit-belit, bicara panjang lebar,
teoretis, mengguru, harmonis, ekstrovert (terbuka), berhati-hati,
tertutup (introvert), pendiam, dan bersifat selalu menunggu.
g. Menyampaian ucapan terimakasih dengan sikap sopan dan simpatik
selesasi mewawancarai sebelumnya mintalah kesediaan narasumber
untuk memberi keterangan tambahan terakhir sebagai penutup seakan-
akan bukan Anda yang menutup pembicaraan, tetapi narasumber
sendiri.
h. Apabila perlu dan terlebih jika diminta, Anda sebaiknya
menyampaikan hasil resume wawancara. selain untuk konfirmasi, juga
untuk melindungi narasumber dari kekeliruan.37
6. Narasumber
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, narasumber adalah orang yang
memberi (mengetahui secara jelas atau menjadi sumber) informasi. Sumber
memang penting untuk mengembangkan suatu cerita dalam memberikan
makna dan kedalaman suatu peristiwa atau keadaan. Mutu tulisan wartawan
tergantung pada mutu sumbernya. Narasumber yang baik adalah seseorang
yang berpengetahuan dalam suatu bidang dan memiliki perasaan yangbtajam
yang sama dengan wartawan tentang perlunya publik mengetahui apa yang
sedang terjadi sebenarnya.
[D]alam konteks jurnalisme, dasar pemilihan narasumber untuk liputan
apapun adalah kompetensi. Semakin terlibat seseorang, kian pantas dia
dijadikan narasumber. Jadi ada derajat kompetensi narasumber, yang tolak
ukurnya adalah intensitas keterlibatanny. Pertama, derajat tertinggi adalah
pelaku dan korban. Kedua, yaitu saksi mata. Ketiga, pihak yang tersangkut
tetapi tak terlihat langsung.38
a. Kriteria Narasumber
1) Kredibel, misalnya orang nomor satu di komunitas atau
organisasinya, orang terkenal atau terkemuka, pakar dibidangnya,
memiliki kewarganegaraan memberikan keterangan, berprestasi dll.,
37
Sedia Willing Barus, Jurnalistik , 126. 38
Ibid, 146
-
26
2) Tajam dan analitis, yakni memiliki ketajaman memandanf dalam
suatu masalah dan mampu menganalisis masalah tersebut secara
tepat dan jelas
3) Kaya informasi atau memiliki banyak data dan info mutakhir yang
bisa digali atau dikembangkan.
4) Berani bicara apa adanya, yakni jujur dan mau berterus terang
5) Berwawawsan luas
6) Konsisten alias tidak plin plan dalam berpendapat
7) Gampang dihubungi, dan pahami jurnalistik.39
Kajian Teori
Oraganization-Public Relationships (Hubungan Organisasi-Publik)
a. Mendefinisikan Publik
Menurut Vasquez & Taylor istilah "publik" berasal dari "frase poplicus
Latin atau populus, yang berarti orang-orang. Menurut Grunig dan Hunt
mendefinisikan masyarakat sebagai sekelompok orang yang menghadapi
masalah, dibagi atasnya solusi, dan mengatur untuk membahas itu. Orang-
orang menjadi stakeholder karena saling ketergantungan dengan organisasi.
Pemangku kepentingan mengorganisir publik karena masalah yang mereka
miliki dengan sebuah organisasi atau masalah yang mereka inginkan agar
organisasi menyelesaikannya. Publik terlibat aktif dalam perilaku komunikasi
untuk memecahkan masalah tersebut dengan sebuah organisasi.40
b. Mendefinisikan Organisasi
Teori organisasi Daft mendefinisikan organisasi sebagai (1) entitas sosial
(2) arah tujuan, (3) didesain secara sengaja berupa sistem aktivitas yang
terstruktur dan terkoordinasi, dan (4) berhubungan dengan lingkungan
eksternalnya. Daft menyarankan bahwa organisasi menjadi efektif mengelola
hubungan dengan publik strategis:
39
Ibid 75 40
Yang Sungun. Pengaruh Hubungan Organisasi Publik pada Reputasi Organisasi dari
Sudut Pandang Publik. (University of Maryland, 2005), 54-55.
-
27
[E]lemen kunci dari sebuah organisasi bukanlah bangunan atau seperangkat
kebijakan dan prosedur; organisasi terdiri dari orang-orang dan hubungan
mereka dengan satu sama lain. Sebuah organisasi terjadi ketika orang
berinteraksi dengan satu sama lain untuk melakukan fungsi penting yang
membantu mencapai tujuan. Sebuah organisasi tidak bisa tanpa ada
berinteraksi dengan pelanggan, pemasok, pesaing, dan unsur-unsur lain dari
lingkungan luar.41
c. Mendefinisikan Hubungan
Menurut O'Hair et al mendefinisikan hubungan sebagai "saling
ketergantungan dari dua orang atau lebih". Dan Coombs menghubungkan
definisi ini, dari perspektif komunikasi interpersonal, dengan teori
stakeholder. Orang-orang saling tergantung dengan satu sama lain ketika
mereka membutuhkan orang lain untuk beberapa alasan, akibatnya, orang
terlibat dalam hubungan yang didasarkan pada hubungan tersebut. Demikian
juga, dalam konteks hubungan stakeholder, organisasi memiliki hubungan
dengan para pemangku kepentingan ketika mereka memiliki koneksi dengan
para pemangku kepentingan.
Untuk menentukan hubungan antara organisasi dan masyarakat mereka,
Broom et al mengulas ulasan definisi hubungan organisasi publik dari
perspektif tersebut sebagai komunikasi interpersonal, psikoterapi, hubungan
antar organisasi, dan teori sistem.
Pertama, dari perspektif komunikasi interpersonal, Surra dan Ridley
mendefinisikan hubungan sebagai "peristiwa interaksi saat demi saat "dan"
antar subjektivitas "atau" saling ketergantungan kognitif". Anderson juga
mencatat saling ketergantungan peserta relasional: "Hubungan adalah produk
gabungan dan produsen dari kedua interaksi interpersonal dan kegiatan
kognitif interaksi. Kedua, dari perspektif psikoterapi, Gelso dan Carter
mendefinisikan hubungan konselor klien sebagai "perasaan dan sikap yang
dimiliki oleh peserta konseling terhadap satu sama lain, dan cara dimana hal
ini dinyatakan". Ketiga, dari perspektif hubungan antar-organisasi, perilaku
organisasi adalah aspek fokus untuk konsep hubungan: Secara teoritis,
41
Yang Sungun. Pengaruh Hubungan Organisasi Publik pada Reputasi Organisasi dari
Sudut Pandang Publik. 55.
-
28
organisasi memasuki hubungan karena ketergantungan mereka pada
organisasi lain untuk sumber.42
Grunig, et al, menyatakan bahwa hubungan dapat ditentukan dengan
dimensi timbal balik, kepercayaan, saling melegitimasi, keterbukaan,
kepuasan bersama, dan saling pengertian. Sebagai hasil dari tinjauan yang
luas literatur yang relevan, Ledingham, Bruning, Thomlison, dan Lesko
dipisahkan dari 17 dimensi literatur yang diduga menjadi pusat interpersonal,
pemasaran, dan jenis hubungan lainnya. Selanjutnya, Ledingham dan Bruning
dioperasionalkan lima dimensi yang relevan: kepercayaan, keterbukaan,
keterlibatan, investasi, dan komitmen. Dalam tipologi itu, kepercayaan
dioperasionalkan sebagai organisasi "Melakukan apa yang dikatakannya itu
akan melakukan" dan keterbukaan dipandang sebagai "berbagi organisasi ini
berencana untuk masa depan dengan anggota masyarakat. "Keterlibatan
digambarkan sebagai" organisasi terlibat dalam kesejahteraan masyarakat,
"investasi" organisasi investasi pada kesejahteraan masyarakat, "dan
komitmen sebagai" organisasi berkomitmen untuk kesejahteraan
masyarakat.43
d. Mendefinisikan Hubungan Organisasi Publik
Menurut Grunig dan Huang meskipun penggunaan umum dari istilah
"hubungan" oleh ilmuwan dan praktisi dalam menjelaskan nilai Public
Relations, "tak satu pun cendikiawan atau praktisi telah mendefinisikan
konsep dengan hati-hati atau telah mengembangkan langkah-langkah yang
reliabel dari hasil akhir sebuah hubungan. Broom at al juga menunjukkan
tidak adanya definisi hubungan sebagai berikut: "Meskipun fungsi humas
membangun dan memelihara hubungan organisasi dengan publik.
Setelah meninjau definisi hubungan dalam beberapa perspektif, Broom
at al menggambarkan hubungan antara organisasi dan masyarakat: "hubungan
organisasi publik diwakili oleh pola interaksi, transaksi, pertukaran, dan
hubungan antara organisasi dan publiknya”. Bruning dan Ledingham
42
Ibid, 56-57 43
Ledingham, John A. Journal Of Public Relations Research (Lawrence Erlbaum
Associates, 2003), 184.
-
29
mendefinisikan hubungan organisasi publik sebagai "Negara yang ada antara
organisasi dan publik utama di mana tindakan baik entitas dampak ekonomi,
sosial, politik, budaya kesejahteraan dan entitas lain.44
Sedangkan menurut Broom et al mendefinisikan hubungan organisasi
publik sebagai proses pembentukan hubungan, dan menurut Bruning dan
Ledingham mendefinisikan sebagai konsekuensi luas, serta menurut Grunig
dan Huang mendefinisikan hubungan sebagai organisasi-publik yang
berfokus pada atribut hubungan, atau hubungan hasil. Huang meneliti
hubungan organisasi publik didasarkan pada dua asumsi yang mendasari: 1)
hubungan terdiri dari lebih dari satu fitur fundamental, dan 2) empat fitur
relasional mewakili konstruk hubungan organisasi publik (Mengontrol
mutualitas, kepercayaan, komitmen, dan kepuasan). Kemudian, sepanjang
baris konseptualisasi yang sama, Huang mendefinisikan hubungan organisasi
publik sebagai "bahwa organisasi dengan publiknya percaya satu sama lain,
setuju pada seseorang yang mempunyai kekuatan yang sah untuk
mempengaruhi, pengalaman menyenangkan dengan orang lain, dan komitmen
seseorang pada orang lain.
Dengan mengembangkan kualitas hubungan dengan publik strategis,
Public Relations dapat memiliki nilai jangka panjang untuk
organisasi. Tentang atribut hubungan yang baik, Grunig et al menyarankan:
hubungan yang baik antara organisasi dengan publik mereka adalah dua arah
dan simetris yaitu hubungan yang baik antara organisasi dan publik mereka
adalah dua arah dan simetris hubungan menyeimbangkan kepentingan
organisasi dengan kepentingan publik yang mana organisasi punya
konsekuensi dan punya konsekuensi pada organisasi.
Grunig dan Huang mengambil langkah lebih lanjut dari Broom et al.
tiga tingkatan model dengan menguji strategi kultifasi hubungan, berikut
Stafford dan Canary dari perspektif hubungan interpersonal. Dalam model
ini, Grunig dan Huang mengonsep: 1) anteseden yang menggambarkan
44
Ledingham, John A. Journal Of Public Relations Research, 185.
-
30
publik dengan yang organisasi perlu hubungan, 2) strategi yang digunakan
untuk mengolah hubungan mereka, dan 3) konsekuensi atau hasil dari
strategi-strategi.45
F. Metode Penelitian
Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif oartisipan dengan strategi-strategi yang
bersifat interaktif dan fleksibel.46
1. Pendekatan Penelitian
Kajian terhadap strategi wartawan media batangahari ekspress dalam
menggali informasi dari narasumber yang sulit untuk didapati menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yang berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diminati. Metode
deskriptif adalah penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa, dimana
pada hakikatnya metode deskriptif ini adalah mengumpulkan data-data.47
Penelitian deskriptif kualitatif berusaha menggambarkan suatu gejala
sosial dapat dikatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
suatu gejala sosial. Dapat dikatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan sifat sesuatu yang sedang berlangsung saat penelitian.
Terutama pada penjelasan metode deskriptif ini adalah menggunakan data
lisan yang memerlukan informan. Pendekatan yang mengarahkan informan
ini diarahkan pada latar dan individu yang bersangkutan secara keseluruhan
sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh. Dengan menggunakan metode
deskriptif ini, maka data yang diperoleh dari hasil penelitian dipaparkan
dalam sebuah tulisan ilmiah.
2. Setting dan Subjek Penelitian
45
Ibid, 68. 46
Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif. Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alvabeta CV, 2017), 43. 47
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2007), 25.
-
31
Seting merupakan tempat atau lokasi yang akan dilakukan penelitian
sedangkan subjek penelitian adalah orang yang akan memberikan informasi
terkait dengan penelitian yang akan diteliti.
Jadi, dalam penelitian ini penulis mengambil setting atau tempat
lokasi penelitian di Batanghari Ekspres Jl.Gajah Mada Kecamatan Muara
Bulian, Batanghari. Pemilihan setting didasarkan atas pertimbangan rasional
bahwa Media Batanghari Ekspress merupakan media lokal yang berkembang
dan atas dasar penglihatan, pemahaman, serta pengetahuan ingin melihat
strategi wartawan dalam menggali informasi melalui narasumber pada
peliputan berita. Dan subjek pada penelitian ini berpusat pada Wartawan dari
media Batanghari ekspres. Mengingat subjek yang baik adalah subjek yang
terlibat aktif, cukup mengetahui, memahami, atau berkepentingan dengan
aktivitas yang akan diteliti, secara memiliki waktu untuk memberikan
informasi secara benar.
3. Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari manusia,
situasi/peristiwa, dan dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk
perkataan maupun tindakan orang yang bisa memberikan data melalui
wawancara. Sumber data suasana/peristiwa berupa keadaan yang bergerak
(peristiwa) ataupun diam (suasana), meliputi ruangan, suasana dan proses.
Sumber data tersebut merupakan objek yang akan diobservasi. Sumber data
dokumentasi yaitu berbagai referensi yang menjadi bahan rujukan dan
berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti.
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama
melalui observasi atau wawancara langsung di lapangan. Dalam hal ini data
yang diinginkan adalah mengetahui bagaimana strategi dari wartawan
Batanghari ekspres dalam menggali informasi dari narasumber pada liputan
-
32
berita. Sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
kedua berupa dokumentasi serta peristiwa yang bersifat lisan dan tertulis.48
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
snowball sampling. Teknik ini menentukan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil kemudian membesar ibarat bola salju yang menggelinding
yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama
dipilih satu atau dua orang, tetapi dengan dua orang ini belum merasa
lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain
yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh
dua orang sebelumnya, begitu seterusnya.49
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tiga
teknik yang dilakukan secara berulang-ulang agar keabsahan datanya dapat
dipertanggung jawabkan, yaitu:
a. Observasi
“[N]asution mengatakan bahwa observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data
yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi”.50
Observasi merupakan pengamatan suatu objek yang
diteliti secara langsung maupun mencari informasi disekitarnya. Yang
dalam hal ini observasi penelitian dilakukan dengan cara mengamati
kinerja wartawan dilapangan ketika meliput dan menggali informasi
dari narasumber yang sulit untuk didapati. Seperti halnya dalam kasus
asusila, narasumber sulit untuk diwawancarai karena jiwanya sedang
terguncang, serta dalam kasus korupsi banyak narasumber yang enggan
untuk berkomentar.
48
Mohd. Arifullah, et. Al, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Edisi Revisi. (Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi), 62. 49
Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif. Kualitatif, dan R&D, 85 50
Ibid, 226.
-
33
b. Wawancara
“[E]sterberg mendefinisikan wawancara adalah merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu”.51
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan
cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandasan
kepada tujuan penelitian. Dan dalam penelitian ini, wawancara
dilakukan oleh peneliti dengan wartawan media Batanghari Ekspres
Jl.Gajah Mada kecamatan Muara Bulian, Batangahari. Sebelum
wawancara dilakukan, pertanyaan telah disiapkan terlebih dahulu sesuai
dengan penggalian data yang diperlukan dan kepada siapa wawancara
itu dilakukan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bias berbentuk gambar ataun karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah,
ceritera, biografi, peraturan, dsn kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.52
Dokumen dalam penelitian ini berupa gambar, catatan lapangan, grafik
yang diambil saat penelitian. Yang bias menjadi bukti nyata yang mampu
mendukung kondisi yang ada.
Ketiga teknik pengumpulan data digunakan secara simultan dalam
penelitian ini, dalam arti digunakan untuk saling melengkapi antara satu
data dengan data yang lain, sehingga data yang diperoleh memiliki validitas
dan keabsahan yang baik untuk dijadikan sebagai sumber informasi.
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan yaitu
diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang
telah dirumuskan dalam proposal. Teknik analisis data merupakan proses
51
Ibid, 231. 52
Ibid, 240.
-
34
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang mudah
dipahami dan mudah diinformasikan kepada orang lain. 53
Adapun metode
pengumpulan data yang digunakan adalah seperti yang dikemukan Miles
and Huberman, mereka mengemukakan dalam analisis data kualitatif
dimulai dari:
a. Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data yang bias dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan anatar kategori
flowchari dan sejenisnya. Miles and Huberman menyatakan yang paling
sering digunakan utuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah teks yang bersifat naratif.
Pada proses ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan,
sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki
makna tertentu dengan menampilkan dan membuat hubungan yang
variabel.
b. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah
dikemukakan makin lama penelitian dilapangan maka jumlah data yang
diperoleh semakin banyak dan akan semakin kompleks dan rumit.
Untuk itu agar terhidar dari kebingungan maka perlu dilakukan analisis
data melalui reduksi data mereduksi data berarti merangkum segala data
yang telah diperoleh, memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan
pada pokok penelitian.
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang membantu bentuk
analisis yang membantu menggolongkan, mengarahkan, serta
membuang yang tidak perlu. Dan mengelompokkan data sedemikian
rupa sehingga sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
dierifikasi.
53
Ibid, 246
-
35
c. Conclusing Drawing (Verifikasi)
Pada tahap ini peneliti berusaha menyimpulkan dari dsata
sementara dan akan berubah jika data ditemukan data yang lebih kuat
dan mendukung pada tahap pengumpulan data kedepan. Langkah ketiga
ini menurut Miles and Huberman adalah penarikan