profil kependudukan dan pembangunan di indonesia tahun 2013
TRANSCRIPT
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
SAMBUTAN
Sesuai amanat Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangaan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN mengalami pengayaan muatan
program, selain menangani program Keluarga Berencana, juga program Pengendalian
Penduduk.
Terkait tugas fungsi tentang Pengendalian Penduduk tersebut, diharapkan BKKBN menjadi
rujukan data terutama yang berkaitan erat dengan isu kependudukan, seperti: kesehatan,
pendidikan, ketenagakerjaan, pertanian dan pangan.
Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia ini diterbitkan dengan
berorientasi kepada 5 bidang atau isu yang terkait erat dengan isu kependudukan tersebut.
Diuraikan pengertian dan ilustrasi data dari variabel-variabel yang merepresentasikan
bidang kesehatan, pendidikan, ketengakerjaan, pertanian dan pangan.
Saya menyambut gembira dengan diterbitkannya Buku Profil Kependudukan dan
Pembangunan di Indonesia ini. Diharapkan melalui Buku Profil ini, dapat diidentifikasi
permasalahan kependudukan di Indonesia. Selanjutnya dengan diketahuinya besaran
masalah kependudukan, diharapkan seluruh sektor pembangunan dapat merumuskan
alternatif solusi pemecahannya.
Semoga penyusunan buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional
Indonesia ini memberikan manfaat bagi pengembangan program pembangunan nasional
yang berwawasan kependudukan.
Jakarta, September 2013
Kepala BKKBN,
Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD, SpGK.
ii ii
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
KATA PENGANTAR
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), diharapkan Indonesia mencapai
kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) , yang ditandai dengan TFR sebesar 2,1 dan
NRR=1.
Untuk mencapai kondisi PTS tersebut, program pembangunan nasional perlu diarahkan
agar selaras dengan kebijakan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Untuk
menyusun program yang berwawasan kependudukan, maka diperlukan data dasar
(baseline) yang berisi profil kependudukan pada tingkat nasional. Untuk itulah disusun buku
Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia.
BKKBN sebagai institusi pemerintah yang menangani bidang Pengendalian Penduduk serta
Keluarga Berencana, berkewajiban menyediakan data dasar berupa Profil Kependudukan
tersebut. Profil Kependudukan dan Pembangunan pada jangka panjang, hendaknya tidak
saja memotret situasi kependudukan di tingkat nasional, namun juga mengerucut semakin
detil pada tingkat provinsi, kabupaten/kota,kecamatan, bahkan bila memungkinkan sampai
tingkat desa/ kelurahan. Tujuannya, agar secara spesifik dapat dipetakan permasalahan
kependudukan terjadi pada wilayah yang mana. Dengan demikian, akan lebih memudahkan
penentu kebijakan terkait dalam mengidentifikasi sekaligus menangani wilayah manakah
yang memiliki permasalahan kependudukan.
Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia ini disusun atas
kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan (PUSDU) dengan
Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk (DITRENDUK). Penyajian Profil dengan
menggabungkan variabel-variabel secara lintas sektor atau bidang. Untuk itu, diperlukan
kesepakatan tidak saja antar komponen BKKBN, namun yang lebih penting antar sektor.
Dengan demikian, dokumen buku Profil ini disepakati dan disetujui oleh seluruh pihak, dan
menjadi sumber referensi atau rujukan utama dalam bidang Pengendalian Penduduk di
Indonesia.
Akhir kata, kami mengharapkan masukan secara konstruktif terhadap dokumen ini, terutama
menyangkut variabel-variabel yang dibahas dalam buku Profil Kependudukan dan
Pembangunan tingkat Nasional Indonesia ini. Terima kasih.
Jakarta, Agustus 2013
Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN
Dr. Wendy Hartanto, MA.
ii iii
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
DAFTAR ISI
SAMBUTAN ... ii KATA PENGANTAR........................................................................................................ iii DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR....... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................................. viii DAFTAR TABEL LAMPIRAN............................................................................................ x BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang.... 1 1.2 Tujuan... 2 1.3 Kerangka Pikir..... 2 1.4 Sumber Data .. 3
BAB 2. DINAMIKA PENDUDUK...... 4
2.1 Kuantitas Penduduk................................................................................ 4 2.1.1 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk ..... 4 2.1.2 Perubahan struktur umur menurut jenis kelamin penduduk... 5 2.1.3 Persebaran penduduk..... 8
2.2 Fertilitas dan Faktor yang Mempengaruhi.... 10
2.2.1 Kecenderungan dan pola fertilitas..... 10 2.2.2 Pola perkawinan 13 2.2.3 Kesertaan ber KB. 14
2.2.3.1 Pasangan usia subur....................................................... 14 2.2.3.2 Contraceptive prevalence rate dan mix kontrasepsi........ 15 2.2.3.3 Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi yang tidak Terpenuhi......................................................................... 19 2.2.3.4 Alasan tidak memakai kontrasepsi................................... 20 2.2.3.5 Median lama dan frekuensi menyusui secara eksklusif.. 20
2.3 Mortalitas dan Faktor yang Mempengaruhi... 21 2.3.1 Kecenderungan dan pola mortalitas... 21 2.3.2 Penyebab Kematian.. 23
2.4 Migrasi. 24
2.4.1 Kecenderungan dan pola migrasi risen .... 24 2.4.2 Kecenderungan dan pola migrasi seumur hidup .... 24
BAB 3. PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN ... 26
3.1 Pencapaian Pembangunan Manusia........................................ 26 3.2 Pembangunan Gender............ 27 3.3 Penduduk Rentan ..................................................................................... 29 3.4 Ketersedian Pelayanan . 30
3.4.1 Kesehatan. 30
ii iv
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
3.4.2 Pendidikan 32
3.4.3 Sanitasi dan Air Bersih... 34
3.4.4 Listrik 35
3.5 Kesehatan.. 36 3.5.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja.... 36
3.5.1.1 Pubertas 36 3.5.1.2 Kespro PraNikah. 38 3.5.1.3 Pengetahuan tentang HIV/AIDS dan IMS.. 39
3.5.2 Kesehatan Anak.. 40 3.5.2.1 Cakupan Imunisasi.... 40 3.5.2.2 Pemberian makan pada anak.. 41
3.5.3 Kesehatan Ibu.. 41
3.5.3.1 Jumlah Bumil... 41 3.5.3.2 Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care/ANC) ... 41 3.5.3.3 Penolong Persalinan...... 44
3.5.4 Insiden HIV/AIDS.... 47
3.6 Pendidikan.. 47 3.6.1 Literasi (AMH). 47 3.6.2 Pendidikan yang ditamatkan penduduk 15 tahun ke atas. 48 3.6.3 Partisipasi Sekolah.... 48 3.6.4 Rata-rata lama sekolah. 51
3.7 Ekonomi dan Ketenagakerjaan. 51
3.7.1 Ekonomi . . 51 3.7.2 Ketenagakerjaan..... 54
3.8 Pertanian Pangan ......................................... 55
3.8.1 Pangan Nasional . 55 3.8.2 Produktivitas Pertanian .. 56 3.8.3 Produksi Perikanan.. .. 58 3.8.4 Produksi Perkebunan.. 58 3.8.5 Produksi Peternakan.. 59
BAB 4. PENUTUP......................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA.... 62 LAMPIRAN.... 62
ii v
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Hubungan antara Dinamika Kependudukan
dan Pembangunan Berkelanjutan ........................................................ 2
Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010................. 5
Gambar 2.2 Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010................................ 5
Gambar 2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan 3 Kelompok Umur Besar
Tahun 2010 ............................................................................................. 6
Gambar 2.4 Rasio Ketergantungan Tahun 1971-2010............................................. 7
Gambar 2.5 Proyeksi Rasio Ketergantungan Tahun 2015-2035.... 7
Gambar 2.6 Tren Rasio Jenis Kelamin Tahun 1971-2010........................................ 8
Gambar 2.7 Persebaran Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010....................... 9
Gambar 2.8 Urbanisasi di Indonesia Tahun 1990-2010.......................................... 9
Gambar 2.9 Kepadatan Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010........................ 10
Gambar 2.10 Angka Kelahiran Kasar di Indonesia..................................................... 11
Gambar 2.11 TFR Indonesia Tahun 1991-2012........................................................... 11
Gambar 2.12 Rasio Anak Terhadap Wanita Tahun 1971-2010................................... 13
Gambar 2.13 Rata-rata Umur Kawin Pertama Perempuan Tahun 1980-2010 ......... 13
Gambar 2.14 Median Usia Kawin Pertama Wanita Tahun 1991-2007....................... 14
Gambar 2.15 Pemakaian Alat/Cara KB (CPR) .............................................................. 17
Gambar 2.16 Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Metode Kontrasepsi Modern......... 18
Gambar 2.17 Sumber Pelayanan Kontrasepsi di Indonesia Tahun 2012.................. 19
Gambar 2.18 Unmet Need di Indonesia Tahun 1991-2012......................................... 19
Gambar 2.19 Alasan Tidak Ingin Memakai Kontrasepsi............................................. 20
Gambar 2.20 Rata-rata Pemberian ASI Eksklusif Untuk Semua Anak (Bulan).......... 21
Gambar 2.21 Estimasi Kematian Kasar......................................................................... 21
Gambar 2.22 Angka Kematian Bayi dan AnakTahun 1991-2012................................ 22
Gambar 2.23 Angka Kematian Ibu Tahun 2002-2012................................................... 23
Gambar 2.24 Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun 1971-2010............................. 23
Gambar 3.1 Perbandingan IPM Negara-negara ASEAN Tahun 1990-2012............. 27
Gambar 3.2 Indeks Ketimpangan Gender di Negara ASEAN 1995-2011................. 28
Gambar 3.3 Perkembangan IPG Periode Tahun 2004-2011..................................... 28
Gambar 3.4 Banyaknya SDM Kesehatan Tahun 2008-2011...................................... 31
Gambar 3.5 Banyaknya Sarana Puskesmas Tahun 2007-2011............................... 31
Gambar 3.6 Banyaknya Sarana Rumah Sakit Tahun 2007-2011.............................. 32
Gambar 3.7 Banyaknya Klinik Pelayanan KB di Indonesia Tahun 2013.................. 32
Gambar 3.8 Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2008-2011.................................... 33
Gambar 3.9 Banyaknya Tenaga Guru di Indonesia Tahun 2008-2011 ................... 34
Gambar 3.10 Persentase Fasilitas Buang Air Besar dalam Rumah Tangga............. 35
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Gambar 3.11 Persentase Fasilitas Air Minum dalam Rumah Tangga........................ 35
Gambar 3.12 Persentase Sumber Penerangan dalam Rumah Tangga..................... 36
Gambar 3.13 Persentase Pria dan Wanita Umur 15-49 yang Pernah Mendengar
AIDS Menurut Pendidikan, Indonesia Tahun 2012................................. 40
Gambar 3.14 Kasus HIV/AIDS dan Kematian................................................................. 47
Gambar 3.15 Angka Melek Huruf Tahun 2007-2011...................................................... 48
Gambar 3.16 Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas................. 48
Gambar 3.17 Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2007-2011......................................... 49
Gambar 3.18 Angka Partisipasi Murni SD/MI/Paket A Tahun 2007-2011................... 49
Gambar 3.19 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs/Paket B Tahun 2007-2011............. 50
Gambar 3.20 Angka Partisipasi Murni SMA/MA/Paket C Tahun 2007-2011.............. 50
Gambar 3.21 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas
Tahun 2007-2011, Indonesia.................................................................... 51
Gambar 3.22 Persentase Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2007-2012......................... 52
Gambar 3.23 Persentase Penduduk Miskin Tahun 2009-2013.................................... 53
Gambar 3.24 Tingkat Partisipasi Angkatan kerja Indonesia (persen)
Tahun 2007-2010...................................................................................... 54
Gambar 3.25 Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia (persen)
Tahun 2007-2011...................................................................................... 55
ii vi
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2010............................................................................................... 4
Tabel 2.2 Fertilitas Menurut Kelompok Umur Tahun 1991-2012.............................. 12
Tabel 2.3 Fertilitas Menurut Kelompok Umur dan Tempat Tinggal
Tahun 1997-2012...................................................................................... 12
Tabel 2.4 Pasangan Usia Subur Tahun 2000-2012................................................. 15
Tabel 2.5 Pengetahuan Tentang Alat/Cara KB......................................................... 15
Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini pada Wanita...................................... 16
Tabel 2.7 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini Menurut Karakteristik Latar
Belakang Wanita Berstatus Kawin ........................................................... 17
Tabel 2.8 Sumber Pembiayaan Kontrasepsi............................................................. 18
Tabel 2.9 Jenis Penyakit dan penyebab Kematian Tahun 2011............................... 24
Tabel 2.10 Tren Data Parameter Kependudukan yang Terkait dengan Migrasi
Risen Indonesia, Tahun 2000-2010.......................................................... 24
Tabel 2.11 Tren Data Parameter Kependudukan yang Terkait dengan Migrasi
Seumur Hidup Indonesia, 2000-2010........................................................ 25
Tabel 3.1 Tren HDI Indonesia Tahun 1980-2012...................................................... 26
Tabel 3.2 Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan
Gender (IPG), dan Rasio (IPG/IPM), Tahun 2004-2011........................... 29
Tabel 3.3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Mengalami Kesulitan.................................................................................................... 29
Tabel 3.4 Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah per Jumlah Sekolah di
Indonesia Tahun 2009/2010...................................................................... 33
Tabel 3.5 Persentase pengetahuan remaja tentang perubahan fisik masa
pubertas..................................................................................................... 36
Tabel 3.6 Persentase sumber pengetahuan tentang perubahan fisik saat pubertas.................................................................................................... 37
Tabel 3.7 Persentase umur remaja wanita pertama kali mendapat haid ................ 38
Tabel 3.8 Persentase Pengetahuan Remaja tentang Anemia.................................. 39
Tabel 3.9 Tren Cakupan Imunisasi Lengkap Tanpa Hepatitis B di Indonesia
Tahun 2003-2012...................................................................................... 40
Tabel 3.10 Persentase Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI Menurut Kelompok Umur, Indonesia Tahun 2007-2012.......................................... 41
Tabel 3.11 Persentase wanita hamil yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan.................................................................................................. 42
Tabel 3.12 Persentase Pemeriksaan Kehamilan........................................................ 43
Tabel 3.13 Komponen Pemeriksaan Kehamilan......................................................... 44
Tabel 3.14 Persentase wanita yang melahirkan di fasilitas kesehatan ...................... 45
ii vii
ii viii
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Tabel 3.15 Persentase Penolong Persalinan Kualifikasi Tertinggi.............................. 46
Tabel 3.16 Jumlah Pendapatan per Kapita Indonesia Tahun 2007-2010.................. 52
Tabel 3.17 Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto Indonesia (juta rupiah)
Tahun 2007-2011...................................................................................... 53
Tabel 3.18 Tren Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja................................................... 54
Tabel 3.19 Tingkat Pengangguran Terbuka................................................................ 55
Tabel 3.20 Perkembangan Konsumsi Pangan Nasional Secara Kuantitas pada
Tahun 2011-2012...................................................................................... 56
Tabel 3.21 Produktivitas Padi Tahun 2011-2012........................................................ 56
Tabel 3.22 Produktivitas Jagung Tahun 2011-2012................................................... 57
Tabel 3.23 Produktivitas Kedelai Tahun 2011-2012................................................... 57
Tabel 3.24 Produktivitas Ubi Kayu Tahun 2011-2012................................................. 57
Tabel 3.25 Volume Produksi Perikanan (ton) Tahun 2007-2012................................ 58
Tabel 3.26 Produktivitas Tanaman Perkebunan Tahun 2008-2013............................ 59
Tabel 3.27 Produktivitas Peternakan Tahun 2008-2011............................................. 59
ii ix
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
DAFTAR TABEL LAMPIRAN
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun
1971-2010................................................................................................. 66
Tabel 2.2 Rasio ketergantungan di Indonesia menurut Provinsi Tahun
2000 -2010................................................................................................ 67
Tabel 2.3 Rasio Jenis Kelamin di Indonesia menurut Provinsi Tahun
2000 - 2010.............................................................................................. 68
Tabel 2.4 Tingkat Urbanisasi di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1990-2010... 69
Tabel 2.5 Kepadatan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun
2000 - 2010............................................................................................... 70
Tabel 2.6 Estimasi Angka Kelahiran Kasar (CBR) di Indonesia Menurut Provinsi
Tahun 1990-2010...................................................................................... 71
Tabel 2.7 Angka Fertilitas Total di Indonesia menurut Provinsi Tahun
2002 - 2012............................................................................................... 72
Tabel 2.8 Rasio Anak Wanita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010.............. 73
Tabel 2.9 Rata-Rata Usia Kawin Pertama di Indonesia menurut Provinsi
Tahun 2010............................................................................................... 74
Tabel 2.10 Median Umur Kawin Pertama Wanita Umur 25-49 tahun Menurut Provinsi, Indonesia 2012.......................................................................... 75
Tabel 2.11 Kebutuhan Ber-KB yang tidak Terpenuhi di Indonesia Tahun 2012...... 76
Tabel 2.12 Median lamanya pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia
menurut Provinsi Tahun 2002-2012......................................................... 77
Tabel 2.13 Angka Kematian Bayi dan Anak di Indonesia menurut Provinsi Tahun
2012......................................................................................................... 78
Tabel 2.14 Estimasi Angka Harapan Hidup (Tahun) di Indonesia Menurut Provinsi
dan Jenis Kelamin Tahun 2010................................................................ 79
Tabel 2.15 Penyebab Kematian di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2012........... 80
Tabel 2.16 Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi
Risen Tahun 2010.................................................................................... 81
Tabel 2.17 Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi
Seumur Hidup Tahun 2010...................................................................... 82
Tabel 3.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi Tahun 2005
dan 2011................................................................................................... 83
Tabel 3.2 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Provinsi Tahun 2005
dan 2011................................................................................................... 84
Tabel 3.3 Penduduk Rentan Karena Kesulitan Fungsional di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010 ................................................................................ 85
ii x
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Tabel 3.4 Rasio Sumberdaya Manusia Kesehatan (Dokter dan Bidan)
Per 100.000 penduduk menurut Provinsi Tahun 2011............................. 86
Tabel 3.5 Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) di
Indonesia menurut Provinsi Tahun 2011.................................................. 87
Tabel 3.6 Klinik pelayanan KB di Indonesia menurut Provinsi, tahun 2013............ 88
Tabel 3.7 Sarana Pendidikan (sekolah) di Indonesia menurut Provinsi Tahun
2008 - 2010............................................................................................... 89
Tabel 3.8 Rasio jumlah penduduk usia sekolah terhadap jumlah sekolah di
Indonesia tahun 2010............................................................................... 90
Tabel 3.9 Jumlah Tenaga Guru di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 s/d 2010.......................................................................................................... 91
Tabel 3.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Buang
Air Besar Tahun 2011............................................................................... 92
Tabel 3.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Air Minum
Tahun 2011............................................................................................... 93
Tabel 3.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Sumber Penerangan, 2012 .......................................................................................................... 94
Tabel 3.13 Persentase dan Cakupan Imunisasi pada Balita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012................................................................................ 95
Tabel 3.14 Persentase Wanita Umur 15-49 tahun yang sedang Hamil di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1997-2012.......................................................... 96
Tabel 3.15 Persentase yang dilahirkan di Fasilitas Kesehatan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012.................................................................................. 97
Tabel 3.16 Persentase penolong persalinan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012........................................................................................................... 98
Tabel 3.17 Jumlah Kumulatif Kasus HIV dan AIDS Berdasarkan Provinsi Tahun
2013 (sd Juni)............................................................................................ 99
Tabel 3.18 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2006
dan 2011................................................................................................... 100
Tabel 3.19 Angka Partisipasi Sekolah ( A P S ) Menurut Provinsi, 2012................... 101
Tabel 3.20 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Jenjang Pendidikan Formal dan Non Formal Tahun 2011....................... 102
Tabel 3.21 Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2011................................................... 103
Tabel 3.22 Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia menurut
Provinsi Tahun 2009-2012........................................................................ 104
Tabel 3.23 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah) ......................................................... 105
Tabel 3.24 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah)........................................... 106
ii xi
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Tabel 3.25 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010............................................................................................... 107
Tabel 3.26 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin
Tahun 2010............................................................................................... 108
ii xii
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 1
PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG
Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga mengamanatkan bahwa penduduk harus menjadi titik sentral
dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara
perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta
memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan
kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa.
Undang-undang no. 52 tahun 2009 memberi tanggungjawab pengendalian penduduk di
Indonesia kepada BKKBN, yang dirubah namanya menjadi Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional. Pada tahun 2012, BKKBN menetapkan visi Penduduk
Tumbuh Seimbang Tahun 2015. Visi tersebut mengacu pada Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Kondisi penduduk tumbuh seimbang
ditandai dengan angka fertilitas total (TFR) sebesar 2,1 anak per wanita atau angka
reproduksi neto (NRR) sebesar 1. Misi dari BKKBN adalah mewujudkan pembangunan
berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Visi dan
misi tersebut akan diwujudkan melalui pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka
kematian, pengarahan mobilitas penduduk, serta pengembangan kualitas penduduk pada
seluruh dimensinya. Upaya ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan pembangunan
berkelanjutan. Dalam UU No. 52 Tahun 2009 diatur pula kewenangan dan tanggungjawab
pemerintah kabupaten/kota untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan
keluarga berkualitas.
Sejalan dengan paradigma pembangunan berkelanjutan, perencanaan pembangunan harus
disusun berdasarkan data dan informasi kependudukan. Perencanaan pembangunan
berbasis data kependudukan merupakan strategi yang penting dalam rangka meningkatkan
relevansi, efektivitas serta efisiensi kebijakan dan program pembangunan di Indonesia.
Penggunaan data yang akurat dalam proses perencanaan telah diatur dalam peraturan
perundangan. Pada Pasal 31 UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional diatur bahwa Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Ketentuan tersebut ditekankan kembali
pada Pasal 152 UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah yang menyebutkan
Perencanaan pembangunanan daerah didasarkan pada data dan informasi yang akurat
dan dapat dipertanggungjawabkan. Secara rinci, pada Pasal 49 UU No. 52/2009 diatur
bahwa: 1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, dan
menyajikan data dan informasi mengenai kependudukan dan keluarga; 2) Upaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui sensus, survei, dan pendataan
keluarga; dan 3) Data dan informasi kependudukan dan keluarga wajib digunakan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan,
dan pembangunan.
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 2
1.2 TUJUAN
Publikasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi tentang kondisi
kependudukan Indonesia yang diamati dari berbagai aspek: kesehatan, pendidikan,
pertanian, ketenagakerjaan dan Keluarga Berencana.
1.3 KERANGKA PIKIR
Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan
manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia secara berkelanjutan, dengan cara
menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam yang
menopangnya dalam suatu ruang wilayah daratan, lautan, dan udara sebagai satu
kesatuan. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak bisa dilepaskan dengan
pemanfaatan ruang wilayah beserta potensi sumber daya yang ada bagi tujuan
pembangunan manusia atau masyarakatnya itu sendiri. Agenda utama pembangunan
berkelanjutan adalah upaya untuk memadukan, mengintegrasikan, dan memberi bobot yang
sama bagi tiga pilar utama pembangunan, yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan
hidup. Penduduk merupakan titik sentral dalam proses pembangunan berkelanjutan karena
penduduk merupakan pelaku sekaligus penerima manfaat pembangunan. Konsep ini
diterjemahkan lebih lanjut dalam konsep pembangunan berwawasan kependudukan.
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Hubungan antara Dinamika Kependudukan
dan Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berwawasan kependudukan, yaitu pembangunan yang berpusat pada
penduduk (people-centered development), adalah pembangunan yang direncanakan
dengan memperhatikan kondisi dan dinamika penduduk. Semua perencanaan
pembangunan harus population responsive, yaitu memperhatikan dan mempertimbangkan
data dan informasi kependudukan secara lengkap, mulai dari jumlah, pertumbuhan, struktur
umur, persebaran, maupun kualitas penduduk. Di sisi lain, pemerintah juga harus mampu
merumuskan kebijakan pengelolaan kependudukan agar tercapai kondisi kependudukan
yang kita harapkan (population-influencing policies).
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 3
1.4 SUMBER DATA
Data yang digunakan untuk menyusun Profil Kependudukan dan Pembangunan di
Indonesia dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah dipublikasikan, seperti: Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia, Sensus Penduduk, Sakernas, Profil Kesehatan
Indonesia, Profil Anak Indonesia, Statistik Kesejahteraan Rakyat, Human Development
Report, Statistik Indonesia, Pelayanan Kontrasepsi. Disamping itu beberapa data yang
disajikan juga merupakan data proyeksi sementara yang dihitung oleh Direktorat
Perencanaan Pengendalian Penduduk pada tahun 2013.
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 4
DINAMIKA PENDUDUK 2
2.1 Kuantitas Penduduk
2.1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah Penduduk
Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 1971-2010, jumlah penduduk Indonesia
mengalami kenaikan menjadi dua kali lipat selama hampir 40 tahun dari sekitar 118
juta pada tahun 1971 menjadi 237 juta pada tahun 2010 (Lihat Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 119.630.913
jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 118.010.413 jiwa. Menurut
kelompok umur, jumlah penduduk usia 0-4 tahun sebanyak 22.678.702 jiwa (9,54
persen), sedangkan penduduk usia 15-64 tahun sebanyak 156.982.218 jiwa (66
persen), dan kelompok penduduk usia 65 tahun keatas sebanyak 12.062.388 jiwa
(5,1 persen).
Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari periode 1971-1980 menurun dari 2,33
persen menjadi 1,44 persen pada periode 1990-2000. Penurunan sampai dengan
1,44 persen tersebut masih memperhitungkan Provinsi Timor-Timur sebagai bagian
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), apabila provinsi Timor-Timur
Laki-Laki Perempuan
0-4 11.662.369 11.016.333 22.678.702 9,5
5-9 11.974.094 11.279.386 23.253.480 9,8
10-14 11.662.417 11.008.664 22.671.081 9,5
15-19 10.614.306 10.266.428 20.880.734 8,8
20-24 9.887.713 10.003.920 19.891.633 8,4
25-29 10.631.311 10.679.132 21.310.443 9,0
30-34 9.949.357 9.881.328 19.830.685 8,3
35-39 9.337.517 9.167.614 18.505.131 7,8
40-44 8.322.712 8.202.140 16.524.852 7,0
45-49 7.032.740 7.008.242 14.040.982 5,9
50-54 5.865.997 5.695.324 11.561.321 4,9
55-59 4.400.316 4.048.254 8.448.570 3,6
60-64 2.927.191 3.131.570 6.058.761 2,5
65-69 2.225.133 2.468.898 4.694.031 2,0
70-74 1.531.459 1.924.872 3.456.331 1,5
75-79 842.344 1.135.561 1.977.905 0,8
80-84 481.462 661.708 1.143.170 0,5
85+ 282.475 431.039 713.514 0,3
Total 119.630.913 118.010.413 237.641.326 100,0
%
Jenis KelaminKelompok
UmurJumlah
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 5
dikeluarkan maka LPP Indonesia diperkirakan berada pada angka 1,40 persen
(Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Indonesia, BPS, 2011 Hal. 26). Pada
periode 2000-2010 Laju pertumbuhan penduduk mengalami kenaikan menjadi 1,49
persen.
Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010
Berdasarkan wilayah, LPP tertinggi menurut SP tahun 2010 berada pada provinsi
Papua (5,39 persen) dan terendah di provinsi Jawa Tengah (0,37 persen). LPP
menurut provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.1.
2.1.2 Perubahan Struktur Umur menurut Jenis Kelamin Penduduk
Piramida Penduduk
Tren Piramida penduduk Indonesia tahun 1971 sampai dengan 2010
menggambarkan perubahan struktur umur penduduk Indonesia. Bentuk Piramida
Penduduk berubah menjadi tipe expansive pada tahun 2010 dimana jumlah
penduduk usia muda lebih banyak daripada usia dewasa maupun tua.
Gambar 2.2 Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 6
Pada piramida penduduk tahun 2010, kelompok umur 20-24 tahun menunjukkan
keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) pada tahun 1990. Apabila
dibandingkan dengan kelompok umur di bawahnya (0-19 tahun) terlihat adanya
peningkatan kelahiran pada periode setelah tahun 1990. Selain itu, bagian puncak
piramida menunjukkan peningkatan pada jumlah penduduk lanjut usia (lihat Gambar
2.2).
Distribusi Penduduk Menurut 3 Kelompok Umur Besar
Meskipun secara absolut jumlah penduduk usia muda (umur 0-14 tahun) mengalami
kenaikan, akan tetapi persentasenya terus mengalami penurunan yakni dari 30,44
persen pada SP tahun 2000, menjadi 28,87 persen pada SP tahun 2010. Disisi lain,
penduduk usia produktif (umur 15-64 tahun) persentasenya mengalami peningkatan,
yakni dari 65,03 persen pada tahun 2000 menjadi 66,09 persen pada tahun 2010.
Kondisi tersebut berpengaruh terhadap turunnya rasio ketergantungan (bonus
demografi) dan membuka jendela peluang dalam bidang ekonomi sebagai akibat
melonjaknya penduduk usia produktif serta menurunnya penduduk usia tidak
produktif.
Gambar 2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan 3 Kelompok Umur Besar Tahun 2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010
Penduduk usia lanjut (umur 65+) juga mengalami peningkatan dari 4,53 persen pada
tahun 2000 menjadi 5,04 persen pada tahun 2010. Persentase ini diproyeksikan
akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, sehingga
akan berdampak pada peningkatan rasio ketergantungan.
Rasio Ketergantungan
Tren rasio ketergantungan secara nasional mengalami penurunan dari data SP 1971
yaitu 86,86 per 100 orang usia produktif menjadi 51,31 per 100 orang usia produktif
pada tahun 2010. Kondisi ini menggambarkan banyaknya jumlah penduduk yang
harus ditanggung oleh penduduk usia kerja telah mengalami penurunan.
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 7
Gambar 2.4 Rasio Ketergantungan Tahun 1971- 2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010
Tingkat rasio ketergantungan di wilayah provinsi pada saat ini berbeda-beda,
provinsi DKI Jakarta dengan tingkat rasio ketergantungan terendah pada tahun 2010
yakni 36,94 per 100 orang. Sebaliknya pada Provinsi NTT dengan rasio
ketergantungan 73,21 per 100 orang usia produktif masih belum memasuki peluang
dimaksud. Disparitas tingkat rasio ketergantungan pada provinsi ini dipengaruhi oleh
tingkat kelahiran dan kematian pada masing-masing provinsi. Lihat lampiran Tabel
2.2 untuk rasio ketergantungan menurut Provinsi.
Banyaknya jumlah penduduk pada kelompok usia produktif dibandingkan kelompok
usia non-produktif dapat memberikan manfaat bagi pembangunan nasional terutama
pada sektor ekonomi. Akan tetapi untuk memanfaatkan kondisi tersebut, kualitas
SDM harus ditingkatkan secara maksimal antara lain melalui pendidikan, pelayanan
kesehatan dan penyediaan lapangan pekerjaan.
Hasil perhitungan sementara Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk
BKKBN pada tahun 2013 menunjukkan bahwa window of opportunity di Indonesia
diperkirakan terjadi pada rentang waktu tahun 2020 sampai tahun 2035, dengan nilai
rasio ketergantungan terendah berada pada tahun 2020 sampai dengan tahun 2030
yakni 46,28 serta 46,29 per 100 orang usia produktif (lihat pada fokus Gambar 2.4).
Gambar 2.5 Proyeksi Rasio Ketergantungan Tahun 2015 - 2035
Sumber data: SP 1971-2010
Perhitungan sementara Ditrenduk, BKKBN Tahun 2013
BONUS
DEMOGRAFI
WINDOW OF
OPPORTUNITY
86,86
79,08
67,84
53,78
51,31 49,0546,28 46,13 46,29 47,30
53,51 55,8459,58
65,03 66,09 67,0968,36 68,43 68,35 67,88
43,9640,91
36,65
30,4428,87 27,44
25,46 24,14 22,76 21,72
2,52 3,25 3,77 4,535,04 5,47 6,18
7,43 8,8810,39
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1971 1980 1990 2000 2010 2015 2020 2025 2030 2035
< 15 Th 15-64 Th 64+ DR
BONUS
DEMOGRAFI
WINDOW OF
OPPORTUNITY
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 8
Rasio Jenis Kelamin (sex ratio)
Para Demografer menyatakan bahwa perbandingan antara bayi laki-laki dengan bayi
perempuan pada waktu lahir berkisar antara 103-105 bayi laki-laki per 100 bayi
perempuan (LDUI, 2010 Hal. 32).
Berdasarkan hasil sensus penduduk rasio jenis kelamin meningkat dari 97,18 orang
laki-laki berbanding 100 orang perempuan pada tahun 1971 menjadi 101 orang laki-
laki berbanding 100 orang perempuan pada tahun 2010. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa jumlah laki-laki di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan
jumlah perempuan.
Gambar 2.6 Tren Rasio Jenis Kelamin
di Indonesia tahun 1971-2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010
Besar kecilnya Rasio Jenis kelamin pada suatu daerah dipengaruhi oleh pola
Mortalitas atau pola Migrasi. Provinsi Papua dengan Rasio Jenis Kelamin tertinggi
tahun 2010 yakni 113 orang laki-laki berbanding 100 orang perempuan, diperkirakan
terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki yang masuk untuk bekerja pada sektor
pertambangan. Sedangkan pada Provinsi NTB dengan Rasio Jenis Kelamin
terendah tahun 2010 yakni 94 orang laki-laki per 100 orang perempuan, diperkirakan
terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki yang keluar dari wilayah tersebut untuk
bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri. Lebih lanjut tentang
rasio jenis kelamin menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.3
2.1.3 Persebaran Penduduk
Persebaran Penduduk
Secara demografis persebaran penduduk di Indonesia juga tidak merata. Sebagian
besar penduduk Indonesia berdasarkan SP tahun 2010 menghuni pulau Jawa (57,5
persen) serta sebagian kecil berada di pulau Maluku dan Papua (2,6 pesen).
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 9
Gambar 2.7 Persebaran Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010
Dalam waktu lima dekade terlihat adanya pengurangan persentase penduduk yang
bertempat tinggal di pulau Jawa yaitu dari 63,9 persen pada tahun 1971 menjadi
57,5 persen tahun 2010. Hal ini diikuti dengan kenaikan persentase penduduk yang
bertempat tinggal di pulau Sumatera dari 17,6 persen pada tahun 1971 menjadi 21,3
persen pada tahun 2010. Dengan demikian, seperti terlihat pada Gambar 2.6,
kecenderungan migrasi keluar sebagian besar menuju pulau Sumatera, sedangkan
di wilayah lainnya relatif tetap.
Urbanisasi
Urbanisasi menunjukkan persentase penduduk suatu wilayah yang tinggal di daerah
perkotaan. Proses urbanisasi bukan hanya proses perpindahan penduduk dari
perdesaan ke perkotaan, namun juga termasuk pertumbuhan alamiah penduduk
perkotaan, perluasan wilayah perkotaan maupun perubahan status wilayah dari
daerah perdesaan ke perkotaan.
Gambar 2.8 Urbanisasi di Indonesia Tahun 1990-2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000, 2010
Persentase penduduk di daerah perkotaan meningkat dari 42,1 persen pada tahun
2000, menjadi 49,8 persen pada tahun 2010. Angka ini diproyeksikan akan terus
meningkat terutama untuk beberapa provinsi khususnya Jawa dan Bali.
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 10
Provinsi DKI jakarta sebagai Ibu Kota Negara memiliki tingkat urbanisasi tertinggi,
sementara provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan tingkat urbanisasi
terendah tahun 2010 yakni sebesar 19,3 persen. Lebih lanjut tentang Urbanisasi
menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.4.
Kepadatan Penduduk
Data kepadatan penduduk berdasarkan data SP, mengalami peningkatan dari 107
jiwa per km2 pada tahun 2000, menjadi 124 jiwa per km2 pada tahun 2010.
Kepadatan penduduk Indonesia antara provinsi yang satu dengan provinsi yang lain
tidak seimbang. Sebagian besar penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa.
Padahal, luas wilayah pulau Jawa hanya 6,8 persen dari luas wilayah negara
Indonesia.
Gambar 2.9 Kepadatan Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010
Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara yang menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi, tampaknya menjadi daya tarik masyarakat untuk mencari kehidupan
ekonomi yang lebih baik sehingga memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi
yaitu 14,469 jiwa per km2. Sedangkan, provinsi dengan tingkat kepadatan terendah
adalah Papua Barat dengan tingkat kepadatan hanya 8 jiwa per km2. Lihat lampiran
Tabel 2.5 untuk kepadatan penduduk menurut Provinsi.
2.2 Fertilitas dan Faktor yang Mempengaruhi
2.2.1 Kecenderungan dan Pola Fertilitas
Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR)
Angka Kelahiran Kasar (CBR) menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun
tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Angka kelahiran
kasar di Indonesia mengalami kenaikan dari 17,4 kelahiran per 1000 penduduk (SP
2000) menjadi 17,9 kelahiran per 1000 penduduk (SP 2010).
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 11
Sementara menurut hasil SDKI, Angka Kelahiran Kasar Indonesia terus mengalami
penurunan dari 25,1 pada survey tahun 1991, menjadi 20,4 pada tahun 2012.
Gambar 2.10 Angka Kelahiran Kasar di Indonesia
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000 dan 2010
SDKI 1991, 1994, 1997, 2002, 2007, 2012
Berdasarkan wilayah, angka kelahiran Kasar tertinggi menurut SP 2010 berada pada
Provinsi Kepulauan Riau yakni 22,5 kelahiran per 1000 penduduk dan terendah pada
provinsi DI Yogyakarta yakni 14,4 per 1000 penduduk (data Provinsi dapat dilihat
pada lampiran Tabel 2.6).
Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR)
Berdasarkan data SDKI, TFR nasional mengalami penurunan dari 3,03 anak per
wanita usia subur pada tahun 1991 menjadi 2,60 anak per wanita usia subur pada
tahun 2002/2003. Sejak periode tahun 2002/2003 angka fertilitas total hanya
mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan survey terakhir tahun 2012 yakni
menjadi 2,59 anak per wanita usia subur. Menurut SDKI 2012, TFR tertinggi terdapat
di provinsi Papua Barat (3,70 anak per wanita usia subur) dan TFR terendah di
provinsi DIY Jogjakarta (2,10 anak per wanita usia subur). Lebih lanjut tentang TFR
menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.7.
Gambar 2.11 TFR Indonesia Tahun 1991-2012
Sumber data : SDKI 1991, 1994, 1997, 2002, 2007, 2012
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 12
Angka Fertilitas Menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR)
ASFR adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran per 1.000 perempuan
pada kelompok umur tertentu antara 15-49 tahun. Data tren Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukan ada pergeseran puncak ASFR dari
kelompok umur 20-24 tahun pada tahun 1991 menjadi 25-29 tahun pada tahun 2012.
Pada tahun 2012, jumlah kelahiran pada kelompok umur 25-29 tahun adalah 143 per
1000 perempuan 25-29 tahun. Sedangkan kelompok umur dengan jumlah kelahiran
terendah adalah kelompok umur 45-49 tahun yakni 4 per 1000 perempuan 45-49
tahun.
Tabel 2.2 Fertilitas Menurut Kelompok Umur Tahun 1991- 2012
Kel. Umur Wanita (Age Group)
1991 1994 1997 2002/03 2007 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
15-19 67 61 62 51 51 48
20-24 162 148 143 131 135 138
25-29 157 150 149 143 134 143
30-34 117 109 108 99 108 103
35-39 73 68 66 66 65 62
40-44 23 31 24 19 19 21
45-49 7 4 6 4 6 4
TFR 3,03 2,85 2,79 2,56 2,59 2,59
Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002/2003, 2007 dan 2012
Secara umum, ASFR di daerah perkotaan lebih rendah dari perdesaan, hal ini
terlihat dari adanya perbedaan pada pola kelahiran, dimana puncak kelahiran di
perkotaan terjadi pada kelompok usia 25-29 tahun, sedangkan di perdesaan terjadi
pada kelompok usia 20-24 tahun. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah
ASFR kelompok usia 15-19 tahun di Desa, dimana pada tahun 2012 kondisinya
masih sangat tinggi yakni sebesar 69, angka tersebut lebih dari 2 kali lipat bila
dibandingkan dengan ASFR 15-19 tahun di kota yaitu sebesar 32.
Tabel 2.3 Fertilitas Menurut Kelompok Umur dan Tempat Tinggal Tahun 1997-2012
Kelompok Umur Wanita (Age Group)
1997 2002/03 2007 2012
Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
15-19 32 79 41 63 26 74 32 69
20-24 112 158 119 144 116 153 121 156
25-29 143 152 143 144 138 131 145 141
30-34 113 105 103 95 104 110 108 98
35-39 62 67 64 68 59 70 59 64
40-44 17 27 18 21 17 21 22 20
45-49 1 7 2 5 4 7 3 6
Total 480 595 490 540 464 566 490 554
TFR 2,40 2,98 2,45 2,70 2,32 2,83 2,45 2,77
Sumber Data : SDKI Tahun 1997, 2002/03, 2007, dan 2012
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 13
Rasio Anak terhadap Wanita (Child Woman Ratio/CWR)
Rasio anak terhadap wanita menggambarkan perbandingan antara jumlah anak di
bawah lima tahun (0-4 tahun) terhadap 1000 penduduk perempuan usia 15-49 tahun.
Berdasarkan data SP, tren rasio anak terhadap wanita usia subur mengalami
penurunan dari 667 per 1000 wanita usia subur pada tahun 1971 menjadi 348 per
1000 wanita usia subur di tahun 2010.
Gambar 2.12 Rasio Anak terhadap Wanita Tahun 1971 2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010
Berdasarkan wilayah, Provinsi Maluku merupakan Provinsi dengan Rasio Anak
terhadap Wanita tertinggi menurut hasil SP 2010 yakni 484 per 1000 wanita usia
subur, sedangkan DI Yogyakarta menjadi Provinsi dengan Rasio Anak terhadap
Wanita terendah yakni 272 per 1000 wanita usia subur. Lihat lampiran Tabel 2.8
untuk CWR menurut Provinsi.
2.2.2 Pola Perkawinan
Umur Kawin Pertama Perempuan (Singulate Mean Age at First Marriage/SMAM)
SMAM adalah perkiraan/estimasi rata-rata umur kawin pertama berdasarkan jumlah
penduduk yang tetap lajang (belum kawin). SMAM Indonesia berdasarkan SP tahun
2010 adalah 22,3 tahun, angka tersebut menurun dibandingkan hasil SP 2000 yang
hanya 22,5 tahun.
Gambar 2.13 Rata-rata Umur Kawin Pertama Perempuan Tahun 1980 2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000 dan 2010
Sumber SMAM 1980: Indonesia Assessment-Population and Human Resources, Gavin W. Jones,Terence H. Hull, Hal.2
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 14
SMAM tertinggi untuk wilayah provinsi berdasarkan SP 2010 terdapat pada Provinsi
Kepulauan Riau yakni 24,4 tahun, sedangkan angka terendah berada pada Provinsi
Kalimantan Tengah yakni 21,0 tahun. Lihat lampiran Tabel 2.9 untuk SMAM
menurut Provinsi.
Median Usia Kawin Pertama
Usia kawin pertama adalah usia saat wanita melakukan perkawinan secara hukum
dan biologis yang pertama kali. Usia kawin pertama yang dilakukan oleh setiap
wanita memiliki resiko terhadap persalinannya. Semakin muda usia kawin pertama
seorang wanita, maka semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu
maupun anak. Selain itu, usia kawin pertama juga berpengaruh besar pada tingkat
fertilitas wanita maupun jumlah penduduk, sebagai akibat dari lamanya waktu
reproduksi wanita.
Gambar 2.14 Median Usia Kawin Pertama Wanita Tahun 1991-2007
Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-03, 2007, 2012
Hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan median usia kawin pertama berada pada usia
20,1 tahun, angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan hasil SDKI 2002-2003
yakni 19,8 tahun (lihat gambar 2.13).
Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SDKI 2007 menempati posisi terendah
usia kawin pertama wanita yakni pada usia 18,7 tahun, sedangkan DKI Jakarta
menempati angka tertinggi yakni 22,5 tahun. Lebih jelas tentang Median Usia Kawin
Pertama menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.10.
2.2.3 Kesertaan ber KB
2.2.3.1 Pasangan Usia Subur (PUS)
Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya berumur
antara 15 49 tahun, dan secara operasional pula pasangan suami-istri yang
istri berumur kurang dari 15 tahun dan telah kawin atau istri berumur lebih dari
49 tahun tapi belum menopause (BKKBN, 2007). Tingkat kesertaan ber-KB
diukur dari angka persentase PUS yang menjadi peserta KB.
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 15
Data BKKBN menunjukkan Pasangan Usia Subur di Indonesia berjumlah
37.766.883 pada tahun 2000, angka tersebut terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun yakni 46.315.818 pada tahun 2010 dan 48.370.542 pada
tahun 2012.
Tabel 2.4 Pasangan Usia Subur (Ribuan) Tahun 2000-2012
Tahun PUS
2000 37.766.883
2010 46.315.818
2011 47.326.142
2012 48.370.542
Sumber data: Biren dan Ditlaptik, BKKBN
2.2.3.2 Contraceptive Prevalence Rate dan Mix Kontrasepsi Pengetahuan Mengenai Alat/Cara KB
Tabel 2.5 menunjukkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi untuk
semua wanita, wanita pernah kawin dan pria berstatus kawin. Hampir semua
wanita dan wanita pernah kawin di Indonesia (98 persen dan 99 persen)
pernah mendengar dan mengetahui paling tidak satu alat/cara KB. Persentase
ini relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak SDKI 2007.
Suntikan dan pil merupakan alat/cara KB yang paling dikenali dan diketahui
oleh wanita di Indonesia 96 persen. Diantara metode kontrasepsi modern,
kontrasepsi darurat yang diketahui adalah diafragma dan metode amenore
laktasi (MAL). Secara umum, pria kurang mengetahui tentang metode
kontrasepsi tertentu daripada wanita, kecuali untuk kontrasepsi kondom
dimana pengetahuan pria lebih tinggi daripada wanita.
Tabel 2.5 Pengetahuan Tentang Alat/Cara KB
Sumber data: SDKI 2012
Metode Semua Wanita
Wanita Berstatus Menikah
Wanita Umur Subur belum
Menikah Pria Berstatus
Kawin
Suatu Alat/Cara KB 98.0 99.0 90.7 97.3
Cara KB Modern 98.0 98.9 89.0 97.2 Sterilisasi Wanita 61.4 67.0 44.4 40.3 Sterilisasi Pria 33.7 37.7 25.4 30.6 Pil 95.6 97.3 87.7 93.0 IUD 75.8 82.3 68.2 65.1 Suntikan 95.9 98.0 83.0 92.5 Susuk KB 81.8 89.0 54.1 63.1 Kondom 83.1 84.4 84.9 87.0 Diafragma 10.7 10.5 9.5 7.8 Metode Amenore Laktasi (MAL) 21.6 23.8 22.8 7.7 Kontrasepsi Darurat 11.0 11.3 10.6 6.9
Cara KB tradisional 56.8 62.6 62.9 46.7 Jumlah wanita /pria 45,607 33,465 34 9,306
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 16
Pemakaian Kontrasepsi dan Kecenderungannya
Tabel 2.6 menunjukkan bahwa 62 persen wanita berstatus kawin
menggunakan kontrasepsi. Metode tradisional tidak umum digunakan di
Indonesia; 58 persen wanita berstatus kawin umur 15-49 yang menggunakan
metode kontrasepsi modern dan 4 persen wanita berstatus kawin
menggunakan metode tradisional. Suntik KB adalah metode kontrasepsi yang
paling banyak digunakan, diikuti oleh pil (masing-masing sebesar 32 persen
dan 14 persen).
Program yang mendorong partisipasi pria untuk ber-KB telah dilakukan
selama beberapa tahun, namun penggunaan metode kontrasepsi ini masih
rendah. Hanya sedikit wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun yang
suaminya menggunakan kondom pria dan sanggama terputus (masing-masing
2 persen), dan 1 persen menggunakan pantang berkala. Selanjutnya, tingkat
penggunaan sterilisasi pria masih kurang dari 1 persen.
Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini pada Wanita
Sumber data: SDKI 2012
Pemakaian Kontrasepsi Menurut Karakteristik Latar Belakang
Tabel 2.7 menunjukkan bahwa angka prevalensi kontrasepsi hampir sama di
daerah perkotaan dan pedesaan (62 persen). Suntik KB digunakan oleh
wanita perkotaan dan perdesaan, tetapi wanita di perdesaan memiliki
persentase penggunaan suntik KB yang lebih besar daripada wanita di
perkotaan (masing-masing 35 persen dan 28 persen).
Penggunaan metode kontrasepsi juga bervariasi menurut tingkat pendidikan.
Suntik KB merupakan metode yang paling populer pada semua kategori
pendidikan wanita. IUD, kondom dan sterilisasi wanita lebih banyak
digunakan oleh wanita berstatus kawin dengan tingkat pendidikan lebih tinggi.
Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini : Wanita
Cara Modern Cara Tradisional
Umur Suatu cara
Suatu cara
modern Sterilisasi
wanita Sterilisasi
Pria Pil IUD Suntik Susuk
KB Kondom MAL Lainnya
Suatu cara
tradisional Pantang berkala
Sanggama terputus Lainnya
Tidak pakai Total
Jumlah wanita
Semua wanita
15-19 6.3 6.2 0.0 0.0 1.2 0.1 4.9 0.1 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 0.1 0.0 93.7 100.0 6,927
20-24 36.2 35.4 0.0 0.0 6.5 1.2 25.5 1.6 0.6 0.0 0.0 0.8 0.1 0.6 0.1 63.8 100.0 6,305
25-29 55.0 52.2 0.2 0.0 11.2 2.1 34.2 2.8 1.7 0.0 0.0 2.7 0.7 1.9 0.1 45.0 100.0 6,959
30-34 60.2 56.7 1.3 0.1 13.4 3.4 32.7 3.6 2.0 0.1 0.0 3.6 1.1 2.1 0.3 39.8 100.0 6,876
35-39 62.9 57.9 3.8 0.2 14.3 4.2 29.5 3.8 2.0 0.0 0.0 5.0 1.5 3.1 0.4 37.1 100.0 6,882
40-44 58.6 53.5 5.8 0.1 13.7 5.2 23.5 3.6 1.5 0.0 0.0 5.1 2.0 2.4 0.6 41.4 100.0 6,252
45-49 39.8 36.3 7.0 0.5 9.4 5.1 11.6 1.5 1.1 0.0 0.0 3.6 1.3 1.7 0.5 60.2 100.0 5,407 Total 45.7 42.7 2.4 0.1 10.0 3.0 23.5 2.4 1.3 0.0 0.0 3.0 1.0 1.7 0.3 54.3 100.0 45,607
Wanita berstatus kawin
15-19 48.1 47.6 0.0 0.0 8.8 0.9 37.3 0.6 0.0 0.1 0.0 0.4 0.1 0.3 0.1 51.9 100.0 890
20-24 60.5 59.3 0.0 0.0 10.9 2.0 42.7 2.6 0.9 0.1 0.0 1.3 0.2 1.0 0.1 39.5 100.0 3,754
25-29 63.6 60.4 0.3 0.0 12.9 2.4 39.6 3.2 2.0 0.0 0.0 3.1 0.8 2.2 0.1 36.4 100.0 6,000
30-34 65.7 61.8 1.4 0.1 14.7 3.6 35.7 3.9 2.2 0.1 0.0 3.9 1.2 2.3 0.3 34.3 100.0 6,285
35-39 68.1 62.7 4.1 0.2 15.6 4.4 32.0 4.1 2.2 0.0 0.0 5.4 1.7 3.3 0.5 31.9 100.0 6,331
40-44 65.2 59.5 6.3 0.1 15.4 5.5 26.4 4.0 1.7 0.0 0.0 5.7 2.3 2.7 0.7 34.8 100.0 5,572
45-49 45.8 41.6 7.7 0.5 10.9 5.8 13.6 1.7 1.3 0.0 0.0 4.2 1.5 2.0 0.6 54.2 100.0 4,633 Total 61.9 57.9 3.2 0.2 13.6 3.9 31.9 3.3 1.8 0.0 0.0 4.0 1.3 2.3 0.4 38.1 100.0 33,465
Sumber: SDKI 2012
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 17
Tabel 2.7 Pemakaian kontrasepsi masa kini menurut karakteristik latar belakang wanita berstatus kawin
Sumber data: SDKI 2012
Gambar 2.14 menunjukkan pemakaian alat/cara KB meningkat hampir 1
persen per tahun selama periode sebelas tahun antara SDKI tahun 1991 dan
SDKI tahun 2002-2003. Selama satu dekade setelah SDKI tahun 2002-2003,
peningkatan pemakaian alat/cara KB kurang dari 2 persen.
Gambar 2.15 Pemakaian Alat/Cara KB (CPR)
Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-03, 2007, 2012
Gambar 2.15 menunjukkan tingkat popularitas beberapa metode kontrasepsi
modern. Penggunaan IUD terus menurun selama 20 tahun terakhir, dari 28,3
persen pada tahun 1991 dan saat ini sebesar 6,7 persen. Di sisi lain,
penggunaan suntikan meningkat dari 24,9 persen pada tahun 1991 menjadi
55,1 persen pada 2012. Sementara pil adalah metode modern yang paling
umum digunakan pada tahun 1991 dan tahun 1994, serta suntik KB
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 18
merupakan metode kontrasepsi modern yang paling populer digunakan sejak
SDKI tahun 1997.
Gambar 2.16 Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Metode Kontrasepsi Modern
Sumber data: SDKI 2012
Biaya Pemakaian Kontrasepsi
Berdasarkan SDKI 2012 sebanyak 23 persen dari seluruh pemakai
kontrasepsi memperoleh cara atau alat kontrasepsi dari tempat pelayanan
pemerintah, dan sebagian besar dari mereka (16 persen) membayar untuk
metode dan jasa pelayanannya.
Tabel 2.8 Sumber Pembiayaan Kontrasepsi
Sumber data: SDKI 2012
Kemandirian pemakaian kontrasepsi menurut SDKI 2012 dua persen lebih
rendah dibandingkan dengan SDKI 2007 (masing-masing 89 persen dan 91
persen). Pemakai kontrasepsi suntik, pil dan kondom cenderung membayar
dalam mendapatkan alat/obat kontrasepsinya (masing-masing 96 persen, 95
persen dan 95 persen) dibandingkan pemakai alat/cara kontrasepsi lain. Dua
per tiga dari pemakai IUD, 62 persen pemakai sterilisasi pada wanita dan 55
persen dari pemakai implan membayar untuk mendapatkan alat/metode
kontrasepsinya.
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 19
Tabel 2.8 juga menjelaskan tentang sumber pelayanan kontrasepsi yang
dikategorikan kedalam 3 tempat pelayanan yakni Pemerintah, Swasta, dan
Lainnya. Pelayanan kontrasepsi ini diarahkan pada kemandirian dan
partisipasi sektor swasta.
Gambar 2.17 Sumber Pelayanan Kontrasepsi di IndonesiaTahun 2012
Sumber data: SDKI 2012
Gambar 2.16 menunjukkan beberapa alat/cara KB masih menjadi domainnya
pemerintah seperti sterilisasi wanita dan pria, selebihnya kebanyakan dilayani
oleh pihak swasta. Sedangkan alat kontrasepsi yang dapat diperoleh di toko
obat adalah pil dan kondom.
2.2.3.3 Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi yang tidak Terpenuhi (Unmet
Need)
Unmet need menggambarkan persentase wanita usia subur yang tidak
menggunakan alat/cara kontrasepsi namun menginginkan penundaan
kehamilan (penjarangan sampai dengan 24 bulan) atau berhenti sama sekali
(pembatasan).
Gambar 2.18 Unmet Need di Indonesia Tahun 1991-2012
Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-03, 2007, 2012
Definisi unmet need pada SDKI tahun 2012 mengalami perubahan dari definisi
SDKI tahun 2007. Dalam rangka menyediakan data yang dapat dibandingkan,
maka telah dilakukan perhitungan total unmet need dengan menggunakan
definisi baru. Hasilnya terjadi penurunan unmet need pada wanita berstatus
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 20
kawin umur 15-49 dari 17.0 persen pada tahun 1991, turun menjadi 15,3
persen pada tahun 1994, dan 11,4 persen pada tahun 2012.
Menurut SDKI 2012, kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi (unmet
need) pada wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun adalah 11,4 persen; 5
persen untuk penundaan kelahiran, dan 6,9 persen untuk membatasi
kelahiran. Unmet need Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2.11.
2.2.3.4 Alasan Tidak Memakai Kontrasepsi
Sebagian besar wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi pada saat
survey berkaitan dengan alasan fertilitas yaitu sebesar 40,2 persen. Diantara
mereka 19,1 persen adalah yang telah memasuki masa menopause, 9,2
persen ingin memiliki anak banyak, 7,4 persen abstinensi, 3 persen tidak
subur dan fatalistic 1,6 persen (lihat Gambar 2.18).
Gambar 2.19 Alasan tidak ingin memakai Kontrasepsi
Sumber data: SDKI 2012
Adapun wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi berkaitan dengan alasan
atau cara KB sebesar 23,4 persen, dimana 11,5 persen dari mereka adalah
yang takut dengan efek samping, 7,8 persen berkaitan dengan masalah
kesehatan, 2,3 persen merasa tidak nyaman menggunakan alat kontrasepsi, 1
persen menjadi gemuk atau kurus, dan selebihnya karena alasan kurangnya
akses dan biaya yang terlalu mahal.
2.2.3.5 Median lama dan frekuensi menyusui secara eksklusif
Secara umum median lama menyusui di Indonesia adalah selama 21,4 bulan,
dengan durasi meannya selama 20,5 bulan. Namun demikian median durasi
ASI eksklusif kurang dari 1 bulan dengan durasi meannya 3 bulan. Seperti
dapat dilihat pada Gambar 2.19. Lampiran Tabel 2.12 untuk melihat Median
lama menyusui menurut Provinsi.
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 21
Gambar 2.20 Rata-rata pemberian Asi Eksklusif untuk Semua Anak (bulan)
Sumber data: SDKI 2012
2.3 Mortalitas dan Faktor yang Mempengaruhi
2.3.1 Kecenderungan dan Pola Mortalitas
Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR)
Estimasi angka Kematian Kasar berdasarkan United Nation (UN) Population
Prospect menurun dari 13 per 1000 penduduk pada periode tahun 1970 sampai
dengan 1975, menjadi 6 per 1000 penduduk pada periode tahun 2005 sampai
dengan 2010. Penurunan angka kematian kasar ini memberikan gambaran
peningkatan kesejahteraan penduduk, sebagai dampak dari kemajuan di bidang
kesehatan.
Gambar 2.21 Estimasi Kematian Kasar di Indonesia
Sumber data: World Population Prospects The 2012 Revision, UN
Angka Kematian Bayi (Infant MortaIity Rate/IMR)
Kematian bayi menggambarkan peluang untuk meninggal antara kelahiran dan
sebelum mencapai umur tepat satu tahun. Angka kematian Bayi dapat dibagi
menjadi dua bagian yakni kematian neonatum dan post-neonatum. Kematian
Neonatum menggambarkan peluang untuk meninggal dalam bulan pertama setelah
lahir, sedangkan kematian post-neonatum menggambarkan peluang untuk setelah
bulan pertama tetapi sebelum umur tepat satu tahun.
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 22
Gambar 2.22 Angka Kematian Bayi dan Anak Tahun 1991-2012
Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012
Kematian bayi berusia di bawah satu tahun menurun dari 67,8 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 1991 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012.
Berdasarkan data provinsi kasus kematian bayi tertinggi terdapat di Papua Barat (74
per 1000 kelahiran hidup) dan terendah di provinsi Kalimatan Timur (21 per 1000
kelahiran hidup). Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Bayi menurut
Provinsi.
Angka Kematian Anak (1-4 Tahun)
Kematian anak menggambarkan peluang untuk meninggal antara umur satu tahun
dan sebelum tepat lima tahun. Gambar 2.21 menunjukan bahwa kematian anak usia
1-4 tahun telah turun sejak tahun 1991, dari 31,7 per 1000 kelahiran anak usia 1-4
tahun menjadi 9 per 1000 kelahiran anak usia 1-4 tahun pada tahun 2012. Provinsi
dengan angka kematian anak usia 1-4 tahun tertinggi adalah Papua (64 per 1000
anak usia 1-4 tahun) dan terendah adalah Jambi (3 per 1000 anak usia 1-4 tahun).
Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Anak menurut Provinsi.
Angka Kematian Balita (Under Five Mortality Rate/U5MR)
Kematian balita menggambarkan peluang untuk meninggal antara kelahiran dan
sebelum umur tepat lima tahun. Pada tahun 1991, kasus kematian balita adalah
sebanyak 97,4 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun. Angka tersebut terus menurun
mencapai 40 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun pada tahun 2012. Provinsi dengan
angka kematian balita tertinggi adalah Papua (115 per 1000 anak usia dibawah 5
tahun) dan terendah adalah Riau (28 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun). Lihat
Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Balita menurut Provinsi.
Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate/MMR)
Kasus Kematian Ibu yang disebabkan karena komplikasi kehamilan dan kelahiran
anak di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data SDKI, angka kematian ibu
mengalami tren penurunan dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007 yakni 390
per 100,000 kelahiran hidup pada tahun 1994, kemudian turun menjadi 228 per
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 23
100,000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Jumlah tersebut pada tahun 2012
mengalami peningkatan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Gambar 2.23 Angka Kematian Ibu Tahun 2002-2012
Sumber data: SDKI Tahun 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012
Angka Harapan Hidup (Life Expectancy)
Angka harapan hidup (AHH) merupakan rata-rata tahun hidup yang akan dijalani
oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Berdasarkan tren data SP, AHH
di Indonesia telah meningkat dari tahun 1971 yaitu 45,7 tahun menjadi 70,7 tahun
pada tahun 2010. Berdasarkan jenis kelamin, AHH perempuan lebih tinggi (72,6
tahun) daripada AHH laki-laki (68,7 tahun).
AHH disetiap provinsi pada tahun 2010 (SP2010) berbeda-beda dari yang tertinggi
provinsi DKI Jakarta yaitu 74,7 tahun sampai dengan yang terendah provinsi
Gorontalo yaitu 63,2 tahun (lihat Lampiran Tabel 2.14 untuk AHH menurut Provinsi).
Gambar 2.24 Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun 1971-2010
Sumber data: SP Tahun 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010
2.3.2 Penyebab Kematian
Pada tahun 2011, berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI, jenis penyakit
dengan jumlah kematian tertinggi di Indonesia disebabkan oleh demam berdarah
dengue (DBD) yaitu sebanyak 816 jiwa. Kasus tertinggi terjadi di provinsi Jawa Barat
dengan 167 jiwa (data provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2.15).
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 24
Tabel 2.9 Jenis Penyakit dan Penyebab Kematian tahun 2011
Sumber: Dirjen PP dan PL, Profil Kesehatan Indonesia 2012
2.4 Migrasi
2.4.1 Kecenderungan dan Pola Migrasi Risen
Berdasarkan SP tahun 2010, angka migrasi risen baik keluar maupun masuk
mengalami penurunan. Migrasi risen masuk pada tahun 2000 sebesar 5,536,317
jiwa, menurun menjadi 5,396,419 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan data migrasi
risen keluar pada tahun 2000 adalah 5,440,239 jiwa, menurun menjadi 5,235,778
jiwa pada tahun 2010. Sementara berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk Laki-
laki Migran masuk risen pada tahun 2010 berjumlah 2.830.114 jiwa, sedangkan
Perempuan berjumlah 2.566.305 jiwa.
Tabel 2.10 Tren Data Parameter Kependudukan yang terkait dengan Migrasi Risen Indonesia, 2000-2010
Parameter 2000 2010 (1) (2) (3)
Migrasi Risen (jiwa):
Masuk 5.536.317 5.396.419
Keluar 5.440.239 5.235.778
Sumber data: BPS, Sensus Penduduk 2000 dan 2010
Provinsi Jawa Barat mendapatkan migran masuk risen terbanyak yaitu 1,048,964
jiwa sedangkan terendah adalah provinsi Maluku Utara (24,462 jiwa). Untuk migran
keluar risen terbanyak terdapat di Provinsi Jawa tengah (979,860 jiwa) dan yang
terendah adalah Maluku Utara (14,887 jiwa). Lihat Lampiran Tabel 2.16 untuk Angka
Migrasi Risen Menurut Provinsi.
2.4.2 Kecenderungan dan Pola Migrasi Seumur Hidup
Angka migrasi seumur hidup mengalami kenaikan baik keluar maupun masuk.
Migrasi seumur hidup masuk pada tahun 2000 adalah 20,260,484 jiwa, meningkat
menjadi 27,975,612 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan data migrasi seumur hidup
keluar pada tahun 2000 adalah 20,161,012 jiwa, meningkat menjadi 27,736,130 jiwa
Jenis Penyakit Jumlah Penderita Jumlah Kematian
(1) (2) (3)
DBD 90.245 816
Pneumonia 549.708 609
Difteri 1.192 76
Tetanus Neonatorum 119 59
Leptospirosis 239 29
Diare 1.585 23
Flu Burung 9 9
Campak 15.987 4
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 25
pada tahun 2010 (Lihat Lampiran Tabel 2.17 untuk Angka Migrasi Seumur Hidup
menurut Provinsi). Sementara berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk Laki-
laki Migran masuk seumur hidup pada tahun 2010 berjumlah 14.736.632 jiwa,
sedangkan Perempuan berjumlah 13.238.980 jiwa.
Tabel 2.11 Tren Data Parameter Kependudukan yang terkait dengan Migrasi Seumur Hidup Indonesia, 2000-2010 Parameter 2000 2010
(1) (2) (3)
Migrasi Seumur Hidup (jiwa):
Masuk 20.260.484 27.975.612
Keluar 20.161.012 27.736.130
Sumber data: BPS, Sensus Penduduk 2000 dan 2010
Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan migran masuk seumur hidup
terbanyak yaitu 5,225,271 jiwa sedangkan terendah adalah provinsi Gorontalo
(64,585 jiwa). Untuk migran keluar seumur hidup terbanyak terdapat di Provinsi Jawa
Tengah (6,829,637 jiwa) dan yang terendah adalah Papua (48,955 jiwa).
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 26
PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN 3
3.1 Pencapaian Pembangunan Manusia
Persoalan pembangunan manusia di Indonesia sudah mendapat perhatian y a ng
serius. Berbagai masalah mengenai pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan
mulai terlihat bergeser dan berkembang ke arah kondisi yang lebih baik. Sebagai
gambaran tentang perkembangan tersebut, kondisi Indonesia dapat diperbandingkan
dengan negara ASEAN.
Indeks Pembangunan Manusia adalah salah satu indeks yang mengukur tentang
tingkat pembangunan manusia berdasarkan tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan
dan kesejahteraan. Pada tahun 2012 IPM Indonesia berada pada peringkat 121 dari 187
Negara. IPM Indonesia antara tahun 1980 sampai dengan 2012 mengalami peningkatan
sebesar 49 persen yakni dari 0,422 menjadi 0,629, angka tersebut menunjukkan rata-rata
peningkatan sebesar 1,3 persen setiap tahunnya.
Tabel 3.1 Tren IPM Indonesia Tahun 1980 2012
Tahun Life expectancy
at birth
Expected years of
schooling
Mean years of schooling
GNI per capita (2005
PPP$)
HDI value
1980 57.6 8.3 3.1 1,278 0.422
1985 60 9.3 3.5 1,478 0.456
1990 62.1 9.9 3.3 1,911 0.479
1995 64 9.9 4.2 2,630 0.525
2000 65.7 10.3 4.8 2,390 0.540
2005 67.1 11.2 5.3 2,950 0.575
2010 68.9 12.9 5.8 3,775 0.620
2011 69.4 12.9 5.8 3,973 0.624
2012 69.8 12.9 5.8 4,154 0.629
Sumber data: Human Development Report, UNDP
Tabel 3.1 Menunjukkan tren peningkatan pada masing-masing indikator IPM di
Indonesia. Harapan hidup saat lahir antara tahun 1980 sampai dengan 2012 meningkat
sebesar 12,2 tahun, sedangkan lama waktu bersekolah yang diharapkan meningkat
sebesar 2,7 tahun dan diharapkan akan meningkat sampai dengan 4,6 tahun. Di
Indonesia Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per Kapita juga mengalami peningkatan
sekitar 225 persen antara tahun 1980 sampai dengan tahun 2012.
Perbandingan IPM antar negara ASEAN menunjukkan disparitas yang cukup tinggi
sejak tahun 1990. Peningkatan IPM tidak secara langsung menggambarkan
peringkat kualitas pembangunan manusia. Sebagai contoh, meskipun selama dua
dekade IPM Myanmar telah meningkat secara signifikan, namun Myanmar tetap
menjadi negara dengan IPM terkecil dikawasan ASEAN. Angka IPM Myanmar
merupakan yang terkecil dibandingkan Negara ASEAN lainnya yaitu 0,498 pada tahun
2012. Peringkat terendah berikutnya adalah Laos dan Cambodia dengan nilai IPM di
tahun 2012 yakni 0,543. Di sisi lain, Negara-negara dengan nilai IPM tinggi di
kawasan ASEAN berturut-turut adalah Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia
masing-masing dengan IPM 0,895, 0,855, dan 0,769 untuk tahun 2012. Untuk
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 27
Negara ASEAN, Indonesia berada pada posisi ke 6, dengan nilai capaian sebesar
0,629. Rata-rata IPM dunia tahun 2012 adalah 0,694 (gambar 3.1).
Gambar 3.1 Perbandingan IPM Negara-Negara ASEAN
Tahun 1990-2012
Sumber data: Human Development Report, UNDP
Pada tahun 2011, IPM kawasan Sumatera, Jawa dan Bali pada umumnya berada di
atas rata-rata nasional (72,77). Sedangkan IPM kawasan di luar Jawa, Sumatera dan
Bali (Indonesia Tengah dan Timur) pada umumnya dibawah rata-rata nasional,
kecuali Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara. Sementara itu
daerah tertinggal seperti NTT, NTB dan Papua juga telah mengalami kemajuan
tingkat IPM yang lebih pesat dibanding daerah lainnya. Hal ini seperti yang tersaji
dalam lampiran Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Indonesia tahun
1996 2011. Untuk lebih jelasnya tentang IPM Provinsi dapat dilihat pada Lampiran
Tabel 3.1.
3.2 Pembangunan Gender
Indeks ketimpangan gender (Gender Inequality Index) mencerminkan ketimpangan
perempuan yang dilihat dalam tiga dimensi yaitu kesehatan reproduksi,
pemberdayaan, dan pasar tenaga kerja. Indeks yang terbentuk menunjukkan kehilangan
dalam pembangunan manusia yang diakibatkan oleh adanya perbedaan gender.
Nilainya berkisar dari 0, yang menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki
kehilangan kesempatan yang sama, dan 1, yang menunjukkan bahwa perempuan
kehilangan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Dimensi kesehatan diukur menggunakan dua indikator yaitu tingkat kematian ibu
(maternal mortality rate) dan tingkat kesuburan remaja (adolescent fertility rate).
Dimensi pemberdayaan juga didekati dengan dua indikator yaitu proporsi kursi
parlemen dipegang oleh laki-laki atau perempuan, dan capaian tingkat pendidikan
menengah dan tinggi dari tiap gender. Dimensi tenaga kerja diukur dengan
partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Indeks Ketimpangan Gender (IKG)
dirancang untuk mengungkapkan sejauh mana prestasi nasional dalam aspek
pembangunan manusia yang hilang akibat adanya perlakuan ketidaksetaraan gender,
dan juga untuk menyediakan data empiris untuk analisis kebijakan dan upaya
advokasi.
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 28
Gambar 3.2 Indeks Ketimpangan Gender
di Negara-negara ASEAN Tahun 1995-2011
Sumber data: Human Development Report
(Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tahun 2012)
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh HDR (Human Development Report), dalam
kurun waktu 15 tahun telah terjadi penurunan indeks ketimpangan gender di kawasan
Negara-negara ASEAN. Hal ini berarti telah terjadi penurunan ketimpangan akibat
adanya perbedaan gender.
Gambar 3.3 Perkembangan IPG di Indonesia
Periode Tahun 2004-2011
Sumber data: BPS
Secara umum pencapaian pembangunan gender di Indonesia dari waktu ke waktu
memperlihatkan perkembangan yang semakin membaik. Hal ini dapat diindikasikan
dengan adanya peningkatan Indeks Pembangunan Gender (IPG) selama kurun
waktu 2004-2011 (Gambar 3.3). Pada tahun 2004 IPG secara nasional telah
mencapai 63,94, kemudian naik menjadi 65,81 pada tahun 2007 dan bergerak
naik lagi secara perlahan hingga menjadi 67,80 pada tahun 2011.
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 29
Tabel 3.2 Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Rasio (IPG/IPM), 2004-2011
Sumber data: BPS
Sedangkan bila dilihat kondisi di Provinsi berdasarkan Rasio IPM dan IPG, maka
Provinsi yang mempunyai Rasio IPG 2011 tertinggi berada pada provinsi NTT dan
yang terendah adalah provinsi Kepulauan Riau (85,37 persen). Data IPG di setiap
Provinsi tersaji dalam Lampiran Tabel 3.2.
3.3 Penduduk Rentan
Informasi berkaitan dengan kesulitan fungsional dapat digunakan sebagai
pendekatan dalam menentukan program kebijakan pembangunan yang berkaitan
dengan penyandang cacat. Seseorang dapat memiliki satu atau lebih jenis kesulitan,
dengan tingkat ringan maupun parah. Jumlah terbanyak dari kesulitan yang dialami
penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun 2010 adalah berjalan atau naik tangga
yakni sebesar 654,600 orang. Sementara tingkat kesulitan terendah yang dialami
penduduk adalah mendengar yakni sebanyak 456,047 orang (data Provinsi dapat
dilihat pada Lampiran Tabel 3.3).
Tabel 3.3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang mengalami Kesulitan
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010
Sedikit Parah
(1)= (2)= (3)= (4)= (5)=(2)+(3)+(4)
Melihat 185.019.345 5.312.946 506.878 190.839.169
Mendengar 187.814.898 2.568.224 456.047 190.839.169
Berjalan atau Naik Tangga 187.751.495 2.432.094 654.600 190.838.189
Berkonsentrasi/Berkomunikasi
karena Kondisi Fisik/Mental
188.094.775 2.126.192 616.202 190.837.169
Mengurus Diri Sendiri 188.795.687 1.510.606 532.876 190.839.169
JumlahTidak ada
Kesulitan
Ada kesulitanKesulitan
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 30
3.4 Ketersediaan Pelayanan
3.4.1 Kesehatan
Tenaga Kesehatan (Dokter dan Bidan)
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan, diketahui bahwa jumlah tenaga Dokter yang terdiri dari dokter spesialis,
dokter umum, dan dokter gigi, mengalami peningkatan dari 42.467 Dokter pada
tahun 2010 menjadi 59.492 Dokter pada tahun 2011. Jumlah tersebut sama dengan
dengan 24,7 Dokter per 100.000 Penduduk pada tahun 2011.
Jumlah Bidan juga mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir yakni 93.889
Bidan pada tahun 2009, kemudian meningkat menjadi 96.551 Bidan pada tahun
2009, dan 124.164 Bidan pada tahun 2011. Jumlah tersebut setara dengan 51,5
Bidan per 100.000 penduduk pada tahun 2011.
Gambar 3.4 Banyaknya SDM Kesehatan tahun 2008 2011
Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2008, 2009, 2010, 2011
Berdasarkan wilayah diketahui bahwa Provinsi Jawa Tengah memiliki tenaga Dokter
terbanyak yakni 7.829 Dokter pada tahun 2011, sedangkan provinsi dengan jumlah
Dokter terendah berada pada Provinsi Papua Barat yakni 243 Dokter. Kondisi yang
sama juga terjadi pada jumlah Bidan, dimana provinsi Jawa Tengah memiliki jumlah
Bidan terbanyak yakni 15.833 Bidan pada tahun 2011, sedangkan Papua Barat
berada pada provinsi dengan kepemilikan Bidan terendah yakni 600 Bidan. Lihat
Lampiran Tabel 3.4 untuk Sumber daya manusia Kesehatan menurut Provinsi.
Sarana Layanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu sumber layanan
kesehatan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah Puskesmas
tercatat sebanyak 8.234 pada tahun 2007, meningkat menjadi 8.548 Puskesmas
pada tahun 2008, dan 9.321 Puskesmas pada tahun 2011.
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 31
Gambar 3.5 Banyaknya Sarana Puskesmas tahun 2007-2011
Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2008, 2009, 2011
Berdasarkan wilayah, jumlah Puskesmas terbanyak berada pada Provinsi Jawa
Barat yakni sejumlah 1.046 Puskesmas, sedangkan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung memiliki jumlah Puskesmas terendah yakni 58 Puskesmas (lihat Lampiran
Tabel 3.5).
Gambar 3.6 Banyaknya Sarana Rumah Sakit tahun 2007-2011
Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2007, 2008, 2009, 2011
Pada tahun 2011 jumlah Rumah Sakit (RS Umum dan RS Khusus) di Indonesia juga
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (lihat Gambar 3.6). Pada tahun 2007
jumlah Rumah Sakit tercatat sebanyak 1.319 Rumah Sakit, meningkat menjadi
1.371 pada tahun 2008, dan 1.721 pada tahun 2011 (Profil Kesehatan Indonesia).
Sementara berdasarkan wilayah, jumlah RS terendah berada pada Provinsi Sulawesi
Barat yakni 7 Rumah Sakit, sedangkan jumlah RS terbanyak berada pada Provinsi
Jawa Tengah yakni 225 Rumah Sakit. Lihat Lampiran Tabel 3.5 untuk Sarana
Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) menurut Provinsi.
Klinik Keluarga Berencana (KB)
Klinik pelayanan KB baik melalui jalur pemerintah maupun swasta terus mengalami
kenaikan. Data BKKBN menunjukkan pada tahun 2010 klinik pelayanan KB melalui
jalur pemerintah berjumlah 20.050 klinik, meningkat menjadi 21.609 klinik pada tahun
2013. Kondisi yang sama juga terjadi pada klinik pelayanan KB jalur swasta, dimana
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 32
terjadi peningkatan yakni dari 3.876 klinik pada tahun 2010, menjadi 4.680 klinik
pada tahun 2013. Lihat Lampiran Tabel 3.6 untuk klinik pelayanan KB menurut
Provinsi.
Gambar 3.7 Banyaknya Klinik Pelayanan KB di Indonesia
Sumber data: Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN 2010-2013
*) Data sampai dengan bulan Agustus 2013
3.4.2 Pendidikan Sarana Pendidikan (Sekolah)
Tren jumlah Sekolah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) maupun pada Kementerian Agama (Kemenag) pada tahun
2008/2009-2010/2011 terus mengalami peningkatan. Sekolah yang dimaksud di sini
adalah tingkatan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs),
Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah
Aliyah (MA).
Berdasarkan data statistik indonesia jumlah Sekolah Dasar (SD) di indonesia tercatat
sebanyak 146.804 pada tahun ajaran 2010/2011, jumlah tersebut merupakan yang
terbanyak dari semua jenis sekolah baik pada tingkatan pendidikan dasar maupun
lanjutan. Sedangkan sekolah dengan jumlah sarana terendah adalah Madrasah
Aliyah (MA) yakni sebanyak 6.426 pada tahun ajaran 2010/2011.
Gambar 3.8 Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2008-2011
Sumber data: Statistik Indonesia 2012
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
2010 2011 2012 2013*)
20.050 20.480 21.037 21.647
3.876 3.970 4.344 4.684
Klinik Pemerintah Klinik Swasta
-
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA 33
Provinsi Jawa Timur pada tahun ajaran 2010/2011 memiliki jumlah Sekolah Dasar
tertinggi sebesar 19.923. Sedangkan pada tahun tahun sebelumnya Jawa Barat
yang memiliki jumlah Sekolah Dasar terbanyak. Lebih lanjut tentang Sarana
Pendidikan menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.7.
Rasio Penduduk Usia Sekolah Per Sekolah
Rasio penduduk usia sekolah per sekolah yang diolah dari data sensus tahun 2010
(jumlah penduduk) dan statistik indonesia (jumlah sekolah) untuk tingkat sekolah
dasar adalah 168 siswa per sekolah dasar. Jumlah tersebut menjadi lebih tinggi
pada sekolah-sekolah tingkat lanjutan yakni 305 siswa dan 491 siswa per sekolah
untuk tingkat SMP dan SMA. Sementara Rasio tertinggi berada pada tingkat
perguruan tinggi, yakni 7.504 siswa per perguruan tinggi. Selengkapnya untuk rasio
penduduk Usia sekolah per sekolah menurut Provinsi da