ringkasan identifikasi hcvf kph nganjuk

35
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT RINGKASAN Penilaian keberadaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) di wilayah KPH Nganjuk merupakan proses Identifikasi KBKT Tahun 2011 dan lanjutan dari kajian-kajian yang lainnya, diantaranya adalah kajian lingkungan (DPPL), sosial, keamanan, kelestarian hasil dan finansial, serta aspek lain-lainnya. Penilaian keberadaan KBKT disini ditujukan untuk memenuhi standard FSC prinsip 9 kriteria 9.1, 9.2, 9.3, dan 9.4. Proses konsultasi dengan masyarakat terkait dengan identifikasi aspek sosial NKT4, NKT5, dan NKT6 disajikan dalam lampiran laporan ini sebagai hasil kegiatan PCP (Participatory Conservation Planning). Sedangkan konsultasi aspek ekologi dilakukan untuk identifikasi NKT1, NKT2, NKT3 dan NKT4. Kegiatan pengelolaan KBKT yang teridentifikasi disajikan dalam lampiran laporan ini sebagai hasil proses kegiatan SCP (Site Conservation Planning) yang sekaligus merupakan kegiatan full Assesment terhadap aspek-aspek ekologi. Metoda Penilaian keberadaan KBKT di KPH Nganjuk menggunakan Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia, Tropenbos International Indonesia Programme 2009; Konsultasi dengan Masyarakat Desa Hutan menggunakan PCP (Participatory Conservation Planning); konsultasi bidang ekologi sekaligus full assessment aspek ekologi melalui proses SCP (Site Conservation Planning) untuk menyusun strategi dan monitoring pengelolaan KBKT. Team yang dibentuk memiliki keahlian ekologi dan sosial, dan dalam bekerja dibagi menjadi PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi 1

Upload: kphnganjuk

Post on 08-Aug-2015

347 views

Category:

Government & Nonprofit


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

RINGKASAN

Penilaian keberadaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) di

wilayah KPH Nganjuk merupakan proses Identifikasi KBKT Tahun 2011 dan

lanjutan dari kajian-kajian yang lainnya, diantaranya adalah kajian

lingkungan (DPPL), sosial, keamanan, kelestarian hasil dan finansial, serta

aspek lain-lainnya.

Penilaian keberadaan KBKT disini ditujukan untuk memenuhi standard FSC

prinsip 9 kriteria 9.1, 9.2, 9.3, dan 9.4. Proses konsultasi dengan

masyarakat terkait dengan identifikasi aspek sosial NKT4, NKT5, dan NKT6

disajikan dalam lampiran laporan ini sebagai hasil kegiatan PCP

(Participatory Conservation Planning). Sedangkan konsultasi aspek

ekologi dilakukan untuk identifikasi NKT1, NKT2, NKT3 dan NKT4.

Kegiatan pengelolaan KBKT yang teridentifikasi disajikan dalam lampiran

laporan ini sebagai hasil proses kegiatan SCP (Site Conservation Planning)

yang sekaligus merupakan kegiatan full Assesment terhadap aspek-aspek

ekologi.

Metoda Penilaian keberadaan KBKT di KPH Nganjuk menggunakan

Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia, Tropenbos International

Indonesia Programme 2009; Konsultasi dengan Masyarakat Desa Hutan

menggunakan PCP (Participatory Conservation Planning); konsultasi

bidang ekologi sekaligus full assessment aspek ekologi melalui proses SCP

(Site Conservation Planning) untuk menyusun strategi dan monitoring

pengelolaan KBKT. Team yang dibentuk memiliki keahlian ekologi dan

sosial, dan dalam bekerja dibagi menjadi 2 kelompok team yang akan

menangani kajian NKT1– 4 untuk kelompok team ekologi dan menangani

kajian NKT 4-6 untuk kelompok team sosial.

Berdasarkan hasil evaluasi keberadaan KBKT di wilayah hutan

KPH Nganjuk ditemukan hutan dengan nilai-nilai konservasi tinggi NKT1,

NKT2, NKT3, NKT4, NKT5 dan NKT6. Nilai-nilai konservasi tinggi yang

ditemukan di wilayah KPH Nganjuk tersebut adalah :

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

1

Page 2: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

NILAI-NILAI EKOLOGIS

1. NKT1

NKT 1.Kawasan yang Mempunyai Tingkat Keanekaragaman

Hayati yang Penting

NKT 1.1 Unit Manajemen memiliki Kawasan yang Mempunyai atau

Memberikan Fungsi Pendukung Keanekaragaman Hayati Bagi Kawasan

Lindung dan/atau Konservasi? Ya

Berdasarkan atribut NKT 1.1. kawasan hutan KPH Nganjuk

teridentifikasi beberapa lokasi yaitu :

1. Hutan Lindung seluas 1.266,5 ha Hutan Lindung di Wilayah

KPH Nganjuk terletak pada ketinggian 60-550 m dpl, dan berada

dalam wilayah 4 BKPH.

2. Hutan Alam Sekunder (HAS) seluas 472,0 Ha. Kawasan HAS di

wilayah KPH Nganjuk terletak pada ketinggian 60-550 m dpl, dan

berada wilayah 3 BKPH.

Hutan Lindung, dan Hutan Alam Sekunder (HAS) yang

ditetapkan sebagai Kawasan Perlindungan menurut atribut

NKT kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan Hutan

Lindung merupakan kawasan yang memiliki nilai NKT 1.1.

NKT 1.2. Unit Manajemen berada berisi (mungkin) species hampir

punah (IUCN)? Tidak

Berdasarkan atribut NKT 1.2. kawasan hutan KPH Nganjuk tidak

teridentifikasi adanya spesies hampir punah (NKT 1.2).

NKT 1.3. Unit Manajemen Hutan Berisi Kawasan yang Merupakan

Habitat Bagi Populasi Spesies yang Terancam, Penyebaran Terbatas

atau Dilindungi yang Mampu Bertahan Hidup ( Viable Population) ? Ya

Jenis Flora : tidak diketemukan spesies endemis, langka,

terancam dan hampir punah.

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

2

Page 3: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

Jenis Fauna :

Berdasarkan hasil Laporan Biodiversity Tahun 2012 dan

Pemantauan Satwa bulanan ditemukan satwa yang dilindungi oleh

PP No. 7 Tahun 1999; CITES Appendix II; IUCN : LC. Kawasan hutan

KPH Nganjuk yang dijadikan sebagai habitat perlindungan satwa

dilindungi sebagai berikut :

NO JENIS SATWASTATUS

KONSERVASI HABITAT

1

Kijang (Muntiacus muntjac) PP.7, LC, CITES II

BKPH Tritik : 81,89,75,80,110,236, 241, 261, 262, 252, 253, 41

BKPH Wengkal : 219,194, 223, 224, 227, 228, 174

BKPH Tamanan : 117, 119, 121, 143, 109, 72, 229, 231, 232

BKPH Bagor : 14,15, 70, 74, 125, 127, 88, 89, 83, 87

2Trenggiling (Manis javanica) PP.7,EN, CITES II BKPH Berbek : 36, 122, 124, 136, 118, 151,160, 164

BKPH Tritik : 46, 49, 80, 82, 88, 110, 111, 96, 115, 234, 236, 242, 260

BKPH Tamanan : 100, 116, 117, 137, 138, 139, 229, 124, 232, 333

BKPH Wengkal : 219, 183, 186, 226, 227, 228, 201

3

Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) PP.7,LC, CITES II BKPH Berbek : 36, 136

BKPH Tamanan : 63,109, 72, 102, 233, 100, 7, 117

BKPH Tritik : 81, 89, 262

BKPH Wengkal : 215, 223, 227

4Merak (Pavo muticus) PP.7,EN, CITES II BKPH Bagor : 70, 74

BKPH Tamanan : 109, 72, 148, 120, 73

BKPH Wengkal : 194, 195, 173

BKPH Tritik : 89, 81

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

3

Page 4: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

NO JENIS SATWA STATUS KONSERVASI HABITAT

5

Elang Ular Bido (Spillornis cheela) PP.7,LC, CITES II BKPH Bagor : 70, 74, 66, 41, 42

  BKPH Wengkal : 188, 202, 204, 226, 227, 220

BKPH Tamanan : 100,116, 119, 138, 139, 109, 232

- Habitat perlindungan satwa Kijang (Muntiacus muntjac) seluas

2.046,9 ha.

- Habitat perlindungan satwa Trenggiling (Manis javanica) seluas

2.068,40 ha.

- Habitat perlindungan satwa Monyet Ekor panjang (Macaca

fascicularis) seluas 1.060,50 ha.

- Habitat perlindungan satwa Merak (Pavo muticus) seluas 720,70 ha

- Habitat perlindungan satwa Elang Ular Bido (Spillornis cheela)

seluas 907,70 ha.

Habitat satwa-satwa tersebut merupakan satwa yang

termasuk dalam kategori PP No. 7 Tahun 1999; CITES

Appendix II; IUCN : LC dan EN. Menurut atribut NKT

kawasan yang terdapat satwa Endemik, RTE dan masuk

Appendix II memiliki nilai NKT 1.3.

NKT 1.4 Unit Manajemen Memiliki Kawasan yang Merupakan Habitat

bagi Spesies atau Sekumpulan Spesies yang Digunakan Secara

Temporer ? Ya

Tempat untuk berkembang biak atau bersarang bagi beberapa

spesies burung dan kelelawar seperti goa atau habitat lahan

basah.

Tempat yang ada di sepanjang jalur migrasi utama.

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

4

Page 5: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

Jalur pergerakan lokal satwa (corridor) dimana individu satwa

dapat bergerak di antara ekosistem yang berbeda dalam upaya

mencari makanan yang tersedia secara musiman.

Sebuah tempat berlindung (refugium) bagi suatu spesies pada

saat musim panas yang panjang, banjir ataupun kebakaran lahan.

Merupakan tempat berlindung dari beberapa jenis kelelawar.

Kelelawar-kelawar tersebut berada di dalam goa sepanjang siang hari

dan keluar goa pada malam hari untuk mencari makanan.

Makanan kelelawar adalah serangga, jadi secara tidak langsung

kelelawar juga merupakan isektisida alami yang membantu petani

dalam pembasmian hama serangga yang menyerang tanamannya.

Hasil Inventarisasi Goa di KPH Nganjuk

N

o

BKPH Peta

k

Nama Goa

1.

2.

Tamanan

Wengkal

147b

227a

Gong

Margo Tresno

Kawasan Goa di sekitar KPH Nganjuk merupakan daerah migrasi dan

tempat berlindung Kelelawar dan beberapa jenis satwa lainnya.

Menurut atribut NKT kawasan yang merupakan tempat migrasi dan

berlindung satwa merupakan kawasan yang memiliki nilai sebagai NKT

1.4.

Kawasan Goa di sekitar Goa-goa tersebut merupakan daerah

migrasi dan tempat berlindung Kelelawar dan beberapa

jenis satwa lainnya. Menurut atribut NKT kawasan yang

merupakan tempat migrasi dan berlindung satwa

merupakan kawasan yang memiliki nilai sebagai NKT 1.4.

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

5

Page 6: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

2. NKT 2

NKT 2. “Kawasan Bentang Alam yang Penting bagi Dinamika

Ekologi Secara Alami”

NKT. 2.1 Unit Manajemen Hutan memiliki Kawasan Bentang Alam Luas

yang Memiliki Kapasitas untuk Menjaga Proses dan Dinamika Ekologi

Secara Alami ?. Tidak

KPH Nganjuk tidak memiliki bentang alam, dimana areal tersebut

dicadangkan/diperlukan untuk menjamin bahwa proses ekologi alami

dapat berlangsung tanpa gangguan akibat fragmentasi dan pengaruh

daerah bukaan (edge effect). Daerah inti ini ditentukan berdasarkan

ukuran (>20.000 ha) ditambah dengan daerah penyangga (buffer

zone) yang ada disekitarnya paling sedikit 3 km dari daerah bukaan.

Kawasan KPH Nganjuk bukan merupakan NKT 2.1 ditinjau

dari besarnya lanskap dan nilai-nilai keanekaragaman hayati

yang ada di dalamnya.

NKT 2.2. Unit Manajemen Memiliki Kawasan Alam yang Berisi Dua

atau Lebih Ekosistem dengan Garis Batas yang Tidak Terputus

(berkesinambungan)? Tidak

bentang alam yang mengandung dua atau lebih ekosistem alami

dengan garis batas yang tidak terputus didefinisikan sebagai bentang

alam dimana :

Ada dua atau lebih ekosistem hadir bersebelahan dan berbagi

batas, terutama zona transisi (ecotone) antara berbagai rawa

dan bukan rawa atau kerangas dan bukan kerangas.

Lereng gunung yang berhutan dalam kondisi baik dan mencakup

berbagai jenis ekosistem dengan zona ketinggian yang berbeda,

seperti hutan dataran (lowland forest) rendah ke hutan bagian

tengah gunung (submontane forest) sampai hutan puncak

gunung (montane forest) dengan jenis tumbuhan dan dinamika

ekologi yang masing-masing berbeda.

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

6

Page 7: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

Kawasan hutan KPH Nganjuk. Melihat batasan kawasan Hutan

KPH Nganjuk dibatasi dengan KPH lain, sehingga keluasannya tidak

memenuhi kriteria.

Mengacu pada atribut-atribut KBKT maka kawasan

KPH Nganjuk bukan merupakan NKT 2.2 ditinjau dari

besarnya lanskap dan nilai-nilai keanekaragaman hayati

yang ada di dalamnya.

NKT. 2.3. Unit Manajemen Hutan mempunyai Kawasan yang

Mengandung Populasi dari Perwakilan Spesies? Ya

Berdasarkan Survey Biodiversity telah ditentukan 3 (tiga) species

interest yaitu :

a. Elang Ular Bido (Spillornis cheela)

Elang Ular Bido termasuk dalam satwa Dilindungi PP 7/1999

dan Status IUCN Least Concern (LC) atau Beresiko Rendah.

Elang Ular Bido di KPH Nganjuk diketemukan di Hutan Lindung.

Hasil pengolahan data Biodiversity diketahui bahwa populasi

Elang Ular Bido di KPH Nganjuk untuk di Hutan Lindung 2,324

ekor/ha, dan untuk HAS 1,351 ekor/ha. Kawasan yang menjadi

daerah habitat perlindungan Elang Ular Bido seluas 907,70 ha.

b. Trenggiling (Manis javanica)

Trenggiling termasuk dalam jenis burung yang Dilindungi oleh

PP.RI. No. 7 Tahun 1999 serta masuk dalam CITES Appendix II

dan Status IUCN Endangered (EN) atau Terancam Punah/

Genting.

Trenggiling di KPH Nganjuk diketemukan di Hutan Lindung,

Kawasan Perlindungan Setempat dan Hutan Alam Kayu Lain.

Hasil pengolahan data Biodiversity diketahui bahwa populasi

Trenggiling di KPH Nganjuk pada Hutan Lindung sebanyak

0,324 Ekor/ha, dan pada HAS sebanyak 0,135 ekor/ha.

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

7

Page 8: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

c. Ular Kobra (Ophiophagus hannah)

Ular Kobra (Ophiophagus hannah) merupakan jenis Ular yang

termasuk dalam satwa Dilindungi oleh PP. RI. No. 7 Tahun 1999

serta masuk dalam CITES Appendix II dan status IUCN

Vulnerable (VU) atau Terancam/ Rentan.

Ular Kobra di KPH Nganjuk diketemukan di Kawasan Hutan

Lindung. Hasil pengolahan data Biodiversity diketahui bahwa

populasi Ular Kobra di KPH Nganjuk adalah 0,486 Ekor/ha.

Kawasan yang menjadi daerah habitat perlindungan Ular Kobra

seluas 180,5 ha yang terletak pada RPH Cabean BKPH Wengkal.

Elang Ular Bido (Spillornis cheela), Trenggiling (Manis

javanica), dan Ular Kobra (Ophiophagus hannah)

merupakan satwa interest di KPH Nganjuk. Menurut

atribut NKT habitat satwa interest merupakan kawasan

yang mengandung populasi dari perwakilan spesies alami.

Kawasan tersebut memiliki nilai NKT 2.3.

3. NKT 3 Unit Manajemen Hutan memiliki Kawasan yang

Mempunyai Ekosistem yang Langka atau Terancam ? Ya.

Kawasan yang teridentifikasi adalah Goa Karst, proses terbentuknya

melalui proses alami yang memakan waktu ratusan tahun. Didalam

Goa terdapat ekosistem khas yang tidak sama dengan ekosistem

daratan lainnya, bentuk batuannya hasil dari mineralisasi kapur yang

bercampur dengan air hujan yang menetes secara perlahan dengan

waktu yang sangat lama, apabila terjadi kerusakan maka untuk

memulihkannya dapat dikatakan tidak mungkin dilakukan. Jenis

species yang mendiami didalam Goa juga memiliki ciri-ciri khas

species yang mampu bertahan hidup dengan kebutuhan cahaya yang

sangat minim, memiliki organ tubuh tambahan untuk bisa

berkembang biak, bertahan dan hidup dalam kegelapan. PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

8

Page 9: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

Berdasarkan atribut NKT, Goa Karst, proses terbentuknya

melalui proses alami yang memakan waktu ratusan tahun

KPH Nganjuk termasuk ekosistem langka, terancam dan

hampir punah sehingga mengandung nilai NKT 3 (Ekosistem

RTE).

4. NKT 4. “Kawasan yang menyediakan Jasa – Jasa Lingkungan

Alami”.

Tujuan dari NKT 4 adalah untuk mengidentifikasi kawasan yang penting

untuk perlindungan fungsi hidrologis dan daerah alirah sungai (DAS),

baik berfungsi sebagai perlindungan kuantitatif air, maupun fungsinya

untuk mencegah terjadinya tanah longsor, erosi, sedimentasi dan

banjir.

4.1. Apakah Unit Manajemen Hutan terdapat Kawasan atau Ekosistem

yang Penting sebagi Penyedia Air dan Pendalian Banjir bagi

Masyarakat Hilir? Ya

Di dalam kawasan hutan KPH Nganjuk terdapat mata air yang

dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan sehari-hari seperti

pemenuhan kebutuhan air minum, pertanian, pemanfaatan untuk

perikanan dan minum ternak. Berdasarkan hasil identifikasi dari

kegiatan Site Conservation Planning (SCP) di wilayah hutan

KPH Nganjuk, diketahui bahwa jumlah mata air yang terdapat di

dalam kawasan hutan KPH Nganjuk sebanyak 49 lokasi mata air dan

4 lokasi waduk, sebagian airnya telah di analisis pada Laboratorium

Kualitas Lingkungan, Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil

dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (FTSP -ITS),

Surabaya dan Laboratorium Biologi, Program Studi Biologi, Institut

Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya dengan tujuan agar

pemanfaatannya memenuhi azas kelestarian, mengurangi dampak

penggunaan B3, mengontrol detergent yang sering menjadi sumber

pencemar aktif pada badan-badan air, mengidentifikasi secara dini

bakteri yang dapat menimbulkan beberapa macam penyakit pada PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

9

Page 10: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

manusia dan hewan, melindungi flora dan fauna perairan dan

mengurangi dampak ekologi yang sangat besar yaitu hilangnya

fungsi bakteri penghancur yang sangat efektif dalam proses dinamika

siklus ekologi.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas maka

wilayah KPH Nganjuk memiliki wilayah sangat penting

sebagai penyedia air baik musim hujan maupun kemarau

untuk keperluan masyarakat sekitarnya dengan kata lain

merupakan kategori NKT 4.1.

Keberadaan ekosistem waduk dengan flora dan fauna perairan juga

teridentifikasi dengan fungsi utamanya sebagai penyedia air yang

penting bagi pertanian, perikanan konsumsi, sebagai kawasan yang

penting bagi siklus ekologi. Kerusakan pada ekosistem air dapat

dikarenakan adanya kandungan sedimen yang berlebihan yang

sumbernya berasal dari erosi atau bahan-bahan kimia (B3) dari

limbah pertanian.

Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang

sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan pH

sekitar 6, kondisi permukaan air tidak selalu tetap, ada kalanya naik

turun, bahkan suatu ketika dapat pula mengering, sumber air

berasal dari air hujan, mata air, sungai, relatif tidak dalam, memiliki

dasar lumpur atau tumbuhan membusuk, terdapat vegetasi air.

Berdasarkan daerah terdapat tiga zona : Littoral, Limnetik dan

Profundal. Organisme di dalam air berdasarkan bentuk

kehidupannya dapat dibagi menjadi 5 kelompok yaitu plankton,

perifiton, nekton, neuston dan benthos.

Waduk yang ada di kawasan Hutan KPH Nganjuk mempunyai fungsi

hidrologis sebagai kawasan penyangga untuk menampung air

dalam jumlah besar yang berasal dari curahan hujan lebat agar

jangan langsung membanjiri daratan rendah, berfungsi mengurangi

besarnya fluktuasi air yang mengalir, baik buruknya kualitas PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

10

Page 11: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

kawasan perairan waduk sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan

di sekitarnya yang dapat mengganggu kehidupan biota aquatik,

selain itu, upaya pemanfaatan sumberdaya alam perairan dan di

sempadannya seringkali juga turut mempengaruhi eksistensi

komponen ekosistem perairan baik secara struktural ataupun

fungsional. Pemantauan kualitas perairan dapat dilakukan dengan

cara kimia, fisika atau biologi.

a. Waduk Sumber Suko Terletak pada petak 70g luas 10,1 ha,

RPH Malangbong BKPH Bagor, Ekosistem air tawar berupa waduk

dapat dilihat, hasil observasi lapangan menghasilkan deskripsi

waduk ini termasuk dalam kelas hutan KPS, dengan jenis

vegetasi berupa rimba campur.

b. Waduk Mbah Irun Pada petak 74b luas 7,1 ha RPH Malangbong

BKPH Bagor teridentifikasi ekosistem perairan air tawar yang

pemanfaatan utama ditujukan untuk mengaliri daerah pertanian

dan dipergunakan untuk lokasi pemancingan. Ekosistem perairan

air tawar ini termasuk dalam kelas hutan KPS dengan vegetasi

berjenis rimba pada sempadannya

c. Waduk Manggarejo. Pada petak 14e luas 2,5 ha dan 15e luas

3,3 ha, RPH Awar-awar BKPH Bagor teridentifikasi ekosistem

perairan air tawar, pada koordinat S 07°34.714’ E 111°49.415’

dengan ketinggian 306 ft. Air yang terkumpul berasal dari aliran

Sungai Manyung dengan panjang sungai 14.250 Km, debit airnya

0,770 M³. Jenis tanah kawasan waduk ini adalah jenis Margalit,

merupakan jenis tanah kapur dan batuan gunung api dengan

curah hujan antara 1000mm – 2000 mm, mudah tererosi dan

berat.

Fungsi pengairan untuk pertanian sangat besar, ketahanan

pangan daerah sekitar waduk ditopang dengan adanya Waduk

Manggarejo, jenis alirannya Influent dimana air masuk kedalam

tanah memberi pasokan kedalam air tanah.

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

11

Page 12: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

d. Waduk Omben, Pada petak 116c luas 10,3 ha, RPH Tamanan

BKPH Tamanan teridentifikasi adanya ekosistem air tawar yang

berfungsi dalam siklus hidrologi, air yang tertampung berasal

dari aliran air Sungai Kedung Gubug, memiliki titik koordinat S

07°29.120’ E 111°53.536’ pada ketinggian 331ft. Waduk ini lebih

berpotensi dalam pengendalian banjir yang diakibatkan naiknya

debit air pada musim hujan

e. DAS Brantas dengan Sub DAS Widas, Kedung Pedet, Kuncir

Kanan, Kuncir Kiri, Kedung Mancon, Rejoso, Kedung Padang,

Senggowar, Tretes, Kedung Soko, Konang, Tunggak.

Waduk dalam Kawasan KPH Nganjuk yang terdiri dari Waduk

Sumber Suko, Waduk Mbah Irun, Waduk Manggarejo, dan

Waduk Omben. Keempat Waduk dan DAS Brantas tersebut

memiliki peranan penting dalam menjaga kontinuitas

pasokan air untuk masyarakat yang hidup di disekitar

kawasan hutan KPH Nganjuk. Waduk tersebut menurut

atribut KBKT memiliki nilai konservasi tinggi NKT 4.1.

NKT 4.2. Unit Manajemen Hutan memiliki Kawasan yang Penting bagi

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi ? Ya

Erosi dan Sedimentasi memberikan konsekuensi ekologi dan ekonomi

yang sangat penting dalam skala bentang alam. Erosi permukaan

(surface erosion) menyebabkan menipisnya lapisan top–soil yang

terdapat pada merosotnya produktifitas lahan.

Untuk mengetahui luasan KPH Nganjuk yang terjal dan rawan erosi

bisa dilihat dari analisis topografi KPH Nganjuk berdasarkan kelas

lerengnya.

Wilayah KPH Nganjuk memiliki areal dengan kelerengan > 45 %

seluas 701,5 Ha. Secara proporsional luasan kawasan yang memiliki

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

12

Page 13: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

kelerengan > 45 % sangat kecil atau tidak dominan dalam wilayah

KPH Nganjuk.

Termasuk di dalam data tersebut diatas, KPH Nganjuk telah

mengidentifikasi wilayah-wilayah yang memiliki kelerengan diatas 45

% dijadikan sebagai kawasan dengan tujuan pengelolaan untuk

perlindungan. Kawasan yang memiliki kelerengan > 45% (Kawasan

Curam) di KPH Nganjuk peruntukannya dan pengelolaannya sudah

pasti, tidak ada konversi lahan untuk peruntukan lainnya yang dapat

menyebabkan erosi besar.

Kawasan Hutan memiliki peranan penting dalam menjaga

stabilitas tanah terjal dan rawan longsor dan kontinuitas

pasokan air untuk masyarakat yang hidup yang demikian

memiliki nilai konservasi tinggi NKT 4.2.

NKT 4.3 Wilayah Unit Manajemen Hutan yang berfungsi sebagai Sekat

Alam untuk Mencegah Meluasnya Kebakaran Hutan atau Lahan?

Tidak

Secara umum pada musim kemarau di wilayah KPH Nganjuk ada

lokasi yang berpotensi kebakaran hutan dalam jumlah kecil, itupun

yang terbakar adalah bagian lantai hutan dan tidak mematikan

tanaman jati yang ada. Serasah di atas tanah berupa daun lebar dan

cabang-cabang yang jatuh membusuk perlahan-lahan dan

menghambat kehidupan tumbuhan lain, tetapi dapat membentuk

serasah yang mudah sekali terbakar. Jika ada api merambat, pohon-

pohon jati tetap tidak terbakar tetapi tumbuhan bawah terbakar

(Whitten T. Et all 1999). Pada saat musim hujan tumbuan bawah

yang terbakar akan tumbuh kembali.

NILAI-NILAI SOSIAL

NKT 5. Kawasan Alam yang Mempunyai Fungsi Penting untuk

Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat Lokal PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

13

Page 14: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

NKT 5. Masyarakat lokal menggunakan Unit Manajemen Hutan untuk

pemenuhan kebutuhan dasar atau mata pencaharian? Ya

Kawasan yang mempunyai fungsi penting sebagai sumber

penghidupan bagi masyarakat lokal terutama dalam pemenuhan

kebutuhan dasar adalah kawasan yang memiliki NKT 5. Kebutuhan

dasar termasuk ; pangan, air, sandang, bahan untuk rumah dan

peralatan, kayu bakar, obat-obatan dan pakan hewan.

Keberadaan masyarakat yang tinggal disekitar hutan KPH Nganjuk

telah berlangsung sebelum pengelolaan hutan dilakukan. Ada

ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan KPH Nganjuk.

Masyarakat memanfaat/mendapat mafaat dari hutan dalam bentuk

kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

- Sistem Tumpangsari

- Hijauan Makanan Ternak

- Pemenuhan Bahan Bakar

Selain selain yang disebut diatas, KPH Nganjuk juga memiliki

mata air–mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan.

Keberadaan mata air-mata air tersebut memiliki fungsi sangat

penting bagi kelangsungan hidup masyarakat di sekitar kawasan

hutan karena seandainya mata air tersebut mati masyarakat tidak

memiliki sumber air yang lain. Mata air–mata air tersebut digunakan

oleh masyarakat untuk sebagai bahan baku air minum, pertanian dan

MCK.

Dari program-program yang diterapkan oleh Perum

Perhutani KPH Nganjuk, masyarakat banyak mendapatkan

manfaat dari sistem pengelolaan hutan KPH Nganjuk

termasuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Berdasarkan dari

kajian-kajian ini maka areal Perum Perhutani KPH Nganjuk

merupakan KBKT terkait dengan atribut NKT 5.

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

14

Page 15: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

NKT 6. Kawasan Hutan yang mempunyai Fungsi Penting untuk

Identitas Budaya Tradisional Komunitas Lokal

NKT 6. Bertujuan untuk mengidentifikasi kawasan yang mempunyai

fungsi penting untuk identitas budaya tradisional atau khas

komunitas lokal, dimana kawasan tersebut diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan budaya mereka.

Wilayah KPH Nganjuk yang terdiri dari 8 Kecamatan dan 33 Desa

Hutan. Desa-desa hutan dalam wilayah KPH Nganjuk masing-

masing tersebar di 2 (dua) Kabupaten, yakni Nganjuk dan Madiun.

Perincian Desa-Desa hutan tersebut adalah : 31 Desa berada di 8

Kecamatan Kabupaten Nganjuk ; 1 Desa berada dalam 1 Kecamatan

Kabupaten Madiun. Secara umum desa-desa tersebut bercorak

budaya pedesaan. Penduduk yang bermukim di wilayah desa-desa

hutan tersebut sebagian besar menggantungkan mata

pencahariann mereka pada sektor pertanian yang ditandai oleh

aktifitas mengolah lahan-lahan pertanian dan mengumpulkan serta

meramu hasil-hasil hutan.

Semua wilayah desa-desa tersebut seluruhnya bisa diakses oleh

kendaraan bermotor. Akses jalan tersebut berupa alur yang

dibangun oleh Perum Perhutani, disamping hal tersebut masyarakat

masih dapat menggunakan jalan-jalan setapak yang biasanya

digunakan untuk patroli. Masyarakat disini relatif maju bila

dibandingkan dengan masyarakat terisolasi di wilayah pedalaman

hutan alam di luar Pulau Jawa. Terdapat banyak pilihan profesi

untuk bisa memenuhi tuntutan hidupnya. Dalam program kelola

sosial yang dilakukan oleh KPH Nganjuk, masyarakat sekitar hutan

mendapatkan manfaat yang besar dari pola yang dikembangkan

oleh Perum Perhutani.

Masyarakat sekitar hutan di wilayah KPH Nganjuk tidak memiliki hak

adat terhadap wilayah hutan. Menurut sejarah pengelolaan Jati,

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

15

Page 16: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

Perum Perhutani memiliki legalitas kepemilikan lahan hutan sejak

pemerintahan Belanda di Indonesia. KPH Nganjuk, situs-situs ini

sudah menjadi milik masyarakat umum dan bukan menjadi milik

khusus masyarakat adat.

Situs-situs termasuk dalam NKT 6 terkait dengan nilai religi

dan budaya sebagaian masyarakat.

Situs-situs ini dalam konteks perlindungan areal sudah diidentifikasi,

diberi tata batas, dilindungi dan sudah diakomodasi oleh prinsip 9.3.

Banyak ditemukan situs ekologi, ekonomi, budaya dan religi di wilayah

KPH Nganjuk, dimana semuanya sudah diidentifikasi, di tata batas

secara permanen dengan penetapan kelas hutan LDTI, dilindungi dan

dimonitor dalam Kelola Lingkungan dan Sosial.

Berdasarkan hasil identifikasi keberadaan KBKT dalam proses sebelumnya

yang dilanjutkan dengan kegiatan full assessment untuk pengelolaannya

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

16

Page 17: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

melalui proses SCP, maka disusun strategi pengelolaan dan monitoring

KBKT dengan memperhatikan target-target konservasi sebagai berikut :

1. Hutan Lindung dan Hutan Alam Sekunder

Hutan Lindung dan Hutan Alam Sekunder (HAS) di wilayah hutan

tanaman jati di Perum Perhutani Pulau Jawa pada umumnya dan

KPH Nganjuk memiliki Hutan Lindung seluas 1.266,5 Ha dan Hutan

Alam Sekunder (HAS) seluas 472,0 Ha. merupakan hutan yang

mempunyai nilai konservasi tinggi NKT1 berupa konsentrasi

keanekaragaman hayati (Biodiversity).

2. Goa – Goa

Goa – goa yang terdapat di wilayah KPH Nganjuk Gong dan Margo

Tresno merupakan tempat berlindung dari beberapa jenis kelelawar.

Kelelawar-kelawar tersebut berada di dalam goa sepanjang siang hari

dan keluar goa pada malam hari untuk mencari makanan. Makanan

kelelawar adalah serangga, jadi secara tidak langsung kelelawar juga

merupakan isektisida alami yang membantu petani dalam

pembasmian hama serangga yang menyerang tanamannya. Hutan

Nilai konservasi tinggi NKT 1.

3. Waduk – Waduk

Waduk-waduk yang ada di kawasan Hutan KPH Nganjuk mempunyai

fungsi hidrologis sebagai kawasan penyangga untuk menampung air

dalam jumlah besar yang berasal dari curahan hujan lebat agar jangan

langsung membanjiri daratan rendah, berfungsi mengurangi besarnya

fluktuasi air yang mengalir, baik buruknya kualitas kawasan perairan

waduk sangat oleh berbagia kegiatan di sekitarnya yang dapat

menggangu kehidupan biota aquatik. Berikut waduk-waduk yang

berada di kawasan KPH Nganjuk :

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

17

Page 18: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

a. Waduk Sumber Suko berada di petak 70g RPH Malangbong

BKPH Bagor, Ekosistem air tawar berupa waduk dapat dilihat, hasil

observasi lapangan menghasilkan deskripsi waduk ini termasuk

dalam kelas hutan KPS, dengan jenis vegetasi berupa rimba campur.

b. Waduk Mbah Irun. Pada petak 74b RPH Malangbong BKPH Bagor

teridentifikasi ekosistem perairan air tawar yang pemanfaatan

utama ditujukan untuk mengaliri daerah pertanian dan

dipergunakan untuk lokasi pemancingan. Ekosistem perairan air

tawar ini termasuk dalam kelas hutan KPS dengan vegetasi berjenis

rimba pada sempadannya.

c. Waduk Manggarejo. Pada petak 14e dan 15e RPH Awar-awar

BKPH Bagor teridentifikasi ekosistem perairan air tawar. Air yang

terkumpul berasal dari aliran Sungai Manyung dengan panjang

sungai 14.250 Km, debit airnya 0,770 M³. Fungsi pengairan untuk

pertanian sangat besar, ketahanan pangan daerah sekitar waduk

ditopang dengan adanya Waduk Manggarejo, jenis alirannya Influent

dimana air masuk kedalam tanah memberi pasokan kedalam air

tanah.

d. Waduk Omben. Pada petak 116c RPH Tamanan BKPH Tamanan

teridentifikasi adanya ekosistem air tawar yang berfungsi dalam

siklus hidrologi, air yang tertampung berasal dari aliran air Sungai

Kedung Gupit, Waduk ini lebih berpotensi dalam pengendalian banjir

yang diakibatkan naiknya debit air pada musim hujan. Oleh karena

itu keberadaan waduk sebagai target konservasi tinggi NKT 4.

5. DAS Brantas

DAS Brantas mengalir di wilayah Hutan KPH Nganjuk yang terbagi

menjadi 2 Bagian Hutan (BH) Berbek dan BH Tritik. DAS Brantas

Kawasan ini merupakan pemasok kebutuhan air bagi kehidupan

mayarakat banyak. Apa bila fungsi pasokan air ini rusak,

masyarakat tidak memiliki alternatif lain untuk memenuhi

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

18

Page 19: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

kebutuhan air didalam hidupnya. Kondisi penutupan lahan oleh

hutan secara baik sangat mempengaruhi kinerja ekosistem kawasan

ini. Oleh karena itu penutupan lahan DAS Brantas oleh hutan secara

baik tanpa tekanan dari masyarakat adalah merupakan target

konservasi di wilayah ini. Hutan yang demikian memiliki nilai

konservasi tinggi NKT 4.

6. Mata Air

Di dalam kawasan hutan KPH Nganjuk terdapat mata air yang

dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan sehari-hari seperti

pemenuhan kebutuhan air minum, pertanian, pemanfaatan untuk

perikanan dan minum ternak. Berdasarkan hasil identifikasi dari

kegiatan Site Conservation Planning (SCP) di wilayah hutan

KPH Nganjuk, diketahui bahwa jumlah mata air yang terdapat di

dalam kawasan hutan KPH Nganjuk sebanyak 49 lokasi mata air

dimana mata air ini berada. Hutan dengan fungsi seperti ini

memiliki nilai konservasi tinggi NKT 4, dimana masyarakat tidak

memiliki sumber air alternatif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

bila mata air ini rusak.

7. Kijang (Muntiacus muntjac)

Kijang (Muntiacus muntjac) termasuk dalam satwa Dilindungi

PP 7/1999 dan Status IUCN Least Concern (LC) atau Resiko

Rendah. Aktivitas Kijang terutama diurnal atau pada siang hari.

Jenis sumber pakan Kijang adalah dedaunan muda, rumput, buah

yang jatuh, telur burung, binatang kecil dan biji. Wilayah jelajah

kijang antar individu sering overlap pada periode yang pendek.

Kijang terdapat hampir diseluruh kawasan hutan KPH Nganjuk baik

produksi maupun lindung. Di kawaan hutan KPH Nganjuk habitatnya

untuk hutan lindung habitatnya 0,324 ekor/ ha sedang untuk Hutan

Lindung Terbatas mencapai 0,135 ekor/ ha, karena keberadaannya

sering diganggu oleh pemburu-pemburu liar habitanya menjadi

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

19

Page 20: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

terancam dan sebagai target konservasi dibeberapa tempat di

wilayah KPH Nganjuk.

8. Trenggiling (Manis javanica).

Trenggiling (Manis javanica) termasuk ke dalam ordo pholidota

yang artinya bersisik banyak. Hewan ini memiliki 20 variasi spesies

yang ada didunia, salah satu contohnya ialah Manis javanica yang

hidup di hutan hujan tropis dataran rendah yang dapat ditemukan di

Asia Tenggara (Indonesia dan Malaysia) Trenggiling merupakan

salah satu jenis mamalia yang terdaftar dalam Appendix II dokumen

CITES, yaitu satwa yang dibatasi perdagangannya. Keberadaan

Trenggiling di KPH Nganjuk sebagai Species Interest menjadikannya

sebagai salah satu target konservasi penting.

9. Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis).

Monyet Ekor Panjang atau Macaca fascicularis memang

monyet populer. Monyet dengan ekor panjang inilah yang sering

kita lihat. Selain populasi monyet jenis ini cenderung masih banyak,

kemampuannya beradaptasi membuat Monyet ekor panjang

terbiasa dengan kehadiran manusia sehingga banyak dipelihara.

Bahkan monyet ini populer dipergunakan dalam atraksi “topeng

monyet”.

Monyet ekor panjang dinamakan Crab-eating Macaque atau Long-

tailed Macaque. Sedangkan dalam bahasa latin (nama ilmiah)

primata ini dinamai Macaca fascicularis yang bersinonim dengan

Macaca irus.

Di beberapa daerah di Indonesia, Monyet Ekor Panjang disebut

dengan berbagai nama seperti Bojog (Bali), Kethek atau Munyuk

(Jawa), Monyet, Kunyuk atau Onces (Sunda). terdaftar dalam

Appendix II dokumen CITES, yaitu satwa yang dibatasi

perdagangannya. Hal tersebut menjadikan Monyet Ekor Panjang

sebagai salah satu target konservasi. PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

20

Page 21: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

10. Merak (Pavo muticus)

Merak (Pavo muticus) sebagai jenis aves yang terdapat hampir di

seluruh kawasan hutan KPH Nganjuk baik produksi maupun lindung

sebagai salah satu jenis hewan yang dilindungi termasuk Appendix

II (CITES, dan IUCN) yang berarti satwa ini dilarang keras untuk

diperdagangkan dengan alasan apapun. Habitat jenis satwa ini

umum ditemui di hutan Asia dan mudah beradaptasi. Namun karena

seringnya sebagai perburuan orang-orang yang tidak bertanggung

jawab menjadi habitatnya terancam dan sebagai target konservasi

di beberapa tempat di wilayah KPH Nganjuk.

11. Elang Ular Bido (Spillornis cheela)

Elang Ular Bido (Spillornis cheela) adalah sejenis elang besar

yang menyebar luas di Asia jenis burung yang dilindungi oleh PP.RI.

No. 7 Tahun 1999 serta masuk dalam CITES Appendix II dan Status

IUCN Least Concern (LC) atau Beresiko Rendah dan merupakan

salah satu species Interest di kawasan hutan KPH Nganjuk. Habitat

Elang Ular Bido terdapat pada kawasan hutan produksi maupun

kawasan Hutan Lindung di KPH Nganjuk habitanya di Hutan Lindung

Terbatas 1,35 Ekor/ha, di Hutan Lindung 2,32 Ekor/ha, di Sempadan

Waduk 0,64 Ekor/ha produksi 1,13 Ekor/ha. Keberadaan Elang Ular

Bido yang memiliki areal jelajah yang tinggi dan jenis satwa ini

merupakan atribut satwa NKT 2.3 dan sebagai target konservasi

diwilayah KPH Nganjuk.

Penyusunan strategi pengelolaan KBKT didahului dengan penentuan

target konservasi, dilanjutkan survey viabilitas, stress dan stressor setiap

target konservasi. Berdasarkan analisis data hasil survey ini disusun

strategi dan monitoring pengelolaan target-target konservasi, detil proses

dan data disajikan dalam dokumen SCP. Tiga strategi umum yang

digunakan dalam pengelolaan target-target konservasi adalah : PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

21

Page 22: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

(1) Konservasi murni

Konservasi murni berarti pada kawasan konservasi tersebut hanya untuk

peruntukan perlindungan tanpa ada aktivitas lain selain pengelolaan

kawasan konservasi. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai konservasi tinggi

yang ada pada kawasan tersebut tetap dapat dijaga, atau bahkan

ditingkatkan kualitasnya.

(2) Modifikasi atau Pengelolaan Terbatas; dan

Modifikasi atau pengelolaan terbatas terhadap kawasan konservasi berarti

dalam mengelola kawasan tersebut masih diperkenankan untuk

melakukan pengelolaan hutan, hanya saja dengan methoda yang ramah

terhadap lingkungan dan sangat terbatas dengan pengawasan yang

sangat ketat. Dimana tujuan utama dalam modifikasi pengelolaan ini

adalah nilai-nilai konservasi tinggi tetap dapat dijaga dan bahkan

ditingkatkan kualitasnya.

(3) Restorasi.

Restorasi adalah aktivitas pemulihan kembali kawasan konservasi dari

segala stress yang dialami oleh kawasan tersebut. Ekologi pemulihan

lingkungan (ecological restoration) dapat didefinisikan sebagai proses

yang secara sengaja mengubah (keadaan lingkungan) suatu lokasi guna

menetapkan suatu ekosistem yang bersifat tertentu, asli, dan bersejarah.

Tujuan dari proses ini adalah untuk mengembalikan struktur, fungsi

keanekaragaman dan dinamika suatu ekosistem.

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

22

Page 23: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

RINGKASAN RE-IDENTIFIKASI KAWASAN HUTAN DENGAN NILAI

KONSERVASI TINGGI (KBKT) KPH NGANJUK

Nilai DefinisiDistribusi di

KPH Nganjuk Luas (Ha)

NKT1 Kawasan yang Mempunyai

Tingkat Keanekaragaman

Hayati yang Penting

NKT 1.1 Unit Management

Memiliki Kawasan yang

Mempunyai atau Memberikan

Fungsi Pendukung

Keanekaragaman Hayati Bagi

Kawasan Lindung dan/atau

Konservasi? Ya

NKT 1.2. Unit Managemen

Berada Berisi (mungkin) Species

Hampir Punah ? (TIDAK)

NKT 1.3. Unit Management

Hutan Berisi Kawasan yang

Merupakan Habitat Bagi Populasi

Spesies yang Terancam,

Penyebaran Terbatas atau

Dilindungi yang Mampu

Bertahan Hidup ( Viable

Population) ? Ya

NKT 1.4 Unit Management

Memiliki Kawasan yang

Merupakan Habitat bagi Spesies

atau Sekumpulan Spesies yang

Digunakan Secara Temporer ?

Ada

1.1 Hutan Lindung

1.1Hutan Alam

Sekunder (HAS)

1.3 Spesies Endemik

dan RTE

- Kijang,

- Trenggiling,

- Monyet Ekor

Panjang,

- Merak,

- Elang Ular Bido,

1.4 Goa Gong

Goa Margo Tresno

1.266,5 ha

472,0 ha

2.046,90 ha

2.068,40 ha

1.060,50 ha

720,70 ha

907,70 ha

0,1 ha

0,1 ha

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

23

Page 24: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

Ya

NKT2 Unit Manajemen Hutan

memiliki Kawasan yang

Mempunyai Ekosistem yang

Langka atau Terancam ? Ya

Ada

2.1. Landscape

2.2. Dua/lebih

ekosistem

2.3. Species

Interest

- Elang Ular Bido

(Spillornis cheela)

- Trenggiling

(Manis javanica)

- Ular Kobra

(Ophiophagus

hannah)

-

-

Habitat Pada

HL, HAS

(total luas

907,70 ha)

Habitat berada

di HL, HAS

seluas 2.068,40

ha

Habitat berada

di Kawasan

Produksi RPH

Cabean, BKPH

Wengkal seluas

180,5 ha

NKT3 Unit Manajemen Hutan

memiliki Kawasan yang

Mempunyai Ekosistem yang

Langka atau Terancam ? Ya

Ada

Goa Karst

- Goa Gong

- Goa Margo Tresno

Ptk 147b RPH

Balo, BKPH

Taman (0,1)

Ptk 227a RPH

Cabean, BKPH

Wengkal (0,1)

NKT4 Kawasan yang Menyediakan

Jasa-Jasa Lingkungan Alami

NKT 4.1. Apakah Unit

Manajemen Hutan terdapat

Ada dan tersebar di

wilayah KPH Nganjuk

4.1 Mata Air 10,2 Ha PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

24

Page 25: Ringkasan identifikasi hcvf KPH Nganjuk

KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT

Kawasan atau Ekosistem yang

Penting sebagi Penyedia Air

dan Pendalian Banjir bagi

Masyarakat Hilir? Ya

NKT 4.2. Unit Manajemen

Hutan memiliki Kawasan yang

Penting bagi Pengendalian Erosi

dan Sedimentasi ? Ya

NKT 4.3 Wilayah Unit

Manajemen Hutan yang

berfungsi sebagai Sekat Alam

untuk Mencegah Meluasnya

Kebakaran Hutan atau Lahan?

Tidak

Kawasan Waduk

- Sumber Suko

- Mbah Irun

- Manggarejo

- Waduk Omben

- Tangkapan Air

(DAS Brantas)

4.2 Daerah Curam

10,1 Ha

7,1 Ha

5,8 Ha

10,3 Ha

1.135,9 Ha

701,5 Ha

-

NKT5 Kawasan Alam yang

Mempunyai Fungsi Penting

untuk Pemenuhan

Kebutuhan Dasar Masyarakat

Lokal

Ada (Perencekan, HMT,

Tumpangsari, empon-

empon)

-

NKT6 Kawasan Hutan yang

mempunyai Fungsi Penting

untuk Identitas Budaya

Tradisional Komunitas Lokal

Ada

Situs Budaya 2,95 Ha

PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi

25