profil kph randublatung

44
Ringkasan RPKH Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatung v RINGKASAN PUBLIK PERUM PERHUTANI KPH RANDUBLATUNG 2013 Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) KPH Randublatung Jangka 2013-2022 Abstrak Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung merupakan salah satu berada di bawah manajemen Unit I Jawa Tengah yang secara administratif terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan. Berdasarkan hasil penataan ulang tahun 2010 -2011, luas kawasan hutan KPH Randublatung seluas 32,438.72 Ha. Secara administrasi wilayah kerja Perum Perhutani KPH Randublatung berada di Kabupaten Blora (31.731,92 = 97,8 %), dan Kabupaten Grobogan (706,8 ha = 2,2%). Letak astronomis 7 o 05 -7 o 20 Lintang Selatan dan 4 o 25 -4 o 40 Bujur Timur. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan KPH Randublatung jangka 2013-2022 disusun sesuai Keputusan Menteri Kehutanan nomor P.60/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Penyusunan RPKH dan RTT di Wilayah Perum Perhutani, dan Perdirjen Bina Usaha Kehutanan nomor P.01/VI- BUHT/2012 tentang Petunjuk Teknis Penataan Hutan dan Penyusunan RPKH. Untuk mempertahankan kelestarian SDH yang harus selaras dengan kelestarian perusahaan, maka dalam pengaturan hasil RPKH KPH Randublatung jangka 2013-2022 telah ditetapkan daur tanaman kelas perusahaan jati adalah 60 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan etat ditetapkan batas maksimal luas tebangan A2 (etat luas) per tahun sebesar 381,44 Ha/tahun dan batas maksimal volume tebangan A2 (etat volume) sebesar 35.032 m 3 / tahun. Sementara rata-rata rencana tebangan A2 selama jangka seluas 257,1 Ha/tahun atau 67,4% dibandingkan etat luasnya sementara rata-rata volume tebangan sebesar 28.796,9 m 3 /tahun atau 82,2% dibandingkan etat volume. Rencana penanaman selama jangka tahun 2013-2022 rata-rata seluas 722,1 Ha/tahun, yaitu berupa tanaman rutin (asal tebangan produktif) 253,82 Ha dan tanaman pembangunan (asal tebangan non produktif) 468,36 Ha. KPH Randublatung akan mengoptimalkan penanaman JPP hingga mencapai 6.000 Ha dalam rentang 10 tahun kedepan. Penanaman JPP akan dikonsentrasikan pada semua tanaman rutin dan sebagian tanaman pembangunan yang memiki bonita 3 ke atas, sehingga pada 2 jangka kedepan potensi JPP dapat berkontribusi dalam peningkatan finansial maupun dalam percepatan perbaikan struktur hutan normal. Kegiatan pengelolaan lingkungan selama jangka meliputi memperbaiki komposisi dan struktur hutan alam sekunder dan kawasan perlindungan setempat dengan cara melakukan pengkayaan dengan tanaman lokal, melakukan perlindungan situs budaya, ekologi, ekonomi dan religi, dan mempertahankan komponen fisika, kimia dan biologi memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Kegiatan Pengelolaan Sosial selama jangka meliputi aspek perekonomian, kelembagaan, ketenagakerjaan, pendidikan, dan kesehatan masyarakat sekitar hutan. Dengan adanya kegiatan- kegiatan tersebut diharapkan akan timbul kesadaran masyarakat akan fungsi dan manfaat hutan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang keberadaannya selalu dijadikan barometer untuk nilai kualitas lingkungan dan kesejahteraan pada sebuah peradaban. Fungsinya yang tiada terhingga meliput ragam dimensi ekonomi, ekologi dan sosial, sehingga menempatkan posisi eksistensi hutan menjadi sangat penting dalam menyangga kehidupan manusia.

Upload: nur-rokhman

Post on 14-Dec-2015

164 views

Category:

Documents


45 download

DESCRIPTION

Profil KPH Randublatung

TRANSCRIPT

Page 1: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungv

RINGKASAN PUBLIK PERUM PERHUTANIKPH RANDUBLATUNG 2013Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH)KPH Randublatung Jangka 2013-2022Abstrak

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung merupakan salah satu berada di bawahmanajemen Unit I Jawa Tengah yang secara administratif terletak di dua kabupaten yaitu KabupatenBlora dan Kabupaten Grobogan. Berdasarkan hasil penataan ulang tahun 2010 -2011, luas kawasanhutan KPH Randublatung seluas 32,438.72 Ha. Secara administrasi wilayah kerja Perum PerhutaniKPH Randublatung berada di Kabupaten Blora (31.731,92 = 97,8 %), dan Kabupaten Grobogan (706,8ha = 2,2%). Letak astronomis 7o 05’ - 7o 20’ Lintang Selatan dan 4o 25’ - 4o 40’ Bujur Timur.Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan KPH Randublatung jangka 2013-2022 disusun sesuaiKeputusan Menteri Kehutanan nomor P.60/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Penyusunan RPKHdan RTT di Wilayah Perum Perhutani, dan Perdirjen Bina Usaha Kehutanan nomor P.01/VI-BUHT/2012 tentang Petunjuk Teknis Penataan Hutan dan Penyusunan RPKH.Untuk mempertahankan kelestarian SDH yang harus selaras dengan kelestarian perusahaan, makadalam pengaturan hasil RPKH KPH Randublatung jangka 2013-2022 telah ditetapkan daur tanamankelas perusahaan jati adalah 60 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan etat ditetapkan batas maksimalluas tebangan A2 (etat luas) per tahun sebesar 381,44 Ha/tahun dan batas maksimal volumetebangan A2 (etat volume) sebesar 35.032 m3 / tahun. Sementara rata-rata rencana tebangan A2selama jangka seluas 257,1 Ha/tahun atau 67,4% dibandingkan etat luasnya sementara rata-ratavolume tebangan sebesar 28.796,9 m3/tahun atau 82,2% dibandingkan etat volume.Rencana penanaman selama jangka tahun 2013-2022 rata-rata seluas 722,1 Ha/tahun, yaitu berupatanaman rutin (asal tebangan produktif) 253,82 Ha dan tanaman pembangunan (asal tebangan nonproduktif) 468,36 Ha. KPH Randublatung akan mengoptimalkan penanaman JPP hingga mencapai6.000 Ha dalam rentang 10 tahun kedepan. Penanaman JPP akan dikonsentrasikan pada semuatanaman rutin dan sebagian tanaman pembangunan yang memiki bonita 3 ke atas, sehingga pada 2jangka kedepan potensi JPP dapat berkontribusi dalam peningkatan finansial maupun dalampercepatan perbaikan struktur hutan normal.Kegiatan pengelolaan lingkungan selama jangka meliputi memperbaiki komposisi dan struktur hutanalam sekunder dan kawasan perlindungan setempat dengan cara melakukan pengkayaan dengantanaman lokal, melakukan perlindungan situs budaya, ekologi, ekonomi dan religi, danmempertahankan komponen fisika, kimia dan biologi memenuhi baku mutu yang ditetapkan.Kegiatan Pengelolaan Sosial selama jangka meliputi aspek perekonomian, kelembagaan,ketenagakerjaan, pendidikan, dan kesehatan masyarakat sekitar hutan. Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan timbul kesadaran masyarakat akan fungsi dan manfaat hutan.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan merupakan sumberdaya alam yang keberadaannya selalu dijadikan barometer untuk nilaikualitas lingkungan dan kesejahteraan pada sebuah peradaban. Fungsinya yang tiada terhinggameliput ragam dimensi ekonomi, ekologi dan sosial, sehingga menempatkan posisi eksistensi hutanmenjadi sangat penting dalam menyangga kehidupan manusia.

Page 2: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungvi

Sebagaimana Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2010, Perum Perhutani yang diberikan amanatoleh negara untuk melakukan pengelolaan hutan di Pulau Jawa, memilki kedudukan yang sangatstrategis atas keberlangsungan manfaat hutan secara terus menerus, sehingga diperlukan sebuahsistem pengelolaan yang merujuk atas semua kepentingan para pemakai jasa atau pemanfaat hutansecara menyeluruh.Timber manajemen pada awal mulanya merupakan kiblat sistem pengelolaan hutan yang dilakukandi Pulau Jawa, baik pada pertengahan masa penjajahan (Daendels, Gubernur Jendral Hindia Belanda)sampai dengan awal abad 21. Seiring dengan perkembangan jaman dan era globalisasi, tuntutan atasperubahan / pengembangan sistem kelola ini semakin kuat dihembuskan oleh negara-negara maju,yang berharap eksploitasi atas komoditas hutan dapat dilakukan secara lebih hati-hati, terkaitkerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang semakin menjadi.Sistem Kelola yang diharapkan adalah sistem pengelolaan yang tidak hanya mengendalikankelestarian hasil/produksi, namun lebih lanjut dapat menjaga kerusakan ekologis dan dampak sosialyang bersifat negatif. Isu inilah yang kemudian menjadi dasar Perum Perhutani melakukanpengembangan dari sistem timber management menjadi sistem pengelolaan hutan yang lebihholistik, yaitu pengelolaan hutan lestari (PHL) atau sustainable forest managment (SFM).KPH Randublatung merupakan salah satu FMU terdepan yang berproses PHL di Perum Perhutani UnitI Jateng setelah KPH Kendal dan KPH Kebonharjo. Pada awal tahun 2012 KPH Randublatung telahberhasil memperoleh sertifikat FSC hampir bersamaan dengan KPH Cepu. Untuk mempertahankankinerja pengelolaan hutan secara menyeluruh, khususnya pada bidang perencanaan diperlukanmekanisme yang lebih terintegrasi antara masing-masing aspek, serta selalu selaras dengan dinamikaregulasi pemerintah yang terkait pengelolaan hutan. Salah satunya yaitu berupa regulasi tentangpenyusunan rencana kelola hutan pada Permenhut No: P.60/Menhut-II/2011 (Pedoman PenyusunanRPKH dan RTT).Bertepatan dengan tata waktu yang telah ditentukan oleh Perusahaan, KPH Randublatung adalahsalah satu KPH yang harus menerbitkan Buku RPKH pada awal pemberlakuan regulasi baru tersebut.RPKH KPH Randublatung dengan jangka perusahaan tahun 2003-2012, akan berakhir masaberlakunya pada 31 Desember 2012, sehingga untuk mendasari kegiatan pengelolaan hutanselanjutnya diperlukan Buku RPKH baru dengan jangka perusahaan tahun 2013-2022.Sesuai perundangan yang berlaku, RPKH disusun berdasarkan kegiatan penataan hutan, meliputikegiatan inventarisasi hutan, rekonstruksi batas dan pembagian hutan. Berawal dari RPKH inilah arahkelola hutan KPH Randublatung kedepan ditentukan, dan sekaligus menjadi acuan teknis kelola SDHyang berjangka 10 tahun. Selain fungsi tersebut, RPKH memiliki peran pula sebagai pengendali danpengatur kelestarian SDH yang harus selaras dengan kelestarian perusahaan.

Dasar Hukum Pengelolaan HutanKPH Randublatung merupakan salah satu unit kelola di Perum Perhutani dalam bentuk KesatuanPemangkuan Hutan. Perum Perhutani sendiri adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)disektor kehutanan yang bekerja berdasarkan Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2010 tentangPerum Perhutani. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut Perum Perhutani mengelola semuakawasan hutan di Pulau Jawa dan Madura, kecuali hutan konservasi.

A. Maksud dan Tujuan Perusahaan adalah :Maksud dan tujuan Perusahaan adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatanumum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang berhubungan dengan Pengelolaan Hutan danhasil hutan yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsipPengelolaan Hutan lestari dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perusahaanmenyelenggarakan kegiatan usaha utama:1. tata hutan dan penyusunan rencana Pengelolaan Hutan;

pemanfaatan hutan, yang meliputi pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan,2. pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu;

Page 3: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungvii

3. rehabilitasi dan reklamasi hutan;4. perlindungan hutan dan konservasi alam;5. pengolahan hasil hutan menjadi bahan baku atau bahan jadi;6. pendidikan dan pelatihan di bidang kehutanan;7. penelitian dan pengembangan di bidang kehutanan;8. pengembangan agroforestri;9. membangun dan mengembangkan Hutan Rakyat dan/atau Hutan Tanaman Rakyat10. perdagangan hasil hutan dan hasil produksi sendiri maupun produksi pihak lain.

B. Sasaran Pengelolaan

1. Sasaran bidang ekonomi/produksi adalah sebagai berikut :Pembuatan tanaman selama jangka minimal seluas 7.221,8 ha yang terdiri dari tanaman rutin2.538,2 ha dan tanaman pembangunan 4.683,6 ha dengan persen tumbuh minimal 95,0 %.Pelaksanaan pemeliharaan penjarangan selama jangka minimal seluas 29.979,5 Ha untuk Jati APBdan 11.053,1 Ha untuk JPP.Pelaksanaan tebangan A dan B jati dan rimba selama jangka maksimal seluas 7.254,6 ha denganvolume 322.738 m3 dengan penjelasan tebangan A seluas 2.571 ha produksi 287.910 m3 dantebangan B seluas 4.688 ha dengan produksi 34.828 m3.Kerusakan tegakan selama jangka (2013-2022) maksimal sebesar 2%/tahun.Dampak pemanenan yang minim berdasarkan indikator pemantauan yang ada.Implementasi pengendalian hama dan penyakit pada kawasan hutan.Implementasi CoC terlacak secara jelas dan konsisten.2. Sasaran Bidang LingkunganSemua hasil pemantauan SPL (Stasiun Pemantauan Lingkungan) memenuhi baku mutu sebagaiberikut :Debit air : KRS (Koefisien Rezim Sungai) ≤ 50Sedimentasi : Laju sedimentasi ≤ 2 mm/thErosi : IE (Indeks Erosi) ≤ 1Kualitas air memenuhi baku mutu PP No 82 tahun 2001Tingkat kesuburan tanah tetap atau meningkat.Keanekaragaman flora tetap atau meningkatSebaran dan jumlah jenis RTE fauna tetap atau meningkatSasaran Kawasan dengan nilai konservasi tinggi diarahkan pada:Komposisi dan struktur HAS Kesongo, Randublatung, Banglean, Banyuurip dan Bekutuk seluas1.993,0 ha membaik dan dipertahankan sebagai kawasan biodiversitas.Penyelesaian rehabilitasi pada kawasan perlindungan yang belum direhabilitasi pada jangka laluseluas 1.238,5 ha secara bertahap dari kawasan perlindungan seluas 3.381,4 Ha.Melakukan perlindungan terhadap situs-situs budaya, ekologi, ekonomi dan religi.Debit mata air meningkat dan air layak di konsumsi.Komponen fisik dan kimia kawasan bernilai konservasi tinggi (KBKT) memenuhi baku mutu.Sasaran Bidang Sosial

Sasaran bidang sosial ditetapkan sebagai berikut :Berperan dalam meningkatkan kapasitas masyarakat sekitar hutan yang di 34 desa.Terjadinya hubungan yang harmonis antara Perum Perhutani dengan masyarakat sekitar hutan.Perekrutan tenaga kerja dengan memprioritaskan masyarakat lokal.Peningkatan peran Perhutani dalam pendidikan dan kesehatan masyarakat sekitar hutan.Timbulnya kesadaran pada masyarakat sekitar hutan akan fungsi dan manfaat hutan sehinggamereka tidak merusak hutan.

Page 4: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungviii

Terciptanya SDM (Sumber Daya Manusia) Perum Perhutani yang sehat, disiplin, terampil, dansejahtera.Terciptanya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam kegiatanpengelolaan hutan.Meningkatkan persepsi positif terhadap pengelolaan hutan oleh Perum Perhutani.Pelibatan masyarakat lokal dalam proses identifikasi, pengelolaan dan pemantauan Kawasan DenganNilai Konservasi Tinggi.

Strategi PengelolaanStrategi Bidang Ekonomi/ProduksiUntuk mencapai sasaran-sasaran dalam bidang ekonomi/produksi, strategi yang harus ditempuhdalam bidang kelola sumberdaya hutan adalah sebagai berikut.:TanamanSegera melakukan reboisasi pada tanah kosongDalam mendukung percepatan pendapatan jangka ke depan luas ideal yang diharapkan untukpengelolaan tanaman JPP adalah seluas 6.000 Ha. Sampai dengan 2012 luas tanaman JPP KPHRandublatung yang cukup baik seluas 2.223,7 Ha, sehingga untuk memenuhi angka ideal tersebutdalam sepuluh tahun kedepan penanaman jenis JPP minimal seluas 3.776,7 Ha.Pembuatan bibit yang berkualitas dan siap tanamPengawalan implementasi prosedur kerja tanaman untuk mendapatkan tanaman yang berkualitas.Menerapkan teknik silvikultur intensif untuk mencapai pertumbuhan optimal berupa penggunaanbibit unggul (JPP), pengolahan tanah, pemupukan, dan pemberantasan hama dan penyakit.Pengawasan pada bidang tanaman dan pengamanan asset.PemeliharaanMengaplikasikan teknik pemeliharaan dan pemungutan yang efektif dan efisienPemeliharaan tanaman selama lima tahun pertama dengan melakukan langkah-langkah antara lainpembebasan dari tanaman pengganggu atau gulma, prunning dan tindakan lainnya untukmeningkatkan kualitas tegakan.Penanganan tanaman/tegakan yang terkena serangan hama penyakit secara dini, bekerjasamadengan Puslitbang.Kegiatan penyulaman jangan sampai terlambat dan dilakukan secara intensif dengan bibit yangberkualitas baik, sehingga keberhasilan tanaman dapat dicapai semaksimal mungkin disertai dengankualitas yang sebaik mungkinPenjarangan diusahakan sesuai dengan tata waktunya. Tindakan penjarangan merupakan tindakansilvikultur, sehingga sasaran utamanya adalah perbaikan kualitas.TebanganImplementasi manajemen produksi berdasarkan kajian kelestarian.Kajian etat setiap tahun berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi potensi SDH.Memantau perkembangan sumberdaya hutan melalui NSDH (Neraca Sumber Daya Hutan) dan segeramengambil tindakan korektif apabila terjadinya penurunan.Implementasi lacak balakImplementasi teknik pemanenan ramah lingkungan

Strategi Pengelolaan LingkunganStrategi pengelolaan lingkungan harus selalu diintegrasikan dengan upaya terciptanya kelestarianlingkungan hidup dan keanekaragaman hayati sebagai suatu ekosistem, yang implementasinyaantara lain :Memantapkan pengelolaan kawasan perlindungan setempat (KPS), sebagai upaya perlindunganterhadap sumber-sumber air, yang sangat penting untuk kelangsungan hidup masyarakat sertamakhluk lain yang berada dalam lingkungan ekosistem hutan.

Page 5: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungix

Melaksanakan dan meningkatkan upaya perlindungan dan pengamanan hutan dari gangguanmanusia (pencurian pohon, bibrikan, kebakaran, perburuan satwaliar dan penggembalaan).Mempertahankan kawasan-kawasan atau wilayah-wilayah hutan yang memiliki fungsi hidro-orologi(hutan lindung), serta menjaga kawasan-kawasan atau wilayah-wilayah hutan yang memiliki fungsistrategis untuk kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat (situs budaya).Menerapkan teknik-teknik kegiatan pengelolaan hutan, melalui mikro planning misalnya pelaksanaanpenebangan dan penanaman, yang tidak merusak lingkungan dan sesedikit mungkin menimbulkandampak negatif terhadap lingkungan hidup.Mencegah penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dilarang oleh FSC, WHO, PP No. 74Tahun 2001 dan melakukan penanganan dan penggunaan limbah bahan berbahaya dan beracunsecara benar dan bertanggung jawab.Penjagaan/pengembangan keanekaragaman hayati untuk meningkatkan kualitas ekosistem :Mempertahankan dan memulihkan keberadaan ekosistem alami.Mempertahankan dan meningkatkan biodiversity (keanekaragaman hayati) sebagai potensi sumberdaya hutan.Meminimalkan terjadinya laju erosi tanah dengan memprioritaskan penggunaan teknologi konservasitanah dan air pada pelaksanaan penanaman kembali (reboisasi).

3. Strategi Pengelolaan SosialPemetaan dan komunikasi dengan masyarakat :Melakukan kajian sosial terhadap keberadaan masyarakat desa sikitar kawasan hutanMelakukan kajian dampak sosial akibat pengelolaan hutan oleh unit manajemenMembuat rencana kelola sosial sesuai dengan hasil kajian yang dilakukan secara partisipatif.Aspek harmonisasi hubungan dengan masyarakat :Meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan dan kegiatan pekerjaanpengelolaan sumberdaya hutan.Perlindungan terhadap nilai budaya, maupun religi masyarakat sekitar hutanMeminimalkan timbulnya konflik antara masyarakat dan unit manajemenMelaksanakan prinsip-prinsip pengelolaan sesuai dengan PHBMPeningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat, kualitas kesehatan, dan pendidikan.Aspek Ketenagakerjaan:Mengupayakan standar ketenagakerjaan (internal maupun eksternal) sesuai denganperaturan yang ada melalui pendidikan dan pelatihan.Meningkatkan jumlah tenaga kerja lokal sesuai dengan proporsi kapabilitas yang diperlukanMeminimalkan konflik ketenagakerjaan dengan menciptakan ruang dialog antaramanajemen dan tenaga kerja.Menerapkan standar manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3).

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Hutan LestariSebagai konsekuensi KPH Randublatung dalam rangka mengoperasionalkan SustanaibleForest Manajemen (pengelolaan hutan Lestari), memiliki tanggungjawab dan komitmen atasprinsip-prinsip Pengelolaan Hutan Lestari menurut standar Forest Stewardship Council (FSC).Terdapat 10 (sepuluh) prinsip yang harus dipenuhi yaitu :Prinsip 1. Ketaatan pada hukum dan prinsip-prinsip FSCPrinsip 2. Hak tenure dan hak guna serta tanggung jawabPrinsip 3. Hak-hak masyarakat adatPrinsip 4. Hubungan masyarakat dan hak-hak pekerjaPrinsip 5. Manfaat dari hutan

Page 6: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungx

Prinsip 6. Dampak pada lingkungan hidupPrinsip 7. Rencana pengelolaanPrinsip 8. Monitoring dan evaluasiPrinsip 9. High Conservation Value Forest (HCVF)Prinsip 10. Hutan tanaman.

GAMBARAN UMUMLuas Kawasan Hutan KPH RandublatungBerdasarkan hasil penataan ulang tahun 2010 -2011, luas kawasan hutan KPH Randublatungseluas 32,438.72 Ha (termasuk alur). Rincian luas masing-masing bagian hutan danperbandingan luas terhadap jangka lalu adalah sebagai berikut:Tabel 1. Luas Kawasan Hutan per BH pada 3 Jangka

Selisih luas 25,40 Ha adalah Cagar Alam BH Bekutuk, yang berdasarkan Surat Keputusan MenteriKehutanan Nomor SK.79/MENHUT-II/2004 ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Tetap dengan FungsiCagar Alam Cagar Alam dan kewenangan pengelolaannya dilaksanakan oleh Balai Konservasi SumberDaya Alam. Kelas hutan Cagar Alam yang semula termasuk dalam daftar sistematika pembagian kelashutan pada hutan produksi (berdasarkan SK Dirjen Kehutanan No 143/KPTS/DJ/I/1974), saat iniberdasarkan Perdirjen Bina Usaha Kehutanan nomor P.01/VI-BUHT/2012 Cagar Alam tidak lagidimasukkan ke dalam daftar kelas hutan pada hutan produksi. Dengan adanya Perdirjen tersebutmaka pada RPKH jangka 2013-2022 Cagar Alam seluas 25,4 Ha tersebut dikeluarkan dari kawasanhutan KPH Randublatung.

Pembagian Kawasan Menurut Fungsi dan PeruntukannyaBerdasarkan fungsinya, seluruh wilayah hutan KPH Randublatung seluas 32.438,7 adalah merupakanhutan produksi (tidak memiliki hutan lindung). Sedangkan berdasarkan peruntukannya, kawasanhutan produksi KPH Randublatung terbagi menjadi :- Kawasan untuk produksi : 27.948,0 Ha (86,2 %)- Kawasan untuk perlindungan : 3.381,4 Ha (10,4 %)- Kawasan penggunaan lain : 1.109,3 Ha (3,4 %)

Kawasan untuk ProduksiKawasan hutan KPH Randublatung dengan peruntukan produksi seluas 27.948,0 Ha terbagi kedalambeberapa kelompok hutan sebagai berikut:Kawasan Kelas Perusahaan seluas 27.358,4 HaKawasan Bukan Kelas Perusahaan 589,6 Ha

Page 7: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxi

Kawasan Kelas Perusahaan (KP)Kawasan ini adalah kawasan yang secara kesesuaian lahan maupun peruntukannya adalah berupaatau akan dialokasikan tanaman kelas perusahaan (jati). Kelompok hutan ini terbagi menjadi :Produktif dalam kawasan KP (KU, MT, MR) seluas 22.886,6 HaTidak produktif dalam kawasan KP (TK,TBK,LTJL) seluas 4.471,8 HaKawasan Bukan Kelas PerusahaanProduktif dalam kawasan bukan KP (TKL,TJKL) seluas 199,5 HaTidak produktif dalam kawasan bukan KP (TKLR) seluas 390,10 Hab. Kawasan untuk PerlindunganLuas kawasan hutan untuk perlindungan pada fungsi hutan produksi di KPH Randublatung adalahseluas 3.381,4 Ha, terbagi kedalam beberapa kelas hutan sebagai berikut :Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) : 1.250,2 HaHutan Alam Sekunder (HAS) : 1.993,0 HaKawasan Perlindungan Khusus (KPKh) : 3,8 HaTak baik untuk produksi (TBP) : 134,4 Ha

Kawasan untuk Penggunaan LainPada kawasan hutan produksi, selain diperuntukan untuk produksi maupun untuk perlindungan,terdapat pula kawasan untuk penggunaan lain seluas 1.109,32 Ha, yang terbagi kedalam beberapakelas hutan sebagai berikut :Lapangan dengan tujuan istimewa (LDTI) : 752,12 HaHutan dengan Tujuan Khusus (HTKh) : 321,90 HaWana Wisata : 32,40 HaKawasan Tenurial (Ktn) : 2,90 Ha

Letak Administratif Pemerintahan dan DASPengelolaan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung berada di bawah manajemen Unit IJawa Tengah yang secara administratif terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Blora danKabupaten Grobogan. Secara administrasi wilayah kerja Perum Perhutani KPH Randublatung beradadi Kabupaten Blora (31.761,4 = 97,8 %), dan Kabupaten Grobogan (702,7 ha = 2,2 %). Letakastronomis 7o 05’ - 7o 20’ Lintang Selatan dan 4o 25’ - 4o 40’ Bujur Timur.Daerah Aliran Sungai yang terdapat di wilayah kerja KPH Randublatung yaitu DAS Serang dan DASBengawan Solo. Daerah tampungan DAS Serang adalah BH Doplang pada sebagian BKPH Trembesdan sebagian kecil BKPH Temuireng. DAS Bengawan Solo memiliki daerah tampungan adalah BHBekutuk, BH Ngliron, BH Randublatung, BH Banyuurip, BH Banglean serta sebagian BH Doplang yangtidak masuk dalam daera tangkapan DAS Serang, Adapun luasan masing-masing DAS yaitu DAS Solo29.184,3 ha dan DAS Serang 2.714,9 ha.Wilayah hutan di KPH Randublatung cukup banyak memiliki aliran sungai namun sungai-sungaitersebut teraliri air hanya pada musim penghujan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien rejimsungai yang fluktuatif dari pengukuran sesaat pada masing-masing stasiun pengamatan sungai yangada.

Batas wilayahBatas kawasan hutan KPH Randublatung adalah sebagai berikut :Batas sebelah Utara : KPH BloraBatas Sebelah Timur : KPH CepuBatas Sebelah Selatan : KPH Ngawi Unit II Jawa TimurBatas Sebelah Barat : KPH Gundih

Page 8: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxii

Pembagian Wilayah KerjaGuna kepentingan kegiatan perencanaan, wilayah hutan KPH Randublatung dikelompokkan ke dalam6 (enam) bagian hutan yaitu :1. Bagian Hutan Banglean : 4.889,0 ha2. Bagian Hutan Banyuurip : 5.044,3 ha3. Bagian Hutan Bekutuk : 4.793.1 ha4. Bagian Hutan Doplang : 5.801,5 ha5. Bagian Hutan Ngliron : 6.235,8 ha6. Bagian Hutan Randublatung : 5.110,1 ha

Jumlah : 31.873,8 ha (tanpa alur)Sedangkan dalam pembagian wilayah kerjanya, pengelolaan hutan KPH Randublatung terbagi kedalam 2 Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan (SKPH), yaitu SKPH Randublatung Utara dan SKPHRandublatung Selatan. Masing-masing SKPH terbagi ke dalam Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan(BKPH). Jumlah BKPH dan luas masing-masing adalah sebagai berikut :

Sub KPH Randublatung Utaraa. BKPH Temuireng : 3.020,7 ha.b. BKPH Trembes : 2.780,8 ha.c. BKPH Tanggel : 2.200,4 ha.d. BKPH Temanjang : 2.592,7 ha.e. BKPH Ngliron : 3.108,6 ha.f. BKPH Kedungjambu : 3.127,2 ha.Jumlah : 16.830,4 ha (tanpa alur)

Sub KPH Randublatung Selatana. BKPH Beran :2.248,4 hab. BKPH Boto :2.861,7 hac. BKPH Selogender :2.326,5 had. BKPH Banyuurip :2.717,8 hae. BKPH Pucung :2.679,8 haf. BKPH Kemadoh :2.209,2 ha

Jumlah :15.043,4 ha (tanpa alur)Masing-masing BKPH tersebut mempunyai 3 sampai 4 Resort Pemangkuan Hutan (RPH). Di KPHRandublatung terdapat 44 RPH dengan perincian sebagai berikut :

Page 9: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxiii

Tabel 2. Pembagian wilayah kerja KPH Randublatung

Jenis tanah, iklim, topografiSecara umum kondisi tanah di wilayah KPH Randublatung berasal dari endapan kapur, tanahliat/lempung dan napal. Tanah dengan bahan induk berkapur dan berlempung yang hampir selaluinfermiable (kedap air), dengan pemuaian dan pengerutan yang tinggi, merupakan sifat fisik yangjelek dan tidak baik untuk jalan mobil.Kawasan hutan KPH Randublatung sebagian besar berbatu (kapur) dengan jenis tanah sebagaiberikut :

Page 10: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxiv

Tabel 3. Macam-Macam Jenis Tanah di KPH Randublatung

Sumber : RPKH KPH Randublatung Jangka 2003-2012

Wilayah hutan KPH Randublatung dan sekitarnya beriklim tropis, yang ditandai oleh terdapatnyamusim hujan dan musim kemarau yang bergantian sepanjang tahun. Terletak pada ketinggian 75 -245 mdpl, dengan tipe iklim antara tipe C sampai dengan E menurut Schmidt & Ferguson. Lingkungandengan type iklim ini sangat cocok untuk ditanami tegakan jenis jati. Berdasarkan data curah hujantahun 2011 di 5 kecamatan (satu alat rusak di Kecamatan Banjarejo) yang masuk wilayah KPHRandublatung diperoleh angka curah hujan rata-rata sebesar 1.318 mm/th (Sumber : Blora dalamangka tahun 2011 dan Grobogan Dalam Angka 2011).Wilayah KPH Randublatung terletak pada ketinggian 75 - 245 meter di atas permukaan laut,mempunyai bentuk lapangan datar, miring, berombak serta bergelombang yang kebanyakan tidakterlalu curam, kecuali di daerah RPH Jegong BH Banglean dan RPH Temetes/BH Bekutuk yangberbatasan dengan BH Banjarejo. Bukit-bukit tertentu dalam kawasan hutan Bagian Hutan Bangleandan Banyuurip merupakan bukit-bukit yang sambung menyambung sampai daerah RPH Sugih/BHRandublatung.

Page 11: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxv

Gamba1. Peta Wilayah Kerja KPH Randublatung

Perum

Perhutani KPH Randublatung termasuk dalam wilayah fisiografis B Dataran Kaki Bukit Utara danterletak dalam subwilayah B6 Kaki Bukit Kendeng dan subwilayah B7 dataran dan bukit karst Blora-Drajat. Luas KPH Randublatung 32.438,72 Ha sedangkan luas wilayah Dataran dan Kaki Bukit Utaraluas 22.226 km2 atau setara 2.222.600 ha, sehingga secara proporsional luas KPH Randublatungterhadap luas wilayah fisiografis Dataran Kaki Bukit Utara hanya sebesar 1,46 %. Sebagian wilayahKPH-KPH Perum Perhutani yang termasuk ke dalam wilayah fisiografis Dataran Kaki Bukit Utara(Sumber : Ecology of Java and Bali (Whitten T et al)).

Kondisi Sosial Masyarakat DesaKawasan hutan KPH Randublatung berada pada 7 Kecamatan, luas kawasan hutan pada masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut :

Page 12: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxvi

Tabel 4. Luas Wilayah KPH Randublatung pada Masing-masing Kecamatan

KPH Randublatung dikelilingi oleh 34 desa hutan yang berinteraksi langsung dengan hutan dan telahterbentuk LMDH pada semua desa hutan.Berdasarkan data Blora Dalam Angka 2011 serta Grobogan Dalam Angka 2011, jumlah pendudukserta kepadatan penduduk pada kecamatan yang berada di wilayah KPH Randublatung adalahsebagai berikut :Tabel 5. Jumlah Penduduk Per Kecamatan pada Wilayah KPH Randublatung

Page 13: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxvii

Tabel 6. Kepadatan Penduduk per Kecamatan Wilayah KPH Randublatung

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa luas penggunaan lahan pada kecamatan yang masuk dalam wilayahKPH Randublatung seluas 54.095,00 Ha (53,46%) merupakan kawasan hutan, sedangkan 35,36 %adalah lahan sawah serta tegalan. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ketergantunganmasyarakat terhadap hutan masih sangat tinggi.

Tabel 7. Luas Penggunaan Lahan per Kecamatan Wilayah KPH Randublatung

KONDISI SUMBERDAYA ALAMKetentuan Pembagian Kelas HutanDengan terbitnya Kepmenhut nomor P.60/Menhut-II/2011 tentang Pedoman PenyusunanRPKH dan RTT di Wilayah Perum Perhutani, serta diikuti dengan turunannya yaitu PerdirjenBina Usaha Kehutanan nomor P.01/VI-BUHT/2012 tentang Petunjuk Teknis Penataan Hutandan Penyusunan RPKH, maka nomenklatur kelas hutan serta pembagian kawasan hutan

Page 14: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxviii

yang semula diatur oleh SK Dirjen 143/KPTS/DJ/I/1974 tanggal 10 Oktober 1974 harusberganti dengan ketentuan yang baru.Hal yang mendasar dari perubahan ini adalah pembagian kawasan yang semula berkiblatpada Timber Management menjadi berorientasi pada aspek yang lebih luas, yaituSustainable Forest Management (SFM). Dalam pembagian kawasan yang berlaku saat ini,aspek ekologi dan sosial telah diwadahi secara khusus dalam satuan kelas hutan, sehinggarencana kelola lingkungan dan sosial dapat disusun lebih sistematis dan terarah.Dalam regulasi pemerintah yang lebih rinci, yaitu Perdirjen Bina Usaha Kehutanan nomorP.01/VI-BUHT/2012 tentang Petunjuk Teknis Penataan Hutan dan Penyusunan RPKH,Kawasan Perum Perhutani yang dikelola dalam satu satuan Kesatuan Pemangkuan Hutanterbagi kedalam beberapa kelas hutan. Secara garis besar kawasan hutan terbagi dalamfungsinya, yaitu :

- Hutan Produksi- Hutan Lindung

Sesuai ketentuan yang berlaku maupun prinsip-prinsip FSC yang diakomodir PerumPerhutani, pada kawasan hutan produksi pun terdapat kawasan-kawasan perlindunganseperti Hutan Alam Sekunder (HAS), Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) dll. Untuk lebihjelasnya dapat dilihat pada skema pembagian kelas hutan di bawah ini :

Page 15: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxix

Page 16: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxx

Pembagian Kelas Hutan KPH RandublatungBerdasarkan hasil kegiatan penataan dan inventarisasi / risalah hutan tahun 2010 dan 2011,kawasan hutan KPH Randublatung seluas 32.438,7 Ha terbagi kedalam kelompok dan kelas-kelashutan sebagaimana terdapat pada tabel di bawah ini :

Tabel 8. Ikhtisar Susunan Kelas Hutan Awal Jangka 2013

Page 17: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxi

Kelas Hutan Produktif dan Tidak ProduktifDalam terminologi pengelompokan kelas hutan pada regulasi saat ini, kelas hutan produktif tidakhanya berupa tegakan produktif sesuai kelas perusahaan, namun dikelompokan pula hutan-hutanproduktif dengan jenis diluar kelas perusahaan. Pada KPH Randublatung selain kelas hutan produktifberupa tegakan jati, terdapat pula tegakan produktif dengan jenis mahoni. Kelas hutan untuk jenisrimba ini pada umumnya berupa kelas hutan Tanaman Kayu Lain (TKL), dan sebagian kecil berupakelas hutan Tanaman Jenis Kayu Lain (TJKL). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawahini :

Tabel 9. Luas Kelas Hutan Produktif

Potensi kelas hutan produktif jenis jati yang merupakan produk utama dari kelas perusahaan KPHRandublatung pada dasarnya selalu mengalami fluktuasi sesuai kondisi sosial dan politik regionalmaupun nasional. Gambaran fluktuasi potensi tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Page 18: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxii

Gambar 2. Grafik Perbandingan Luas 3 Jangka

Hal yang paling menonjol adalah terjadinya penurunan potensi tegakan Jati pada periode tahun 1993menuju tahun 2003, yaitu terjadi penurunan sebesar 22,6 % dikarenakan terjadi penjarahan besar-besaran seiring terjadinya reformasi pemerintahan tahun 1998 – 1999.Bersamaan dengan mulai memulihnya kondisi sosial, ekonomi dan politik nasional, potensi hutan jatiKPH Randublatung pun menunjukan tanda-tanda membaik. Apabila dilihat dari awal jangka 2003sampai awal jangka 2013 kelas hutan produktif jati mengalami peningkatan sebesar 3,2 %. Namundemikian sebenarnya selama rentang waktu 2003-2008 terjadi peningkatan kelas hutan produktifsebesar 18,7 % yang kemudian dengan adanya kebijakan atau penerapan pengelolaan hutan lestaripada KPH Randublatung pada tahun 2008-2012 sebagian kelas produktif jati ditetapkan menjadikawasan untuk perlindungan. Kelas hutan produktif seluas 2.302,8 Ha yang semula berupa KU, MTdan MR ditetapkan menjadi KPS, HAS maupun KPKh. Perubahan status kelas hutan produktifmenjadi kawasan perlindungan sebagai kebijakan dalam penerapan PHL (bukan karena kerusakan)antara tahun 2003 s.d 2012, dapat dilihat pada perincian di bawah ini :

Page 19: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxiii

Tabel 10. Perubahan Kelas Hutan Produktif Menjadi Kawasan Perlindungan (2003 – 2012)

Dalam kawasan untuk produksi selain kelas kelas hutan produktif terdapat pula keadaan-keadaanhutan yang tidak produktif, baik dalam kelompok hutan pada kawasan KP maupun bukan KP. Secaralebih terperinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 11. Luas Kelas Hutan Tidak Produktif

Susunan Kelas UmurKPH Randublatung dengan kelas perusahaan Jati, pada awal jangka 2013 -2022 memilki susunankelas umur sebagai berikut :

Page 20: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxiv

Tabel 12. Susunan Kelas Umur

Berdasarkan struktur kelas umur tersebut, potensi tegakan jati KPH Randublatung pada awal tahun2013 umumnya lebih didominasi oleh tegakan muda yaitu kelas umur I dan II, sehingga memerlukanwaktu untuk membentuk sebuah struktur kelas hutan normal / ideal. Namun melihat perkembanganselama 10 tahun terakhir (periode 2003-2013), upaya perbaikan struktur kelas hutan menjadi lebihideal sudah mulai tampak. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Gambar 3. Grafik Kenaikan KU antar Jangka

Pada KU I, KU II, dan KU III selama 10 tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan berkisar antara 10 %s.d 30 %. Sedangkan pada KU IV, KU V dan KU VI terjadi penurunan karena perubahan status darikawasan untuk produksi menjadi kawasan untuk perlindungan, walaupun terdapat pula pergeseranmenjadi kelas hutan produktif lainnya, yaitu menjadi MR (miskin riap) dan kelas hutan tidakproduktif. Namun secara komulatif selama periode 10 tahun terakhir telah terjadi peningkatan luashutan produktif 707,6 Ha atau 3,2 %. Dan secara real tegakan produktif jati telah bertambah 3.010,4Ha atau 13,6 %.

II. EVALUASI JANGKA LALU

A. Evaluasi Rencana Produksi

Tebangan A2

Page 21: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxv

Produksi kayu jati asal tebangan A.2 adalah merupakan produk utama hasil hutan KPH Randublatung.Selain berkontribusi secara volumetrik paling besar, secara kualitapun lebih baik dibanding produk-produk tebangan lainnya. Hal ini dikarenakan tebangan A2 berasal dari kelas hutan produktif yangtelah mencapai umur tebang ideal. Sebagai gambaran dapat dilihat trend realisasi produksi tebanganA2 Jati selama jangka 2003 – 2002 sebagai berikut:

Tabel 13. Rencana dan Realisasi Tebangan A2 tahun 2003 - 2012

Rata-rata volume tebangan A2 Jati selama 10 tahun mencapai 29.238 M.3 / tahun, atau hanyamencapai 94,8 % dari rencana pada PDE-10 / ikhtisar tebang habis selama jangka menurut waktu dantempat. Demikian pula dibanding etat volume awal jangka tahun 2003 sebesar 44.613 M.3/Tahun,realisasi tebangan rata-rata selama sepuluh tahun adalah 66,1 % dari etat volume. Sedangkan secarakeluasan, rata-rata tebangan per tahun adalah 284,7 Ha, atau 77,0 % dari etat luas awal jangka tahun2003 (369,7 Ha/tahun). Hal ini menunjukan bahwa pengendalian kelestarian hasil KPH Randublatungmasih sangat baik.Disisi lain produktivitas tebangan A2 selama 10 tahun terakhir ini adalah sebesar 103,58 M.3/Ha.Nilai tersebut masih dibawah volume ideal tebangan jati pada hutan normal, sehingga di masamendatang perlu peningkatan kegiatan pemeliharaan dan pengamanan hutan.

1. Tebangan B

Tebangan B merupakan tebangan yang berasal dari kelas hutan tidak produktif, baik berupa tegakanjati maupun rimba. Tebangan B ini pada umumnya merupakan kegiatan land clearing sebelummelakukan rehabilitasi. Tebangan ini dilaksanakan dalam rangka pembangunan dan percepatanperbaikan kelas hutan produktif menuju struktur hutan normal. Maka tebangan B secara dominandilakukan pada kelas hutan TK (tanah kosong), TBK (tanaman bertumbuhan kurang) dan sebagiankecil berupa tebangan dari tanaman kayu lain (rimba mahoni).Untuk lebih jelasnya realisasi tebangan B selama tahun 2003 -2012 dapat dilihat pada tabel di bawahini :

Page 22: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxvi

Tabel 14. Rencana dan Realisasi Tebangan B tahun 2003 – 2012

Realisasi luas tebangan B selama jangka lalu mencapai 125,1 % dibandingkan rencana RPKH(seluas 9.870,0 Ha), menunjukan kesungguhan KPH Randublatung dalam membangunkembali hutan-hutan yang rusak, sekalipun nilai finansial dari tebangan B ini relatif kecil,seperti terlihat pada produktivitasnya hanya mencapai 5,2 M.3/Ha.

2. Tebangan E

Tebangan E merupakan salah satu tindakan silvikultur dalam mekanisme pengelolaan hutan padaPerum Perhutani. Sehingga tujuan pokok dari kegiatan ini adalah tindakan pemeliharaan hutan,berupa tebangan seleksi pada tegakan muda atau menengah agar memperoleh tegakan terbaik(volume dan mutu) pada tebangan akhir daur. Pengaturan rencana tebangan E jati didasarkan padafrekuensi tertentu dengan acuan pada tabel Wolf van Wolving (WvW). Realisasi tebangan E selamajangka (tahun 2003-2012) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 15. Rencana dan Realisasi Tebangan E tahun 2003 - 2012

Realisasi volume tebangan E selama tahun 2003-2012 adalah 42,4 % terhadap rencana RPKH awaljangka. Sedangkan produktivitas tebangan E berdasarkan realisasi hanya 2,0 m3 /Ha, tidak berbedajauh dibandingkan RPKH dimana harapan produktivitas mencapai 2,9 m3/Ha.

3. Rencana Tanaman

Kegiatan tanaman merupakan tindaklanjut dari setiap kegiatan tebangan, khususnya tebangan habisyaitu tebangan A (tebang habis biasa) dan Tebangan B (tebang habis lanjutan). Tanaman yang berasal

Page 23: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxvii

dari tebangan A disebut tanaman rutin, sedangkan tanaman yang berasal dari Tebangan Bdinamakan tanaman pembangunan. Tanaman pembangunan ini sebagian besar berupa tanamanrehabilitasi atau tanaman-tanaman bekas hutan yang rusak. Realisasi tanaman selama jangka 2003 –2012 adalah sebagai berikut :Tabel 16. Rencana dan Realisasi Tanaman tahun 2003 - 2012

Berdasarkan trend kegiatan tanaman di atas, dapat dilihat bahwa luas tanaman rutin atau tanamanyang bekas tebangan hutan produktif (orientasi finansial ) hanya 19,6 % terhadap total tanaman.Dalam perkembangan selama satu dasawarsa ini, selain tanaman jati biasa yang berasal dari APBdikembangkan pula tanaman jati yang berasal dari kegiatan pemuliaan tanaman jati yang disebut JPP(Jati Plus Perhutani). Pada awalnya berupa benih yang berasal dari KBK, kemudian pada berapa tahunterakhir ini dikembangkan pula tanaman JPP yang berasal dari stek pucuk.Kemampuan KPH Randublatung mengembangkan tanaman JPP sampai saat ini telah mencapai5.901,4 Ha. Secara terperinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :Tabel 17. Luas Tanaman JPP KPH Randublatung (2002 – 2012)

Pada umumnya tanaman JPP ini ditanam pada lapangan-lapangan bekas tebangan A(tanaman rutin). Sedangkan pada tanaman pembangunan, terbatas pada bonita 3 ke atas.Dari keluasan tanaman JPP seluas 5.901,4 Ha, berdasarkan hasil risalah yang memenuhikriteria tumbuh ideal sesuai standar Puslitbang Kehutanan Cepu (KMS), hanya seluas 2.223,3Ha atau 37,7 %. Hal itu terjadi diperkirakan karena asal benih/bibit yang ditanam. Bibit yangberasal dari stek pucuk relatif tumbuh sesuai standar.

B. Evaluasi Rencana Kelola Sosial

Dalam kerangka Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM), KPH Randublatung yang dikelilingioleh 34 desa sekitar hutan telah melalukan kegiatan kelola sosial sebagai wujud dari pemberdayaan

Page 24: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxviii

masyarakat sekitar hutan. Kegiatan hutan dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan diharapkanmampu menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap hutan, sehingga tingkat kerusakan hutandapat ditekan (keamanan membaik) serta tingkat keberhasilan tanaman meningkat.Selama tahun 2003 – 2012 kegiatan kelola sosial yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :Perekonomian DesaPeningkatan perekonomian desa dilakukan melalui kegiatan pemberian bantuan PKBL, pemberiansharing, pelatihan dan pendampingan usaha produktif.

Tabel 18. Realisasi Pemberian Bantuan PKBL dan Sharing Produksi

1. Ketenagakerjaan

Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan dilakukan dengan adanya keikutsertaanmasyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan KPH Randublatung seperti pada kegiatanpersemaian, tanaman, tebangan dan pemeliharaan hutan. Penyerapan tenaga kerja dalam kegiatanpengelolaan hutan selama 2003 – 2012 adalah sebagai berikut :Tabel 19. Penyerapan Tenaga Kerja dalam Pengelolaan Hutan

2. Kelembagaan

Kelembagaan dalam LMDH mutlak dilakukan guna menjamin bahwa LMDH tersebut dapat berjalansesuai dengan harapan. Guna mendukung kemandirian kelembagaan khususnya LMDH dilakukanupaya pembinaan, komunikasi intensif dan penguatan pola-pola hubungan dengan penjelasansebagai berikut:

1. Pembinaan dan komunikasi LMDH

Page 25: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxix

Membangun komunikasi dan pola hubungan kerja dalam LMDH merupakan modal dasar penguatankemandirian LMDH. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan upaya pembinaan secaraintensif dan berkesinambungan. Bentuk usaha penguatan kelembagaan sampai pada tahappembentukan desa PHBM terealisasi secara bertahap dimana sampai dengan tahun 2004 telahterealisasi perjanjian kerjasama PHBM antara Perhutani dengan masyarakat desa hutan sebanyak 31desa. Pada tahun 2008 telah terjalin kerjasama PHBM dengan seluruh desa hutan yang ada yaitusebanyak 34 desa. Fasilitasi penguatan komunikasi diarahkan baik komunikasi dalam lembagamaupun antar lembaga.

2. Pengukuhan pola-pola hubungan

Pengukuhan pola hubungan dilakukan ditujukan untuk memperkuat hubungan lembaga baik dalamlembaga maupun antar lembaga yang lain. Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain :

- Memfasilitasi pembentukan forum komunikasi tingkat desa- Memfasilitasi pembentukan koperasi- Penyusunan Renstra LMDH- Pelatihan Pemberdayaan Organisasi LMDH- Komunikasi dialog stakeholder tingkat Kabupaten- Monitoring dan evaluasi PHBM tingkat KPH- Kegiatan Desa Model PHBM

3. Pendidikan

Kelola sosial bidang pendidikan ditujukan untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikanmasyarakat desa hutan. Kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi pelaksanaan keaksaraanfungsional, pemberian beasiswa dan bantuan pendidikan.

4. Kesehatan

Kelola sosial bidang kesehatan ditujukan untuk mendorong peningkatan kualitas kesehatanmasyarakat desa hutan. Kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi pelaksanaan bantuanpengobatan.

C. Evaluasi Rencana Kelola Lingkungan

Kegiatan kelola lingkungan di KPH Randublatung secara intensif mulai dilakukan pada tahun 2007seiring dengan adanya kebijakan penerapan Prinsip Pengelolaan Hutan Lestari. Selama tahun 2007 –2012 secara umum kegiatan pengelolaan lingkungan meliputi :

- Identifikasi kawasan perlindungan (KPS, HAS)- Pengkayaan kawasan perlindungan- Penandaan batas kawasan perlindungan- Monitoring KPS- Survey Biodiversity- Pengecekan pra dan pasca tebangan- Penanaman tanaman sela dan pengisi pada kawasan produksi- Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)- Pemasangan plang- Pemupukan-

Page 26: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxx

Secara rinci rencana dan realisasi kelola lingkungan pada masing-masing kawasan di KPHRandublatung selama tahun 2007 – 2012 tersaji pada Tabel 20 - 22 berikut:

Tabel 20. Realisasi Kelola Lingkungan pada Kawasan Perlindungan Setempat

Tabel 21 . Realisasi Kelola Lingkungan pada Hutan Alam Sekunder (HAS)

Page 27: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxxi

Tabel 22. Realisasi Kelola Lingkungan pada Kawasan Produksi

III. RENCANA PENGELOLAAN

Salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan hutan adalah penyusunan rencana-rencana kelolahutan, sebagaimana diamanatkan dalam perundangan. Bentuk rencana-rencana pengelolan hutanyang dibuat pada Perum Perhutani, diantaranya terdapat dalam buku RPKH. Pada mulanya BukuRPKH hanya memuat rencana-rencana kelola produksi, namun pada perkembangannya setelahpenerapan sistem pengelolaan hutan lestari (PHL/SFM), KPH-KPH yang yang telah bersertikat FSCmemiliki konsekuensi harus menyusun rencana-rencana kelola lainnya, yaitu berupa rencana kelolasosial dan kelola lingkungan. KPH Randublatung merupakan KPH yang telah berkomitmenmenerapkan sistem PHL dalam pilar pengelolaannya, maka untuk RPKH awal jangka tahun 2013 –2022 telah memasukan rencana kelola sosial dan kelola lingkungan.

III.1 Rencana Kelola Produksi

Penyusunan rencana kelola produksi merupakan jenis kelola konvensional yang telah secara masivdan rutin disusun oleh Perum Perhutani sejak dulu. Proses pengolahan data dalam penyusunan BukuRPKH masih tetap menggunakan sitem yang telah ada, yaitu Sistem RPKH-PDE (RPKH – PengolahanData Elektronik).Dalam proses penyusunan RPKH ini, sekalipun regulasi tentang penyusunan RPKH mengalamiperubahan (Permenhut No: P.60/Menhut-II/2011), namun untuk rencana kelola produksi secaraesensial tidak mengalami perubahan yang berarti, yaitu tetap sesuai dengan filosofi yang terdapatdalam SK Dirjen Kehutanan No 143/KPTS/DJ/I/1974.

III.2. Pengaturan Kelestarian Produksi

Demi terwujudnya kelestarian SDH yang setara dengan terjaminnya kelestarian perusahaan,diperlukan mekanisme pengaturan hasil yang memperhatikan prinsip daur, etat (annual allowablecutting), standar tabel tegakan yaitu tabel WvW (bonita, bidang dasar normal, volume tegakan).Prinsip-prinsip yang mendasari dalam menyusun rencana kelola produksi khususnya rencanaTebangan adalah sebagai berikut :

- Penetapan DaurDalam RPKH KPH Randublatung jangka perusahaan tahun 2013-2022, daur tanaman jati ditetapkan60 tahun untuk seluruh Bagian Hutan (BH), maka seluruh rencana tebangan A2 (asal kelas hutan

Page 28: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxxii

produktif) dapat ditebang apabila telah mencapi umur 60 tahun, kecuali untuk kelas hutan miskinriap dapat ditebang minimal umur 41 tahun.

- Perhitungan EtatSetelah melalui proses perhitungan dan pengujian etat secara elektronik, maka etat tanaman jati KPHRandublatung per bagian hutan untuk jangka perusahaan tahun 2013 - 2022 adalah sebagai berikut :Tabel 23. Penetapan Etat Jangka 2013 - 2022

Bagan Tebang Habis

Untuk mengetahui kelestarian dalam satu rotasi daur, perlu di informasikan sebaran tebanganselama daur (60 tahun) per kelas umur dalam format bagan tebang sebagai berikut :Tabel 24. Bagan Tebang Habis selama Daur

Rencana Produksi Kayu

1. Tebangan A

Tebangan A2 Jati sebagai kontibutor utama hasil hutan KPH Randublatung, ditetapkan denganmemperhatikan : Daur dan etat luas / volume per Bagian Hutan. Sedangkan untuk sebaranberdasarkan tempat dan waktu diatur dengan pendekatan : kemampuan wilayah pengelolaan,prasarana jalan, kerawanan hutan (aspek sosial) dll.Rencana tebangan A2 KPH Randublatung per Bagian Hutan selama jangka 2013 – 2022 adalahsebagai berikut :

Page 29: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxxiii

Tabel 25 . Rencana Tebangan A2 tahun 2013 - 2022

Berdasarkan data tersebut diatas, dapat diketahui rata-rata luas tebangan per tahun sebesar 257,1Ha atau 67,4 % dibawah etat luas yang ditetapkan. Demikian pula dengan rata-rata volume tebanganA2 per tahun 28.791 M.3 atau 82,2 % dibawah etat volume yang ditetapkan. Berdasarkan gambarantersebut di atas dapat disimpulkan bahwa rencana tebangan A2 yang disusun masih jauh dibawahbatas angka maksimum tebangan yang diperkenankan (annual allowed cutting), dengan produktifitas112,0 M.3/Ha.

2. Tebangan B

Tebangan B KPH Randublatung untuk jangka RPKH tahun 2013-2022 pada umumnya berasal darikelas hutan tidak produktif seperti kelas hutan TBK dan TK. Selain itu terdapat pula sebagian keciltebangan B jenis rimba yang pada umumnya berasal dari kelas hutan TKLR. Secara lebih terperincidapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Page 30: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxxiv

Tabel 26. Rencana Tebangan B tahun 2013 - 2022

3. Tebangan E

Tebangan penjarangan atau lebih dikenal dengan tebangan E KPH Randublatung untuk jangka 2013-2022, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :Tabel 27. Rencana Tebangan E Jati APB tahun 2013 – 2022

Page 31: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxxv

Tabel 28. Rencana Tebangan E JPP tahun 2013 – 2022

Tabel 29. Rencana Tebangan E Mahoni tahun 2013 – 2022

Rencana Produksi bukan kayu dan hasil hutan lainKPH Randublatung sebagai FMU dengan kelas perusahan jati, tidak memiliki produk hasil hutan selainkayu. Produksi utamanya berupa produksi kayu jati, serta hasil tambahan berupa kayu jenis rimba,diantaranya kayu mahoni. Adapun hasil pertanian yang diperoleh pada kegiatan tumpangsari,semata-mata menjadi hak dari pesanggem (masyarakat). Sampai saat ini Perum Perhutani belummengarahkan sektor ini sebagai kontributor pada pendapatan perusahaan.

Rencana Tanaman

Page 32: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxxvi

Rencana kegiatan tanaman pada umumnya merupakan rangkain kerja dari kegiatan tebangan. Untuktanaman rutin dilaksanakan tahun berikutnya setelah pelaksanaan tebangan A.2. Sedangkan untuktanaman pembangunan pada umumnya dilaksanakan setelah tebangan B selesai pada tahun yangsama. Khusus untuk kegiatan rehabilitasi pada kawasan lindung tidak diawali dari kegiatan tebangan(tidak diperlukan kegiatan land clearing). Rencana tanaman KPH Randublatung pada jangka RPKHtahun 2o13-2022 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 30. Rencana Tanaman tahun 2013 – 2022

Pengembangan tanaman JPP merupakan salah satu kebijakan utama yang akan diterapkan pada KPHRandublatung. Luas ideal yang diharapkan untuk pengelolaan tanaman JPP adalah seluas 6.000 Ha,Dengan asumsi sebagai berikut:

- Daur 20 tahun- Kemampuan tanam adalah 300 ha/tahun, atau per BKPH menanam 25 Ha/tahun- Harapan produktivitas 200 m3/ha- Harapan produksi per tahun : 300 Ha x 200 m3 = 60.000 m3/th (sebelum menggunakan angka

koreksi)-

Sampai tahun 2012 luas tanaman JPP yang telah ditanam mencapai 5.901,4 Ha, akan tetapipertumbuhan JPP yang memenuhi kriteria tumbuh sesuai standar Puslitbang Kehutanan Cepu hanyamencapai 37,7 % atau 2.223,3 Ha. Dengan kondisi tersebut maka selama sepuluh tahun kedepandirencanakan untuk menanam JPP seluas 3.776,7 Ha. Keluasan tersebut akan dialokasikan daritanaman rutin seluas 2.528,3 Ha dan kekurangannya akan dipenuhi dari tanaman pembangunan yangber bonita 3 ke atas yaitu seluas 1.812,8 Ha, sehingga diperkirakan akan mencapai luas 6.564,4 Ha(seluas 564,4 Ha sebagai konsekuensi adanya kegagalan tanaman).

1. Rencana PemeliharaanSalah satu kegiatan penting dalam kelola hutan adalah tindakan silvikultur pemeliharaan hutan. Darikegiatan ini diharapkan terjaminnya kualitas dan produktivitas tegakan di masa panen. Rencanakegiatan pemeliharaan hutan untuk 10 tahun ke depan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 33: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxxvii

Tabel 31. Rencana Pemeliharaan tahun 2013 - 2022

2. Rencana Sarana dan Prasarana HutanDalam rangka mendukung kegiatan pengelolaan hutan di KPH Randublatung, terutama untukkegiatan tebangan dan juga tanaman,dilakukan pembangunan maupun perbaikan jalan dan jembatan. Rencana pembuatan danpemeliharan sarana dan prasarana hutan untuk jangka tahun 2013 – 2022 adalah sebagai berikut :Tabel 32. Rencana Sarana dan Prasarana Hutan tahun 2013 - 2022

A. Rencana Kelola LingkunganAspek lingkungan merupakan aspek yang sangat diperhatikan dalam pengelolaan hutan berbasissustainable forest management (SFM). Sebagai bentuk komitmen KPH Randublatung dalammenjalankan prinsip-prinsip FSC, dalam RPKH ini telah memasukkan rencana kelola lingkunganselama 10 tahun ke depan dengan penjelasan sebagai berikut :

- Pengkayaan dengan jenis rimba campur dan tanaman konservasi tanah dan air pada kawasanperlindungan setempat seluas 419,2 Ha

- Pengkayaan dengan jenis rimba campur pada kawasan HAS, KPKh seluas 819,3 Ha

Page 34: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxxviii

- Tebang Penerang pada kawasan HAS yang masih memiliki penutupan tajuk rapat gunamembuka naungan seluas 819.3 Ha

- Penanaman tanaman pengisi seluas 7.221,8 Ha- Penanaman tanaman sela seluas 1.083,3 Ha- Pembuatan teras seluas 1.083,3 Ha pada lokasi tanaman tumpangsari- Pemeliharaan transek biodiversity sebanyak 540 pal pada kawasan perlindungan (54 pal/thn)

dan 3000 pal pada kawasan produksi (300 pal/thn)- Pemeliharaan (sulaman dan pemupukan) tanaman 1 – 3 tahun seluas 6.018,3 Ha pada

kawasan perlindungan dan 990,7 Ha pada kawasan produksi- Pengecekan kondisi pra dan pasca tebangan seluas 819,3 Ha pada kawasan produksi yaitu

pada lokasi tebang penerang serta seluas 7.254,6 Ha pada kawasan produksi (lokasi tebanganA dan Tebangan B)

-Selain kegiatan tersebut diatas, terdapat pula kegiatan rutin yang dilakukan oleh seperti :

- Pembuatan dan pemasangan plang- Sosialisasi/penyuluhan/fasilitasi- Pembuatan dan pemeliharaan TPS/TPA B3- Patroli rutin

Sebagaimana pentingnya aspek lingkungan dalam keloa hutan KPH Randublatung, aspek sosialmempunyai porsi yang sebanding dalam penyusunan Buku RPKH ini. Tindakan kelola sosial yang akandilaksanakan selama 10 tahun kedepan pada masing-masing bidang antara lain:

- Perekonomian Desa- Pinjaman dana PKBL (CSR)- Bantuan bibit- Bantuan air bersih- Pendampingan Pengembangan Hutan Rakyat- Pelatihan manajemen usaha- Kelembagaan- Pembinaan mandor PHBM- Koordinasi dengan stake holder/ instansi terkait yaitu kabupaten dan kecamatan- Pendampingan koperasi LMDH- Pembentukan desa model- Pembinaan desa model- Ketenagakerjaan- Perekrutan tenaga lokal- Pelatihan peningkatan SMK3- On the job training (persemaian, tanaman, tebangan)- Sosialisasi hak dan kewajiban pekerja- Pengadaan APD- Pendidikan- Peningkatan minat baca bagi siswa- Beasiswa- Kesehatan- Bekerjasama dengan Pemda untuk penyuluhan kesehatan, dan peningkatan gizi balita- Pengelolaan Situs- Pembuatan dan perbaikan jalan menuju lokasi situs- Penanaman dan pengkayaan dengan tanaman rimba lokal- Mengaktifkan kegiatan atau tradisi pada situs budaya

Page 35: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxxxix

- Sosialisasi tentang situs dan pengelolaannya termasuk larangan-larangan

KESIMPULAN- Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan KPH Randublatung jangka 2013-2022 ini

disusun berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.60/Menhut-II/2011tentang Pedoman Penyusunan RPKH dan RTT di Wilayah Perum Perhutani danPerdirjen BUK nomor P.01/VI-BUHT/2012, tentang Petunjuk Teknis Penataan Hutandan Penyusunan RPKH di Wilayah Perum Perhutani.

- Berdasarkan hasil penataan ulang tahun 2010 -2011, luas kawasan hutan KPHRandublatung adalah seluas 32,438.72 Ha, atau berkurang seluas 25,40 Ha di BagianHutan Bekutuk yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan NomorSK.79/MENHUT-II/2004 ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Tetap dengan FungsiCagar Alam Cagar Alam dan kewenangan pengelolaannya dilaksanakan oleh BalaiKonservasi Sumber Daya Alam. Kelas hutan Cagar Alam yang semula termasuk dalamdaftar sistematika pembagian kelas hutan pada hutan produksi (berdasarkan SKDirjen Kehutanan No 143/KPTS/DJ/I/1974), saat ini berdasarkan Perdirjen Bina UsahaKehutanan nomor P.01/VI-BUHT/2012 Cagar Alam tidak lagi dimasukan ke dalamdaftar kelas hutan pada hutan produksi. Dengan adanya Perdirjen tersebut makapada RPKH jangka 2013-2022 Cagar Alam seluas 25,4 Ha tersebut dikeluarkan darikawasan hutan KPH Randublatung.

- Buku RPKH KPH Randublatung jangka 2013-2022 ini telah disusun dengan mengacuprinsip pengelolaan hutan lestari, sesuai visi perusahaan yaitu menjadi pengelolahutan lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, serta visi mengelolasumberdaya hutan dengan prinsip pengelolaan lestari berdasarkan karakteristikwilayah dan daya dukung Daerah Aliran Sungai, meningkatkan manfaat hasil hutankayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkunga, agroforestry serta potensi usahaberbasis kehutanan lainnya guna menghasilkan keuntungan untuk menjaminpertumbuhan perusahaan berkelanjutan.

- Selama rentang waktu pasca penjarahan (tahun 2003-2012) hutan KPH Randublatungtelah mengalami peningkatan luas kelas hutan produktif sebesar 18,7 % namundengan adanya kebijakan atau penerapan pengelolaan hutan lestari pada KPHRandublatung pada tahun 2008-2012 sebagian kelas produktif jati ditetapkanmenjadi kawasan untuk perlindungan seluas 2.302,8 Ha (berubah menjadi kelashutan KPS, HAS maupun KPKh), sehingga kenaikan hanya mencapai 3,2 %.

- Untuk mempertahankan kelestarian SDH yang harus selaras dengan kelestarianperusahaan, maka dalam pengaturan hasil RPKH KPH Randublatung jangka 2013 -2022 telah ditetapkan daur tanaman kelas perusahaan jati adalah 60 tahun. Setelahmelalui pengujian jangka waktu penebangan, diperoleh nilai annual allowable cutting(etat luas) sebesar 381,44 Ha/tahun dan etat masa 35.032 m3 / tahun. Namun karenakelas umur muda lebih mendominasi maka dalam ikhtisar tebang habis menuruttempat dan waktu, tebangan A per tahun rata-rata hanya dapat direncanakan seluas257,10 Ha atau 67,4% dari etat, sedangkan berdasarkan volume adalah 28.790 m3

(82,2%).- Kegiatan penanaman merupakan mekanisme yang melekat dalam kegiatan kelola

hutan pada Perum Perhutani. Setiap kegiatan tebang habis akan selalu diiukuti olehkegiatan penanaman. Rencana penanaman pada sepuluh tahun kedepan (tahun

Page 36: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxl

2013-2022), per tahun rata-rata seluas 722,1 Ha, yaitu berupa tanaman rutin (asaltebangan produktif) 253,82 Ha dan tanaman pembangunan (asal tebangan nonproduktif) 468,36 Ha. Rata-rata luas tebangan rehabilitasi / tahun mencapai 182 %,jauh lebih luas dibandingkan tebangan A.

- Dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman jati serta percepatan perbaikanstruktur kelas hutan produktif menuju hutan normal, KPH Randublatung akanmengoptimalkan penanaman JPP hingga mencapai 6.000 Ha dalam rentang 10 tahunkedepan. Penanaman JPP akan dikonsentrasikan pada semua tanaman rutin dansebagian tanaman pembangunan yang memiki bonita 3 ke atas, sehingga pada 2jangka kedepan potensi JPP dapat berkontribusi dalam peningkatan finansial maupundalam percepatan perbaikan struktur hutan normal.

- Kegiatan kelola lingkungan dan sosial, pada buku RPKH KPH Randublatung jangka2013-2022 sudah direncanakan dengan mengacu prinsip-prinsip kelola hutan lestarisesuai standar FSC.

A. KEGIATAN BIDANG KELOLA LINGKUNGAN TAHUN 2013

Pengelolaan kawasan hutan KPH Randublatung dalam kaitannya dengan fungsi

lingkungan disadari merupakan bagian yang sangat penting. Hutan sebagai

ekosistem dengan fungsi-fungsi alami (natural) yang melekat padanya harus

dipertahankan dan ditingkatkan.

Aspek-aspek kelola lingkungan adalah :

Fisik-kimia

a. Hidrologi

Tercapainya kualitas kawasan hutan yang mampu berfungsi dalam perlindungan

tata air (dapat menyimpan air di musim penghujan dapat mengeluarkannya

dimusin kemarau), pencegahan dan pengendalian erosi.

b. Kesuburan

- Terwujudnya kondisi hutan yang memiliki kemampuan dalam mempertahankan

dan meningkatkan kesuburan hutan, dengan cara menanam jenis-jenis

tanaman leguminase seperti lamtoro,kemlandingan dan jenis tanaman

pertaniannya adalah kacang tanah, dan lain lain.

- Meminimalkan penggunaan bahan berbahaya dan beracun/B3 yang

diperbolehkan di dalam kawasan hutan dan diusahakan untuk tidak sama sekali

Page 37: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxli

menggunakannya sebagai pengganti adalah bahan biopestisida yang ramah

lingkungan/organik seperti ( PESSO PLUS, BIOBOST dll )

Biologi

a. Satwa

Terjaminnya keberadaan satwa langka, terancam dan hampir punah, melalui

perlindungan habitat-habitatnya.

b. Vegetasi

Terwujudnya kondisi hutan yang memiliki keanekaragaman jenis vegetasi yang

mampu mempertahankan kestabilan ekosistem.

Realisasi kegiatan kelola Lingkungan KPH Randublatung semester I tahun 2013

sebagaimana tersaji pada Tabel 9, berikut:

Tabel 9, Realisasi kelola lingkungan semester I tahun 2013

No. Rencana Kegiatan Realisasi

1 2 3

I Pengamatan Hidrologi dan Kualitas Air

a. Debit air (KRS) Debit (KRS) KPH Randublatung Baik,dipeperoleh dengan nilai 16,45ltr/dtk masihdibawah batas baku mutu (<50) SK MenhutNo.52/Kpts-II/2001

b. Sedimentasi Nilai sidementasi baik menujukan angka 0,96mm/th masih dibawah <2 mm/th

c. Total Suspension Sold (TTS) Nilai TSS baik diperoleh angka 383 mg/l masihdibawah ambang batas baku mutu 400 mg/l,PP.82 Tahun 2001

d. Curah hujan Curah hujan Wilayah Randublatung sebanyak156,76 mm/semstr

II Pengamatan Erosi Tanah Baik, erosi tanah menujukan angka0,0680ton/ha/th masih dibawh indek erosi (<

Page 38: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxlii

1 mm/th )

III Biologi

1 Satwa

a. Pemantauan satwa liar Telah diketemukan 66 jenis satwa liar yangterdiri dari 46 jenis Aves,11 jenis Mamalia dan9 jenis Reptilia/Herpetofauna. Teridentifikasi21 satwa liar dilindungi yang terdiri dari 13jenis aves, 6 jenis mamalia dan 2 jenisherfetofauna.

b. Pemantauan satwa RTE Ditemukan 25 jenis yang terdiri dari 14 jenisAves, 8 jenis mamalia dan 3 jenisHarpetofauna. Masuk Status perlindungan PPNo 7/1999, CITES dan IUCN

2 Vegetasi (Struktur dankeanekaragaman)

KPH Randublatung mempunyai 164 jenistumbuhan bawah, 103 jenis semai, 109 jenispancang, 53 jenis tiang, 42 jenis Pohon

IV Penanganan/Pengelolaan HCVF(KBKT) Telah mereboisasi kawasan penyangga NKT.1HAS Kesongo seluas 93,2ha, HAS Bekutukseluas 59,9ha dengan jenis lokal danMelakukan perawatan hutan secara intensifdan pemasangan papan laranganpenebangan, perburuan, pengembalaan sertapembakaran hutan

V Penanganan KPS (KawasanPerlindungan Setempat)

Pada semester I tahun 2013 KPHRandublatung telah melakukan penanamandisepanjang aliran sungai seluas 69,4 Ha(sesuwai RTT Tahun 2013)

VI Penanganan Kawasan Perlindungan Khusus (KPKh)

a. Situs budaya Melakukan kegiatan pemeliharaan situs-situsbudaya dan ekologi, pemasangan planglarangan berburu dan penggarapan lahanserta sosialisasi tentang kawasan bernilaikonservasi tinggi, pemeliharaan pagartanaman, mengadakan patroli

Page 39: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxliii

b. Mata Air Telah melakukan penanaman pengkayaanseluas 1,9 di petak 68b BKPH Boto RPHSumengko dengan jenis-jenis tanaman lokaldan jenis-jenis yang dapat menghasilkanbuah sebagai sumber pakan satwa dantempat berkembang biak serta tempatbersarang satwa RTE. Dan juga pemasanganpapan situs sendang wedok.

VII Pemantauan Penggunaan BahanBerbahaya dan Beracun

Tidak diketemukan B3 yang dilarang olehFSC, WHO, dan PP.No74 tahun 2001.Umumnya masyaarakat menggunakan Urea,Sp-36, Phonska, Spontan, Sidafos, Roundup,See Top, Petir, Manuver dan Centro-Zole.

VIII Pengelolaan Limbah B3 dalam kawasanhutan KPH Randublatung

Telah dilaksanakan kerjasama penangananlimbah B3 (bekas /kemasan pestisida) yangdigunakan dan atau ditemukan dalamkawasan hutan dengan PT TeknotamaLingkungan Internusa. Pada bulan Septembersudah dilakukan pengiriman danpemusnahan sebanyak 80kg.

IX Pemantauan TK (Tanah Kosong) padakawasan hutan

Ditemukan TK ( Tanah Kosong ) baru seluas344,5 Ha.

Dari kegiatan pemantauan satwa liar di wilayah hutan KPH Randublatung diperoleh

kelompok satwa Aves (46 jenis), Mamalia (11 jenis), dan Herpetofauna/Riptilia(9 jenis)

Berdasarkan skala kualitas lingkungan yang dikeluarkan Soerjani (1989), di kawasan

hutan KPH Randublatung memiliki kualitas lingkungan dalam katagori “SANGAT BAIK”,

dengan keanekaragaman avifauna lebih dari 15 jenis.

Dari hasil pengamatan padatan terlarut/Total Suspension Sold (TSS) KPH Randublatung

dari tahun 2008 sampai dengan semester I tahun 2013 mengalami kencenderungan

(membaik).

Untuk evaluasi sampai dengan semester I tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1

mg/l dikarenakan curah hujan yang meningkat dibandingkan dengan tahun 2012.

Adapun hasil pengamatan seperti pada tabel 10 sebagai berikut :

Page 40: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxliv

Tabel 10. Hasil pengamatan padatan terlarut

A. Renca

na

Kelola

Sosial

SATWA RTE SPECIES KPH RANDUBLATUNG

Berdasarkan survey keanekaragaman hayati yang dilakukan di KPH Randublatung serta

setelah dilakukan analisis maka terdapat 25 jenis satwa yang merupakan satwa dilindungiperundang-undangan (PP RI No 7 tahun 1999, CITES dan IUCN Redlist) yaitu :

Kelas Mamalia :

1. Jelarang Bilalang (Ratufa affinis)2. Musang Belang (Paguma larvata)

3. Kijang (Muntiacus muntjak)4. Garangan Ekor Panjang (Herpertes semitorquatus)5. Bajing Terbang Hitam (Aeromys tephromelas)

6. Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus)7. Codot Pisang Coklat (Macroglossus minimus)8. Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

Kelas Aves :

1. Alap-alap Capung (Microhierax frigillarius)2. Alap-alap Layang (Falco cenchoides)

3. Bangau Sendang Lawe (Ciconia episcopus)

Hasil Pengamatan Padatan Terlarut (TSS)

Th.2008 Th.2009 Th.2010 2011 2012 Semestr I2013

(mg/L) (mg/L) (mg/L (mg/L (mg/L) (mg/L)

1 2 3 4 5 6

2059.5 705.9 441.2 380 382 383

Page 41: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxlv

4. Bangau Tongtong (Leptotilos javanicus)5. Betet (Psittacula alexandri)6. Burung Hantu (Otus lempijii)

7. Elang Bido (Spilornis cheela)8. Elang Ular Jari Pendek (Circaetus gallicus)

9. Gelatik Jawa (Padda oryzivora)10. Kangkaret Perut Putih (Anthracoceros albirostris)11. Kuntul Putih (Bubulcus ibis)

12. Merak (Pavo muticus)13. Sikatan (Rhipidura javanica)14. Pungklor (Pitta guajana)

Kelas Herpetofauna (Reptil-Amphibi) :

1. Biawak (Varanus salvator)

2. Katak Bencok (Huaia masonii)3. Katak Pohon Jawa (Rhacophorus javanus)

Disamping itu dilakukan upaya pengkayaan sumber pakan yang diharapkan dapat menjamin

keberadaan satwa RTE. Identifikasi jenis sumber pakan, tempat bersarang dan berkembangbiak bagi satwa-satwa RTE dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis pakan, tempatbersarang dan berkembang biak satwa RTE.

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan dapat dijelaskan bahwa :

- Pakan satwa dari kelas mamalia berupa buah-buahan, daun-daunan serta biji-bijian.

- Pakan satwa dari kelas aves berupa biji-bijian dan serangga. Beberapa avesmempunyai pakan berupa ikan reptil kecil.

- Pakan satwa dari kelas herpetofauna berupa serangga.

- Tempat bersarang/berlindung satwa kelas mamalia berupa lubang-lubang pohonmaupun semak-semak.

- Satwa dari kelas aves berupa susunan ranting-ranting, rerumputan serta pada pohon

yang berlubang.- Satwa dari kelas herpetofauna berupa semak-semak/rerumputan terutama pada

lokasi yang lembab/dekat sumber air.

B. KEGIATAN BIDANG KELOLA PRODUKSI TAHUN 2013Perhutani KPH Randublatung dalam melakukan produksi kayu yang telahdirencanakan dalam rencana tebangan telah mencapai jumlah yang cukup signifikan, produksi yang dihasilkan tersebut berasal dari tebangan habis ( A2 ) kemudiantebang penjarangan ( E ) tebangan basah ( B ) dan tebangan penerang ( D1) lainnya

Page 42: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxlvi

Adapun capaian tebangan tersebut yang telah diproduksi tersebut adalah untuktebang habis ( A ) sebanyak 31.598 m3 dari rencana sebanyak 32.816 m3 atau 98%dari rencana, sedangkan untuk tebang penjarangan ( E ) tercapai produksi sebanyak3.568 m3dari rencana 3.575 m3 yang direncanakan . Untuk tebangan Basah ( B )terealisasi sebesar 3.010 m3 dari rencana 3.915 m3 jikia diprosentase sebesar ( 77% ) , tebangan penerang ( D1 ) rencana tahun 2013 sebanyak 2.347 m3 realisasinyasebesar 3.013 m3 ( 128 % )

Tebangan akibat Bencana alam ( D2 BA) maupun tebangan akibat adanya gangguankeamanan hutan (D2KAM ) yang tidak direncakan sebesar 822 m3 yang terdiri daritebang D2 BA sebanyak 670 m3, dan tebang D2 KAM sebanyak 152 m3.

C. PRODUKSI TEBANG RIMBA CAMPUR.

D. Selain untuk tahun 2013 juga telah merencanakan tebangan rimba campurdari kayu mindi dan rimba campur lain selain produk utama tebangan darikayu jati, tebangan rimba yang terdiri dari tebangan kayu rimba Mindi yangdirencanakan sebesar 46 m3 realisasinya melebihi yaitu sebesar 57 m3 (123% ). Untuk rimba campur lain tahun 2013 ini sebanyak 60 m3 yang berasaldari tebangan bencana alam ( D2 BA )

RENCANA DAN REALISASI PRODUKSI TAHUN 2013

A. Realisasi Produksi Jati Tahun 2013 s.d 30 Nopember 2013 :

1. Produksi tebangan A.2 Rencana = 32.816 m3, Realisasi : 31.598 m3 (96%)

2. Produksi tebangan B.1 Rencana = 3.915 m3, Realisasi : 3.010 m3 (77%)

3. Produksi tebangan D.1 Rencana = 2.347 m3, Realisasi : 3.013 m3 (128%)

4. Produksi tebangan E Rencana = 3.575 m3, Realisasi : 3.568 m3 (100%)

5. Produksi teb. D.2 BA Rencana = - m3, Realisasi : 670 m3

6. Produksi teb. D.2 KAM Rencana = - m3, Realisasi : 152 m3

Jumlah produksi Jati Rencana = 42.653 m3, Realisasi : 42.011 m3 ( 98%)

B. Realisasi Produksi Rimba Mahoni Tahun 2013 :

1. Produksi tebangan A.2 Rencana = 786 m3, Realisasi : 756 m3 (96 %)

Page 43: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxlvii

2. Produksi tebangan B.1 Rencana = 177 m3,Realisasi : 187 m3 (106%)

3. Produksi teb. D.2 BA Rencana = m3, Realisasi : 53 m3

C. Realisasi Produksi Rimba Mindi Tahun 2013 :

Produksi tebangan B.1 Rencana = 46 m3, Realisasi : 57 m3 (123%)

D. Realisasi Produksi Rimba Campur (RBC) Tahun 2013 :

Produksi teb. D.2 BA Rencana = - m3, Realisasi : 60 m3

C. KEGIATAN BIDANG KELOLA SOSIAL TAHUN 2013

Kelola Sosial merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk membangun hubungan yang harmonisantara Perhutani dengan karyawan, pekerja, masyarakat dan pihak lain dalam rangka pengelolaan hutan lestari.Hal ini tertuang dalam Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor : 683/KPTS/DIR/2009 tentang PedomanKelola Sosial.

Kelola Sosial dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang Implementasi PHBM di KPH Randublatung.Kegiatan yang telah dilakukan dari bulan Juli s/d September 2013 di KPH Randublatung meliputi :

1. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakata. Peningkatan Perekonomian Desa (PLDT)

b. Kelembagaan (Pembinaan LMDH, Mandor PHBM Tk BKPH, Mandor PHBM TK Desa, KeanggotaanLMDH, Koperasi LMDH, Perkembangan Koperasi, Kriteria Koperasi, Ketenagakerjaan, Pelatihan MDH,Studi Banding dan kegiatan-kegiatan kaitannya dengan MDH)

c. Sharing Produksi

d. Perawatan Situs

2. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)3. Pengembangan Hutan Rakyat (RUPHR)4. Gerakan Peningkatan produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K)

Page 44: Profil KPH Randublatung

Ringkasan RPKH

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan 2013 – 2022KPH Randublatungxlviii

Harapannya Implementase PHBM yang telah dilakukan di wilayah KPH Randublatung dapat meningkatkanjalinan kerjasama yang baik antara MDH, Perhutani dan Stakeholder sehingga kelestarian hutan dapat terjagasecara berkelanjutan.