potensi kebakaran hutan di kph bogor perum...

32
POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN FILDAH AMALINA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: ngocong

Post on 06-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM

PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

FILDAH AMALINA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori
Page 3: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Kebakaran

Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten adalah

benar karya saya dengan bimbingan dari dosen pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi dan lembaga mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Fildah Amalina

NIM E44090057

Page 4: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

ABSTRAK

FILDAH AMALINA. Potensi Kebakaran Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani

Unit III Jawa Barat dan Banten. Dibimbing oleh BAMBANG HERO SAHARJO.

Potensi kebakaran hutan dikaji berdasarkan pengendalian kebakaran hutan dan

sumber penyebab terjadinya kebakaran hutan yaitu aktivitas manusia serta curah

hujan. Tujuan penelitian untuk menganalisis tingkat kerawanan terjadinya

kebakaran hutan berdasarkan curah hujan 5 tahun terakhir, mengkaji sumber

penyebab terjadinya kebakaran hutan dan menganalisis upaya pengendalian

kebakaran hutan di KPH Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan

rata-rata curah hujan per tahun dalam 5 tahun terakhir, yaitu 2 545 mm maka KPH

Bogor termasuk kategori tidak rawan terhadap kebakaran hutan. Potensi

kebakaran hutan akibat pembersihan lahan oleh masyarakat tergolong rendah

karena sistem pembakaran terkendali yang diterapkan oleh masyarakat dan akibat

konflik sosial cukup tinggi karena kurang terjalinnya komunikasi baik antara

pihak KPH Bogor dengan masyarakat sekitar hutan. Rendahnya informasi

mengenai penyuluhan kepada masyarakat dan kurang diperhatikannya keberadaan

papan peringatan adalah bentuk belum optimalnya upaya pengendalian.

Kata kunci: aktivitas manusia, curah hujan, KPH Bogor, potensi kebakaran, upaya

pengendalian

ABSTRACT

FILDAH AMALINA. The Potential of Forest Fire in KPH Bogor Perum

Perhutani Unit III West Java and Banten. Supervised by BAMBANG HERO

SAHARJO.

The potential of forest fire can be studied based on forest fire controlling and

source of forest fire that is human activity also rainfall. The objectives of this

research are to analyze the level of vulnerability forest fire based on rainfall rate

from 5 years recently, to study the source of forest fire and analyze the efforts of

forest fire controlling in KPH Bogor. The result showed that the average of yearly

rainfall rate on recent 5 years is 2 545 mm. It can be categorized into not prone

toward forest fire. The potential of forest fire that caused by land clearing was low

because it was controlled burning applied by the society. The potential of forest

fire that caused by social conflict was quite high due to lack of good relations

between KPH Bogor and the society. Less on information about socialization

program and less on attention toward the existence of warning board is a

ineffective forest fire controlling.

Keywords: forest fire controlling, human activity, KPH Bogor, potential forest

fire, rainfall

Page 5: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM

PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

FILDAH AMALINA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori
Page 7: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

Judul Skripsi : Potensi Kebakaran Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit

III Jawa Barat dan Banten

Nama : Fildah Amalina

NIM : E44090057

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Bambang Hero Saharjo, MAgr

Dosen Pembimbing

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

Judul Skripsi: Potensi KebakaranHutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

Nama : Fildah Amalina NIM : E44090057

Prof Dr Ir Bambang Hero Sah31jo, MAgr Dosen Pembimbing

Tanggal Lulus: :14 FEB 2014

Page 9: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga

penulis berhasil menyelesaikan skripsi berjudul Potensi Kebakaran Hutan di KPH

Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Bambang Hero Saharjo,

MAgr selaku pembimbing yang telah banyak memberikan waktu luang untuk

memberikan saran serta arahan sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan dengan

baik. Penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Amira selaku staff Stasiun

Klimatologi Klas I Darmaga dan Bapak Adis selaku petugas RPH Maribaya yang

telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih tak terhingga

penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta Bapak Moh. Erfan dan Ibu

Nanik Wijaya serta seluruh keluarga yang selalu setia memberi dukungan dan

mendoakan keberhasilan penulisan skripsi ini. Terimakasih kepada Vera Linda

dan Yusi Nurmala yang telah membantu dalam pengumpulan data selama

penelitian serta Intan Endawaty yang banyak memberi bantuan dan saran. Ucapan

terimakasih juga penulis berikan kepada teman-teman penulis, yaitu Prasetya

Agista, Ika Syahfitri, Ikbal Putera, Dery Fauzan, Lia Fauziah, Lody Junio, Tria

Amelia, Triary Casuarina, Hannum W, Arry Resty, Ade Ayu dan Risna Silfiana

yang selalu menemani dan memberikan semangat dan dukungan, sehingga skripsi

ini dapat dapat terselesaikan dengan baik. Tak lupa juga penulis ucapkan terima

kasih kepada seluruh Silvikultur 46.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, sehingga

dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik

membangun dari semua pembaca. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua

pihak.

Bogor, Februari 2014

Fildah Amalina

Page 10: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE PENELITIAN 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 2

Prosedur Penelitian 2

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4

Profil KPH Bogor 4

Profil Desa Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Tingkat Kerawanan Kebaran Hutan Berdasarkan Curah Hujan 7

Sumber Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan 9

Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Bogor 14

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 19

RIWAYAT HIDUP 21

Page 11: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

DAFTAR TABEL

1 Kelas kerawanan kebakaran hutan berdasarkan curah hujan 4

2 Klasifikasi tingkat pendidikan desa penelitian 6

3 Klasifikasi mata pencaharian desa penelitian 6

4 Luas lahan garapan masyarakat 9

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian 5 2 Kondisi curah hujan periode 2008–2012 di RPH Maribaya 7 3 Frekuensi kebakaran hutan di RPH Maribaya tahun 2008–2012 8

4 Luas areal terbakar di RPH Maribaya tahun 2008–2012 8 5 Jumlah curah hujan per tahun dalam 5 tahun terakhir (2008–2012) 9 6 Persentase cara pembersihan lahan masyarakat Desa Tapos dan Desa

Barengkok 10 7 Persentase kegagalan masyarakat Desa Tapos dan Desa Barengkok

dalam proses pembakaran 12 8 Persentase alasan masyarakat Desa Tapos dan Desa Barengkok

melakukan pembersihan lahan dengan cara bakar 12 9 Pembersihan lahan dengan cara bakar 13

10 Penyebab kebakaran hutan 14 11 Persentase partisipasi masyarakat dalam penyuluhan 15 12 Bentuk penyuluhan tidak langsung (a) papan peringatan dan (b) papan

larangan 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data kebakaran hutan di RPH Maribaya tahun 2008–2012 19

2 Data curah hujan bulanan tahun 2008–2012 20

Page 12: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kondisi hutan Indonesia saat ini tampak memprihatinkan. Luas hutan di

Indonesia menyusut setiap tahunnya akibat deforestasi hutan. Kementrian

kehutanan mencatat kerusakan hutan periode 2003–2008 mencapai 0.9 juta hektar

per tahun (Hakim 2010). Banyak faktor yang menyebabkan deforestasi hutan,

salah satunya adalah kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun di seluruh

wilayah Indonesia. Kebakaran hutan Indonesia terbesar terjadi pada tahun

1997/1998 yang menghanguskan seluas 9.7 juta hektar (Suyanto dan Aplegate

2001). Kebakaran hutan menurut Saharjo (2003) merupakan pembakaran yang

penjalarannya bebas serta mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan seperti

serasah, rumput, ranting/cabang pohon mati, pohon mati yang tetap berdiri, logs,

tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedauan dan pohon-pohon.

Kebakaran hutan di Indonesia umunya disebabkan oleh aktivitas manusia

dalam menggunakan api dalam aktivitas sehari-hari (sengaja ataupun kelalaian).

Beberapa contoh aktivitas manusia yang menjadi penyebab kebakaran hutan di

Indonesia, yaitu penggunaan api oleh para pencari rotan dan madu di KPH

Banyuwangi, kegiatan perladangan dan usaha dalam mendapatkan rumput untuk

ternak di Sumatra Selatan, kelalaian pendaki gunung dalam pengguaan api di

Gunung Ciremai dan akibat perambatan api pada pembersihan lahan oleh

masyarakat di Kalimantan Selatan (Wibowo 2003). Kondisi kesejahteraan sosial

masyarakat sekitar hutan memegang kunci dalam adanya gangguan pada hutan

seperti terjadinya kebakaran hutan (Pratiwi 2007). Aktivitas manusia tersebut

ditunjang oleh kondisi iklim, yaitu curah hujan. Menurut Syaufina (2008) puncak

kebakaran hutan terjadi pada bulan-bulan dengan curah hujan yang rendah.

Kejadian kebakaran hutan sebagian besar berdampak merugikan. Dampak

yang ditimbulkan meliputi berbagai aspek, yaitu aspek ekologi, ekonomi, sosial

dan kesehatan bahkan psikologis dan politik (Suratmo 2003). Besarnya dampak

yang ditimbulkan dari kebakaran hutan maka dibutuhkan kajian terhadap potensi

kebakaran hutan.

Potensi kebakaran hutan di KPH Bogor dapat dikaji berdasarkan upaya

pengendalian dan sumber penyebab terjadinya kebakaran hutan serta faktor yang

mempengaruhinya, yaitu curah hujan. Sumber penyebab terjadinya kebakaran

hutan dikaji berdasarkan aktivitas masyarakat meliputi kegiatan pembersihan

lahan dan konflik sosial masyarakat. Kajian potensi kebakaran hutan di KPH

Bogor penting dilakukan guna mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan.

Page 13: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

2

Tujuan Penelitian

1 Menganalisis tingkat kerawanan terjadinya kebakaran hutan di KPH Bogor

berdasarkan curah hujan 5 tahun terakhir (2008–2012).

2 Mengkaji sumber penyebab terjadinya kebakaran hutan di KPH Bogor.

3 Menganalisis upaya pengendalian kebakaran hutan di KPH Bogor.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi

kebakaran hutan di KPH Bogor berdasarkan upaya pengendalian dan sumber

penyebab terjadinya kebakaran hutan serta faktor yang mempengaruhi, yaitu

curah hujan sehingga dapat dijadikan sebagai bentuk pencegahan terhadap

terjadinya kebakaran hutan di wilayah KPH Bogor.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di RPH Maribaya BKPH Parung Panjang KPH Bogor

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dengan desa penelitian yaitu

Desa Tapos dan Desa Barengkok. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober

2013 sampai dengan bulan November 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitan adalah kuesioner, kamera dan alat

perekam. Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data curah hujan 5

tahun terakhir (2008–2012), data kebakaran hutan 5 tahun terakhir (2008–2012),

data monografi Desa Tapos dan Desa Barengkok, kondisi umum wilayah

penelitian dan data pendukung yang relevan dengan penelitian, yaitu studi

pustaka.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri atas empat tahapan kegiatan, yaitu pemilihan

lokasi, penetapan responden, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling)

berdasarkan frekuensi kebakaran tertinggi dalam 5 tahun terakhir (2008–2012),

maka dipilih RPH Maribaya BKPH Parung Panjang KPH Bogor sebagai lokasi

penelitian. Desa penelitian dipilih Desa Tapos dan Desa Barengkok karena posisi

Page 14: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

3

desa tersebut mengelilingi kawasan hutan RPH Maribaya BKPH Parung Panjang

KPH Bogor.

Penetapan Responden

Penetapan responden sebagai objek penelitian dilakukan dengan metode

snowball sampling technique, yaitu pada awalnya peneliti mengenal informan

kunci yang kemudian informan kunci akan memperkenalkannya kepada informan

lain (Bungin 2011). Jumlah responden masing-masing desa sebanyak 30 orang,

sehingga total responden keseluruhan sebanyak 60 orang. Informan dalam

penelitian ini adalah pihak RPH Maribaya BKPH Parung Panjang KPH Bogor.

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data

sekunder. Pengumpulan data primer, meliputi:

a Wawancara mendalam

Pengumpulan data wawancara mengikuti metode Muhadjir (1992), yaitu

peneliti mendatangi responden secara langsung dan mengambil kesempatan

yang memudahkan. Informasi sumber penyebab terjadinya kebakaran hutan

meliputi kegiatan pembersihan lahan dan konflik sosial masyarakat serta

upaya pengendalian kebakaran hutan di KPH Bogor diperoleh dengan

menanyakan secara langsung kepada responden (masyarakat Desa Tapos dan

Desa Barengkok) yang dipandu dengan daftar pertanyaan (kuesioner).

b Observasi

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan pengamatan langsung terhadap

objek yang diteliti. Informan dalam penelitian adalah pihak RPH Maribaya.

Pengumpulan data sekunder diperoleh melalui studi dokumen dan arsip.

Data sekunder meliputi data curah hujan bulanan 5 tahun terakhir (2008–2012),

data kebakaran hutan 5 tahun terakhir (2008–2012), data monografi Desa Tapos

dan Desa Barengkok, kondisi umum wilayah penelitian dan data pendukung yang

relevan dengan penelitian, yaitu studi pustaka.

Analisis Data

Analisis data penelitian ini bersifat deskriptif dengan menarasikan semua

fakta yang diperoleh di lapangan. Analisis tingkat kerawanan kebakaran hutan

dilihat dari rata-rata curah hujan per tahun dalam 5 tahun terakhir. Selanjutnya,

diklasifikasikan pada kelas kerawanan kebakaran hutan berdasarkan curah hujan

(Septicorini 2006).

Tabel 1 Kelas kerawanan kebakaran hutan berdasarkan curah hujan

Kelas kerawanan Curah hujan (mm)

Rawan sangat tinggi < 500

Rawan sedang 1 000-1 500

Tidak rawan > 2 000 Sumber: Septicorini 2006

Page 15: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

4

Analisis sumber penyebab terjadinya kebakaran hutan dilakukan dengan

mengidentifikasi data hasil wawancara mendalam dan observasi di lapangan

terkait dengan pembersihan lahan dan konflik sosial masyarakat sekitar kawasan

hutan KPH Bogor. Data disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan gambar. Analisis

upaya pengendalian kebakaran hutan di KPH Bogor dengan mengidentifikasi data

hasil wawancara mendalam dan observasi di lapangan mengenai pencegahan, pra

pemadaman, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran. Data disajikan dalam

bentuk narasi, tabel dan gambar.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Profil KPH Bogor

Letak dan Luas Wilayah

Wilayah KPH Bogor secara geografis terletak pada koordinat 106o20’28”BT

sampai 107o17’09” BT dan 05

o55’24” LS sampai 06

o48’00” LS. Luas kawasan

hutan KPH Bogor berdasarkan sejarah berita acara tata batas (BATB) adalah

90 856.45 hektar dan yang telah dikukuhkan seluas 84 360.40 hektar tersebar di

tiga kelas perusahaan yaitu: KP Akasia mangium, KP Meranti dan KP Pinus,

dikarenakan adanya kawasan hutan yang masuk dalam perluasan Taman Nasional

Gunung Halimun Salak dan Gunung Gede Pangrango maka luas kawasan KPH

Bogor sampai tahun 2010 adalah 49 342.59 hektar.

Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Parung Panjang secara

administratif pemerintahan berada pada 3 (tiga) wilayah kecamatan, yaitu

kecamatan Tenjo, Jasinga dan Parung Panjang yang secara geografis terletak pada

koordinat 106o26’03” BT sampai 106

o35’16” BT dan 06

o35’20” LS sampai

06o27’01” LS dengan batas administrasf sebagai berikut:

Sebelah utara : BKPH Tangerang

Sebelah selatan : BKPH Jasinga

Sebelah timur : BKPH Jasinga

Sebelah barat : BKPH Lebak

Kawasan hutan BKPH Parung Panjang ditetapkan sebagai Kelas

Perusahaan (KP) Akasia mangium yang terdiri dari 3 Resort Pemangkuan Hutan

(RPH) seluas 5 397.24 hektar, yaitu RPH Tenjo seluas 1 536.15 hektar, RPH

Maribaya seluas 127.39 hektar dan RPH Tenjo seluas 1 733.70 hektar (Perum

Perhutani KPH Bogor 2011).

Topografi dan Iklim

Kawasan hutan BKPH Parung Panjang termasuk dalam tipe iklim A dengan

curah hujan rata-rata 3 000 mm/tahun dengan suhu harian tertinggi 25.5oC dan

suhu terendah 18oC berdasarkan perbandingan bulan basah dan bulan kering

setiap tahun serta memiliki konfigurasi lapangan yang sebagian besar relatif datar

sampai dengan landai dengan kemiringan bervariasi mulai dari datar (0–8%) dan

kemiringan agak curam (15–25%). Berdasarkan ketinggian tempat dari

Page 16: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

5

permukaan laut, BKPH Parung Panjang berada pada ketinggian 38–113 mdpl

(Perum Perhutani KPH Bogor 2011).

RPH Maribaya terletak pada ketinggian 60 mdpl, dengan curah hujan rata-

rata 2 761 mm per tahun. Keadaan topografi RPH Maribaya secara umum datar,

dengan kemiringan lahan antara 0% sampai 5%.

Profil Desa Penelitian

Keadaan Wilayah Penelitian

Gambar 1 Lokasi penelitian

Desa Tapos seluas 610.14 hektar termasuk dalam Kecamatan Tenjo RPH

Maribaya BKPH Parung Panjang Kabupaten Bogor. Batas-batas wilayah Desa

Tapos adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Batok Kecamatan Tenjo,

sebelah selatan berbatasan dengan Desa Barengkok Kecamatan Jasinga, sebelah

timur berbatasan dengan Desa Pangaur Kecamatan Jasinga dan sebelah barat

berbatasan dengan Desa Ciomas Kecamatan Tenjo.

Desa Barengkok dengan luas wilayah 522 hektar termasuk dalam

Kecamatan Jasinga RPH Maribaya BKPH Parung Panjang. Batas-batas wilayah

Desa Barengkok adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Tapos Kecamatan

Tenjo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Argapura Kecamatan Cigudeg,

sebelah barat berbatasan dengan Desa Bagoang Kecamatan Jasinga dan sebelah

timur berbatasan dengan Desa Ciomas Kecamatan Tenjo.

Page 17: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

6

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Desa Tapos memiliki penduduk berjumlah 7 743 jiwa dan jumlah penduduk

Desa Barengkok adalah 8 238. Tingkat pendidikan di Desa Tapos mayoritas pada

tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 765 orang, sedangkan pada Desa

Barengkok mayoritas pada tingkat tidak tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 1

628 orang, yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Klasifikasi tingkat pendidikan desa penelitian

Jenis pendidikan Desa Tapos (orang) Desa Barengkok (orang)

Tidak tamat SD 356 1 628

SD 765 316

SMP 568 134

SMA 250 87

D1 6 -

D2 4 -

D3 6 9

S1 18 19

S2 1 4 Sumber: Laporan tahunan kinerja Desa Tapos 2012 dan Desa Barengkok 2012

Mata pencaharian penduduk Desa Tapos umumnya adalah sebagai buruh

sebanyak 987 orang, kemudian disusul dengan buruh tani sebanyak 850 orang dan

pekerja swasta sebanyak 788 orang. Pada Desa Barengkok mayoritas penduduk

adalah sebagai petani sebanyak 2 821 orang, kemudian disusul dengan buruh tani

sebanyak 1 031 orang dan buruh sebanyak 819 orang, yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Klasifikasi mata pencaharian desa penelitian

Mata pencaharian Desa Tapos (orang) Desa Barengkok (orang)

PNS 18 8

Guru 12 14

Guru honor 1 31

TNI 2 -

Pensiunan TNI 11 3

Pensiunan PNS - 6

Petani 679 2 821

Pensiunan BUMN - 2

Pekerja Swasta 788 -

Buruh 987 819

Tukang 52 37

Pedagang keliling 57 12

Wiraswasta 450 -

Pedagang 455 42

Buruh tani 850 1 031

Kuli 567 470

Pengemudi ojeg 15 24

Ustadz - 31

Dokter 35 1

Bidan - 1 Sumber: Laporan tahunan kinerja Desa Tapos 2012 dan Desa Barengkok 2012

Page 18: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kerawanan Kebaran Hutan Berdasarkan Curah Hujan

Iklim dan cuaca bukan sebagai penyebab utama kebakaran hutan, namun

mempengaruhi dengan cara yang berbeda tetapi saling berhubungan, yaitu

menentukan jumlah total bahan bakar yang tersedia, musim kebakaran yang

panjang, mengatur kadar air dan flamabilitas dari bahan bakar mati, serta

mempengaruhi proses penyalaan dan penjalaran kebakaran hutan (Syaufina 2008).

Curah hujan adalah faktor iklim yang memegang peran penting dalam terjadinya

kebakaran hutan karena menentukan akumulasi bahan bakar rerumputan.

Musim kebakaran hutan biasanya berhubungan dengan pola curah hujan.

Hasil penelitian Syaufina (1988) dalam Syaufina (2008) menunjukkan bahwa

peningkatan kebakaran hutan terjadi pada bulan-bulan dengan curah hujan yang

rendah (kurang dari 60 mm). Curah hujan kurang dari 60 mm berdasarkan

klasifikasi Schimidt dan Fergusson termasuk dalam bulan kering, sedangkan

curah hujan lebih dari 60 mm termasuk dalam bulan basah (Handoko 1994).

Gambar 2 Kondisi curah hujan periode 2008–2012 di RPH Maribaya

Gambar 2 menunjukkan bahwa curah hujan terendah terdapat pada bulan

Juli tahun 2008 dimana tidak terjadi hujan, sedangkan curah hujan tertinggi yaitu

bulan September tahun 2010 sebesar 554 mm. Kejadian kebakaran hutan pada

tahun 2008 tidak terjadi pada bulan Juli melainkan pada bulan Agustus dengan

curah hujan sebesar 133 mm.

Kejadian kebakaran hutan di RPH Maribaya terjadi hampir setiap tahun

selama 5 tahun terakhir, kecuali pada tahun 2010. Kejadian kebakaran hutan

tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan frekuensi 5 kali (Gambar 3) dengan total

areal terbakar seluas 5 hektar (Gambar 4) yang terjadi pada bulan September.

Pada bulan tersebut curah hujan di KPH Bogor rendah yaitu sebesar 39 mm.

Menurut Syaufina (2008) frekuensi dan luas kebakaran tertinggi terjadi pada

bulan dengan curah hujan rendah (kurang dari 60 mm). Curah hujan berpengaruh

terhadap kelembaban regional hutan, khususnya terhadap bahan bakar. Curah

hujan yang rendah maka kelembaban bahan bakar rendah dan kadar air pun

rendah, sehingga potensi kebakaran tinggi. Kerugian akibat kebakaran hutan pada

0

100

200

300

400

500

600

Cura

h h

uja

n (

mm

)

Bulan

2008

2009

2010

2011

2012

Page 19: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

8

tahun 2011 sebesar Rp 9 900 000. Jenis tanaman yang mengalami kerusakan

adalah mangium, tumbuhan bawah dan habitat hutan lainnya.

Kebakaran hutan tahun 2009 terjadi pada bulan Mei dengan total areal

terbakar seluas 2 hektar dengan curah hujan cukup tinggi yaitu sebesar 67 mm.

Kebakaran hutan tahun 2012 terjadi pada bulan September dengan total areal

terbakar seluas 0.8 hektar dengan curah hujan cukup tinggi sebesar 116 mm.

Kejadian kebakaran hutan di RPH Maribaya dalam 5 tahun terakhir (2008–2012)

rata-rata terjadi pada bulan Agustus dan September.

Gambar 3 Frekuensi kebakaran hutan di RPH Maribaya tahun 2008–2012

Gambar 4 Luas areal terbakar di RPH Maribaya tahun 2008–2012

Tipe kebakaran yang terjadi di RPH Maribaya adalah kebakaran permukaan,

karena api membakar serasah, semak-semak dan anakan pohon. Kebakaran tipe

ini jika tidak cepat dipadamkan dapat menjalar ke arah tajuk yang didukung

dengan bantuan angin, sehingga terjadi kebakaran tajuk. Menurut pihak RPH

Maribaya kebakaran hutan disebabkan oleh aktivitas manusia.

1 1

0

5

1

0

1

2

3

4

5

6

2008 2009 2010 2011 2012

Fre

ku

ensi

keb

akar

an (

kali)

Tahun

10

2

0

5

0.8

0

2

4

6

8

10

12

2008 2009 2010 2011 2012Luas

are

al t

erbak

ar (

hek

tar)

Tahun

Page 20: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

9

Gambar 5 Jumlah curah hujan per tahun dalam 5 tahun terakhir (2008–2012)

Gambar 5 menunjukkan bahwa curah hujan terendah terdapat pada tahun

2011, sedangkan curah hujan tertinggi terdapat pada tahun 2011. Rata-rata curah

hujan 5 tahun terakhir (2008–2012) di RPH Maribaya sebesar 2 545 mm

(Lampiran 2). Berdasarkan klasifikasi kelas kerawanan kebakaran hutan

Septicorini (2006) termasuk dalam tingkat tidak rawan terhadap kebakaran hutan,

karena memiliki curah hujan lebih dari 2 000 yang merupakan daerah iklim basah.

Sumber Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan

Pembersihan Lahan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan KPH Bogor

Masyarakat Desa Tapos dan Desa Barengkok adalah masyarakat sekitar

kawasan hutan RPH Maribaya. Pada umumnya, masyarakat Desa Tapos dan Desa

Barengkok menggarap lahan milik pribadi dengan luas lahan garapan berkisar

antara 0.5 sampai 3 hektar (Tabel 2).

Luas lahan yang tidak terlalu besar yakni 0.5 hektar ditanami jenis mangium

dan jenis tanaman palawija, sedangkan lahan dengan luasan 1 sampai 3 hektar

biasanya ditanami dengan jenis mangium atau sengon dan jenis tanaman palawija.

Tabel 2 Luas lahan garapan masyarakat Desa Tapos dan Desa Barengkok

Luas lahan

(hektar)

Desa Tapos Desa Barengkok

Jumlah

responden

Persentase

(%)

Jumlah

responden

Persentase

(%)

0.5–1 11 36.67 13 43.33

1–3 17 56.67 17 56.67

3 2 6.67 - -

Kegiatan pembersihan lahan oleh masyarakat Desa Tapos dan Desa

Barengkok biasanya dilakukan setiap tahun setelah panen. Pembersihan lahan

yang dilakukan oleh masyarakat dibedakan menjadi 2, yaitu pembersihan lahan

yang dilakukan dengan cara bakar (burning) dan pembersihan lahan tanpa bakar

(no burning). Penggunaan pembersihan lahan dengan cara bakar (burning) atau

2249 2361

3513

1898

2707

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2008 2009 2010 2011 2012

Jum

lah

cu

rah

hu

jan

Tahun

Page 21: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

10

tanpa bakar (no burning) didasarkan pada efisiensi waktu, tingkat kemudahan

serta pupuk yang dihasilkan.

Gambar 6 Persentase cara pembersihan lahan oleh masyarakat Desa Tapos dan

Desa Barengkok

Gambar 6 menunjukkan bahwa masyarakat Desa Tapos yang menggunakan

cara bakar (burning) dalam pembersihan lahan sebesar 86.67% sedangkan yang

memilih dengan cara tanpa bakar (no burning) sebesar 13.33%. Pada masyarakat

Desa Barengkok yang memilih pembersihan lahan dengan cara bakar (burning)

yaitu sebesar 90% sedangkan yang memilih dengan cara tanpa bakar (no burning)

yaitu sebesar 10%. Masyarakat sekitar kawasan hutan (Desa Tapos dan Desa

Barengkok) pada dasarnya lebih memilih cara pembersihan lahan dengan cara

bakar dibandingkan dengan cara tanpa bakar.

Pembersihan lahan dengan cara bakar (burning) oleh masyarakat Desa

Tapos dan Desa Barengkok dilakukan saat musim kemarau tiba, yaitu sekitar

bulan September. Pembersihan lahan dengan cara bakar (burning) pada lahan

garapan seluas 0.5 hektar biasanya dilakukan oleh 1 orang, sedangkan luas lahan

garapan berkisar antara 1 hektar sampai 3 hektar pembersihan lahannya dilakukan

oleh 2 orang atau lebih.

Teknik pembakaran yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tapos dan Desa

Barengkok tidak jauh berbeda. Hal ini karena teknik tersebut telah mereka ketauhi

sejak turun-temurun. Tahapan-tahapan dalam pembersihan lahan dengan cara

bakar (burning) yang dilakukan masyarakat Desa Tapos dan Desa Barengkok

adalah sebagai berikut:

1 Pembersihan lahan

Pembersihan lahan dilakukan dari tumbuhan bawah, rerumputan dan sisa

hasil panen (ranting dan cabang) dengan golok, parang atau arit. Waktu

pengerjaan biasanya dilakukan masyarakat pada pagi hari.

2 Pengeringan bahan bakar

Bakar bakar yang digunakan untuk kebutuhan pembakaran adalah sampah

hasil pembersihan lahan (tumbuhan bawah, rerumputan dan sisa hasil panen).

Pengeringan bahan bakar dilakukan dengan cara dijemur di bawah sinar

matahari. Lama waktu penjemuran tergantung pada keadaan cuaca. Keadaan

cuaca yang semakin kering akan mempercepat proses pengeringan bahan

bakar.

86.67

13.33

90

10

Bakar Tanpa bakar

Desa Tapos Desa Barengkok

Page 22: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

11

3 Pembuatan sekat bakar

Pembuatan sekat bakar dilakukan masyarakat sebelum melakukan

pembakaran. Pembuatan sekat bakar dengan cara pembersihan sisi ladang

dari serasah, rumput atau vegetasi lainnya yang berpotensi untuk terbakar

dengan cangkul dan parang. Lebar sekat bakar yang dibuat oleh masyarakat

yaitu sekitar 1 meter. Pembuatan sekat bakar bertujuan untuk mencegah

perembetan api ke areal lain.

4 Pembakaran

Pembakaran dilakukan dengan teknik tumpuk (pile burning). Bahan bakar

(sampah hasil pembersihan lahan) yang kering dikumpulkan dalam beberapa

tumpukan, jarak antar tumpukan tidak ditentukan secara pasti. Pembuatan

beberapa tumpukan bertujuan untuk mempermudah pekerjaan dan

mempersingkat waktu pengerjaan. Api pada pembakaran dengan cara tumpuk

akan bergerak di tengah membakar habis bahan bakar, sehingga mengurangi

resiko penjalaran api bergerak ke arah luar (Tatra 2009). Pengawasan selalu

dilakukan masyarakat selama proses pembakaran berlangsung. Pembakaran

dilakukan pada waktu siang hari sekitar pukul 13.00 dan lamanya

pembakaran adalah kurang dari 6 jam. Pembakaran yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Tapos dan Desa Barengkok berbeda dengan pembakaran

yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Kubu Raya Provinsi

Kalimantan Barat. Berdasarkan penelitian Silfiana (2013), pembakaran yang

dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Kubu Raya seperti membakar

sampah rumah tangga, yaitu menggunakan minyak tanah sebagai alat bantu

pemicu api (korek api).

5 Penanaman

Penanaman mulai dilakukan pada saat sudah masuk musim penghujan, yaitu

sekitar bulan November.

Masyarakat mengaku sering mengalami kegagalan pada saat pembakaran

berlangsung. Masyarakat Desa Tapos yang mengalami kegagalan sebesar 69.23%

dan masyarakat Desa Barengkok yang mengalami kegagalam sebesar 77.78%,

sedangkan masyarakat Desa Tapos yang tidak mengalami kegagalan sebesar

30.77% dan masyarakat Desa Barengkok sebesar 22.22%. Kegagalan terjadi

karena perubahan kondisi cuaca, yaitu turunnya hujan.

Page 23: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

12

Gambar 7 Persentase kegagalan masyarakat Desa Tapos dan Desa Barengkok

dalam proses pemabakaran

Pembersihan lahan dengan cara bakar menurut masyarakat lebih

menguntungkan dibandingkan dengan tanpa bakar. Gambar 8 menunjukkan

bahwa sekitar 57.69 % masyarakat Desa Tapos dan 51.85 % masyarakat Desa

Barengkok lebih menyukai pembakaran lahan mereka dengan cara bakar karena

abu yang dihasilkan sangat baik bagi pertumbuhan tanaman, sedangkan sekitar

42.31% masyarakat Desa Tapos dan 48.15% masyarakat Desa Barengkok

menyukai pembakaran dengan cara bakar karena sangat cepat dilakukan.

Gambar 8 Persentase alasan masyarakat Desa Tapos dan Desa Barengkok

melakukan pembersihan lahan cara bakardengan cara bakar

Menurut Syaufina (2008) penggunaan api pada sampah hasil penebasan dan

penebangan (tumbuhan bawah, rerumputan dan sisa panen) dapat menghasilkan

abu yang mengandung zat hara yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.

Jenis pembakaran yang dilakukan masyarakat Desa Tapos dan Desa

Barengkok adalah pembakaran terkendali. Pembakaran terkendali adalah

penggunaan api secara bijaksana dengan teknik tertentu berdasarkan pengetahuan

tentang perilaku api suatu daerah yang telah ditentukan pada kondisi cuaca yang

cocok.

69.22

30.78

77.73

22.27

Gagal Tidak

Desa Tapos Desa Barengkok

42.3

57.69

48.15 51.85

Cepat Abu untuk pupuk

Desa Tapos Desa Barengkok

Page 24: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

13

Gambar 9 Pembersihan lahan dengan cara bakar

Pembersihan lahan tanpa bakar oleh masyarakat Desa Tapos dan Desa

Barengkok dilakukan dengan membersihkan lahan dari tumbuhan bawah,

rerumputan dan sisa hasil panen dengan bantuan golok dan parang. Sampah hasil

pembersihan lahan (tumbuhan bawah, rerumputan dan sisa hasil panen) kemudian

ditimbun di sekeliling sisi ladang. Lubang penimbunan dibuat dengan kedalaman

sekitar 15 cm. Alasan masyarakat melakukan pembersihan lahan tanpa bakar

karena pupuk alami yang dihasilkan dari dekomposisi sampah organik dan tidak

beresiko merusak areal lain.

Konflik Sosial Masyarakat Sekitar Hutan KPH Bogor

Sumber penyebab kebakaran hutan umumnya erat kaitannya dengan

aktivitas manusia dalam penggunaan api serta kurangnya kesadaran akan bahaya

yang ditimbulkan oleh pembakaran yang tidak terkendali.

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat sekitar hutan, kebakaran hutan

disebabkan oleh kelalaian beberapa masyarakat yang membuang puntung rokok di

sembarang tempat di sekitar kawasan hutan (15%), penggembala ternak yang

membakar rerumputan di areal kawasan hutan (18%) dan akibat ulah beberapa

oknum yang sengaja membakar kawasan hutan karena sakit hati kepada petugas

(34%) dan iseng (33%).

Page 25: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

14

Gambar 10 Penyebab kebakaran hutan

Kurangnya komunikasi yang baik antara pihak RPH Maribaya dengan

masyarakat dapat menjadi penyebab timbulnya rasa kekecewaan (rasa sakit hati)

pada masyarakat, sehingga diperlukan pendekatan yang baik dengan masyarakat

agar tidak timbul kesalahpahaman. Menurut Siswanto (1993) khusus untuk hutan

di Pulau Jawa sering dijumpai adanya unsur kesengajaan membakar hutan sebagai

bentuk rasa sakit hati kepada petugas.

Menurut pihak RPH Maribaya sejauh ini sangat sulit menangkap pelaku

pembakaran. Hal ini dapat berpeluang pada terjadinya kebakaran hutan.

Kurangnya pendekatan hukum juga dapat menjadi peluang terjadinya kebakaran

hutan.

Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Bogor

Pengendalian kebakaran hutan adalah aktivitas untuk melindungi hutan dari

kebakaran hutan yang mencakup 3 komponen kegiatan yaitu pencegahan,

pemadaman dan penanganan pasca kebakaran (PP No. 45 tahun 2004).

Pengendalian di KPH Bogor dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan

masyarakat dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan secara partisipatif.

Pencegahan

Pencegahan kebakaran hutan menurut Suratmo et al. (2003) merupakan cara

yang lebih ekonomis untuk mengurangi kebakaran hutan dan kerugian yang

ditimbulkan oleh kebakaran hutan. Bentuk pencegahan yang dilakukan oleh pihak

RPH Maribaya adalah penyuluhan secara langsung maupun tidak langsung.

Bentuk penyuluhan secara langsung diberikan kepada masyarakat pada

berbagai kesempatan seperti rapat desa, kumpul RT, dan lain-lain dengan waktu

yang tidak ditentukan. Materi yang diberikan berupa pemberian informasi tentang

bahaya kebakaran hutan, penggunaan api yang baik di kawasan hutan dan lain-

lain.

Berdasarkan wawancara, masyarakat yang pernah mengikuti penyuluhan

yaitu sebesar 37% dan masyarakat yang tidak pernah mengikuti penyuluhan

sebesar 63%. Rendahnya masyarakat yang mengikuti penyuluhan dapat berakibat

pada rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap kebakaran hutan. Kurangnya

15%

18%

34%

33%

Puntung rokok Penggembala ternak Rasa sakit hati Iseg

Page 26: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

15

informasi diadakannya penyuluhan adalah penyebab beberapa dari masyarakat

tidak pernah mengikuti penyuluhan. Hal ini dapat menyebabkan besarnya peluang

terjadinya kebakaran hutan di KPH Bogor.

Gambar 11 Persentase partisipasi masyarakat dalam penyuluhan

Penyuluhan tidak langsung yaitu berupa papan peringatan dan larangan

(Gambar 12). Fungsi papan peringatan tersebut adalah untuk menyampaikan

pesan kepada masyarakat agar berhati-hati dalam penggunaan api saat memasuki

kawasan hutan. Papan peringatan dan papan larangan dipasangan di setiap jalan

masuk hutan yang mudah terlihat oleh masyarakat, namun kondisi papan larangan

sangat memprihatinkan karena tidak dirawat dengan baik.

Gambar 12 Bentuk penyuluhan tidak langsung (a) papan peringatan dan (b) papan

larangan

Pra Pemadaman Kebakaran Hutan

Pra pemadaman kebakaran merupakan kegiatan persiapan atau

kesiapsiagaan sebelum terjadi kebakaran hutan. Kegiatan pra pemadaman yang

dilakukan adalah deteksi dini kebakaran hutan dengan patroli rutin oleh petugas

RPH Maribaya dan masyarakat. Patroli rutin dilakukan dengan berkeliling hutan

baik dengan kendaraan atau berjalan menyisir hutan. Pelaksanaan patroli

dilakukan terpisah antara petugas dan masyarakat.

Masyarakat yang mengetahui titik kejadian kebakaran hutan, biasanya

segera memberikan laporan kepada petugas. Peralatan komunikasi, yaitu

Pernah

mengikuti

37%

Tidak pernah

63%

Page 27: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

16

handphone digunakan sebagai sarana pelaporan agar dapat menghubungi petugas

lebih cepat dan mudah.

Laporan dari masyarakat kemudian ditindaklanjuti oleh petugas, apabila

kapasitas petugas terbatas untuk menangani kejadian tersebut maka petugas akan

meminta bantuan masyarakat. Intensitas kegiatan patroli lebih ditingkatkan pada

saat memasuki musim kemarau, yaitu pada bulan Juli–September.

Pemadaman Kebakaran Hutan

Pemadaman dilakukan dengan segera agar luas kebakaran tidak besar.

Metode pemadaman yang digunakan adalah pemadaman secara langsung.

Pemadaman secara langsung adalah aktivitas secara langsung yang

berkesinambungan untuk mendinginkan, mengibas, memukul, memindahkan

bahan bakar atau memadamkan api, dengan syarat api kecil, bahan bakar sedikit

dan kebakaran bawah (Purbowaseso 2004).

Pemadaman dilakukan dengan membuat ilaran api dan bakar balik.

Peralatan yang digunakan dalam memadamkan api adalah peralatan sederhana,

seperti pemukul api (kepyok) yang terbuat dari ranting-ranting dengan panjang

sekitar 1.5 sampai 2 meter yang berasal dari pohon berdaun lebar dengan kondisi

tidak kering (basah), parang, golok dan cangkul. Kepyok biasanya digunakan

untuk memadamkan kebakaran dengan api berskala kecil. Jenis tanaman yang

biasanya digunakan sebagai kepyok adalah gemelina.

Pemadaman dilakukan oleh petugas yang berada dekat dengan lokasi

kejadian kebakaran hutan, apabila kapasitas tenaga dinilai kurang maka petugas

akan segera menghubungi LMDH dan masyarakat sekitar. Banyaknya tenaga

yang dibutuhkan dalam pemadaman kebakaran tergantung pada besarnya

kebakaran yang dipengaruhi oleh keadaan lapang seperti keadaan api dan

kecepatan angin.

Penanganan Pasca Kebakaran Hutan

Kegiatan penanganan pasca kebakaran di RPH Maribaya adalah pembuatan

laporan tertulis, penanaman kembali jenis pohon asli setempat dan penegakkan

hukum. Pembuatan laporan tertulis dilakukan dalam waktu 1x24 jam setelah

terjadinya kebakaran hutan. Laporan tertulis berisi tentang informasi luas areal

yang terbakar, lokasi kebakaran, penyebab terjadinya kebakaran (sumber api),

perhitungan kerugian ekonomi akibat kejadian kebakaran hutan.

Penanaman kembali jenis mangium seperti sedia kala. Penanaman kembali

dilakukan untuk mempercepat suksesi lahan bekas terbakar di RPH Maribaya.

Penegakkan hukum merupakan salah satu usaha untuk mencegah berulangnya

kejadian kebakaran dan menindak pelaku kebakaran. Penyelidikan dilakukan

untuk mengetahui penyebab kebakaran hutan. Sejauh ini kendala pihak RPH

Maribaya adalah sulit mengetahui modus pembakaran dan menangkap pelaku

pembakaran. Sanksi pelaku pembakaran adalah tindak pidana dari kepolisian

sesuai Undang-undang yang berlaku.

Page 28: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

17

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1 Rata-rata curah hujan per tahun dalam 5 tahun sebesar 2 545 mm yang

termasuk dalam tingkat tidak rawan terhadap kebakaran hutan.

2 Potensi kebakaran hutan akibat pembersihan lahan oleh masyarakat Desa

Tapos dan Desa Barengkok tergolong rendah karena sudah diterapkannya

sistem pembakaran terkendali, sedangkan akibat konflik cukup tinggi karena

kurang terjalinnya hubungan baik antara pihak KPH Bogor dengan

masyarakat.

3 Rendahnya informasi mengenai penyuluhan kepada masyarakat dan kurang

diperhatikannya keberadaan papan peringatan adalah bentuk kurang

optimalnya upaya pengendalian di KPH Bogor.

Saran

1 Pengadaan papan larangan yang lebih menarik dan jelas bagi masyarakat,

sebagai salah satu bentuk penyuluhan kebakaran hutan.

2 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konflik sosial di masyarakat

untuk mengetahui penyebab kebakaran hutan.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin B. 2011. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik

dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Grup

Hakim I. 2010. Orientasi makro kebijakan social forestry di Indonesia. Di dalam:

Anwar S, Hakim I, editor. Society Forestry Menuju Restorasi Pembangunan

Kehutanan Berkelanjutan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perubahan Iklim dan Kebijakan. hlm 1

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Jakarta (ID): Pustaka Jaya.

Muhadjir N. 1992. Metodologi Penelitian Kualitatif: Telaah Positivtik,

Rasionalitik, Phenomenologik, Realisme Metaphisik. Yogyakarta (ID): Rake

Sarasin.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2004. Tentang

Perlindungan Hutan. Jakarta (ID): Sekretariat Jendral Departemen Kehutanan.

Perum Perhutani KPH Bogor. 2011. Buku Rencana Pengaturan Kelestarian

Hutan Kelas Perusahaan Acacia mangium. Bogor: KPH Bogor.

Pratiwi MR. Peranan pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat

(PHBM) dalam upaya pengendalian kebakaran hutan di KPH Cepu, Perum

Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, IPB.

Purbowaseso B. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan Suatu Pengantar.

Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Page 29: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

18

Saharjo BH. 2003. Pengertian kebakaran hutan. Di dalam: Suratmo FG, Surati

NJ, editor. Pengetahuan Dasar Pengendalian Kebakaran Hutan. Bogor (ID):

Fakultas Kehutanan IPB. hlm 119–121.

Septicorini EP. 2006. Studi penentuan tingkat kerawanan kebakaran hutan di

Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor

(ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Silfiana R. 2013. Potensi kebakaran hutan di IUPHHK-HT PT. Wana Subur

Lestari Kalimantan Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, IPB.

Siswanto W. 1993. Pengendalian kebakaran hutan di Indonesia [makalah]. Di

dalam: Prosiding Diskusi Pengendalian Kebakaran Hutan di Indonesia; 27

Desember 1993. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. hlm 57.

Suratmo FG, Endang AH dan Nengah SJ. 2003. Pengetahuan Dasar

Pengendalian Kebakaran Hutan. Bogor (ID): Fahutan IPB.

Suyanto S dan Applegate G. 2001. Akar penyebab dan dampak kebakaran hutan

dan lahan di Sumatera. Di dalam: Suyanto S, Permana RP, Setjono D dan

Applegate G, editor. Prosiding Seminar Sehari Hasil Penelitian Kebakaran

Hutan dan Lahan di Sumatera. Bogor (ID): ICRAF

Syaufina L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. Malang (ID):

Bayumedia.

Tatra GJ. 2009. Penggunaan api pada masyarakat adat dalam pembukaan lahan

studi kasus di Desa Lapodi Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Propinsi

Sulawesi Tenggara [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, IPB.

Wibowo. 2003. Review hasil penelitian dan pengembangan kebakaran hutan di

Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan

Konservasi Alam.

Page 30: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

19

Lampiran 1 Data kebakaran hutan RPH Maribaya tahun 2008–2012

No dan tanggal LA Petak Luas terbakar

(hektar) Kerugian (Rp)

05/Mrby/Prp/2008

15/8/2008 37.a 10 2 000 000

02/Mrby/Prp/2009

08/5/2009 20.e 2 400 000

01/Mrby/Prp/2011

16/9/2011 19.d 1 3 000 000

02/Mrby/Prp/2011

17/9/2011 24.c 0.8 2 400 000

03/Mrby/Prp/2011

17/9/2011 24.a 0.7 2 100 000

04/Mrby/Prp/2011

19/9/2011 31.c 1 3 000 000

05/Mrby/Prp/2011

20/9/2011 37.b 1.5 4 500 000

04/Mrby/Prp/2012

14/9/2012 37.a 0.8 2 400 000

Sumber: Dokumen KPH Bogor 2011

Page 31: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

20

Lampiran 2 Data Curah hujan bulanan tahun 2008–2012

Bulan Curah hujan (mm)

Rata-rata 2008 2009 2010 2011 2012

Januari 137 228 285 215 437 260

Februari 329 220 339 144 204 247

Maret 297 154 365 131 167 223

April 329 137 63 237 362 225

Mei 162 67 181 218 256 177

Juni 130 388 265 78 67 186

Juli 0 52 342 178 144 143

Agustus 133 82 495 76 26 162

September 49 82 554 35 116 167

Oktober 262 299 417 149 306 286

November 288 506 46 206 272 264

Desember 137 149 169 232 351 206

Jumlah 2249 2361 3513 1898 2707 2545 Sumber: BMKG Darmaga Bogor

Page 32: POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR PERUM …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68419/E14fam.pdf · Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit ... Bogor termasuk kategori

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Denpasar pada tanggal 18 Juni 1991. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Mohammad

Erfan dan Ibu Nanik Wijaya. Pendidikan formal penulis dimulai di Taman Kanak-

kanak (TK) Kuncup Harapan Bogor (1996), lalu SDN Kawung Luwuk II Bogor

(1997–2003), kemudian penulis melanjutkan ke SMPN 08 Bogor (2003), SMPN

03 Pontianak (2004–2006), SMA Muhammadiyah 01 Pontianak (2006) dan SMA

Muhammadiyah 02 Surabaya (2007–2009). Pada tahun 2009, penulis lulus seleksi

masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada mayor Silvikultur Fakultas

Kehutanan.

Selama menempuh pendidikan di IPB penulis aktif dalam sejumlah

organisasi kemahasiswaan, diantaranya aktif sebagai anggota International

Forestry Student Association (IFSA) dan Himpunan Profesi Tree Grower

Community (TGC).

Kegiatan lapang yang pernah diikuti penulis, yaitu Praktek Pengelolaan

Ekosistem Hutan (PPEH) di Papandayan-Sancang Timur (2011), Praktek

Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2012) dan Praktek

Kerja Profesi (PKP) di Unit Pengelolaan Persemaian Permanen Cimanggis, BPTH

Jawa-Madura (2013).

Penelitian berjudul Potensi Kebakaran Hutan di KPH Bogor Perum

Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dilakukan penulis sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, dibawah bimbingan Prof Dr Ir

Bambang Hero Saharjo, MAgr.